1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Program Remedial 1. Pengertian Remedial Proses pembelajaran pada umumnya bertujuan agar siswa dapat memahami hasil belajar yang sebaik-baiknya. Apabila hasil yang dicapai tidak memuaskan, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membantu agar tercapai hasil belajar yang diharapkan. Salah satu langkah perbaikan yang dapat ditempuh oleh guru dalam rangka mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah dengan mengadakan program remedial . Untuk memahami program remedial maka terlebih dahulu dibahas pengertian program remedial yaitu sebagai berikut : Kata remedial berasal dari bahasa Inggris remedy yang artinya menyembuhkan, membetulkan.1 Ini berarti bahwa pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangankekurangan yang dialami siswa dalam belajar. Kegiatan remedial dalam proses 1 Mushlihin al-Hafizh. Pembelajaran Remedial (Online). (http://www.referensimakalah.com, diakses 11 April 2013) 2013 2 pembelajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan yang berupa kegiatan perbaikan yang telah diprogram dan disusun secara sistematis. Sebagaimana pengertian pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti siswa tersebut masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Dalam “Webster’s New Twentieth Century Dictionary”, penulis menemui keterangan sebagai berikut : “Remedi” berasal dari bahasa Latin, yang berarti “yang menyembuhkan kembali”; dari re- ‘kembali’ dan mederi ‘menyembuhkan’. 1. Setiap obat atau pengobatan/perawatan yang menyembuhkan, menghilangkan atau membebaskan penyakit atau gangguan jasmaniah, mengurangi kesakitan atau perasaan sakit, atau upaya memulihkan kesehatan. 2. Sesuatu yang memperbaiki, menetralkan, atau memberhentikan suatu kejahatan atau kesalahan; pertolongan, pembebasan; menebus, memperbaiki. Remediasi dalam pendidikan, tindakan atau proses penyembuhan/ peremedian atau penanggulangan ketidak mampuan atau masalah-masalah pembelajaran.2 Dari pengertian remedi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa program remedial adalah program perbaikan atau penyembuhan, dalam arti bahwa program ini memberi bantuan kepada siswa untuk mengatasi kesulitannya, sehingga terjadi perbaikan atau penyembuhan. Penyembuhan mengandung makna bahwa siswa mempunyai penyakit (dalam hal ini kesulitan belajar) sehingga memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan tersebut. 2 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Penerbit Angkasa Bandung, 1990), h. 41 3 Menurut Nafsiah Ibrahim dan Partino dalam bukunya Pengantar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, pembelajaran remedial perlu diadakan bila telah diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana kesulitan belajar yang dialami peserta didik, pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang meliputi cara mengajar, cara belajar, materi pelajaran, metode mengajar, fasilitas dan lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar tersebut. Adapun pengertian program remedial menurut para pakar pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Menurut Rahman Natawijaya dalam bukunya Pengajaran Remedial, mengemukakan bahwa dilihat dari arti katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan/membetulkan atau membuat menjadi baik. 2. Syamsudin dalam Ishak dan Warji menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis, sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebanya serta cara mendapatkan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang seobjektif mungkin. 3. M. Entang berpendapat bahwa: Pengajaran upaya untuk menemukan kelemahan yang dialami oleh seseorang dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala yang nampak seperti nilai prestasi hasil belajar yang rendah, tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran, kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Studi tersebut hendaknya diarahkan kepada penemuan letak faktor penyebabnya, baik yang terletak pada diri siswa itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri siswa yang bersangkutan.3 Proses pembelajaran remedial bersifat lebih khusus karena disesuaikan dengan jenis dan sifat kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran remedial merepukan rangkaian kegiatan lanjutan dari 3 2013 Zilfaroni. Remedial Teaching (Online). (http://www.rumpunilmu.com, diakses 13 April 2013). 4 usaha diagnosis kesulitan belajar yang telah dilakukan. Proses bantuan ini lebih ditekankan pada usaha perbaikan, cara-cara belajar, cara mengajar, penyeuaian materi pelajaran, dan penyembuhan hambatan-hambatan yang dihadapi. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa program remedial merupakan suatu usaha guru yang dilakukan dalam rangka membantu meningkatkan kualitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan dan kondisi siswa. Proses bantuan atau perbaikan seperti cara mengajar, media yang digunakan, metode mengajar, materi belajar, dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar. Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa dalam program remedial guru harus menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran secara khusus sesuai dengan tingkat kesulitn belajar yang dihadapi oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar program remedial dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu untuk membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. 2. Ciri-ciri Program Remedial Untuk memperjelas perbedaan antara program remedial dengan pembelajaran biasa berikut ini dikemukakan ciri-ciri program remedial menurut User Usman dan Lilis Setiawati yang dibandingkan dengan pembelajaran biasa. 1. Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Sedangkan program remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya. 5 2. Tujuan pembelajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Sedangkan program remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. 3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa. Sedangkan dalam program remedial metode yang digunakan bersifat deferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya. 4. Pembelajaran biasa dilaksanakan oleh guru kelas atau guru bidang studi. Sedangkan program remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain. Misalnya: guru pembimbing, konselor dan lain sebaginya. 5. Pendekatan dan tekhnik dalam pembelajaran biasa bersifat umum. Sedangkan dalam program remedial menuntut pendekatan dan tekhnik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi siswa yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme. 6. Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran biasa bersifat seragam. Sedangkan dalam program remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan kesulitan belajar yang dihadapi siswa. 7. Alat yang digunakan dalam pembelajaran biasa bersifat seragam dan kelompok. Sedangkan alat yang dipergunakan dalam program remedial lebih bervariasi dan mungkin siswa tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.4 Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, penulis dapat asumsikan bahwa program remedial merupakan pembelajaran yang bersifat khusus sebab program remedial dilaksanakan setelah mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa. Selanjutnya dilihat dari segi metode, pendekatan serta strategi yang digunakan dalam program remedial disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. 4 User Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h. 103 6 3. Tujuan dan Fungsi Program Remedial a) Tujuan Program Remedial Secara umum tujuan program remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun secara khusus tujuan program remedial adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Berikut ini adalah tujuan program remedial yaitu sebagai berikut: 1. Siswa dapat memahami dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar yang meliputi kelebihan dan kelemahannya, jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi. 2. Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi. 3. Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya. 4. Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajar. 5. Siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya prestasi belajar yang lebih baik. 6. Siswa dapat mengerjakan tugas lebih baik.5 Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, siswa mampu mengatasi hambatan belajarnya yang akan memberi motivasi kepada dirinya untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. 5 Ischak S.W, Dkk, Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Liberty, 1987), h. 38 7 b) Fungsi Program Remedial Menurut Wiwik Chrisnayanti mengungkapkan program remedial mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi korektif, artinya program remedial dapat dilakukan dalam pembetulan atau perbaikan dalam hal penulisan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat belajar, evaluasi dan sebagainya. 2. Fungsi pemahaman, artinya program remedial, guru dan siswa atau pihak lainnya dapat memperoleh yang lebih baik mengenai pribadinya sendiri.6 Dari uraian di atas, penulis dapat asumsikan bahwa fungsi program remedial tersebut berfungsi untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan rendahnya prestasi belajar siswa, sehingga dibutuhkan adanya program remedial. 4. Pendekatan Program Remedial Terdapat beberapa pendekatan dalam program remedial yang dapat dikembangkan guru kedalam berbagai strategi pelayanan program remedial. Adapun pendekatan yang digunakan dalam program remedial adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan kuratif dalam program remedial Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa bagian dari siswa yang tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif dapat dilakukan dengan cara : 6 Wiwik Chrisnayanti, Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa, (Jurnal Pendidikan Penabur-No. 01/Th. 1/ Maret 2002),h. 9 8 a) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan. b) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement), layanan pengayaan dapat ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan ringan dan secara akademik mungkin siswa tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran berlangsung. c) Percepatan (acceleration), layanan percepatan ini diberikan kepada siswa yang berbakat namun menunjukkan kesulitan psikososial. 2. Pendekatan preventif dalam program remedial Pendekatan preventif diberikan kepada siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Guru mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi tiga golongan, yaitu siswa yang mampu menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, siswa yang diperkirakan akan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan, dan siswa yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan. Sesuai penggolongan tersebut maka tekhnik layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini siswa diberi pelajaran, waktu, dan tes yang sama. b) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan siswa, sehingga setiap siswa mempunyai program tersendiri. 9 c) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, siswa mengikuti program pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang mengalami kesulitan dalam bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat belajarnya disediakan program pengayaan. 3. Pendekatan pengembangan dalam program remedial Program remedial yang bersifat pengembangan merupakan upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsungnya pembelajaran. Sasarannya agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, dapat di gambarkan bahwa dalam program remedial guru harus menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran secara khusus sesuai dengan tingkat kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar program remedial dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. B. Deskripsi Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan.7 Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan 7 Haryanto, Pengertian Kesulitan Belajar (Online). (http://belajarpsikologi.com, diakses 19 November 2013). 2013 10 dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar. Selanjutnya menurut Muh. Alisuf Sabri menjelaskan bahwa “Kesulitan belajar adalah kesukaran yang dihadapi siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah”.8 Lebih lanjut dikemukakan oleh M. Dalyono bahwa “Kesulitan belajara adalah keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.9 Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar sebagai berikut: Faktor internal yaitu faktor yang terjadi dari dalam individu yang terdiri dari: a. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh sakit dan fisik yang kurang sehat. jika seseorang mengalami gangguan kesehatan maka syaraf sensorif dan motorisnya lemah yang berakibat rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. 8 H.M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999),h. 89 9 Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Pers, 1987), h. 229 11 b. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh kondisi fisik yang lemah seperti kurang gizi, lemas , yang mengakibatkan cepat letih, kurang konsentrasi, mengantuk dan sering pusing. Hal ini akan mengakibatkan penerimaan dan respon belajar kurang sehingga saraf tidak mampu bekerja secara optimal. c. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh cacat fisik yang berupa cacata tubuh ringan seperti rabun dekat, rabun jauh, kurang mendengar, dan cacat tubuh permanen seperti buta, tuli dan bisu. Mereka yang mengalami cacat tubuh ringan harus diperlakukan khusus seperti duduk di depan, sedankan mereka yang memiliki cacat tubuh permanen maka ia harus menjalani pendidikan di lembaga pendidikan khusus (SLB). Kesulitan belajar yang disebabkan oleh gangguan yang bersifat psikologis yang terdiri dari: 1. Intelegensi Rendahnya intelegensi dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. 2. Bakat Seseorang yang tidak mempunyai bakat yang sesuai dengan subyek pelajaran yang sedang dipelajari maka akan mengakibatkan kesulitan belajar karena ia cenderung butuh waktu relatif lama untuk dapat menguasai pelajaran itu. 12 3. Minat Seseorang yang tidak memiliki minat terhadap subyek pelajaran maka ia akan tidak merasakan adanya kebutuhan pelajaran itu. Hal ini dapat menghilangkan atau mengurangi keseriusan dan kasenangannya dalam belajar. 4. Motivasi Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi maka ia akan serius untuk belajar. Jika seseorang memiliki motivasi rendah maka ia kurang semangat dan tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu yakni semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, meliputi: 1. Faktor lingkungan keluarga seperti cara orang tuanya mendidik anaknya, hubungan orang tua dan anak, keharmonisan keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. 2. Faktor sekolah seperti hubungan guru dengan siswa, media pengajaran, kualifikasi guru, kondisi gedung, kurikulum, kedisiplinan guru, kompetensi guru baik kompetensi personal, profesional, maupun kompetensi moral. 3. Faktor lingkungan sosial dan media massa serta teman bergaul, tetangga, aktifitas di masyarakat, televisi, bioskop dan surat kabar.10 3. Cara Mengenal Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasikan dengan ciriciri sebagai berikut: 1. Menunjukkan prestasi yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas. 10 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 183 13 2. Lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas sehingga ia sering tertinggal dalam pelajaran. 3. Menunjukkan sikap yang acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak semangat. 4. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, misalnya seorang anak didik yang belajar keras namun hasilnya tetap rendah. 5. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah. 6. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.11 4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Untuk mengatasi kesulitan belajar yang di alami oleh siswa, maka pertama kali harus dilakukan identifikasi terhadap keadaan siswa yang menunjukkan kesulitan belajar. Proses identifikasi inilah yang disebut dengan diagnosa yang bertujuan untuk menentukan jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dalam diagnosis kesulitan belajar siswa, dikenal dengan langkah-langkah yang di antaranya direkomendasikan sebagai berikut: 1. Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa yang diyakini mengalami gangguan kedua indera itu. 3. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 4. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) bagi siswa yang diyakini memiliki IQ di bawah rata-rata. 5. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.12 11 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 213 12 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 183 14 C. Deskripsi Ketuntasan Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Ketuntasan Belajar Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery learning”. Belajar tuntas menurut Nasution menjelaskan sebagai berikut: Belajar tuntas mempunyai arti sebagai penguasaan penuh. Penguasaan penuh pelajaran akan dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Nasution juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu pengajaran, (3) kesanggupan untuk memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5) waktu yang tersedia untuk belajar.13 Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dijelaskan bahwa: Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masingmasing indikator adalah 75%. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan ratarata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Sehingga, kriteria ketuntasan belajar yang ada disetiap sekolah dapat berbeda-beda dan bahkan lebih rendah dibandingkan 13 Nasution, Belajar dan Mengajar (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 68 15 dengan kriteria ketuntasan belajar minimal 75% yang dianjurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.14 Dengan demikian, sekolah harus terus berupaya untuk meningkatkan kriteria ketuntasan belajarnya yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Belajar tuntas adalah sebuah pola pembelajaran yang mengharuskan pencapaian penguasaan siswa secara tuntas, terhadap setiap unit pembahasan dengan pemberian tes formatif pada setiap pembelajaran baik sebelum maupun sesudahnya untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah mereka pelajari. Drs. Moh. Uzer Usman dan Dra. Lilis Setiawati dalam bukunya upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar menjelaskan bahwa: Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain, apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.15 Pada prinsipnya belajar tuntas menekankan pada pemahaman bahwa “Siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik” seperi yang dikemukakan 14 Pendidikan Nasional, Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah, 2003). 15 Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Op. Cit., h. 96 16 di atas. Artinya siswa harus benar-benar menguasai suatu bahan pelajaran atau suatu kompetensi dasar sebelum melanjutkan kepada kompetensi dasar berikutnya. 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam a) Pengertian Pendidikan Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan sebagai pijakan epistemologis dalam memahami khazanah ilmu pendidikan secara lebih komprehensif, penulis terlebih dahulu melacak akar pendidikan secara historis dan filosofis. Hal ini penting dilakukan bagi siapapun yang ingin mengenal lebih jauh tentang permasalahan pendidikan dan problematika yang melingkupinya. Sebab, pendidikan bukan merupakan sebuah entitas tunggal yang mampu berdiri sendiri, tetapi pendidikan berkaitan dengan entitas lain, sesuai dengan konteks dan dinamika zamannya. Dalam kajian khazanah pemikiran pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui tentang dua istilah penting yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia pendidikan. Dua istilah penting tersebut akan penulis uraiankan seperti dibawah ini. Istilah “pedagogiek” dan “pedagogie”. Istilah ini mempunyai makna yang berlainan “Ilmu Pendidikan” mempunyai makna sama dengan istilah “Paedagogiek”, sedangkan “Pendidikan” sama dengan istilah “Paedagogie”.16 Ilmu pendidikan (paedagogiek) ini lebih menitik beratkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan. Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, 16 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), h. 31 17 cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, jadi disini lebih menitik beratkan teori. Sedangkan pendidikan (paedagogie) hal ini lebih menekankan dalam hal praktek, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Tetapi keduanya ini tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan. Secara definitif pendidikan (paedagogie) diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut : a) John Deway : Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. b) SA. Bratanata dkk : Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. c) Rousseau : Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. d) Ki Hajar Dewantara : Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. e) GBHNPendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.17 Dari berbagai definisi tentang pendidikan di atas, maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai ; Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh 17 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 68-70 18 masyarakat, serta suatu pembentukan karakter, kepribadian dan kemampuan anakanak dalam menuju kedewasaan. Kemudian secara sederhana dan umum, pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagi kehidupan umat manusia pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. b) Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, sampai pada perguruan tinggi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik (siswa), terhadap mata pelajaran tertentu dan diarahkan untuk membentuk peserta didik yang cerdas, dan berakhlak mulia, termaksud di dalamnya dimuat mata pelajaran pendidika agama Islam sebagai upaya memberikan pengetahuan keagamaan bagi peserta didik secara komprehensif. Oleh sebab itu, urgensi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari pengertian pendidikan agama Islam itu sendiri. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, mema hami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama 19 lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiyah Darajat. Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.18 Muhaimin dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi” menjelaskan : Pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. Istilah “Pendidikan Islam” dapat dipahami dalam beberapa prespektif, yaitu: 1. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, dan/atau sistem pendidikan yang Islami. 2. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam. 3. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.19 Sedangkan menurut Achmadi dalam Hasniatai Gani Ali menjelaskan bahwa “Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan Islam tentang pendidikan dengan menafsirkan nilai-nilai dan mengkomunikasikannya secara timbal balik dengan fenomena dalam situasi pendidikan”.20 18 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130 19 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6-8 20 Hasniati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat: Quantum Teaching, 2008), h. 2 20 Dalam buku pedoman pendidikan agama Islam di sekolah umum dijelaskan bahwa: Pendidikan agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah pendidikan agama Islam merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya, pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan, mengembangkan moral dan kpribadian peserta didik.21 Selanjutnya menerut penjelasan pasal 37 ayat (1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan: “Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia”.22 Paradigma dasar yang dapat diperoleh dari penjelasan Undang-Undang ini ialah bahwa pendidikan agama merupakan upaya membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian pendidikan agama Islam, yaitu bahwa dalam pendidikan agama Islam terdapat kegiatan sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik pada pemahaman, penghayatan, pengamalan nilai dan norma ajaran agama 21 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 2-3 22 Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depdiknas, 2003), h. 64 21 Islam, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip saling menghargai antar umat beragama. Atau dengan kata lain, pendidikan agam Islam adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupannya. Selanjutnya dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diuraikan pengertian tentang pendidikan agama Islam sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat madani dan sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.23 Urgensi pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 23 Anonim, Kurikulum 2004 Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ditjen Litbang Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2004), h. 7 22 c) Tujuan Pendidikan Agama Islam Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. 23 Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak berurutan. Peran pendidik sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Abdul Rahman shaleh mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial.24 Sedangkan menurut Muhammad Yunus menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Menanamkan perasaan cinta kepada Allah SWT dalam hati anak-anak. 2. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan dalam anak-anak. 3. Mendidik anak dari kecil, supaya mengikuti suruhan Allah SWT dan meninggalkan segala larangan-Nya baik terhadap Allah SWT maupun terhadap masyarakat. 4. Membiasakan akhlak yang mulia dan menunaikan kewajiban agama. 5. Mengajar anak-anak supaya mengetahui hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang muslim, serta mengamalkannya. 6. Memberi petunjuk anak-anak untuk hidup di dunia dan menuju akhirat. 7. Memberi tauladan yang baik, mengajarkan dan nasehat-nasehat.25 24 Abdul Rahman shaleh, Madrasah dan Pendidikan anak bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 6 25 H. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: al-Hidayah, 1988), h. 19 24 Dari uraian dan pendapat di atas, penulis dapat asumsikan bahwa tujuan pendidikan adalah gambaran sasaran yang harus dicapai oleh siswa sebagai suatu sistem. Tujuan pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat menentukan sistem pendidikan itu sendiri, karena itulah yang menggambarkan harapan guru, orang tua, dan masyarakat akan hasil pendidikan yang lebih memadai, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Selanjutnya Zakiyah Darajat menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Pembentukan akhlak baik Menumbuhkan ruh ilmiah Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat Menyiapkan anak agar memiliki keterampilan supaya mendapat rezeki disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan 5. Persiapan untuk mencapai rezeki dari segi pemanfaatannya.26 Dari uraian dan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah mendidik manusia supaya menjadi muslim sejati, beriman, beramal shaleh, berakhlak mulia, dapat berdiri sendiri, memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia serta mencapai derajat yang tinggi disisi Allah SWT baik ketika hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara membina mausia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, 26 Zakiyah Darajat, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Dirjen Bimbingan Islam, 1994), h. 162-163 25 mendorong manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, serta mendidik ahli-ahli agama yang cakap dan terampil. D. Hasil Penilitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh M. Husen dengan judul penelitian (Pengaruh Program Remedial Teaching Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Muhammadiyah I Banda Aceh) 12 Juni 2006.27 Remedial Teaching adalah bantuan yang diberikan guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa guna mencapai suatu situasi yang memungkinkan siswa mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga memenuhi kriteria prestasi belajar yang diharapkan. Berhasil tidaknya guru melakukan remedial teaching dapat diukur seberapa besar pengaruh positif hasil belajar dari pelaksanaanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh program “remedial teaching” terhadap prestasi belajar siswa. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas XII SMK Muhammadiyah I Banda Aceh yang mengikuti program remedial teaching, masing-masing: 49 siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia; 56 orang Bahasa Inggris; dan 65 orang Matematika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Data diolah secara statistik dengan analisis kuantitatif; “Uji Beda (uji t)” untuk melihat pengaruh remedial teaching terhadap prestasi belajar siswa setelah dilakukan remedial teaching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program remedial 27 2013 M. Husen. Remedial Teaching (Online). (http://www.rumpunilmu.com, diakses 12 Mei 2013). 26 teaching berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMK Muhammadiyah I Banda Aceh. Adapun perbedaan yang penulis dapat uraikan berdasarkan penelitian yang sebelumnya telah di lakukan oleh M. Husen dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penulis mengkaji masalah program remedial terhadap ketuntasan belajar PAI sedangkan M. Husen mengkaji masalah program remedial teaching terhadap prestasi belajar. Perbedaan selanjutnya adalah dari segi pengambilan populasi yang di jadikan sebagai sampel M. Husen mengambil semua siswa kelas XII yang terdiri dari 3 (tiga) mata pelajaran yaitu; 49 siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia, 56 orang Bahasa Inggris, dan 65 orang Matematika. Sedangkan penulis dalam hal ini hanya mengambil sampel secara khusus yaitu hanya siswa yang beragama Islam saja yang secara murni mengikuti program remedial pada mata pelejaran PAI yaitu 30 orang siswa. Selanjutnya dilihat dari segi persamaan, penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang sebelumnya yang telah dilakukan oleh M. Husen adalah sama-sama mengangkat sebuah permasalahan seputar program remedial yang diberikan oleh seorang guru kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 27 E. Kerangka Berfikir PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU Dengan Program Remrdial Tanpa Program Remedial SISWA Ketuntasan Belajar PAI Berdasarkan gambar di atas, maka peneliti menyakini bahwa dengan diadakannya pelaksanaan program remedial dapat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ketuntasan belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Dangia Kecamatan Dangia Kabupaten Kolaka Timur. Namun sebaliknya, tanpa adanya program remedial tentunya kesulitan-kusulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak akan dapat teratasi dan secara tidak langsung siswa tersebut tidak akan mencapai ketuntasan di dalam belajarnya. Program remedial merupakan suatu usaha guru yang dilakukan dalam rangka membantu meningkatkan kualitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan dan kondisi siswa. Adapun tujuan program 28 remedial adalah agar siswa dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian siswa mampu mengatasi hambatan elajarnya yang akan memberikan motivasi kepada dirinya untuk mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Proses program remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi, dalam program remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagan turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui program remedial, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Salah satu upaya strategis dalam membimbing siswa adalah memberikan upaya pembimbingan terhadap para siswa yang bermasalah dari ketertinggalan dan kesulitan belajarnya disekolah. Dengan demikian program remedial yang diberikan secara langsung akan berpengaruh positif terhadap perestasi belajar siswa khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah tersebut, sehingga kualitas dan tujuan pendidikan dapat meningkat dan mudah tercapai. 29