10) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Bahasa Indonesia
Pilihan Kata (Diksi)
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Manajemen s1
Tatap Muka
11
Kode MK
Disusun Oleh
90008
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Abstract
Kompetensi
Seseorang yang menguasai banyak
kosa kata dapat menyampaikan
gagasannya dengan baik. Namun,
akan lebih baik jika dalam
mengungkapkan gagasannya,
ia dapat memilih atau menempatkan
kata secara tepat dan sesuai.
Pilihan kata (diksi) pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat,
alinea, atau wacana. Pemilihan kata
bukanlah sekadar kegiatan memilih
a.
Mampu memahami pengertian
diksi
b.
Mampu memahami syaratsyarat diksi
c.
Mampu memahami proses
pembentukan kata
d.
Mampu memahami berbagai
jenis makna
kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok.
Hal yang perlu diperhatikan adalah
(1)denotasi dan konotasi,(2 sinonim,
(3) hominim, (4) makna kata-kata
abstrak,(5) subjektivitas makna, (6)
pemakaian penghubung berpasangan, (7) kata khusus, (8 penggunaan.imbuhan serapan asing, (9)
kata idiomatik, dan (10) perubahan
makna.
2015
2
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
PILIHAN KATA (DIKSI)
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa dapat rnemahami dan menggunakan diksi (pilihan kata) serta
berbagai jenis makna dengan baik dan benar.
2. Pengertian Diksi
Seseorang yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan
gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan
gagasannya, dia dapat memilih atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai.
Pilihan kata pada dasarnya adalah hasil pemilihan kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alinea, atau wacana. Pemrilihan kata akan dapat dilakukan jika tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pemilihan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menirnbulkan gagasangagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Agar gagasangagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada imajinasi pembaca dan pendengar,
ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan, yaitu berupa
perbendaharaan kata yang memadai seakan-akan daftar kata. Persoalan ketepatan
pilihan kata dari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna ttataaun
kosakata seseorang' sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat
untuk mengungkap-kan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang
cukup banyak tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi
kata.
Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilih kata yang cocok atau yang sesuai dengan konteks di mana
kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat
pemakainya. Untuk itu, dalam rnemilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan
tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah di
antaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan
2015
3
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang
harus digunakan secara idiomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirlp
ejaannya, mampu menghindari kata-kata ciptaan sendiri, waspada terhadap
penggunaan kata asing, mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang
hampir bersinonim. Kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling
melengkapi. Oleh karena itu' penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata
dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga
tidak timbul interpretasi yang berlainan. Misalnya, kata mati bersinonim dengan
mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, dan kembali ke
haribaan Tuhan. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Ada
nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak dapat mengatakan
Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita
mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh hasil analisis dan
pertimbangan tertentu. Jadi, ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis
atau pembicara untuk mengetahui bagaimana mengetahui hubungan antara bentuk
bahasa (kata) denganreferensinya. Demikian pula makna kata yang tepat meminta
pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna
kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian di atas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu ( 1)
kemampuan rnemilih kata yang dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak
kosa kata, (2) pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan
membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim,
(3) pilihan kata menyangkut kemauan untuk memilih kata yang tepat dan cocok
untuk situasi atau konteks tertentu. Dengan demikian, pilihan kata sebenarnya.
Berhubungan dengan tutur dan tatat ulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih
kata yang tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai.
Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada
masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik, dan pada
masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus
sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus
sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Dengan menggunakan kamus, kata-kata
yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya
sehingga kita dapat melihat dengan tepat konteks kata tersebut. Jadi, yang
2015
4
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dimaksud dengan pilihan kata adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang ielah
dituliskan pada definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar
atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis
atau pembicara, yaltu (1) dapat mengomunikasikan gagasan yang sesuai dengan
kaidah suatu bahasa, yakni kaidah bahasa Indonesia, (2) menghasilkan komunikasi
puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna, (3)
menghasilkan respons pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis
atau pembicara, dan (4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Untuk
itu, diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan
pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.
Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah
setepat-tepatnya sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara
dan pendengar atau penulis dengan pembaca, Adapun yang berkenaan dengan
kesesuaian pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak
suasana atau menyinggung perasaan orang lain yang diajak berbahasa.
Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimai d'perlukan
kesadaran betapa pentingnya penguasana kosakata. Penguasaan kosa kata tidak
akan pernah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat.
Pemilihan kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah rnenuntut
penguasaan, seperti ( 1 ) keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang
digunakan, (2) wawasan bidang ilmu yang ditulis, (3) konsistensi penggunaan sudut
pandang istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak rnenimbulkan salah
penafsiran, (4) syarat ketepatan kata, dan (5) syarat kesesuaian kata. Oleh karena
itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang
hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan
kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata
yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu
suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan
pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis
harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.
2015
5
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
Kemahiran memilih kata oleh seorang pengarang/penulis tentu berkaitan erat
dengan penguasaan kosakata. Seorang pengarang/penulis yang menguasal
kosakata, selain mengetahui makna sebuah kata, ia juga tentunya memahami
perubahan makna. Agar dapat memilih kata yang akurat, seorang penulis/pengarang
harus menguasai sejumlah persyaratan.
Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang penulls/pengarang dapat
menghasilkan sebuah tulisan/karangan dengan baik, yaitu dapat membedakan
denotasi dan konotasi, kata-kata yang bersinonim, kata-kata yang hampir mirip
ejaannnya, serta dapat memahami makna kata-kata abstrak, kata penghubung yang
berpasangan, kata umum dan khusus dengan tepat.
1). Dapat membedakan denotasi dan konotasi
Contoh:
a) Hari Minggu lalu,Saras jatuh ketika sedang naik epeda bersama temantemannya.
b) Syarat utama seseorang bisa naik haji adalah dia tergolong orang yang
mampu, baik secara material maupun spiritual.
2) Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh:
a) Selama tiga bulanini, rencana kami masih dalam rangka memberolahragakan
karyawanan.
b) Setiap Sabtu pagi Wanda bersama kedua orang tuanya selalu
mengolahragakan badan mereka agar selalu sehat.
3) Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya
Contoh:
Intensif
insentif
interferensi
inferensi
karton
kartun
preposisi
proposisi
korporasi
koperasi
sarat
syarat
2015
6
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak
Contoh:
Kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, keamanan, kerukunan, kebersamaan
5) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri jika
pemahaman belum dapat dipastikan. Pemakai kata harus menemukan makna
yang tepat dalam kamus, misalnya, kata modern sering diartikan secara subjektif
canggih, padahal menurut kamus, kata modern beiarti terbaru atau mutakhir;
canggih berarti banyak cakap, ‘suka mengganggu, banyak mengetahui, dan
bergaya intelektual’.
6) Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh:
a) Antara karyawan dengan atasan harus selalu saling bekerja sama.
b) Nurdiana tidak mau menerima hadiah berbentuk barang, tetapi berupa uang.
c) Baik anak maupun orang tua ikut menyaksikan pertandingan itu.
d) Bukan Imron yang tidak bersalah, merainkan Husen yang telah melakukannya.
7) Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar.
Kata ikan merupakan kata umum yang merujuk pada acuan yang lebih ruas
daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujairatau tidak ianya tawes,
tetapi ikan terdiri atas beberapa macam. Dalam hal ini yang acuannya lebih luas
disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yu.rg uJ.rurrnya lebih khusus
disebut kata khusus, seperti mujair dan tawes. Kata= umum disebut dengan istilah
superordinaf, sedangkan kata khusus disebut dengan hiponim. Hal ini juga
berlaku pada kata bunga dan mawar. Bunga disebui dengan superordinat,
sedangkan mawar adalah hiponim.
8) Dapat memahami makna secara tepat jika menggunakan serapan imbuhan asing
Misalnya, dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
9) Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar
Misalnya, berdasarkan pada yang seharusnya berdasar pada.
2015
7
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
10) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat
Misalnya, kata issue yang kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang berarti
‘publikasi, kesudahan, perkara’, sedangkan isu dalam bahasa Indonesia berarti
‘kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, atau desas-desus’.
Untuk mempertajam pemahaman makna, terkadang kita memerlukan terjemahan
asing, terutama bahasa Inggris sebagai pembanding, sebab perbedaan nuansa
makna antarkata yang bermiripan itu terkadang begitu tipis. Dengan memahami
makna yang tepat akan dapat dilakukan pemilihan kata yang akurat. Bandingkan
dengan cermat tatanan kata-kata bahasa Inionesia dalam bahasa Inggris pada tabei
di berikut.
PERBANDINGAN KATA INDONESIA INGGRIS
DALAM UPAYA MENDAPATKAN PILIHAN KATA YANG TEPAT
Bahasa Indonesia
perencanaan
rencana
jadwal
program
agenda, acara
rancangan, desain
hampa, vakum
kompong
kosong
blanko
luang
lowong, lowongan
nihil
Bahasa Inggris
planning
plan
schedule
program
agenda
desain
vacuum
void
empty
blank
free
vacant, vacancy
nil, nought
Selanjutnya, harus dibedakan pilihan kata yang tidak cermat yang hanya
menegaskan sesuatu dengan kira-kira, dengan piliran kata yang tidak tepat, tidak betul, atau
tidak kena. Pilihan kata vang tidak cermat berhubungan dengan pikiran yang kabur, pilihan
kata yang tidak betul dengan ketidaktahuan. Misalnya, nyaris, mendapat hadiah, menduduki
juara pertama merupakan contoh kata yang toidak tepat. Pemakaian pewatas yang berlebih
juga dapat mengurangi kekuatan dan kecermatan pilihan kata, Jika pilihan kata benda dan
kata kerja
masing-masing tidak dapat menjelaskan maksud, kita tidak perlu menambahkan pewatas
yang sebenarnya tidak memperjelas keterangan. Katavatau ungkapan yang banyak
2015
8
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
disalahgunakan antara lain, cukup, relatif, sering, banyak, selalu, sama sekali, cukup
memuaskan, relatif lebih murah, pasti menang, sering menyalahgunakan kekuasaan, sangat
meyakinkan, banyak pejabat yang tidak mau bertanggung jawab, selalu datang terlambat,
sama sekali belum makan.
4. Gaya Bahasa
Kata dan ungkapan dapat ditafsirkan menurut arti harfiah dan menurut arti
majasinya. Arti harfiah itu sama dengan denotasi, sedangan arti majasi diperoleh jika
denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencakupi juga denotasi yang bersamaan
dengan tauptan pikiran yang lain. Gaya bahasa, langgam, atau majas adalah cara penutur
untuk mengungkapkan maksudnya. Ada juga cara lain untuk menyatakan maksud, seperti
perlambang (majas metafora, personifikasi) dan penghalusan ( eufimisme, litotes).
Semuanya itu pada prinsipnya merupakan corak seni untuk menimbulkan kesan dalam
berkomunikasi.
Sebelum menampilkan gaya tertentu, ada enain factor yang memengaruhi tampilan
seseorang ketika berkomunikasi dengan mitra komunikasinya, yaitu media komunikasi (a)
bahasa lisan dan bahasa tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau elektronik;
(b) bidang ilmu, apakah fisaiat, sastra, hukum, teknik, atau kedokteran; (c) situasi, apakah
resmi, tidak resmi, atau setengah resmi, (d) ruang atau konteks, apakah seminar, kuliah,
ceramah, atau pidato; (e) khalayak, apakah dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan status sosial; (f) tujuan, apakah membandingkan emosi, diplomasi,
humor, atau informasi. Keenam hal tersebut turut membentuk dan memegaruhi seseorang
dalam melakukan kegiatan tindak tutur bersana rekannya.
Syarat-syarat apa saja yang diperlukan untuk membedakan suatu gaya bahasa vang
baik dengan gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung
tiga unsur kejujuran, sopan santun, dan menarik. Kejujuran berarti mengikuti kaidah bahasa.
Lalu, sopan santun di sini berarti menyampaikan sesuatu secara jelas dan membuat
pembaca atau pendengar tidak memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau
dikatakan. Kemudian, menarik bahwa gaya bahasa tersebut harus dibuat bervariasi
sehingga akan menghindari monoton dalam nada, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu,
seorang penulis/ pengarang perlu memiliki kekayaan dalam kosakata dan humor yang
sehat. Gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa nikmat dan gembira.
5. Idiom
Ungkapan idiomatik adalah ugkapan yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang
mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Oleh karena itu, setiap
2015
9
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan prinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tetap tidak boteh
dihilangkan. Idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak
mau harus tunduk pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok
kata, misalnya, gulung tikar, adu domba, dan muka tembok, tidak boleh dipertukarkan
urutannya meniadi *tikar gulung, domba adu, dan tembok muka. Ketiga kelompok kata yang
terakhir itu bukan idiom. Biasanya, idiom juga digolongkan dengan peribahasa dalam
bahasa Indonesia. Padahal, pengertian idiom jauh lebih luas daripada peribahasa. Untuk
mengetahui makna sebuah idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai seorang
penutur asli, tidak mungkin hanya melalui makna dari kata dan bentuknya. Jadi, pengertian
idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa, biasanya
berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara
gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Misalnya, ada
seorang asing yang sudah mengetahui makna makan dan tangan,tidak akan memahami
fasa makan tangan. Siapa oang yang memahami bahwa makan tangan sama artinya
dengan ‘kena tinju’ atau ‘beruntung besar’? Selanjutnya, masih terdapat idiom dengan kata
makan lainnya, seperti makan asam garam yang berarti berpengalaman dalam hidup,
makan hati yang luIuh hati karena perbuatan orang lain, makan suap yaitu menerima uang
sogok. Di bawah tingkatan idiom ini ada pasangan kata yang selalu muncul bersama frasa.
Kelompok bertemu dengan dan dibacakan oleh, misalnya, bukan idiom, tetapi berperilaku
idiom. Pasangan kelompok kata semacam ini pantas disebut ungkapan idiomatik. Kedua
contoh kata di bawah ini belum beraroma idiomatis tidak berisi ungkapan idiomatik.
1) Presiden Amerika serikat, Barack Obama, bertemu Presiden RI, Joko Widodo.
2) Berita selengkapnya dibacakan Putra Nababan.
Dengan alasan ekonomi bahasa pun contoh (1) dan (2) tetap salah karena terasa
timpang. Upayanya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan bertemu
dengan dan dibacakan oleh.
1a) Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bertemu dengan Presiden RI, Joko
Widodo.
2a) Berita selengkapnya dibacakan oleh Putra Nababan.
6. Bahasa Artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial
tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk
menyatakan suatu maksud. Fakta-fakta yang sederhana dapat diungkapkan dengan
sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan. Dalam karya sastra memang perlu
2015
10
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ditampilkan bahasa yang artifisial. Dalam bahasa umum atau bahasa ilmiah, bahasa artifisial
perlu dihindari. Dalam menyampaikan sesuatu secara tertulis, setiap penulis memang harus
memperhatikan bagaimana dan apa yang ditulis. Namun, bila konsentrasi lebih ditekankan
kepada bagaimana ia harus menulis tanpa memperhatikan apa yang ditulis, tulisannya akan
cenderung
mengarah ke tulisan yang artifisial.
Misalnya:
Ia mendengar kepak sayap kelelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan karena
angin pada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bimasakti yang jauh.
Kalimat-kalimat tersebut di atas dapat diubah menjadi bahasa biasa adalah sebagai
berikut;
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun. Ia
mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
7. Peranti Diksi
Agar tercipta pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat sehingga
apa yang dirasakan dan dibayangkan oleh penulis/pembicara dapat dirasakan dan
dibayangkan pula oleh si pembaca/pendengar. Jika hal tersebut dapat tercapai, akan dapat
tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien sehingga akan ada pemahaman yang baik
dan terhindar dari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Selain itu, masih ada yang perlu
diperhatikan:
1)
Nilai rasa. Belum tentu kata yang bernilai rasa tinggi termasuk ke dalam dimensi
kebakuan. Akan tetapi, ada kata yang menggunakan ragam santai, bahkan tidak
bernilai rasa sama sekali, justru bisa jadi merupakan bagian ragam baku. Jika hal
seperti itu terjadi, harus dipertimbangkan secara cermat laras bahasanya dan sekaligus
perlu dipertimbangkan segala hal yang menyangkut konteks kebahasannya.
2)
Ragam baku dan ragam tidak baku: ragam baku adalah ragam yang dilembagakan
serta diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya, sedangkan ragam
tidak baku adalah sebaliknya. Misalnya, (1) dalam konteks pemakaian umum kata
wanita dan perempuan sering dipersoalkan. Ada yang mengatakan bahwa bentuk
perempuan lebih benar, tetapi ada pula yang mengatakan perempuan itu tidak memiliki
nilai rasa, sedangkan untuk yang nomor (2) bentukan kata merubah dengan mengubah
2015
11
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang sering kali salah, tidak hanya diucapkan, tetapi juga dituliskan. Padahal, bentukan
baku dari kedua kata tersebut adalah mengubah dan bukan merubah.
3)
Masalah penyempitan dan perluasan makna. Hal itu dapat terjadi karena bahasa -vang
hidup selalu berkembang. Tuntutan yang demikian itu hadir karena adanya dinamika
bahasa. Melalui inovasi dan kreativitas kebahasaan akan dapat dimunculkan maknamakna kebahasaan yang baru.
4)
Ragam sosiolek dan fungsiolek. Ragam sosiolek merupakan ragam bahasa yang
sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat, sedangkan ragam fungsiolek
merupakan ragam fungsional yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja,
atau kegiatan tertentu. Ragarn fungsionai juga dikaitkan dengan keresmian keadaan
penggunanya. Daiam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara
dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam keilmuan atau teknoiogi,
kedokteran, dan keagamaan.
Contoh untuk yang nomor (3) kita ambil kata pendeta, yang telah mengalami
penyempitan makna, yang semula bermakna ‘orang yang berlimu’, saat ini hanva
dapat digunakan untuk kata yang bermakna ‘pengajar atau penqkhotboh’ agama
Kristen’. Perluasan makna misalnya, kata bapak dan ibu, yang semula untuk sebutan
seorang anak kepada ‘kedua orang tuanya’, saat ini dijadikan sebagai sebutan secara
umum. Kedua kata tersebut bisa digunakan dalam berbagai lingkungan dan situasi.
Salah satunya dalam lingkungan perkantoran, yaitu karyawan sebagai atasan atau
bawahannya, atau sebutan lainnya, yang paling tidak sebagai bentuk penghargaan
kepada seseorang dalam bentuk kata sapaan.Contoh untuk nomor (4) adalah kata-kata
seperti golf, film, folio, dan ekstra adaiah bentuk-bentuk ucapan sosiolek bagi yang
pernah mengenyam pendidikan. Bandingkan dengan golep, pilem/pelem, polio, dan
estra. Ucapan seperti yang tersebut dapat kita katakan bahwa orang tersebut mungkin
belum pernah mengenyam pendidikan. Contoh ragam fungsiolek adalah istilah yang
ada pada bidang pekerjaan atau kegiatan tertentu, yaitu kata kohesi yang dalam ilmu
fisika berarti ‘gaya tarik-menarik di antara molekul sejenis dalam suatu benda’,
sedangkan pada linguistik yaitu ‘keterkaitan antarunsur dalam struktur sintaksis atau
struktur wacana’ yang ditandai antara lain konjungsi, pengulangan, penprlihan, dan
pelesapan.
5)
Keaktifan kata dan kepasifan kata. Yang dimaksud dengan keaktifan kata adalah katakata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat, sehingga katakata yang semula
pasit, yaitu jarang digunakan, menjadi aktif lagi dan siap untuk digunakan. Dalam
kerangka dinamika bahasa, fakta demikian lazim karena telah terjadi proses kreatif,
2015
12
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yakni kreativitas yang sifatnya membangkitkan. Misalnya, kata terkini yang merupakan
bentukan tidak benar, tidak banyak orang tahu bahwa bentuk kebahasaan yang
demikian itu sesungguhnya tidak benar dari sisi kebahasaan. Bentuk kata keterangan
kini tidak mungkin dapat ditambahkan dengan awalan ter-.
6)
Kata yang berhubungan dengan indra/sinestesia, yaitu istilah yang termasuk sinestesia
seperti sedap dan manis.
Istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang diserap pancaindra, seperti
penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Hubungan satu indra
dengan indra yang lain begitu rapat sehingga kata yang sebenarnya hanya dikenakan
pada satu indra dikenakan pula pada indra vang lain.
7)
Kelugasan kata. Kata yang lugas adalah kata yang sekaligus juga ringkas, tidak
merupakan frasa panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit,
8.
Pembentuhan Kata
Salah satu cara untuk memperluas perbendaharaan kata adalah dengan menganaiisis
sebuah kata. Namun, yang khusus akan dibicarakan di sini adalah anaiisis terhadap bagianbagian kata yanq selalu muncul dalam bentukbentuk gabungan, sehingga dengan
mengingat dasar katanya, semua kata yang mempergunakan dasar tadi, dapat diduga
maknanya secara tepat. Bagian-bagian kata yang selaiu muncul dalam bentuk gabungan itu,
dapat berupa akar kata, dapat pula berbentuk imbuhan-imbuhan.
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari
dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan yang dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.l17 Bahasa Indonesia
mengenal pula konsep akar kata. Namun, konsep akar kata dalam bahasa Indonesia agak
berbeda bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain, seperti Sansekerta, Latin, dan
Yunani. Akar kata dalam bahasa Indonesia merupakan hasil dari sebuah analisis hipotesis
karena tidak produktif lagi, contohnya terdapat akar kata kif yang diperkirakan bermakna
naik, misalnya, rakit, sakit, ungkit, bukit, bangkit. Namun, akar kata tersebut tidak dapat
dipakai seenaknya untuk membentuk kata-kata baru, seperti halnya akar kata dari bahasa
Sansekerta, Arab, Latin, dan Yunani. Akar-akar kata dari bahasa-bahasa tersebut masih
tetap produktif untuk
membentuk kata-kata.
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa
asing, kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan
bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-memengaruhi dalam hal kosakata pasti akan selalu
2015
13
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ada. Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan
oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum
dimiliki bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat
kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern,
kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan. Kata-kata
pungut tersebut ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata
pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam:
1) Mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti bank,
opname, dan golf.
2) Mengambil kata dan menyesuaikan kata tersebut dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti
subjeck menjadi subjek, apotheek menjadi apotek, standard menjadi standar, dan
university menjadi universitas.
3) Menerjemahkan dan memadankan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, seperti
starting point menjadi titik tolak, meet the press menjadi jumpa pers, up to date menjadi
mutakhir, briefng menjadi taklimat, dan hearing menjadi dengar pendapat.
4) Mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya, yaitu de facto,
status quo, cum laude, dan ad hoc.
5) Dapat juga menyerap dari bahasa daerah.
Berikut didaftarkan beberapa kata serapan:
Misalnya: configuration menjadi konfigurasi
list menjadi senarai
pavilion menjadi anjungan
airport menjadi bandara
editing menjadi penyuntingan
established menjadi mapan
general reherseal menjadi geladi bersih
image menjadi citra
sophisticated menjadi mutakhir
take off menjadi lepas landas
snack menjadi kudapan
gap menjadi kesenjangan
customer menjadi pelanggan atau nasabah
ambiguous menjadi taksa
supervision menjadi penyelia
2015
14
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
full time menjadi purnawaktu
drain menjadi salir
domaine menjadi ranah
Ketika menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan
beberapa ukuran:
1) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat, seperti kata
nongkrong dan raun sebaiknya dihindari dan kata-kata tersebut dapat digunakan bila
sudah menjadi milik umum, seperti ganyang, lugas, heboh, santai, anjangsana, kelola,
dan pamrih.
2) kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati
agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan, seperti tunanetra dengan buta,
tunarungu dengan tuli, dan tunawicara dengan bisu.
3) Kata yang tidak lazim dipakai seharusnya dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh
masyarakat, seperti konon, bayu, laskar, puspa, lepau, dan didaulat.
Yang terpenting dan perlu diperhatikan juga adalah bahwa dalam menyusun atau
membentuk konsep-konsep ilmiah yang baru, para ilmuwan ternyata juga sering
mempergunakan akar-akar kata dalam bahasa Yunani dan Latin yang sudah terkenal.
Dengan mengetahui akar-akar kata tersebut, pada saat pertama kali kita menemukan suatu
istilah baru, kita sudah dapat menduga makna istilah tersebut.
Akar-akar kata dari bahasa Yunani yang sering dipergunakan seperti untuk maksud tersebut
di antaranya, seperti aero (udara) menjadi bentukan aerodinamik, aerobik, dan aeronautika,
kemudian bio (hidup) menjadi bentukan biokimia, biogenesis, dan bioskop, serta photo
(foto) (cahaya) menjadi fotograf, fotosintesis, dan fototelegraf. Akar-akar kata dari bahasa
Latin yang juga sering dipergunakan, seperti aqua menjadi akuarium, akuades, dan
akuarius, kemudian dick (berkata) menjadi diktator, predikat, dan kontradiksi, serta script
(menulis)
menjadi skripsi, transkripsi, dan deskripsi. Di samping akar-akar kata yang berasal dari
bahasa Yunani dan Latin, awalan dari kedua bahasa tersebut juga sering digunakan untuk
membentuk kata-kata atau istilah-istilah. Prefiks atau awalan yang terpenting yang sering
digunakan dari bahasa Yunani di antaranya, seperti a-/an- (tidak/tanpa) menjadi anarki,
anekdot, dan anemia. Prefiks itu dipadankan dengan prefiks tak-, misalnya, taksosial,
taksadar, dan takinsaf, emudian homo- (sama) menjadi homogen, homonim, dan homoseks,
serta tele- (jauh) menjadi televisi, telepon, telegraf. Awalan yang sering digunakan dari
bahasa Latin, di antaranya; seperti bi- dua, dua kali), misalnya, bilateral, bilingual, dan biliun,
2015
15
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
prefiks ini dipadankan dengan dwi-, seperti dwiwarna, dwikora, dan dwiminggu, kemudian
ante- (sebelum, di depan), yaitu anteseden, antemeridiem, dan antedate. Prefiks ini
dipadankan dengan prefiks purba-, seperti purbakala, purbasangka, dan purbasangka.
2015
16
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Alek, A. dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Arifin,E. Zaenal dan .AmranTasai. 2008. Cermat Berbahasa lndonesia untuk
Perguruan Ti n g gi: Sebagai Mata Kuliah Pengembangn Kepribadian.
Jakarta: Akapress
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Jurusan
Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Keraf, Gorys. 1999. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Rahayu, Minto.2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Grasindo
Solihin, Hudori K..A. dan Embay Sa'adiah. 2003. Terampil Berbahasa lndonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Uhamka Press.
2015
17
Bahasa Indonesia
Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download