BAB 1 Intisari Sumber Daya Manusia

advertisement
BAB 1
25
Intisari Sumber Daya Manusia
Selamat
menyelami dunia
SDM
Tulisan ini akan membahas:
1. Pengertian Manajemen SDM
2. Pengetahuan Yang Dibutuhkan Profesional SDM
3. Sumber Pengetahuan SDM
4. Perkembangan Pengetahuan SDM
5. Perkembangan Manajemen SDM
6. Aktivitas Profesional SDM
7. Model Intisari SDM
K
embali pada suatu waktu tahun 2005 ketika penulis bekerja pada suatu
BUMN. Penulis bertugas merumuskan seluruh pengetahuan yang
dibutuhkan perusahaan ke dalam kurikulum pelatihan teknis setiap
bidang, kurikulum pelatihan karier bagi setiap level staf hingga struktural dan
pemetaan pengetahuan pada berbagai kursus, seminar, workshop, pendidikan
formal hingga sertifikasi profesi. Pengetahuan pada suatu bidang umumnya
1
2 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
meliputi lingkup yang luas misalnya bidang keuangan meliputi akuntansi, pajak,
investasi, pengendalian anggaran dan kinerja, rekonsiliasi bank, analisis kredit dan
lain-lain. Namun yang mengejutkan ternyata pengetahuan yang berhubungan
dengan bidang SDM merupakan salah satu yang memiliki cakupan paling luas
dan mendalam.
Pengetahuan bidang SDM tidak hanya proses manajemen SDM yang secara
umum dikenal seperti rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengupahan dan penilaian
kinerja. Namun juga mencakup berbagai pengetahuan seperti keterampilan
interpersonal, knowledge management, dana pensiun dan hubungan industrial
serta berbagai inisiatif pengembangan organisasi dan sistem manajemen.
Profesional SDM banyak dijejali dengan singkatan-singkatan seperti HAV
(human asset value), JSA (job safety analysis), PMI (post merger integration) dan
ROTI (return on training investment) sampai dengan slogan-slogan seperti human
capital, kompetensi dan talent.
Profesional SDM memiliki beban pengetahuan profesional yang
melimpah. Untuk menguasai berbagai pengetahuan tersebut profesional SDM
perlu mempelajari kembali dasar-dasar praktik manajemen SDM, mempelajari
pengembangannya, relevansinya dan merumuskan intisarinya. Dengan
memahami intisari SDM maka profesinal dapat mengaplikasikannya dengan
efektif namun fleksible pada berbagai jenis dan ukuran organisasi. Seperti penari
yang telah memiliki dasar keterampilan menari mampu membuat variasi gerakan
apapun namun tetap tersaji dengan indah.
Menurut Society of Human Resource Management (SHRM), definisi
Manajemen SDM adalah desain sistem formal dalam organisasi untuk memastikan
pemanfaatan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, sasaran pengelolaan SDM demikian
sederhana yaitu membuat sistem yang mengarahkan kemampuan karyawan
untuk keberhasilan organisasi.
Profesional SDM perlu memulai dengan memikirkan bagaimana
pemanfaatan kemampuan personel untuk mencapai sasaran bisnis perusahaan.
Lupakan dahulu tentang perencanaan SDM, rekrutmen, seleksi, manajemen
kinerja, hubungan industrial serta hal-hal rumit lainnya. Bisnis perusahaan
mungkin saja berjalan dengan lebih efektif tanpa ada karyawan yang berkerja di
kantor. Sebaliknya membuat program SDM yang rumit dan mahal seperti dana
pensiun belum tentu menjamin tercapainya sasaran perusahaan.
Intisari Sumber Daya Manusia 3
PENGETAHUAN SDM
Pada masa sekarang profesional SDM tidak lagi hanya berkutat mengurusi
departemennya sendiri namun juga mengurus departemen lainnya hingga bisnis
perusahaan. Hubungan kerja profesional SDM tidak hanya dengan pihak dalam
perusahaan namun juga meliputi berbagai profesi seperti psikolog, mediator
hubungan industrial, fasilitator pelatihan, konsultan pengembangan organisasi
dan konsultan bisnis. Sehingga profesional SDM perlu senantiasa memutahirkan
pengetahuannya tentang berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan SDM.
Profesional SDM tidaklah cukup mengetahui pengetahuan tradisional
tentang SDM. Pengetahuan aktivitas SDM tradisional seperti rekrutmen, seleksi,
pengupahan, pelatihan dan penilaian kinerja belum efektif berkontribusi pada
bisnis apabila pengetahuan tersebut belum selaras dengan bisnis dan fungsifungsi dalam organisasi lainnya. Sehingga profesional SDM perlu memiliki
pengetahuan tentang organisasi yang meliputi bisnis perusahaan, pengetahuan
SDM beserta fungsi-fungsi lainnya.
Pengetahuan Bisnis
Pengetahuan bisnis perusahaan meliputi produk, jasa, bisnis proses, sistem
manajemen, strategi, produksi, pemasaran, keuangan, teknologi informasi,
pelanggan, pemasok dan sebagainya sampai dengan pengetahuan eksternal
tentang bidang industri perusahaan serta regulasi pemerintah. Profesional
SDM perlu memahami pengetahuan tersebut dan berdampak pada kebijakan
manajemen SDM.
Sebagai contoh seseorang yang ditempatkan sebagai manajer SDM pada
suatu perusahaan minyak perlu mengetahui pengetahuan umum tentang binis
peminyakan seperti eksplorasi, produk, proses, jaringan distribusi dan peran
para pemasok. Pengetahuan tersebut dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi
persyaratan keahlian personel serta membuat ukuran kinerjanya.
Pengetahuan Manajemen SDM
Selain memahami bisnis perusahaan, profesional SDM membutuhkan
pengetahuan tentang berbagai aktivitas SDM dan implementasinya serta
menjadikan pengetahuan bisnis sebagai dasar dalam rancangan sistem, peme­
cahan permasalahan atau pengambilan keputusan-keputusan dalam bidang
4 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
SDM. Pengetahuan bidang SDM meliputi strategi perusahaan, strategi SDM,
organisasi, analisis jabatan, evaluasi jabatan, perencanaan kebutuhan personel,
rekrutmen, seleksi, pelatihan, manajemen kinerja, talent management, hubungan
industrial serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Pengetahuan Manajemen dan Organisasi
Profesional SDM perlu memahami berbagai inisiatif sistem manajemen
beserta dampaknya pada personel dan mengelola perubahan untuk mengefektifkan
pencapaian sasaran perusahaan. Pemahaman tentang sistem manajemen penting
dipahami sebagaimana pengetahuan bisnis karena bersentuhan langsung dengan
kebijakan SDM. Peran SDM dalam pengembangan organisasi membutuhkan
pengetahuan tentang berbagai inisiatif sistem manajemen misalnya ISO, Total
Quality Management (TQM), Balanced Scorecard (BSC) serta merger dan
akuisisi.
Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan SDM tersebut dapat diperoleh dari proyekproyek perusahaan, tim-tim ad-hoc, konsultan, peraturan pemerintah,
pemecahan permasalahan dalam perusahaan, pelatihan dan buku-buku
literatur. Menguasai berbagai bidang pengetahuan menjadi suatu tantangan
bagi profesional SDM. Dengan memahami prinsip-prinsip dan penerapannya
maka profesional SDM dapat berkontribusi memberikan solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan perusahaan. Lingkup pengetahuan yang
berkaitan dengan aktivitas SDM seperti pada gambar di bawah ini.
Intisari Sumber Daya Manusia 5
Gambar 1.1. Lingkup Aktivitas SDM
Perkembangan Pengetahuan SDM
Berkembangnya pengetahuan yang dibutuhkan profesional SDM me­
nunjukkan perkembangan kompleksitas organisasi masa kini. Struktur organisasi
tidak hanya berbentuk struktur formal dengan tingkatan-tingkatan jabatan.
Organisasi perusahahaan multinasional memiliki cabang perusahaan tersendiri
yang berdiri otonom dari perusahaan induk. Perkembangan pengetahuan dan
teknologi informasi turut membentuk tren suatu industri. Kompetensi yang
dibutuhkan karyawan berkembang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
bisnis saat ini namun juga strategi jangka panjang. Karyawan perusahaan dapat
berasal dari berbagai negara. Organisasi dengan jumlah karyawan lebih dari 10
ribu orang menjadi hal yang biasa.
Kebisingan Pengetahuan
Perkembangan pengetahuan dalam bentuk berbagai inovasi konsep, metode
dan sistem yang mempengaruhi bisnis model, proses bisnis, sistem manajemen
6 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
dan organisasi serta SDM dapat mempengaruhi kebijakan SDM perusahaan.
Namun demikian bukannya berpijak pada kerangka kerja manajemen SDM,
perkembangan pengetahuan tersebut seringkali dianggap sebagai solusi instan
atau jalan pintas bagi profesi SDM. Para konsultan SDM seringkali menawarkan
janji-janji solusi yang kurang realistis tanpa memaparkan tantangan-tantangan
dalam implementasinya. Akibatnya sistem-sistem tersebut seringkali berdampak
pada kegagalan karena tidak ditempatkan pada fungsi yang seharusnya.
Misalnya Balanced Scorecard (BSC) menetapkan target kinerja dengan sasar­
an strategis sesuai dengan peta strategi. Namun BSC tidak menggantikan proses
perencanaan strategis perusahaan ataupun implementasinya dalam programprogram kerja jangka pendek. Begitu pula pemanfaatan KPI da­lam penetapan
sasaran kinerja karyawan tidak menghilangkan perlunya mela­kukan asesmen
terhadap kompetensi karyawan pada saat penilaian kinerja.
Berbagai pengetahuan serta inovasi-inovasi tersebut bermanfaat untuk
meningkatkan kontribusi karyawan bagi efektivitas organisasi namun seringkali
mengaburkan kerangka kebijakan SDM. Sehingga perlunya penataan ulang
berbagai insiatif program SDM pada tempatnya dalam suatu kerangka yang
berlandasakan intisari SDM.
Jenis Organisasi
Implementasi manajemen SDM bukan hanya terbatas pada organisasi
perusahaan yang berorientasi mencari keuntungan, namun juga pada berbagai
macam organisasi baik berupa yayasan, departemen pemerintah, organisasi
kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat. Namun demikian karena
segmen pembaca buku ini mayoritas merupakan profesional atau calon
profesional yang bekerja bagi perusahaan maka kata perusahaan seringkali
menggantikan kata organisasi.
PERKEMBANGAN MANAJEMEN SDM
Bentuk yang paling sederhana dari pengetahuan SDM dapat dipelajari dengan
kembali pada awal perkembangan pengetahuan SDM. Dengan memahami
bentuk paling sederhana dari aktivtas SDM dan sejarah perkembangannya maka
tahap-tahap evolusi manajemen SDM dapat teridentifikasi.
Intisari Sumber Daya Manusia 7
Sejarah Aktivitas SDM
Perkembangan manajemen SDM yang paling signifikan terjadi dalam
kurun waktu 100 tahun terakhir. Optimalisasi keahlian dan kreativitas manusia
terdorong sejak revolusi industri. Pada dekade ini kreativitas dan keahlian
memberikan nilai lebih dari seratus kali ganda dibandingkan masa 100 tahun
yang lalu.
Era sebelum masehi
Pada jaman prasejarah, SDM masih berupa konsep sederhana tentang
pembagian tugas-tugas dalam kelompok pemburu dan memilih pemimpin
kelompok tersebut. Tujuan aktivitas tersebut sederhana yaitu mencapai hasil
yang diinginkan kelompoknya. Pada tahun 2000–0 sebelum masehi sudah
muncul teknik-teknik menyeleksi pekerja berdasarkan kekuatan fisik dan
kecakapannya hingga pada kewajiban tuan tanah memberikan upah kepada
pekerja.
Kelompok pengerajin (tahun 1600 – 1700an)
Pembuatan barang dan jasa melalui kelompok-kelompok kecil pengrajin.
Kelompok tersebut bekerja di rumah-rumah dan dipimpin oleh seorang ketua
kelompok. Ketika permintaan produk semakin tinggi, maka semakin banyak
diperlukan tambahan anggota kelompok hingga lama-kelamaan menyerupai
pabrik berukuran kecil. Promosi hanya terjadi ketika ketua kelompok pensiun
dan digantikan anggota yang paling senior. Belum ada pengaturan tentang
upah.
Departemen personalia dan gerakan serikat buruh (tahun 1750–
1900-an)
Pada masa revolusi industri tahun 1750-1850, terjadi perubahan basis ekonomi
dari pertanian ke manufaktur. Industri membutuhkan struktur organisasi yang
lebih mapan. Timbullah kebutuhan memperoleh pekerja. Pabrik-pabrik mulai
merekrut dan melakukan seleksi pekerja. Departemen personel mulai terbentuk
untuk merekrut pekerja, menyimpan data pekerja dan membayar upah pekerja.
Serikat buruh mulai terbentuk untuk memperjuangkan upah, kesejahteraan,
keamanan dan kondisi kerja.
8 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Scientific management, tes psikologi dan jaminan sosial (tahun 1910–
1935)
Pada tahun 1911 lahir konsep scientific management berupa analisis metode kerja,
pemecahan pekerjaan ke dalam tugas-tugas dan motion study yang menjadi alat
untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Aktivitas seleksi menggunakan tes
psikologi mulai diterapkan setelah perang dunia I. Jaminan sosial dan jaminan
membentuk serikat pekerja diatur dalam hukum di Amerika pada tahun 1935.
Human relations dan organization development (Tahun 1930–1960)
Penelitian tentang human relations telah dirintis pada tahun 1930an melalui
penelitian-penelitian tentang faktor-faktor sosial, motivasi dan kepuasan kerja
yang mempengaruhi produktivitas. Human relations adalah studi tentang perilaku
manusia di dalam kelompok khususnya dalam lingkungan kerja. Human relations
merupakan awal lahirnya disiplin ilmu Manajemen SDM.
Gerakan human relations pada tahun 1950-an mengangkat isu-isu
seperti motivasi, kepuasan kerja, manajemen partisipasi dan penilaian kinerja.
Manajemen dituntut untuk memahami kebutuhan pekerja sehingga menghasilkan
kepuasan kerja dan peningkatan produktivitas. Human relations ini mendekati
konsep organization development (OD) yang merupakan manajemen perubahan
terhadap dinamika kelompok karyawan perusahaan untuk meningkatkan
efektivitas organisasi.
Perundang-udangan aktivitas SDM (tahun 1960-an–1980)
Perundangan hak-hak sipil di Amerika yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas
SDM dimulai pada dekade 1960an. Larangan diskriminasi mempengaruhi
kebijakan SDM seperti rekrutmen, seleksi, promosi, upah, pelatihan dan lainlain. Peraturan lainnya yang dikeluarkan termasuk peraturan pengupahan, dana
pensiun serta keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Human resources (1980-an–1990-an)
Pada periode inilah banyak organisasi perusahaan mengganti nama depar­
temennya dari personalia menjadi SDM. Perubahan ini merefleksikan perluasan
perogram-program SDM. Departemen SDM bukan hanya berkaitan dengan
administrasi personel namun juga pelatihan dan pengembangan, karier,
pengembangan organisasi dan konseling karyawan.
Intisari Sumber Daya Manusia 9
Kematangan program SDM juga diiringi dengan pengembangan penge­
tahuan industrial engineering tentang optimalisasi proses seperti value chain dan
business process reengineering. Merger dan akuisisi marak terjadi pada periode ini.
Efektivitas organisasi dan Mulainya Abad Pengetahuan
(tahun 1990-an–2000-an)
Periode ini merupakan masa pengembangan konsep-konsep tentang organisasi
antara lain learning organization, knowledge management dan sistem manajemen
SDM berbasis kompetensi. Skandal akuntan publik melahirkan peraturan
Sarbanes-Oxley Act (SOX) di Amerika yang merupakan awal lahirnya gerakan
good corporate governance (GCG). Pada masa ini fokus SDM meningkatkan
kapabilitas untuk mencapai efektivitas organisasi.
Evolusi SDM
Sejarah SDM menandai beberapa era pada evolusi SDM. Mulai era
hubungan pekerja dan pengusaha, human relations, personalia, human resources
hingga membangun efektivitas organisasi. Pada setiap era tersebut bagian SDM
memberikan nilai tambah lebih tinggi kepada organisasi melalui pengembangan
aktivitas-aktivitasnya. Gambar di bawah ini merupakan perkembangan era SDM
yang dianalisis selama 100 tahun terakhir oleh Dr.Richard Vosburgh.
Gambar 1.2. Evolusi Aktivitas SDM dan Kontribusinya pada Bisnis
10 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Pada awal revolusi industri, manusia masih memberikan nilai tambah
yang rendah bagi penciptaan nilai. Manusia hanya dianggap sebagai tenaga
kerja seperti mesin atau hewan. Pada masa revolusi industri manusia lebih
banyak dimanfaatkan tenaganya dibandingkan pikirannya. Perkembangan
aktivitas SDM lebih didorong oleh pemenuhan kewajiban kepada tenaga
kerja. Pada era berkembangnya SDM, aktivitas dasar SDM telah mapan
berkembang meliputi rekrutmen, seleksi, pengupahan, pengembangan
dan manajemen kinerja. Saat ini SDM berperan meningkatkan efektivitas
organisasi atau sering disebut memasuki era human capital. Di masa
mendatang SDM bersiap menyongsong perannya sebagai internal consulting
organization.
MODEL INTISARI SDM
Definisi, pengetahuan dan sejarah tentang manajemen SDM dapat memberikan
jejak dan pola pengembangan SDM. Pola tersebut kemudian akan disarikan
menjadi intisari aktivitas-aktivitas SDM. Setelah didapati intisari SDM, maka
aktivitas-aktivitas tersebut akan dikembangkan kembali agar membentuk
kerangka manajemen SDM secara menyeluruh. Penempatan aktivitas-aktivitas
tersebut berdasarkan pola yang dikembangkan dari intisari SDM.
Pengembangan Intisari Aktivitas SDM
Setiap era sejarah SDM mengembangkan pengetahuan tentang suatu
aktivitas SDM. Pada tiap-tiap era berbagai aktivitas SDM berkembang misalnya
pada masa sebelum masehi selain rekrutmen dan seleksi tentu saja setiap orang
menerima upah dan pekerja berlatih agar semakin terampil. Namun yang tercatat
pada setiap era sejarah SDM adalah perkembangan aktivitas SDM yang menonjol
saat itu.
Intisari Sumber Daya Manusia 11
Tabel 1.1. Sejarah Perkembangan Aktivitas SDM
No.
Periode
Fokus Aktivitas SDM
Intisari aktivitas
1
Sebelum masa
revolusi industri
(sebelum 1800)
Rekrutmen dan seleksi
Memperoleh
karyawan (acquiring)
2
Masa revolusi
industri
(1800 – 1900)
Data personel dan
pengupahan
Memelihara dan
mempertahankan
karyawan
(maintaining)
3
Pasca revolusi
industri
(1900 – 1930)
Hubungan industrial
Memelihara dan
mempertahankan
karyawan
(maintaining)
4
Gerakan human
relations (1930 –
1960)
Motivasi, kepuasan
kerja, penilaian kinerja
Mengembangkan
karyawan (developing)
5
Hukum ketenaga
kerjaan
(1960 – 1980)
Kepatuhan pada aturan
Memelihara dan
mempertahankan
karyawan
(maintaining)
6
Sumber Daya
Manusia
(1980 – 1990)
Pelatihan, konseling,
karier
Mengembangkan
karyawan (developing)
7
Efektivitas
Organisasi
(1990 – 2000an)
Knowledge management, Pemanfaatan
kompetensi, learnig
pengetahuan
organization, GCG
(knowledge
utilization) dan
efektivitas organisasi
(organizational
effectiveness)
Tiap-tiap era menonjolkan pengembangan pengetahuan tentang intisari
aktivitas SDM yang berbeda. Aktivitas-aktivitas tersebut disimpulkan menjadi
beberapa aktivitas sederhana sebagai intisari aktivitas SDM, sehingga intisari
aktivitas SDM yang terumuskan sebagai berikut:
Acquiring– developing – maintaining – knowledge utilization –
organizational effectiveness
12 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Model Dasar Intisari SDM
Definisi manajemen SDM menyebutkan sasarannya yaitu efektivitas orga­
ni­sasi, sehingga efektivitas organisasi merupakan pusat intisari aktivitas-aktivitas
SDM. Personel direkrut, dipelihara dan dikembangkan dalam suatu organisasi
semata-mata agar membuat organisasi tersebut dapat berjalan secara efektif
mencapai tujuannya.
Agar dapat berkontribusi kepada organisasi, personel membutuhkan p­enge­­
tahuan yang diwujudkan dalam keahlian. Kebutuhan pengetahuan tentang SDM dan
organisasi berkembang dengan semakin kompleksnya organisasi, sehingga peman­
faatan pengetahuan menjadi jembatan kontribusi karyawan kepada organisasi.
Proses pemanfaatan bakat manusia atau personel perusahaan terjadi pada
aktivitas-aktivitas acquiring, developing dan maintaining. Proses pemanfaatan
bakat manusia membentuk siklus berurutan, kebijakan tersendiri atau saling
berhubungan. Siklus berurutan terjadi ketika aktivitas-aktivitas SDM saling
mempengaruhi secara berurutan, misalnya merekrut karyawan pada jabatan
manajer (acquiring) akan mempengaruhi pengembangan kompetensi dan
evaluasi kinerja (developing) serta upah dan kesejahteraannya (maintaining).
Aktivitas-aktivitas acquiring, developing dan maintaining dapat merupakan
kebijakan yang berdiri sendiri. Hal tersebut terjadi ketika suatu aktivitas
dikembangkan secara mendalam dalam lingkup aktivitas tersebut saja.
Pengembangan metode rekrutmen dan alat seleksi merupakan contoh activitas
acquiring yang berdiri sendiri.
Aktivitas-aktivitas acquiring, developing dan maintaining saling berhubungan
ketika terjadi hubungan kebijakan pada dua atau tiga aktivitas namun tidak
berurutan misalnya negosiasi upah pada rekrutmen karyawan (acquiring),
mengikuti kebijakan struktur upah (maintaining) atau contoh lainnya ketika
kebijakan promosi sesuai senioritas (developing) atas tekanan serikat pekerja
(maintaining).
Hasil pemetaan model intisari SDM mengikuti hubungan antara intisari
aktivitas-aktivitas tersebut. Efektivitas organisasi ditempatkan menjadi pusat
intisari aktivitas-aktivitas SDM. Pemanfaatan pengetahuan merupakan
jembatan kontribusi pemanfaatan bakat manusia bagi efektivitas organisasi.
Proses pemanfaatan bakat manusia bagi organisasi melalui acquiring, developing
dan maintaining saling berhubungan membentuk suatu lingkaran menghasilkan
suatu model intisari SDM (core of HR model) sebagai berikut:
Intisari Sumber Daya Manusia 13
Gambar 1.3. Model Intisari SDM
Model intisari SDM menjadi dasar kerangka penempatan aktivitas-aktivitas
SDM, sistem manajemen, sistem SDM maupun inisiatif-inisiatif pengembangan
organisasi lainnya. Suatu kebijakan aktivitas SDM ditempatkan pada intisari
aktivitas yang sesuai sehingga dampak kebijakan dan hubungannya dengan
aktivitas-aktivitas lain dapat dipetakan.
Efektivitas Organisasi
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang memiliki kapabilitas untuk
menjalankan misi dan mencapai visinya. Misi menyatakan makna keberadaan
organisasi. Sedangkan visi yaitu gambaran organisasi yang hendak dicapai di
masa depan. Dalam mencapai visi dan misinya tersebut, organisasi berkewajiban
memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingannya (stakeholders). Stake­
holders organisasi yaitu berbagai pihak yang memiliki kepentingan berkaitan
dengan organisasi seperti karyawan, pelanggan, pemegang saham, pemerintah,
pemberi pinjaman dan lain-lain.
Kemampuan organisasi untuk mencapai visi dan misinya dibangun
berdasarkan faktor-faktor kapabilitas organisasi. Faktor-faktor tersebut yaitu
strategi, struktur organisasi, sistem dan proses, personel, budaya perusahaan,
etika bisnis dan kemampuan meninimalkan risiko. Kontribusi faktor-faktor
tersebut bagi kapabilitas organisasi dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
14 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Faktor strategi memberikan arah organisasi melalui aktivitas
perencanaan strategis yang meliputi penetapan visi, misi, nilai-nilai,
sasaran strategis, pengembangan strategi beserta implementasi dan
evaluasinya.
Faktor struktur organisasi merumuskan struktur yang paling efektif
dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi melalui strukturnya.
Faktor sistem dan proses merupakan aktivitas-aktivitas untuk mem­
berikan nilai kepada pelanggan organisasi untuk mencapai sasaran
organisasi, melalui bisnis proses, value chain serta pengembangannya
melalui merger dan akuisisi.
Faktor personel mendukung organisasi dengan mengelola kontribusi
personel bagi organisasi melalui strategi SDM.
Faktor budaya mempengaruhi perilaku individu dalam kontribusi­nya
bagi organisasi untuk mencapai tujuannya melalui penciptaan bu­daya
perusahaan.
Faktor etika berupaya memastikan pencapaian sasaran organisasi
dengan cara yang etis sehingga berdampak positif bagi pencapaian
sasaran jangka panjang melalui implementasi good corporate governance
(GCG).
Faktor minimalisasi risiko berupaya mengurangi dampak risiko
yang berpotensi menghalangi dan menghambat pencapaian sasaran
organisasi melalui manajemen risiko.
Faktor-faktor kapabilitas organisasi secara umum saling mempengaruhi
walaupun tidak mempengaruhi secara keseluruhan misalnya proses perubahan
budaya perusahaan dapat mempengaruhi struktur organisasi, personel, sistem
dan proses serta etika bisnis. Namun demikian suatu faktor dapat juga tidak
berdampak pada faktor lain tetapi tetap mempengaruhi efektivitas organisasi.
Kebanyakan organisasi tidak mengimplementasikan seluruh faktor-faktor
tersebut misalnya hanya segelintir perusahaan yang mengimplementasikan
minimalisasi risiko dan etika dalam program yang formal. Ada juga perusahaan
yang mengimplementasikan beberapa faktor secara tidak formal misalnya etika
tidak diatur secara formal melalui pedoman perilaku tetapi diterapkan secara
tegas melalui nilai-nilai perusahaan. Namun demikian implementasi faktorfaktor tersebut secara menyeluruh hampir selalu terdapat pada organisasi yang
berukuran besar.
Intisari Sumber Daya Manusia 15
Sasaran efektivitas organisasi yaitu menjalankan misi dan tercapainya
visi perusahaan. Sasaran tersebut dapat tercapai dengan membangun kapa­
bilitas organisasi sehingga mendukung strategi dan mencapai sasaran strategis
perusahaan pada jangka pendek dan jangka panjang. Organisasi yang efektif
mampu mengarahkan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai
sasarannya.
Pemanfaatan Pengetahuan
Personel membutuhkan pengetahuan untuk dapat berkontribusi bagi
organisasi. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan bisnis, manajemen, fungsifungsi teknis, teknologi informasi hingga keterampilan pribadi. Pengetahuan
tidak memberikan manfaat bagi perusahaan jika belum dimanfaatkan oleh
personel perusahaan sehingga pengetahuan menjadi akses bagi personel untuk
berkontribusi kepada organisasi.
Inisiatif yang berkaitan dengan pemanfaatan pengetahuan yaitu knowledge
management (KM) dan competency based human resource management (CBHRM).
KM berperan dalam mengelola pengetahuan sedangkan CBHRM berperan
dalam mewujudkan pengetahuan tersebut ke dalam kompetensi personel.
KM mengelola pengetahuan yang dibutuhkan organisasi yang berbentuk
tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge yaitu pengetahuan
terpendam dalam diri personel perusahaan. Explicit knowledge yaitu pengetahu­
an yang dapat tertuang dalam simbol, bahasa dan dapat didokumentasi.
Tacit knowledge perlu digali menjadi menjadi explicit knowledge yang dapat
dipelajari dan disebarkan. Aktivitas KM meliputi penciptaan, pengumpulan,
pengembangan, penyimpanan hingga penyebaran pengetahuan.
CBHRM memanfaatkan pengetahuan organisasi ke dalam kerangka
model kompetensi. Kompetensi yaitu karakteristik perilaku yang menunjukkan
kombinasi pengetahuan, keahlian dan sikap seseorang yang berkinerja superior.
Model kompetensi merumuskan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan
karyawan untuk diwujudkan dalam kinerja yang superior. Implementasi model
kompetensi menghasilkan karyawan yang kompeten.
Proses pemanfaatan pengetahuan mengikuti siklus tacit knowledge –
explicit knowledge –competency – tacit knowledge. Tacit knowledge yang dimiliki
oleh karyawan ahli digali sehingga menjadi bentuk explicit knowledge. Eksplicit
16 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
knowledge tersebut menjadi sumber pengetahuan bagi karyawan untuk
menguasai kompetensi yang dibutuhkan. Karyawan mempelajari dan melatih
pengetahuan yang diperolehnya sehingga menguasai kompetensi pada tingkat
yang diharapkan. Praktik berulang-ulang kompetensi tersebut pada berbagai
situasi membuat karyawan semakin ahli dan memiliki pemahaman lebih luas
yang tersimpan kembali dalam tacit knowledge.
Sasaran pemanfaatan pengetahuan yaitu mewujudkan pengetahuan
menjadi keunggulan organisasi. Sasaran tersebut dapat tercapai dengan
pemanfaatan pengetahuan bagi pengembangan kompetensi karyawan. Karyawan
yang kompeten akan mampu membangun keahlian organisasi berbasiskan
pengetahuan.
Memperoleh Karyawan (Acquiring)
Organisasi dijalankan oleh personel. Agar organisasi dapat berjalan
efektif maka organisasi tersebut membutuhkan personel untuk menduduki
jabatan-jabatan pada struktur organisasi. Kebutuhan tersebut mencakup aspek
kuantitas dan kualitas. Kuantitas berdasarkan jumlah personel yang dibutuhkan
untuk menduduki jabatan-jabatan. Kualitas berdasarkan kualifikasi individu
guna memenuhi persyaratan jabatan dalam hal pendidikan, pengalaman dan
kompetensi.
Rekrutmen adalah proses menarik kandidat yang potensial untuk
melamar suatu jabatan dalam organisasi. Rekrutmen merupakan implementasi
perencanaan tenaga kerja (workforce planning). Perencanaan tenaga kerja
berupaya memenuhi kesenjangan kondisi personel saat ini yang meliputi jumlah,
komposisi dan keahlian personel dengan kebutuhan di masa depan.
Seleksi adalah proses penyaringan kandidat pelamar untuk memperoleh
karyawan dengan kualitas yang diinginkan sesuai dengan persyaratan jabatan.
Pengembangan metode seleksi sesuai dengan hasil analisis jabatan. Analisis
jabatan merupakan dokumentasi informasi tentang tugas, tanggungjawab,
hubungan kerja, kondisi kerja, peryaratan pengalaman, pendidikan, pelatihan
dan kompetensi jabatan. Analisis jabatan menghasilkan job description dan job
specification.
Sasaran acquiring yaitu menyediakan sejumlah individu yang memiliki
keahlian sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sasaran tersebut dapat tercapai
Intisari Sumber Daya Manusia 17
dengan memperoleh talent, yaitu karyawan yang memiliki potensi dan keahlian
penting yang dibutuhkan perusahaan saat ini dan masa mendatang. Personel
yang berkualitas inilah yang akan menjalankan organisasi secara efektif.
Mengembangkan Karyawan (Developing)
Kemajuan organisasi bergantung pada kemampuan personelnya. Untuk
dapat bersaing, organisasi membutuhkan personel berkeahlian dan memberikan
kontribusi yang penting. Aktivitas pengembangan memastikan pengetahuan,
keahlian dan kinerja karyawan memenuhi kebutuhan organisasi saat ini maupun
jangka panjang melalui pelatihan dan pengembangan, manajemen kinerja, talent
management serta organizational development.
Organisasi perlu mengembangkan pengetahuan, keahlian dan sikap
karyawan. Kontribusi karyawan akan semakin meningkat dengan pertambahan
keahliannya. Karyawan dapat meningkatkan keahliannya melalui pelatihan dan
mengembangkan kapasitas karyawan dalam pekerjaannya. Pelatihan umumnya
diselenggarakan secara formal sehingga membutuhkan aktivitas perencanaan
seperti analisis kebutuhan, perancangan dan evaluasi. Pengembangan merupakan
proses mengembangkan kompetensi untuk meningkatkan kapasitas karyawan
untuk tanggungjawab yang lebih tinggi. Aktivitas pengembangan meliputi
pelatihan dan pengalaman jabatan.
Karyawan yang berkinerja tinggi umumnya menyadari pentingnya
pengetahuan sebagai modalnya dalam kinerja dan kariernya. Suatu organisasi
beruntung apabila memperoleh karyawan yang telah memiliki kompetensi
tinggi sehingga asumsi biaya pengembangannya lebih rendah. Namun pada
jangka panjang semakin kompeten karyawan maka semakin membutuhkan
pengembangan untuk mempersiapkannya pada jabatan yang lebih tinggi.
Pengembangan perlu mendukung kinerja karyawan. Kinerja karyawan
tersebut dikelola sehingga mendukung pencapaian sasaran strategis organisasi.
Balanced Scorecard (BSC) memetakan sasaran strategis perusahaan dan unit
kerjanya. Sasaran strategis tersebut diturunkan menjadi sasaran kinerja individu.
Pencapaian sasaran perusahaan dilakukan dengan metode eksekusi yang
diturunkan dari tingkat strategis ke teknis, dari lingkup organisasi hingga ke
individu dan lingkup waktu tahunan ke harian yang akan dijabarkan pada topik
eksekusi strategi.
18 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Perusahaan perlu mengoptimalkan kompetensi dan kinerja individu
untuk memberikan nilai tambah optimal bagi perusahaan. Talent management
mendefinisikan jabatan-jabatan kunci yang memberikan nilai yang signifikan
bagi keberhasilan organisasi dan memilih karyawan-karyawan kunci dengan
kompetensi tinggi untuk menduduki jabatan-jabatan tersebut melalui
pengembangan karier. Sistem tersebut membutuhkan dukungan kebijakan SDM
lainnya seperti pengupahan, pengembangan dan manajemen kinerja.
Karyawan dengan kompetensi dan kinerja tinggi bergabung dalam
kelompok kerjanya untuk berkontribusi bagi perusahaan. Dinamika interaksi
dan kerjasama individu dalam kelompok serta organisasi diefektifkan melalui
Organizational Development (OD). OD melakukan intervensi melalui manajemen
perubahan pada hubungan kelompok kerja dan individu agar berkontribusi lebih
efektif bagi organisasi melalui pengembangan organisasi.
Sasaran developing yaitu mempersiapkan karyawan dengan keahlian
tinggi untuk berkontribusi secara optimal bagi organisasi. Sasaran tersebut
dapat tercapai dengan mengembangkan kompetensi dan kinerja karyawan.
Pengetahuan, operasional serta sumberdaya perusahaan dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh karyawan yang berkeahlian dan kinerja tinggi. Dengan
demikian berkontribusi pada organisasi untuk mencapai sasarannya.
Memelihara dan Mempertahankan Karyawan
(Maintaining)
Memelihara dan mempertahankan karyawan meliputi aktivitas-aktivitas
memelihara, mengurus, menjaga, dan menyokong. Sebagaimana karyawan
memelihara dan menjaga organisasi demikian juga organisasi perlu memelihara
karyawan. Hubungan yang kuat antara karyawan dan organisasi terwujud dalam
employee engagement, ketika karyawan terikat secara emosional pada pekerjaan,
lingkungan kerja dan organisasi sehingga mereka belajar dan berkinerja secara
antusias.
Perusahaan memelihara karyawan dengan memberikan upah. Untuk
membuat kesetaraan upah maka profesional SDM melakukan evaluasi jabatan
dan membuat struktur upah. Struktur upah ini menjadi dasar pemberian upah
pada berbagai jabatan sesuai bobot dan nilainya bagi perusahaan.
Intisari Sumber Daya Manusia 19
Perusahaan mengurus karyawan dengan memberikan program dan fasilitas
kesejahteraan yang meliputi cuti, waktu istirahat, asurasi jiwa, asuransi kesehatan,
kredit rumah, transportasi, dana pensiun dan BPJS. Kesejahteraan dapat
diberikan secara minimum sesuai kewajiban yang diatur peraturan perundangundangan namun dapat juga diberikan lebih memadai.
Perusahaan menyokong karyawan dengan mendengarkan aspirasi karya­
wan, menindaklanjuti keluhan dan menerima usulan karyawan secara langsung,
melalui perwakilan dan melalui serikat pekerja. Karyawan dapat berunding
dengan perusahaan tentang hak, kewajiban dan syarat-syarat kerja melalui sarana
hubungan industrial yaitu serikat pekerja, organisasi pengusaha, lembaga kerja
sama bipartit, lembaga kerja sama tripartit, peraturan perusahaan, perjanjian
kerja bersama, peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Perusahaan menjaga karyawan dengan menyediakan lingkungan kerja
yang aman dari bahaya yang dapat menimbulkan penderitaan fisik, psikis
serta penyakit. Keselamatan karyawan menjadi kepedulian perusahaan melalui
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 mengelola risikorisiko dalam pekerjaan yang berpotensi membahayakan keselamatan dan
kesehatan karyawan. Perusahaan juga memprioritaskan keselamatan karyawan
guna memastikan keberlangsungan perusahaan apabila terjadi risiko yang
mengancam eksistensi perusahaan melalui rencana tanggap darurat bencana.
Perusahaan memelihara dan mempertahankan karyawan dengan
mengembangkan hubungan karyawan (employee relations) melalui penciptaan
lingkungan kerja dan hubungan karyawan dengan perusahaan yang positif,
tidak hanya berbentuk hubungan industrial yang hanya menekankan hubungan
transaksional. Profesional SDM memiliki peran mendorong hubungan yang
positif antar karyawan dan manajemen untuk memenuhi keseimbangan antara
kebutuhan karyawan dengan kebutuhan perusahaan sehingga berdampak pada
loyalitas, produktivitas dan kreativitas karyawan yang semakin tinggi.
Sasaran maintaining yaitu keterikatan karyawan pada perusahaan (employee
engagement) untuk memastikan kontribusi karyawan secara jangka panjang.
Sasaran tersebut dapat tercapai dengan memelihara dan mempertahankan
motivasi dan loyalitas karyawan pada perusahaan. Karyawan berkeahlian dan
berkontribusi tinggi yang senantiasa termotivasi dan loyal akan mendukung
keberhasilan perusahaan pada jangka panjang.
20 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Pengembangan Model
Model intisari SDM menggabungkan aktivitas-aktivitas pada acquiring,
developing, maintaining, knowledge utilization dan organizational effectiveness
sehingga menjadi model yang lebih berkembang. Pengembangan model intisari
SDM adalah perumusan kombinasi antar aktivitas-aktivitas untuk memperoleh,
mengembangkan dan mempertahankan personel untuk memanfaatkan
pengetahuan yang berkontribusi dalam membangun kapabilitas organisasi untuk
mencapai tujuannya. Perumusan model tersebut seperti pada gambar di bawah
ini.
Gambar 1.4. Core of HR Model
Intisari Sumber Daya Manusia 21
IMPLEMENTASI MODEL INTISARI SDM
Model intisari SDM menunjukkan fokus aktivitas-aktivitas SDM. Profesional
SDM perlu memahami aktivitas-aktivitas SDM secara mendetail namun juga
sekaligus memahami relevansinya pada lingkup yang lebih besar. Model intisari
SDM memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menempatkan setiap aktivitas dan program SDM sesuai posisi dan
lingkupnya. Dengan demikian menghubungkan suatu aktivitas
dengan perannya sebagai bagian dari keseluruhan sistem manajemen
SDM.
2. Menganalisis dampak suatu aktivitas SDM beserta interaksinya
dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Setiap aktivitas-aktivitas tersebut
dapat dikembangkan tersendiri atau berkaitan dengan aktivitasaktivtas lainnya. Pengembangan suatu program SDM dapat berdiri
sendiri apabila hanya berkait dengan satu aktivitas SDM. Namun
implementasi suatu program SDM juga dapat membutuhkan
dukungan kebijakan aktivitas SDM lainnya.
3. Membantu menjembatani detail implementasi program SDM dengan
fokus aktivitasnya secara keseluruhan. Memahami detail sangat
bermanfaat untuk memahami keterkaitan program tersebut dengan
berbagai aktivitas lainnya dan mengidentifikasi potensi hambatan
dari implementasi tersebut.
4. Menyederhanakan sistem manajemen SDM yang kompleks menjadi
beberapa aktivitas yang sederhana. Dengan fokus pada intisari
aktivitas SDM, maka implementasi suatu aktivitas dapat dilakukan
secara fleksibel.
5. Merumuskan aktivitas-aktivitas kunci yang penting bagi implementasi
manajemen SDM. Sistem manajemen SDM dapat dikembangkan
secara sederhana pada perusahaan kecil, berkembang secara
selektif pada perusahaan menengah hingga menjadi kompleks pada
perusahaan besar. Aktivitas-aktivitas kunci manajemen SDM seperti
pada tabel di bawah ini:
22 Pedoman Lengkap Profesional SDM Indonesia
Tabel 1.2. Aktivitas Kunci Intisari SDM
Intisari Aktivitas
Organizational
Effectiveness
Sasaran
Mencapai visi dan misi
organisasi
Mewujudkan
Knowledge Utilization pengetahuan menjadi
keahlian organisasi
Menyediakan
Acquiring
sejumlah karyawan
berkeahlian
Meningkatkan
Developing
kontribusi
Keterikatan karyawan
Maintaining
pada perusahaan
Aktivitas Kunci
Membangun kapabilitas
Organisasi
Pemanfaatan pengetahuan
bagi pengembangan
kompetensi
Memperoleh talent
Mengembangkan
kompetensi karyawan
Memelihara motivasi dan
loyalitas
PRAKTIK SDM DALAM SURVEI
Persepsi pengelola bisnis dalam memandang prioritas sumber dayanya telah
berubah dalam 10 tahun terakhir. Pada sepuluh tahun lalu keuangan masih
menjadi modal investasi utama. Modal teknologi pada dua puluhan tahun yang
lalu menjadi penentu keunggulan industri manufaktur. Modal fisik merupakan
kebutuhan utama perusahaan mulai masa revolusi industri. Namun memandang
memperoleh personel yang terbaik menjadi modal utama keberhasilan
perusahaan tidak pernah sekuat dalam sepuluh tahun terakhir.
Perusahaan masa kini bersaing untuk memperebutkan karyawan-karyawan
terbaik dalam profesi atau industrinya, mengembangkannya, mengoptimalkan
kontribusinya dan mempertahankannya. Persepsi tersebut diperkirakan masih
akan berlanjut dalam sepuluh tahun ke depan sebagaimana survei yang dilakukan
Society For Human Resourse Management (SHRM) tentang tantangan investasi
perusahaan dengan hasil seperti pada gambar 1.5. Para manajer perusahaan
menempatkan keberhasilan memperoleh modal SDM sebagai tantangan investasi
terbesar organisasi di atas berbagai bentuk modal-modal lainnya.
Intisari Sumber Daya Manusia 23
Gambar 1.5. Hasil Survei Society For Human Resourse Management
(SHRM) Tentang Tantangan Investasi Perusahaan
Model intisari SDM memberikan pengetahuan sebagai landasan ke­
bijakan SDM dalam memperoleh karyawan terbaik, mengembangkannya,
mengoptimalkan kontribusinya dan mempertahankannya. Bab-bab selanjutnya
akan menjabarkan setiap aktivitas-aktivitas dalam model intisari SDM berupa
model, konsep, implementasi beserta kontibusinya dalam mencapai sasaran
perusahaan. Setiap model aktivitas SDM memberikan pemahaman akan tahapantahapan, aspek yang mempengaruhi serta interaksinya dengan aktivitas-aktivitas
lainnya. Konsep memberikan dasar teoritis dan studi yang menjadi landasan
implementasi aktivitas SDM. Kontribusi berkaitan dengan peran aktivitas
tersebut untuk mencapai sasaran intisari SDM. Setelah memahami evolusi
peran SDM, intisari dan model intisari SDM, bab berikutnya akan memberikan
pemahaman peran profesional SDM dalam kontribusinya bagi organisasi.
Download