Laporan Praktikum Mikrobiologi Nama NIM Kelas/kelompok PJP Asisten : Diana Agustini Raharja : J3L112168 : C P1/1 : M. Arif Mulya, S. Pi. : 1. Yuriska Sekar Rani 2. Lia Suliani 3. Ramdhani TEKNIK MOLEKULER UNTUK IDENTIFIKASI MIKROBA PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Hasil Gambar 1 Isolat C. jejuni dan C. coli yang diambil dari karkas ayam pada tahun 2009-2011 Gambar 2 Hasil PCR menggunakan primer HipO yang diseparasi dalam agarose 1% dari isolat yang berasal dari ATCC C. jejuni pada sumur 7 sebagai kontrol positif dan sampel pada sumur 1-6 Gambar 3 Hasil PCR menggunakan primer GlyA (sumur 1-9) dan HipO (sumur 10 dan 11) isolat yang berasal dari sampel (sumur 2-9) dan ATCC C. coli (sumur 1) Gambar 4 Jumlah isolat Campylobacter sp. yang diisolasi secara konvensional dan PCR dari karkas ayam Gambar 5 Sensitivitas uji DPCR menggunakan primer HipO dengan target gen 323 bp Pembahasan Campylobacter sp. seperti C. jejuni dan C. coli merupakan bakteri yang bersifat patogen pada manusia terutama menyebabkan enteritis dan kadangkadang invasi sistemik, terutama pada bayi. Bakteri ini merupakan penyebab diare yang disertai lendir dan darah yang disebut juga dengan bloody diarrhea. Infeksi pada C. jejuni dan C. coli melalui mulut dari makanan yaitu susu yang tidak dipasteurisasi, air yang terkontaminasi, kontak dengan hewan yang terinfeksi seperti unggas, anjing, kucing, domba, dan babi, atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam yang belum dimasak dengan baik. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person ataupun hewan yang terinfeksi. Bakteri C. jejuni dan C. coli dapat dilihat pada gambar 6 dan 7. Gambar 6 Bakteri C. jejuni Gambar 7 Bakteri C. coli Daging ayam merupakan salah satu sumber infeksi C. jejuni dan merupakan sumber yang terkontaminasi paling banyak oleh C. jejuni. Metode yang dapat digunakan selain dengan metode konvensional untuk mendeteksi C. jejuni yaitu dengan metode direct PCR (DPCR). Metode DPCR merupakan deteksi yang bersifat cepat dan sensitif untuk menentukan keberadaan bakteri patogen dalam sampel. Metode DPCR dalam produksi bahan pangan untuk menentukan kelayakan pangan untuk dikonsumsi, selain itu berguna mendeteksi bakteri Campylobacter sp. karena mikroorganisme ini sulit untuk dikultur secara konvensional dan dengan teknik molekuler ini maka bakteri kontaminan dalam bahan pangan seperti Campylobacter sp. mampu dideteksi dan dibedakan sampai tingkat spesies. Primer yang spesifik untuk mendeteksi C. jejuni yaitu gene probe ceuE sebagai komponen binding protein transport system dengan sekuen gen cdt (cytolethal distending toxin) berguna untuk membedakan spesies C. jejuni dan C. coli. Penelitian yang dilakukan dalam jurnal menggunakan media selektif untuk mengisolasi C. jejuni secara konvensional dan juga teknik molekuler dengan menggunakan DPCR. Pasangan primer yang digunakan pada metode DPCR ialah HipO untuk menentukan spesies C. jejuni dan pasangan gene GlyA untuk membedakan spesies C. jejuni dan C. coli. Penggunaan teknik konvensional serta teknik molekuler ialah untuk menentukan sensitivitas metode DPCR dalam mendeteksi Campylobacter sp. pada daging ayam dibandingkan dengan teknik konvensional. Sampel yang digunakan ialah karkas ayam sebanyak 298 sampel yang diperoleh dari pasar tradisional dan swalayan di daerah DKI Jakarta, Bogor, Sukabumi, Kudus, dan Demak dari tahun 2009 sampai dengan 2010. Teknik konvensional dilakukan dengan cara pada sampel sebanyak 298 sampel masingmasing diambil 25 gram dan dimasukkan ke dalam media Nut Broth no. 2 yang telah diperkaya dengan growth supplement, kemudian diinkubasi pada suhu 42°C selama 24 jam dalam kondisi mikroaerofilik. Kondisi mikroaerofilik dibuat dengan komposisi udara 5% O2, 10% CO2, dan 85% N2. Pemilihan kondisi suhu dan udara ini dikarenakan bakteri Campylobacter sp. tumbuh secara optimum pada kondisi tersebut. Kultur yang telah diinkubasi, kemudian diinokulasikan pada media Campylobacter Blood Free Selective Agar Base yang mengandung CCDA selective supplement dan diinkubasi kembali pada suhu dan kondisi mikroaerofilik selama 24-48 jam. Identifikasi dilakukan untuk uji oksidase, motilitas, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa, dan identifikasi lain secara biokimia menggunakan API Campy test. Bakteri C. jejuni dan C. coli dapat dibedakan dengan menggunakan uji hidrolisis enzim hipurat. C. jejuni mampu menghidrolisis enzim tersebut sedangkan C. coli tidak mampu menghidrolisis enzim hipurat. Hasil identifikasi dengan menggunakan API menunjukkan bahwa dari 58 isolat Campylobacter sp. yang diperoleh dari tahun 2009 sampai 2011, sebanyak 48 (81,4%) merupakan isolat C. jejuni dan 11 (18,6%) merupakan isolat C. coli. Hasil ini memperlihatkan bahwa karkas ayam yang diambil dari pasar tradisional maupun pasar swalayan telah terkontaminasi oleh C. jejuni dan C. coli yang dapat dilihat pada gambar 1. Teknik molekuler untuk identifikasi bakteri ini terlebih dahulu dilakukannya proses ekstraksi DNA, kemudian hasil ekstraksi DNA diperbanyak dengan menggunakan PCR, kemudian dilakukannya proses elektroforesis. Ekstraksi DNA dilakukan bertujuan untuk memperoleh gen. Proses PCR umumnya terdiri dari tiga tahap di antaranya denaturasi, annealing, dan extension sehingga diperoleh produk PCR. Produk PCR kemudian dielektroforesis untuk mengetahui ada atau tidaknya DNA target yang dibandingkan pula dengan kontrol positif serta kontrol negatif. Ekstraksi DNA pada teknik molekuler dilakukan dengan cara sampel karkas ayam dalam suspensi media Nut Broth no. 2 yang telah diinkubasikan, diambil sebanyak 1 mL, dan disentrifusa dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4°C selama 10 menit. Supernatan dibuang dan pelet yang diperoleh ditambahkan dengan 1 mL akuades dan disentrifusa kembali dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Purifikasi DNA dilakukan dengan cara menambahkan akuades 100 mL (1:500) pada pelet, kemudian dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100°C. Suspensi segera didinginkan setelah 10 menit dipanaskan dan disentrifusa kembali dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit, selanjutnya suspensi atau supernatan yang ada diambil sebagai DNA, sedangkan pelet yang diperoleh merupakan kontaminan bukan DNA. Primer yang digunakan untuk mengidentifikasi gen hippuricase (HipO) dan serine hydroxymethyl tranferase (GlyA) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Primer yang digunakan untuk PCR Primer Sekuen Gen target Ukuran (bp) CJ-F ACT TCT TTA TTG CTT GCT GC C. jejuni Hip 323 CJ-R GCC ACA ACA AGT AAA GAA GC CC-F GTA AAA CCA AAG CTT ATC GTG C. coli GlyA 126 CC-R TCC AGC AAT GTG TGC AAT G Amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan PCR dengan siklus sebanyak 35 kali pada suhu initial denaturation sebesar 95°C selama 6 menit, denaturation pada suhu 95°C selama 30 detik, annealing pada suhu 59°C selama 30 detik, extension pada suhu 72°C selama 30 detik, dan final extension pada suhu 72°C selama 7 menit. Produk PCR diperiksa dengan elektroforesis gel agarose. Gel agarose 1% dengan 1x TBE (Tris Boric EDTA) ditambah dengan 5 mL larutan etidium bromida. Elektroforesis dilakukan pada 150 volt selama 30 menit dan visualisasi untuk melihat pita gen target menggunakan transluminator ultraviolet. Gen HipO (Hippuricase) merupakan primer yang hanya terdapat pada C. jejuni. Strain ini memberikan reaksi positif pada uji hidrolisis hipurat, sedangkan C. coli memberikan reaksi negatif dengan besaran target gen yang diharapkan yaitu C. jejuni pada 323 bp. Target gen C. jejuni menggunakan primer gen HipO terdapat pada lokasi gen 1662-1965 bp menunjukkan hasil positif C. jejuni pada pita 323 bp yang dapat dilihat pada gambar 2. Gen GlyA mengkode serine hydroxymethyl transferase yang terdapat pada C. coli dan lokasi gen target terdapat pada 337-444 bp dengan ukuran 126 bp yang dapat dilihat pada gambar 3. Hasil identifikasi dengan PCR diperoleh 124 karkas ayam telah terkontaminasi sebanyak 70 (56,5%) adalah C. jejuni dan 54 (43,5%) adalah C. coli. Hal tersebut menunjukkan bahwa karkas ayam telah terkontaminasi oleh bakteri C. jejuni dan C. coli yang dapat dilihat pada gambar 4. Sensitivitas uji DPCR dilakukan untuk mengetahui jumlah minimum koloni (CFU/mL) yang mampu dideteksi dengan menggunakan pasangan basa gen HipO. Besarnya sensitivitas ditentukan dengan menumbuhkan suspensi koloni yang sudah melalui pengenceran berseri. Suspensi yang telah diketahui jumlah koloni pada masing-masing pengenceran selanjutnya dilakukan purifikasi DNA. Hasil sensitivitas uji DPCR untuk mendeteksi C. jejuni dapat dilihat pada Gambar 5. Metode DPCR yang digunakan pada penelitian dapat mendeteksi minimum 103 CFU/mL. Isolasi Campylobacter sp. menggunakan metode konvensional memerlukan waktu empat hari untuk mengetahui hasil negatif dan 6-7 hari untuk melakukan konfirmasi hasil yang positif. DPCR dengan menggunakan target gen HipO dan GlyA mampu membedakan C. jejuni dan C. coli pada waktu yang lebih cepat, oleh karena itu metode PCR lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional. Simpulan Kontaminasi Campylobacter sp. pada daging ayam lebih tinggi pada uji direct PCR (DPCR) (62,6%) dibandingkan cara konvensional (19,8%) dan metode DPCR lebih sensitif dibandingkan metode konvensional untuk mendeteksi kontaminan Campylobacter sp. Daftar Pustaka Andriani, Mirnawati S, Surachmi S, Harsi DK. 2013. Metode direct polymerase chain reaction untuk melacak Campylobacter sp. pada daging ayam. Di dalam Jurnal Veteriner. Bogor: IPB Press.