hubungan kepatuhan dengan keberhasilan terapi berbasis

advertisement
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
HUBUNGAN KEPATUHAN DENGAN KEBERHASILAN TERAPI
BERBASIS KOMBINASI INSULIN DAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT
JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
Risya Mulyani*
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin, kalimantan Selatan, Indonesia
*Corresponding author email: [email protected]
Abstrak
Latar belakang: Diabetes melitus dapat menimbulkan masalah yang signifikan terhadap kualitas hidup melalui
peningkatan risiko terjadinya berbagai komplikasi. Terjadinya komplikasi dapat dicegah dengan cara mengontrol kadar
glukosa darah. ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan ikut berkontribusi terhadap rendahnya keberhasilan terapi
(kontrol glukosa darah). Salah satu faktor dapat mempengaruhi kepatuhan terapi adalah kompleksitas terapi.
Penggunaan insulin lebih dini bermanfaat untuk mengurangi risiko komplikasi akibat glukosa darah yang tidak
terkontrol dengan baik, namun terdapat beberapa penghalang dalam menggunakan insulin diantaranya ketakutan
pasien dalam menggunakan insulin, nyeri pada saat menyuntikan insulin, kenaikan berat badan dan biaya yang mahal,
sehingga perlu dilakukan penilaian keberhasilan terapi pasien DM tipe 2dengan terapi kombinasi insulin dan obat
antidiabetik oral.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dengan keberhasilan terapi berbasis
kombinasi insulin dan obat antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional.
pengambilan data dilakukan secara prospektif dengan melakukan purposive sampling pasien DM tipe 2 di Instalasi
Rawat Jalan RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Juni 2016. Data kepatuhan terapi diperoleh dengan kuesioner MMAS
dan keberhasilan terapi diperoleh melalui kontrol gula darah.. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat yaitu uji
chi-square.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang patuh terhadap terapi sebanyak 43,60%
sedangkan yang lain 56,40% dianggap tidak patuh terhadap terapi. Selain itu tingkat keberhasilan terapi responden
sebesar 35,90% sedangkan sisanya yaitu sebesar 64,10% dikatakan terapinya tidak berhasil. Terapi kombinasi
premixed insulin dengan biguanid merupakan terapi yang banyak menunjukkan keberhasilan terapi. Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepatuhan dengan keberhasilan terapi (r=0,783; p<0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepatuhan dengan keberhasilan terapi berbasis
kombinasi insulin dan obat antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2 diinstalasi rawat jalan RSUD Ulin Banjarmasin.
Kata kunci: diabetes melitus, kepatuhan terapi , keberhasilan terapi
1. PENDAHULUAN
International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus
(DM) di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan
DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh
di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus
tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes melitus. Indonesia berada
diperingkat keempat jumlah penyandang DM di
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina1.
Diabetes melitus dapat menimbulkan masalah
yang signifikan terhadap kualitas hidup melalui
peningkatan risiko terjadinya berbagai komplikasi
baik akut maupun kronis. Terjadinya komplikasi
dapat dicegah dengan cara mengontrol kadar
glukosa darah1,2.
Pencapaian target kontrol glukosa darah
tidak mudah walaupun pasien telah mendapatkan
pengobatan dengan obat hipoglikemik oral
ataupun insulin. Survei yang dilakukan di Inggris
selama tahun 1993-1998 pada 6544 pasien,
116
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
ditemukan hanya 14,3% yang dapat mencapai
nilai HbA1C ≤ 7% dan 50% mencapai nilai ≤ 9%3.
Kompleksitas terapi dan kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat merupakan salah satu faktor
yang memberikan dampak signifikan terhadap
kontrol glukosa darah dan luaran dari terapi DM4.
Pasien DM tipe 2 membutuhkan insulin bila
terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar
glukosa darah atau apabila mengalami stress
fisiologis seperti pada tindakan pembedahan,
infeksi sistemik dan stroke. Selain itu insulin
dapat digunakan pada pasien DM tipe 2 dengan
keadaan hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
gagal dengan kombinasi obat hipoglikemia oral1.
Penggunaan insulin dini bermanfaat
untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas,
serta mencegah kerusakan sel beta pankreas5.
Hirsch6 menyatakan bahwa insulin yang diberikan
lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil
klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan
masalah
glukotoksisitas.
Hal
tersebut
diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel β
pankreas. Obat antidiabetik oral tidak bekerja
cukup efektif mengatasi glukotoksisitas pada
banyak pasien DM tipe 2. White7 menyatakan
bahwa penggunaan insulin lebih dini bermanfaat
untuk mengurangi risiko komplikasi akibat
glukosa darah yang tidak terkontrol dengan baik.
Terdapat
beberapa
penghalang
dalam
menggunakan insulin diantaranya ketakutan
pasien dalam menggunakan insulin, nyeri pada
saat menyuntikan insulin, kenaikan berat badan
dan biaya yang mahal8. sehingga perlu dilakukan
penilaian keberhasilan terapi pasien DM tipe
2dengan terapi kombinasi insulin dan obat
antidiabetik oral.
2. BAHAN DAN METODE
2.1. Bahan
Pengumpulan data dilakukan secara
prospektif selama bulan Juni 2016. Subyek
penelitian adalah pasien DM tipe 2 dengan terapi
berbasis kombinasi insulin dengan obat
antidiabetik oral di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Ulin Banjarmasin. Pemilihan sampel ditentukan
secara purposive sampling dengan kriteria inklusi
yaitu pasien DM tipe 2 dengan terapi berbasis
kombinasi insulin dengan obat antidiabetik oral di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Ulin Banjarmasin
dan bersedia mengikuti penelitian. Pada
penelitian ini diperoleh jumlah sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak
39 responden.
2.2. Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
non eksperimental dengan rancangan penelitian
cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
pertama adalah pengumpulan data sosiodemografis yang diperoleh langsung dari pasien
untuk data medis, bagian kedua adalah uji
kepatuhan terapi sedangkan bagian ketiga adalah
pengumpulan data keberhasilan terapi (kontrol
glukosa darah). Tingkat kepatuhan terapi diukur
dengan Kuesioner Morisky Medication Adherence
Scale (MMAS). Kuesioner Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS) terdiri dari 12
pertanyaan dan tingkat kepatuhan diukur dengan
rentang nilai 0 sampai 12. Kategori respon terdiri
dari ya/kadang atau tidak untuk item pertanyaan 1
sampai 11 sedangkan item pertanyaan nomor 12
dinilai dengan 5 skala likert. Penilaian tingkat
kepatuhan terapi dibagi menjadi tiga yaitu
kategori rendah (1-4), sedang (5-9) dan tinggi
(10-12). Pasien dengan tingkat kepatuhan terapi
rendah dan sedang dianggap tidak patuh terhadap
terapi. Keberhasilan terapi (kontrol glukosa
darah) diukur melalui pemeriksaaan glukosa
darah puasa. Penilaian keberhasilan terapi
(kontrol glukosa darah) dibagi menjadi dua yaitu
kategori
berhasil
(<
126
mg/dl)
>126
mg/dl).
Statistik
deskriptif digunakan untuk menggambarkan
karakteristik demografi dari pasien, tingkat
kepatuhan terapi dan keberhasilan terapi dalam
bentuk frekuensi dan persentase. Uji chi-square
dilakukan untuk melihat hubungan antara
kepatuhan terapi dengan keberhasilan terapi.
3. HASIL
Karakteristik responden pada penelitian
ini sebagian besar yaitu 21 orang (54%) berjenis
kelamin laki-laki, berumur antara 56-65 sebanyak
16 orang (41%) dan menggunakan terapi
kombinasi satu insulin dengan satu obat
antidiabetik oral sebanyak 14 orang (36%)
dimana kombinasi yang banyak digunakan adalah
kombinasi long acting insulin + alfa glucosidase
inhibitor yaitu sebanyak 5 orang (14%). Selain itu
12 responden (31%) menggunakan kombinasi 1
insulin dan 2 obat antidiabetik oral dimana lebih
banyak menggunakan kombinasi long acting
insulin dengan biguanid dan alfa glucosidase
inhibitor yaitu sebanyak 4 orang (10%). 8
responden (20%) menggunakan kombinasi 2
insulin dan 1 obat antidiabetik oral dimana lebih
banyak menggunakan kombinasi long acting
insulin dan rapid acting insulin dengan biguanid
yaitu sebanyak 6 orang (15%).
117
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
Tabel 1. Karakteristik demografi pasien DM tipe 2 dengan terapi kombinasi insulin dan obat
antidiabetik oral
No
1
Karakteristik demografi
Umur (tahun):
36-45
45-55
55-65
>65
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Jenis Terapi :
Insulin + OAD
Insulin + OAD + OAD
Insulin + OAD + OAD +OAD
Insulin + Insulin + OAD
Insulin + Insulin + OAD + OAD
2
3
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa responden yang patuh terhadap terapi
sebanyak 17 orang (43,60%) sedangkan yang lain
Jumlah
Persentase
2
8
16
13
5,0%
21,0%
41,0%
33,0%
21
18
54,0%
39,4%
14
12
1
8
4
36,0%
31,0%
3,0%
20,0%
10,0%
22 orang (56,40%) dianggap tidak patuh terhadap
terapi yang ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Kepatuhan responden pada terapi kombinasi insulin dan obat antidiabetik oral
No
1
2
3
Kategori Kepatuhan
Rendah (1-4)
Sedang (5-9)
Tinggi (10-12)
Total
Selain itu responden dengan keberhasilan
terapi sebanyak 14 orang (35,90%) sedangkan
Jumlah
12
10
17
39
Persentase
30,8%
25,6%
43,6%
100,0%
sisanya yaitu sebanyak 25 orang (64,10%)
dikatakan terapinya tidak berhasil.
Tabel 3. Keberhasilan terapi kombinasi insulin dan obat antidiabetik oral
No
1
2
Kategori Keberhasilan
Terapi
Berhasil
Tidak Berhasil
Total
Responden cenderung menunjukkan
kepatuhan pada jenis terapi kombinasi premixed
insulin dengan biguanid disertai dengan
Jumlah
Persentase
14
25
39
35,9%
64,1%
100,0%
keberhasilan terapi. Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kepatuhan dengan
keberhasilan terapi (r=0,783; p<0,05).
Tabel 4. Terapi kombinasi insulin dan obat anti diabetik oral pada pasien DM tipe 2
118
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
No
1
Jenis Terapi
Insulin + OAD
Nama Obat
Long Acting Insulin + Sulfonylurea
Long Acting Insulin + Alfa Glucosidase
Inhibitor
Premix Insulin + Sulfonylurea
Premix Insulin + Alfa Glucosidase Inhibitor
Premix Insulin + Biguanid
Total
2
3
4
5
Insulin + OAD +
OAD
Insulin + OAD +
OAD + OAD
Insulin + Insulin +
OAD
Insulin + Insulin +
OAD + OAD
Long Acting Insulin + Sulfonylurea +
Biguanid
Long Acting Insulin + Sulfonylurea + Alfa
Glucosidase Inhibitor
Long Acting Insulin + Biguanid + Alfa
Glucosidase Inhibitor
Long Acting Insulin + Tiazolidinedione +
Alfa Glucosidase Inhibitor
Premix Insulin + Sulfonylurea + Alfa
Glucosidase Inhibitor
Premix Insulin + Biguanid + Alfa
Glucosidase Inhibitor
Total
Premix Insulin + Biguanid + Tiazolidinedione
+ Alfa Glucosidase Inhibitor
Long Acting Insulin + Rapid Acting Insulin +
Biguanid
Long Acting Insulin + Rapid Acting Insulin +
Alfa Glucosidase Inhibitor
Total
Long Acting Insulin + Rapid Acting Insulin +
Biguanid + Alfa Glucosidase Inhibitor
Jumlah
2
5
Persentase
5,0%
14,0%
1
3
3,0%
7,0%
3
14
7,0%
36,0%
1
3,0%
1
3,0%
4
10,0%
1
3,0%
2
5,0%
3
7,0%
12
1
31,0%
3,0%
6
15,0%
2
5,0%
8
4
20,0%
10,0%
Tabel 5. Hubungan kepatuhan dengan keberhasilan Terapi kombinasi insulin dan obat anti diabetik
oral pada pasien DM tipe 2
Kategori Kepatuhan
Rendah (n=12)
Sedang (n=10)
Tinggi (n=17)
Kategori Keberhasilan Terapi
Berhasil (n=14)
Tidak Berhasil (n=25)
0
0
14
4. PEMBAHASAN
Angka kejadian DM tipe 2 bervariasi
antara laki-laki dan perempuan. Mereka
mempunyai peluang yang sama terkena DM.
Peningkatan kejadian DM juga sangat erat
kaitannya dengan peningkatan umur karena
kebanyakan penderita DM berada pada usia
lanjut. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas
12
10
3
r
p
0,783
0.000
penderita DM merupakan lansia (46-65 tahun).
Pada orang yang sudah berumur, fungsi organ
tubuh
semakin
menurun,
mengakibatkan
menurunnya fungsi endokrin pancreas untuk
memproduksi insulin.
Pengobatan dengan insulin dilakukan
apabila kadar gula darah tetap tidak terkontrol
meskipun telah dilakukan diet dan perubahan
gaya hidup serta penggunaan Obat anti diabetik
119
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
oral9. Hirsch6 menyatakan bahwa insulin yang
diberikan lebih dini dan lebih agresif
menunjukkan hasil klinis yang lebih baik
terutama
berkaitan
dengan
masalah
glukotoksisitas. Hal tersebut diperlihatkan oleh
perbaikan fungsi sel β pankreas. Obat anti
diabetik oral tidak bekerja cukup efektif
mengatasi glukotoksisitas pada banyak pasien
DM tipe 2.
Pada penelitian ini lebih banyak
menggunakan terapi kombinasi antara insulin
tunggal dan obat antidiabetik oral tunggal dimana
kombinasi tersebut merupakan kombinasi yang
paling simpel. Terapi yang simpel membuat
pasien cenderung patuh minum obat. Menurut
data WHO10 rendahnya tingkat kepatuhan
pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya karakteristik pengobatan dan
penyakit salah satunya adalah kompleksitas
terapi. Semakin banyak kombinasi obat akan
membuat orang tidak patuh dalam menggunakan
obat sehingga pengobatan menjadi tidak
maksimal.
Responden pada penelitian ini sebagian
besar tidak patuh terhadap terapi. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Jamous11
dikatakan bahwa pasien dengan kategori
kepatuhan rendah dan sedang dianggap tidak
patuh terhadap terapi. Terdapat beberapa
penghalang
dalam
menggunakan
insulin
diantaranya
ketakutan
pasien
dalam
menggunakan
insulin, nyeri
pada
saat
menyuntikan insulin, kenaikan berat badan dan
biaya yang mahal8. Mollema12 mengatakan bahwa
pasien yang mempunyai ketakutan dalam
menyuntikan insulin ternyata memiliki tingkat
kepatuhan yang rendah dan tingkat stres
emosional yang tinggi. Sebuah studi yang
dilakukan oleh Pladevall13 menemukan bahwa
kelemahan fisik dan keterbatasan kognitif dapat
meningkatkan risiko ketidakpatuhan. Pada pasien
lansia,
menurunnya
daya
ingat
akan
menyebabkan kesulitan dalam menggunakan obat
sehingga biasanya pasien lansia memiliki
ketergantungan terhadap orang lain dalam
menggunakan obat.
Pada penelitian ini sebagian besar
responden cenderung terapinya tidak berhasil
(glukosa darah tidak terkontrol). Kegagalan untuk
mengontrol glukosa darah dalam jangka panjang
dapat disebabkan karena penggunaan dosis obat
yang tidak tepat, ketidakpatuhan pasien dan
teknik
penggunaan
obat
yang
salah14.
Chantrakul15 juga menyatakan bahwa kontrol
glikemik berkorelasi secara signifikan dengan
perilaku pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan
dan kebiasaan merokok, dimana pasien dengan
kontrol glikemik yang baik lebih patuh dalam
mengkonsumsi obat-obatan dan tidak memiliki
kebiasaan merokok.
Pada penelitian ini responden cenderung
menunjukkan kepatuhan pada jenis
terapi
kombinasi premixed insulin dengan biguanid
disertai dengan keberhasilan terapi. Metformin
dikombinasi dengan insulin bertujuan untuk
meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
Schwartz16 menyatakan bahwa Penggunaan
kombinasi premixed insulin dengan metformin
dapat menurunkan secara signifikan kadar
glukosa darah puasa, nilai HbA1c dan mengurangi
kebutuhan insulin. Kombinasi insulin dengan
metformin juga memberikan manfaat berupa
penurunan berat badan dan risiko hipoglikemia.
Metformin tidak perlu penyesuaian dosis bila
diberikan bersama dengan insulin9. Kadar glukosa
darah sesuai target dapat diperoleh dengan cara
meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan.
Berdasarkan paparan diatas, maka pada penelitian
ini juga akan dilihat hubungan kepatuhan dengan
keberhasilan terapi (kontrol glukosa darah).
Pada hasil uji chi-square dapat dilihat
bahwa ada hubungan antara kepatuhan terapi
dengan keberhasilan terapi (nilai koefisien
r=0,783). Hubungan antara kepatuhan terapi
dengan dengan keberhasilan terapi bersifat positif
artinya semakin tinggi tingkat kepatuhan maka
keberhasilan terapi semakin besar. Berdasarkan
nilai koefisien r dari uji chi-square (r=0,783),
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara kepatuhan terapi dengan keberhasilan
terapi. Pada penelitian ini dapat terlihat bahwa
responden dengan tingkat kepatuhan yang rendah
dapat dipastikan terapinya tidak berhasil. Hasil uji
chi-square diatas juga diperoleh tingkat
probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga
dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kepatuhan dengan
keberhasilan terapi. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan Rhee17 yang menyatakan bahwa
keberhasilan terapi diikuti dengan peningkatan
kepatuhan pasien pada pengobatan.
5. KESIMPULAN
Karakteristik responden pada penelitian
ini sebagian besar yaitu 21 orang (54%) berjenis
kelamin laki-laki, berumur antara 56-65 sebanyak
16 orang (41%) dan menggunakan terapi
kombinasi satu insulin dengan satu obat
antidiabetik oral sebanyak 14 orang (26%)
dimana kombinasi yang banyak digunakan adalah
120
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
kombinasi long acting insulin dengan alfa
glucosidase inhibitor yaitu sebanyak 5 orang
(36%). Terdapat hubungan yang positif dan kuat
serta signifikan antara kepatuhan dengan
keberhasilan terapi (r=0,783, p<0,05).
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terimakasih kepada
pasien DM tipe 2 yang berobat di Instalasi Rawat
Jalan RSUD Ulin Banjarmasin yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian mandiri yang
didukung oleh Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin, kalimantan Selatan, Indonesia.
Tidak ada potensi konflik yang dapat muncul
akibat publikasi artikel ini. Penelitian ini disajikan
dalam bentuk presentasi oral pada acara Pekan
Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Apoteker Indonesia,
di Jogjakarta, September 2016.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia
(PERKENI), 2011, Konsensus Pengelolaan
2. dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia,
PERKENI.
3. Ragucci, K.R., 2005, effectiveness of
pharmacist-administered diabetes mellitus
education and management services,
Pharmacotherapy, 25(12):1809-1816.
4. Cooppan, R., 2008, Rationale and goals for
glucose control in diabetes mellitus and
glucose
monitoring,Goldstein,
MullerWieland, Informa Healthcare,NewYork.
5. Cramer, J.A., 2004, A Systematic Review of
Adherence with Medications for Diabetes,
Diabetes Care; 27 (5): 1218-1224.
6. Codario, R.A., 2005, Type 2 Diabetes, PreDiabetes, and the Metabolic Syndrome,
Human Press inc., New Jersey.
7. Hirsch, I.B., Bergenstal, R.M., Parkin, C.G.,
Wright, E. and Buse, J.B., 2005, A RealWorld Approach to Insulin Therapy in
Primary Care Practice, Clinical Diabetes;
23(2): 78-86.
8. White, J.R., Davis, S.N., Cooppan, R.,
Davidson, M.B., Mulcahy, K., Manko, G.A.,
Nelinson, D., 2003, Clarifying the Role of
Insulin in Type 2 Diabetes Management,
Clinical Diabetes; 21(1): 14-21
9. Suyono,S., Waspadji, S., Soegondo, S.,
Soewono,
P.,
Subekti,
I.,
2007,
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu,
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
fakultas kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Mayfield, J.A. and White, R.D., 2004,
Insulin Therapy for Type 2 Diabetes: Rescue,
Augmentation, and Replacement of Beta-Cell
Function, American Family Physicia; 70(3):
489-500, http://www.aafp.org/afp.
World Health Organization (WHO), 2003,
Adherence to Long-Term Therapies:
EvidenceforAction,http://www.who.int/chron
icconditions/en/adherence-report.pdf.
Jamous, R.M., Sweileh, W.M., Abu-Taha,
A.S., 2011, Adherence and Satisfaction with
Oral Hypoglycemic Medications: A Pilot
Study in Palestine, Int J Clin Pharm, DOI:
10.1007/s11096-011-9561-7.
Mollema, E.D., Snoek, F.J., Hader, H.J.,
Haine, R.J., Van Der Ploeg, H.M., 2001,
Insulin Treated Diabetes Patients with Fear of
Self-Injecting or Fear of Self-TestingPsychological Comorbidity and General Well
Being, Journal of Psychosomatic Research,
51: 665-672.
Pladevall, M., Williams, L.K., Potts, L.A.,
Divine, G., Xi, H., Lafata, J.E., 2004, Clinical
Outcome and Adherence to Medications
Measured by Claims Data in Patients with
Diabetes, Diabetes Care; 12(27): 2800-2805.
American Pharmaceutical Association,
2001, AphA Special Report-A Continuing
Education Program for Pharmacists: New
Approach to Insulin Therapy for Diabetes,
13-14, http://www.aphanet.org.
Chantrakul, I., Sillabutra, J., Ramasoota, P.,
2007,
Determining
Factors
of
the
Effectiveness of Blood Glucose Control
Level Among Diabetes Patients in Maeprik
District, Lampang Province, Thailand,
Journal of Public Health and Development;
5(2):55-64.
Schwartz, S., Siever, R., Strange, P., Lyness,
W.H. and Hollander, P., 2003, Insulin 70/30
Mix Plus Metformin Versus Triple Oral
Therapy in the Treatment of Type 2 Diabetes
After Failure of Two Oral Drugs : Efficacy,
safety, and cost analysis, Diabetes Care;
26(8): 2238-2243.
Rhee, M.K., Slocum, W., Ziemer, D.C.,
Culler, S.D., 2005, Patients Adherence
Improves Glycemic Control, Diabetes
Educator; 31(2): 240-50.
121
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
122
Download