Bab ll - Perpustakaan IAIN Kendari

advertisement
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Program Remedial
1. Pengertian Remedial
Proses pembelajaran pada umumnya bertujuan agar siswa dapat memahami hasil
belajar yang sebaik-baiknya. Apabila hasil yang dicapai tidak memuaskan, maka
diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membantu agar tercapai hasil
belajar yang diharapkan.
Salah satu langkah perbaikan yang dapat ditempuh oleh guru dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah dengan mengadakan
program remedial . Untuk memahami program remedial maka terlebih dahulu dibahas
pengertian program remedial yaitu sebagai berikut :
Kata remedial berasal dari bahasa Inggris remedy yang artinya menyembuhkan,
membetulkan.1 Ini berarti bahwa pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang
bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari masalah
pembelajaran yang dirasa sulit.
Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa
yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangankekurangan yang dialami siswa dalam belajar. Kegiatan remedial dalam proses
1
Mushlihin al-Hafizh. Pembelajaran Remedial (Online). (http://www.referensimakalah.com,
diakses 11 April 2013) 2013
2
pembelajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan yang berupa
kegiatan perbaikan yang telah diprogram dan disusun secara sistematis.
Sebagaimana pengertian pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar siswa
dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai
tidak memuaskan berarti siswa tersebut masih dianggap belum mencapai hasil belajar
yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu
siswa agar tercapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Dalam “Webster’s
New Twentieth Century Dictionary”, penulis menemui
keterangan sebagai berikut :
“Remedi” berasal dari bahasa Latin, yang berarti “yang menyembuhkan kembali”;
dari re- ‘kembali’ dan mederi ‘menyembuhkan’.
1. Setiap obat atau pengobatan/perawatan yang menyembuhkan, menghilangkan
atau membebaskan penyakit atau gangguan jasmaniah, mengurangi kesakitan
atau perasaan sakit, atau upaya memulihkan kesehatan.
2. Sesuatu yang memperbaiki, menetralkan, atau memberhentikan suatu kejahatan
atau kesalahan; pertolongan, pembebasan; menebus, memperbaiki. Remediasi
dalam pendidikan, tindakan atau proses penyembuhan/ peremedian atau
penanggulangan ketidak mampuan atau masalah-masalah pembelajaran.2
Dari pengertian remedi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa program remedial
adalah program perbaikan atau penyembuhan, dalam arti bahwa program ini memberi
bantuan kepada siswa untuk mengatasi kesulitannya, sehingga terjadi perbaikan atau
penyembuhan. Penyembuhan mengandung makna bahwa siswa mempunyai penyakit
(dalam hal ini kesulitan belajar) sehingga memerlukan bantuan untuk mengatasi
kesulitan tersebut.
2
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Penerbit Angkasa Bandung, 1990), h. 41
3
Menurut Nafsiah Ibrahim dan Partino dalam bukunya Pengantar Diagnostik
Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, pembelajaran remedial perlu diadakan
bila telah diketahui terlebih dahulu apa dan bagaimana kesulitan belajar yang dialami
peserta didik, pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang
meliputi cara mengajar, cara belajar, materi pelajaran, metode mengajar, fasilitas dan
lingkungan yang ikut mempengaruhi proses belajar tersebut.
Adapun pengertian program remedial menurut para pakar pendidikan adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Rahman Natawijaya dalam bukunya Pengajaran Remedial,
mengemukakan bahwa dilihat dari arti katanya remedial berarti bersifat
menyembuhkan/membetulkan atau membuat menjadi baik.
2. Syamsudin dalam Ishak dan Warji menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kegiatan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan
menetapkan jenis, sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebanya serta cara
mendapatkan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)
maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data informasi yang
seobjektif mungkin.
3. M. Entang berpendapat bahwa: Pengajaran upaya untuk menemukan kelemahan
yang dialami oleh seseorang dengan cara yang sistematis berdasarkan gejala
yang nampak seperti nilai prestasi hasil belajar yang rendah, tidak bergairah
dalam mengikuti pelajaran, kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dan
sebagainya. Studi tersebut hendaknya diarahkan kepada penemuan letak faktor
penyebabnya, baik yang terletak pada diri siswa itu sendiri maupun yang
berasal dari luar diri siswa yang bersangkutan.3
Proses pembelajaran remedial bersifat lebih khusus karena disesuaikan dengan
jenis dan sifat kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembelajaran remedial merepukan rangkaian kegiatan lanjutan dari
3
2013
Zilfaroni. Remedial Teaching (Online). (http://www.rumpunilmu.com, diakses 13 April 2013).
4
usaha diagnosis kesulitan belajar yang telah dilakukan. Proses bantuan ini lebih
ditekankan pada usaha perbaikan, cara-cara belajar, cara mengajar, penyeuaian materi
pelajaran, dan penyembuhan hambatan-hambatan yang dihadapi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa program remedial
merupakan suatu usaha guru yang dilakukan dalam rangka membantu meningkatkan
kualitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan
berdasarkan perencanaan dan kondisi siswa. Proses bantuan atau perbaikan seperti
cara mengajar, media yang digunakan, metode mengajar, materi belajar, dan
lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar.
Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa dalam program remedial guru harus
menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran secara khusus sesuai
dengan tingkat kesulitn belajar yang dihadapi oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar
program remedial dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu untuk membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Ciri-ciri Program Remedial
Untuk memperjelas perbedaan antara program remedial dengan pembelajaran
biasa berikut ini dikemukakan ciri-ciri program remedial menurut User Usman dan
Lilis Setiawati yang dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
1. Kegiatan pembelajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan
semua siswa ikut berpartisipasi. Sedangkan program remedial dilaksanakan
setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan
khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
5
2. Tujuan pembelajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa.
Sedangkan program remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan
belajar yang dihadapi siswa.
3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasa sama untuk semua siswa.
Sedangkan dalam program remedial metode yang digunakan bersifat
deferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan
belajarnya.
4. Pembelajaran biasa dilaksanakan oleh guru kelas atau guru bidang studi.
Sedangkan program remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak
lain. Misalnya: guru pembimbing, konselor dan lain sebaginya.
5. Pendekatan dan tekhnik dalam pembelajaran biasa bersifat umum. Sedangkan
dalam program remedial menuntut pendekatan dan tekhnik yang lebih
diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing
pribadi siswa yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
6. Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran biasa bersifat seragam.
Sedangkan dalam program remedial, alat evalusi yang dipergunakan
disesuaikan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
7. Alat yang digunakan dalam pembelajaran biasa bersifat seragam dan kelompok.
Sedangkan alat yang dipergunakan dalam program remedial lebih bervariasi
dan mungkin siswa tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya:
penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.4
Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, penulis dapat asumsikan bahwa program
remedial merupakan pembelajaran yang bersifat khusus sebab program remedial
dilaksanakan setelah mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.
Selanjutnya dilihat dari segi metode, pendekatan serta strategi yang digunakan dalam
program remedial disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar
yang dihadapi siswa.
4
User Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993), h. 103
6
3. Tujuan dan Fungsi Program Remedial
a) Tujuan Program Remedial
Secara umum tujuan program remedial tidak jauh berbeda dengan pembelajaran
biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun secara
khusus tujuan program remedial adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar
dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Berikut ini
adalah tujuan program remedial yaitu sebagai berikut:
1. Siswa dapat memahami dirinya khususnya yang menyangkut prestasi belajar
yang meliputi kelebihan dan kelemahannya, jenis dan sifat kesulitan yang
dihadapi.
2. Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar ke arah yang lebih baik
sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi.
3. Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi latar belakang
kesulitannya.
4. Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi
kesulitan belajar.
5. Siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya prestasi belajar yang lebih baik.
6. Siswa dapat mengerjakan tugas lebih baik.5
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran remedial adalah agar
siswa dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga siswa dapat
memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, siswa
mampu mengatasi hambatan belajarnya yang akan memberi motivasi kepada dirinya
untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
5
Ischak S.W, Dkk, Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Liberty,
1987), h. 38
7
b) Fungsi Program Remedial
Menurut Wiwik Chrisnayanti mengungkapkan program remedial mempunyai
beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi korektif, artinya program remedial dapat dilakukan dalam pembetulan
atau perbaikan dalam hal penulisan tujuan, penggunaan metode, cara-cara
belajar, materi dan alat belajar, evaluasi dan sebagainya.
2. Fungsi pemahaman, artinya program remedial, guru dan siswa atau pihak
lainnya dapat memperoleh yang lebih baik mengenai pribadinya sendiri.6
Dari uraian di atas, penulis dapat asumsikan bahwa fungsi program remedial
tersebut berfungsi untuk membantu guru dalam mengatasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar yang ditandai dengan rendahnya prestasi belajar siswa, sehingga
dibutuhkan adanya program remedial.
4. Pendekatan Program Remedial
Terdapat beberapa pendekatan dalam program remedial yang dapat dikembangkan
guru kedalam berbagai strategi pelayanan program remedial. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam program remedial adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan kuratif dalam program remedial
Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai
dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa bagian dari siswa yang
tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan
kuratif dapat dilakukan dengan cara :
6
Wiwik Chrisnayanti, Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa, (Jurnal Pendidikan
Penabur-No. 01/Th. 1/ Maret 2002),h. 9
8
a) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir
unit pelajaran atau setiap pokok bahasan.
b) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement), layanan
pengayaan dapat ditujukan kepada siswa yang mempunyai kelemahan ringan
dan secara akademik mungkin siswa tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan
memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran
berlangsung.
c) Percepatan (acceleration), layanan percepatan ini diberikan kepada siswa yang
berbakat namun menunjukkan kesulitan psikososial.
2. Pendekatan preventif dalam program remedial
Pendekatan preventif diberikan kepada siswa yang diduga akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Guru mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi tiga golongan, yaitu siswa yang mampu
menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, siswa yang diperkirakan akan
mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan, dan siswa
yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan. Sesuai
penggolongan tersebut maka tekhnik layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini siswa diberi pelajaran, waktu,
dan tes yang sama.
b) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan siswa, sehingga
setiap siswa mempunyai program tersendiri.
9
c) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, siswa mengikuti program
pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang mengalami kesulitan
dalam bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat
belajarnya disediakan program pengayaan.
3. Pendekatan pengembangan dalam program remedial
Program remedial yang bersifat pengembangan merupakan upaya diagnostik yang
dilakukan guru selama berlangsungnya pembelajaran. Sasarannya agar siswa dapat
segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.
Dengan demikian, dapat di gambarkan bahwa dalam program remedial guru harus
menggunakan berbagai pendekatan dan metode pengajaran secara khusus sesuai
dengan tingkat kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar
program remedial dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu membantu siswa
dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
B. Deskripsi Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi
atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan.7
Kondisi yang demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis,
terutama berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan
7
Haryanto, Pengertian Kesulitan Belajar (Online). (http://belajarpsikologi.com, diakses 19
November 2013). 2013
10
dalam belajar spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan
dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.
Selanjutnya menurut Muh. Alisuf Sabri menjelaskan bahwa “Kesulitan belajar
adalah kesukaran yang dihadapi siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di
sekolah”.8 Lebih lanjut dikemukakan oleh M. Dalyono bahwa “Kesulitan belajara
adalah keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.9
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu
keadaan dalam proses belajar mengajar dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam
berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar
sebagai berikut:
Faktor internal yaitu faktor yang terjadi dari dalam individu yang terdiri dari:
a. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh sakit dan fisik yang kurang sehat. jika
seseorang mengalami gangguan kesehatan maka syaraf sensorif dan motorisnya
lemah yang berakibat rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat
diteruskan ke otak.
8
H.M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999),h. 89
9
Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Pers, 1987), h. 229
11
b. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh kondisi fisik yang lemah seperti kurang
gizi, lemas , yang mengakibatkan cepat letih, kurang konsentrasi, mengantuk
dan sering pusing. Hal ini akan mengakibatkan penerimaan dan respon belajar
kurang sehingga saraf tidak mampu bekerja secara optimal.
c. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh cacat fisik yang berupa cacata tubuh
ringan seperti rabun dekat, rabun jauh, kurang mendengar, dan cacat tubuh
permanen seperti buta, tuli dan bisu. Mereka yang mengalami cacat tubuh
ringan harus diperlakukan khusus seperti duduk di depan, sedankan mereka
yang memiliki cacat tubuh permanen maka ia harus menjalani pendidikan di
lembaga pendidikan khusus (SLB).
Kesulitan belajar yang disebabkan oleh gangguan yang bersifat psikologis yang
terdiri dari:
1. Intelegensi
Rendahnya intelegensi dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar
untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
2. Bakat
Seseorang yang tidak mempunyai bakat yang sesuai dengan subyek pelajaran
yang sedang dipelajari maka akan mengakibatkan kesulitan belajar karena ia
cenderung butuh waktu relatif lama untuk dapat menguasai pelajaran itu.
12
3. Minat
Seseorang yang tidak memiliki minat terhadap subyek pelajaran maka ia akan
tidak merasakan adanya kebutuhan pelajaran itu. Hal ini dapat menghilangkan
atau mengurangi keseriusan dan kasenangannya dalam belajar.
4. Motivasi
Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi maka ia akan serius untuk belajar.
Jika seseorang memiliki motivasi rendah maka ia kurang semangat dan tidak
sungguh-sungguh dalam belajar.
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu yakni semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa,
meliputi:
1. Faktor lingkungan keluarga seperti cara orang tuanya mendidik anaknya,
hubungan orang tua dan anak, keharmonisan keluarga, dan keadaan ekonomi
keluarga.
2. Faktor sekolah seperti hubungan guru dengan siswa, media pengajaran,
kualifikasi guru, kondisi gedung, kurikulum, kedisiplinan guru, kompetensi
guru baik kompetensi personal, profesional, maupun kompetensi moral.
3. Faktor lingkungan sosial dan media massa serta teman bergaul, tetangga,
aktifitas di masyarakat, televisi, bioskop dan surat kabar.10
3. Cara Mengenal Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasikan dengan ciriciri sebagai berikut:
1. Menunjukkan prestasi yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 183
13
2. Lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas sehingga ia sering tertinggal
dalam pelajaran.
3. Menunjukkan sikap yang acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak semangat.
4. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, misalnya seorang
anak didik yang belajar keras namun hasilnya tetap rendah.
5. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
6. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian besar mata pelajaran tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun
drastis.11
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang di alami oleh siswa, maka pertama kali
harus dilakukan identifikasi terhadap keadaan siswa yang menunjukkan kesulitan
belajar. Proses identifikasi inilah yang disebut dengan diagnosa yang bertujuan untuk
menentukan jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam diagnosis kesulitan belajar siswa, dikenal dengan langkah-langkah yang di
antaranya direkomendasikan sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa yang diyakini mengalami
gangguan kedua indera itu.
3. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
4. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) bagi siswa yang diyakini
memiliki IQ di bawah rata-rata.
5. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.12
11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 213
12
Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 183
14
C. Deskripsi Ketuntasan Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas.
Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery
learning”. Belajar tuntas menurut Nasution menjelaskan sebagai berikut:
Belajar tuntas mempunyai arti sebagai penguasaan penuh. Penguasaan penuh
pelajaran akan dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu
secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi
tersebut. Nasution juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu
pengajaran, (3) kesanggupan untuk memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5)
waktu yang tersedia untuk belajar.13
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa
menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata
pelajaran tertentu. Pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing siswa secara optimal.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006,
dijelaskan bahwa:
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi
dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan belajar untuk masingmasing indikator adalah 75%. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan ratarata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Sehingga, kriteria ketuntasan belajar yang ada
disetiap sekolah dapat berbeda-beda dan bahkan lebih rendah dibandingkan
13
Nasution, Belajar dan Mengajar (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 68
15
dengan kriteria ketuntasan belajar minimal 75% yang dianjurkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.14
Dengan demikian, sekolah harus terus berupaya untuk meningkatkan kriteria
ketuntasan belajarnya yang diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang dihasilkan. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik
mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Belajar tuntas adalah sebuah pola pembelajaran yang mengharuskan pencapaian
penguasaan siswa secara tuntas, terhadap setiap unit pembahasan dengan pemberian
tes formatif pada setiap pembelajaran baik sebelum maupun sesudahnya untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah mereka pelajari.
Drs. Moh. Uzer Usman dan Dra. Lilis Setiawati dalam bukunya upaya optimalisasi
kegiatan belajar mengajar menjelaskan bahwa:
Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal
yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan
maupun kelompok, dengan kata lain, apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai
sepenuhnya.15
Pada prinsipnya belajar tuntas menekankan pada pemahaman bahwa “Siswa tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik” seperi yang dikemukakan
14
Pendidikan Nasional, Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi (Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah, 2003).
15
Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Op. Cit., h. 96
16
di atas. Artinya siswa harus benar-benar menguasai suatu bahan pelajaran atau suatu
kompetensi dasar sebelum melanjutkan kepada kompetensi dasar berikutnya.
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam
a) Pengertian Pendidikan
Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan sebagai pijakan epistemologis
dalam memahami khazanah ilmu pendidikan secara lebih komprehensif, penulis
terlebih dahulu melacak akar pendidikan secara historis dan filosofis. Hal ini penting
dilakukan bagi siapapun yang ingin mengenal lebih jauh tentang permasalahan
pendidikan dan problematika yang melingkupinya. Sebab, pendidikan bukan
merupakan sebuah entitas tunggal yang mampu berdiri sendiri, tetapi pendidikan
berkaitan dengan entitas lain, sesuai dengan konteks dan dinamika zamannya.
Dalam kajian khazanah pemikiran pendidikan, terlebih dahulu perlu diketahui
tentang dua istilah penting yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam
dunia pendidikan. Dua istilah penting tersebut akan penulis uraiankan seperti dibawah
ini.
Istilah “pedagogiek” dan “pedagogie”. Istilah ini mempunyai makna yang
berlainan “Ilmu Pendidikan” mempunyai makna sama dengan istilah “Paedagogiek”,
sedangkan “Pendidikan” sama dengan istilah “Paedagogie”.16
Ilmu pendidikan (paedagogiek) ini lebih menitik beratkan kepada pemikiran
permenungan
tentang
pendidikan.
Pemikiran
bagaimana
sebaiknya
sistem
pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
16
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), h. 31
17
cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, jadi disini lebih menitik
beratkan teori. Sedangkan pendidikan (paedagogie) hal ini lebih menekankan dalam
hal praktek, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Tetapi keduanya ini tidak
dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan,
saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Secara definitif pendidikan (paedagogie) diartikan oleh para tokoh pendidikan,
sebagai berikut :
a) John Deway : Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
b) SA. Bratanata dkk : Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik
langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
c) Rousseau : Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
d) Ki Hajar Dewantara : Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.
e) GBHNPendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.17
Dari berbagai definisi tentang pendidikan di atas, maka penulis dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai ; Suatu proses
pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, suatu pengarahan dan
bimbingan yang diberikan kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, suatu usaha
sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh
17
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 68-70
18
masyarakat, serta suatu pembentukan karakter, kepribadian dan kemampuan anakanak dalam menuju kedewasaan.
Kemudian secara sederhana dan umum, pendidikan bermakna sebagai usaha untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun
rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagi kehidupan umat manusia pendidikan merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
b) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah baik sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, sampai pada perguruan tinggi.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik (siswa), terhadap mata
pelajaran tertentu dan diarahkan untuk membentuk peserta didik yang cerdas, dan
berakhlak mulia, termaksud di dalamnya dimuat mata pelajaran pendidika agama
Islam sebagai upaya memberikan pengetahuan keagamaan bagi peserta didik secara
komprehensif. Oleh sebab itu, urgensi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari
pengertian pendidikan agama Islam itu sendiri.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, mema hami, menghayati hingga mengimani ajaran
agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama
19
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat. Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.18
Muhaimin dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi” menjelaskan : Pendidikan agama Islam
merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. Istilah “Pendidikan Islam” dapat
dipahami dalam beberapa prespektif, yaitu:
1. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, dan/atau
sistem pendidikan yang Islami.
2. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam.
3. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan
yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.19
Sedangkan menurut Achmadi dalam Hasniatai Gani Ali menjelaskan bahwa “Ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan Islam tentang pendidikan
dengan menafsirkan nilai-nilai dan mengkomunikasikannya secara timbal balik
dengan fenomena dalam situasi pendidikan”.20
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130
19
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6-8
20
Hasniati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat: Quantum Teaching, 2008), h. 2
20
Dalam buku pedoman pendidikan agama Islam di sekolah umum dijelaskan
bahwa:
Pendidikan agama Islam merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan
dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah
pendidikan agama Islam merupakan bagian yang dapat dipisahkan dari ajaran
Islam. Ditinjau dari segi isinya, pendidikan agama Islam merupakan mata
pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan
dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan, mengembangkan moral dan
kpribadian peserta didik.21
Selanjutnya menerut penjelasan pasal 37 ayat (1) Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan: “Pendidikan agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia”.22 Paradigma dasar
yang dapat diperoleh dari penjelasan Undang-Undang ini ialah bahwa pendidikan
agama merupakan upaya membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, penulis dapat menarik sebuah
kesimpulan bahwa pengertian pendidikan agama Islam, yaitu bahwa dalam
pendidikan agama Islam terdapat kegiatan sadar dan terencana untuk mengarahkan
anak didik pada pemahaman, penghayatan, pengamalan nilai dan norma ajaran agama
21
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum (Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 2-3
22
Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depdiknas, 2003), h. 64
21
Islam, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip saling menghargai antar umat
beragama. Atau dengan kata lain, pendidikan agam Islam adalah usaha untuk
menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupannya.
Selanjutnya dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diuraikan pengertian
tentang pendidikan agama Islam sebagai berikut:
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat madani dan sumber utamanya kitab
suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman.23
Urgensi pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
23
Anonim, Kurikulum 2004 Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Ditjen
Litbang Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2004), h. 7
22
c) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan
umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi
sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta
peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia
yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan
produktif, baik personal maupun sosial.
23
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar
perilaku terpuji dapat dilakukan tidak berurutan. Peran pendidik sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Abdul Rahman shaleh mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni
secara personal dan sosial.24
Sedangkan menurut Muhammad Yunus menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan perasaan cinta kepada Allah SWT dalam hati anak-anak.
2. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan dalam anak-anak.
3. Mendidik anak dari kecil, supaya mengikuti suruhan Allah SWT dan
meninggalkan segala larangan-Nya baik terhadap Allah SWT maupun terhadap
masyarakat.
4. Membiasakan akhlak yang mulia dan menunaikan kewajiban agama.
5. Mengajar anak-anak supaya mengetahui hukum-hukum agama yang perlu
diketahui oleh tiap-tiap orang muslim, serta mengamalkannya.
6. Memberi petunjuk anak-anak untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.
7. Memberi tauladan yang baik, mengajarkan dan nasehat-nasehat.25
24
Abdul Rahman shaleh, Madrasah dan Pendidikan anak bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 6
25
H. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Jakarta: al-Hidayah, 1988), h. 19
24
Dari uraian dan pendapat di atas, penulis dapat asumsikan bahwa tujuan
pendidikan adalah gambaran sasaran yang harus dicapai oleh siswa sebagai suatu
sistem. Tujuan pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat menentukan sistem
pendidikan itu sendiri, karena itulah yang menggambarkan harapan guru, orang tua,
dan masyarakat akan hasil pendidikan yang lebih memadai, baik dalam arti kuantitatif
maupun kualitatif.
Selanjutnya Zakiyah Darajat menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Pembentukan akhlak baik
Menumbuhkan ruh ilmiah
Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat
Menyiapkan anak agar memiliki keterampilan supaya mendapat rezeki
disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan
5. Persiapan untuk mencapai rezeki dari segi pemanfaatannya.26
Dari uraian dan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah mendidik manusia supaya menjadi muslim sejati,
beriman, beramal shaleh, berakhlak mulia, dapat berdiri sendiri, memperbaiki
hubungannya dengan sesama manusia serta mencapai derajat yang tinggi disisi Allah
SWT baik ketika hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mencapai hal
tersebut di atas, maka pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara membina mausia
yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna,
26
Zakiyah Darajat, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Dirjen Bimbingan Islam, 1994), h. 162-163
25
mendorong manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat, serta
mendidik ahli-ahli agama yang cakap dan terampil.
D. Hasil Penilitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
penelitian yang dilakukan oleh M. Husen dengan judul penelitian (Pengaruh Program
Remedial Teaching Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Muhammadiyah I Banda
Aceh) 12 Juni 2006.27 Remedial Teaching adalah bantuan yang diberikan guru untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa guna mencapai suatu situasi yang
memungkinkan siswa mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga
memenuhi kriteria prestasi belajar yang diharapkan. Berhasil tidaknya guru
melakukan remedial teaching dapat diukur seberapa besar pengaruh positif hasil
belajar dari pelaksanaanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
program “remedial teaching” terhadap prestasi belajar siswa. Populasi penelitian
adalah semua siswa kelas XII SMK Muhammadiyah I Banda Aceh yang mengikuti
program remedial teaching, masing-masing: 49 siswa mata pelajaran Bahasa
Indonesia; 56 orang Bahasa Inggris; dan 65 orang Matematika. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif, teknik pengumpulan data adalah
dokumentasi. Data diolah secara statistik dengan analisis kuantitatif; “Uji Beda (uji
t)” untuk melihat pengaruh remedial teaching terhadap prestasi belajar siswa setelah
dilakukan remedial teaching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program remedial
27
2013
M. Husen. Remedial Teaching (Online). (http://www.rumpunilmu.com, diakses 12 Mei 2013).
26
teaching berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa
SMK Muhammadiyah I Banda Aceh.
Adapun perbedaan yang penulis dapat uraikan berdasarkan penelitian yang
sebelumnya telah di lakukan oleh M. Husen dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu penulis mengkaji masalah program remedial terhadap ketuntasan belajar PAI
sedangkan M. Husen mengkaji masalah program remedial teaching terhadap prestasi
belajar. Perbedaan selanjutnya adalah dari segi pengambilan populasi yang di jadikan
sebagai sampel M. Husen mengambil semua siswa kelas XII yang terdiri dari 3 (tiga)
mata pelajaran yaitu; 49 siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia, 56 orang Bahasa
Inggris, dan 65 orang Matematika. Sedangkan penulis dalam hal ini hanya
mengambil sampel secara khusus yaitu hanya siswa yang beragama Islam saja yang
secara murni mengikuti program remedial pada mata pelejaran PAI yaitu 30 orang
siswa.
Selanjutnya dilihat dari segi persamaan, penelitian yang penulis lakukan dengan
penelitian yang sebelumnya yang telah dilakukan oleh M. Husen adalah sama-sama
mengangkat sebuah permasalahan seputar program remedial yang diberikan oleh
seorang guru kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
27
E. Kerangka Berfikir
PROSES BELAJAR MENGAJAR
GURU
Dengan Program
Remrdial
Tanpa Program
Remedial
SISWA
Ketuntasan
Belajar PAI
Berdasarkan gambar di atas, maka peneliti menyakini bahwa dengan diadakannya
pelaksanaan
program remedial dapat berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap ketuntasan belajar PAI siswa SMK Negeri 1 Dangia Kecamatan Dangia
Kabupaten Kolaka Timur. Namun sebaliknya, tanpa adanya program remedial
tentunya kesulitan-kusulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak akan dapat teratasi
dan secara tidak langsung siswa tersebut tidak akan mencapai ketuntasan di dalam
belajarnya.
Program remedial merupakan suatu usaha guru yang dilakukan dalam rangka
membantu meningkatkan kualitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan berdasarkan perencanaan dan kondisi siswa. Adapun tujuan program
28
remedial adalah agar siswa dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi
sehingga siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Dengan
demikian siswa mampu mengatasi hambatan elajarnya yang akan memberikan
motivasi kepada dirinya untuk mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.
Proses program remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan
karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Proses bantuan lebih ditekankan
pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan
menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi, dalam program remedial
yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar
yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan
lingkunagan turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui program remedial,
siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga
dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Salah satu upaya strategis dalam membimbing siswa adalah memberikan upaya
pembimbingan terhadap para siswa yang bermasalah dari ketertinggalan dan kesulitan
belajarnya disekolah. Dengan demikian program remedial yang diberikan secara
langsung akan berpengaruh positif terhadap perestasi belajar siswa khususnya dalam
bidang studi pendidikan agama Islam di sekolah tersebut, sehingga kualitas dan
tujuan pendidikan dapat meningkat dan mudah tercapai.
29
Download