PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAKALAR, Menimbang : a. bahwa sumber daya perikanan sebagai bagian kekayaan daerah Kabupaten Takalar perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kemakmuran rakyat, dengan mengusahakannya secara berdaya guna dan berhasil guna serta selalu memperhatikan kelestariannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Usaha Perikanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000; 4. Undang-undangng Nomor 10 Tahun 2004 Republik Indonesia tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4339); 5. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4230); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Takalar. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TAKALAR Dan BUPATI TAKALAR MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG USAHA PERIKANAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Takalar; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar; 4. Usaha Perikanan adalah semua usaha pribadi atau badan usaha untuk melakukan penangkapan atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan atau mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial; 5. Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang melakukan usaha perikanan dan dilakukan oleh Warga Negara Republik Indonesia atau Badan Hukum Indonesia; 6. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan; 7. Petani Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan budidaya ikan; 8. Izin Usaha Perikanan (IUP) adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan; 9. Surat Penangkapan Ikan (SPI) adalah surat yang harus dimiliki baik usaha pribadi maupun badan usaha perikanan untuk melakukan penangkapan ikan; 10. Usaha hasil laut lainnya adalah semua usaha hasil laut selain penangkapan ikan dan usaha budidaya ikan. BAB II NAMA , OBYEK DAN SUBYEK PUNGUTAN Pasal 2 Dengan nama pungutan hasil usaha perikanan, dipungut pembayaran atas penjualan hasil usaha perikanan. Pasal 3 (1) Obyek pungutan adalah penjualan hasil usaha perikanan dan hasil laut lainnya; (2) Hasil usaha perikanan dan hasil laut lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi : a. Usaha budidaya; b. Usaha penangkapan; c. Usaha pengolahan hasil perikanan; d. Usaha hasil laut lainnya. Pasal 4 Subyek pungutan adalah orang pribadi atau badan usaha yang melakukan usaha perikanan dan usaha hasil laut lainnya. Pasal 5 (1) Usaha Budidaya sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) huruf a terdiri dari : a. Usaha budidaya ikan air tawar; b. Usaha budidaya ikan air payau; c. Usaha budidaya ikan dilaut; d. Usaha pembenihan/penangkaran. (2) Usaha penangkapan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) huruf b, meliputi jenis kegiatan usaha penangkapan ikan dilaut, sungai, waduk, rawa dan genangan air lainnya; (3) Usaha pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) huruf d, meliputi kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil; (4) Usaha hasil laut lainnya meliputi jenis kegiatan budidaya rumput laut. BAB III WILAYAH PERIKANAN Pasal 6 Wilayah kelautan dan perikanan Kabupaten Takalar meliputi : (1) Perairan laut 4 mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan; (2) Sungai, waduk, rawa dan genangan air lainnya di dalam wilayah Kabupaten Takalar. BAB IV PERIZINAN USAHA PERIKANAN Pasal 7 (1) Setiap orang atau badan yang melakukan usaha perikanan dan hasil laut lainnya di wilayah perikanan Kabupaten Takalar wajib memiliki Izin Usaha Perikanan (IUP); (2) IUP diberikan untuk masing-masing usaha perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan berlaku selama 3 tahun. Pasal 8 Pengecualian atau pembebasan dari ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah ni adalah : 1. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan kapal tidak bermotor atau bermotor luar; 2. Usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan oleh petani ikan : a. di air tawar pada kolam air tenang dengan areal lahan tidak lebih dari 2 (Dua) Ha; b. di air payau dengan areal lahan tidak lebih dari 4 (Empat ) Ha dan atau dengan padat penebaran 50.000 benur/Ha; c. di laut dengan areal laham tidak lebih dari 0,5 (Lima persepuluh) Ha. 3. Pengecualian pada point 1 dan point 2 di atas hanya untuk perizinan sedangkan untuk pungutan hasil usaha tetap diberlakukan. Pasal 9 (1) Bupati mengeluarkan izin sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 setelah menerima bahan pertimbangan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan; (2) Bupati dapat melimpahkan wewenang sebagaiman dimaksud pada ayat (1), baik sebagian atau seluruhnya kepada pejabat yang ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati; (3) Bentuk dan isi surat izin ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 (1) Setiap kapal perikanan yang berpangkalan dan beroperasi di wilayah perairan Kabupaten Takalar dengan ukuran tidak lebih dari 5 (Lima) GT wajib memiliki Surat Penangkapan Ikan (SPI); (2) Dalam surat penangkapan ikan ditetapkan wilayah penangkapan ikan dan jenis alat tangkap yang digunakan; (3) Surat Penangkapan Ikan (SPI) diberikan untuk jangka waktu : a. 1 (satu) tahun untuk ikan pelagis besar; b. 1 (satu) tahun untuk ikan pelagis kecil; c. 1 (satu) tahun untuk ikan demersal. (4) Surat Penangkapan Ikan (SPI) dapat diperpanjang apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati; (5) Bupati mengeluarkan Surat Penangkapan Ikan (SPI) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapatkan pertimbangan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan; (6) Bupati dapat melimpahkan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) baik sebagian maupun seluruhnya kepada pejabat yang ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 11 Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan 10 ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB V GOLONGAN PUNGUTAN Pasal 12 Pungutan hasil usaha perikanan dan hasil laut lainnya digolongkan sebagai pungutan hasil usaha. BAB VI CARA MENGUKUR BESARNYA PUNGUTAN Pasal 13 Besarnya pungutan diukur berdasarkan volume hasil usaha yang dijual. BAB VII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 14 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif didasarkan atas tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. BAB VIII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF PUNGUTAN Pasal 15 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis hasil produksi yang dijual; (2) Besarnya tarif digolongkan berdasarkan harga pasar di wilayah daerah atau sekitarnya yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati; (3) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat ditetapkan sebagai berikut: a. usaha budidaya tarif 1% dari nilai jual; b. usaha penangkapan ikan skala kecil tarif 1% dari nilai jual; c. usaha penangkapan ikan skala besar tarif 2,5% dari nilai jual; d. usaha pembenihan/penangkaran tarif 2,5% dari nilai jual; e. usaha pengolahan tarif 2,5 % dari nilai jual; f. usaha hasil laut lainnya tarif 2,5% dari nilai jual. (2) BAB XI WILAYAH PUNGUTAN Pasal 16 Pemungutan hasil penjualan dilakukan di wilayah tempat penjualan dan atau di wilayah perairan laut Kabupaten Takalar. BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 17 (1) Pemungutan hasil usaha perikanan tidak dapat diborongkan; (2) Pemungutan menggunakan Surat Penetapan Tagihan atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 Dalam hal wajib pungut tidak membayar tetap pada waktunya atau membayar kurang, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari pungutan yang terutang dengan menggunakan Surat Penetapan Tagihan. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 19 (1) Pembayaran pungutan hasil usaha perikanan dan hasil laut lainnya harus dilunasi sekaligus di muka; (2) Tata cara penagihan, pembayaran, penyetoran dan pemungutan diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Wajib pungut yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah,-); (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran; (3) Bagi pengusaha, baik badan maupun perorangan yang tidak memiliki izin usaha sebagimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) dan surat penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah,-). BAB XIV PENYIDIKAN Pasal 21 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan tindak pidana di bidang usaha perikanan; (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang usaha perikanan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana usaha perikanan tersebut; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang usaha perikanan; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang usaha perikanan; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perikanan; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf (e); h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana usaha perikanan; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang usaha perikanan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Takalar. Disahkan di Takalar Pada Tanggal, BUPATI TAKALAR, Dr. H. IBRAHIM REWA, MM Diundangkan di Takalar Pada Tanggal, 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TAKALAR, Ir. H. DAHYAR DARABA, M.Si. Pangkat : Pembina Utama Muda NIP : 19580415 198603 1 028 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR TAHUN 2009 NOMOR 05 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR TAHUN 2009 NOMOR 05