BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kerangka acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek yang berhubungan dengan topik atau masalah peneliti. Peneliti akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Teori yang dikemukakan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai motivasi, kompetensi, kepuasan kerja dan kinerja. 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi atau instansi untuk mencapai tujuan dari organisasi atau instansi tersebut. Dalam manajemen sendiri bertujuan untuk mengatur dan mengelola sumber daya yang tersedia dalam organisasi atau instansi. Agar pengertian manajemen ini lebih jelas ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi-definisi manajemen diantaranya adalah : Menurut Daft (2010:4), mendifinisikan bahwa : “Management is the attainment of organizational goal in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang 22 23 efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi”. Menurut G.R Terry (2010:16) yang diterjemahkan oleh G. A Ticolau, mendefinisikan bahwa : “Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”. Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2014:8), mendefinisikan bahwa : “Manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuantujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan”. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mengatur orang lain dalam suatu organisasi agar bekerja dengan efektif dan efisien sehingga mampu mencapai tujuan dari organisasi tersebut. 2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang menangani permasalahan dalam ruang lingkup buruh, tenaga kerja, menejer dan pegawai. Manajemen sumber daya manusia sangat penting untuk aktivitas organisasi atau instansi agar tujuan dari instansi tersebut dapat dicapai. Agar pengertian 24 manajemen sumber daya manusia ini lebih jelas ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi-definisi manajemen sumber daya manusia diantaranya adalah : Menurut Armstrong dalam Donni Juni Priansa (2014:28), mendefinisikan bahwa : “Praktek sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan semua aspek tentang bagaimana orang bekerja dan dikelola dalam organisasi. Ini mencakup kegiatan seperti strategi SDM, manajemen SDM, tanggung jawab sosial perusahaan, manajemen pengetahuan, pengembangan organisasi, sumbersumber SDM, manajemen kinerja, pembelajaran dan pengembangan, manajemen imbalan, hubungan karyawan, kesejahteraan karyawan, kesehatan dan keselamatan, serta penyedia jasa karyawan.” Menurut Edwin B. Flippo dalan Donni Juni Priansa (2014:29), mendefinikan bahwa : “Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan individu, karyawan dan masyarakat”. Menurut Marwansyah (2010:3), mendefinisikan bahwa : “Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsifungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial”. Menurut Veithzal Rivai dalam Suwatno (2014:28), mendefinisikan bahwa : “Manajemen SDM merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka 25 berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya me-manage (mengelola) sumber daya manusia”. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2.1.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Adapun penjelasan tentang fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Edwin B. Flippo dalam Donni Juni Priansa (2014:32) ,yaitu : a. Pengadaan tenaga kerja adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan keperluan perusahaan. b. Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan modal karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masa kini maupun masa depan. c. Kompensasi ialah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil (sesuai dengan prestasi kerjanya) dan layak (dapat memenuhi kebutuhan primernya 26 serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi) d. Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercapainya kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. e. Pemeliharaan adalah untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sampai pensiun. f. Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumberdaya manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah kegiatan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial. g. Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini desebabkan oleh keinginan karyawan dan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Berdasarkan uraian diatas tentang fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia maka dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan. 27 2.1.3 Pengertian Motivasi Pegawai memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga motivasi yang dibutuhkan oleh pegawaipun berbeda satu sama lainnya. Tetapi apabila sudah ada dalam suatu instansi maka instansi tersebut haruslah mampu memenuhi kebutuhan para pegawainya. Motivasi pegawai haruslah tetap tinggi untuk mencapai sasaransasaran kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Agar pengertian motivasi ini lebih jelas ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi-definisi motivasi diantaranya adalah : Menurut Frederick Herzberg dikutip dalam Doni Juni Priansa (2014:171) menyatakan bahwa: “Motivasi adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang”. Menurut Stephen P. Robbins dalam Donni Juni Priansa (2014:171), menyatakan bahwa : “Motivasi kerja sebagai kesediaan untuk melaksanakan upaya tingkat tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu”. Menurut Veithzal Rivai (2011:837), mendifinisikan bahwa: “Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu tuntuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan”. Menurut Edwin B. Flippo yang dikutip oleh Malayu S. P Hasibuan (2010:143), mendefinikan bahwa : 28 “Direction or motivation is essence, it is a skill in aligning employee or organization interest so that behavior result in achievement of employee want simultaneously with attainment or organizational objectives.” (Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan pegawai dan tujuan organisasi dapat tercapai sekaligus). Berdasarkan beberapa pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu organisasi yang berfungsi alat untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Motivasi kerja juga mengandung dua tujuan utama yaitu dari dalam diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi tempatnya bekerja. 2.1.3.1 Teori-Teori Motivasi Ada beberapa teori motivasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang menekuni kegiatan pengembagan teori motivasi. Dikutip dalam buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teoti motivasi tersebut antara lain : 1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow Teori ini mengikuti teori jamak, yakni seorang berperilaku/bekerja,karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Karena kebutuhan yang diinginkan pegawai berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi maka muncul tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima. Teori motivasi yang 29 dikembangkan oleh Maslow yang menyatakan bahwa setiap diri manusia itu sendiri terdiri atas lima tingkat atau hirarki kebutuhan, yaitu : a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs) Merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. Misalnya kebutuhan untuk makan, minum, bernafas. b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs) Kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup, tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. c. Kebutuhan Sosial (Social Needs) Kebutuhan untuk mereka memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. d. Kebutuhan akan Harga Diri atau Pengakuan (Esteem Needs) Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam lingkungannya. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs) Kebutuhan untuk kegunaan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu. 30 Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow Sumber : Donni Juni Priansa (2014:207), Perencanaan & Pengembangan SDM Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira 85% kebutuhan fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40% kebutuhan harga diri, dan hanya 10% dari kebutuhan aktualisasi diri. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih berisifat teoritis, namun telah memberikan pondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif. Dengan demikian, setiap pegawai harus dapatmemotivasi dirinya sendiri agar dapat mencapai kepuasan kerja. 2. Teori Kebutuhan Berprestasi McClelland Menurut McClelland menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga jenis yaitu : a. Kebutuhan Berprestasi (N-Ach) 31 Need for Achievement adalah kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggungjawab untuk pemecahan masalah. Seseorang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi cenderung untuk mengambil risiko. Kebutuhan akan berprestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses b. Kebutuhan Kekuasaan (N-Pow) Need for Power adalah kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai autoritas, untuk memiliki pengaruh kepada orang lain. Kebutuhan akan kekuasaan menjadikan pegawai memiliki motivasi untuk berpengaruh dalam lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. c. Kebutuhan Berafiliasi (N-Affil) Need for Affiliation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan oranglain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Kebutuhan akan afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan oleh McClelland bahwa kebutuhan dan motif memiliki arti yang dapat dipertukarkan satu sama lain. Kebutuhan atau motif ini dimiliki oleh setiap orang dengan proporsi yang berbeda-beda dan masing-masing orang memiliki kebutuhan yang berbeda pula. 32 3. Teori Dua Faktor Herzberg Teori ini dikembangkan dan dikenal dengan model dua faktor, yaitu : a. Faktor Motivasional Hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seeorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir, dan pengakuan orang lain. b. Faktor Hygiene atau Pemeliharaan Faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Faktor-faktor pemeliharaan mencakup antara lain status pegawai dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. 2.1.3.2 Jenis-jenis Motivasi Ada dua jenis motivasi menurut Malayu S. P Hasibuan (2010:150), yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. 1. Motivasi positif (insentif positif) 33 Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. 2. Motivasi negatif (insentif negatif) Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendaoatkan hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka tetap dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Motivasi diatas sering digunakan oleh suatu organisasi atau instansi. Dan dalam penggunaannya harus tepat, baik atau benar, dan juga seimbang agar dapat meningkatkan semangat kerja bagi pegawai dan mencapai suatu keinginan atau kebutuhan para pegawai. 2.1.3.3 Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Dimensi dan indikator dalam penelitian motivasi kerja, penulis mengambil teori dua faktor Frederick Herzberg yang digunakan sebagi operasionalisasi variabel dalam penelitian, diuraikan sebagai berikut : 1. Status pegawai dalam organisasi. Tingkat sejauhmana instansi memberikan status yang jelas. 2. Hubungan seorang individu dengan atasannya. Tingkat keharmonisan hubungan individu dengan atasan. 34 3. Hubungan seorang dengan rekan-rekannya. Tingkat berkomunikasi yang baik dengan rekan-rekannya. 4. Teknik penyelia yang diterapkan oleh para penyelia. Tingkat ketepatan teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia. 5. Kebijakan organisasi. Tingkat ketepatan kebijakan organisasi. 6. Sistem administrasi dalam organisasi. Tingkat ketepatan sistem administrasi di dalam instansi. 7. Kondisi kerja. Tingkat dukungan kondisi kerja di instansi. 8. Sistem imbalan yang berlaku. Tingkat ketepatan pada sistem imbalan yang berlaku di instansi. 2.1.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja Motivasi merupakan pendorong tingkah laku pegawai. banyak faktor yang dapat mempengaruhi, menurut Donni Juni Priansa (2014:220) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai antara lain adalah berkaitan dengan : 1. Keluarga dan Kebudayaan Motivasi berprestasi pegawai dapat dipengaruhi oleh lingkngan sosial seperti orangtua dan teman. 2. Konsep Diri Konsep diri berkaitan dengan bagaimana pegawai berfikir tentang dirinya. 3. Jenis Kelamin 35 prestasi kerja di lingkungan pekerjaan umumnya diidentikan dengan maskulinitas, sehingga ada perbedaan prestasi kerja antara pria dan wanita. 4. Pengakuan dan Prestasi Pegawai akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila dirinya merasa diperdulikan atau diperhatikan oleh pimpinan, rekan kerja dan lingkungan pekerjaan. 5. Cita-cita dan Aspirasi Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi pegawai. 6. Kemampuan Belajar Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri pegawai, dalam kemampuan beajar ini taraf perkembangan berpikir pegawai menjadi ukuran. 7. Kondisi Pegawai Kondisi fisik dan psikologis pegawai sangat mempengaruhi faktor motivasi kerja, sehingga sebagai pimpinan organisasi harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologi pegawai. 8. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar diri pegawai. Unsur-unsur ini dapat berasal dari lingkungan keluarga, organisasi, maupun lingkungan masyarakat. 9. Unsur-unsur Dinamis dalam Pekerjaan 36 Unsur-unsur dinamis dalam pekerjaan adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses pekerjaan tidak stabil, kadang-kadang kuat ataupun sebaliknya. 10. Upaya Pimpinan Memotivasi Pegawai Upaya yang dimaksud adalah bagaimana pimpinan mempersiapkan strategi dalam memotivasi pegawai. 2.1.4 Pengertian Kompetensi Instansi pemerintah sering megalami penurunan kinerja, hal itu bisa saja terjadi karena adanya perbedaan kompetensi antara satu pegawai dengan pegawai yang lainnya, penurunan kinerja tersebut pasti akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi tersebut terhadap masyarakat dan instansi terkait lainnya. Berikut adalah pengertian kompetensi menurut beberapa ahli, diantaranya : Menurut Spencer dalam Moeheriono (2014:5), mendefinisikan bahwa : “Karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja”. Menurut McClelland dalam Veithzal Rivai (2011:299), mendefinisikan bahwa : “Kompetensi (competency) sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap atau dapat memprediksikan kinerja yang sangat baik”. 37 Boyatzis dalam Donni Juni Priansa (2014:253), mendefinisikan bahwa : “Kompetensi adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan”. Berdasarkan dari beberapa pengertian yang dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan kompetensi adalah karakteristik yang berkaitan dengan efektivitas kinerja yang membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi. 2.1.4.1 Tujuan Kompetensi Kompetensi pun memiliki tujuan, terdapat beberapa pendapat dari beberapa para ahli yang mengemukakan tentang tujuan dari kompetensi agar suatu organisasi atau instansi berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Para pegawaipun harus mengetahui apa tujuan dari kompetensi agar mereka terdorong untuk memberikan kontribusi yang optimal kepada instansi atau organisasi. Menurut menurut Hutapea dan Nuriana (2011: 16-19) kompetensi dalam organisasi atau instansi pada umumnya bertujuan untuk : 1. Pembentukan Pekerjaan Kompetensi teknis dapat digunakan untuk menggambarkan fungsi, peran, dan tanggung jawab pekerjaan di suatu organisasi, hal-hal tersebut dipengaruhi oleh tujuan instansi. Sedangkan kompetensi perilaku digunakan untuk menggambarkan tuntutan pekerjaan atas perilaku pemangku jabatan agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan prestasi luar biasa. 38 2. Evaluasi Pekerjaan Kompetensi dapat dijadikan salah satu faktor pembobot dalam pekerjaan, yang digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan serta tantangan pekerjaan merupakan komponen yang memberikan porsi terbesar dalam menentukan bobot suatu pekerjaan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah komponen dasar pembentuk kompetensi. 3. Rekrumen dan Seleksi Kompetensi dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam persyaratan jabatan, yang kemudian dijadikan pedoman untuk menyeleksi calon pegawai yang akan menduduki jabatan atau melaksanakan pekerjaan tersebut. 4. Pembentukan dan Pengembangan Organisasi Kompetensi dapat menjadi pondasi yang kuat untuk pembentukan dan pengembangan organisasi kearah organisasi yang produktif. 5. Membentuk dan Memperkuat Nilai dan Budaya Organisasi Peran kompetensi sangat diperlukan untuk membentuk dan mengembangkan nilai budaya organisasi,hal ini dapat terjadi apabila nilai budaya organisasi sesuai dengan kompetensi inti perusahaan. 6. Pembelajaran Organisasi Peran kompetensi bukan hanya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan melainkan juga untuk membentuk karakter pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pegawai. 7. Manajemen Karier dan Penilaian Pontensi Pegawai 39 Kompetensi dapat digunakan untuk membantu organisasi atau instansi menciptakan pengembangan karir bagi pegawai untuk mencapai jenjang karier yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. 8. Sistem Imbal Jasa Pemberian imbal jasa yang dihubungkan dengan pencapaian kompentesi individu akan mendukung pelaksanaan sistem kompetensi yang digunakan oleh organisasi secara keseluruhan. 2.1.4.2 Karakteristik Kompetensi Menurut Spencer dalam Moeheriono (2014:14) kompetensi dasar seorang individu terdiri atas 5 hal, yaitu : 1. Watak (traits), yaitu yang membuat seseorang mempunyai sikap perilaku atau bagaimanakagorang tersebut merespon sesuatu dengan cara tertentu. 2. Motif (motive), yaitu sesuatu yang diinginkan seseorang atau secara konsisten dipikirkan dan diinginkan yang mengakibatkan suatu tindakan. 3. Konsep Diri (self-concept), adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai tersebut dapat diukur melalui tes untuk mengetahui nilai yang dimiliki. 4. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang pada bidang tertentu atau pada arena terentu. 5. Keterampilan atau keahlian (skill), yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. 40 Dari lima kompetensi dasar individu (the iceberg model) yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.2 Model Lima Kompetensi Dasar Sumber : Spencer dalam Moeheriono (2014:14) Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat adanya perbedaan letak atau keadaan, yaitu kompetensi knowledge dan skill lebih bersifat nyata atau visible, sehingga mudah dalam pengembangannya, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan motive, trait dan self concept bersifat tersembunyi dan merupakan karakteristik kepribadian manusia yang paling dalam, sehingga lebih sulit untuk dikembangkan. 2.1.4.3 Dimensi dan Indikator Kompetensi Dimensi dan indikator dalam kompetensi, penulis mengambil teori kompetensi menurut Spencer dalam Moeheriono (2014:5) yang digunakan sebagai operasionalisasi variabel yang diuraikan sebagai berikut : 41 1) Watak Indikatornya seperti memberikan dorongan untuk lebih mlatih karakteristik mental pegawai, agar dapat lebih memenuhi peraturan yang ada di dalam organisasi atau instansi. 2) Motif Indikatornya seperti memberikan dorongan dalam bekerja agar dapat lebih giat lagi dalam bekerja, guna memenuhi keinginan dan kebutuhan pegawai. 3) Konsep Diri Indikatornya seperti dorongan untuk berpenampilan, tutur bahasa, dan periaku yang baik di dalam instansi. 4) Pengetahuan Indikatornya seperti dorongan untuk para pegawai agar dapat memperluas pengetahuan tentang tugas atau pekerjaan yang diberikan instansi. 5) Keterampilan Indikatornya seperti dorongan untuk setiap pegawai memiliki keterampilan dalam bekerja agar mendapatkan hasil kerja yang baik. 2.1.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor lain, Michael Zwell dalam Wibowo ( 2010:102) mengungkapkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi, diantaranya : 1. Keyakinan dan Nilai-nilai 42 Keyakinan seseorang terhadap dirinya dan orang lain akan sangat mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Apabila orang tersebut memiliki pikiran yang positif tentang dirinya maupun orang lain maka akan menjadi seseorang yang memiliki ciri orang yang berpikir kedepan. 2. Keterampilan Keterampilan memainkan peran dikebanyakan kompetensi.Pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan dengan kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi individu. 3. Pengalaman Pengalaman merupakan elemen kompetensi yang diperlukan dalam dunia kerja, tetapi untukmenjadi ahli tidak cukup hanya dengan pengalaman. 4. Karakteristik Kepribadian Dalam kepribadian termasuk banyak faktor yang diantaranya untuk berubah, tetapi keperibadian bukannya sesuatu yang tidak dapat berubah. Kepribadian seseorang dapat berubah kapan saja apabila ia berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya. 5. Isu Emosional Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Takut untuk membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai semuanya cenderung membatasi inisiatif dariseorang pegawai. 6. Kemampuan Intelektual Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. 43 2.1.5 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan mengacu pada tingkat satu pemenuhan kebutuhan, keinginan dan hasrat. Kepuasan pada dasarnya tergantung pada apa yang seseorang ingin dapatkan dalam hidupnya. Kepuasan kerja adalah ukuran dari seberapa bahagia seorang pegawai dengan pekerjaan dan jabatan yang dimilikinya. Berikut merupakan beberapa pengertian mengenai kepuasan kerja menurut para ahli diantaranya : Menurut Wexley dan Yuki dalam Suwanto (2011:263), mendifinisikan bahwa : “Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda dari pekerjaan. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya itu menggambarkan pengalamanpengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan dan harapan-harapan mengenai pengalaman mendatang”. Menurut Hasibuan (2010:117), mendifinisikan bahwa : “Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja”. Menurut Danang (2011:25), mendifinisikan bahwa : “Kepuasan kerja merupakan sifat individual seseorang sehingga memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan begitu pula sebaliknya”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan pegawai terhadap pekerjaannya dalam sebuah organisasi atau instansi, 44 apakah senang atau tidak senang, hal ini merupakan hasil interaksi pegawai dengan lingkungan kerjanya serta penilaian pegawai terhadap pekerjaannya. Perasaan pegawai terhadap pekerjaan mencerminkan sikap dan perilakunya dalam bekerja. 2.1.5.1 Teori Kepuasan Kerja Ada beberapa teori motivasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang menekuni kegiatan pengembagan teori kepuasan kerja., yang dikutip dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara (2010 : 120) yaitu : a. Teori Keseimbangan (Equity Theory), teori ini dikembangkan oleh adam. Adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison,= person, dan equity in equity. Wexley dan yukl mengemukakan bahwa input adalah semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanaan kerja misalnya pendidikan, pengalaman, keahlian, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh yang dirasakan karyawan, misalnya upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali, kesemoatan untuk berprestasi dan mengekpresikan diri. Sedangkan comparison person adalah seorang karyawan dalam organisasi yang sama, seorang karyawan dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya karyawan merupakan hasil dari membandingkan input-outcome dirinya dengan inputoutcome karyawan lain. Jadi jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka karyawan tersebut akan merasa puas. Tetapi bila terjadi tidak 45 seimbangn (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensasion inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya) dan sebaliknya under compensasion inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan karyawan lain yang menjadi pembanding atau comparison person). b. Teori Perbedaan (discrepancy Theory), teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Teori ini mengemukakan bahwa mengukur kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan. Locke mengemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan bergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh karyawan. Apabila yang didapat karyawan ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan maka karyawan tersebut akan merasa puas. Sebaliknya, apabila yang didapt karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan karyawan tidak puas. c. Teori Pemenuhan Kebutuhan, menurut teori ini kepuasan kerja karyawan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan karyawan. Karyawan akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan karyawan terpenuhi, maka semakin puas pula karyawan tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, karyawan akan merasa tidak puas. d. Teori Pandangan Kelompok, menurut teori ini kepuasan kerja bukanlah tergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh karyawan dianggap sebagai 46 kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh karyawan dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesyai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. 2.1.5.2 Dampak Kepuasan Kerja Dampak perilaku pegawai dari kepuasan kerja telah banyak diteliti dan dikaji. Menurut Donni Juni Priansa (2014:294) ada beberapa dampak dari kepuasan kerja diantaranya : 1. Kinerja. 2. Organizational Citizenship Behavior. 3. Perilaku Menghindar. 4. Burnout. 5. Kesehatan Mental dan Fisik. 6. Perilaku Kontraproduktif. 7. Kepuasan Hidup. 2.1.5.3 Dimensi dan Indikator Kepuasan Kerja Menurut Luthans (2005) dalam Marihot Tua Effendi (2010:290) terdapat beberapa Dimensi dan indikator Kepuasan kerja sebagai berikut : 1. Faktor Ekstrinsik, merupakan faktor yang bersumber dari luar diri seorang pekerja. Yang memiliki indikator sebagai berikut : a. Kepuasan terhadap gaji. 47 2. b. Kepuasan terhadap keamanan kerja. c. Kepuasan terhadap kondisi kerja. d. Kepuasan terhadap status. e. Kepuasan terhadap kebijakan organisasi. f. Kepuasan terhadap mutu teknik pengawasan. g. Kepuasan terhadap interaksi antar pegawai. Faktor Intrinsik, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri seorang pegawai. Yang memiliki indikator sebagai berikut : a. Kepuasan terhadap pengakuan. b. Kepuasan terhadap tanggung jawab. c. Kepuasan terhadap prestasi. d. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri. e. Kepuasan terhadap kemungkinan untuk berkembang. f. Kepuasan terhadap kemajuan. 2.1.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Baron & Byrne dalam A. Mangkunegara (2011 : 120) ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : 1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, presepsi, sikap kerja. 48 2. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, motivasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja. 2.1.6 Pengertian Kinerja Setiap instansi atau perusahaan menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya, terdiri dari elemen para pelaku/pegawai yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sendiri-sendiri maupun berkelompok dengan tujuan untuk efisiensi dan optimalisasi pencapaian tujuan yang akan dicapai. Para pegawai yang bekerja sangat mempengaruhi kinerja suatu instansi, hal ini karena pegawai merupakan penggerak utama bagi setiap kegiatan operasional dan sangat berperan aktif untuk tercapai atau tidaknya suatu tujuan instansi. Berikut merupakan beberapa pengertian mengenai kinerja menurut para ahli diantaranya : Menurut Sedarmayanti (2011:260), mendifinisikan bahwa : “Kinerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja (apa yang harus dicapai seseorang) dan kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya)”. Menurut Mathis dan Jackson dalam Donni Juni Priansa (2014:269) menyatakan bahwa : 49 “Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai dalam mengemban pekerjaannya”. Menurut Benardin dan Russel dalam Donni Juni Priansa (2014:270), menyatakan bahwa : “Kinerja merupakan hasil yang di produksi oleh fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan pada pekerjaan tertentu selama periode waktu tertentu, yang memperlihatkan kualitas dan kuantitas dari pekerjaan tersebut”. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seorang pegawai di dalam pekerjaannya, yang didalamnya terlihat bagaimana kualitas dan kuantitas seorang pegawai dalam mengerjakan suatu pekerjaan. 2.1.6.1 Tujuan dan Sasaran Kinerja Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi, tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Veithzal Rivai (2011:552), pada dasarnya meliputi : 1. Meningkatkan etos kerja. 2. Meningkatkan motivasi kerja. 3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini. 4. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan. 5. Pemberian imbalan yang sesuai. 6. Untuk pembeda antar pegawai yang satu dengan yang lainnya. 7. Pengembangan SDM. 50 8. Alat untuk membantu dan mendorong pegawai agar inisiatif. 9. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan agar kinerja menjadi baik. 10. Untuk memperoleh umpan balik dari pegawai. 11. Pemutusan hubungan kerja. 12. Memperkuat hubungan antar pegawai. 13. Sebagai penyalur keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. 2.1.6.2 Akuntabilitas Pemerintah Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, sasaran sistem tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menjadikan Instansi pemerintah yang akuntabel, sehingga dapat beroperasi secara efisien,efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat. 2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah dan terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional. 3. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah atas pertanggung jawabannya. Ruang lingkup sistem akuntabilitas instansi pemerintah adalah mencakup semua kegiatan utama dari instansi pemerintah yang memeberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah. 51 2.1.6.3 Dimensi dan Indikator Kinerja Pegawai Menurut Robbins (2006:260) dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2011:75) dimensi dan indikator kinerja adalah sebagai berikut : 1) Kualitas Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. 2) Kuantitas Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing. 3) Tanggung Jawab Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan. 4) Kerjasama Pegawai mampu bekerja sama dengan rekan kerjanya dalam menyelesailamtugas yang diberikan oleh organisasi atau instansi. 5) Insiatif Pegawai mempunyai kemampuan dalam mengerjakan tugas dan mempunyai inisiatif. 2.1.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Keith Davis dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain : 52 a) Faktor Kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya. b) Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2010 : 68), berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Menurut Gibson (2008) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja : a) Faktor Individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. b) Faktor Psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja c) Faktor Organisasi : motivasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). 53 2.1.7 Landasan Teori Secara Keseluruhan Dibawah ini merupakan gambar landasan teori secara keseluruhan yang ada di dalam penelitian ini, yang didalamnya mencakup tentang General Theory, Middle Range Theory, Application Theory. 54 Grand Theory Manajemen Menurut Daft (2010:4), G.R Terry (2010:16), Mary Parker Follet dalam Handoko (2014:8) Manajemen Sumber Daya Manusia Middle Range Theory Armstrong dalam Donni Juni Priansa (2014:28), Edwin B. Flippo dalan Donni Juni Priansa (2014:29), Marwansyah (2010:3), Veithzal Rivai dalam Suwatno (2014:28) Kompetensi Motivasi Application theory Spencer dalam Moeheriono (2014:5), McClelland dalam Veithzal Rivai (2011:299), Boyatzis dalam Donni Juni Priansa (2014:253), Hutapea dan Nuriana (2011: 16-19), Spencer dalam Moeheriono (2014:14), Spencer dalam Moeheriono (2014:5), Michael Zwell 2000:56-68 dalam Wibowo 2010:102 Frederick Herzberg, Stephen P. Robbins, Edwin B. Flippo, Veithzal Rivai (2011:837), Donni Juni Priansa (2014:205-212), Malayu S. P Hasibuan (2010:150), Donni Juni Priansa (2014:220), McClelland, Maslow Kepuasan Kerja Wexley dan Yuki (2011), Hasibuan (2010:117), Danang (2011:25), Anwar Prabu Mangkunegara (2010 : 120), Luthans (2005) dalam Marihot Tua Effendi (2010:290), Donni Juni Priansa (2014:294), Baron & Byrne (2011) Kinerja Sedarmayanti (2011:260), Mathis dan Jackson (2014:269), Benardin dan Russel (2014:270), Veithzal Rivai (2011:552), Robbins (2006:260) (2011:75), Keith Davis (2010:67) Gambar 2.3 Landasan Teori Keseluruhan 55 2.1.8 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah motivasi dan kompetensi terhadap kepuasan kerja, dan implikasinya pada kinerja pegawai. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 2 Penulis dan Judul Penelitian Suprapto (2009) Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Sebagai Moderating Variabel di Kantor Kecamatan Ermoko, Wonogiri (Jurnal) Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana Sudibya, I Wayan Mudiartha Utama (2012) Pengaruh Motivasi, Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi dan motivasi terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan sebagai moderating variabel di kantor Kecamatan Ermoko, Wonogiri 1. Memiliki kesamaan dalam meneliti tentang kompetensi dan motivasi kerja. 2. Memiliki kesamaan dalam meneliti kepuasan kerja serta implikasinya pada kinerja. 1. Tempat dan obyek penelitian meliki perbedaan . 2. Kota penelitian tidak sama dengan kota penelitian penulis. Terdapat pengaruh positif dari motivasi, lingkungan kerja, kompetensi dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. 1. Memiliki kesamaan dalam meneliti tentang kompetensi dan motivasi kerja. 2. Memiliki kesamaan dalam meneliti kepuasan kerja serta implikasinya 1. Tempat dan obyek penelitian meliki perbedaan . 2. Kota penelitian tidak sama dengan 56 Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali (Jurnal) 3 4 Safwan Nadirsyah, Syukriy Abdullah (2014) Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kepuasan pada Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya (Jurnal) M. Yusuf A. Samad (2015) Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Aparatur (Survey pada Sekretariat DPRK Bireun pada kinerja. kota penelitian penulis. Terdapat pengaruh Positif dan signifikan Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kepuasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya 1. Memiliki kesamaan dalam meneliti tentang kompetensi dan motivasi kerja. 2. Memiliki kesamaan dalam meneliti kepuasan kerja 1. Tempat dan obyek penelitian meliki perbedaan . Terdapat pengaruh Positif dan signifikan Kompetensi dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Aparatur (Survey pada Sekretariat DPRK Bireun Provinsi Aceh) 1. Memiliki kesamaan dalam meneliti kepuasan kerja serta implikasinya pada kinerja. 1. Tempat dan obyek penelitian meliki perbedaan . 57 5 Provinsi Aceh) (Jurnal) Marina Adharianti (2012) Pengaruh Kepuasan kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pontianak (Jurnal) Terdapat pengaruh Positif dan signifikan Kepuasan kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pontianak 1. Memiliki kesamaan dalam meneliti kepuasan kerja serta implikasinya pada kinerja 1. Tempat dan obyek penelitian meliki perbedaan . Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya memfokuskan pada aspek kinerja pegawai sebagai isu sentralnya. Begitu juga variabel yang ditetapkan adalah pengembangan dari variabel penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini menunjukan perbandingan yang substantif dengan penelitian sebelumnya, sehingga originalitas penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan. 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran yang dibuat berdasarkan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan dari beberapa konsep tersebut. Salah satu faktor penting dalam menciptakan instansi yang unggul yaitu sumber daya manusia yang potensial dan produktif. Instansi yang memiliki SDM yang handal akan dapat menciptakan kompetensi dan motivasi yang tinggi 58 sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai itu sendiri yang juga akan berdampak pada meningkatnya kinerja. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja setiap pegawai, perilaku nyata yang dapat diperlihatkan oleh pegawai adalah dengan terciptanya prestasi kerja yang dihasilakan oleh pegawai yang sesuai dengan tugas atau peran di dalam instansi atau organisasi. Motivasi kerja dan Kompetensi yang tinggi akan menghasilkan kinerja dan kepuasan kerja yang optimal apabila pegawai diberi kebebasan, keleluasaan, dan kemandirian dalam bekerja. Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas, dapat dilihat bahwa telah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti tentang motivasi dan kompetensi terhadap kepuasan kerja serta implikasinya pada kinerja pegawai. Sesuai dengan yang telah dikemukakan sebelumnya dari penelitian terdahulu, maka pembahasan selanjutnya adalah tentang keterkaitan antar variabel. 2.2.1 Pengaruh Motivasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Motivasi kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu organisasi yang berfungsi alat untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Motivasi kerja juga mengandung dua tujuan utama yaitu dari dalam diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi tempatnya bekerja. Hasil penelitian M. Yusuf A. Samad (2015), Safwan Nadirsyah, dkk (2014), Suprapto (2009) dan Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, dkk 59 (2012) terbukti bahwa motivasi memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. 2.2.2 Pengaruh Kompetensi terhadap Kepuasan kerja Kompetensi adalah karakteristik yang berkaitan dengan efektivitas kinerja yang membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi. Pegawai yang kompeten bisanya memiliki karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan kerja yang relatif stabil sehingga mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik, bertanggung jawab dan mau meningkatkan kualitas diri sehingga merasa puas dengan apa yang dikerjakannya. Hasil penelitian M. Yusuf A. Samad (2015), Safwan Nadirsyah, dkk (2014), Suprapto (2009) dan Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, dkk (2012) terbukti bahwa kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Kompetensi berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. 2.2.3 Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai yang memiliki motivasi dan kompetensi yang tinggi dapat memanfaatkannya dengan optimal untuk meningkatkan kualitas kontribusi individu dan pencapaian visi, misi serta tujuan organisasi. Motivasi dipastikan mempengaruhi kepuasan kerja meskipun bukan satu-satunya faktor yang dapat 60 mempengaruhi kepuasan. Seorang pegawai yang memiliki kompetensi namun tanpa didukung motivasi yang tinggi maka tidak akan mendapat kepuasan kerja yang optimal, maka dari itu motivasi dan kompetensi memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian M. Yusuf A. Samad (2015), Safwan Nadirsyah, dkk (2014), Suprapto (2009) dan Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, dkk (2012) terbukti bahwa motivasi dan kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi dan kompetensi berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. 2.1.8 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kinerja yang dicapai oleh seorang pegawai tergantung berbagai aspek yang terkait didalamnya baik individu itu sendiri maupundukungan dari instansi tempatnya bekerja. Kepuasan kerja merupakan aspek penting pada diri seseorang didalam sebuah organisasi. kepuasan kerja karyawan dapat mempengaruhi sikap kerja pegawai dalam bekerja seperti malas, rajin, produktif dan lain-lain yang akan berpengaruh secara langsung dalam pencapaian kinerja. Dari hasil peneitian Marina Adharianti (2012), terbukti bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. 61 Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan paradigma penelitian mengenai pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Kepuasan kerja serta implikasinya pada Kinerja yang dinyatakan dalam gambar 2.4. 62 Motivasi 1. Status pegawai dalam organisasi 2. Hubungan seorang individu dengan atasannya 3. Hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya 4. Teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia 5. Kebijakan organisasi 6. Sistem administrasi dalam organisasi 7. Kondisi kerja 8. Sistem imbalan yang berlaku (Frederick Herzberg dalam Donni Juni Priansa, 2014:212) Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, dkk (2012), Safwan Nadirsyah, dkk (2014) Suprapto (2009), M. Yusuf A. Samad (2015) Kinerja Kepuasan kerja Watak Motif Konsep Diri Pengetahuan Keterampilan Spencer dalam Moeheriono (2014:5) Tanggung jawab Kuantitas kerja Kualitas kerja Kerjasama 5. Inisiatif 1. Faktor Intrinsik 2. Faktor Ekstrinsik Luthans dalam Marihot Tua Effendi (2010:290). Kompetensi 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. Suprapto(2009), M. Yusuf A. Samad (2015) Anak Agung Ngurah Bagus Dhermawan, dkk (2012), Safwan Nadirsyah, dkk (2014) Gambar 2.4 Paradigma Penelitian Marina Adharianti (2012) Robbins dalam Anwar Prabu Mangkurabu (2011:67) 63 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Motivasi berpengaruh terhadap Kepuasan kerja. 2. Kompetensi berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja 3. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja. 4. Motivasi dan Kompetensi berpengaruh terhadap Kepuasan kerja serta implikasinya pada Kinerja baik secara simultan maupun secara parsial..