HARI DOA SEDUNIA UNTUK PANGGILAN KE-50 21 April 2013 Buku ini terdiri dari : 1. Pesan Paus Benediktus XVI 2. Homili : Tuhanlah Gembalaku 3. Kekudusan Hakekat Panggilan Imam 4. Perayaan Ekaristi dan Ibadat Sabda Tanpa Imam 5. Bahan Temu Bina Iman Anak Misioner 6. Berdoa Mohon Panggilan Jakarta, Maret 2013 Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia Jl. Cut Meutia 10 Jakarta – 10340 1 Pesan Bapa Suci Pada Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-50 Hari Minggu Paskah IV 21 April 2013 Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman 2 Pesan Paus Benediktus XVI Pada Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-50 Saudara-saudari yang terkasih. Pada kesempatan Hari Doa Sedunia Untuk Panggilan Ke-50, yang dirayakan pada tanggal 21 April 2013, Hari Minggu IV Paskah, saya ingin mengajak Anda semua untuk merenungkan tema: “Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman”, yang kebetulan terjadi dalam Tahun Iman, yang menandai tahun ke-50 dimulainya Konsili Vatikan II. Ketika Konsili Vatikan II sedang berlangsung, Hamba Allah, Paus Paulus VI, menyatakan hari itu sebagai hari doa seluruh dunia kepada Allah Bapa, memohon kepada-Nya agar selalu mengutus para pelayan bagi Gereja-Nya (bdk. Mat.9:38). “Hal memiliki jumlah imam yang cukup”, demikian pernyataan Paus pada waktu itu, “berdampak langsung pada seluruh umat beriman: bukan semata-mata karena mereka bergantung pada jumlah imam tersebut terkait dengan masalah rohani umat Kristen di masa depan, melainkan karena persoalan ini menjadi indikator yang tepat dan tak dapat dihindari tentang dinamika kehidupan iman dan kasih dari setiap jemaat paroki dan keuskupan, sekaligus menjadi bukti kesehatan moral dari keluarga-keluarga Kristen. Di mana dapat ditemukan banyak panggilan imam dan hidup bakti, di sana terdapat banyak orang yang menghayati Injil dengan tulus” (Paus Paulus VI, Pesan Radio, 11 April 1964). 3 Selama beberapa dekade, berbagai jemaat Kristen di seluruh dunia berkumpul setiap tahunnya pada Hari Minggu IV Paskah, mereka bersatu dalam doa, memohon kepada Tuhan anugerah panggilan suci dan minta sekali lagi, sebagai bahan renungan bagi semua orang, betapa mendesak kebutuhan untuk menanggapi panggilan Illahi tersebut. Sungguh, peristiwa tahunan ini begitu penting dan meneguhkan suatu komitmen yang kuat untuk menempatkan betapa semakin pentingnya panggilan imam dan hidup bakti di tengah spiritualitas, doa dan karya pastoral umat beriman. Harapan adalah penantian terhadap sesuatu yang positif di masa yang akan datang, namun pada saat yang sama harus dapat menopang keberadaan kita saat ini, yang sering kali ditandai oleh aneka ketidak-puasan dan kegagalan. Lantas didasarkan pada apakah harapan tersebut? Kalau menengok sejarah umat Israel, sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Lama, kita melihat suatu hal yang selalu muncul secara konstan, khususnya pada masamasa sulit seperti pada Masa Pembuangan, khususnya suatu hal yang ditemukan dalam tulisan-tulisan para Nabi, yaitu kenangan akan janji-janji Allah kepada para bapa bangsa: suatu kenangan yang mengajak kita untuk mengikuti teladan sikap Abraham, sebagaimana diperingatkan oleh Santo Paulus, “percaya, meskipun tidak ada dasar untuk berharap, bahwa dia akan menjadi ‘bapa banyak bangsa’, menurut apa yang telah dikatakan, ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu’” (Rom.4:18). Suatu kebenaran yang menghibur dan menerangi, yang muncul dalam seluruh sejarah keselamatan, tidak lain adalah ke4 setiaan Allah terhadap perjanjian yang telah Dia buat, membaharuinya bila manusia melanggarnya melalui ketidak-setiaan dan dosa mereka, sejak zaman Air Bah (bdk. Kej. 8: 21-22) hingga zaman Keluaran dan perjalanan melalui padang gurun (bdk. Bil. 9:7). Kesetiaan yang sama tersebut telah membawa Allah kepada meterai perjanjian baru dan kekal dengan manusia, melalui darah Putera-Nya, yang telah wafat dan bangkit kembali demi keselamatan kita. Setiap saat, khususnya pada saat-saat yang paling sulit, kesetiaan Tuhan selalu menjadi kekuatan pengendali yang sejati sejarah keselamatan, yang membangkitkan hati pria dan wanita dan meneguhkan mereka dalam harapan bahwa pada suatu hari nanti akan mencapai “tanah terjanji”. Di sinilah kita menemukan dasar yang pasti dari setiap harapan: Allah tidak pernah meninggalkan kita dan Dia selalu benar terhadap Sabda-Nya. Karena alasan inilah, maka dalam setiap situasi, baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, kita dapat menghidupi suatu harapan yang teguh dan bersama dengan pemazmur berdoa: “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang; sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm. 62:6). Oleh karena itu, memiliki harapan berarti sama dengan percaya kepada Tuhan yang adalah setia, yang selalu memelihara perjanjian-Nya. Dengan demikian, iman dan harapan berkaitan erat. “Harapan” adalah sebuah kata kunci dalam iman alkitabiah, sehingga dalam perikop-perikop tertentu, kata “iman” dan “harapan” nampak jelas digunakan secara bergantian. Dengan cara ini pula, maka Surat Ibrani menampilkan hubungan yang langsung antara “pengakuan akan harapan yang teguh” 5 (10:23) dengan “kepenuhan iman” (10:22). Hal yang sama, ketika Surat Pertama Rasul Petrus mendesak orang-orang Kristen agar selalu siap untuk menyambut “logos” – arti dan alasan – harapan mereka (bdk. 3:15), “harapan” adalah sama dengan “iman” (Spe Salvi, 2). Saudara-saudari yang terkasih, apa sebenarnya kesetiaan Tuhan itu dan kepada siapakah kita meletakkan harapan yang kokoh tak tergoyahkan itu? Tidak lain adalah Kasih-Nya. Dia, Bapa, mencurahkan Kasih-Nya ke dalam lubuk hati kita yang terdalam melalui Roh Kudus (bdk. Rom. 5:5). Dan Kasih Allah tersebut dinyatakan secara penuh dalam diri Yesus Kristus, yang terlibat dalam keberadaan kita dan menuntut suatu jawaban dalam arti apa yang dapat dilakukan oleh setiap individu dalam hidupnya sebagai pria maupun wanita dan apa yang dapat dia persembahkan untuk menghayati Kasih Allah tersebut secara penuh. Kasih Allah kadang-kadang hadir melalui cara-cara yang tidak pernah dibayangkan oleh seseorang sebelumnya, tetapi selalu dapat menjangkau orang-orang yang memang mau dijumpai oleh Kasih Allah tersebut. Harapan semacam itu dipelihara dengan kepastian ini, “Kita telah mengenal dan telah percaya akan Kasih Allah kepada kita” (1 Yoh. 4:16). Kasih Allah yang begitu dalam dan menuntut ini, Kasih Allah yang meresap secara sempurna di bawah permukaan, memberi kita keberanian. Kasih Allah ini memberi kita harapan dalam peziarahan hidup kita dan di masa yang akan datang. Kasih Allah yang membuat kita percaya dalam diri kita, dalam sejarah dan dalam diri orang-orang lain. Saya ingin berbicara secara khusus kepada kaum 6 muda dan saya katakan sekali lagi kepadamu: “Akan menjadi apakah hidupmu kalau tanpa Kasih Allah? Allah memelihara pria dan wanita sejak penciptaan hingga akhir zaman, ketika Dia akan membawa rencana keselamatan sampai kepada kepenuhannya. Di dalam Tuhan yang bangkit, kita memiliki harapan yang pasti” (Sambutan kepada kaum muda Keuskupan San Marino, Montefeltro, 19 Juni 2011). Sebagaimana telah Dia lakukan selama hidupNya di dunia, demikian juga saat ini Yesus yang telah bangkit berjalan menyusuri lorong-lorong kehidupan kita dan melihat kita yang tenggelam dalam berbagai aktivitas dengan segala keinginan dan kebutuhan kita. Di tengah situasi lingkungan kehidupan kita, Dia terus berbicara kepada kita: Dia memanggil kita agar kita menghayati kehidupan bersama dengan Dia, karena hanya Dia-lah yang mampu memuaskan dahaga akan harapan tersebut. Dia tinggal di tengah komunitas para murid, yaitu Gereja, dan hingga hari ini Dia masih memanggil orang-orang untuk mengikuti Diri-Nya. Panggilan dapat muncul setiap saat. Hari ini juga Yesus terus-menerus berkata: “Datanglah ke mari, ikutilah Aku” (Mrk. 10:21). Menerima undangan-Nya berarti tidak lagi memilih jalan kita sendiri. Mengikuti Dia berarti membenamkan kehendak kita ke dalam kehendak Yesus, sungguh-sungguh mengistimewakan Dia, membanggakan Dia dalam setiap bidang kehidupan: dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam kepentingan-kepentingan pribadi dan dalam diri kita sendiri. Ini berarti menyerahkan hidup kita kepada-Nya, hidup dalam kemesraan bersama dengan Dia dan melalui Dia, kita memasuki persekutuan dengan Bapa dalam 7 Roh Kudus, dan dengan demikian juga – konseuensinya – bersama dengan saudara dan saudari sekalian. Persekutuan hidup bersama Yesus adalah suatu “pengaturan” (setting) istimewa di mana dalam persekutuan tersebut, kita boleh mengalami harapan dan dalam harapan tersebut, hidup kita menjadi penuh dan bebas. Panggilan imamat dan hidup bakti lahir dari pengalaman personal perjumpaan dengan Kristus, berkat dialog dengan Dia secara rahasia dan tulus, yang berarti memasuki ke dalam kehendak-Nya. Oleh karena itu sangatlah perlu tumbuh dalam pengalaman iman, mengenal suatu relasi yang mendalam dengan Yesus, memberi perhatian secara rohani terhadap suara-Nya yang hanya bisa diperdengarkan dalam lubuk hati kita. Proses ini, yang memungkinkan kita dapat menaggapi panggilan Allah secara positif, sangat mungkin terjadi dalam jemaat-jemaat Kristen di mana iman dihayati secara intens, di mana kesaksian yang baik diberikan oleh mereka yang menyandarkan diri kepada Injil, di sanalah hadir makna perutusan yang kuat, yang menghantar orang untuk mempersembahkan diri secara total demi Kerajaan Allah, yang dihidupi dengan penerimaan sakramensakramen, khususnya Sakramen Ekaristi dan hidup doa yang kuat. Poin yang terakhir ini, “di satu sisi harus menjadi sesuatu yang sangat personal, suatu perjumpaan yang mesra antara diriku dengan Allah. Tetapi di sisi lain, harus secara terus-menerus dibimbing dan diterangi oleh doa-doa Gereja dan oleh doadoa para kudus, dan oleh doa liturgis sebagaimana telah berulang kali Tuhan Yesus ajarkan bagaimana kita harus berdoa secara benar” (Spe Salvi, 34). 8 Doa yang mendalam dan terus-menerus akan menghasilkan pertumbuhan iman jemaat Kristiani, menghasilkan suatu kepastian yang secara terusmenerus diperbaharui bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya, sebaliknya Dia sanantiasa meneguhkan umat-Nya dengan membangkitkan aneka panggilan khusus – panggilan imamat dan hidup bakti – agar mereka menjadi tanda harapan bagi dunia. Sesungguhnya, para imam dan kaum religius dipanggil untuk menyerahkan dirinya secara total tanpa syarat bagi umat Allah, dalam pelayanan kasih demi Injil dan Gereja, suatu pelayanan yang dapat meneguhkan harapan yang berasal hanya dari keterbukaan diri kepada Yang Illahi. Oleh karena itu, dengan bantuan para saksi iman dan semangat kerasulan mereka, mereka dapat memeneruskan, khususnya kepada gererasi muda, suatu keinginan yang kuat untuk menanggapi Kristus yang memanggil mereka secara tulus dan tanpa halangan untuk mengikuti Dia secara lebih erat. Kapan saja seorang murid Yesus menerima panggilan Illahi untuk membaktikan dirinya bagi pelayanan imamat atau hidup bakti, itu berarti dia memberi suatu kesaksian tentang salah satu hasil buah yang paling matang dari jemaat Kristen, yang membantu kita untuk melihat dengan iman dan harapan secara istimewa masa depan Gereja dan komitmennya terhadap tugas penginjilan. Tugas ini memerlukan para pekerja yang baru untuk mewartakan Injil, untuk merayakan Ekaristi dan Sakramen Rekonsiliasi. Jadi, semoga ada banyak imam yang komit, yang mengerti bagaimana harus mendampingi anak-anak muda sebagai “sahabat dalam perjalanan”, membantu mereka dalam hidup yang penuh dengan 9 penderitaan dan kesukaran, membantu mereka mengenal Kristus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup (bdk. Yoh. 14:6), sembari mengatakan kepada mereka bahwa dengan kekuatan Injil, sungguh betapa indahnya melayani Allah, jemaat Kristiani, dan melayani saudara-saudari. Semoga ada imamimam yang menghasilkan buah secara melimpah berkat komitmen mereka yang penuh antusias, yang berarti menujukkan kematangan hidup mereka, karena didasarkan pada iman akan Kristus yang lebih dahulu telah mengasihi kita (bdk. 1 Yoh. 4:19). Demikian juga, saya berharap bahwa anakanak muda, yang telah dipenuhi oleh pelbagai pilihan tidak penting, akan mampu menggali suatu keinginan terhadap apa yang sungguh-sungguh berharga, demi tujuan-tujuan yang mulia, pilihan-pilihan yang radikal, pelayanan demi banyak orang dalam mengikuti Yesus. Yang terkasih anak-anak muda, janganlah takut mengikuti Dia dan berjalan menyusuri jalan-jalan kasih yang menuntut suatu keberanian dan komitmen yang tulus. Dengan cara tersebut, kamu akan senang melayani, kamu akan menjadi saksi suatu suka-cita yang tidak bisa diberikan oleh dunia, kamu akan menjadi nyala yang hidup dari kasih yang kekal-abadi dan tak terpermanai, kamu akan belajar “memberi suatu pengharapan yang ada padamu” (1 Pet. 3:15)! Dari Vatikan, 6 Oktober 2012 10 11 Homili Minggu Paskah IV C/2013 Kis 13:14.43-52 Why 7:9.14b-17 Yoh 10:27-30 Tuhanlah Gembalaku PENGANTAR Dalam Injil Yohanes (Yoh 21:15-19), hari Minggu yang lalu, sebelum Yesus mengangat Petrus untuk melanjutkan tugas-Nya sebagai Gembala, Ia ingin mengetahui kesungguhan kasihnya kepada diri-Nya. Pada dasarnya Yesus mau menegaskan, bahwa kepemimpinan apapun, yang diungkapkan secara simbolis dalam bentuk penggembalaan kawanan domba, harus berlandaskan pada kasih. Gembala yang baik adalah gembala yang mengasihi dombanya, seperti Kristus yang mengasihi domba-domba-Nya, sampai Ia rela mengorbarkan hidup-Nya bagi mereka. Injil hari ini menerangkan maksud apa sebenarnya bersikap dan berbuat sebagai gembala. HOMILI Sejak dalam Perjanjian Lama tokoh-tokoh pemimpin Israel digambarkan sebagai gembala. Misalnya leluhur mereka seperti Abraham, Ishak, dan Yakub. Juga pemimpin bangsa, misalnya Musa dan Daud. Dalam Mazmur yang disukai orang didoakan: “Tuhanlah gembalaku” (Mzm 23). Kemudian dalam Perjanjian Baru Yesus sendiri meneruskan gambaran tentang gembala itu pada diri-Nya sendiri (lih. Yoh 10:1-21). Dalam Injil pendek hari ini (Yoh 10:27-30) dikemukakan dua ciri khas Yesus sebagai Gembala. Pertama : gembala dan domba saling mengenal. 12 “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku”. Dengan demikian ada hubungan erat antar mereka. Kedua: gembala memberikan hidupnya kepada mereka dan demi mereka! Tiada orang atau apapun lainnya bisa memisahkan mereka. Dombadomba merasa aman, mereka adalah sasaran kasih dan keprihatinan gembalanya, bukan sekadar sebagai hal-hal yang harus diurus dan dipelihara belaka. Segala perhatian gembala tertuju kepada kawanan dombanya. Apa pesan Injil hari ini kepada kita? Dalam Injil hari ini kita diperkuat iman kepercayaan kita! Kita percaya akan kasih Allah Bapa kita sebagai Gembala Agung, seperti terbukti dalam diri Yesus Putera-Nya! Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, dengan segala kelemahan dan kekekurangannya, Allah Bapa dan Putera-Nya adalah Gembala kita, yang selalu bisa dipercaya sepenuhnya. Kiranya ajaran dan pesan, yang disampaikan Yesus di dalam Injil Yohanes hari ini, dapat kita pahami dalam khotbah Paus Benediktus XVI dalam Misa Peresmian Jabatan Pelayanan Penggembalaannya sebagai Wakil Kristus, di Roma tgl. 24 April 2005. Dalam homilinya sebagai Wakil Kristus seperti Petrus, Paus berkata: “Salah satu ciri dasar seorang gembala ialah mengasihi umat yang dipercayakan kepadanya, sama seperti ia mengasihi Kristus, yang dilayaninya. ‘Gembalakan domba domba-Ku‘, kata Kristus kepada Petrus. Dan sekarang ini Kristus mengatakannya pula kepadaku. Menggembalakan berarti mengasihi, dan mengasihi juga berarti bersedia menderita. Mengasihi berarti memberikan kepada domba apa yang sungguh baik, santapan kebenaran Allah, Sabda Allah, santapan kehadiran-Nya, yang diberikan-Nya kepada kita dalam Sakramen Mahakudus”. 13 Paus Benediktus XVI selanjutnya mengatakan, bahwa perumpamaan tentang gembala itu adalah gambaran tentang Kristus dan Gereja serta masyarakat. Umat manusia di dunia ini sering tidak tahu arah hidupnya, bagaikan domba yang hilang di tengah padang gurun. Putera Allah tak mau melihat dan membiarkan umat manusia hilang terlantar. Maka Ia meninggalkan kemuliaan-Nya di Surga dan turun ke bumi mencari manusia yang hilang, sampai Ia rela diadili dan mati di salib. Itulah gambaran gembala yang baik! Pengembalaan semacam inilah yang harus merupakan cita-cita setiap gembala. Imam dalam Gereja Katolik disebut pastor, karena gembala dalam bahasa Latin adalah “pastor”. Tetapi model gembala yang baik bukan hanya berlaku bagi imam atau pastor, dalam arti yang dikenal umat. Menjadi gembala yang baik berlaku bagi setiap orang yang berperan sebagai pemimpin, pendamping, “leader”, pembesar, termasuk kepala rumah tangga! Kebesaran pembesar adalah kasih dan pelayanannya! Pada akhir homilinya Paus Benediktus XVI berkata: “Doakan saya, supaya makin mengenal dan mengasihi domba-domba Kristus dengan semakin baik. Doakan saya, supaya saya tidak melarikan diri karena takut terhadap serigala yang menyerang domba-domba Kristus. Mari kita saling mendoakan”. Mgr F.X Hadisumarta O.Carm www.imankatolik.or.id 14 15 Kekudusan Hakekat Panggilan Imam Imam berasal dari umat dan untuk umat, maka kesuburan panggilan imamat tergantung dari kwalitas kehidupan umat Allah atau keluarga-keluarga Katolik sebagai tempat munculnya benih-benih panggilan maupun pemekaran benih panggilan. Kami berharap kepada segenap umat, khususnya keluarga-keluarga katolik untuk mendukung promosi panggilan imam. Salah satu ciri khas kepribadian yang hendaknya diusahakan adalah ‘to man/woman with/for others’, pribadi yang peka akan kebutuhan sesamanya. Kami percaya pada masa kini adanya gerakan atau paguyuban doa bersama untuk mendukung panggilan imam. Namun kami juga berharap kepada keluarga-keluarga Katolik untuk dengan rela dan bangga jika satu atau dua anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster. Hendaknya jangan terjadi: kita berdoa bagi suburnya panggilan, namun anak saya yang baik ingin menjadi imam, bruder atau suster dilarang. Mereka yang telah terpanggil menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya juga berpartisipasi dalam promosi panggilan. Cara utama dan pertama-tama untuk promosi panggilan adalah kesaksian hidup terpanggil. Maka baiklah secara khusus kami ingatkan rekan-rekan imam untuk merenungkan dan menghayati ajaran ini, yaitu “Panggilan imam itu pada hakekatnya panggilan untuk kekudusan, dalam corak yang sesuai dengan Sakramen Tahbisan. Kekudusan berarti bermesraan dengan Allah, 16 mengikuti Kristus yang miskin, murni dan rendah hati. Kekudusan itu cintakasih tanpa syarat terhadap jiwajiwa, dan penyerahan diri sendiri untuk mereka dan demi kesejahteraan mereka yang sejati. Kekudusan berarti mengasihi Gereja yang suci dan menghendaki kita menjadi suci, karena itulah misi yang dipercayakan oleh Kristus kepadanya. Anda masing-masing harus menjadi kudus pula untuk membantu saudara-saudari Anda menempuh panggilan mereka menuju kesucian” (Paus Yohanes Paulus II: Anjuran Apostolik, Pastores Davo Vobis, 25 Maret 1992, no 33) “Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” (1Yoh 3:2-3) Yang dimaksudkan dengan ‘anak-anak Allah’ tidak lain adalah kita semua yang sungguh mempersembahkan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, yang senantiasa menaruh pengaharapan kepada-Nya maupun “menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci”. Maka marilah kita sebagai umat beriman, entah keyakinan atau agamanya apapun, kami ajak untuk bekerjasama mengusahakan kesucian hidup kita, bermesraan dengan Allah kapan pun dan dimana pun dalam hidup seharihari. Secara khusus bagi umat Katolik yang memiliki pelindung santo atau santa, kami harapkan hidup dan bertindak meneladan santo atau santa yang menjadi pelindungnya. Ketika kita dilahirkan di dunia ini masing-masing dari kita kiranya dilahirkan dalam keadaan suci adanya, dan memang begitu. Kita tumbuh berkembang menjadi 17 dewasa. Namun seiring dengan pertambahan usia, ternyata kesucian tersebut terus mengalami erosi. Maka jika di dalam diri kita ada apa yang baik, mulia, suci, benar dan seterusnya, kiranya sungguh merupakan anugerah Allah. Marilah kita renungkan atau refleksikan kutipan ini, yaitu bahwa “keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12). Menaruh pengharapan kepada Allah berarti juga mendambakan selamat dari Allah. Jika kita sungguh mendambakan selamat baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual, hendaknya kita senantiasa setia melaksanakan atau menghayati Sabda-Nya sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Cukup menarik bahwa kitab itu disebut suci, yang berarti isinya memang suci dan siapapun yang melaksanakan isi kitab suci berarti berusaha untuk menjadi suci. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk rajin dan setia membaca dan merenungkan sabda-sabda yang tertulis di dalam Kitab Suci. “Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.” (Mzm 118:21-23.26) Ig. Sumaryo, SJ 18 19 HARI DOA SEDUNIA UNTUK PANGGILAN KE-50 21 APRIL 2013 PERAYAAN EKARISTI DAN IBADAT SABDA TANPA IMAM TEMA : Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman 20 PERAYAAN EKARISTI DAN IBADAT SABDA TANPA IMAM PERSIAPAN Dibawakan oleh pemandu acara orang dewasa atau seorang anak remaja. Saudara-saudari, umat beriman terkasih, Memiliki harapan berarti sama dengan percaya kepada Tuhan yang adalah setia, yang selalu memelihara perjanjian-Nya. Iman dan harapan berkaitan erat. “Harapan” adalah sebuah kata kunci dalam iman. Hari ini adalah Hari Minggu IV dalam masa Paskah, yang dikenal sebagai Hari Minggu Gembala Baik. Selain itu, bahwa hari ini juga Gereja merayakan Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-50. Paus Benediktus XVI mengajak seluruh umat beriman Katolik untuk merenungkan tema : “Panggilan Sebagai Suatu Tanda Harapan Berdasarkan Iman”. Pada kesempatan hari ini, secara bersama-sama kita berdoa mohon panggilan khusus dan berdoa bagi mereka yang terpanggil sebagai imam, bruder, dan suster. 21 Saudara-saudari terkasih, Dalam Injil yang akan kita dengar hari ini Yesus berkata, ”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku” (Yoh 10 : 27). Suara Yesus yang lembut dan memikat membuat banyak orang datang dan ingin mendengarkan suara-Nya. Yesus menjadi seorang Gembala yang berwibawa, lemah-lembut dan penuh kasih, sehingga domba-domba-Nya tertarik untuk mendengarkan suara-Nya dan mengikuti-Nya dengan setia. Pada Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-50 ini, marilah kita mendengarkan suara Sang Gembala Agung seraya berdoa mohon panggilan, agar melalui Sabda yang kita dengarkan hari ini, semakin banyak orang yang berani menyerahkan diri untuk mengikuti jejak Gembala Agung kita. Dalam doa kita berharap agar tumbuh benih-benih panggilan, karena Dia yang memanggil adalah Cinta. Mari kita menyiapkan hati untuk memulai perayaan suci ini dengan menyanyikan lagu pembuka : ... 22 RITUS PEMBUKA Perarakan Masuk Barisan Imam, Biarawan-biarawati, Misionaris dan Petugas liturgi lain berarak menuju altar diiringi lagu pembuka. Dapat disertakan barisan anak-anak/remaja dengan me genakan busana seperti Uskup, Imam atau Suster. Pengantar (oleh Imam/Pemimpin Ibadat) Saudara-saudara terkasih, Hari Minggu Paskah ke-4, Gereja menetapkan dan merayakan sebagai Hari Doa Sedunia untuk Panggilan. Pada Hari ini, Bapa Suci Paus Benediktus XVI, mengundang kita semua, secara pribadi, maupun bersama-sama dalam keluarga, Komunitas Basis Gerejawi, Paroki dan Keuskupan, untuk berdoa mohon panggilan khusus. Kita berdoa bagi anakanak, remaja dan juga kaum muda semoga ada banyak dari mereka yang bersedia menjawab panggilan Tuhan secara khusus. Paus Benediktus XVI, secara khusus mempertanyakan tentang makna kehidupan kepada kaum muda, beliau mengatakan: “Akan menjadi apakah hidupmu kalau tanpa Kasih Allah?”. Semoga pertanyaan Bapa Suci ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita semua. Karena kita tahu bahwa, “Allah memelihara pria dan wanita sejak penciptaan hingga akhir zaman, ketika Dia akan membawa rencana keselamatan sampai kepada kepenuhannya. Di dalam Tuhan yang bangkit, kita memiliki harapan yang pasti” (Sambutan kepada kaum muda Keuskupan San Marino, Montefeltro, 19 Juni 2011). 23 Tobat I = Imam P = Pemimpin Ibadat I/P Tuhan Yesus Kristus, Engkau berkata: ”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka” Tuhan, kasihanilah kami U Tuhan, kasihanilah kami. I/P Tuhan Yesus Kristus, Engkau berkata : ”Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa.” Kristus, kasihanilah kami. U Kristus kasihanilah kami. I/P Tuhan Yesus Kristus, Gembala Baik. Engkau berkata : ”Aku dan Bapa adalah satu.” Tuhan, kasihanilah kami. U Tuhan, kasihanilah kami. I/P Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal. U Amin. 24 Doa Pembuka I/P Marilah kita berdoa : Allah, Bapa kami Yang Mahabaik, Engkau telah mengutus Yesus Putra-Mu untuk menjadi gembala kami. Dia mengenal kami, mencintai kami, bahkan telah memberikan hidup-Nya sendiri untuk keselamatan kami. Semoga kami mampu meneladani hidup-Nya untuk melaksanakan karya perutusan Gereja dan berani memberikan diri kami demi kesejahteraan hidup saudara-saudari kami yang sangat memerlukan pelayanan kasih kami. Kami berdoa juga untuk anak-anak, remaja dan kaum muda, semoga mereka membuka hati dan berani menjawab panggilan-Mu secara khusus. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami... U Amin. 25 LITURGI SABDA Bacaan I : Kis 13 : 14. 43 – 52 Kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain Pada suatu hari Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan dari Perga, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ. Setelah selesai ibadat, banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang takut akan Allah mengikuti Paulus dan Barnabas. Kedua rasul itu lalu mengajar dan menasehati mereka supaya tetap hidup di dalam kasih karunia Allah. Pada hari Sabat berikutnya berkumpul lah hampir seluruh kota itu untuk mendengar Firman Allah. Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati, dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan Paulus. Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata, ”Memang kepada kamulah Firman Allah harus diberitakan lebih dahulu!. Tetapi kamu menolaknya, dan menganggap dirimu tidak layak beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami : Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” Mendengar itu, bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah, dan mereka memuliakan Firman Tuhan. Dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu Firman Tuhan 26 disiarkan di seluruh daerah itu. Tetapi orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu. Akan tetapi Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium. Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus. L : Demikianlah sabda Tuhan U : Syukur kepada Allah. Mazmur Tanggapan Antarbacaan – Mzm 100 :2.3.5; R : 3c Ref : Kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. • Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! • Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dia-lah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. • Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun. 27 Bacaan II : Why 7:9. 14b-17 Anak Domba akan menggembalakan mereka, dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan Aku, Yohanes, mendapat penglihatan sebagai berikut: Nampaklah suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Lalu seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, ”Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar. Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan siang malam melayani Dia di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi; matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu akan menggembalakan mereka, dan akan menuntun mereka ke air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” L : Demikianlah Sabda Tuhan U : Syukur kepada Allah 28 Alleluya dan Bait Pengantar Injil Alleluia, Alleluia Akulah gembala yang baik, sabda Tuhan. Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku. Alleluia, Alleluia Bacaan Injil : Yoh 10 : 27 – 30 Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku Pada suatu hari Yesus berkata kepada orangorang Farisi, ”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku yang memberikan mereka kepada-Ku lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” L : Demikianlah Injil Tuhan. U : Terpujilah Kristus. Homili • Pengkhotbah dapat melihat pokok permenungan dari : Pesan Paus, pesan Injil, semangat dan nilai-nilai misioner Serikat St. Petrus Rasul dari pendirinya Jeanne Bigard, dan renungan yang disiapkan. 29 • Khotbah dapat berbentuk dialog/wawancara dan kesaksian dari imam, bruder, frater, suster, keluarga yang anaknya diutus menjadi misionaris. Doa Umat Imam/Pemimpin : Allah Bapa Yang Mahakasih, Yesus, Putra-Mu bersabda, ”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku”. Ya Bapa, bantulah kami untuk senantiasa mendengarkan suara Putra-Mu terkasih, karena Ia akan membimbing kami pada jalan kebenaran dan keselamatan. Kini kami datang kepada-Mu untuk menyampaikan doa-doa permohonan kami dengan pengantaraan-Nya. 1. Bagi Sri Paus, para uskup dan para imam, Semoga Sri Paus, para uskup, para imam, para gembala yang Engkau pilih menjadi gembalagembala yang baik, yang mengenal dombadombanya, serta melayani dengan kasih tanpa pamrih. Marilah kita mohon... 2. Bagi pemimpin negara dan bangsa di dunia, Semoga para pemimpin negara dan bangsa di dunia selalu menghargai dan mendengarkan suara jeritan kaum tertindas dan memperjuangkan nilai-nilai kehidupan yang adil, rukun dan damai bagi semua umat manusia. Marilah kita mohon... 3. Bagi para misionaris, Semoga para misionaris, para imam, biarawanbiarawati, awam, petugas pastoral dengan penuh 30 setia untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan serta mampu membimbing umat-Mu pada jalan kebenaran dan keselamatan. Marilah kita mohon... 4. Bagi anak-anak misioner, Semoga para misionaris cilik sanggup mendengarkan suara-Mu dan berani menjawab panggilan-Mu untuk menjadi imam, bruder dan suster. Bantulah orangtua, para pendamping untuk setia membimbing para misionaris cilik, semoga apa yang mereka taburkan dalam hati anak-anak bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah berlimpah. Marilah kita mohon... 5. Bagi umat yang hadir dalam perayaan ini, Semoga kami umat-Mu yang hadir dalam perjamuan suci (ibadat) ini, siap menanggapi panggilan dan perutusan-Mu untuk memberikan hidup bagi sesama kami yang sangat memerlukan bantuan cinta kami. Marilah kita mohon… Imam/Pemimpin Allah Bapa Yang Mahakasih, Terimalah doa-doa permohonan yang kami panjatkan kepada-Mu dengan penuh iman. Semoga kami mendengarkan suara-Mu yang penuh kasih sehingga kami pun dapat menjadi saksi-saksi cinta-Mu, untuk menyuarakan kebenaran dan keselamatan dalam kehidupan ini. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. U : Amin. 31 LITURGI EKARISTI Persiapan Persembahan Persiapan persembahan diawali dengan kolekte. Wakilwakil umat/anak-anak dan remaja mengantar kepada Imam bahan-bahan persembahan: roti dan anggur, hasil karya tangan dan usaha manusia. Kolekte Hari Doa untuk Panggilan akan diserahkan ke Roma untuk membantu calon imam pribumi di seluruh dunia, terlebih seminari-seminari yang sangat membutuhkan. Doa Persembahan Imam /Pemimpin: Allah Bapa, sumber kebahagian hidup kami, Di altar suci ini, kami menaruh persembahan karya tangan kami yang sederhana sebagai ungkapan syukur dan pujian kami bagi-Mu. Baruilah seluruh hidup, panggilan dan perutusan kami agar menjadi tanda yang menghidupkan dan menyelamatkan banyak orang. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. U : Amin Doa Sesudah Komuni Iman/Pemimpin : I : Marilah berdoa : Allah Bapa Yang Mahakudus, kami bersyukur kepada-Mu atas Yesus Putera-Mu, yang telah mengorbankan hidup-Nya demi kebahagiaan kami. Semoga Roh-Nya menghimpun kami menjadi satu umat, menjadi Gereja-Mu, yang memancarkan cahaya pembebasan bagi semua orang di dunia, sampai saatnya Engkau menjadi segalanya bagi semua orang. Demi Kristus..... U : Amin 32 RITUS PENUTUP Amanat Pengutusan • Imam/Pemimpin menyampaikan ucapan Proficiat, Selamat Berbahagia kepada seluruh umat, sambil mengajak umat untuk terus berdoa dan berharap akan tumbuhnya panggilan-panggilan pribumi. • Juga mengingatkan umat akan keluhuran panggilan kristiani untuk melayani misi Gereja dengan memberikan hidup yang berlimpah bagi banyak orang. Perarakan Keluar Di depan pintu Gereja atau di tempat yang disiapkan umat dapat memberikan salam kepada imam, biarawan-biarawati, misionaris yang hadir sebagai tanda dukungan terhadap panggilan mereka dan mengetuk hati kaum muda , remaja dan anak-anak untuk memilih jalan panggilan khusus ini. 33 34 Bahan Temu Bina Iman Anak Domba-Ku Mendengarkan Suara-Ku PEMBUKA 1. Lagu Pembuka Dengar Dia Panggil Nama Saya (HPN 28) 2. Tanda Salib (✝) Gaya SEKAMI 3. Pengantar Hari ini adalah Hari Minggu Paskah ke-4, kita merayakan Hari Doa Sedunia untuk Panggilan atau sering disebut dengan Minggu “Gembala Baik.” Pertemuan kita kali ini bertemakan : “Domba-Ku Mendengarkan SuaraKu” (Yoh 10:27). Pada kesempatan ini pula, kita akan berdoa bagi anak-anak, remaja dan kaum muda. Semoga diantara mereka ada yang dipanggil secara khusus menjadi imam, biarawan-biarawati. Kita juga berdoa bagi mereka yang sudah terpanggil men jadi imam, frater, bruder dan suster. Semoga mereka semua tetap setia pada panggilan mereka masing-masing. 35 4. Doa Pembuka Yesus Gembala Yang Baik, kami bersyukur kepada-Mu, karena Engkau telah memanggil kami. Bantulah kami untuk senantiasa mendengarkan suara-Mu dan mengikuti Engkau dengan setia. Jadikanlah kami anak-anak-Mu yang patuh pada orangtua, dan mendengarkan nasihat-nasihat mereka. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan dan Gembala kami. Amin. PENDALAMAN MATERI 1. Permainan “Domba dan Gembala” Seorang anak dipilih untuk menjadi gembala sedangkan anak yang lain menjadi domba. Mata gembala ditutup dengan selembar kain, sedangkan para domba berjongkok di tempat yang berbeda-beda. Gembala berusaha mencari domba-dombanya. Sementara domba-domba harus mengembik. Gembala harus menangkap salah satu domba dan menyebutkan nama domba itu dengan benar. Bila tidak tertebak, gembala harus mencari domba yang lain. 2. Refleksi Permainan 1. Bagaimana kesanmu terhadap permainan tadi? Mengapa? 2. Apa yang kamu rasakan saat menjadi gembala? (ditujukan kepada anak yang menjadi gembala) Sulitkah mengenal suara temanmu tadi? 3. Bagaimana perasaanmu (domba-domba) saat • • • • 36 temanmu dapat menyebut namamu dengan benar? (ditujukan pada anak yang tertebak namanya oleh gembala). 4. Bagaimana perasaanmu (domba-domba) saat temanmu salah menyebut namamu? (ditujukan pada anak yang tidak tertebak namanya). 3. Lagu Tuhan Engkau Gembala Kami (HPN N0.385). 4. Pembacaan Injil: Yoh 10 : 27 – 30 Dibaca secara berganti-gantian antara anak putra dan putri. Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku Yoh 10 : 27 – 30 Pada suatu hari Yesus berkata kepada orangorang Farisi, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, 28. dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 29. Bapa-Ku yang memberikan mereka kepadaKu lebih besar daripada siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. 30. Aku dan Bapa adalah satu. L : Demikianlah Injil Tuhan U : Terpujilah Kristus 27. 37 5. Tanya Jawab a. Siapakah yang dimaksudkan dengan ”dombadomba” dalam bacaan tadi? (kita umat-Nya). b. Siapakah ”gembala” domba-domba itu? (Tuhan Yesus). c. Bagaimana hubungan Yesus dengan dombadomba-Nya? (Akrab, dekat; Yesus mengenal domba-domba-Nya). d. Apa yang Yesus berikan bagi domba-dombaNya? (hidup kekal). e. Bagaimana sikap domba pada Gembala-Nya? (domba mau mengikuti Gembalanya). f. Perlukah domba berterima kasih kepada gembala? (Perlu) Mengapa? (Karena Gembala menjaga domba-Nya dengan baik dan memberikan hidup kekal). Bagaimana caranya? (”Setia” mengikuti Yesus Sang Gembala baik). 6. Peneguhan Yesus mengatakan, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” (Yoh 19:27). Yesus adalah figur Gembala yang baik. Ia mengenal, menjaga, memperhatikan, dan mencintai domba-domba-Nya, dan tidak membiarkan domba-Nya tersesat, bahkan hilang. Gembala yang baik berani mengorbankan diri-Nya demi domba-domba-Nya. Begitu pula sebaliknya, domba-dombaNya mengenal dan mendengarkan suara-Nya, serta mengikuti-Nya. Yesus adalah contoh Gembala yang baik 38 dan kita adalah domba-domba-Nya. Kita harus menuruti apa yang diajarkan oleh Gembala kita, Yesus Kristus. Yesus sang Gembala telah memberikan teladan bagi kita umat-Nya. Sikap yang perlu kita tampilkan sebagai domba-domba-Nya adalah sikap percaya dan setia kepada-Nya. Kita harus belajar untuk mendengarkan suara-Nya dan mengikuti-Nya. Saat ini kita semua diundang untuk mengikuti sang Gembala, karena Ia akan menuntun kita semua pada jalan kebenaran dan keselamatan. PERAYAAN IMAN 1. Doa : Tuhanlah Gembalaku (Mzm 23) Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membaringkan aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Amin. 39 2. Doa Permohonan 1. Bagi Anak-anak, Remaja dan Kaum muda Semoga banyak anak-anak, remaja dan kaum muda mampu mendengarkan suara-Mu yang lembut, dan pada akhirnya mereka berani menjawab panggilanMu secara khusus serta meneladani Engkau sebagai Gembala yang baik. Marilah kita mohon... 2. Bagi para Pastor, Suster, Bruder dan Frater. Ya Tuhan, kami berdoa untuk para Pastor, Suster, Bruder, dan Frater. Berilah mereka kesehatan serta iman yang kuat agar dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, terutama menuntun kami umatnya. Marilah kita mohon ... 3. Bagi Orangtua kami Ya Tuhan, kami bangga mempunyai ayah dan ibu yang menyayangi kami. Semoga mereka semua dapat melakukan tugas pokoknya yakni memperhatikan anak-anaknya. Marilah kita mohon ... 4. Bagi kami Anak Misioner Ya Tuhan, semoga kami Anak Misioner giat dalam usaha kami sehari-hari sebagai tanda kami mengikuti-Mu. Bantulah kami agar selalu mendengarkan suara-Mu dan tetap setia kepada-Mu. Marilah kita mohon ... 3. Doa : Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan 4. Kolekte/Derma : diiringi lagu ”Aku Datang Pada-Mu” 40 PENUTUP 1. Tugas Perutusan 2. Doa Penutup Ya Bapa, kami berterima kasih kepada-Mu, karena Engkau telah mengutus Putera-Mu menjadi Gembala kami. Bantulah kami agar kami boleh menjadi domba yang baik di tengah keluarga dan di tengah teman-teman kami di mana saja kami berada. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. 3. Pengumuman 4. Tanda Salib (gaya SEKAMI) 5. Lagu Penutup : Tuhan adalah Gembalaku (HPN No. 114). 41 Berdoa Mohon Panggilan Pada kesempatan Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ini, semua umat beriman bersatu dalam doa untuk panggilan imamat, untuk hidup bakti, dan untuk pelayanan misioner. Oleh karena itu, kewajiban kita yang utama adalah berdoa kepada “Tuan yang empunya panenan” bagi mereka yang akan dan telah mengikuti Kristus dari dekat dalam imamat dan hidup religius, dan juga bagi mereka yang terus-menerus dipanggil dalam belaskasih-Nya untuk pelayanan misi Gereja Universal. Untuk itu marilah kita berdoa: 42 Ya Yesus Putera Allah, Engkau lah yang diutus oleh Bapa kepada umat manusia di segala penjuru bumi, Kami berseru kepada-Mu melalui Maria, Bunda-Mu dan Bunda kami, Semoga Gereja tak berkekurangan panggilan, terutama untuk mengabdikan diri secara khusus demi Kerajaan-Mu. Ya Yesus, Engkaulah satu-satunya Penyelamat bagi umat manusia, Kami berdoa untuk saudara-saudari kami yang telah menjawab “ya” atas panggilan-Mu dalam imamat, hidup bakti dan misi. Semoga hidup mereka diperbaharui dari hari ke hari menjadi Injil yang hidup. Tuhan yang berbelas kasih dan kudus, utuslah senantiasa Para pekerja yang baru ke ladang panenan Kerajaan-Mu! Bantulah mereka yang Kaupanggil untuk mengikuti-Mu di Zaman kami ini, Semoga dengan mengkontemplasikan wajah-Mu, mereka dengan gembira menanggapi misi agung yang Kau percayakan kepada mereka demi kebaikan umat-Mu, dan kebahagiaan semua manusia Engkaulah Allah yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus kini dan sepanjang masa. Amin. 43 44