6. TEORI BIAYA By Wasis A. Latief 1 PENGANTAR Pada Bab 7 di muka kita telah membahas teori produksi yang mencakup prinsip-prinsip pengkombinasian penggunaan input yang optimal untuk menghasilkan tingkat output yang maksimal sehingga tercapai laba yang maksimal, konsep substitutabilitas antarinput, konsep returns to scale, dan teknik penaksiran fungsi produksi secara empiris. Setelah kita memahami masalah-masalah produksi tersebut di atas, baik secara teoritis maupun empiris, baru kita dapat menganalisis masalah biaya. Pada bab ini kita akan membahas teori biaya dan konsep-konsep biaya untuk pengambilan keputusan. 2 KONSEP BIAYA RELEVAN Biaya bisa diartikan bermacam-macam Biaya berkaitan dengan harganya berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tsb. digunakan. Jika barang dibeli secara tunai kemudian dipergunakannya, maka tak ada masalah Tapi jika barang dibeli kemudian disimpan kemudian dipergunakan dalam beberpa periode waktu, baru ada masalah, berapa harga /biaya harus diperhitungkan dalam beberapa periode waktu itu Harga /biaya yang harus diperhitungkan dalam beberapa periode waktu itu/ historis disebut sebagai biaya relervan. Atau Biaya yang akan di,gunakan untuk suatu penggunaan tertentu disebut biaya relevan (relevant cost). Pada dasarnya biaya relevan digunakan untuk tujuan pembayaran pajak. 3 Namun demikian, untuk keputusan-keputusan manajerial, penggunaan konsep biaya historis seperti itu tidak tepat. Biasanya, biaya sekarang (current cost) dan biaya yang diproyeksikan untuk masa yang akan datang (projected cost) adalah lebih relevan daripada pengeluaran historis tersebut. Misalnya, sebuah perusahaan kontruksi mempunyai persediaan 1000 ton baja yang dibeli pada tingkat harga Rp250.000 per ton. Harga baja sekarang menjadi Rp500.000 per ton. Jika perusahaan tersebut diminta untuk mengerjakan sebuah proyek, berapa biaya yang akan diperhitungkan dalam proyek tersebut?, apakah Rp 250.000,00 (historis) ataukah Rp 500.000 (current cost)? Jawabnya adalah current cost. 4 Begitu pula, jika sebuah perusahaan memiliki suatu peralatan yang telah terdepresiasi secara penuh, yakni nilai bukunya sama dengan nol, maka perusahaan tersebut tidak boleh menganggap bahwa biaya penggunaan mesin tersebut sama dengan nol. Jika mesin tersebut sekarang bisa terjual seharga Rp l.000.000 tetapi nilai pasarnya hanya Rp 200.000 untuk tahun berikutnya, maka biaya relevan penggunaan mesin tersebut untuk satu tahun di depan adalah Rp 800.000. (dari 1000.000 – 200.000) 5 BIAYA TUMBAL (OPPORTUNITY C0ST) Pembahasan tentang biaya relevan di atas didasarkan pada konsep penggunaan alternatif. Sumberdaya ekonomi mempunyai nilai karena sumberdaya tersebut bisa digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Jika sebuah perusahaan, menggunakan- suatu sumberdaya untuk memproduksi produk tertentu, perusahaan tersebut juga bisa menggunakan sumberdaya tersebut bagi penggunaan alternatif. Oleh karena itu, perusahaan itu harus menetapkan suatu tingkat harga yang besarnya paling tidak sama dengan nilai sumberdaya itu dalam penggunaan alternatif tersebut. 6 Biaya untuk aluminium yang digunakan pabrik pesawat terbang, misalnya, ditentukan oleh nilai aluminium tersebut untuk penggunaanpenggunaan alternatif. Sebuah pabrik pesawat terbang harus membayar pada suatu tingkat harga yang sama besarnya dengan nilai alternatif tersebut, atau aluminium tersebut akan digunakan untuk memproduksi barang-barang alternatif seperti peralatan masak, mobil, peralatan kantor dan lain-lain. Begitu juga, jika sebuah perusahaan memiliki peralatan modal yang bisa digunakan untuk memproduksi barang A atau barang B, maka biaya tumbal untuk memproduksi barang A akan mencakup laba dari barang alternatif B yang tidak bisa diproduksi, karena peralatan tersebut digunakan untuk memproduksi barang A. 7 Oleh karena itu, konsep biaya tumbal (opportunity cost) ini mengandung maksud bahwa semua keputusan didasarkan pada pilihan-pilihan di antara tindakan-tindakan alternatif. Biaya tumbal dari sebuah sumberdaya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif yang terbaik dari sumberdaya tersebut. 8 BIAYA EKSPLISIT dan IMPLISIT Biaya penggunaan sumberdaya mencakup biaya eksplisit dan implisit. - Upah yang dibayarkan, - pengeluaran untuk listrik, - pembayaran untuk bahanbahan baku, - bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi, - sewa bangunan, Semuanya merupakan contoh pengeluaran-pengeluaran eksplisit. Sedangkan biaya implisit berkenaan dengan setiap keputusan yang diambil dan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. 9 Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang/sawahnya jika ia tidak menggunakan ladang/sawah tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan pertaniannya. Sama halnya dengan gaji yang bisa diterima oleh petani tersebut jika ia bekerja untuk orang lain sebagai pengganti dari pengolahan usaha taninya sendiri. 10 Contoh berikut akan memperjelas perbedaan kedua macam biaya tersebut. Misalnya, seorang manajer puncak sebuah hotel berbintang tiga meletakkan jabatannya yang bergaji sebesar Rp40 juta per tahun. Kemudian manajer tersebut menggunakan uang tabungannya sebesar Rp50 juta untuk membeli sebuah hotel mungil di suatu daerah pariwisata. Pada akhir tahun pengoperasian hotel tersebut, bagian keuangan hotel itu melaporkan kepada bekas manajer puncak itu mengenai posisi keuangan. Bagian keuangan itu melaporkan bahwa pendapatan total sebesar Rp150 juta, pengeluaran total (biaya eksplisit) sebesar Rp140 juta, sehingga pendapatan bersih adalah sebesar Rp10 juta pada tahun tersebut. Lalu timbul pertanyaan: apakah bekas manajer tersebut memperoleh laba sebesar Rp10 juta pada tahun tersebut? 11 Seorang ekonom akan mengatakan "tidak", karena tenaga pembukuan perusahaan tersebut hanya memperhatikan biaya eksplisit nya saja. Padahal dalam kasus ini biaya implisitnya sangat besar. Ingat bahwa pemilik hotel tersebut (bekas manajer) akan bisa memperoleh uang sebanyak Rp40 juta per tahun jika ia tetap bekerja sebagai manajer. Sementara itu tabungannya yang sebesar Rp50 juta itu bisa didepositokan dan akan mendapatkan penghasilan bunga. Sekarang misalkan tingkat bunga deposito sebesar 15 persen per tahun, maka biaya implisit dari bunga deposito tersebut adalah sebesar 0,15 x Rp50 juta = Rp7,5 juta. Oleh karena itu biaya implisit total adalah Rp40 juta + Rp7,5 juta = Rp47,5 juta. Dengan kata lain, bekas manajer itu mengalami kerugian (penurunan pendapatan) sebesar Rp37,5 juta pada tahun tersebut.( dari 40juta Gajinya sebagai manajer dikurangi laba 0perasi hotelnya sebesar 10 juta) 12 Pendapatan total sebesar Rp150 juta Biaya eksplisit sebesar Rp140 juta, Pendapatan bersih adalah sebesar Rp10 juta Pendapatannya sebagai mantan manager: 40juta uangnya yang investasikan 15 % dari 50 juta : 7,5 juta Biaya implisit total : 47,5 juta Sehingga ia akan merugi sebesar : 37,5 juta 13 BIAYA INKREMENTAL dan SUNK COST Biaya inkremental adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari adanva suatu pengambilan keputusan. Biaya inkremental ini merupakan perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang dibuat.Oleh karena itu, biaya inkremental ini bisa bersifat tetap atau variabel, karena sebuah keputusan yang baru mungkin mengharuskan : - pembelian fasilitas modal tambahan, - tambahan tenaga kerja dan - tambahan bahan bahan ekstra lainnya. Jika kita memperbandingkan biaya inkremental dengan penerimaan inkremental, yakni : perubahan penerimaan total (TR) yang terjadi sebagai akibat dari timbulnya keputusan itu, maka kita akan bisa melihat apakah keputusan yang direncanakan itu menguntungkan (profitable) atau tidak. 14 Jelasnya, jika penerimaan inkremental tersebut lebih besar dari biaya inkrementalnya, maka keputusan yang akan diambil tersebut akan menambah laba total (atau akan mengurangi kerugian jika penerimaan total yang diperoleh tidak bisa menutup biaya total yang ditanggung). Perlu juga diketahui bahwa, biaya inkremental ini tidak sama dengan MC. MC adalah perubahan biaya total yang disebabkan oleh adanya perubahan output sebesar satu unit, Sedangkan biaya inkremental adalah perubahan biaya secara keseluruhan yang disebabkan oleh suatu keputusan. Keputusan tersebut bisa mencakup kenaikan output sebesar 20 atau bahkan 2.000 unit, atau keputusan itu mungkin tidak mengubah tingkat output sama sekali. Misalnya, keputusan tentang pengenalan teknologi baru untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Namun demikian pemahaman tentang konsep MC sangat penting untuk penghitungan biaya inkrementaI tersebut. 15 Biaya inkremental ini harus diidentifikasi secara tepat. Tidak hanya biaya yang berubah secara nyata sebagai akibat dari suatu keputusan yang boleh dimasukkan, tetapi semua biaya yang berubah sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi yang menganggur (tak terpakai) mempunyai penggunaan alternatif tidak mempunyai biaya inkremental dan oleh karena itu bisa dianggap tidak mempunyai biaya. Demikian pula, biaya yang telah dikeluarkan untuk - pembelian mesin-mesin atau - pabrik dan bangunan-bangunan harus dianggap sebagai sunk cost, dan tidak akan dimasukkan ke dalam proses pembuatan keputusan kecuali biaya tumbalnya positif. Karena itu, tanpa adanya suatu kemungkinan penggunaan alternatif dan tanpa adanya suatu penggunaan yang menguntungkan dari suatu sumberdaya yang dimiliki, maka biaya inkremental 16 sumberdaya tersebut adalah nol. Untuk memperjelas pengertian sunk cost ini, sebuah contoh diberikan berikut ini. Misalkan sebuah perusahaan akan mengambil keputusan untuk mengontrak pembangunan sebuah gedung kesenian. Sadar atau tidak, usulan proyek yang diajukan oleh perusahaan tersebut sudah mempertimbangkan hal-hal yang telah dimiliki perusahaan tersebut : Peralatan, Kemampuan, Arsitekturnya Keseniannya telah berkembang Tanah untuk lokasi telah tersedia Banyak konsumen menghendakinya dan mampu membayar Potensi yang telah ada itulah yang kemudian berkembang menjadi apa yang disebut sunk cost. Jadi sunk cost merupakan potensi atau kekayaan yang melatarbelakangi usulan suatu proyek (keputusan). 17 Contoh lain dari sunk cost ini adalah sebagai berikut: misalkan sebuah perusahaan ditawari kontrak sebesar Rp10 juta untuk memasang alat AC pada sebuah gedung baru. Pengeluaran untuk tenaga kerja dan kegiatan operasional lainnya diperkirakan sebesar Rp 7juta. Perusahaan tersebut telah memiliki persediaan dari seluruh bahan-bahan yang dibutuhkan yang bernilai sebesar Rp 4 juta Anggap bahwa bahan-bahan tersebut seperti apa adanya, tetapi penurunan harga telah mengakibatkan nilai pasar sekarang bahan-bahan tersebut adalah Rp2,5 juta. Pasar dari bahan-bahan tersebut tampaknya tidak akan berubah dalam waktu dekat, oleh karena itu tidak ada manfaat yang bisa diambil dari pemilikan bahan-bahan tersebut dalam bentuk persediaan. Akankah perusahaan tersebut menerima kontrak itu? 18 Analisis yang tepat mengenai usulan kontrak tersebut mengharuskan kita untuk menyadari bahwa biaya mula mula sebesar Rp 4 juta itu adalah sunk cost, biaya tersebut tidak akan terpengaruh oleh keputusan yang akan diambil. Perusahaan tersebut telah menderita kerugian sebesar Rp 1,5 juta pada nilai persediaannya tanpa memandang apakah perusahaan itu menerima atau tidak menerima kontrak tersebut. Biaya relevan dari bahan-bahan itu adalah nilai pasar sekarang dari bahan-bahan tersebut yaitu sebesar Rp 2,5 juta. Memasukkan biaya ini ke dalam analisis akan menghasilkan sebuah keputusan yang tepat, yaitu menerima kontrak tersebut karena kontrak itu akan menghasilkan laba sebesar Rp 500 ribu (Rp 10 juta – (Rp 7 juta + Rp 2,5 juta)) bagi perusahaan tersebut. 19 Dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial, kita harus sangat teliti untuk meyakinkan bahwa hanya biaya-biaya yang secara aktual dipengaruhi oleh keputusan itu saja yang kita masukkan dalam analisis. Biaya inkremental yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan mencakup biaya eksplisit dan implicit. Jika sebuah keputusan memerlukan komitmen jangka panjang, maka biaya-biaya pada masa datang (future cost) yang timbul dari adanya komitmen tersebut harus diperhitungkan. Setiap biaya yang tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif keputusan yang tersedia bagi seorang manajer adalah sunk cost dan tidak relevan dengan tujuantujuan keputusan itu. 20 BIAYA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG Penggunaan konsep biaya relevan untuk pengambilan keputusan penentuan tingkat output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman mengenai hubungan antara biaya dengan output dari suatu perusahaan, atau dengan kata lain fungsi biayanya. Fungsi biaya ini tergantung pads: (1) fungsi produksi dari perusahaan dan (2) fungsi penawaran dari input-input yang digunakan Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara kombinasikombinasi penggunaan input dengan tingkat outputnya, dan hal tersebut, jika dikombinasikan dengan harga-harga input akan menghasilkan fungsi biaya. Dua fungsi biaya utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan manajerial yaitu fungsi biaya jangka pendek dan fungsi biaya jangka panjang yang biasanya digunakan untuk perencanaan jangka panjang. 21 Bagaimana caranya untuk membedakan antara jangka pendek dengan jangka panjang? Jangka pendek didefinisikan sebagai suatu periode waktu di mana beberapa input bersifat tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan bisa menambah, menurunkan input tersebut Oleh karena itu, dalam periode jangka pendek, keputusankeputusan perusahaan tersebut dikendalai oleh pengeluaranpengeluaran modal sebelumnya dan komitmen-komitmen lainnya. Sedangkan dalam jangka panjang tidak ada pembatasanpembatasan seperti itu. 22 Singkatnya, jangka panjang adalah suatu periode yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah fasilitas-fasilitas produksinya secara lengkap melalui penambahan, pengurangan, atau pengubahan asset yang dimilikinya. Jangka pendek adalah periode di mana beberapa faktor produksi yang digunakan perusahaan tersebut tidak bisa diubahubah. Dari pengertian tersebut mudah bagi kita untuk memahami : kurva biaya jangka panjang kurva perencanaan kurva biaya jangka pendek kurva operasi Dalam jangka panjang, pabrik dan semua peralatan bersifat variabel. Oleh karena itu manajemen bisa merancang pabrik yang paling efisien secara fisik berdasarkan hasil penaksiran fungsi permintaan perusahaan tersebut. Jika skala pabrik yang optimal tersebut telah ditentukan dan investasi peralatan telah dilakukan, maka keputusan-keputusan operasional akan dikendalai oleh keputusan-keputusan sebelumnya tersebut. 23 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Fixed cost (FC) : Biaya-biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Termasuk dalam biaya tetap ini adalah bunga pinjaman modal, biaya sewa peralatan dan pabrik, tingkat depresiasi yang ditetapkan, pajak kekayaan, dan gaji para manajer eksekutif (direksi). Karena semua biaya menyangkut masa jangka panjang,maka biya jangka pengek in bersifat variabel, konsep biaya tetap(FC) ini hanya terbatas untuk analisis jangka pendek saja. 24 Biaya variabel atau variable cost (VC) berubah-ubah sesuai dengan perubahan output. Jadi VC ini merupakan fungsi dari tingkat output. Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah : - pengeluaran bahan baku - Depresiasi yang disebabkan oleh penggunaan peralatan, - Biaya-biaya tenaga kerja, - Komisi-komisi penjualan dan - Semua biaya input-input lainnya yang berubahubah sesuai tingkat output. Dalam jangka panjang, semua biaya adalah variabel. 25 Total Cost adalah menunjukkan penjumlahan antara FC dan VC Karena , baik biaya rata rata maupun biya marginal , digunakan hampir untuk semua tujuan pembuatan keputusan opersional , maka sangat bermanfaat untuk menelaahnya : TFC Average Fixed Cost AFC Q TVC Average va riabelCost AVC Q TC Average (Total ) Cost AC AFC AVC Q TC dTC M arg inal Cost MC Q dQ 26 Secara Grafis dapat dijelaskan FUNGSI BIAYA JANGKA PENDEK : Fungsi Kubik : TC = aQ3 + bQ2 + cQ + d Bentuk TC adalah unik dengan syarat-syarat : a, c, d > 0 (positif) 1 TC = /3Q3 – 2Q2 + 4,75Q + 5 b < 0 (negatif) b2 < 3.a.c FC = 5 27 28 Sebagai kesimpulan 1. TC = FC + VC FC = biaya yang tidak berubah kalau otput berubah (konstanta) Jika dalam proses produksi menggunakan: input tetap Yi harganya Pyi, maka : FC = Pyi . Yi VC = Biaya yang berubah kalau output berubah Jika dalam proses produksi menggunakan: input variabel Xi harganya Pxi, maka : VC = Pxi . Xi 2. AVERAGE COST : AFC = FC/Q AVC = VC/Q ATC = TC/Q 3. MARGINAL COST : MC = VC/Q atau MC = TC/Q 29 Elatisitas biaya - Walaupun gambar di atas sangat membantu menjelaskan hubungan TC dan Q dengan Return to Scale , akan lebih mudah kita untuk menghitung Return To Scale suatu sistem produksi melalui Elastisitas biaya - Mengukur % perubahan TC dengan % perubahan Output %TC dTC dQ dTC Q dTC TC dTC TC %Q TC Q TC dQ dQ Q dQ Q - Hubungan antara Elastisitas Biaya dengan return to Scale Jika % ∆ TC < % ∆Q % ∆ TC = % ∆Q % ∆ TC > % ∆Q Maka EC < 1 EC = 1 EC > 1 Retun to Scale Increasing Constant Decreasing 30 - Jika EC < 1, biaya akan meningkat lebih lambat dari Q, dan jika harga inut konstan, ini berarti mencerminkan rasio input dan output yang lebih tinggi. Ini berarti “Increasing return to scale” - Jika EC = 1, ini menunjukkan keadaan “Constant return to scale” - Jika EC > 1, maka setiap kenaikan output akan menyebabkan kenaikan biaya yang lebih besar, ini menunjukkan keadaan “Decreasing Retun ti Scale” 31 Biaya rata-rata jangka panjang Rp SRAC1 SRAC4 SRAC2 Q1 Q2 Q3 SRAC3 Q4 output 32 Rp LC plant LRAC output Q* 33 UKURAN PERUSAHAAN dan PABRIK - Fungsi biaya dan produksi terdapat baik pada perushaan indivi- dual, beberapa perusahaan maupun perusahaan secara keseluruhan - Fungsi biaya sebuah perushaan dengan beberapa pabrik merupakan penjumlahan fungsi biaya dari pabrik secara individual BIAYA BIAYA BIAYA LRAC LRAC LRAC Output Output Q* (a) Biaya konstan Q* (b) Biaya menurun Output Q* (c) Kurva Biaya berbentuk U 34 Dari gambar di atas terdapat 3 kemungkinan : Pertama : LRAC akan konstan, seperti pada gbr. (a) , jika terjadi keadaan disekonomis dalam pengkombinasian pabrik-pabrik yang ada. Kedua, biaya mengalami penurunan pada semua kisaran output (gbr.(b)), jika perusahaan dengan beberapa pabrik (multi firm) lebih efisien dari pada perusahaan satu pabrik. Kasus-kasus seperti itu, jika terjadi, disebabkan oleh ekonomisnya biaya pengoperasian berbagai pabrik. Ketiga ditunjukkan gbr. (c), adalah bahwa biaya mula-mula menurun (sampai Q* yang merupakan otput pabrik yang paling efisien) dan kemudian menaik. Di sini mula-mula terjadi keadaan ekonomies of scale, kemudian meningkat biaya koordinasi menjadi lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. 35 ANALISIS PULANG POKOK Rp TC rugi TR laba rugi FC 0 Kuantitas Titik Pulang pokok Laba maximum Titik Pulang pokok 36 Analisis Pulang-Pokok Linier Rp (juta) TR Laba bersih TC 150 VC FC 50 Kuantitas yang diproduksi dan yang dijual (ribu) 37 Severe Hypertension 180 Moderate Hypertension 160 Mild Hypertension 140 Normal Syntotic Value 130 120 Normal Blood Pressure Optimal Blood Pressure 80 85 90 95 110 120 38