8 Biosfera 26 (1) Januari 2009 Isolasi dan Identifasi Mikroba Rumen Penghasil Antihistamin “Histamine Methyl Transferase“ Ning Iriyanti, Budi Rustomo, Efka Aris Rimbawanto Fakultas Peternakan UNSOED Jl. dr. Soeparno Kotak Pos 110 Purwokerto 53123 Abstract The aim of this research was to find antihistamine ”Histamine Methyl Transferase” of microbe producers through isolation and testing of their activities on various substrates. The isolation process found four putative isolates i.e. N2k, N2b, N3 and N5. Their general characteristics were round, big and formed regular colonies; regular edge and wavy colonies. Colonies were whitish, shiny and had low convex elevation. N2k, N2b, and N5 isolates were Gram negative bacteria whereas N3 was Gram positive. Those isolates were non-motile. Further tests were conducted to examine the isolate capability to produce catalase and utilize citric acid as the carbon source to which they showed positive result. Nitrate reduction test showed positive results for N2b and N5 but not for N2k and N3. The ability to ferment sugars into acid and gas indicated that all isolates except N3 were capable of fermenting glucose and lactose. However, only N2k was capable to produce gas. Key words: Antihistamine, histamine methyl transferase, bacteria Pendahuluan Bahan pakan ternak terutama bungkil kedele, jagung, dan tepung ikan sampai sekarang masih merupakan bahan pakan impor, sehingga ketersediaannya bergantung pada pasokan dari luar negeri, sedangkan tepung ikan yang berasal dari dalam negeri kurang dapat dimanfaatkan karena kualitasnya rendah dengan kadar garam dan air yang cukup tinggi. Prosesing dan penyimpanan tepung ikan yang kurang tepat akan menyebabkan histamin yang terkandung cukup tinggi. Menurut Kose dan Hall (2003), kadar histamin pada tepung ikan mencapai 127,93-415,24 mg/100g, sedangkan Brinker et al. (2002), kadar histamin pada tepung ikan kering dapat mencapai 273 mg/kg. Histamin merupakan senyawa amin aktif dalam produk ikan dan daging, dibentuk dari perombakan histidin menjadi histamin oleh enzim histidin dekarboksilase. Histamin pada kadar tertentu dapat menyebabkan toksik, seperti alergi, sakit kepala, sesak napas, diare, dan gangguan pencernaan yang lain. Tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan histamin di dalam makanan yaitu: (a) tersedianya asam amino bebas; (b) kehadiran dan perkembangan bakteri penghasil enzim dekarboksilase; dan (c) adanya kondisi yang mendukung pertumbuhan mikroba serta proses dekarboksilasi asam amino tersebut (Halasz et al.,1994). Histamin adalah bioaktif amin dengan kadar tertentu dapat menyebabkan toksik. Histamin dibentuk dari histidin dengan bantuan enzim histidin dekarboksilase, dan diproduksi pada sel mast (mast cells) di jaringan peritoneal dan jaringan konektif Histamin banyak terdapat pada sebagian besar jaringan sebagai granula pada Mast Cells atau basophil (Marieb, 2001). Histamin dibentuk karena adanya enzim histidin dekarboksilase mikroba yang tumbuh optimum pada suhu 25 C (Kim et al., 1999) atau pada suhu 15-30 C dan aktivitas enzim histidin dekarboksilase masih berlangsung, meskipun disimpan pada suhu 0-5 C (Ahmed, 1991). Histamin melalui metabolisme nutrien akan menghasilkan asam lambung, tetapi apabila mencapai dosis tertentu, maka dapat bersifat toksik (Taylor, 1986). Kadar histamin yang terdapat pada ikan dapat dipakai sebagai indikator tingkat kerusakan produk perikanan. Apabila kadar histamin lebih dari 15 mg/100g sudah mulai terbentuk kerusakan, pada kadar 50 mg/100g atau lebih sudah 9 Biosfera 26 (1) Januari 2009 berbahaya untuk kesehatan, dan kadar 100 mg/100g atau lebih sudah bersifat racun pada manusia (SNI 01-2360, 1991). Menurut Scoging (1998), produk perikanan dengan kadar histamin kurang dari 10 mg/100g masih aman untuk dikonsumsi. Kadar histamin dapat ditekan melalui pemberian obat-obatan antihistamin atau dengan mengendalikan aktivitas enzim histidine dekarboksilase. Dengan keberadaan Histamine Methyl Transferase (HMT) dan Diamine oxsilase (DAO), histamin penyebab toksik dapat dicegah seminimal mungkin dan histamin dapat masuk ke dalam aliran darah (Taylor, 1986). Kerja antihistamin adalah mengurangi gejala alergi dengan cara memblokir kerja enzim histamin (Greene, 1998). Enzim HMT atau enzim DAO/Histaminase mikroba banyak terdapat pada saluran pencernaan (Kerr et al., 2002). Pencegahan histidin menjadi histamin antara lain menggunakan enzim yang dihasilkan oleh mikroba yaitu enzim HMT atau DAO yang mampu mencegah pembentukan histamin dari histidin, sehingga tidak bersifat toksik baik pada pakan maupun pangan. Mikroba tersebut dapat diisolasi dari rumen sapi, yang sampai saat ini para peneliti belum ada yang meneliti sampai seberapa jauh peranan dan jenis mikroba antihistamin yang sesuai. Materi dan Metode Cairan rumen sapi, histamin (difco), anthihistamin, media Tryptone Soya Agar (TSA) yang terdiri dari 0,5% tryptone, 0,5 yeast extract, 2,7% L-histidin-2HCl, 0,5% NaCl, 0,1% CaCO3, 2% agar, dan 0,006% bromocresol purple (pH 5,3) disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit. Isolasi tahap I dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 1 g cairan rumen sapi dimasukkan dalam 9 ml garam fisiologis (0,85% larutan NaCl). Seri pengenceran dengan garam fisiologis sampai 10-6 dilakukan. Suspensi dari 3 pengenceran terakhir diambil 0,1 ml dan ditabur secara tabur ulas (spreadplating) pada media TSA. Inkubasi dilakukan pada pada suhu 37C selama 2-3x24 jam, mikroba yang tumbuh dihitung, hasilnya ditampilkan sebagai colony forming unit/g (CFU/g) . Isolasi tahap II dilakukan untuk mikroba penghasil Antihistamin (Niven et al., 1981; Yoshinaga and Frank, 1982; Pousti et al., 2002). Hasil Isolasi Tahap I ditumbuhan pada media TSA agar yang diperkaya dengan Histamin. Pembuatan media TSA agar dengan bahan yaitu 0,5% tryptone (Difco), 0,5 yeast extract (Difco), 2,7% L-histidin-2HCl, 0,5% NaCl, 0,1% CaCO3, 2% agar, dan 0,006% bromocresol purple (pH 5,3), dan histamin. Bahan disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit. Jika pertumbuhan pada pada TSA yang diperkaya histamin menunjukkan hasil yang lebih baik berarti bakteri tersebut mampu menggunakan histamin Isolasi selanjutnya adalah isolat ditumbuhkan pada media Glukosa 10% diperkaya dengan Histamin, setelah tumbuh. Untuk menentukan bahwa isolat hanya mampu tumbuh pada media yang mengandung histamin, isolat selanjutnya ditumbuhkan pada media TSA maupun Glukosa 10% yang diperkaya dengan antihistamin 10%. Apabila isolat pertumbuhannya sangat minimal pada media yang mengandung anthihistamin berarti isolat tersebut hanya mampu tumbuh apabila substrat mengandung histamin. Setelah isolat-isolat tersebut diyakini kemurniannya (jika diperlukan dilakukan goresan berulang untuk mendapatkan kultur murni), isolat-isolat tersebut ditumbuhkan pada medium TSA yang mengandung histamin. Selanjutnya, isolat ditumbuhkan lagi pada media TSA atau Glukosa agar 10% dengan cara cap (stamped method). Inkubasi dilakukan pada suhu 37C selama 24 jam Identifikasi isolat bakteri dilakukan melalui pengamatan secara mikromorfologi dan uji biokimiawi berpedoman pada Cowan and Steel's Manual for the Identification of Medical Bacteria (Barrow dan Feltham, 1993) serta Bergey's Manual of Determinative Bacteriology (Holt, 1994). Pengamatan mikromorfologi meliputi bentuk sel, sifat Gram, motilitas. Uji-uji biokimiawi meliputi kemampuan memproduksi katalase, reduksi nitrat, fermentasi gula-gula glukosa, laktosa dan pembentukan gas, serta kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber C. Iriyanti, dkk., Isolasi dan Identifikasi Mikroba Rumen Penghasil Antihistamin: 8 - 13 10 Hasil dan Pembahasan Dari hasil isolasi pada media TSA diperoleh 19 isolat bakteri. Selanjutnya, isolat ditumbuhkan pada media TSA-agar yang diperkaya dengan Histamin dan diperoleh 10 isolat. Tahap berikutnya ditumbuhkan pada media TSA dan media Glukosa 10% yang diperkaya dengan Antihistamin dan diperoleh 4 isolat yang menunjukkan pertumbuhan koloni paling tipis (miskin pertumbuhannya) pada media tersebut. Hal ini berarti bahwa isolat tersebut hanya mampu tumbuh apabila substrat mengandung histamin dan akan mengubah histamin menjadi histidin. Dari hasil isolasi bakteri penghasil antihistamin yaitu “Histamine Methyl Transferase” diperoleh empat isolat unggulan. Hasil identifikasi selengkapnya disajikan pada Tabel 1 dan 2; serta Gambar 1-4. Pengamatan terhadap makromorfologi dilakukan dengan melihat ciri-ciri koloni yang meliputi bentuk, tepi, warna, permukaan dan elevasi koloni bakteri. Hasil pengamatan morfologi koloni ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil identifikasi secara makroskopis isolat penghasil antihistamin Table 1. Results of microscopic identification of the isolates producing antihistamine Kode Isolat Bentuk Koloni N2k Besar teratur Berlekuk Putih keruh Mengkilap Cembung rendah N2b Besar teratur Berlekuk Jernih Mengkilap Cembung rendah N3 Bulat Bergelombang Mengkilap Cembung rendah N5 Besar Teratur Mengkilap Cembung rendah Tepi Koloni Warna koloni Putih keruh tidak tembus cahaya Putih keruh tembus cahaya Permukaan koloni Elevasi koloni Untuk keperluan identifikasi, pengamatan mikromorfologi dan uji-uji biokimiawi berpedoman pada Barrow dan Feltham (1993) dan Holt (1994) dilakukan pula. Pengamatan mikromorfologi meliputi bentuk sel, sifat Gram, motilitas. Uji-uji biokimiawi yang dilakukan meliputi kemampuan memproduksi katalase, reduksi nitrat, fermentasi glukosa, laktosa dan produksi gas, serta kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber C. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Identifikasi dari isolasi mikroba rumen penghasil antihistamin Table 2. Identification results of isolated rumen microbes producing antihistamine Kode Isolat N2k N2b N3 N5 Bentuk Sel Cocco bacill Coccus Bacil Coccus Gram (-) (-) (+) (-) Katalase Motilitas Reduksi Nitrat (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-) (+) Fermentasi As glu lak gas (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-) Sitrat (+) (+) (+) (+) Berdasarkan pada ciri-ciri makro dan mikromorfologi serta uji-uji biokimiawi, ke empat isolat adalah N2k. (Gambar 1), N2b (Gambar 2), N3 (Gambar 3), dan N5 (Gambar 4). 11 Biosfera 26 (1) Januari 2009 Gambar 1. Isolat N2k Figure 1. N2k isolate Gambar 3. Isolat N3 Figure 3. N3 isolate Gambar 2. Isolat N2b Figure 2. N2b isolate Gambar 4. Isolat N5 Figure 4. N5 isolate Pemanfaatan isolat-isolat tersebut sebagai agensia penghasil antihistamin dalam produksi pakan ternak berkualitas masih memerlukan uji lanjut yaitu uji patologis. Tahapan uji patologis ini penting untuk mengetahui potensi isolat-isolat bakteri tersebut dalam menimbulkan penyakit. Hanya bakteri-bakteri yang tidak bersifat patogen yang aman digunakan dalam proses produksi pakan. Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat N2k, N2b, dan N5 merupakan bakteri Gram negatif, sedangkan N3 sebagai bakteri Gram positif. Hal ini sesuai pendapat Takahashi et al. (2003) bahwa bakteri rumen mempunyai sifat Gram negatif dan positif. Semua isolat bersifat non-motil. Hasil identifikasi bakteri pendegradasi histamin yang diperoleh Takahashi et al. (2003) menunjukkan bakteri bersifat Gram negatif. Dari 37 isolat yang diperoleh dan hasil PCR menunjukkan bahwa bakteri menghasil histidinedecarboxylating merupakan bakteri Gram-negatif yang diduga Citrobacter braakii. Sebagian besar bakteri penghasil histamin adalah bersifat Gram negatif seperti Morganella morganii, Klebsiella spp., dan Enterobacter spp. Uji lanjut adalah uji kemampuan isolat dalam menghasilkan enzim katalase yang menunjukkan bahwa semua isolat positif menghasilkan katalase. Semua isolat diketahui mampu menggunakan asam sitrat sebagai satu-satunya sumber C. Pengujian kemampuan reduksi nitrat menunjukkan bahwa isolat N2b dan N5 mampu, sedangkan N2k dan N3 tidak mampu mereduksi nitrat. Semua isolat kecuali N3 mampu memfermentasi glukosa dan laktosa yang ditunjukkan dengan pembentukan asam. Pembentukan gas dalam substrat gula ditunjukkan oleh isolat N2k dan N3, tetapi tidak oleh N2b dan N5. Kesimpulan Penelitian menghasilkan 4 isolat yang menunjukkan kemampuan menggunakan histamin. Hal ini diduga karena isolat-isolat tersebut menghasilkan Histamine Methyl Transferase. Hasil identifikasi menunjukkan isolat terdiri dari 3 bakteri Gram negatif yaitu N2k (Acinetobacter sp.), N2b (belum diketahui), N5 (belum diketahui) dan 1 isolat bakteri Gram positif yaitu N3 (Corynebacterium sp.). Iriyanti, dkk., Isolasi dan Identifikasi Mikroba Rumen Penghasil Antihistamin: 8 - 13 12 Ucapan Terima kasih Artikel ini merupakan sebagian hasil penelitian yang didanai oleh Hibah Fundamental tahun I (2007/2008). Terima kasih kami sampaikan kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini. Daftar Pustaka Ahmed, F., 1991. Scrombroid (histamine) fish poisoning. Committee on evaluation of the safety of fishery products, National Academy Press, Washington. Barrow, G.H. and Feltham, R.K.A., 1993. Cowan and steel's manual for identification of medical bacteria. Third edition. Cambridge University Press, Cambridge. Brinker, C., Kerr, M., and Rayner, C., 2002. Investigation of biogenic amines in fish and fish product. Feed Mix.2 1-17. Public health division. Victorian Government Departemen of Human Services. Ed.1. www. Foodsafety.vic.gov.au Greene, 1998. Anti-histamine organics. http://www.dietitian.com/allergie.html. Food, herb, vitamin sources. Halasz, A., Barath, A., Simon-Sarkadi, L., and Holzapel, W., 1994. Biogenic amines and their production by micro-organism in food-Review. Trends in Food Science and Tecnology, 5:42-49. Holt, J.G., 1994. Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore. Kim, S.H., An, H., and Price, R.J., 1999. Histamine formation and bacterial spoilage of albacore harvested off the U.S. Northwest coast. Journal of Food Science, 64(2): 340-343. Kerr, M., Lawicki, P., Aguirre, S. and Rayner, C., 2002. Effect of storage conditions on histamine formation in fresh and canned tuna. Public health division. Victorian Government Departemen of Human Services. Ed.1. www. Foodsafety.vic.gov.au. Kose, S. and Hall, P.Q.G., 2003. Change in the level of histamine during processing and storage of fish meal. Anim Feed Sci. and Tech., 107: 161-172 Marieb, E., 2001. Human anatomy and physiology. 5th Ed. Benjamin Cumming, San Francisco. Niven, C.C.G., Da Ponte, D.J.B., and Enes Dapkevivius, M.L.N., 1981. Storage temperature effect on histamine formation in big eye tuna and skipjack. Jornal of Food Science, 63(4): 644-647. Pousti, A., Malihi, G., Bakhtiarian, A., and Abdollahi, Z., 2002. The comparative effect of four anthistamines on isolated rat atria. Irianian Journal of Pharmacology and Therapeutics, 1(2): 20-23. Scoging, A.C., 1998. Scombrotoxic (histamine) fish poisoning in the United Kingdom. Communicable Diseases and Public Health, 1(3): 204-205. BSN., 2009. SNI 2354.10:2009: Cara uji kimia - bagian 10 - penentuan kadar histamin pada produk perikanan dengan spektroflorometri dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) pada produk perikanan ICS.67.050. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Takahashi, H., Kimura, B., Yoshikawa, M., and Fujii, T., 2003. Cloning and sequencing of the histidine decarboxylase genes of Gram-negative, Histamine-producing bacteria and their application in detection and identification of these organisms in fish. Appl Environ Microbiol., 69(5): 2568–2579. 13 Biosfera 26 (1) Januari 2009 Taylor, S.L., 1986. Histamine food poisoning: toxicology and clinical aspects. Critical reviews in toxicology, 17(2): 91-128. Yoshinaga, D.H. and Frank, H.A., 1982. Histamine-producing bacteria in decomposing skipjack tuna (Katsuwonas pelamis). Applied Environmental Microbiology, 4(2): 447-52.