PMH - Hukum Perdata Internasional

advertisement
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM HPI
Devica Rully, SH., MH., LLM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MEI 2017
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu memahami secara mendalam tentang
Perbuatan melawan hukum dalam Hukum Perdata
Internasional.
• Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan mengenai
Perbuatan Melawan Hukum di dalam Hukum Perdata
Internasional.
Peristilahan
Istilah “perbuatan MELAWAN hukum” dikenal dalam
bacaan HPI sebagai onrechtmatige daad.
Masalah HPI yang timbul
 Penetuan kualitas PMH
 Penetapan ganti rugi
 Berkaitan titik taut sekunder
Syarat- Syarat Dan Unsur PMH dalam HPI
1. Harus ada perbuatan,
2. Perbuatan itu harus melawan hukum, dapat berupa;
3. Ada kerugian.
4. Ada hubungan sebab-akibat antara perbutan melawan hukum itu dengan
kerugian yang timbul.
5. Mengandung unsur asing
Perkecualian PMH yang hilang sifat Melawan Hukum nya yaitu ada alasan
pembenar dan pemaaf.
Hubungan kausal, Schutznorm theory
Perbuatan yang bertentangan dengan kaidah hukum dan
karenanya adalah melawan hukum, akan menyebabkan si pelaku
dapat dipertanggung- jawankan atas kegiatan yang disebabkan
oleh perbuatan tersebut
Kemungkinan jenis penuntutan dalam PMH
1. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk uang.
2. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk natura atau
pengembalian keadaan pada keadaan semula .
3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat
melawan hokum
4. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan.
5. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum.
6. Pengumuman daripada keputusan atau dari sesuatu yang
telah diperbaiki.
Asas dan Doktrin HPI dalam menjawab masalah
1. Lex loci delicti comissi, termasuk penetapan tentang perikatan
yang terbit dari perbuatan itu
2. Penetapan ganti rugi dsb diatur berdasarkan hukum tempat
timbulnya akibat.
3. Lex fori termasuk penetapan hak dan tanggung jawab para
pihak terlibat
4. Penetuan kualits ditentukan berdasarkan hukum yang
memiliki kaitan signifikan
5. Harus memperhatikan kebijakan umum negara yang terlibat
untuk memberlakukan kaidah hukum internnya.
Dalam HPI Inggris berkembang suatu general rule:
A. Ganti rugi berdasarkan lex loci delicti ditolak jika bukanPMH
yang diajukan di Pengadilan.
B. Penggugat harus membuktikan agar PMH dapat diperkarakan.
Ajaran tentang Perbuatan Melawan Hukum
1. Ajaran Klasik
1. Lex loci delicti commissi
2.
3.
4.
5.
Lex Fori
Kombinasi lex loci dan lex fori
The Proper Law of the Tort
The Most Characteristic Locality
Alasan Pro Lex Loci Delicti
1.
Mudah menentukan hukum yang berlaku.
2.
Lex loci delicti memberikan perlindungan harapan
sewajarnya bagi khalayak ramai.
3.
Bersifat preventif, bagi korban maupun pelanggar.
4.
Memberikan kepastian hukum bagi si pelanggar,
sehubungan dengan hukum yang berlaku baginya.
5.
Uniformitas keputusan.
Keberatan-keberatan terhadap Lex Loci Delicti
1.
Suatu hard and fast rule
•
2.
Perlu dilakukan pelembutan terhadap aplikasi hukum atas suatu PMH.
Perlindungan harapan publik bersifat petitio principii
•
Perlindungan terhadap publik dapat diberikan jika sudah jelas hukum mana
yang akan diberlakukan.
3.
Sifat preventif adalah relatif
4.
Tidak ada kesatuan universal terhadap penerimaan ajaran ini
5.
Penentuan locus tidak selalu simpel dan mudah
6.
Kurang sesuai dengan milieu sosial
2 – Lex Fori
• Hukum Sang Hakim diterapkan dalam mengadili suatu perkara
PMH Internasional.
• Penerapan lex fori didasarkan pada pertimbangan praktis:
• “locus” sukar untuk ditentukan.
• Lex fori memberikan kepastian hukum, untuk
pemenuhan syarat-syarat dan batasan akibat-akibat
suatu PMH.
Mencari “Locus”
1. Tempat terjadinya kerugian
•
•
•
Penitikberatan pada tempat di mana kerugian timbul.
Dianut oleh Amerika Serikat
Pasal 377 Restatement of Conflict of Laws:
–
“The place of wrong is in the state where the last event necessary to
make an actor liable for an alleged tort takes place.”
2. Tempat dilakukannya perbuatan
•
Dianut oleh kebanyakan negara-negara Eropa Kontinental
3. Kombinasi kebebasan memilih
•
Korban dapat memilih hukum yang akan digunakan.
3 – Kombinasi Lex Loci & Lex Fori (Inggris) (1)
• Philips v. Eyre (1870)
• Philips menggugat Eyre, mantan Gubernur Jamaica, karena
perbuatan
Eyre
yang
secara
sewenang-wenang
memenjarakannya, di muka pengadilan Inggris.
• Pemerintah Jamaica memberlakukan “Act of Indemnity” yang
berlaku surut dan mengesahkan perbuatan Eyre.
•
Pengadilan Inggris mengganggap Act tersebut sah.
3 – Kombinasi Lex Loci & Lex Fori (Inggris) (2)
• Pertimbangan dari Willes, J:
– Harus terpenuhi syarat “actionability”:
• “First, the wrong must be of such a character that it
would have been actionable if committed in England
….”
– Harus terpenuhi syarat “justifiability”:
• “Secondly, the act must not have been justifiable by
the law of the place where it was done.”
• Similarity/Similitude Principle
3 – Kombinasi Lex Loci & Lex Fori (Jerman)
• Pada asasnya di Jerman berlaku lex loci delicti untuk suatu
perbuatan MELAWAN hukum.
• Pasal 12 EGBGB memberikan pembatasan:
• Orang-orang Jerman tidak dapat dituntut di Jerman
untuk PMH yang dilakukan di luar negeri untuk jumlah
ganti kerugian yang lebih besar dari apa yang wajib
menurut ketentuan hukum Jerman.
• Suatu manifestasi dari Vorbehaltklausel.
4 – The Proper Law of the Tort
• Morris: menerapkan parameter the proper law of the contract
untuk perkara-perkara PMH.
• The Proper Law of the Tort adalah hukum yang memiliki
hubungan paling riil (the most real connection):
• Melakukan “individualisasi” dari setiap kasus PMH yang
dihadapi.
• Memperhatikan social surroundings dari tiap-tiap
peristiwa.
• Berdasarkan hal-hal yang sifatnya kasuistis, dapat
ditemukan hukum yang tepat (the proper law).
5 – The Most Characteristic Locality
• Rabel: menerapkan parameter the most characteristic
connection dari kontrak untuk perkara-perkara PMH.
• Melakukan “individualisasi” dari setiap kasus PMH untuk
menemukan koneksi/hubungan yang paling karakteristik.
• Mencari center of gravity dari setiap kasus PMH.
Asas Hukum untuk PMH dalam HATAH Intern
• “Hukum dari orang yang MELAWAN” (recht van de dader)
– Hukum yang berlaku dalam PMH dalam hubungan HATAH adalah
hukum dari sang pelanggar.
• Pengecualian:
– “Suasana hukum sang korban”
• Jika dader dianggap telah masuk ke dalam suasana hukum sang
korban, maka hukum yang berlaku atas PMH tersebut adalah
hukum sang korban.
• Karena “locus” dalam HAG bukan bersifat “teritorial”, tetapi “personal”.
Masuk ke dalam Suasana Hukum Pihak yang Lain
• “Zich begeven in de rechtssfeer van den ander”
• Orang yang berasal dari satu golongan rakyat lain karena untuk melakukan
suatu perbuatan hukum masuk ke suasana hukum dari golongan rakyat
lain.
• Apakah telah terjadi pemasukan oleh satu pihak ke suasana hukum pihak
lain, disimpulkan dari kenyataan-kenyataan yang harus ditetapkan hakim
dalam concreto.
Yurisprudensi
• Ford Motor Company of Canada Ltd, 1935
• Pemasangan papan “Ford Service” oleh bengkel di Jakarta
dianggap sebagai PMH atau konkurensi curang oleh Ford.
– Tuntutan: papan merek “Ford” tidak digunakan lagi.
• RvJ (1933) mengabulkan; Hoogerechtshof membatalkan
putusan RvJ
Yurisprudensi Mahkamah Agung
• Tan Bun Pong v Achmad Dahlan
– M.A. 10 Januari 1957, H. 1957, No. 7-8, 61, H.K. No. 86
– Ganti kerugian atas penjualan karet sheet yang tidak diserahkan oleh Tergugat
kepada Penggugat, meski pembayaran telah dilakukan.
– Penggugat meminta dilakukan sitaan konservatoir atas sejumlah truk milik
Tergugat.
– Penggugat dikalahkan, dan digugat balik oleh ahli waris Tergugat atas sitaan
yang “tidak sah”.
– Hakim menggunakan hukum adat untuk mengadili perbuatan MELAWAN
hukum tersebut, karena lebih luwes dan supel.
– Dalam hukum adat tidak selalu kerugian seluruhnya harus diganti.
– MA berpendapat bahwa selayaknya kerugian dipikul bersama oleh kedua
belah pihak.
Pasal-pasal Penting dalam BW Terkait PMH
• Pasal 1365: “Tiap perbuatan yang MELAWAN hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”
• Pasal 1366: “Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian
yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kesombronoannya.”
BACA ULANG DALAM BUKU UNTUK
MEMAHAMI PERBUATAN MELAWAN
HUKUM DALAM HPI
Download