1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata. Menurut Kusumowindo (1981) memberikan pengertian tenaga kerja sebagai berikut: tenaga kerja adalah jumlah semua penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, mereka pun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Di era persaingan bebas (globalisasi) masalah ketenagakerjaan kembali menjadi isu sentral dalam permasalahan ekonomi berbagai Negara. Hal ini sesuai dengan kesadaran bahwa pada kenyataannya fungsi riel tenaga kerja dalam proses produksi sangat menentukan daya saing produk untuk memberikan jaminan sukses dalam persaingan bebas. Sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, tanah dan modal termasuk mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi dana lain-lain. Namun diantara semua faktor tersebut, faktor sumber daya manusia memegang peranan utama dalam meningkatkan produktivitas karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya adalah hasil karya manusia. Oleh karena itu, disamping produktivitas tanah dan modal yang biasanya ditonjolkan dan menjadi pusat perhatian adalah 2 produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri, maupun yang berhubungan dengan lingkungan dan kebijakan pemerintah (Ravianto, 1989). Salah satu usaha untuk meningkatkan kesempatan kerja adalah melalui pembangunan di sektor industri. Pembangunan di sektor industri merupakan bagian dari usaha jangka panjang untuk memperbaiki struktur ekonomi yang tidak seimbang. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil (mebel) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tiap-tiap unit usahanya. Secara internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah lainnya. Sedangkan secara eksternal dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga (Simanjuntak dan Handoko 1985). Salah satu usaha pemerintah untuk menambah lapangan pekerjaan adalah meningkatkan usaha di bidang industri kecil di daerah pedesaan, baik secara sektoral maupun inter sektoral. Hal ini dilakukan karena hadirnya industri di pedesaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menyumbangkan peningkatan taraf hidup masyarakat desa. Di samping itu pemerintah mempunyai alasan yang cukup kuat mengapa industri kecil (mebel) tetap dipertahankan. Alasanalasan tersebut adalah yang pertama, industri kecil memperkuat kedudukan pengusaha nasional yang mudah bergerak di bidang ini dan merupakan modal bagi pembangunan yang mendasarkan pada sumber bahan pertanian dan bahan lokal lainnya yang hasilnya dapat dijual ke pasaran dalam negeri. Kedua, Industri kecil membutuhkan modal yang relatif kecil sehingga memudahkan pengusaha 3 sederhana untuk mendirikan pabrik kecil-kecilan, oleh karena itu tidak tergantung dan tidak memberi beban pada impor serta bantuan luar negeri. Ketiga, Industri kecil umumnya mengkhususkan diri pada produksi barang-barang konsumsi yang berarti melepaskan sebagian impor dan menghemat devisa, serta di samping itu banyak menyerap tenaga kerja (Rahardjo, 1984). Industri yang berkembang di daerah pedesaan pada umumnya industri kecil yang bersifat tradisional baik teknologinya, permodalan, manajemen dan pemasarannya. Dengan sifat yang tradisional itu sebetulnya memberi keuntungan bagi masyarakat di pedesaan karena untuk memasuki atau berusaha di bidang industri kecil ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi atau modal yang besar dengan teknologi yang canggih. Penanaman modal atau investasi dalam teori adalah pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan adanya penananaman modal di Kabupaten Takalar maka pemerintah atau pihak swasta dapat mengembangkan usaha atau menambah unitunit usaha, dengan pengembangan usaha akan membutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan demikian penambahan modal dapat mengurangi masalah pengangguran (Sukirno, 2000). Kabupaten Takalar sendiri sebagai kabupaten yang memiliki berbagai potensi pengembangan baik dari segi infrastruktur, potensi pasar, tenaga kerja, dan sumber daya alam telah mengalami pertumbuhan pada berbagai sektor ekonomi. 4 Pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya PDRB Kabupaten Takalar. Tabel 1 menunjukkan gambaran tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Takalar dari tahun 2006-2008. TABEL 1.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN TAKALAR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006 – 2008 (JUTA RUPIAH) LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 1. PERTANIAN 339.089,92 357.671,91 378.673,68 2.PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5.229,14 5.399,61 5.385,24 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 63.042,84 64.493,26 66.744,71 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.625,33 8.353,01 9.162,02 5. BANGUNAN 37.586,78 39.394,70 41.633,21 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 76.681,75 82.141,57 88.188,59 7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 33.810,63 35.933,04 37.403,18 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA 42.479,38 PERUSAHAAN 45.284,40 48.436,33 9. JASA-JASA 114.305,54 123.937,15 PRODUK DOMESTIK REGIONAL 710.107,96 752.977,04 BRUTO SUMBER : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TAKALAR 799.564,11 Dapat dilihat dari Tabel 104.562,19 1 bahwa sektor terbesar penyumbang PDRB di Kabupaten Takalar merupakan Sektor pertanian. Sektor industri pengolahan sendiri menduduki tempat keempat penyumbang terbesar PDRB di Kabupaten Takalar. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dapat dilihat dari kontribusi terhadap PDRB yang terus meningkat dari tahun ke tahun (2006-2008). Pada tahun 2006, kontribusi 5 sektor industri pengolahan Kabupaten Takalar terhadap PDRB sebesar 63.042,84 dan mengalami peningkatan hingga tahun 2008 sebesar 66.744,71 (BPS Kabupaten Takalar). Perubahan pada PDRB riil dari tahun ke tahun erat kaitannya dengan perubahan tingkat pengangguran. Peningkatan pada PDRB dapat menurunkan tingkat pengangguran. Pada sektor industri pengolahan, tidak dapat diindahkan lagi, memiliki peranan yang sangat penting dalam menjawab tantangan pembangunan ekonomi.di Kabupaten Takalar itu sendiri. Sektor industri mebel juga memiliki peranan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di kabupaten ini. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul: “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kabupaten Takalar”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah pokok yang dikemukakan dirumuskan sebagai berikut: Apakah variabel upah, produktivitas, dan modal berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kabupaten Takalar. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kabupaten Takalar. 6 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi penulis dan para pembaca pada umumnya mengenai masalah industri mebel dalam penyerapan tenaga kerja. 2. Sebagai bahan masukan atau informasi kepada para pengambil kebijakan pada pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah serta instansi terkait dalam menentukan langkah-langkah kebijakan agar dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. 3. Serta sebagai bahan referensi dan pembanding bagi para peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini dengan memasukkan determinan atau variabel– variabel lain yang turut mempengaruhi dan penyerapan tenaga kerja pada industri mebel.