UJI POTENSI BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH GAMBUT DI CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU DALAM MENDEGRADASI LIGNIN Hidayah1, Delita Zul2 dan Bernadeta Leni F2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi Dosen Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UR Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia 2 e-mail: [email protected] ABSTRACT Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) Biosphere Reserve is one of peatland area in Riau Province. Peat soil contains high organic matter consisting of lignin, pectin, cellulose and hemicellulose. Lignin, a natural organic polymer, is abundant in nature, but it is difficult to degraded. The way to overcome this problem is by utilizing lignin degrading bacteria. So far, the ability of cellulolytic bacteria isolated from peat soil of GSK-BB Biosphere Reserve in lignin degradation is still unknown. Therefore, it is necessary to analyze the potential of cellulolytic bacteria collection in degrading lignin. Number of isolates analyzed is about 61 isolates. Semiquantitatively, ligninase enzyme activity by used of spot method employing guaiacol enrichment medium showed that 50 isolates are able to degrade lignin. As many as 12 isolates (24.0%) revealed high potential in lignin degradation based on median value test. Isolate PPA KBB 10-4B11 has the highest ligninase activity with a clear zone/colony diameter ratio value of 24.0. Key words: cellulolytic bacteria, lignin, ligninase, peat soil, Giam Siak Kecil-Bukit Batu ABSTRAK Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) merupakan salah satu kawasan lahan gambut di Provinsi Riau. Tanah gambut kaya akan bahan organik yang terdiri dari lignin, pektin, selulosa dan hemiselulosa. Lignin merupakan polimer organik alami yang jumlahnya melimpah di alam, akan tetapi sulit didegradasi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan bakteri pendegradasi lignin. Sejauh ini, koleksi bakteri selulolitik asal Cagar Biosfer GSK-BB belum diketahui kemampuanya dalam mendegradasi lignin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai uji potensi bakteri selulolitik tersebut dalam mendegradasi lignin. Uji potensi bakteri selulolitik dilakukan dengan metode totol yang ditumbuhkan pada medium yang diperkaya guaiacol. Dari 61 isolat selulolitik yang disubkultur pada medium guaiacol, sebanyak 50 isolat mampu tumbuh dan membentuk zona bening. Hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa sebanyak 12 isolat (24,0%) mempunyai potensi tinggi dalam mendegradasi lignin. Berdasarkan rasio diameter zona bening dan diameter koloni, 1 isolat PPA.KBB.10-4B11 memperlihatkan aktivitas ligninase tertinggi dengan nilai rasio 24,0. Kata kunci: bakteri selulolitik, Giam Siak Kecil-Bukit Batu, lignin, ligninase, gambut PENDAHULUAN Gambut merupakan ekosistem lahan basah yang dicirikan dengan adanya akumulasi bahan organik yang berlangsung dalam waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan laju penimbunan bahan organik yang terdapat di lantai hutan lahan basah (Najiyati et al. 2005). Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan sebagian besar lainnya adalah hemiselulosa (20-35%), selulosa (35-50%) dan lignin (10-25%) (Noor 2001). Lignin merupakan polimer organik alami yang jumlahnya berlimpah di lingkungan dan merupakan komponen utama penyusun dinding sel tumbuhan. Lebih dari 30% material tumbuhan tersusun oleh lignin. Lignin merupakan senyawa aromatik berantai panjang, sulit terurai dan bersifat toksik. Struktur kimia lignin yang kompleks, heterogen dan tidak larut dalam air menyebabkan proses degradasi lignin berlangsung lambat (Erden et al.2009). Enzim yang berperan dalam proses degradasi lignin terdiri dari tiga jenis enzim yaitu Lignin peroksidase (LiP), Mangan peroksidase (MnP) dan Lakase. Oleh karena di alam lignin sering kali berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa, maka banyak kelompok mikroba yang mampu mendegradasi lignin yang juga mampu mendegradasi selulosa dan hemiselulosa sekaligus. Sebagai contoh bakteri Clostridium, Cellulomonas, Trichoderma, Penicillium, Neurospora, Fusarium, Aspergillus merupakan kelompok mikroorganisme yang mempunyai aktivitas lignoselulolitik (Chandel et al. 2007). Menurut Hidanah (2008) Acetobacter liquefaciens adalah contoh bakteri yang mempunyai aktivitas lignoselulosa. Salah satu cara untuk mengatasi masalah lambatnya proses dekomposisi lignin adalah dengan memanfaatkan bakteri pendegradasi lignin. Hingga saat ini, koleksi isolat bakteri selulolitik asal Cagar Biosfer Giam Siak Kecil(GSK-BB) belum diketahui kemampuannya dalam mendegradasi lignin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang uji potensi bakteri selulolitik dalam mendegradasi lignin.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi bakteri selulolitik asal tanah gambut dari Cagar Biosfer GSK-BB dalam mendegradasi lignin. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai November 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Koleksi Isolat Koleksi isolat selulolitik berjumlah 61 isolat yang diisolasi oleh Nafsiah (2011) dari tanah gambut asal Cagar Biosfer GSK-BB Propinsi Riau. 2 Konfirmasi Aktivitas Selulolitik Isolat Secara Kualitatif Isolat bakteri selulolitik diinokulasi pada medium CCRA kemudian diinkubasi selama 7 – 15 hari pada suhu ruang. Zona bening yang terbentuk diukur, kemudian dibagi dengan diameter koloni bakteri yang tumbuh sehingga dapat diketahui daya degradasi bakteri terhadap selulosa. Uji Potensi Isolat Bakteri Ligninolitik Isolat bakteri selulolitik hasil inokulasi pada medium CCRA selanjutnya diinokulasi pada medium lignin, dan diinkubasi selama 3-14 hari pada suhu ruang. Kemampuan ligninolitik isolat ditandai dengan pembentukan zona bening di sekitar koloni (Erden et al. 2009). Zona bening yang terbentuk dan koloni yang tumbuh diukur diameternya. Daya degradasi ligninolitik dihitung berdasarkan rasio zona bening dan diameter koloni (Z/K). Analisis Data Hasil inokulasi bakteri selulolitik disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif berdasarkan pengamatan zona bening yang terbentuk. Kemudian dikelompokkan dalam kriteria tinggi, sedang dan rendah dari zona bening yang terbentuk berdasarkan uji tengah (median) (Sudjana 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil peremajaan Bakteri Selulolitik Semua koleksi isolat berhasil dikulturkan kembali pada medium CCRA dan menghasilkan zona bening di sekitar koloni. Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni menunjukan bahwa isolat tersebut mampu mendegradasi selulosa. Menurut Sudjana (2002) keberadaan zona bening menandakan bahwa isolat-isolat uji yang digunakan memiliki kemampuan dalam menghidrolisis substrat. Rasio Z/K berkisar antara 3,14 – 37,0. Rasio Z/K tertinggi dihasilkan oleh isolat PPA.Z1.10-3b8, sedangkan rasio Z/K terendah dari isolat PPA.KBB.10-3b3. Secara semikuantitatif, isolat ini merupakan isolat bakteri selulolitik yang memiliki aktivitas selulase yang relatif tinggi dalam mendegradasi selulosa, jika dibandingkan dengan penelitian Ambriyanto (2010) yang memperoleh rasio Z/K sekitar 3,7 dan Hartanti (2010) memperoleh rasio Z/K sekitar 3,8. Gambar 1 menyajikan reprentasi isolat yang membentuk zona bening di sekitar koloni pada medium CCRA 3 a a a a a a b b b A L B b Q i b i g Gambar 1. Bakteri selulolitik isolat A. PPA.Z1.10-3b8 rasio Z/K tertinggi B. L g PPA.KBB.10-3b3 rasio Z/K nterendah. a.zona bening b.koloni sel i n i g i n Uji Potensi Bakteri Selulolitik Terhadap Ligninolitik n n Enam puluh satu isolat bakteri selulolitik disubkultur ke medium pengkayaan i a totol. Isolat selulolitik yang berhasil yang mengandung lignin dengan metode tumbuh a d n pada medium pengkayaan lignin berjumlah 50 isolat (Tabel 1). Rasio Z/K berkisar d a a antara 2,40–24,00. Rasio Z/K tertinggi dihasilkan oleh isolat PPA.KBB.10-4b11, a l d sedangkan rasio Z/K terendah dari isolat PPA.PL2.10-3b1. Jika dibandingkan dengan l a a penelitian Gusmailina (2002) yang memperoleh nilai rasio Z/K sekitar 5,8, maka isolat a h l ini merupakan bakteri selulolitik yang berpotensi tinggi dalam mendegradasi lignin. h a t t h Tabel 1. Rasio zona bening/diameter koloni dan kriteria isolat berdasarkan uji nilai e e t tengah r r e m r Rasio Z/K Kriteria m No Kode isolat Aktivitas Aktivitas Bakteri a a Bakteri m Selulolitik ligninolitik* selulolitik Ligninolitik s a s 1 PPA.KBB.10-4b 11 24,0 32,0 Tinggi Tinggi s 2 PPA.KT.10-4a1 20,0 u u 12,8 Tinggi Sedang -3b 3 PPA.SS.10 2 17,3 k k 10,8 Tinggi Sedang u 4 PPA.KT.10-3a9 16,5 p 10,0 Tinggi Sedang k 5 PPA.KBB.10-3a4 14,5 6,87 Tinggi Rendah p 6 PPA.KT.10-4a7 13,8 e p 15,6 Tinggi Sedang -4b n e 7 PPA.A1.10 2 13,4 3,94 Tinggi Rendah e 8 PPA.KT.10-4b6 12,9 y n 9,30 Tinggi Rendah n 9 PPA.PL.10-3b1 12,0 19,0 Tinggi Sedang u y y 10 K.2.3.10-2 11,5 7,46 Tinggi Rendah u 11 PPA.KT.10-4a3 11,0 s u 14,0 Tinggi Sedang s 12 PPA.SS.10-4b3 10,5 u s 18,2 Tinggi Sedang 13 PPA.SS.10-3b5 10,3 n 24,0 Sedang Tinggi u u 14 PPA.A1.10-3b12 10,2 14,0 Sedang Sedang s n n 15 PPA.KT.10-4b11 9,62 30,0 Sedang Tinggi -3a e s 16 PPA.KBB.10 3 9,27 4,66 Sedang Rendah -3b 17 PPA.KBB.10 5 8,91 b s 8,00 Sedang Rendah e 18 PPA.KBB.10-3b3 8,57 a 3,14 Sedang Rendah b e 19 PPA.SS.10-4 a1 8,44 30,7 Sedang Tinggi a 20 PPA.A3.10-3a5 8,28 g b 11,6 Sedang Sedang i a g a g i n i a b a 4 n e n b s e a b s r e a Lanjutan tabel 1. Rasio zona bening/diameter koloni dan kriteria isolat berdasarkan uji nilai tengah No Kode isolat 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 PPA.PL.10-4a1 PPA.KT.10-4b10 PPA.PL.10-3b5 PPA.KSK.10-3a1 K.2.2.10-2 PPA.21.10-4a1 PPA.KSK.10-4a2 PPA.PL.2.10-3a1 PPA.KT.10-4a4 K.1.2.10-2 PPA.PL.1.10-3b3 PPA.A3.10-3a3 PPA.KBB.10-3a2 PPA.A1.10-3b9 PPA.A1.10-3a8 PPA.22.10-3a8 PPA.ST.10-4b3 PPA.A1.10-3b3 PPA.22.10-3b5 PPA.A1.10-3b1 PPA.A1.10-3a7 PPA.KT.10-4b2 PPA.A1.10-3b2 PPA.A1.10-3b10 PPA.21.10-3b8 PPA.KBB.10-3b13 PPA.A2.10-3b3 PPA.22.10-3b4 PPA.A3.10-3a6 PPA.PL.2.10-3b1 K.2.1.10-2 K.1.3. 10-2 K.1.4. 10-2 K.1.1. 10-2 K.2.4. 10-2 PPA.KBB.10-3B7 PPA.KT.10-3b3 PPA.KT.10-4b3 PPA.KT.10-4b9 PPA.KBB.10-4B3 PPA.PL.10-4b1 Rasio Z/K Aktivitas Aktivitas ligninolitik* Selulolitik 8,18 22,1 7,81 12,6 7,73 3,88 7,75 9,00 7,75 13,1 7,22 27,0 6,91 10,1 6,83 11,7 6,80 12,6 6,75 30,5 6,75 25,0 6,66 4,33 5,69 18,0 5,28 15,7 5,25 24,3 5,05 22,1 4,86 10,5 4,86 12,1 4,64 16,7 4,41 21,8 4,23 16,3 4,25 32,5 4,14 17,5 4,13 23,5 4,17 37,0 3,81 23,0 3,27 15,8 3,14 8,00 2,96 22,3 2,40 12,8 35,0 31,0 21,0 16,5 12,8 31,7 19,1 16,6 15,5 13,3 4,31 Kriteria Bakteri ligninolitik Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah - Bakteri selulolitik Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah *Keterangan: - = Tidak tumbuh pada medium ligninolitik Mosier et al. (2005) menjelaskan bahwa degradasi lignin membutuhkan enzim ekstraseluler yang tidak spesifik karena lignin mempunyai struktur acak dengan berat molekul yang tinggi. Lignin biasanya terakumulasi selama proses degradasi lignoselulosa. Gambar 2 menyajikan representasi isolat yang membentuk zona bening di sekitar koloni pada medium pengkayaan lignin. Terbentuknya zona bening pada media merupakan indikasi awal, bahwa isolat tersebut mempunyai potensi sebagai bakteri pendegradasi lignin. 5 a a a b ] a a a B ] A a a -3b -2 a Gambar 2. Bakteri selulolitik A. PPA.SS.10 2 rasio Z/K tinggi B. K.1.2.10 rasio Z/K rendah a.zona bening b.koloni sel Pengelompokan Bakteri Selulolitik Berdasarkan Hasil Uji Aktivitas Enzim Ligninase Secara Semikuantitatif Hasil analisis uji nilai tengah dari 50 isolat bakteri selulolitik yang diperoleh sebanyak 24,0% dari keseluruhan jumlah isolat mempunyai aktivitas ligninase tinggi dengan rasio > 10,3; 52,0% isolat mempunyai aktivitas enzim ligninase sedang dengan rasio 4,8-10,3 dan 24,0% isolat yang mempunyai aktivitas enzim ligninase rendah < 4,8 (Tabel 2). Isolat yang diperoleh pada penelitian ini sebagian besar merupakan isolat yang mempunyai aktivitas enzim ligninase dengan kriteria sedang. Perbedaan tinggi dan rendahnya aktivitas ligninolitik yang dihasilkan oleh isolat bakteri disebabkan karena masing masing jenis isolat merupakan strain yang berbeda dan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan mikro yang berbeda. Volk dan Wheeler (1993) menyatakan bahwa lingkungan mikro dimana mikroba hidup sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya. Tabel 2. Kriteria dan persentasi isolat berdasarkan uji nilai tengah Rasio Z/K Jumlah isolat Tinggi Sedang >10,3 4,8 – 10,3 12 26 Persentase dari total isolat (%) 24,0% 52,0% Rendah < 4,8 12 24,0% Kriteria Jumlah 50 Lima puluh isolat bakteri selulolitik tersebut mempunyai kemampuan dalam mendegradasi selulosa dan lignin sekaligus sehingga isolat ini merupakan isolat yang memiliki aktivitas lignoselulolitik. Hal yang sama juga ditunjukan oleh penelitian Ekawati (2002) yang menghasilkan isolat bakteri selulolitik S2, S6, S7 yang mempunyai aktivitas lignoselulolitik 6 KESIMPULAN DAN SARAN Sebanyak 50 koleksi isolat bakteri selulolitik mampu tumbuh pada media pengkayaan lignin dan berpotensi sebagai bakteri pendegradasi lignin. Sebanyak 12 isolat (24,0%) merupakan bakteri selulolitik yang mempunyai potensi tinggi dalam mendegradasi lignin. Isolat PPA.KBB.10-4B11 mempunyai aktivitas ligninase tertinggi dengan rasio Z/K 24,7. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan isolat lignoselulolitik dalam menghasilkan enzim selulosa dan ligninase secara kuantitatif. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Izatun nafsiah yang telah menyediakan isolat bakteri pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ambriyanto, K. S. 2010. Isolasi dan karakterisasi bakteri aerob pendegradasi selulosa dari serasah daun rumput gajah (Penisetum purpureum Schaum). Institut Teknologi Sepuluh November: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Chandel. 2007. Economic and environmental impact of bioethanol production technologies. Biotechnology and Molecular Biology Review 2: 14-32. Ekawati. 2002. Dekomposisi komponen lignoselulosa jerami padi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Kediri: Kediri. Erden, E. 2009. Screening for ligninolytic enzymes from autochthonous fungi and application for decolorization of remazole marinablue. Brazillian Journal of Microbiology. 40: 346-353. Gusmailina, S., Komarayati, G., Pari, dan D., Hendra. 2002. Kajian Teknologi Pengolahan Arang dan Limbah Pengolahan Pulp dan Kertas di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Teknologi Hasil Hutan. Bogor Hartanti. 2010. Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Termofilik Dari Kawah Air Panas Gunung Pancar. [Skripsi].IPB. Bogor Hidanah, S. 2008. Isolat Bakteri Dan Jamur Selulolitik Feses Jerapah Sebagai Inokulum Untuk Meningkatkan Kualitas Jerami Padi Dan Produktivitas Domba. Airlangga: Surabaya Mosier. 2005. Features of promising technologies for pretreatment of lignocellulosic biomass. Bioresource Technology. 96: 673 – 686. Nafsiah. 2011. Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu. [Skripsi]. Universitas Riau, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Najiyati, S., Muslihat, L., Suryadiputra, I. N. N. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pertanian Berkelanjutan. Wetlands International Indonesia Programmed an Wildlife Habitat Canada. Bogor Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Kanisius: Yogyakarta Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. 7 Volk, W. A., M. F., Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. 8