Pertemuan Ke 13-MPP-ok

advertisement
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
13
MODUL
MANAJEMEN PENGUPAHAN DAN PERBURUHAN
POKOK BAHASAN :
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMELIHARAANNYA
Drs. HASYIM, MM.
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMELIHARAANNYA
A.
Tahapan dalam Hubungan Industrial
1. Pengertian Hubungan Industrial
Hubungan industrial sebenarnya merupakan kelanjutan dari istilah
Hubungan Industrial Pancasila. Berdasarkan literatur istilah Hubungan
Industrial Pancasila (HIP) merupakan terjemahan labour relation
atau
hubungan perburuhan.Istilah ini pada awalnya menganggap bahwa
hubungan perburuhan hanya membahas masalah-masalah hubungan
antara kerja/buruh dan pengusaha.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Hubugan Industrial Pancasila
(HIP) departemen Tenaga kerja (Anonim, 1987:9) pengertian HIP ialah
suatu sistem yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang
dan jasa (pekerja, pengusaha dan pemerintah) yang didasarkan atas nilainilai Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, yang tumbuh dan
berkembang di atas keperibadian bangsa dan kebudayaan nasional
Indonesia. Untuk itu sebagai wujud pelaksanaan hubungan kerja antara
pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah harus sesuai dengan jiwa yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila, artinya segala bentuk perilaku semua
subjek yang terkait dalam proses harus mendasarkan pada nilai-nilai luhur
Pancasila secara utuh.
Dalam pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengertian istilah hubungan
industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara
‘12
1
Manajemen Pengupuhan dan Perburuhan
Drs. Hasyim, MM.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
para
5. Sarana Hubungan Hubungan Industrial
a. Serikat pekrja/serikat buruh
b. Organisasi pengusaha
c. Lembaga kerja sama bipartit
d. Lembaga kerja sama Tripartit
e. Peraturan Perusahaan
f.
Perjanian kerja bersama
g. Peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan dan
h. Lebaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
B.
Kesepakatan Kerja Bersama
Menurut pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
pengertian peraturan perusahaan (PP) adalah peraturan yang dibuat secara
tertulis oleh pengusaha yang membuat syarat-syarat kerja dan tata cara
perusahaan. Sedangkan perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang
merupakan hasil perbandingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syaratsyaratkerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak (pasal 1 angka 21 Undangundang Nomor 13).
Pengertian dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Menurut Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia (1996/1997: 2) ialah perjanjian yang
diselenggarakan oleh serikat pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar
pada Departemen Tenaga Kerja dengan pengusaha-pengusaha, perkumpulan
perusahaan berbadan hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat
syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerja.
Dalam praktik selama ini banyak istilah yang dipergunakan untuk menyebut
perjanjian kerja bersama (PKB), seperti:
a. Perjanjian Perburuhan Kolektif (PKK) atau collecteve Arbeids Ovreenkomst
(CAO);
b. Persetujuan Perburuhan Kolektif (PPK) atau Coolective Labour Agreement
(CLA);
c. Persetujuan Perburuhan Bersama (PPB); dan
d. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
‘12
3
Manajemen Pengupuhan dan Perburuhan
Drs. Hasyim, MM.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
3. memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh, atau
serikat pekerja/buruh. Disamping iru dapat juga berkonsultasi kepada
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
4. materi yang diatur adalah syarat kerja yang belum diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
5. sekurang-kurangnya memuat:
a. hak dan kewajiban pengusaha;
b. hak dan kewajiban pekera/buruh;
c. syarat pekerja;
d. tata tertib perusahaan ; dan
e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
6. pembuatnya dilarang:
a. menggantikan
perjanjian
kerja
bersama
yang
sudah
sebelumnya;
b. bertentangan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan karena
merupakan kewajiban dan menjadi tanggung jawab pengusaha.
8. wajib mengjajukan pengesahan kepada menteri atau pejabat yang
ditunjuk (yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaank).
9. wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah
peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
Skema 13.1
Tata Cara Pembuatan Pertauran Perusahaan
‘12
5
Manajemen Pengupuhan dan Perburuhan
Drs. Hasyim, MM.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
ada
Download