patogenesis campylobacter terhadap hewan dan manusia

advertisement
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
PATOGENESIS CAMPYLOBACTER TERHADAP
HEWAN DAN MANUSIA
*MASNIARI POLOENGAN, *SUSAN M. NOOR, ** IYEP KOMALA dan *ANDRIANI
*Balai Penelitian Veteriner Jl. R.E Martadinata Bogor
**Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
ABSTRAK
Campylobacteriosis pada manusia penyakit foodborne yang disebabkan oleh infeksi Campylobacter
jejuni yang banyak mengkontaminasi daging terutama daging ayam. Kontaminasi C. jejuni pada ayam telah
dilaporkan di beberapa negara berkisar 22-78% pada produk ayam. Pada ayam bakteri ini bersifat komensal
dan tidak menimbulkan penyakit. Infeksi C. jejuni pada manusia menyebabkan gastroenteritis dengan gejala
klinis berupa demam, diare, muntah dan sakit perut. C. jejuni menghasilkan enterotoksin yang mirip dengan
penyakit kolera dan toksin Escherichia coli. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,dan
pemeriksaan tambahan (laboratorium, struktural, fungsional). Secara serologi dapat dilakukan uji serum
antibodi dengan berbagai varian antigen untuk mengidentifikasi agennya. Erithromisin dapat dipilih untuk
menganggulangi Campylobacteriosis pada hewan dan manusia. Antibiotika lainnya yang dapat digunakan
adalah gentamisin, furazolidone, doksisiklin dan kloramfenikol.
Kata kunci: Campylobacter, manusia, ayam, pengobatan
PENDAHULUAN
Kepedulian terhadap kesehatan masyarakat
dari infeksi Campylobacter dikembangkan
lebih dari berabad-abad. Tahun 1886,
Escherich mengamati keberadaan organisme
Campylobacter yang diambil dari sampel
kotoran anak-anak yang menderita diare.
Tahun 1913 MCFAYDEAN dan STOCKMAN
mengidentifikasi Campylobacter yang berasal
dari jaringan tubuh domba yang mati
disebabkan oleh abortus. Tahun 1957 KING
menjelaskan hasil isolasi Campylobacter yang
berasal dari sampel darah yang berasal dari
anak-anak penderita diare, dan 1972 ahli
mikrobiologi klinik di Belgia pertama kali
mengisolasi Campylobacter dari sampel
kotoran pasien yang menderita diare. Dengan
adanya
perkembangan
media
untuk
pertumbuhan bakteri selektif, pada tahun
1970an, maka laboratorium banyak diijinkan
untuk menguji Campylobacter dari spesimen
kotoran. Perkembangan selajutnya diketahui
bahwa Campylobacter spp sebagai sumber
patogen manusia pada umumnya. Infeksi saat
ini di Amerika Serikat Campylobacter jejuni
merupakan bakteri penyebab utama penyakit
Gastroenteritis (ALTEKRUSE et al., 2005).
Campylobacter merupakan bakteri yang dapat
82
menyebabkan penyakit Campylo-bacteriosis.
Penyakit ini bersifat zoonosis yaitu dapat
menular dari hewan ke kemanusia, biasanya
penularan dari hewan terhadap manusia dapat
terjadi karena kontak langsung dengan hewan
yang
menderita
Campylobacteriosis,
mengkonsumsi dan menangani produk hasil
peternakan yang terinfeksi penyakit ini.
Campylobacter dapat menyerang berbagai
jenis hewan diantaranya kucing, anjing, sapi,
kambing, ferret, mink, unggas, hewan
laboratorium dan manusia. Gejala uatama yang
ditimbulkan oleh campylobacter adalah
gangguan pencernaan, maka biasanya penyakit
ini
diberi
nama
tambahan
menjadi
Gastrointestinal campylobacteriosis. Infeksi
campylobacter
selain
infeksi
saluran
pencernaan juga bisa berupa infeksi darah,
bentuk yang paling sering ditemukan yaitu
gastroenteritis, yang bisa ditularkan melalui air
yang tercemar, daging atau unggas yang belum
masuk atau kontak dengan binatang yang
terinfeksi. Bakteri ini juga menyebabkan diare
pada orang-orang yang melakukan perjalanan
ke negara-negara berkembang. Bakteri
Campylobacte juga menyebabkan infeksi
aliran darah (bakteremia), terutama pada
penderita kencing manis atau kanker. Infeksi
bakteri ini biasanya tertelan melalui makanan
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
atau minuman yang terkontaminasi bisa
menyebabkan diare.
Campylobacter jejuni di beberapa negara
menyebabkan diare pada bayi 5-15%,
sedangkan di negara-negara berkembang,
puncak insiden puncak adalah di bawah usia 1
tahun. Transmisi kuman dapat berlangsung
secara food borne, dapat juga terjadi secara
kontak langsung orang ke orang. Patogenitas
Campylobacter dengan invasi pada ileum dan
usus besar menghasilkan 2 jenis toksin yaitu
sitotoksin dan heat- labile toxin. Diare yang
ditimbulkan biasanya berupa disentri dan feses
yang berdarah dan berlendir yang muncul
setelah diare berlangsung selama 1 hari atau
beberapa hari. Muntah bisanya tidak ada dan
gejala deman selalu dengan temperatur yang
rendah. Diare berair yang ditimbulkan oleh
Campylobacter kasusnya kecil.
Campylobacteriosis
pada
peternakan
unggas dapat disebut avian vibrionic hepatitis
atau avian infectious hepatitis. Penyakit ini
terdapat di seluruh dunia. Meskipun organ
yang terserang adalah alat pencernaan, tetapi
pada masing-masing spesies hewan penderita
rupanya bakteri ini memiliki kesukaan lokasi
sendiri-sendiri. Misalnya pada hamster bakteri
ini suka berada dan masuk ke dalam ileum
(proliferative ilietis), pada babi suka masuk ke
dalam usus kecil (proliferatieenteritis), pada
ferret masuk ke dalam colon (proliferatie
colitis), sedangkan pada manusia pada
umumnya disebabkan oleh Campylobacter
pylori,
menyebabkan
radang
lambung
(gastritis) dan ulser-ulser di dalam duodenum
(DHARMOJONO, 2001).
ETIOLOGI
Campylobacteriosis
pada
umumnya
disebabkan oleh Campylobacter jejuni dan
Campylobacter coli. Campylobacter jejuni dan
C. coli bersifat thermophilic, Gram-negatif,
bakteri ini dapat hidup dengan baik pada
kondisi microaerobic yaitu 37–42°C, berbentuk
langsing dan melengkung, dan dapat bergerak.
(www.oie.int, 2004). Klasifikasi genus
Campylobacter adalah sebagai berikut (www.
wikipedia.org/wiki/campylobacter, 005).
Campylobacter jejuni merupakan bakteri
Gram-negatif, berbentuk lengkung dan
berbentuk batang yang bergerak. Bakteri ini
merupakan bakteri microaerophilic, sensitif
terhadap stress lingkungan seperti oksigen
21%, pemanasan, pengeringan, desinfektan dan
kondisi asam. Karena bakteri microaerophilic
dapat hidup dengan baik pada oksigen 3-5%
dan 2-10% CO2.
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Bacteria
: Proteobacteria
: Epsilon Proteobacteria
: Campylobacterales
: Campylobacteraceae
: Campylobacter
Campylobacter fetus
Campylobacter jejuni
Campylobacter coli
Campylobacter sputorum
Campylobacter mucosalis
Campylobacter concisus
Campylobacter nitrofigilis
Campylobacter laridis
Campylobacter pyloridis
Campylobacter hyointestinalis
Campylobacter cryaerophila
Campylobacter bersifat mikroaerofilik,
sehingga pertumbuhannya lambat. Oleh karena
itu apabila mengkultur di dalam media, perlu
ditambahkan antibiotika untuk mencegah
mikroflora lainnya tumbuh lebih cepat,
sehingga mengalahkan campylobacter-nya
sendiri. Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli dapat tumbuh dengan baik pada
suhu 420C dalam suasana atmosfer dengan 510% CO2 dan oksigen yang sama banyak.
Kultur kemudian diinkubasi selama 48-72 jam.
Koloni akan tumbuh bulat, meninggi, tembus
sinar tetapi tidak transparan (translucent), dan
kadang-kadang bersifat mukoid. Bakteri dapat
diidentifikasi dengan serangkaian uji biokimia
yang saat ini telah ada (DHARMOJONO, 2001).
Sejak tahun 1972, sudah dilakukan isolasi
bakteri ini yang berasal dari feses, yang
diperkirakan ini merupakan diketahuinya
adanya organisma patogen penyebab abortus
dan enteritis pada domba dan sapi. Survey
menunjukkan C. jejuni merupakan penyebab
utama dari bakteri yang dapat menyebabkan
sakit perut di Amerika Serikat. Bakteri ini
terdapat dalam feses penderita, tetapi penderita
pada dasarnya tidak menunjukkan gejala-gejala
(www.cfsan.fda.gov/~mow/chap4.html, 1992).
83
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
C. jejuni relatif toleran terhadap
pembekuan (HANNINEN, 1981). Penyimpanan
karkas ayam pada suhu -200C dengan level
bakteri 103 – 105 CFU/g, jumlah bakteri akan
berkurang log 0,5 – 2,0 dalam waktu 2 minggu.
Infeksi C. jejuni dengan tingkat kontaminasi
103 CFU pada karkas sangat sensitif apabila
dipanaskan pada suhu 1900C selama 90 menit
(SHANE, 2000).
KONTAMINASI CAMPYLOBACTER
PADA KARKAS AYAM
Gambar 1. Bakteri Campylobacter
CAMPYLOBACTER PADA AYAM
Campylobacter jejuni secara alami ada
dalam saluran pencernaan ayam. Sumber
terjadinya infeksi pada ayam dapat terjadi
dengan beberapa cara yaitu dari infeksi day of
chick (DOC) dari ayam dewasa, kontaminasi
pakan, dan kontaminasi air. Selama proses
pemotongan bakteri C. jejuni akan menyebar
ke karkas ayam.
Kontaminasi C. jejuni pada ayam telah
dilaporkan di beberapa negara berkisar 22-78%
pada produk ayam (HARRIS et al., 1986; PARK
et al., 1981; STERN et al., 1985). Di USA,
mayoritas karkas ayam yang dijual di pasaran
terkontaminasi oleh C. jejuni (GRANT et al.,
1980). Survey menunjukkan bahwa C. jejuni
telah berhasil diisolasi dari retail market
sebanyak 92% dari karkas ayam dan 85-89%
dari hati dan ampela ayam. Sebanyak 50%
dari hati dan ampela ayam yang terkontaminasi
mengandung kuman lebih dari 1100 C. jejuni
per gram (BUTZLER, 1984).
Rekoveri C. jejuni pada karkas dapat
dipengaruhi oleh proporsi dari flock yang
terinfeksi, faktor musim dan cuaca, peralatan
untuk memproses karkas, teknik sampling dan
isolasi (SHANE, 2000).
Level C. jejuni pada karkas dan produknya
sangat dipengaruhi oleh penanganan dan
penyimpanan (PALUMBO, 1984). Karkas yang
dibekukan dan kemudian dicairkan kembali
juga panas akan mengurangi nilai recovery C.
jejuni pada karkas.
84
Campylobacter jejuni pada ayam tidak
menyebabkan penyakit tetapi kejadian
kontaminasi karkas ayam oleh bakteri ini
cukup tinggi yang mengakibatakan campylobacteriosis pada manusia. Sekitar 70% kasus
campylobacteriosis pada masuisa disebabkan
oleh adanya kontaminasi C. jejuni pada karkas
ayam (DEMING et al., 1987, TAUXE et al, 1987,
SKIRROW, 1990).
Jumlah Campylobacter banyak pada karkas
ditemukan cukup tinggi yaitu 10.000 CFU per
karkas ayam (WALDROUP et al., 1992). Hasil
survey di Australia menunjukkan hasil bahwa
94% karkas ayam segar terkontaminasi
Campylobacter dengan jumlah 105 per karkas
(SKORROW, 1990). Hasil survey oleh Balitvet
menunjukkan bahwa kontaminasi Campylobacter jejuni di Jakarta, Bogor, Sukabumi dan
Tangerang cukup tinggi (Tabel 1).
C. jejuni secara umum mengkontaminasi
pada ayam mentah. Hasil survey menunjukkan
bahwa 20-100% ayam yang dipasarkan
terkontaminasi bakteri ini. Susu juga
merupakan media yang bisa tercemar dengan
bakteri ini.
Tabel 1. Hasil isolasi C. Jejuni pada berdasarkan
asal sampel
No. Asal
sampel
1. Jakarta
Selatan
2. Tangerang
3. Bogor
4. Sukabumi
Total
Σ
Sampel
47
Σ
Positif
3
Prosentase
+ (%)
6,38
44
18
6
115
16
5
2
26
36,36
27,78
33,33
22,61
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
Cara untuk mencegahnya yaitu dengan cara
memasak ayam dengan baik, pasteurisasi susu,
dan memasak air sebelum diminum
(www.cfsan.fda.gov/~mow/chap4. html, 1992).
PERJALANAN PENYAKIT
Campylobacter jejuni pada ternak ayam
terdapat di dalam sel epitel dan sel monokulear
dari lamina propria yang dapat menyebabkan
jejenum dan ileum rusak parah. Pada umumnya
Campylobacter pada ternak unggas (ayam,
kalkun) terjadi subkilis ditandai dengan
turunnya produksi telur secara drastis, kurus,
kering, layu (shriveled), pial bersisik (scaly
combs), tidak berdaya dan menyendiri. Dalam
pemeriksaan
histopatologik
ditemukan
perdarahan dan daerah-daerah nekrotik dalam
jaringan hati, ascites dan hydropericardium,
ginjal pucat dan membesar.
Pada ternak sapi yang terinfeksi bakteri ini
terjadi perubahan-perubahan histopatologi
yaitu adanya perubahan-perubahan jejenum,
ileum dan colon. Lesi-lesi yang terjadi mulai
dari kerusakan ringan sampai kepada
terjadinya radang usus berdarah (hemorrhagic
enteritis).
Kelenjer-kelenjar
mesentrika
membesar karena oedema. Campylobacter
jejuni dapat menyebabkan enterotoksin dan
sitotiksin, akan tetapi bagaimanapun peran
toksin-toksin ini dalam menimbulkan penyakit
belum dapat difahami.
Komplikasi penyakit yang disebabkan oleh
penyakit ini relatif jarang. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteRi ini yaitu arthritis,
hemolytic uremic syndrome, septicemia, dan
pada organ pendengaran. Rasio kejadian yang
berbahaya yang disebabkan oleh C. Jejuni
yaitu 0.1, artinya 1 orang meninggal per 1.000
kasus. Bakteri ini juga dapat menyababkan
meningitis, recurrent colitis, cholecystitis akut
dan Guillain-Barre syndrome (www.cfsan.fda.
gov/~mow/chap4.html, 1992).
Campylobacter fetus dapat ditularkan
melalui coitus atau tindakan inseminasi buatan,
menggunakan instrumen terkontaminasi oleh
agen. Sapi pejantan yang terinfeksi dapat
menjadi carrier bakteri ini. Kekebalan lokal
pada bakteri ini dapat terbentuk di dalam tuba
falopii dan uterus selama tiga bulan. Betina
yang terinfeksi menunjukkan tingkat konsepsi
yang rendah yaitu 40-50% (DHARMOJONO,
2001).
Dengan semakin banyaknya pemakaian
antibiotik
untuk
pengobatan
ampylobacteriosis, maka menyebabkan bakteri
Campylobacter semakin resisten. Penggunaan
antibiotik pada ayam dapat menyebabkan krisis
penyakit yang kebal terhadap obat di seluruh
dunia. Setiap tahun di AS sekita 60,000 ekor
ayam mati akibat pengobatan yang tidak tepat
dalam membunuh bakteri tersebut. Hasil
pengamatan membuktikan ayam dari pasar
raya di Minnesota pada bulan September 1977
terdapat sekitar 16% terinfeksi bakteri
Campylobacter yang kebal terhadap antibiotik.
Dengen semakin banyaknya penggunaan
antibiotik pada saat sekarang ini, maka
diperkirakan bakteri Campylobacter akan jauh
lebih banyak yang resisten terhadap antibiotik
(www.myquran.org/forum/showthread.php?t=4
190, 2005).
Pada mamalia dan unggas, deteksi dapat
dilakukan dengan cara mengisolasi organisme
yang berasal dari feses, isi sekum dan swab
pada rektal. Pada kejadian fetus yang
mengalami keguguran, Campylobacteri dapat
diisolasi dari perut fetus, plasenta, dan organorgan dalam. Kontaminasi pada produk pangan
asal hewan dapat dideteksi melalui isolasi
Campylobacter secara langsung atau setelah
ditumbuhkan dalam media selektif. PCR
merupakan metode dasar untuk menjelaskan
untuk mendeteksi Campylobacter pada sampel
feses, usus dan sampel daging (www.oie.int,
2004).
GEJALA KLINIS
Campylobacter pada penderita muda dapat
menyebabkan diare hebat. Pada anjing gejala
yang khas adalah diare seperti air atau dengan
bercak oleh cairan empedu, dengan atau tanpa
darah sampai selama 3-7 hari, kurang nafsu
makan disertai muntah. Demam dan
leukositosis dapat pula terjadi. Dalam kasuskasus tertentu diare terjadi intermiten sampai
selama > 2 minggu, dalam kasus lain dapat
terjadi sampai berbulan-bulan (DHARMOJONO,
2001)
Inokulasi dengan C. jejuni kepada anakanak anjing gnotobiotik, setelah tiga hari
kemudian akan timbul gejala malaise, fese tak
terbentuk dan mulas. Pada sapi penderita
85
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
Campylobacteriosis, mungkin suhu tubuhnya
tetap normal, ada diare kental dan mukoid,
kadang-kadang terlihat bercak merah. Sapi
yang mengalami infeksi C. fetus akan
mengalami siklus estrus yang tidak teratur, bila
konsepsi yang terjadi kemudian terinfeksi,
maka embrio akan terserap dan siklus estrus
baru mulai lagi. Radang rahim (endometritis),
radang vagina (vaginitis) dan radang leher
rahim (cervicitis) dapat terjadi (DHARMOJONO,
2001). Menurut KOLOPAKING (2002) feses
penderita yang terinfeksi Campylobacter
kebanyakan mengandung darah dan lendir.
C. jejuni
dapat menyebabkan diare,
mungkin
disebabkan
karena
adanya
pencemaran air, darah dan feses. Gejala lain
yang diderita oleh penderita Campylobacteriosis yaitu demam, luka pada bagian
perut, sakit kepala dan luka pada otot. Sakit
yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
dan air yang kotor biasanya terjadi antara 2-5
hari. Umumnya sakit terjadi 7-10 hari, tetapi
tidak semuanya (sekitar 25%) (www.cfsan.
fda.gov/~mow/chap4.html, 1992).
Pusat
Pengawasan
Penyakit
AS
mengungkapkan Campylobacter menyerang
70-90% ayam. Campylobacter tersebut
menyebabkan
penderita
mengalami
kekejangan, demam, dan mengakibatkan
kematian sekitar 800 penduduk AS setiap
tahun.
Sekitar
1000-2000
orang
pertahun
campylobacter menyebabkan sindrom GuilainBarre yaitu sejenis penyakit yang memerlukan
perawatan intensif selama beberapa minggu
(www.myquran.org/forum/showthread.php?t=4
190, 2005).
CAMPYLOBACTERIOSIS PADA
MANUSIA
Angka kejadian campylobacteriosis pada
pasien penderita diare hampir sama dengan
kejadian salmonellosis atau shigellosis
(BLASER et al, 1984). Hasil penelitian di
negara Amerika menunjukkan angka kejadian
salmonelosis berkisar 300-1500 kasus/100.000
penduduk (ANGULO and SWERDLOW, 1998),
infeksi Escherichia coli 30 kasus/tahun
(SPARLING, 1998) dan campylobacteriosis
1/1000 orang (ALTEKRUSE, 1998). Laporan
dari negara Inggris dan Wales, lebih dari 1%
86
populasi terinfeksi setiap tahunnya dengan
kerugian ekonomi mencapai £ 12 million
(ASSOCIATION of MEDICAL MICROBIOLOGY,
1993). Sebaliknya di Indonesia hanya sedikit
informasi mengenai infeksi Campylobacter
jejuni. pada manusia, salah satunya adalah
yang dilaporkan oleh BALITVET, Bogor pada
tahun 1984 yaitu tentang kasus keracunan susu
C. jejuni. di Jawa Barat (POERNOMO et al.,
1984).
Masa inkubasi campylobacteriosis pada
manusia umumnya 2 – 4 hari ketika bakteri
mengalami multiplikasi dalam usus dan
mencapai jumlah 106 – 109 per gram feses.
Untuk terjadinya infeksi hanya diperlukan
sekitar 800 bakteri C. jejuni dengan gejala
klinis berupa demam, diare, muntah dan sakit
perut. C. jejuni menghasilkan enterotoksin
yang mirip dengan penyakit kolera dan toksin
Escherichia coli.
Banyak kejadian Campylobacteriosis pada
manusia bersifat sporadik. Kejadian dari
penyakit
ini
memiliki
karakteristik
epidemiologik yang berbeda dari infeksi
sproradik. Penyakit umumnya terjadi pada
musim semi dan gugur. Konsumsi susu mentah
sebagai sumber infeksi pada 30 dari 80
kejadian luar biasa Campylobacteriosis pada
manusia, seperti yang dilaporkan oleh CDC
antara tahun 1973 dan 1992. Terjadinya
penyakit ini disebabkan oleh mengkonsumsi
susu mentah pada saat kunjungan anak sekolah
ke peternakan selama musim sedang.
Sebaliknya, puncak Campylobacter sporadik
terjadi selama musim panas (ALTEKRUSE et al,
2004).
Faktor resiko lainnya yang proporsinya
lebih kecil dari penyakit sproradik diantaranya
minum air yang tidak dimasak dengan baik,
perjalanan ke luar negeri, mengkonsumsi babi
panggang atau sosis, minum susu mentah atau
susu botol, kontak dengan anjing atau kucing,
khususnya binatang kesayangan anak-anak
atau binatang kesayangan yang terkena diare.
Penyebaran dari manusia ke manusia tidak
umum terjadi. Pangan asal hewan merupakan
faktor
penting
dalam
penyebaran
Campylobacter jejuni
terhadap manusia
(ALTEKRUSE et al., 2004).
Di Amerika Serikat Campylobacter
umumnya menyerang pada bayi, kurang lebih
14 per 100.000 per tahun terjangkit penyakit
ini. Dengan samakin bertambahnya umur
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
(anak-anak), maka kejadian semakin menurun
yaitu 4 per 100.000 orang per tahun. Kejadian
pada orang dewasa meningkat lagi yaitu
sebesar 8 per 100.000 orang pertahun. Diantara
umur remaja dan dewasa, diperkirakan < 3 per
100.000 orang per tahun (ALTEKRUSE et al.,
2004). Setiap orang ada kecenderungan dapat
terinfeksi bakteri C. jejuni, tetapi anak di
bawah umur 5 tahun dan orang dewasa (15-29
tahun) merupakan yang paling rentan terinfeksi
bakteri
ini
(www.cfsan.fda.gov/~mow/
chap4.html, 1992).
Umumnya orang tidak menyadari bahwa
penyakit sakit perut yang dialami merupakan
penyakit yang disebabkan oleh apa yang
mereka makan. Biasanya mikroba dalam
makanan seperti daging atau telur yang
dimasak kurang matang, penanganan produk
yang salah, atau tercemarnya produk oleh
kotoran hewan. Beberapa penderita bisa
sembuh tanpa pergi ke dokter, tetapi beberapa
yang lainnya tidak sembuh. Satu dari 1000
orang yang diidentifikasi terinfeksi bakteri
Campylobacter jejuni Guillain Barre, suatu
penyakit kronis yang secara perlahan
menimbulkan kelumpuhan badan dari kaki ke
atas
(http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?
kategori=Health&newsno=1739, 2003)
Tabel 2. Studi epidemiologik kejadian Campylobacteriosis sproradis
Nomor
Jumlah Kontrol
Tahun
Kejadian
52
103
1989-1990
218
526
1982-1983
29
42
1990
45
53
40
45
106
80
1983-1984
1982-1983
1981
54
54
1982
10
15
1982
55
14
1980
Populasi
Lokasi
Penyebab sakit
Kontak
dengan hewan
Penduduk yang
tinggal di tiga kota
Pasien HMO
Norwegia
Unggas, sosis
Anjing
Washington
Ayam yang tidak di
masak dengan benar
Susu-susu botol
Hewan yang
terkena diare
Kucing
Colorado
Ayam
Susu mentah
Air dan ayam yang
dimasak tidak
benar, susu mentah
Ayam, babi,
barbequed foods
Ayam
Swedia
Ayam
Penduduk di
Manchester
Mahasiswa
Anak pedesaan
Penduduk Denver
Ft. Collins
Penduduk
Rotterdam
Penduduk di
Larimer
Penduduk di
Goteborg
Inggris
Goergis
Iowa
Colorado
Belanda
Kucing
Anak anjing
yang terkena
diare
Sumber: ALTEKRUSE et al, 2004
DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan tambahan
(laboratorium, struktural, fungsional). Secara
serologi dapat dilakukan uji serum antibodi
dengan berbagain varian antigen untuk
mengidentifikasi
agennya.
Membuat
pemeriksaan serum berseri untuk mengamati
peningkatan titer antibodi juga sangat
menolong dalam upaya diagnostik.
Diagnosis tentatif dapat dibuat berdasarkan
riwayat adanya keguguran terutama pada 8
minggu akhir masa kebuntingan atau adanya
kelahiran dimana anaknya sangat lemah.
Dalam pemeriksaan histoptologik dari fetus
yang gugur, ditemukannya fekus-fokus
nekrotik berwarna abu-abu dengan diameter 13 cm di dalam organ hatinya dapat dianggap
sebagai tanda yang patognomonik, akan tetapi
hal ini hanya terjadi pada kurang dari 40%
(DAHMOJONO, 2001).
87
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
Diagnosis dilakukan dengan diidentifikasikannya Campylobacter. Cairan abomasum dan
jaringan hati fetus merupakan tempat sumber
adanya Campylobacter ini. Apabila karena
sesuatu peristiwa jerohan alat pencernaan
sudah hilang (dicuri atau dimakan hewan
pemakan bangkai liar) maka Campylobacter
dapat dicari pula di dalam sampel jaringan
jantung, paru-paru dan otak. (DHARMOJONO,
2001).
Menurut DHARMOJONO (2001), pendugaan
terhadap infeksi Campylobacter fetus subsp
venerealis (BGC) dapat dikonfirmasi dengan
cara:
1. Upaya mengisolasi agen dari sampel fetus
yang digugurkan. Cairan abomasum dan
jaringan hati merupakan sampel yang baik
untuk upaya isolasi agen ini. Upaya
membuat kultur dapat diambil dari sampel
cairan dari preputium atau mukus
servikovaginal.
Sampel
dari
mukus
servikovaginal dapat dengan pipet dan
disimpan dalam es dan segera dikirim ke
laboratorium.
2. Dengan cara FA stains, tetapi cara FA stains
ini tidak dapat membedakan antara C.
venerealis dan C. fetus.
3. Cara serologik. Uji aglutinasi dari mukus
vaginal, dipakai untuk menguji kelompok.
Perlu diketahui bahwa antibodi umumnya
baru dibentuk setelah beberapa bulan
terinfeksi. Uji ELISA lebih sensitif dan
dapat mendeteksi antibodi lebih awal
dibandingkan dengan uji aglutinasi.
Campylobacter jejuni tidak dapat tumbuh
pada suhu di bawah 300C dan bakteri ini sangat
sensitif terhadap oksigen, oleh karena itu
biasanya dalam makanan, bakteri ini mungkin
hanya terdeteksi dalam jumlah yang sedikit.
Pada produk makanan deteksi C. jejuni pada
sampel dengan tingkat cemaran yang tinggi
sangat sulit dilakukan
sehingga sangat
diperlukan media selektif dengan enrichment
untuk mengisolasi bakteri ini.
Ada beberapa media agar selektif yang
dapat digunakan untuk isolasi C. jejuni yaitu
media Skirrow (SKIRROW, 1977 dan BUTZLER
and SKIRROW, 1979), Butzler (LAUWERS et al.,
1978 dan BUTZLER dan SKIRROW, 1979),
Blaser (BUTZLER et al., 1978) dan Preston
(BOLTON dan ROBERTSON, 1982). Beberapa
variasi media broth dengan enrichment juga
dapat dipakai yaitu Liquid enrichment BRUCE
88
et al., 1980), Waterman’s enrichment broth
dan Campy-Thio (PARK et al., 1983; WESLEY
et al., 1983).
PENCEGAHAN
Tindakan vaksinasi untuk menghadapi
wabah Campylobacteriosis secara eksperimental telah berhasil mengurangi kasus
keguguran. Vaksinasi menggunakan vaksin
bivalen ternyata efektif untuk menanggulangi
keguguran oleh infeksi C. fetus, sedangkan
tidak demikian apabila disebabkan oleh C.
jejuni (DHARMOJONO, 2001)
Domba yang sudah divaksinasi juga masih
sering
mengalami
keguguran.
Ada
rekomendasi utnuk melakukan vaksinasi
diantara domba-domba sebelum dan sesudah
terjadinya perkawinan (konsepsi), kemudian
diberikan suntikan penguatan (booster
vaccination) segera setelah bulan kedua masa
kebuntingan. Vaksinasi ulangan kemudian
dilakukan setiap tahun yaitu sebulan sebelum
masa berkawin breeding (DHARMOJONO,
2001).
Vaksinasi pada sapi pejantan malah
menghasilkan
kesembuhan
dan
dapat
mencegah infeksi permanen, tetapi vaksinasi
untuk sapi pejantan diperlukan tiga kali
ulangan dengan waktu antara 4 minggu. Untuk
mencegah penularan lewat cairan sperma
ketika melakukan inseminasi buatan, dilakukan
pengenceran
sperma
1:25
kemudian
ditambahkan 500 IU Penisilin dan 0,5 mg
dihdrostreptomisin untuk setiap ml cairan
sperma yang telah diencerkan tadi. Cairan
sperma dengan perlakuan seperti tersebut perlu
disimpan terlebih dahulu dalam temperatur
4,40C selama 6 jam sebelum diaplikasikan
(DHARMOJONO, 2001).
PENGOBATAN
Erithromisin
dapat
dipilih
untuk
menganggulangi Campylobacteriosis pada
hewan dan manusia. Antibiotika lainnya yang
dapat
digunakan
adalah
gentamisin,
furazolidone, doksisiklin dan kloramfenikol.
Pengobatan Campylobacteriosis pada ferret
dengan kloramfenikol memberikan hasil yang
baik. Ampisilin umumnya tidak efektif bagi
umumnya Campylobacter, sedangkan umum-
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
nya Campylobacter malah resisten terhadap
penisilin.
Untuk menanggulangi Campylobacteriosis,
pengobatan topikal di tempat sarang-sarang
infeksi (prepusium, vagina dan lain-lain) dan
pengobatan sistematik secara simultan akan
menghasilkan tereupitik yang lebih baik.
Misalnya penderita diberi suntikan subkutan
dengan dihidrostreptomisin dengan dosis 25
mg/kg sekaligus melakukan infusi dalam
prepusium
dengan
10
ml
larutan
dihidrostreptomisin
50%.
Larutan
ini
diinfuskan (diirigasikan) ke dalam ruang
prepusium dan dipertahankan selama 1 menit
sambil dimasase, kemudian baru dilepaskan.
Infusion seperti ini dilakukan 2-3 kali dengan
interval 48 jam (DHARMOJONO, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
ALTEKRUSE, S.F. 1998: Campylobacter jejuni in
foods, JAVMA 213 (12): 1734 - 1735.
ALTEKRUSE, S.F., NORMAN, J.S., PATRICIA, I.F., and
DAVID, L.S. 2005. Campylobacter jejuni-an
emerging foodborne pathogen U.S. Food and
drug administration, Blacksburg, Virginia,
USA; U.S. Department of Agriculture,
Athens, Georgia, USA; and Centers for
Disease Control and Prevention, Atlanta,
Georgia, USA.
ANGULO, F.J. and D.L. SWERDLOW. 1998.
Salmonella enteritidis infections in the United
States, JAVMA 213 (12): 1729-1731.
ASSOCIATION of MEDICAL MICROBIOLOGISTS, 1993.
The facts about Campylobacter. Bethany
James Communication.
BLASER, M.J., B.W. POWERS, J. CRAVENS and W.L
WANG, 1978. Campylobacter enteritis
associated with canine infection. Lancet 11:
979-981.
BLASER, M.J., D.N. TAYLOR, and R.A. FELDMAN,
1984. Epidemiological of Campylobacter
infections, in BUTZLER, J. (ed.) Campylobcter
in man and animals, pp. 144-156, Boca
Raton, CRC Press.
BUTZLER, J.P and M.B. SKIRROW. 1979.
Campylobacter
enteritis.
clinics
in
Gastroenterology. 8: 737-765.
CENTER for DISEASE CONTROL and PREVENTION
(CDC), 1998. Healthtouch online at
htpp://www. Healthtouch.com
EVANS, S.J. 1992. Introduction and spread of
thermophilic Campylobacters in broiler
flocks. Veterinary Record 131: 574-576.
HANNINEN, M.L., 1981. The effect of NaCl on
Campylobacter jejuni/coli. Acta Vet. Scand.
22: 578.
HARRIS, N.V., D. THOMPSIN; D.C. MARTIN and C.M.
NOLAN. 1986. A. survey of Campylobacter
and other bacterial contaminants of pre-market
chicken and retail poultry and meats, King
County, Washington. Am.J.Publ.Health. 76:
401.
KENDALL, PAT. 1992. Bacterial food-borne illness
document
number
9.3000,
Colorado
Cooperative Extensive Service, Colorado
State University.
LAUWERS, S., M. DE BOECK and J.P. BUTZLER. 1978.
Campylobacter enteritis in Brussels. Lancet 1:
604-605.
LIOR, H., D.L. WOODWARD; J.A. EDGAR; L.J.
LAROCHE and P. GILL. 1982. Serotyping of
Campylobacter jejuni by slide agglutination
based on heat-labile antigenic factors.
J.Clin.Microbiol. 15: 761.
PALUMBO, S.A. 1984. Heat injury and repair in
Campylobacter jejuni. Appl. Environ.
Microbiol. 48: 477.
PARK, C.E., Z.K. STANKIEWICZ, J. LOVETT, J. HUNT
and D.W. FRANCIS. 1983. Effect of
temperature, duration of incubation, and pH of
enrichment culture on the recovery of
Campylobacter jejuni from eviscerated
marked chickens. Can. J. Microbiol. 29: 803.
PENNER, J.L., and J.N. HANNESSEY. 1980. Passive
hemagglutination technique for serotyping
Campylobacter fetus subs jejuni on the basis
of soluble heat-stable antigens. J. Clin.
Microbiol. 12:732.
BOLTON, F.J. and L. ROBERTSON. 1982. A selective
medium
for
isolating
Campylobacter
jejuni/coli. J. Clin.Path. 35:462-467.
RAJAN, D.P. and V.I. Mathan. 1982. Prevalence of
Campylobacter fetus subsp. Jejuni in healthy
populations in Southern India. J.Clin.
Microbiol. 15: 749.
BOLTON, F.J. and D. COATES. 1983. A study of the
oxyhen and carbon dioxide-requirements of
thermophilic campylobacters. J. Clin. Pathol.
36: 829.
DHARMOJONO. 2001. Limabelas penyakit menular
dari binatang ke manusia. Milenia Populer,
Jakarta.
89
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
KOLOPAKING, M.S. 2002. Penatalaksanaan muntah
dan diare akut. Simposium Penataksanaan
Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam
II, Jakarta.
http://cybermed.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Health
&newsno=1739. 2003. Mikroba yang
ditularkan melalui makanan. Majalah Nirmala,
Jakarta.
MERCK’S VETERINARY MANUAL. 1991. 7thEd.
Merck’s Co. and Inc.
RESSANG, A.A. 1984. Patologi khusus veteriner.
Buku Pelajaran Patologi Kusus Veteriner
Edisi II.
90
SUBRONTO. 1985. Ilmu penyakit ternak I. Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta.
www.cfsan.fda.gov/~mow/chap4.html.
1992.
Campylobacter jejuni. U.S. Food & Drug
Administration Center for Food Safety &
Applied Nutrition. U.S.
www.myquran.org/forum/showthread.php?t=4190.
2005. Ternakan ayam moden Jejaskan
Manusia.
www.oie.int. 2004. Campylobacter Jejuni And
Campylobacter Coli
www.wikipedia.org/wiki/campylobacter.
Campylobacter.
2005.
Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan
91
Download