BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan konsep kunci keberhasilan suatu bisnis dimana pemasaran dengan memperhatikan keinginan dan kebutuhan pemenuhan pelanggan untuk tercapainya, kepuasan memberi dampak positif bagi perusahaan, di era persaingan bisnis yang begitu canggih dewasa ini. Pengertian marketing oleh para ahli dikemukakan berbeda-beda dalam penyajian dan penekanannya, tetapi semua itu sebenarnya mempunyai pengertian yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini beberapa definisi mengenai pemasaran yang penulis kutip dari para ahli: Definisi formal menurut The American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2012:12)menyebutkan : ”Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, ang exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and societyat large.” Berdasarkan definisi di atas mengandung arti bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. 10 11 Pengertian pemasaran menurut Hermawan Kartajaya (2009:9)adalah sebagai berikut : “Marketing is a strategic business discipline that directs the process of creating, offering, and exchanging value from one initiator to its stakeholders” Menurut Kotler dan Amstrong (2011:6) adalah : “Marketing is the process by which companies create value for customers and build strong customer relationship in order to capture value from customer in return” Definisi di atas mengandung arti bahwa pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari dari pelanggan sebagai imbalannya. Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu merupakan aktivitas menciptakan, mengkomunikasikan, menawarkan, dan melakukan pertukaran suatu kelompok atau individu untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan serta menciptakan nilai kepada para pelanggan dan mengelola hubungan dengan pelanggan yang akan memberikan manfaat yang baik untuk perusahaan. 2.1.1.1 Pelayanan dalam Pemasaran Jasa Konsep pemasaran memiliki orientasi kepada konsumen, sehingga semua strategi pemasaran harus disusun berdasarkan kebutuhan dan keinginan 12 konsumen. Tanpa pemahaman mengenai perilaku konsumen, strategi pemasaran dengan menggunakan konsep pemasaran tidak akan dapat disusun, sehingga tidak akan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mencapai tujuan ekonomi perusahaan. Prakteknya, konsep pemasaran mengalami perkembangan yang demikian pesat, seiring dengan semakin majunya teknologi, tingkat kehidupan masyarakat, dan lingkungan yang semakin dinamis. Pemasaran dapat dibagi menjadi dua bidang utama dari pemasaran barang (yang mencakup pemasaran barang-barang konsumen yang bergerak cepat dan barang-barang) dan pemasaran jasa.Perusahaan dalam bidang jasa atau pelayanan juga menerapkan konsep pemasaran yang disebut pemasaran jasa. Menurut Lovelock (2011) mengemukakan bahwa : Services marketing typically refers to both business to consumer (B2C) and business to business (B2B) services, and includes marketing of services like telecommunications services, financial services, all types of hospitality services, car rental services, air travel, health care services and professional services. Services are economic activities offered by one party to another. Pemasaran jasa biasanya mengacu pada kedua bisnis ke konsumen (B2C) dan bisnis ke bisnis (B2B) jasa, dan termasuk pemasaran layanan seperti layanan telekomunikasi, jasa keuangan, semua jenis layanan perhotelan, jasa penyewaan mobil, perjalanan udara, pelayanan kesehatan dan layanan profesional. Layanan adalah kegiatan ekonomi yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler dalam Ratih Huriyati (2006: 355) bahwa pemasaran jasa adalah mengenai janji-janji, janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. 13 Layanan adalah sebuah kegiatan atau serangkaian kegiatan lebih atau kurang berwujud alam yang biasanya, tetapi tidak harus mengambil tempat di interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia layanan, yang disediakan sebagai solusi untuk masalah pelanggan". Jasa (service) yang didefinisikan oleh Kotler dan Amstrong (2011:428) adalah ”A service is any act of performance that one party can offer to another that essentially intangible and does not result in the ownership of anything its production may or may not be tied to physical product” Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner (2009:3) mendefinisikan jasa sebagai berikut : “Service are include all economic activities whose output is not physical product or construction is generally consumed at the time it is produced and provides added value in forms(such as convinience, amusement, timeliness, comfort and health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”. Artinya jasa merupakan suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersama dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai dan sehat) bersifat tidak berwujud. Menurut Kotler dan Keller yang dialihbahasakan oleh Bob Sabran (2009:39) klasifikasi jasa dibedakan menjadi lima kategori, yaitu: 1. Hanya benda berwujud (a pure tangible goods), terdiri dari benda berwujud seperti sabun, pasta gigi dan lain-lain. Tidak ada produk pendamping untuk produk tersebut. 14 2. Benda berwujud dengan layanan pendamping (a tangible goods with accompanying service), terdiri dari benda berwujud di damping oleh satu layanan lebih. Misalnya mobil dan computer, penjualan akan lebih tergantung pada kualitas dan tersedianya layanan pelanggan yang mendampingi. 3. Hibrid (a hybrid), terdiri dari bagian yang sama antara produk dan jasa. Contoh orang-orang menjadi pelanggan restoran karena makanan dan layanannya. 4. Layanan utama dengan sedikit produk dan layanan pendamping (a mayor service with accompanying minor goods and service), terdiri dari layanan utama dengan tambahan atau produk pendukung. Contoh: penumpang maskapai penerbangan membeli jasa transportasi. Perjalanan tersebut termasuk beberapa benda berwujud, misalnya makanan, minuman, tiket, dan majalah maskapai penerbangan. Layanan tersebut membutuhkan modal insentif untuk realisasinya, yakni pesawat terbang tetapi hal yang utama adalah layanan. 5. Layanan murni (a pure service), hanya terdiri dari layanan. Contoh: jasa pengasuhan anak, terapi fisik pijat, dan lain-lain. Jasa ini banyak macamnya, mulai dari jasa tempat parkir sampai kepada armada angkutan udara, dari tukang becak sampai bis angkutan antar kota antar propinsi, dari mess sampai hotel bintang lima dan sebagainya. 15 2.1.1.2 Pelayanan Pelanggan (Customer Service) Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau dengan mesin sacara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Pengertian pelayanan menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan, dkk (2007:83) adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik sehingga pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen sendiri. Pelanggan merupakan kunci keberhasilan dalam usaha perusahaan.Kegiatan pelayanan pelanggan (customer care) kepada pelanggan mempengaruhi hubungan dengan pelanggan dan kemudian penjualan. Layanan dan dukungan kepada pelanggan yang baik dapat meyakinkan pelanggan bahwa pelanggan akan mendapatkan nilai maksimum dari pembelinya. Sangat menyedihkan apabila seorang pelanggan yang telah mengeluarkan banyak uang karena membeli sebuah produk, hanya dapat memanfaatkan sedikit fasilitas atau potensi produk tersebut. Definisi pelayanan pelanggan diungkapkan oleh Zeithaml, V.A., M.J. Bitner, and D.D. Gremler dalam Ratih Huriyati(2006:15), adalah terjadinya penyerahan, proses dan adanya performa atau kualitas yang dapat dirasakan oleh 16 pengguna. Dilihat dari keuntungan pelayanan dan dukungan kepada pelanggan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Perusahaan dapat memperoleh kepercayaan pelanggan Melalui pelayanan dan dukungan kepada pelanggan, mutu produk dapat pelanggan lihat dan pahami dengan benar. b. Pelanggan dapat memperoleh nilai maksimum dari produk Pelayanan dan dukungan kepada pelanggan yang baik dapat meyakinkan pelanggan bahwa nilai maksimum dari pembelian produk juga mereka peroleh.Pelanggan dapat memanfaatkan fasilitas atau potensi produk tersebut sesuai dengan kapabilitas yang telah diperkirakan oleh perusahaan kepada produk itu. c. Pelayanan dapat memberikan untung (laba) bagi perusahaan Pelayanan dan dukungan kepada pelanggan yang baik dalam beberapa kasus dapat memberikan keuntungan (laba) bagi perusahaan.Jumlah pendapatan dari bidang pelayanan pelanggan mungkin beberapa kali lipat dari harga jual dasar sehingga memberi keuntungan yang lebih besar. d. Perusahaan lebih memahami kebutuhan pelanggan. Ada juga keuntungan yang dimaksimalkan perusahaan jika melakukan pelayanan pelanggan karena perusahaan dapat lebih memahami kebutuhan pelanggan.Kerjasama antara pelanggan dan perusahaan memungkinkan adanya masukan, kritik dan ide yang dapat diolah dan dikembangkan oleh perusahaan demipemenuhan kebutuhan pelanggan. 17 Ruang lingkup dari pelayanan terhadap pelanggan seperti yang dijabarkan Zeithaml, V.A., M.J. Bitner, and D.D. Gremler dalam Ratih Huriyati (2006:15), adalah : a. Pengetahuan tentang produk dan ketrampilan interpersonal dari karyawan yang langsung berhadapan dengan pelanggan. b. Tipe pelayanan yang dibutuhkan oleh pelanggan dan persepsi mereka atas bagaimana sebuah perusahaan dapat memenuhi harapan mereka terhadap kualitas. c. Struktur organisasi dari perusahaan yang bersangkutan yang menentukan efisiensi pelayanan yang diberikan mulai saat produk dibeli sampai pada tahap evaluasi pasca pembelian produk. Pelayanan pelanggan dan kepuasan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dimensi dari jasa layanan sesudah penjualan (after sales service).Tujuan utama servis setelah penjualan inipun pada awalnya adalah sebagai keharusan dalam mendukung produk tertentu. Produk tersebut biasanya yang memerlukan perawatan berkala. Namun kini setelah melihat manfaat dari penyediaan servis setelah penjualan, maka konsep melayani pelanggan menjadi semakin populer dan mengintegrasi dalam produk secara menyeluruh. Seperti telah disinggung diatas bahwa bagian yang paling nyata dari perkembangan pelayanan pelanggan ini lebih ke wilayah servis atau layanan. Karena karakteristik intangible dari servis bahwa aspek pelayanan pelanggan akan meningkatkan dampak dari servis itu sendiri. Sebagian besar perkembangan aktivitas pelayanan pelanggan selalu dihubungkan dengan perbaikan 18 kualitas.Manifestasi dari situasi ini sering diwujudkan melalui program-program promosi untuk menumbuhkan loyalitas pelanggan. Pelayanan pelanggan dan kepuasan pelanggan harus melampaui seluruh aspek yang ada dalam pemasaran. Baik itu dalam pasar industri, pasar konsumen maupun industri lainnya. Walau bagaimanapun, wilayah pemasaran iklan (service marketing) yang kebanyakan kemajuan dan perhatiannya diberikan kepada pelayanan pelanggan dan kepuasan pelanggan. 2.1.1.3 Total Quality Service (Kualitas Pelayanan Total) Menurut Tjiptono (2008:56) total quality dapat didefinisikan sebagai : “Sistem manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, dan harapan pelanggan. Strategi ini dapat dilihat pada gambar 2.1 Sumber : Tjiptono (2008:56) Gambar 2.1Sistem Total Quality Service 19 Keterangan : Strategi : Pernyataan yang jelas dan dikomunikasikan dengan baik mengenai posisi dan sasaran organisasi dalam hal layanan pelanggan. Sistem : Program, prosedur dan sumber daya organisasi yang dirancang untuk mendorong, menyampaikan dan menilai jasa atau layanan yang nyaman dan berkualitas bagi pelanggan. Sumber Daya Manusia : Karyawan di semua posisi yang memilki kapasitas dan hasrat untuk responsive terhadap kebutuhan pelanggan. Tujuan Keseluruhan tanggung jawab : Mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan berkesinambungan. Total Quality Service berfokus pada lima bidang berikut : 1. Fokus Pada Pelanggan. Identifikasi pelanggan (internal, eksternal dan atau perantara) merupakan proritas utama.Apabila ini sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka.Kemudian perlu dirancang sistem yang bisa memberikan jasa tertentu yang memenuhi tuntutan tersebut.Selain itu, organisasi juga wajib menjalin hubungan kemitraan dengan para pemasok kunci atas dasar winwin solution. 2. Keterlibatan Total Keterlibatan total mengandung arti komitmen total. Manajemen harus memberikan peluang perbaikan kualitas bagi semua karyawan dan menunjukkan kualitas kepemimpinan yang bisa memberikan inspirasi 20 positif (lewat partisipasi aktif dan tindakan nyata) bagi organisasi yang dipimpinnya.Manajemen juga secara aktual harus melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan. Mendeglasikan tanggung jawab dan wewenang penyempurnaan proses kerja, kepada manajemen juga dituntut untuk memberdayakan para karyawannya. Untuk itu perlu diciptakan iklim yang konduktif dan mendukung tim kerja multidisipliner dan lintas fungsional agar dapat berperan aktif dalam merancang dan memperbaiki produk, jasa, proses, sistem, dan lingkungan perusahaan. 3. Pengukuran Dalam hal ini kebutuhan pokoknya adalah menyusun ukuran-ukuran dasar, baik internal maupun eksternal bagi organisasi dan pelanggan 4. Dukungan Sistematis Manajemen bertanggung jawab dalam mengelola kualitas dengan cara : a. Membangun infra struktur kualitas yang dikaitkan dengan Struktur manajemen internal. b. Menghubungkan kualitas dengan sistem manajemen yang ada seperti : (1) Perencanaan strategi ; (2) Manajemen kinerja ; (3) Pengakuan, penghargaan, dan promosi karyawan ; (4) Komunikasi. 5. Perbaikan Berkesinambungan Setiap orang bertanggung jawab untuk : (1) Memandang semua pekerjaan sebagai suatu proses ; (2) Mengantisipasi perubahan kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan ; (3) Melakukan perbaikan incremental ; (4) 21 Mengurangi waktu siklus ; (5) Mendorong dan dengan senang hati menerima umpan balik, tanpa rasa takut dan kuatir. 2.1.1.4 Kualitas Pelayanan Pelanggan Pelayanan yang baik merupakan salah satu syaratkesuksesan perusahaan jasa. Kualitas pelayanan dipandang sebagai salah satukomponen yang perlu diwujudkan oleh perusahaan karena memiliki pengaruh untuk mendatangkan konsumen baru dan dapat mengurangi kemungkinan pelanggan lama untuk berpindah ke perusahaan lain. Meningkatnya jumlah pesaing akan menyebabkan alternatif pilihan bagi konsumen untuk menjatuhkan pilihan. Hal ini akan semakin membuat semakin sulit untuk mempertahankankonsumen lama, karenanya kualitas layanan harus ditingkatkan semaksimalmungkin. Pengertian kualitas pelayanan menurut Wyckop yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008:59) mengemukakan bahwa : “Kualitas pelayanan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspetasi pelanggan.Kualitas pelayanan bisa diwujudkan melalui pemenuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaianya untuk mengimbangi harapan pelanggan”. Parasuraman dalam Rambat Lupioadi dan A. Hamdani (2008:180)mengemukakan bahwa : “Kualitas pelayanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik, kualitas pelayanan (service quality) sebagai hasil persepsi dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual pelayanan”. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu tingkat keunggulan yang dirasakan seseorang terhadap suatu jasa yang diharapkan dari perbandingan antara keinginan dan kinerja yang 22 dirasakan konsumen setelah membeli jasa tersebut. Atribut-atribut yangberkaitan dengan kualitas pelayanan, yaitu: 1. Pelayanan merupakan sesuatu yang tak terlihat (intangible). 2. Pelayanan merupakan sesuatu yang heterogen, artinya dalampengukuran kinerja suatu jasa sering bervariasi, tergantung dari sisipenyedia jasa dan pelanggan. 3. Pelayanan tidak dapat ditempatkan dalam suatu kinerja waktu tertentu,sehingga penilaiannya dilakukan sepanjang waktu. 4. Hasil pelayanan atau dalam hal ini produknya, tidak dapat dipisahkandari konsumsi yang diperlukan. Berdasarkan atribut mengenai kualitas pelayanan di atas, dapat disimpulkan bahwakualitas pelayanan yang dirasakan oleh konsumen akan beberbeda-beda tegantung dari perasaan psikis konsumen yang bersangkutan dalam merasakan pelayananyang diberikan. 2.1.1.5 Dimensi dan Indikator Pelayanan Pelanggan Menurut Parasuraman, et al dalam Rambat Lupioadi dan A. Hamdani (2008:182) pelayanan pelanggan yang berkualitas dapat dilihat dari: 1. Reliabilitas, berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan 23 mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan, yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. 4. Empati, berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti fisik, berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Berdasarkan kelima dimensi kualitas layanan tersebut, maka kepuasan pelanggan dapat diukur, dipahami dan dijadikan sebagai suatu hasil yang baik untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan, baik pelanggan yang baru pertama kali maupun pelanggan yang sudah berulang-ulang menggunakan jasa tersebut. Strategi-strategi di atas merupakan usaha perusahaan secara bertahap dalam meningkatkan kinerja pelayanan dan keuangan yang akan dicapai dengan berbagai strategi pertumbuhan antara lain peningkatan produktivitas dan efektivitas serta efisiensi dan investasi yang efektif. 24 2.1.2 Konsep Citra Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya khusus untuk kegiatan pemasaran memiliki suatu tujuan adalah untuk meningkatkan penjualan bagi perusahaan, salah satunya dengan cara mempertahankan citra mereka dimata konsumen terlebih dimata para pelanggan yang meletakan loyalitasnya pada perusahaan, perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah mempunyai pengalaman dengan perusahaan yang diawali dengan adanya keputusan pembelian,sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra yang baik penting sebagai sumber daya internal objek dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. 2.1.2.1 Pengertian Citra Citra dapat diukur melalui pandapat, kesan, tanggapan seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau tidak dari objek tersebut. Dimana suatu citra terhadap satu objek bisa berlainan tergantung persepsi perorangan bahkan bisa saja citra satu objek sama bagi semua orang. Kotler dan Keller yang dialibahasakan oleh Bob Sabran (2009:607) mengemukakan, pengertian citra sebagai berikut : “Image is the set of beliefs, ideas, and impressions that a person holds regarding an object. Peopels’s attitude and actions towards an object are highly cinditioned by that object’s image”. Artinya citra terdiri dari kepercayaan, ide, dan kesan yang dipegang oleh seseorang terhadap sebuah objek. Sebagian besar sikap dan tindakan orang terhadap suatu objek di pengaruhi oleh image suatu objek. 25 Aaker (2006:22) mengemukakan pengertian citra, “The total impression of what person or group of people think and know about an object”. Artinya total kesan dari pikiran seseorang atau kelompok tentang sebuah objek. Citra atau image merupakan hasil evaluasi dari diri seseorang berdasarkan pengertian dan pemahaman terhadap rangsangan yang telah di olah, diorganisasikan dan di simpan dalam benak konsumen. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan tanggapan seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada pada setiap pikiran individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahami dan apa yang mereka sukai dan tidak dari objek tersebut. Suatu citra terhadap objek bisa berlainan tergantung persepsi perorangan bahkan bisa saja citra satu objek sama bagi semua orang. 2.1.2.2 Pengertian Citra Perusahaan Berikut ini merupakan pengertian dari citra perusahaan menurut beberapa ahli, yaitu : Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:94), “citra perusahaan digambarkan sebagai kesan keseluruhan yang dibuat dalam pikiran masyarakat tentang suatu organisasi”. Kasali (2003:30) menjelaskan bahwa : “Citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang orang didalamnya terus mengembangkan kreativitas bahkan memberi manfaat lebih bagi orang lain”. 26 Shirley Harrison (2007:71) mengemukakancoorporate image is a valuable asset that companies need to manage. Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, (2007:114), mendefinisikan citra perusahaan sebagai berikut : Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggungjawab sosial, komitmen mengadakan riset, sebagainya”. Jefkins dalam Soemirat dan Ardianto, (2007:114), terdapat beberapa jenis citra dengan definisinya, sebagai berikut: 1. Citra Bayangan (Mirror Image) Citra bayangan adalah citra yang di anut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap lembaganya. Citra ini cenderung bersifat positif dan biasanya citra ini melekat pada orang dalam atau anggotaanggota lembaga, biasanya adalah pimpinannya, mengenai anggapan pihak luar tentang lembaga/instansinya.. 2. Citra yang berlaku (Current image) Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu lembaga.Citra yang terdapat pada khalayak diluar organisasi yang mungkin diperoleh melalui pengalaman atau akibat kemiskinan informasi. Citra ini merupakan kebalikan dari citra bayangan. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya bahkan jarang sesuai 27 dengan kenyataan karena semata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. Humas memang menghadapi dunia yang memusuhi, penuh prasangka, diwarnai dengan keacuhan yang mudah menimbulkan citra berlaku tidak adil. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut atau mereka yang mempercayainya. Tidak heran bila citra bayangan bisa sangat berbeda dengan citra yang berlaku. Sayangnya hal ini sering tidak disadari oleh pihak manajemen dari banyak organisasi. Karena itu salah satu tugas humas adalah menginterpretasikan sikap luar terhadap manajemen yangmungkin juga keliru menebak pandangan khalayak tersebut terhadapnya. Jadi yang harus diperhatikan adalah kebenaran pendapat atau tanggapan itu meskipun mungkin hal itu tidak menyenangkan untuk didengar. 3. Citra yang Diharapkan (Wish Image) Citra yang diharapkan maksudnya adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.Biasanya ciitra ini lebih baik atau lebih menyenanhkan daripada citra yang sebenarnya atau citra yang ada. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Yang dimaksud citra perusahaan adalah citra suatu lembaga secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya.Yang meningkatkan citra perusahaan antara lain adalah sejarah perusahaan, dan prestasi perusahaan. 28 5. Citra Majemuk (Multiple Image) Citra majemuk dapat dikatakan bahwa citra ini adalah citra yang berasal dari keseluruhan unit dan individu yang ada dalam perusahaan, yang memiliki peranan dan perilaku sendiri. 6. Citra yang baik dan buruk Sebelumnya dikatakan bahwa citra humas yang ideal adalah atau kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan dari pengalaman. Pngetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Ini berarti citra tidak selamanya di poles agar lebih indah dari warna aslinya, melainkan citra dapat dimunculkan kapan saja, termasuk ditengah terjadinya masalah atau musibah. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada satu atau kedua hal tersebut.citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. 2.1.2.3 Arti Penting Citra Perusahaan Citra perusahaan yang baik sangatlah penting bagi kelangsungan suatu perusahaan,karna akan berpengaruh terhadap seluruh elemen yang ada di dalam perusahaan tersebut. Citra perusahaan merupakan kesan objek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi seetiap waktu dari berbagai sumber informasi yang terpercaya. 29 Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Gronroos dalam Sutisna (2001:332) sebagai berikut: 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunukasi dan mencapai tujuan tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya. 2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra yang positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknik/fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. 3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan 4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan. Dengan demikian peran citra bagi perusahaan amatlah penting karna citra yang baik dari perusahaan akan berdampak positif dan menguntungkan sedangkan citra yang buruk akan berdampak buruk dan merugikan perusahaan. 2.1.2.4 Dimensi Pembentukan Citra Perusahaan Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi dalam citra perusahaan yang bersumber dari upaya 30 komunikasi perusahaan. Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins dalam Mulyadi (2007:3), diperlihatkan pada Gambar sebagai berikut : Sumber : Hawkins (Mulyadi, 2007 :3) Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Citra Perusahaan Gambar 2.2 menunjukkan proses terbentuknya citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan. Kedua memperhatikan upaya perusahaan tersebut. Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada obyek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan. Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran. Kasali (2003:28), mengemukakan bahwa pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna. 31 Menurut Harrison dalam Mulyadi (2007:3), informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut: 1. Personality Keseluruhan karakteristrik yang dipahami publik sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial 2. Reputation Hak yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank 3. Value Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan, karyawan yang cepat tanggap terhadap permitaan maupun keluhan pelanggan 4. Corporate Identity Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan publik sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan Citra perusahaan tidak dapat dibentuk dengan sendirinya, haruslah ada upaya yang dilakukan agar citra tersebut menjadi semakin baik. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan.upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan objek sasaran. 32 Menurut Soemirat dan Adianto (2007:21) bahwa citra perusahaan adalah: ”Kesan, perasaan dan gambaran diri publik terhadap perusahaan. Kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang orang atau organisasi”. Selanjutnya menurut Soemirat dan Adianto (2007:22) ada empat komponen dalam citra perusahaan, yaitu : 1. Persepsi Adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan satu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi Adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus memberikan informasi informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu guna mencapai satu tujuan. 4. Sikap Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi berfikir dan merasa dalam menghadapi ide, objek, situasi atau nilai. Siakp bukan prilaku tetapi kecenderungan untuk berprilaku dengan cara cara tertentu. 33 2.1.2.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Perusahaan Citra perusahaan tidak bisa direkayasa artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang perusahaan tempuh sehingga komunikasi dan keterbukan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mendapat citra perusahaan yang baik dimata konsumen. Citra Perusahaan yang baik akan berdampak positif bagi perusahaan karena mampu memberikan kepuasan kepada konsumen/pelanggannya sehingga dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk menggunakan suatu produk/jasa. Keberhasilan suatu perusahaan dalam usaha memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya tergantung pada kualitas produk atau jasanya saja, tapi juga pada kepiawaian membangun citra perusahaan. Menurut Rangkuti (2006:44), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap citra perusahaan adalah: 1. Harga yang ditawarkan Tingkat harga yang akan menimbulkan persepsi atas produk yang berkualitas atau tidak. 2. Reputasi (image) perusahaan dimata pelanggan Reputasi yang baik menimbulkan persepsi terhadap citra perusahaan, sehingga pelanggan memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk suatu kesalahan selanjutnya. 3. Jaminan atas layanan yang berkualitas Jaminan atas pelayanan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi atas citra perusahaan untuk tahap pelayanan 34 selanjutnya, sehingga pelanggan merasa puas dengan pelayanan secara keseluruhan. 4. Penampilan fasilitas fisik Situasi atas pelayanan fasilitas fisik dikaitkan dengan citra perusahaan sehingga mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap baik atau tidaknya citra perusahaan. 5. Komitmen organisasi Komitmen organisasi yang dimiliki pegawai merupakan faktor yang berpengaruh terhadap citra perusahaan karena dengan komitmen yang baik dari pegawai, dapat berpengaruh terhadap persepsi pelanggan, sehingga dapat menimbulkan kesan perusahaan tersebut memiliki citra yang baik. 2.1.3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan pelayanan pelanggan dan citra perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti nampak pada Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu Yang Relevan No Peneliti (Nama Judul & Tahun) 1 Ida Aju Brahma Ratih (2009) Pengaruh Kinerja Produk, Pelayanan Pelanggan dan Sumberdaya Manusia Terhadap Niat Pembelian Ulang Melalui Citra Perusahaan dan Perbedaan Persamaan Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan tiga variable dengan citra perusahaan sebagai variable intervening sedangkan rencana penelitian ini hanya Meneliti pengaruh pelayanan pelanggan terhadap citra perusahaan 35 No Peneliti (Nama Judul & Tahun) Kepuasan Pelanggan PT Asuransi Jiwasraya 2 3 Nisrul Irawati dan Rina Primadha(2008) Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Image Unit Rawat Jalan Poliklinik Penyakit dalam RSU Dr. Pirngadi di Medan Eny Endah Pujiastuti dan Antariksa Adi Ferdiantarto (2011) Pengaruh iklan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Citra Perusahaan (Studi Pada Nasabah Bank Mandiri, Cabang Jalan Diponegoro, Yogyakarta), 4 MD. (2010) Rahadhini 5 Nandan Limakrisna (2008) Peran Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Perbedaan memfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelanggansaja dan citra perusahaan. Selain itu objek yang diteliti berbeda dan metode analisis berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan kualitas pelayanan dengan image perusahaan sebagai variable terikat sedangkan rencana penelitian inimemfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelanggandan citra perusahaan. Selain itu objek yang diteliti berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan dua variable yaitu iklan dan kualitas pelayanan sedangkan rencana penelitian inimemfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelanggandan citra perusahaan. Selain itu objek yang diteliti berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan PR sedangkan rencana penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelangganSelain itu objek yang diteliti berbeda dan metode analisis berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya Persamaan Meneliti pengaruh pelayanan pelanggan terhadap citra perusahaan Meneliti pengaruh pelayanan pelanggan terhadap citra perusahaan Meneliti perusahaan Kesamaan penelitian citra dalam tersebut 36 No Peneliti (Nama Judul & Tahun) Kerelasian Nasabah Terhadap Citra PT. Bank Negara Indonesia Kota Bandung, 6 Dwi Aryani dan Febrina Rosinta (2010) Pengaruh Kualitas Layanan terhadap citra perusahaan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan 7 Virnanda Tiara Seffy, Patdono Suwignjo dan Budi Santosa (2009) analisa pengaruh kualitas pelayanan, kepercayaan, komplain dan kepuasan pelanggan terhadap citra perusahaan (Studi kasus : PT. Garuda Indonesia Palembang) Perbedaan Persamaan menggunakan dua variable yaitu kualitas pelayanan dan korelasional, sedangkan rencana penelitian inimemfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelanggandan citra perusahaan. Selain itu objek yang diteliti berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan kualitas pelayanan sedangkan rencana penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelangganSelain itu objek yang diteliti berbeda dan metode analisis berbeda Variabel bebas pada peneliti sebelumnya menggunakan kepercayaan, komplain dan kepuasan pelanggansedangkan rencana penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi-dimensi dari pelayanan pelangganSelain itu objek yang diteliti berbeda dan metode analisis berbeda adalah variabel bebas dimensi kualitas pelayanan dan variabel terikat yang digunakan yakni citra perusahaan Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah variabel terikat yang digunakan yakni citra perusahaan Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah variabel terikat yang digunakan yakni citra perusahaan Sumber : Diolah dari berbagai sumber 2.2 Kerangka Pemikiran Bagi sebuah perusahaan, mencapai kinerja yang meningkat secara konsisten diperlukan usaha untuk menciptakan superior value bagi konsumennya secara berkelanjutan. Memaksimalkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang 37 tentunya membutuhkan upaya serius dari manajemen perusahaan untuk terus membangun dan mempertahankan kerja sama yang menguntungkan dengan pelanggannya. Pelayanan pada layanan pelanggan atau customer service, telah dianggap suatu hal terpenting dalam perusahaan, terutama bisnis jasa. Karena dengan adanya layanan pelanggan yang berkualitas, pelanggan akan merasa puas dan mereka akan terus bertahan menggunakan jasa perusahaan tersebut (customer retention). Orientasi pelanggan merupakan pemahaman yang cukup terhadap para pembeli sasaran agar mampu menciptakan nilai yang lebih superior bagi mereka secara kontinyu dan menciptakan penampilan yang lebih superior bagi perusahaan. Orientasi pelanggan mengharuskan seorang penjual agar memahami mata rantai nilai keseluruhan pembeli. Melalui orientasi pelanggan ini, perusahaan memiliki peluang untuk membentuk persepsi pelanggan atas nilai-nilai yang dibangunnya dan nilai-nilai yang dirasakan itu pada gilirannya akan menghasilkan persepsi positif Citra perusahaan yang baik dapat dibangun melalui pelayanan yang baik puladari produsen sehingga akan menjadikan pelanggan enggan untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan dari produsen lain. Citra bagi perusahaan merupakan halyang sangat penting karena citra itu sendiri adalah aset non fisik terpeting yang harus dimiliki oleh perusahaan. Menurut Rhenald Kasali (2003:28), citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Karena citra itu sendiri merupakan keseluruhan dari persepsi seseorang terhadap satu hal yang dibentuk melalui proses informasi yang diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian positif 38 atau negatifnya citra itu tergantung persepsi publik terhadap organisasi yang bersangkutan. Kombinasi dari persepsi dan pendirian seseorang tentang suatu objek yang membentuk opini. Opini dari para individu ini akan berkembang menjadi konsensus apabila masyarakat dalam segmen tertentu mempunyai kesamaan, konsensus yang sudah matang dan menyatu dalam masyarakat itulah yang disebut opini publik. Hubungan antara pelayanan pelanggan dengan citra perusahaan dikemukakan oleh Rhenald Kasali (2003:28) yang mengemukakan bahwa citra perusahaan mempunyai keterkaitan dalam jaminan (assurance) yang diberikan kepada pelanggan yaitu tentang kejujuran karyawan dalam memberikan informasi pada pelanggan sehingga kepercayaan pelanggan dapat terjaga sepenuhnya, dalam hal kedua yang disampaikan oleh Rhenald Kasali (2003:197) yaitu empati(empaty). Kesan atau pandangan responden secara menyeluruh terhadap fisik (sosok keberadaan) yang termasuk didalamnya lokasi, tempat parkir, penataan dan kebersihan interior, kelengkapan fasilitas pelayanan dan penampilan karyawan. Penelitian dari Ida Aju Brahma Ratih (2006) menunjukkan bahwa kinerja pelayanan pelanggan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Citra Perusahaan. Pelayanan pelanggan dengan enam dimensinya yaitu price index, reliabillity, responsiveness, assurance, empathy dan complaint handling memberikan pengaruh positif terhadap citra perusahaan. Penelitian lainnya dikemukakan oleh Dwi Aryani dan Febrina Rosinta (2010) serta Virnanda Tiara Seffy, dkk (2009) yang mengungkapkan bahwa pelayanan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi citra perusahaan dan hubungan antara kelima dimensi kualitas pelayanan pada pelanggan dengan citra perusahaan adalah 39 positif. Artinya semakin baik implementasi pelayanan pelanggan dalam suatu unit usaha, maka berdampak positif bagi citra perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka ada hubungan yang antara pelayanan pelanggan dengan citra perusahaan yang dapat digambarkan sebagai berikut : Pelayanan Pelanggan : Kasali (2003:28); Virnanda Tiara Seffy, dkk (2009) 1. 2. 3. 4. Bukti fisik Kehandalan Daya Tanggap Jaminan 5. Empati Citra Perusahaan Gambar 2.3 Paradigma Penelitian 2.3 Hipotesis Berdasarkan pada pengertian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis adalah :“Pelayanan pelanggan berpengaruh terhadap citra perusahaan”. Sub Hipotesisnya adalah : 1. Bukti fisik berpengaruh terhadap citra perusahaan 2. Kehandalan berpengaruh terhadap citra perusahaan 3. Daya Tanggap berpengaruh terhadap citra perusahaan 4. Jaminan berpengaruh terhadap citra perusahaan 5. Empati berpengaruh terhadap citra perusahaan