kata pengantar - WordPress.com

advertisement
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI KOGNITIF
BAIQ LISDIANA APRIANI
E1D111018
ENGLISH EDUCATION PROGRAM
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
UNIVERSITY OF MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu
orang, benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di hadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri
juga tidak hadir di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua
pengalamannya tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah
tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada
orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir secara fisik
pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua orang; segala macam hal
seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara mental. Karena kemampuan kognitif
ini, manusia dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri.
Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan
dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran untuk menggunakan kemampuan
kognitif secara efisien dan efektif. Kemapuan berbahasa pun harus dikembangan melalui
belajar. Pembahasan tentang belajar kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif
yaitu mengingat dan berpikir.
1) Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh di masa lampau.
2) Dalam aktivitas mental berpikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan
dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung
menghadapi obyek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat,
mendengar atau meraba-raba.[1]
Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas
seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak
tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang
sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
ABSTRACT ................................................................................................................... v
CHAPTER 1 PENDAHULUAN ............................................................................... vi
1.1
Latar Belakang ................................................................................................ vi
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................... vi
1.3
Tujuan Penulisan ............................................................................................. vi
CHAPTER 2 PEMBAHASAN .................................................................................vii
2.1
TEORI BELAJAR KOGNITIF ......................................................................vii
2.2
Model Pembelajaran ........................................................................................ ix
2.2.1 Fungsi Model Pembelajaran ....................................................................... x
2.2.2 Ciri Model Pembelajaran ........................................................................... x
2.3
Macam-macam Model Pembelajaran .............................................................. xi
2.3.1 Cara Memilih Model Pembelajaran .........................................................xii
CHAPTER 3 PENUTUP ........................................................................................... 15
3.1
Kesimpulan..................................................................................................... 15
3.2
Saran ............................................................................................................... 15
CHAPTER 4 ANALISIS .......................................................................................... 16
4.1
TEORI BELAJAR KOGNITIF ...................................................................... 16
4.1.1 Model Pembelajaran ................................................................................. 19
4.1.2 Fungsi Model Pembelajaran ..................................................................... 20
4.1.3 Ciri Model Pembelajaran ......................................................................... 20
CHAPTER 5 CONCLUSION ................................................................................... 21
5.1
Macam-macam Model Pembelajaran ............................................................. 21
5.2
Cara Memilih Model Pembelajaran ............................................................... 22
iii
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................ 24
iv
ABSTRACT
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu
orang, benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di hadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri
juga tidak hadir di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua
pengalamannya tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah
tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada
orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir secara fisik
pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua orang; segala macam hal
seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara mental. Karena kemampuan kognitif
ini, manusia dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri.
Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan
dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran untuk menggunakan kemampuan
kognitif secara efisien dan efektif. Kemapuan berbahasa pun harus dikembangan melalui
belajar. Pembahasan tentang belajar kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif
yaitu mengingat dan berpikir.
3) Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh di masa lampau.
4) Dalam aktivitas mental berpikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan
dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung
menghadapi obyek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat,
mendengar atau meraba-raba.[1]
Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas
seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak
tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang
sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.
v
CHAPTER 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapannya, kemampuannya, daya
reaksinya, dan daya penerimaannya. Jadi belajar adalah sebuah proses yang aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa. Kemudian
makalah ini akan sedikit membahas tentang teori belajar kognitif.
1.2 Rumusan Masalah
Teori Belajar Kognitif Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat.
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku keterampilan,
kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya, dan daya penerimaannya
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk mengetahui :
1) Pengertian Strategi Pembelajaran.
2) Fungsi Model Pembelajaran.
3) Ciri-ciri Model Pembelajaran.
4) Macam-macam Model Pembelajaran.
5) Cara Memilih Model Pembelajaran
vi
CHAPTER 2
PEMBAHASAN
2.1 TEORI BELAJAR KOGNITIF
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu
orang, benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di hadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri
juga tidak hadir di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua
pengalamannya tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah
tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada
orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir secara fisik
pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua orang; segala macam hal
seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara mental. Karena kemampuan kognitif
ini, manusia dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri.
Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan
dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran untuk menggunakan kemampuan
kognitif secara efisien dan efektif. Kemapuan berbahasa pun harus dikembangan melalui
belajar. Pembahasan tentang belajar kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif
yaitu mengingat dan berpikir.
5) Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh di masa lampau.
6) Dalam aktivitas mental berpikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan
dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung
menghadapi obyek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat,
mendengar atau meraba-raba.[1]
Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas
seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak
tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang
sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.
vii
Teori belajar kognitif ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor
kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat
berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap
peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di
sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi
pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para
calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara
guru dengan peserta didik.[2]
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:
1) Sensory-motor (sensori-motor)
2) Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2
tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti
masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak
penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang
amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan
dimiliki anak tersebut kelak.
3) Pre operational (praoperasional)
4) Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah
memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau biasa ada,
viii
walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar
lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada
periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
5) Concrete operational (konkret-operasional)
6) Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang remaja,
kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang disebut sistem of
operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemmikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem
pemikirannya sendiri.
7) Formal operational (formal-operasional)
8) Dalamperkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan daapat mengatasi masalah
keterbatasan pemikiran. Dalam pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak)
maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a. kapasitas menggunakan
hipotesis, b. kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
9) Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap kualiatas
skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya,
seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal
operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa[3].
2.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar
secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe, program-program media
komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) “Earch model guides us as we design
instruction to helf students achieve various objectis” . Artinya, setiap model mengarahkan
kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan “Models of
teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,
value, ways of thinking and means of expessing themselves, we are also teaching them how
ix
to learn”. Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut
guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan,
cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga
mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan
pengelolaan kelas (Kardi dan Nur 2000:8). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend
(1997) “The term teaching model refers to a particular aproach to instruction that
includes its goals, sintax, enviroment, and management system”. Artinya, model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk
tujuannya, langkah-langkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan
penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan,
strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anakanak.
Atas dasar pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
berikut. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai
tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan
kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah
dipahami, dan sesuai dengan urutan yang lagis.
2.2.1 Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi
model
pembelajaran
adalah
sebagai
pedoman
perancangan
dan
pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
2.2.2 Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi,
metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran
disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu
(a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
x
dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar,
(b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi
pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.
2.3 Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaknya
(langkah-langkahnya), dan sifat lingkungan belajarnya. Arends (1997) menyebutkan enam
model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam pembelajaran, yaitu:
presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi
pembelajaran di antaranya sebagai berikut (lihat Karli dan Yuliariatiningsih 2002).
Model pembelajaran kontekstual (CTL),
Pembelajaran konteksual (Contextual Teaching and learning(CTL)), adalah konsep
belajar yang membantu pengajar mengaitkan antara bahan/materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata belajar dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara
pengetahuan yang demikian dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuan komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstrutivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya.
Gambar 1. koala
xi
Model pembelajaran kooperatif,
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar model pembelajaran berdasarkan masalah, suatu pendakatan untuk
membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah. model pembelajaran konstruktivisme, model dengan pendekatan
lingkungan, model pembnelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi
pembelajaran yang memenfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar dan
sarana belajar. model pengajaran langsung, model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan mengajar yang dapt membantu siswa dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah. model pembelajaran
terpadu, dan merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan
menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik. model pembelajaran interaktif.
2.3.1 Cara Memilih Model Pembelajaran
Dalam pembelajarkan suatu materi (tujuan/kompetensi) tertentu, tidak ada satu model
pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap model
pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan
dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan antara lain materi
pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan
fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan (kompetensi) pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai.
Hal itu sejalan dengan pemikiran Arends (1997:7) yaitu model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pengajaran, tahap-tahapkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
engelolaan kelas. Hal itu dengan harapan bahwa setiap model pembelajaran
dapat mengarahkan kita mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan model pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh 1) sifat dari materi yang akan diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam
pengajaran, 3) tingkat kemampuan peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5)
lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia.
Kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan
produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan
xii
berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan
(kompetensi), yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau
kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek
proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Karena itu, setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
berbeda. Setiap model memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan
pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem saraf (penerimaan/proses berpikir) banyak
konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping banyak
kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif
(produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto
2007:
5-6)
xiii
CHAPTER 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang
dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa.
2.
Teori belajar kognitif dibatasi pada dua aktifitas kognitif yaitu mengingat dan
berpikir.
3.
Piaget membagi aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:
1.
Sensory-motor (sensori-motor)
2.
Pre operational (praoperasional)
3.
Concrete operational (konkret-operasional)
4.
d.
Formal operational (formal-operasional)
Gambar 2. Pinguin
3.2 Saran
Setiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat
dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar,
kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul,
audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan
yang fleksibel kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.
15
CHAPTER 4
ANALISIS
4.1 TEORI BELAJAR KOGNITIF
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu
orang, benda atau kejadian/peristiwa. Segala obyek itu di representasikan atau di hadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat
yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri
juga tidak hadir di tempat-tempat itu pada waktu sedang bercerita. Tetapi, semua
pengalamannya tercatat dalam benaknya dalam bentuk berbagai gagasan dan sejumlah
tanggapan. Gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada
orang yang mendengarkan ceritanya. Dengan demikian, hal-hal yang tidak hadir secara fisik
pada saat sekarang, dapat menjadi bahan komunikasi antara dua orang; segala macam hal
seolah-olah dipegang, disentuh dan dipermainkan secara mental. Karena kemampuan kognitif
ini, manusia dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri.
Gambar 3 Bunga tulip
Disamping itu, semakin besar kemampuan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan
dan tanggapan itu, semakin meningkatlah kemahiran untuk menggunakan kemampuan
kognitif secara efisien dan efektif. Kemapuan berbahasa pun harus dikembangan melalui
belajar. Pembahasan tentang belajar kognitif di sini, akan dibatasi pada dua aktifitas kognitif
yaitu mengingat dan berpikir.
16
1) Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh di masa lampau.
2) Dalam aktivitas mental berpikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan
dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung
menghadapi obyek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat,
mendengar atau meraba-raba.[1]
Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas
seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak
tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang
sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan
Teori belajar kognitif ini memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor
kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu
dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat
berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan
potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap peserta
didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka
peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di
sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para
calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif peserta didik guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara
guru dengan peserta didik.[2]
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
17
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:
(1) Sensory-motor (sensori-motor)
1.
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia
2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk primitif dalam
arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak
penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar
yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu
yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
(2) Pre operational (praoperasional)
2.
Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah
memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada atau biasa ada,
walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak
didengar lagi. Jadi, padangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari
pandangan pada periode sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada
pengamatan belaka.
(3) Concrete operational (konkret-operasional)
3.
Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia menjelang remaja,
kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan kemampuan yang disebut sistem of
operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemmikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam
sistem pemikirannya sendiri.
(4) Formal operational (formal-operasional)
4.
Dalamperkembngan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan daapat mengatasi masalah
keterbatasan pemikiran. Dalam pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja
telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak)
maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: a. kapasitas
menggunakan hipotesis, b. kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
5.
Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat berpengaruh terhadap
kualiatas skema kognitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh
karenanya, seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses
perkembangan formal operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai
dewasa[3].
18
4.1.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar
secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe, program-program media
komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) “Earch model guides us as we design
instruction to helf students achieve various objectis” . Artinya, setiap model mengarahkan
kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1) menyatakan “Models of
teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,
value, ways of thinking and means of expessing themselves, we are also teaching them how
to learn”. Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut
guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan,
cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar juga
mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi pembelajaran), dan
pengelolaan kelas (Kardi dan Nur 2000:8). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend (1997)
“The term teaching model refers to a particular aproach to instruction that includes its goals,
sintax, enviroment, and management system”. Artinya, model pembelajaran mengarah pada
suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkah-langkahnya (syntax),
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Arend (1997) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan
penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan,
strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anakanak.
Atas dasar pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
berikut. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai
tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan
19
kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah
dipahami, dan sesuai dengan urutan yang lagis.
4.1.2 Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi
model
pembelajaran
adalah
sebagai
pedoman
perancangan
dan
pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
4.1.3 Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi,
metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran
disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu
(a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b)
landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar,
(b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi
pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.
20
CHAPTER 5
CONCLUSION
5.1 Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaknya
(langkah-langkahnya), dan sifat lingkungan belajarnya. Arends (1997) menyebutkan enam
model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam pembelajaran, yaitu:
presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi
pembelajaran di antaranya sebagai berikut (lihat Karli dan Yuliariatiningsih 2002).
Model pembelajaran kontekstual (CTL),
Pembelajaran konteksual (Contextual Teaching and learning(CTL)), adalah konsep
belajar yang membantu pengajar mengaitkan antara bahan/materi yang diajarkanya dengan
situasi dunia nyata belajar dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara
pengetahuan yang demikian dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuan komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstrutivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya.
Gambar 1 Pulpen Banyak
Model pembelajaran kooperatif,
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar
model pembelajaran berdasarkan masalah, suatu pendakatan untuk membelajarkan
siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah.
model pembelajaran konstruktivisme, model dengan pendekatan lingkungan, model
pembnelajaran dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang
memenfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar dan sarana belajar.
21
model pengajaran langsung,
model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapt membantu
siswa dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan
langkah demi langkah.
model pembelajaran terpadu, dan
merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan
dengan perkembangan peserta didik.
model pembelajaran interaktif.
5.2 Cara Memilih Model Pembelajaran
Dalam pembelajarkan suatu materi (tujuan/kompetensi) tertentu, tidak ada satu model
pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap model
pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan
dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan antara lain materi
pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan
fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan (kompetensi) pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai.
Hal itu sejalan dengan pemikiran Arends (1997:7) yaitu model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahapkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan engelolaan
kelas. Hal itu dengan harapan bahwa setiap model pembelajaran dapat mengarahkan kita
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan model pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh 1) sifat dari materi yang akan diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam
pengajaran, 3) tingkat kemampuan peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5)
lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia.
Kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan
produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan
berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan
(kompetensi), yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau
22
kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek
proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Karena itu, setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
berbeda. Setiap model memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan
pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem saraf (penerimaan/proses berpikir) banyak
konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping banyak
kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif
(produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto
2007: 5-6).
23
BIBLIOGRAFI
Ahmadi Nur. 2012. Cara mengkaji dan menganalisa prose: Bahan kuliah untuk IV A sore
hari senin. Mataram: Universitas Mataram Press
Ahmadi Nur. 2012. Cara mengkaji dan menganalisa prose: Bahan kuliah untuk IV A sore
hari senin. Mataram: Universitas Mataram Press
Ahmadi Nur. 2012. Cara mengkaji dan menganalisa prose: Bahan kuliah untuk IV A sore
hari senin. Mataram: Universitas Mataram Press
Apriani.Lisdiana. 2012. Cara mengedit Microsoft Word: Bahan kuliah untuk II A sore hari
senin. Mataram: Universitas Mataram Press
24
25
Download