Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Edisi XVI/November-Desember 2014 DAFTAR ISI Kegagalan Amerika Serikat di Afghanistan Pasang-Surut Politik Islam 1 12 ____________________________ ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian SYAMINA (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke: [email protected]. Seluruh laporan kami bisa diunduh di website: www.syamina.org Kegagalan Amerika Serikat di Afghanistan “Hari ini ISAF menggulung benderanya dalam atmosfer kegagalan dan kekecewaan tanpa meraih hasil yang substansial atau cukup terlihat…. Kami menganggap langkah ini sebagai indikasi yang nyata atas kekalahan dan kekecewaan mereka.” (Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban Afghanistan, 29 Desember 2014) Setelah invasi Sekutu pada tahun 2001, Afghanistan berubah menjadi sebuah negara yang benar-benar tak tertata karena kedatangan pasukan tentara asing. Kabul menjadi ibukota yang tidak nyaman dan muram. Hanya ada sedikit kontrol dari pemerintah. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat pun tak bisa berbuat banyak. Sejak era Presiden Hamid Karzai, kondisi pemerintahan endemik dengan korupsi. 1 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Keamanan pun menjadi harga yang sangat mahal, terutama jika berhubungan dengan tentara AS. Sejak kedatangan pasukan AS dan NATO untuk periode kedua kalinya pada 2007, lebih dari 3.400 polisi Afghan tewas karena berbagai sebab. Namun, pasukan tentara AS dan NATO dihadapkan pada perlawanan Taliban yang tak mengendur. Edisi XVI/November-Desember 2014 Petraeus tidak secara langsung menanggapi perkiraan intelijen AS bahwa keberhasilan yang diraih di medan tempur baru-baru ini gagal mengurangi kekuatan Taliban. Petraeus justru mengklaim mendapat "pencapaian" dan mengakui bahwa masih ada banyak hal yang perlu dikerjakan. Tidak ada senator yang menentang dasar pemikirannya bahwa dibutuhkan banyak prajurit Amerika di Afghanistan untuk beberapa tahun ke depan. Tahun 2009, Afghanistan sejenak bergeser dari "perang yang terlupakan", menjadi tanda-tanda awal perang kelelahan AS dan NATO. Direktur Intelijen Nasional Dennis Blair memberikan gambaran besar tentang pencapaian AS dan NATO selama di Afghanistan. Dari laporan tersebut, diperoleh sebuah kesaksian yang dramatis. "Dalam delapan bulan terakhir, dicapai perkembangan yang penting namun dicapai dengan perjuangan yang sulit di Afghanistan," kata Petraeus di hadapan para anggota dewan saat ia memberikan keterangan bersama Michele Flournoy, wakil menteri pertahanan di bidang kebijakan. Pada 16 Maret 2011, Direktur Badan Intelijen Pertahanan AS Letnan Jenderal Ronald Burgess pernah mengatakan kepada para anggota dewan bahwa meski Taliban mendapatkan lebih banyak tekanan dibandingkan sebelumnya di Afghanistan, kelompok tersebut ulet dan mampu bertahan. Burgess juga menyatakan bahwa pengaruh Taliban masih tetap menyebar luas di seluruh penjuru negara, demikian dilaporkan Christian Science Monitor. Setahun setelah Presiden Obama menyetujui penambahan 30.000 prajurit Amerika dan menjadikan jumlah total pasukan koalisi menjadi 140.000, Flournouy mengatakan, "Strategi kita berjalan baik." Setelah hearing tersebut, Obama sempat memerintahkan penarikan sebagian pasukan pada bulan Juli 2011, namun Petraeus mengatakan bahwa dirinya belum memutuskan tingkat penarikan pasukan macam apa yang direkomendasikannya. Jumlahnya diperkirakan kecil. "Meski Taliban mengalami kekalahan taktis, mereka tetap mampu menjaga pengaruh di sebagian besar kawasan, khususnya di luar kawasan perkotaan," kata Burgess kepada Komite Pengawas Persenjataan Senat. "Pasukan AS meraih sejumlah kemenangan di timur dan mampu menyingkirkan sejumlah tokoh pemimpin kunci dari medan perang. Hal ini agaknya tidak memengaruhi kapasitas operasional mereka (Taliban), yang di antaranya t --ermasuk serangan tingkat tinggi terhadap sejumlah pangkalan (NATO) di tahun 2010," tambahnya. "Momentum yang diraih oleh Taliban di Afghanistan sejak tahun 2005 telah dihentikan di sebagian besar negara dan dibalikkan di sejumlah kawasan penting," klaim Petraeus. "Akan tetapi, meski perkembangan keamanan yang dicapai dalam satu tahun terakhir signifikan, (perkembangan) itu juga rapuh dan rentan dibalikkan. Lebih lanjut lagi, sudah jelas bahwa masih banyak kesulitan yang menanti saat rekanrekan kami di Afghanistan harus memperkuat dan memperluas keunggulan kami menghadapi Pandangan Burgess disampaikan setelah komandan AS di Afghanistan, Jenderal David H. Petraeus, menyoroti "perkembangan tak seimbang" di Afghanistan yang masih rentan dan dapat dibalikkan. Dalam rapat dengar pendapat yang berlangsung tiga jam di Senat kala itu, 2 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA serangan Taliban, yang diperkirakan dilangsungkan musim semi (2011) mendatang," tambahnya. Edisi XVI/November-Desember 2014 Gagalnya Program Rekonstruksi AS Seorang pengawas AS telah memperingatkan bahwa dana sebanyak $ 104 M yang diberikan ke Afghanistan untuk proyek rekonstruksi bisa menguap sia-sia lantaran pemerintahan Afghanistan yang kacau. Korupsi dan lemahnya kontrol menjadikan dana tersebut raib tak berbekas. Kemunculan Petraeus di hadapan Kongres AS adalah kemunculan perdananya sejak menggantikan Jenderal Angkatan Darat AS Stanley A. McChrystal pada bulan Juni 2010, atau tepat setahun setelah menjabat. Itu dilakukan pada saat hasil jajak pendapat yang digelar Washington Post dan ABC News menunjukkan bahwa nyaris dua per tiga warga Amerika mengatakan bahwa perang di Afghanistan tidak lagi perlu dilakukan. Dalam laporan yang dikeluarkan pada tanggal 30 Oktober oleh SIGAR (Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction) atau Inspektorat Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan, memperingatkan bahwa pasukan keamanan nasional Afghanistan tidak berkelanjutan secara fiskal dan tidak dapat mempertahankan investasi.2 Sementara itu, dalam sebuah pernyataan di National Review, David Petraeus juga mengakui bahwa Taliban adalah pasukan yang paling kompeten dan taktis yang pernah dihadapi oleh NATO. Dalam kondisi sekarang, di mana rakyat Afghanistan berharap banyak pada Taliban, dan di mana Taliban mendapat dukungan cukup besar dari rakyat Afghanistan, tak heran gerilya Taliban menjadi sesuatu sangat diperhitungkan. Unit-unit kecil pasukan Taliban, seperti jebakan ranjau darat, pengintaian, dan pertahanan mereka sangat baik. Mereka jauh lebih terlatih dan berpengalaman daripada polisi Afghanistan sendiri. Laporan ini memperingatkan bahwa tanpa kontribusi donor, pemerintah Afghanistan tidak akan dapat memenuhi sebagian besar pengeluaran operasi atau perkembangannya. Ia juga mengatakan Amerika Serikat tidak memiliki strategi antikorupsi yang komprehensif dan bahwa operasi kontra narkotika tidak lagi menjadi prioritas utama bagi Amerika Serikat. PBB juga menyebutkan produksi opium di Afghanistan mencapai tertinggi di antara waktu lainnya selama November. Afghanistan menempati urutan keempat dalam daftar negara terkorup di dunia versi lembaga non-pemerintah, Transparency International. Sepertinya AS sudah kepalang tanggung, tak diberi uang pemerintah tidak bisa jalan, diberi uang dikorupsi. Ketika rakyat Afghan terus memberikan dukungan kepada Taliban, dan percaya pada kekuatan perjuangan Islam dan pembelaan terhadap tanah air yang diusung, maka adalah logis jika pasukan AS tidak bisa berbuat banyak di bumi para pejuang bersorban tersebut. Pasukan AS mungkin bisa menghancurkan setiap sasaran yang mereka inginkan, tetapi belum tampak tanda-tanda mereka akan memenangkan perang di Afghanistan. David McKierna, komandan senior AS di Afghanistan, pernah mengatakan, "Dalam banyak hal, kami tak akan pernah menang perang."1 2 High-Risk List: Report on program areas and elements of reconstruction effort that are especially vulnerable to waste, fraud, and abuse. http://www.sigar.mil/pdf/spotlight/HighRisk_List.pdf 1 Robert M. Gates: “Unwinable stupid war.” (Antiwar.com) Washington Times, 27/11/2014. 3 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Inkompetensi Militer AS di Afghanistan Terus Berlanjut Edisi XVI/November-Desember 2014 keterlibatan konflik besar sejak Perang Dunia II, yang memerlukan pasukan darat secara signifikan. Hanya Operasi Desert Storm pada tahun 1991 yang dianggap sukses tanpa banyak pertanyaan dalam beberapa tahun terakhir. Angkatan Bersenjata AS mungkin lebih kuat daripada militer lainnya dalam sejarah dunia, baik secar mutlak maupun relatif atas negara-negara lain. Namun, kinerja lapangan mereka belum terlalu bagus, terutama terhadap pasukan gerilya yang bersifat ireguler di negara berkembang. Selagi pasukan AS menarik diri dari wilayah Afghanistan, Taliban meraih sejumlah kemajuan di negara tersebut. Polisi Afghanistan dan tentara nasional secara perlahan menunjukkan keputusasaan, meskipun AS telah menghabiskan 13 tahun dan puluhan miliar dolar untuk melatih pasukan tersebut. Ketika AS menyelesaikan penarikan diri dari medan tempur pada akhir tahun ini, tren yang tidak menguntungkan bagi pihak asing ini dapat mengalami percepatan. Itu pun dengan harapan bahwa pasukan keamanan Afghanistan tidak runtuh sama sekali seperti halnya pasukan Irak yang dilatih AS. Pada era pasca-Perang Dunia II, militer AS mencoba untuk menekan bangsa miskin (ketika itu) Cina, yang kemudian menyeret AS ke dalam Perang Korea (1950-1953) tanpa kemenangan. Kemudian AS mengalami kekalahan dalam Perang Vietnam (1965-1973) dari gerilyawan Viet Cong dan pasukan Vietnam Utara (NVA); dan mengulangi kesalahan yang sama di Vietnam ketika di Irak dan Afghanistan. Awalnya menggunakan senjata yang berlebihan dan mengasingkan penduduk, padahal kesetiaan (dukungan) warga merupakan kunci untuk memerangi gerilyawan. Jadi, Perang Afghanistan telah tercatat sebagai perang terpanjang dalam sejarah Amerika. Hasilnya, militer AS telah gagal untuk meundukkan Afghanistan, seperti halnya kegagalan tiga kali upaya kekuatan adidaya, yaitu Imperium Britania pada abad ke-19, ke-20 dan Uni Soviet pada 1980an. Bahkan, kekuatan luar belum pernah menaklukkan Afghanistan sejak Cyrus Agung melakukannya pada zaman Persia kuno. Bahkan, dalam operasi darat dengan level yang lebih rendah terhadap musuh yang “kecil dan lemah”, militer AS belum melakukan semua itu dengan baik. Meskipun sukses, invasi Grenada dan Panama menyajikan pertunjukan yang memalukan, seperti korban salah sasaran dari pihak sekubu, yang disebabkan oleh ketidakmampuan petugas AS untuk berkomunikasi dan berkoordinasi secara memadai. Di samping itu, penghancuran semenamena daerah sipil dan jatuh korban dalam jumlah besar dari operasi yang secara terhormat disebut sebagai operasi pemulihan (surgical operation). Mengapa AS memiliki keangkuhan untuk berpikir bahwa mereka bisa berhasil menjinakkan Afghanistan, ketika semua usaha keras lainnya telah gagal? Karena banyak elite kebijakan luar negeri di AS, media, dan rakyat percaya pada "pengecualian Amerika." Seperti dikemukakan oleh politisi dari kedua kubu—misalnya, Hillary Clinton dan Madeleine Albright dari Partai Demokrat dan orang-orang seperti John McCain dan sidekick (pendamping setia)-nya Lindsay Graham dari Partai Republik—Amerika adalah "bangsa yang sangat diperlukan" untuk dunia yang tidak bisa memecahkan masalah-masalahnya yang paling utama dengan menggunakan kekuatan militernya. Misi penyelamatan sandera yang dilakukan di Iran pada tahun 1980 pun harus dibatalkan. Akhirnya, intervensi AS di Lebanon dan Somalia di bawah pemerintahan Reagan dan Clinton, dipaksa berhenti dan melarikan diri dengan cara yang memalukan dari negara-negara tersebut, setelah kesuksesan serangan musuh, yang kemudian Meskipun ada upaya untuk menjilat publik secara lebih personal terhadap kalangan militer dan veteran perang, sebagian kalangan menilai militer AS tidak cukup kompeten di sebagian besar 4 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA menginspirasi Usamah bin Ladin untuk percaya bahwa dia bisa memaksa AS menarik diri dari intervensi luar negeri dengan meluncurkan serangan terhadap pasukan militer AS (USS Cole) dan fasilitas di luar negeri, bahkan hingga wilayah AS (Serangan 11 September). Edisi XVI/November-Desember 2014 senjata yang berlebihan, sehingga warga sipil merasa terancam; sementara di Afghanistan dan Irak, militer AS melupakan pelajaran dari Vietnam, dan melakukan hal yang sama. Mungkin warga Amerika bertanya-tanya, "Bukankah pasukan kita lebih hati daripada Taliban yang brutal? Mengapa Taliban masih mendapatkan begitu banyak dukungan di Afghanistan?" Jawabannya: Karena mereka adalah orang Afghanistan. Ivan Leland menguraikan hal ini di dalam bukunya yang berjudul The Failure of Counterinsurgency: Why Hearts and Minds Are Seldom Won.3 Ketika memerangi pemberontak pribumi, penjajah asing tidak pernah mendapatkan manfaat dari keraguan. Poin penting ini menyulitkan kekuatan besar untuk memenangkan perang melawan pemberontak, tidak peduli seberapa baik mereka mencoba untuk memperlakukan warga sipil. Sering kali militer AS tidak cukup terbiasa dengan bahasa dan budaya negeri-negeri jauh yang diintervensi, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang baik tentang siapa yang tergolong gerilyawan dan siapa yang bukan. Setiap kali militer AS mengalami kemunduran, biasanya petunjuk dicari di sekitar kepemimpinan sipil negara untuk lebih banyak disalahkan. Meskipun pemimpin sipil dipandang patut untuk disalahkan dalam sebagian besar kasus tersebut, tetapi militer juga tidak dibenarkan melarikan diri pengawasan publik untuk bencana yang sebagian besar disebabkan oleh mereka. Masalahnya adalah bahwa publik Amerika merasa bersalah karena dugaan penyalahgunaan kembali, seperti ketika era Perang Vietnam, di mana mereka dihadapkan kepada fakta bahwa rata-rata warga yang terlibat wajib militer telah dikorbankan secara berlebihan untuk petualangan militer AS di luar negeri. Tentu saja, jika masyarakat benar-benar ingin melakukan sesuatu untuk mendukung petugas sipil dan militer AS, mereka harus menghentikan orangorang tadi dari berjuang dan mati di negara berkembang, di tempat yang jauh, untuk memerangi dugaan yang berlebihan berupa ancaman terhadap AS. Sayangnya, kemarahan publik yang memadai, yang diperlukan untuk mengakhiri konflik itu dirasakan belum cukup jelas dan signifikan, baik untuk perang di Afghanistan maupun Irak. Sering kali satu-satunya cara yang digunakan untuk memenangkan kontrainsurgensi adalah dengan memusnahkan seluruh negeri dengan kekerasan tanpa pandang bulu dan menyasar siapa saja yang berpotensi sebagai ancaman. Contohnya adalah Uni Soviet, yang menggunakan kebijakan bumi hangus seperti di Afghanistan dan terbukti tidak menang. Selain itu, militer AS akan mengalami kesulitan menjual kebijakan dengan kebangkrutan moral, yang membawa pesan bahwa AS sedang "menghancurkan negeri dalam rangka menyelamatkannya". Namun, sekali lagi: “Amerika adalah perkecualian.” Tapi, apa sebenarnya yang salah di Afghanistan? Tidak seperti di Vietnam dan Irak, militer AS tidak memerangi tentara konvensional, seperti halnya pasukan Irak selama Operasi Desert Storm, yang sejauh ini dipandang sebagai pencapaian terbaik. Sebaliknya, dari tiga negara tadi, AS menghadapi peningkatan jumlah pekerjaan sosial militer. Angkatan Bersenjata AS harus berhadapan dengan gerilyawan yang memiliki hubungan yang cair dengan penduduk sipil pribumi sebagai pendukung penting. Di Vietnam, pasukan AS menggunakan Berada jauh dari pusat konflik dunia, AS berusaha mewujudkan keamanan intrinsik terbaik 3 http://smile.amazon.com/Failure-CounterinsurgencyPraeger-SecurityInternational/dp/1440830096/antiwarbookstore 5 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA dibandingkan setiap kekuatan besar dalam sejarah dunia. Logikanya sederhana. Seperti dalam birokrasi publik lainnya, ketika orang-orang menghabiskan uang orang lain maka banyak hal berjalan serba salah. Dengan demikian, menurut Ivan Leland, mengirim militer untuk perang hanya boleh dilakukan dalam kasus-kasus yang paling mengerikan (mengancam langsung keamanan nasional). Mnurutnya pula, menahan diri dari penggunaam militer merupakan visi para pendiri negara AS. Sayangnya, kini warga AS telah melayang jauh dari konsep tersebut dan menjadi masyarakat militeristik dalam perang konstan.4 Edisi XVI/November-Desember 2014 justru semakin meningkat intensitasnya. Gelombang operasi syahid dari Taliban telah mengguncang kepercayaan diri pihak Kabul, sementara serangan Taliban yang terus-menerus di daerah pedalaman telah berlangsung sejak lama dan telah merugikan tentara nasional dan polisi Afghanistan. Karena aktivitas perlawanan yang tak kunjung reda ini, AS akan terus memberikan dukungan dari kekuatan udara bagi pasukan keamanan Afghanistan, bahkan setelah misi tempur daratnya berakhir pada akhir Desember ini. Yang jelas, AS telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk bertempur dengan Taliban dan melatih pasukan keamanan Afghanistan. Dengan demikian, belanja anggaran dalam jumlah yang sangat besar tersebut terancam menjadi upaya pengembangan yang sia-sia ketika kekalahan Taliban—sebagai target yang jelas—tak kunjung terwujud. Kegagalan Strategi Kontrainsurgensi (COIN) AS Pemerintah yang dibentuk atas dasar pembagian kekuasaan antarfaksi saat ini di Afghanistan kemungkinan tidak akan sukses; serupa dengan di Irak selama periode Nuri Al-Maliki. Demokrasi yang layak hanya mungkin jika pemilihan yang adil menghasilkan pemenang yang diakui dan oposisi yang loyal juga tetap eksis—setidaknya ada satu yang cukup loyal sehingga tidak sampai secara fatal menumbangkan kelompok yang berkuasa. Masalahnya, budaya politik Afghanistan tidak memenuhi satu pun prasyarat tersebut. Dalam bukunya, The Failure of Counterinsurgency: Why Hearts and Minds are Seldom Won, Ivan Leland mengkritik kebijakan kontrainsurgensi AS seperti “terus menuangkan uang ke lubang tikus dengan sia-sia”. Ia juga mengeksplorasi, mengapa perang kontra tersebut sangat sulit untuk dimenangkan oleh kekuatan besar. Melihat pilihan strategi AS, seolah-olah seperti tidak ada track record sebelumnya di Afghanistan untuk memperingatkan pemerintah AS dari bahaya pekerjaan sosial bersenjata yang mereka tempuh. Padahal, sekali lagi, tidak ada kekuatan asing yang berhasil menundukkan Afghanistan sejak sebelum Masehi, termasuk dua kali kegagalan Inggris pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 hingga keterpurukan Uni Soviet setelah invasi pada 1980an. Pemilihan Afghanistan terakhir dikritik korup dan karena itu dipertanyakan keabsahannya. Dengan demikian, tidak ada jaminan satu kelompok pun akan tetap loyal. Karena hasil yang gagal tersebut, AS kemudian mengatur agar dua kandidat yang bersaing dalam pemilihan—Ashraf Ghani—yang mewakili Pashtun—dan Abdullah Abdullah—yang mewakili kelompok etnis lainnya—akan berbagi kekuasaan, dengan Ashraf Ghani menjadi presiden dan Abdullah menjadi kepala eksekutif (perdana menteri). Secara historis, demokrasi berkelanjutan harus menggelembung naik dari bawah, dengan budaya kompromi politik yang sesuai, yang harus terwujud sebelum insitusi kekuasaan dapat memerintah secara demokratis, bukan sebaliknya. Selain itu, demokrasi memiliki lebih sedikit kesempatan abadi Yang pasti, pemerintahan baru Afghanistan mewarisi PR lama, yaitu perlawanan Taliban yang 4 http://original.antiwar.com/eland/2014/12/01/inafghanistan-a-continuing-trend-of-us-military-incompetence/ 6 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA jika kekuatan asing memaksakannya dengan paksa, terutama di negara-negara yang belum pernah memiliki tradisi demokrasi yang memadai. Di samping itu, kesenjangan antara kekuasaan mayoritas dapat mengakibatkan tirani sebagian kelompok masyarakat (Syi’i terhadap Sunni), seperti yang terjadi di Irak. Edisi XVI/November-Desember 2014 infrastruktur mereka” dari udara. Karena, faktanya begitu banyak jatuh korban sipil yang justru menguatkan permusuhan rakyat Afghanistan terhadap AS. Oleh karena itu, AS layak mempertimbangkan penarikan semua pasukan darat yang tersisa dan mengakhiri dukungan udara tempur bagi pasukan keamanan Afghanistan, dalam rangka menghindari tersedot kembali ke rawa kesia-siaan yang tak kunjung habisnya.5 Apalagi dalam praktik demokrasi liberal, di mana hak-hak minoritas yang penting dan aturan hukum terjamin. Lebih lanjut, menurut demokrasi liberal asli, untuk mempertahankan diri dan berkembang dalam jangka panjang, sering kali tingkat pendapatan masyarakat tertentu harus dicapai. Ini akan meningkatkan munculnya kelas menengah politik kuat yang menantang elite bercokol. Baik di Irak maupun Afghanistan, level ini gagal untuk dicapai. Di Irak, kemakmuran telah dilemahkan oleh tahun-tahun perang yang panjang dan sanksi ekonomi internasional, sedangkan Afghanistan tetap menjadi negara yang sangat miskin. NATO secara Resmi Menarik Diri dari Afghanistan Tanpa Kemenangan Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tergabung dalam ISAF, Ahad (28/12), secara resmi mengakhiri operasi militer di Afghanistan yang telah berlangsung selama 13 tahun. Mereka menggelar upacara resmi untuk mengakhiri misi militer di Afghanistan bertempat di Pangkalan Militer AS, Kabul. Operasi tersebut merupakan perang terpanjang yang dialami AS dan NATO, tanpa menuai kemenangan, karena selama itu pula NATO belum mampu melumpuhkan apalagi menghentikan perlawanan Taliban. Dengan demikian, mempertahankan sekitar 10.000–12.500 pasukan darat AS di Afghanistan, ditambah penggunaan kekuatan udara AS, membuka peluang yang lebih mungkin bahwa AS akan terseret kembali ke dalam konflik untuk mempertahankan rezim pemerintah kompromis yang tidak layak untuk menghadapi perlawanan Taliban yang semakin meningkat. Sekali lagi, AS terperangkap seperti di Irak, bahkan tanpa meninggalkan jumlah pasukan yang cukup besar di sana setelah tanggal penarikan. Konflik di “negaranegara buatan” yang dilingkupi perpecahan sosial yang mendalam kemungkinan akan terus menjerat AS. “Kita bersama telah mengangkat rakyat Afghanistan dari kegelapan dan memberikan mereka harapan akan masa depan,” kata Komandan ISAF, Jenderal John Campbell, kepada pasukan NATO dalam acara seremonial tersebut. Campbell menghibur pasukannya dengan mengatakan bahwa kalian telah berperan besar dalam perubahan rakyat Afghanistan. Saat ini, Jenderal tersebut mengklaim Afghan merasa lebih aman. “Anda membuat rakyat Afghanistan lebih kuat dan negaranya lebih aman.” Pada akhir pembicaraannya, Campbell mengucapkan terima kasih atas pengorbanan anak buahnya. Ia mengungkapkan bahwa pertempuran di Afghanistan merupakan pertempuran Jika Taliban diminta untuk belajar bahwa mereka akan dijatuhkan dari kekuasaannya karena sikap enggan mereka dengan menampung “teroris” antiAmerika—dan seterusnya demikian di masa depan, di wilayah mana saja yang mereka perintah—maka AS pun dipandang perlu untuk membatasi keterlibatannya dalam pemboman atas alasan “menghancurkan kamp pelatihan teroris dan 5 http://original.antiwar.com/eland/2014/12/08/the-failureof-counterinsurgency-afghanistan/ 7 Laporan Bulanan 20142020142014 terpanjang yang sebelumnya. SYAMINA belum pernah dialami AS Edisi XVI/November-Desember 2014 kekuatan yang lebih lemah. “Kami menganggap tahap ini secara jelas menunjukkan kekalahan dan keputusasaan mereka,” kata Taliban dalam pernyataannya, Senin (29/12).7 Taliban juga mengungkapkan bahwa NATO telah membawa Afghanistan menjadi negara yang penuh dengan pertumpahan darah. Upacara penutupan misi militer itu sendiri digelar dengan sederhana dan tertutup. Hal itu menyusul potensi ancaman Taliban yang beberapa bulan terakhir gencar dilakukan di ibukota Afghanistan. “Seremoni digelar secara rahasia dan dalam waktu singkat. Hal itu untuk menghindari ancaman serangan Taliban,” lansir sejumlah media internasional, seperti dikutip dari Arabi21.com. Surat kabar Inggris, The Independent menyebutkan bahwa kekuatan Taliban masih tangguh di Afghanistan. Di sisi lain, kekuatan pemerintah masih diragukan dapat menghadapi kekuatan Taliban. Bahkan, upacara penutupan misi militer ini sengaja digelar sembunyi-sembunyi dan sederhana. Hal itu untuk menghindari ancaman serangan Taliban yang beberapa waktu terakhir berhasil menembus tempat-tempat dengan pengamanan super ketat di ibukota Kabul. Dalam pidatonya, komandan NATO Jenderal John Chambell mengatakan kepada pasukannya bahwa kalian telah memberikan rasa aman bagi warga Afghanistan. Kalian telah berkorban selama 13 tahun untuk menghadapi “teroris”. Di sisi lain, Taliban mengatakan bahwa upacara tersebut menunjukkan kegagalan telak yang dialami AS di Afghanistan. Mereka pulang dengan kekalahan. Cibiran itu dikeluarkan sehari setelah NATO menggelar upacara penutupan di pangkalan militer mereka di ibukota Kabul. Resolute Support dan Operasi Freedom’s Sentinel: Misi Baru AS di Afghanistan Sebenarnya, pasukan asing tidak sepenuhnya ditarik dari Afghanistan. Setelah melihat serangan Taliban semakin gencar, AS memutuskan untuk tetap menempatkan sebanyak 12.500 pasukan. Menurut AS, misi ribuan tentara itu untuk melatih militer pasukan Afghanistan yang belum kuat. AS khawatir jika menarik diri sepenuhnya dari Afghanistan, Taliban akan kembali merebut ibukota. Secara resmi, upacara berakhirnya Operasi Enduring Freedom juga menjadi ajang perkenalan sebuah misi baru—Resolute Support (Dukungan Tegas)—di negara tersebut. 8 “Upacara hari ini menunjukkan kegagalan mutlak dari misi AS dan NATO,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid. “Mereka melarikan diri dari Afghanistan. Mereka tidak mencapai tujuan mereka mengalahkan mujahidin Afghanistan, tetapi mereka tetap mempertahankan beberapa pasukan mereka untuk mencapai tujuan kejinya,” tambah Mujahid. “Tiga belas tahun misi militer AS dan NATO (di Afghanistan) sepenuhnya gagal, upacara penutupan hari ini menunjukkan kegagalannya,” tegas Mujahid, sebagaimana dikutip oleh Foreign Policy. 6 Tapi ada misi lain yang terkait juga sedang berjalan saat ini: Operasi Freedom’s Sentinel. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari itu juga bahwa Gerakan yang juga dikenal dengan nama resmi Emirat Islam Afghanistan itu kembali menegaskan bahwa AS dan sekutunya serta organisasi internasional yang mendukung mereka benarbenar telah mengalami kekalahan melawan 7 http://shahamatenglish.com/index.php/paighamoona/51809-statement-ofthe-islamic-emirate-regarding-the-approaching-withdrawaldate-of-the-foreign-invading-forces 8 http://www.washingtonpost.com/world/nato-flag-loweredin-afghanistan-as-combat-missionends/2014/12/28/5a3ad640-8e44-11e4-ace947de1af4c3eb_story.html 6 http://foreignpolicy.com/2014/12/29/taliban-u-s-leavingafghanistan-indefeat/?utm_content=bufferba120&utm_medium=social&ut m_source=twitter.com&utm_campaign=buffer 8 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA operasi ini akan mencakup dua komponen inti: 1. Bekerja dengan sekutu dan mitra di Resolute Support. Edisi XVI/November-Desember 2014 GlobalSecurity.org mencatat bahwa kedua operasi—OEF-TS dan Juniper Shield—masih berjalan hingga awal tahun 2014 ini.11 2. Melanjutkan operasi kontraterorisme terhadap sisa-sisa Al-Qaeda. “Untuk memastikan bahwa Afghanistan tidak pernah lagi digunakan untuk melancarkan serangan terhadap tanah air kami," katanya. Pengumuman Operasi Freedom’s Sentinel ini pun mendapat reaksi beragam. Sejumlah kalangan mulai bertanya-tanya apakah operasi ini cukup "keren". Adapun yang lain mempertanyakan, apakah itu tidak terdengar agak berlebihan; seperti ‘sesuatu’ yang keluar dari sebuah buku komik. Yang jelas, operasi ini dimunculkan seiring dengan meningkatnya serangan terhadap para pejabat tinggi pemerintah Afghanistan dan jatuhnya korban dalam jumlah tinggi dari kepolisian dan unit tentara. Setelah 13 tahun, momen ini menandai perubahan yang signifikan secara militer. "OEF"—singkatan yang umumnya dikenal di kalangan perwira pasukan dan satuan tempur—tidak hanya mencakup operasi di Afghanistan, tetapi juga meliputi upaya untuk menargetkan militan dan melatih militer negara sahabat, misalnya OEFFilipina yang menargetkan Abu Sayyaf dan OEFTrans Sahara yang menyasar AQIM. Seperti halnya Operasi Iraqi Freedom, singkatan OEF menjadi bagian dari leksikon pasukan dan disematkan dalam berbagai hal, dari penghargaan hingga stiker yang ditempel di bumper. Hagel mengatakan bahwa dengan "menjamin kerja sama keamanan", AS akan terus membantu pemerintah Afghanistan untuk membangun kapasitas dan kemandirian. “Kami akan terus bekerja dengan mitra-mitra Afgan kami untuk mengamankan kemajuan yang telah kita raih sejak 2001, untuk mencapai peluang yang menentukan ini bagi masa depan Afghanistan,” ia menambahkan. 12 Untuk misi di Filipina sudah agak mereda. Para pejabat AS pernah menyampaikan pada bulan Juni lalu bahwa AS telah membubarkan sebuah gugus tugas Operasi Khusus yang ada di sana untuk melatih polisi dan pasukan militer Filipina.9 Laksamana Samuel Locklear, yang menjabat sebagai Panglima Komando Pasifik AS, juga mengatakan pada akhir April lalu bahwa misi tidak akan berakhir sepenuhnya, tapi bergeser sebagian untuk fokus pada pelatihan jajaran kepolisian Filipina untuk melindungi pulau-pulau selatan, daerah di mana gerilyawan aktif.10 Faktor Internal: Daya Tahan Taliban 1. Kemampuan dalam memainkan diplomasi internasional. Mereka mampu melobi Pemerintah Qatar agar diperbolehkan membuka kantor perwakilan di Doha. 2. Mampu mempertahankan posisi tawar di dalam negeri. Ini dibuktikan lewat tawaran pemerintah Kabul untuk terus melakukan lobi dialog dengan pihak Taliban. Sementara itu, misi di Trans-Sahara akhirnya mengambil nama Juniper Shield, sebagai misi yang diperluas untuk mencakup lebih banyak negara di Afrika Utara. Demikian menurut laporan tahun 2012 untuk Congressional Research Service. Situs 3. Dukungan langsung dari kelompok-kelompok di luar Afghanistan, seperti TTP dan kelompok jihadi Asia Tengah (Uzbekistan dan Xinjiang) 9 11 http://bigstory.ap.org/article/us-disband-anti-terror-forcephilippines 10 http://foreignpolicy.com/2014/04/29/u-s-commandomission-in-philippines-getting-overhaul/ http://www.globalsecurity.org/military/ops/oef-ts.htm http://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/ 2014/12/29/meet-operation-freedoms-sentinel-thepentagons-new-mission-in-afghanistan/ 12 9 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA 4. Kontrol terhadap perdagangan opium. Edisi XVI/November-Desember 2014 Amerika tersebut dalam pidato penyerahan kekuasaan kepada presiden baru Ashraf Ghani Ahmadzai. ‘’Kami tidak mendapatkan perdamaian karena Amerika tidak menginginkan perdamaian,’’ kata Karzai dalam pidatonya di Istana Kepresidenan di Kabul. 5. Kemampuan terkini di dalam menggunakan teknologi IT. Ini bisa dilihat dari situs resmi mereka (Shaamat-English.com) dan majalah rutin terbitan Emirat Islam Afghanistan, yaitu InFight dan Azan Magazine.13 Dalam pidatonya itu, Hamid Karzai menuding Amerika tidak bisa membawa kedamaian di Afghanistan. Karzai menyebutkan bahwa yang menikmati peperangan di Afghanistan adalah pihak asing. ‘’Sehingga warga Afghanistan menjadi domba korban dan korban peperangan ini,’’ katanya. 6. Kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik terbatas. Misalnya, ketika Taliban mempersilakan lembaga Internasional untuk melakukan pelayanan kesehatan, di antaranya vaksinasi. Dalam reportase yang dilakukan Aljazeera Channel, yang berjudul The State of Taliban, kelompok ini juga terbukti mampu menyelenggarakan proses arbitrase dalam penyelesaian sengketa masyarakat. Sebenarnya, hanya Karzai-lah satu-satunya presiden Afghanistan sejak Amerika menggulingkan Taliban di Afghanistan. Ada kemungkinan Karzai merasa “dibuang” oleh Amerika, atau mencari simpati karena berani “menentang” Amerika. Faktor Eksternal: Mengapa Amerika Serikat tidak Kunjung Menang Melawan Taliban? Dalam kesempatan itu, Hamid Karzai mengucapkan terima kasih kepada India, Jepang, Tiongkok, Arab Saudi, Korsel dan Jerman yang telah membantu Afghanistan. Tapi, bekas presiden Afghanistan selama 13 tahun itu tidak berterima kasih pada AS. 1. Rakyat Amerika sendiri sudah pesimis akan perang Afghanistan. Alih-alih memberi semangat. Bagi banyak rakyat Amerika, tidak pernah tergambar yang namanya “negara” Afghanistan. Yang ada hanyalah kumpulan dari suku, golongan, dan klan yang belum lengkap. Jika pun ada yang namanya "Afghanistan", pemerintahnya sangat korup dan tidak mampu mengendalikan negaranya sendiri. Jadi, apa untungnya AS berperang di sana? Pada akhir pemerintahannya, Hamid Karzai menolak menanda tangani perjanjian keamanan dengan AS. Isinya, memberi kesempatan bagi 10 ribu penasihat militer dan pelatih AS untuk tetap di Afghanistan selama setahun. Sejak 2001, Washington telah menghabiskan dana sebesar $100 miliar untuk memberi bantuan peralatan perang, membangun sarana jalan dan rumah sakit serta sekolah. Sekitar 2.200 tentara AS tewas di Afghanistan sejak operasi militer 2001, dan 20 ribu serdadu luka parah. Data PBB menyebut sedikitnya 8 ribu warga Afghanistan terbunuh dalam lima tahun terakhir. 2. Dulu, ketika Hamid Karzai menjadi presiden Afghanistan, sekutu dan wakil resmi AS ini sebenarnya lebih suka bahwa AS meninggalkan Afghanistan. Setidaknya itulah yang dia katakan untuk konsumsi internal dan itu pula yang diharapkan oleh Loya Jirga. Ia tidak punya tujuan praktis yang lebih besar daripada Walikota Kabul. Fox News sempat melaporkan Rabu (24/9/2014), bahwa Karzai mengungkapkan kekesalannya pada Bagaimana dengan Ashraf Ghani Ahmadzai yang baru? Presiden baru Afghanistan itu bersedia menanda tangani perjanjian dengan AS. 13 Lihat: Laporan Khusus Lembaga Kajian SYAMINA edisi VI/Oktober 2013 yang berjudul “Peran Penting Media dalam Menyuarakan Jihad” di www.syamina.org 3. Satu-satunya hal yang menyatukan rakyat Afghanistan adalah kebenciannya kepada orang 10 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA asing. Pasukan asing—di mana saja, apa pun niat mereka—akan selalu dilihat sebagai penjajah dan musuh. 4. Jenghis Khan, Inggris, dan Rusia semua berusaha untuk "menang" di Afghanistan, dan mereka semua gagal. Bukan kebetulan jika Afghanistan gagal ditaklukkan tiga imperium besar. Edisi XVI/November-Desember 2014 12. AS tidak bisa membiayai perang luar negeri yang kerap dipertanyakan dan malah tidak mampu memulihkan ekonomi di rumah sendiri, dan jika mencoba melakukannya malah cenderung menyebabkan perang tanpa arah dan merusak keadilan bagi rakyatnya sendiri. Tampaknya bahwa AS mengalami kepayahan, apalagi militernya berperang tanpa target yang jelas. Cukup masuk akal jika ‘pulang’ adalah pilihan yang pada akhirnya kembali diambil. (F. Irawan) 5. AS tidak dapat menang perang ketika terus membunuh warga sipil. Namun, di Afghanistan di mana batas antara kombatan dan warga sipil adalah tipis, AS harus membunuh warga sipil banyak sekali setiap waktu. Itulah yang menyebabkan warga Afghanistan lebih memilih untuk mendukung Taliban. 6. Mungkin AS harus kembali bertanya apakah mereka berperang melawan terorisme ataukah melawan Islam? Pertanyaan semisal ada di benak masyarakat Afghanistan. 7. AS tidak akan bisa membuat warga Afghanistan merasa bebas sementara AS sendiri mengokang senapan, dan itulah yang dilakukan oleh tentara AS di Afghanistan. 8. Tidak ada cara yang lebih baik untuk melahirkan teroris baru daripada membuat perang terhadap umat Islam atas nama perang melawan terorisme. 9. AS tidak bisa menyelamatkan dunia, dan risikonya kehilangan apa yang terbaik di homeland Amerika ketika nekat untuk melakukan hal itu. Lewat alokasi anggaran yang tidak pada tempatnya. 10. Kekuatan militer dan senjata yang luar biasa yang diterapkan dari luar lebih cenderung merusak daripada mempertahankan perkembangan demokrasi di negara berkembang. Padahal, demokrasi inilah alasan utama yang digembargemborkan. 11. Al Qaeda bukanlah Afghanistan dan bukan pula Taliban. Jika AS beralasan memerangi Al Qaeda, kenyataannya yang jadi korban adalah rakyat Afghanistan, dan kini Al Qaeda bukan hanya ada di Afghanistan. 11 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Edisi XVI/November-Desember 2014 selama seabad terakhir ini mengalami kemunduran dan kemerosotan? Bukankah Islam merupakan agama yang benar, sehingga politik yang diajarkannya pun benar. Pasang-Surut Politik Islam Perspektif Islam Mengenai Keruntuhan Suatu Sistem Politik Politik berasal dari bahasa Yunani ‘polis’ yang berarti negara kota. Politik secara umum dapat didefinisikan dalam beberapa definisi yang hampir kesemuanya memiliki persamaan dalam konsepkonsep pokoknya yaitu: negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian atau alokasi. Dalam tradisi Islam yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa keilmuannya, politik ditransliterasi menjadi siyasah. Kata siyasah sendiri merupakan derivasi dari ‘saasa’ yang berarti melaksanakan sesuatu sebagaimana semestinya. Sultan Salim III (1761–1808) dari Daulah Utsmaniyah sedang menerima penghormatan dalam sebuah pertemuan di Gerbang Kebahagiaan, Istana Topkapi, Istanbul. (Wikipedia.org) Tulisan ini mencoba mendeskripsikan perspektif Islam mengenai keruntuhan suatu sistem politik sebagai suatu sunnatullah yang terkait dengan hukum sebab-akibat. Tulisan ini juga akan mendudukkan kemunduran praktik politik Islam dengan kebenaran Islam. Selain itu, juga akan mengungkap penyebab kemunduran tersebut dan peluang kembalinya. Dalam tradisi Islam yang sumber dasar pemikiran dan sistem hukumnya berupa wahyu yang terwujud dalam Al-Quran dan Hadits Muhammad saw, tidak terdapat kata siyasah dengan arti sebagaimana yang dipahami sekarang ini. Dalam Al-Quran tidak terdapat satu pun kata siyasah bahkan derivasinya. Meski tidak terdapat kata siyasah atau derivasinya di dalamnya, namun AlQuran menyebutkan beberapa kali kata ‘al-mulk’ 14 yang berarti kerajaan atau negara, yang merupakan salah satu konsep politik yang terpenting. Selain menggunakan kata al-mulk, AlQuran juga menggunakan kata-kata lain yang dalam beberapa tempat artinya sama dengan almulk, yaitu ‘al-balad’15 dan ‘al-qaryah’. Jatuh bangun suatu sistem politik merupakan sebuah fakta yang terjadi dalam perjalanan sejarah manusia dan tidak dimungkiri oleh sejarawan bahkan oleh awam sekalipun. Namun kemerosotan sistem politik tertentu -bahkan berada di bawah pengaruh sistem politik lainnya- sering kali menimbulkan suatu pertanyaan jika kaitkan dengan etika keagamaan tertentu. Al-Quran juga menggunakan beberapa terma yang merujuk pada makna kekuasaan. Terma-terma Jika etika diartikan sebagai suatu perspektif mengenai yang benar dan yang salah, atau yang baik dan yang buruk, maka pertanyaan yang muncul adalah mengapa politik Islam hampir 14 Al-Quran menyebutkan 57 kali kata al-mulk, 31 diantaranya tanpa menggunakan artikel alim lam ()ال. 15 Al-Balad disebut pada 14 tempat dalam Al-Quran. Sementara al-qaryah disebut Al-Quran dalam 33 tempat dan dengan bentuk pluralnya ‘al-qura’ pada 18 tempat. 12 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA tersebut di antaranya: ‘at-tamkin’,16 ‘al-istikhlaf’17, dan ‘al-hukm’18. definisi tersebut dapat dipahami bahwa siyasah adalah bagian yang tidak dipisahkan dari Islam. Oleh sebab itu, Islam tidak membedakan antara persoalan keyakinan (akidah), ibadah, dan politik. Adapun dalam Hadits, terdapat sebuah riwayat yang menyebutkan derivasi dari kata siyasah. Hadits tersebut berbunyi: Al-Quran yang merupakan sumber hukum Islam yang pertama menjelaskan bahwa setiap umat atau bangsa memiliki batas kejayaan dan kecemerlangan mereka. “(Sungguh urusan) Bani Israil diatur oleh para Nabi. Setiap seorang Nabi wafat maka ada Nabi lain yang menggantikannya. Sungguh, tidak akan ada nabi lagi setelahku, dan suatu saat nanti akan banyak terdapat khalifah.” Para sahabat bertanya, “Apa yang perintahkan kepada kami (jika itu terjadi)?” Edisi XVI/November-Desember 2014 “Setiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”22 Anda Ath-Thabari menulis bahwa yang dimaksud dengan ‘ajal’ (batas waktu) adalah waktu tibanya kehancuran atau hukuman pada mereka.23 Ibnu Katsir menginterpretasikan ‘ajal’ dengan waktu yang telah ditetapkan bagi mereka.24 Sementara Asy-Syaukani menerangkan bahwa yang dimaksud dengan ‘ajal’ bisa berupa waktu datangnya azab atau bisa juga berarti kematian, bahkan menurutnya makna kata (ajal) tersebut bisa lebih umum dari kedua (yaitu datangnya azab dan kematian) arti sebelumnya.25 Beliau menjawab, “Penuhilah baiat (khalifah) yang paling terdahulu dan penuhilah hak-hak mereka. Sungguh, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinan mereka.”19 Sebagai suatu nilai, ulama Islam agak sedikit berbeda dalam mendefinisikan siyasah secara terminologi. Menurut Ibnu Najim, siyasah adalah tindakan penguasa yang demi terwujudnya sesuatu yang dianggapnya maslahat, meski perbuatan tersebut tidak memiliki argumentasi definitif (dari syariat; Al-Quran dan As-Sunnah).20 Sayyid Quthb memaknai ‘ajal’ dengan dua pengertian, yaitu kematian pada setiap diri manusia dan rentang waktu yang telah ditentukan bagi kajayaan dan kekuasaan suatu umat atau bangsa.26 Tidak jauh berbeda dengan Ibnu Nujaim, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa siyasah adalah pengarahan dari penguasa yang sesuai dengan perspektif syariat kepada rakyatnya agar mereka memperoleh kemaslahatan dunia dan akhirat.21 Sementara sebagai suatu sistem kenegaraan, siyasah adalah suatu perangkat pemerintahan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk membantu rakyat agar mendapatkan kemaslahatan akhirat dan dunia mereka. Dari dua Dari para mufasir di atas, dijelaskan bahwa Islam memandang jatuh bangunnya suatu sistem politik sebagai suatu sunnatullah (ketetapan Allah) berlaku di dunia ini. Ketetapan ini berlaku untuk setiap suatu sistem atau entitas politik, apa pun suku, bangsa, dan warna kulitnya. Terlebih AlQur`an menyebutkan ayat tersebut dengan menggunakan kata ‘kullun’, yang berarti 16 Lihat misalnya QS. Yusuf: 56, QS. Al-Qashash: 5, dan QS. Al-Hajj: 41. 17 Lihat contohnya QS. An-Nuur: 55, dan QS. Al-A’raf: 129. 18 Baca QS. An-Nisaa’: 58, QS. Al-Maidah: 45, 47,49, dan 50. 19 HR. Al-Bukhari, no. 3268 dan Muslim no 1842, dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Sakhr) ra. 20 Ibnu Nujaim, Bahrur Raiq, 5/11. 21 Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, 97. QS. Al-A’raf: 34. Ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta`wil Ayyil Qur`an, 12/405. 24 Ibnu Katsir, Tafsirul Qur`anil ‘Azhim, 3/409. 25 Asy-Syaukani, Fathul Qadir, 3/33. 26 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur`an, 3/218. 22 23 13 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA seluruhnya. Dalam disiplin ilmu Ushul Fiqh, kata ‘kullun’ merupakan salah satu tanda makna al‘aam, yaitu makna mencakup seluruh person atau bagiannya (afraad) tanpa terkecuali. Edisi XVI/November-Desember 2014 kemenangan (an-nashr) menurut perspektif Islam merupakan suatu yang urgen. An-Nashr atau kemenangan dalam kaca mata Islam memiliki beberapa pengertian dan gambaran yang lebih universal dari apa yang dipahami oleh manusia atau yang terdetik dalam benak pemikiran mereka. Diantara pengertian kemenangan tersebut yaitu: Kemenangan dalam Perspektif Islam Dalam beberapa ayat Al-Quran27 ditegaskan bahwa Allah swt berjanji akan menolong dan memberikan kemenangan kepada para Rasul dan orang-orang beriman hingga hari kiamat nanti. Kemenangan tersebut tidak hanya dijanjikan di akherat kelak, namun juga terjadi dalam kehidupan dunia ini. 1. Takluknya musuh kepada para Nabi dan Rasul serta pengikut mereka yang beriman. Makna seperti ini adalah pemahaman dan gambaran yang pertama kali muncul dalam pemikiran manusia jika mendengar kata kemenangan. Kemenangan seperti ini di antaranya Allah swt berikan kepada Nabi Dawud as28, Nabi Sulaiman as29, Nabi Musa as30 serta juga kepada Nabi Muhammad saw bersama sahabatnya.31 Melalui Al-Quran, As-Sunnah, dan sejarah Islam didapatkan dokumentasi bahwa bahkan sekelas nabi, mengalami perlakuan yang tidak layak dari umat mereka, terutama musuh-musuh mereka. Di antara mereka ada yang dibunuh seperti Nabi Yahya as dan Nabi Syu’ya as. Ada juga di antara mereka yang hendak dibunuh oleh umat mereka akan tetapi diselamatkan oleh Allah swt, seperti Nabi Ibrahim as yang hijrah ke Syam meninggalkan tanah air dan kaumnya, dan juga Nabi Isa as yang diangkat ke langit ketika kaumnya ingin membunuhnya. Kemenangan dengan arti seperti ini terlintas pertama kali dalam benak manusia disebabkan, di antaranya: (1) kemenangan zahir dapat dilihat dan dirasakan oleh manusia, (2) kemenangan ini memadukan antara kemenangan spiritual keagamaan (ad-din) dan kemenangan pemeluknya, dan (3) kemenangan semisal ini sangat disukai manusia karena merupakan kemenangan yang dekat. Tidak jauh berbeda dengan para nabi tersebut, orang-orang beriman dari kalangan para pengikutnya pun mengalami hal yang serupa. Di antara mereka ada yang dilemparkan ke dalam parit yang dinyalakan api di dalamnya, ada yang gugur sebagai syuhada, ada yang hidup di bawah ancaman, penderitaan, teror dan intimidasi. 2. Kemenangan dengan dibinasakannya kaum yang tidak beriman dan selamatnya nabi serta pengikut mereka yang beriman. Ini sebagaimana yang dialami oleh Nabi Nuh as. Allah swt telah menyelamatkannya beserta pengikutnya yang beriman dari kaumnya yang ingkar dengan menenggelamkan mereka dalam peristiwa banjir besar.32 Sebagaimana Dari realitas di atas, sering kali muncul suatu pertanyaan: Di mana janji Allah untuk menolong dan memenangkan mereka di dunia sementara pada kenyataannya mereka diusir, disiksa, bahkan ada yang dibunuh? Untuk itu, menjelaskan arti 28 Baca QS. Al-Baqarah: 251. Baca QS. Shad: 35. 30 Simak QS. Al-A’raf: 137 31 Simak QS. Al-Fath: 1, dan QS. An-Nashr: 1-3. 32 QS. Al-Qamar: 10-14 29 27 Lihat seperti QS. Ghafir: 51, QS. Ar-Rum: 47, QS. Muhammad: 7, QS. Al-Hajj: 40, dan QS. Ash-Shafaat: 171173. 14 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA juga dialami oleh Nabi Hud as33, Nabi Shalih as34, Nabi Luth as35, dan Nabi Syu’aib as36. Hukuman berupa azab yang ditimpakan kepada orang-orang yang ingkar merupakan kemenangan yang besar bagi orang-orang yang beriman, sekaligus sebagai kekalahan dan penghinaan bagi orang-orang yang tidak beriman dan menghalangi orang-orang dari keimanan dengan berbagai cara. Edisi XVI/November-Desember 2014 keimanan mereka maka merupakan kemenangan yang hakiki. Dalam Al-Quran ditegaskan: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rezeki.”39 Ada beberapa alasan mengapa orang-orang beriman yang gugur dalam rangka mempertahankan, memperjuangkan, dan membela agama Islam merupakan suatu kemenangan bagi mereka, di antaranya: 3. Kemenangan melalui pembalasan Allah kepada musuh dan orang-orang yang mengingkari para nabi sesudah kematian mereka. Sebagaimana yang terjadi terhadap orang-orang yang membunuh Nabi Yahya as dan Nabi Syi’ya as, juga terhadap orang-orang yang ingin membunuh Nabi Isa as. Dalam AlQuran disebutkan: a. Memperoleh syahadah yang merupakan anugerah yang agung dari Allah. AlQuran menceritakan bahwa orang-orang yang gugur dalam membela agama mereka akan merasa gembira terhadap balasan yang Allah berikan kepada mereka di akhirat.40 “Sungguh, Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia.”37 b. Kemenangan dan keunggulan manhaj serta ideologi (akidah) yang dia pegang. Hal ini seperti yang terjadi dalam kisah seorang pemuda yang dibunuh oleh rajanya, lalu kaumnya terpesona dengan keteguhan pemuda tadi lantas mereka serempak mengatakan di hadapan raja lalim bahwa mereka beriman kepada Rabb pemuda itu.41 Menginterpretasikan ayat di atas, Ath-Thabari berkata, “Yaitu ... atau dengan memenangkan mereka atas orang-orang yang mendustakan Kami, atau dengan pembalasan Kami terhadap mereka di dunia ini setelah wafatnya para nabi dan rasul. Sebagaimana yang telah Kami lakukan terhadap orang-orang yang membunuh Nabi Syi’ya dan Nabi Yahya, dan sebagaimana Kami memenangkan Nabi Isa atas orang-orang yang ingin membunuhnya. Pada akhirnya Kami binasakan mereka melalui orang-orang Romawi.”38 Ketika seorang mukmin yang teguh memegang keyakinan mereka diasingkan, dipenjara, disiksa dan akhirnya dibunuh, maka orang yang menyiksa dan membunuh biasanya mengalami depresi mental yang terjadi setelah mereka melakukan tindakan tersebut. Akibatnya, jiwanya merasa tertekan dan tidak memiliki rasa tenang dan tenteram sedikit pun. 4. Kemenangan dalam perspektif Islam justru terkadang adalah merupakan kekalahan menurut pandangan manusia, seperti dibunuh, dipenjara, diusir, dan disiksa. Padahal hal demikian itu jika merupakan konsekuensi dari QS. Al-A’raf: 72. QS. Al-A’raf: 78. 35 QS. Al-A’raf: 84. 36 QS. Asy-Syu’ara: 189. 37 QS. Ghafir: 51. 38 Ath-Thabari, Jami’ul Fi Ta`wil Ayyil Qur`an, 21/400-401. 33 34 39 QS. Ali Imran: 169. Baca QS. Ali Imran: 169-170. 41 Lihat HR Muslim, 8/229, no. 7703. 40 15 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA c. Menjadi buah bibir yang manis setelah kematiannya. Orang-orang yang gugur di jalan Allah akan menjadi buah pembicaraan yang baik di kalangan orang-orang beriman. Al-Quran merekam sebuah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim as, “... dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orangorang (yang datang) kemudian.”42 berkutik; tidak mampu menjawab 44 argumentasi Nabi Ibrahim as. Karena itu, kemenangan orang beriman dengan argumentasinya yang kuat merupakan kemenangan yang hakiki, bahkan merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai kemenangan Din. 7. Kemenangan orang beriman tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, karena ruang kemenangan bagi mereka adalah bumi Allah yang luas ini dan waktunya adalah kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, terkadang orang yang beriman mendapat tekanan di suatu tempat, sementara di tempat lain dia memperoleh kemenangan, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. Ketika berada di Makkah beliau mendapat tekanan, namun ketika sudah di Madinah beliau memperoleh kemenangan bahkan dapat membebaskan kota Makkah. 5. Kemenangan karena teguh dalam memegang akidah dan manhaj. Ini dikarenakan dia telah mampu melampaui ujian syahwat dan syubhat, melintasi berbagai rintangan dangan penuh keberanian dan keteguhan. Bahkan, kemenangan lahir tidak dapat terwujud kecuali setelah melalui bentuk kemenangan ini. Untuk itu, keteguhan dalam memegang akidah dan manhaj meski dilemparkan ke dalam tumpukan api, menjadikan Nabi Ibrahim as berada dalam puncak kemenangan. Lantaran ini juga maka Ashhabul Ukhdud yang dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala disebabkan keteguhan mereka terhadap agama mereka dan juga keengganan mereka untuk untuk kufur setelah beriman dan lebih memilih mati, telah mengangkat mereka ke dalam posisi pemenang. Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Musa as. Di negeri Fir’aun, Nabi Musa as mendapat teror dan intimidasi, akan tetapi di wilayah lain beliau mendapat kemenangan. Dan bahkan terkadang terjadi, orang beriman mendapat tekanan pada suatu kesempatan di suatu tempat, tetapi pada kesempatan lainnya di tempat yang sama dia memperoleh kemenangan. 6. Kemenangan dengan kuatnya argumentasi dan nilai kebenaran yang dikandungnya. AlQuran menjelaskan berkaitan dengan perdebatan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya: 8. Kemenangan dalam bentuk perlindungan, yaitu dilindunginya orang yang beriman dari cengkeraman musuh-musuhnya. Dalam AlQuran disebutkan: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.43” “Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari Pun demikian, dengan perdebatan Nabi Ibrahim dengan salah seorang yang kafir tentang Rabb dan membuatnya tidak 42 43 Edisi XVI/November-Desember 2014 QS. Asy-Syu’ara: 84. QS. Al-An’am: 83. 44 16 Simak QS. Al-Baqarah: 258. Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA (kejahatan) orang yang memperolok-olokkan (mu).45” Edisi XVI/November-Desember 2014 salah. Keunggulan politik Islam bisa teruji dari teori-teorinya yang universal. Sementara kemunduran politik Islam itu sendiri terkadang disebabkan oleh politikus Islam yang belum merealisasikan politik Islam tersebut dengan baik dan benar. Ath-Thabari dalam menginterpretasikan ayat tersebut menyebutkan bahwa ketika menyampaikan perintah Allah secara terangterangan maka janganlah takut kepada sesuatu pun kecuali hanya kepada Allah karena Dia akan menjagamu dari musuhmusuhmu dari dari orang-orang yang menyakitimu sebagaimana Allah melindungimu dari orang-orang yang memperolok-olokmu.46 Penyebab Mundur dan Jatuhnya Politik Islam Pada hakikatnya sejak kemunculan sejarah dan peradaban manusia hingga saat ini, bahkan hingga berakhirnya dunia nanti, ketetapan universal Allah swt (sunnatullah) terhadap jatuh bangun suatu umat dan peradaban secara umum pasti akan terjadi. Di antara ketetapan sunnatullah tersebut adalah adanya suatu kaidah atau aturan sosial dan kemanusiaan secara umum yang berhubungan langsung dengan penentuan arah perjalanan kehidupan manusia dan juga perjalanan suatu umat dan bangsa. Jika suatu umat atau peradaban konsisten terhadap aturan-aturan tersebut maka selamanya mereka akan berada dalam kebaikan dan kejayaan. Jika diperhatikan berbagai bentuk kemenangan di atas seraya memperhatikan perjalanan hidup para rasul, maka akan ditemukan bahwa salah satu atau lebih dari kemenangan itu telah terwujud dalam kehidupan mereka. Sebagaimana yang tampak dalam sejarah Nabi Muhammad saw. Beliau telah memperoleh kemenangan dengan keunggulan dan kesempurnaan Islam. Juga memperoleh kemenangan dengan hancurnya orang-orang yang mengingkarinya dalam berbagai peperangan dengan beliau. Beliau meraih kemenangan saat terusir dari Makkah, menang karena memiliki argumentasi yang kuat dan mendapatkan perlindungan atas orang-orang yang memusuhinya, serta menang di tempat yang bukan tanah airnya, selain juga menang karena keteguhannya di atas Din dan dalam menyampaikan kebenaran. Sebaliknya, jika suatu bangsa tidak tunduk dan patuh pada aturan-aturan itu maka mereka dengan sendirinya akan tercampak dalam lembah kemunduran dan kejatuhan. Pun demikian dengan umat dan politik Islam tidak terkecuali dalam sunnatullah tersebut. Sejak turunnya risalah kenabian Rasulullah saw maka Daulah Islam atau politik Islam mulai mengusahakan dan memenuhi aspek-aspek kemajuan dan kejayaan sehingga tegaklah daulah tersebut. Namun, tatkala perjalanan daulah Islam mulai menjauhi aspekaspek tersebut maka terjadilah kelemahan pada daulah Islam yang berakhir dengan 47 kehancurannya. Berdasarkan penjelasan mengenai makna-makna kemenangan di atas maka tampaklah keuniversalan pengertian ‘an-nashr’ (kemenangan) dalam Islam. Untuk itu, pembatasan arti kemenangan hanya dengan lahir saja bukanlah merupakan pandangan Islam. Pun demikian halnya dengan kebenaran. Mundurnya politik Islam saat ini bukanlah bukti bahwa politik yang berdasarkan Islam itu salah dan Islam mengajarkan politik yang Politik Islam yang terealisasikan dalam bentuk kekhalifahan berakhir dengan jatuhnya Daulah 45 QS. Al-Hijr: 94-95. Ath-Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta`wili Ayyil Qur`an, 17/153. 46 47 17 Raghib As-Sirjani, Qishshatul Andalus, 716. Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Utsmaniyah di Turki. Sejak saat itu hingga sekarang, umat Islam mengalami suatu masa dimana lenyapnya kekhilafahan sehingga tidak ada satu pun sistem politik yang mampu menyatukan mereka seluruhnya di seluruh penjuru dunia ini, selain juga lenyapnya syariat dan penerapan syariat Islam di negeri-negeri mayoritas Muslim. Sekarang, bagaimanapun, ketika salah satu dari mereka mengklaim semua kemuliaan untuk dirinya sendiri, ia menggoyahkan rasa kebangsaan (kebersamaan) mereka dan mengendalikan para pejabat, dan lebih memprioritaskan memberikan harta kepada mereka. Oleh sebab itu, mereka menjadi terlalu malas untuk melanjutkan pertempuran, kekuatan mereka sudah mulai hilang, dan (jiwa) mereka berubah lebih mencintai kehinaan dan penghambaan. Sebagaimana bangun dan jayanya suatu umat dan bangsa jika mereka memenuhi syarat dan aspek kejayaan tersebut, demikian juga dengan kemunduran dan kehancuran mereka. Jika mereka tanpa sadar sedikit demi sedikit menuju pada syarat dan aspek tersebut maka mereka pada akhirnya akan mengalami kejatuhan sebagaimana yang terjadi pada umat dan bangsa sebelumnya. Ibnu Khaldun yang merupakan seorang sosiolog dan sejarawan Muslim terkenal menyebutkan beberapa tanda fundamental dari keruntuhan suatu bangsa48. Generasi berikutnya akan tumbuh dalam (kondisi) seperti di atas. Mereka menganggap tunjangan yang mereka dapatkan merupakan gaji (imbalan) dari pemerintah kepada mereka atas peran mereka dalam melindungi dan mempertahankan negara dan bantuan mereka yang lain. Tidak ada yang mereka pikirkan selain dari itu. Sehingga sangat sedikit dari mereka yang sukarela untuk mengorbankan hidupnya. Situasi ini akan melemahkan suatu bangsa dan melemahkan kekuatannya. Dengan itu, suatu bangsa akan mengalami fase kelemahan dan kehancurannya akibat rasa kebangsaan yang rusak bersamaan dengan hilangnya keberanian dalam diri rakyatnya. Pertama, penguasa yang memonopoli kekuasaan dan memarjinalkan pendukung aslinya. Otoritas suatu bangsa, pada dasarnya, biasanya mengklaim semua kemuliaan untuk dirinya sendiri. Selama kemuliaan adalah milik umum (bersama) suatu kelompok, dan semua anggota kelompok membuat upaya yang identik (untuk mendapatkan kemuliaan), aspirasi mereka untuk bisa unggul atas yang lainnya dan untuk mempertahankan milik mereka sendiri merupakan teladan dalam keluhuran ambisi mereka dan kentalnya akan ketinggian harga diri mereka. Mereka semua bertujuan untuk memperoleh suatu kemuliaan. Oleh karena itu, mereka menganggap kematian yang dihadapi dalam mengejar kemuliaan adalah suatu yang terpuji, dan mereka lebih memilih kematian dari pada hilangnya (kemuliaan) mereka. 48 Edisi XVI/November-Desember 2014 Kedua, penguasa yang hidup dalam gelimang kemewahan. Jumlah keluarga mereka semakin banyak, dan biaya untuk menafkahi mereka melebihi tunjangan yang mereka dapatkan, serta pemasukan mereka dari pajak juga tidak mencukupi. Mereka yang miskin akan binasa, sementara para pegawai pemerintahan menghambur-hamburkan penghasilan mereka pada kemewahan. Kondisi ini menjadi semakin buruk pada generasi berikutnya. Akhirnya, semua pendapatan negara tidak cukup membiayai kehidupan mewah dan halhal lain yang telah menjadi kebiasaan mereka yang serba mewah. Kebutuhan mereka akan semakin mendesak, sementara penguasa menuntut untuk Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, 1/210-213. 18 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA membatasi tunjangan mereka pada masa perang, sehingga mereka tidak ada lagi sandaran mereka untuk memenuhinya. Oleh karena itu, (para penguasa) menjatuhkan hukuman pada (rakyatnya) dan merampas banyak harta mereka, baik dengan mengambil alih untuk diri mereka sendiri atau dengan menyerahkannya kepada anak-anak mereka sendiri dan pendukungnya di pemerintahan. Dengan cara itu, mereka membuat orang-orang terlalu lemah (secara finansial) untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, dan melemahkan para pegawai pemerintahan lantaran lemahnya rakyatnya. Edisi XVI/November-Desember 2014 menyebabkan daya tahan negara pun menjadi lemah dan kekuatannya menjadi hilang. Dan jika suatu negara sudah lemah maka negara-negara sekitarnya atau suku dan kabilah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaannya akan berusaha untuk merebut kekuasaan mereka. Tiga, penguasa mulai bergaya hidup penuh kesenangan dan bersantai-santai. Jika gaya hidup penuh kesenangan dan bersantaisantai telah menjamur di kalangan elit pemerintahan maka generasi baru tumbuh dalam nuansa kenyamanan dan kemudahan, kehidupan mewah dan ketenangan. Sifat dari kebuasan (yang dimiliki oleh generasi terdahulu telah) mengalami transformasi. Mereka melupakan kebiasaan hidup gurun yang memungkinkan mereka untuk mencapai otoritas kekuasaan, seperti energi yang besar, kebiasaan hidup yang penuh perjuangan, dan kemampuan untuk melakukan perjalanan di padang gurun dan menemukan jalan seseorang diri dalam wilayah asing sekalipun. Tidak ada perbedaan antara mereka dan penduduk biasa yang menetap di kota, kecuali keterampilan dan pengalaman tempur mereka. Pertahanan militer mereka melemah, energi mereka hilang, dan kekuatan mereka dirusak. Efek buruk dari situasi ini pada dinasti menunjukkan ke arah kepikunan (kehancuran). Juga, ketika kemewahan semakin marak di sebuah bangsa dan penghasilan masyarakat menjadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sementara pengeluaran mereka membengkak, penguasa, yaitu pemerintah, harus meningkatkan tunjangan mereka untuk menutup kurangnya pengeluaran mereka dan memperbaiki kondisi ekonomi mereka yang tidak sehat. Jumlah penerimaan pajak, bagaimanapun, adalah salah satu yang tetap. Ini tidak bertambah atau berkurang. Ketika itu bea cukai baru akan naik, jumlah yang akan dikumpulkan sebagai hasil dari peningkatan pemasukan tetap memiliki batas (dan tidak dapat ditingkatkan lagi). Ketika penerimaan pajak dialokasikan untuk tunjangan-tunjangan, maka akan terjadi penambahan tunjangan bagi setiap orang dari pegawai pemerintahan akibat kemewahan dan pengeluaran mereka yang besar. Pada masa ini, jumlah pegawai kemiliteran harus dikurangi dari sebelum adanya penambahan tunjangan. Jika penguasa terus mengadopsi bentuk gaya hidup baru yang serba mewah, budaya menetap, ketenangan, kemudahan dalam segala kondisi, dan kelembutan yang lebih mengakar ke dalam diri mereka, maka mereka menjadi terasing dari kehidupan padang pasir dan gurun ketangguhan. Secara bertahap, mereka kehilangan lebih banyak dan lebih banyak (kebijaksanaan). Mereka melupakan kualitas keberanian yang yang dulunya merupakan perlindungan dan pertahanan mereka. Akhirnya, mereka datang untuk bergantung pada Kemudian, jika gaya hidup mewah semakin bertambah yang menyebabkan tunjangan pun semakin banyak, maka terpaksa harus mengurangi lagi pegawai kemiliteran. Jika ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan militer menjadi kesatuan yang paling sedikit jumlahnya yang 19 Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA beberapa bangsa lain, itu pun jika mereka memilikinya. Edisi XVI/November-Desember 2014 Menurut Dr. Raghib As-Sirjani, umat Islam tetap mampu mewujudkan kemenangan politiknya49. Pertanyaan di atas muncul disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran akan dua faktor kemenangan yang senantiasa melekat pada umat Islam. Kedua faktor tersebut adalah: Dalam sebuah dinasti yang terkena kepikunan sebagai hasil dari kehidupan yang mewah dan gaya hidup yang santai penguasanya, kadang-kadang terjadi bahwa penguasa memilih pembantu dan partisan dari kelompok yang tidak terkait dengan (dinasti yang berkuasa tetapi) digunakan untuk mempertahankan eksistensi mereka. Mereka menggunakan orang-orang tersebut sebagai tentara yang akan lebih mampu untuk menderita kesulitan perang, kelaparan, dan kekurangan. Ini bisa dijadikan obat untuk mempertahankan dinasti ketika datang. Satu, umat Islam adalah umat yang tidak akan pernah punah. Selaras dengan janji Allah dan sunnahnya bahwa umat Islam akan selamanya ada di muka bumi hingga kiamat kelak. Memang, bangkit setelah sebelumnya jatuh atau jatuh setelah sebelumnya bangkit adalah suatu yang lumrah di dunia ini. Ketentuan tersebut tanpa memperhatikan sejauh mana kuat dan besar orang-orang kafir dan lemahnya umat Islam. Allah swt berfirman: Masa Depan Politik Islam “Janganlah kamu terpedaya oleh kebebasan orangorang kafir bergerak di negeri-negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahannam, dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.50” Kemenangan politik Islam pada zaman dahulu merupakan suatu yang menggelorakan rasa kemuliaan dan kebanggaan tersendiri. Namun harus dipahami adalah adanya perbedaan antara proses kemenangan zaman dahulu dan sekarang yang demikian berbeda. Dua, pertempuran antara Islam dan musuhnya adalah antara pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Dalam pandangan Islam, pertempuran antara umatnya dan musuhnya tidak terwujud atau diwakili oleh suatu negara atau person-person tertentu saja, namun ia merupakan pertempuran keyakinan; pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Bukankah hasil pertempuran seperti itu bisa ditebak siapa yang akhirnya mendapatkan kemenangan? Meski mereka memiliki kekuatan dan persiapan yang lebih dibanding dengan kekuatan dan persiapan umat Islam. Pada zaman dahulu penentu kemenangan politik Islam adalah dari hasil kemenangan pedang, tombak, dan kuda yang berhadapan dengan pedang, tombak, dan kuda musuh. Atau juga melalui kemenangan dari pasukan Islam dan bertemu dengan pasukan musuh. Namun sekarang ini, bentuk pertempuran antara Islam dan musuh jauh tersembunyi, dan mayoritasnya tidak berbentuk fisik, bahkan sangat jauh berbeda. Sekarang ini perang tidak lagi perang pada masa dahulu, parameter kekuatan tidak sama dengan parameter kekuatan zaman tempo lalu. Sejarah dan realita Islam dahulu adalah bukti dan contoh terbaik atas pernyataan tersebut. Berdasarkan tabiat parameter zaman dahulu pun sangat sulit dipercaya bahwa umat Islam mampu mengalahkan musuh-musuhnya. Pada perang Pertanyaannya adalah mampukah umat Islam kembali mewujudkan kemenangan mereka pada kondisi dan situasi, juga sesuatu yang serba baru seperti sekarang ini? Sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran dan kelemahan. 49 50 20 Raghib As-Sirjani, Qishshatul Andalus, 716-721. QS. Ali Imran: 196-197. Laporan Bulanan 20142020142014 SYAMINA Qadisiyah contohnya, umat Islam yang hanya berjumlah 32 ribu personil mampu mengalahkan pasukan Persia yang berjumlah 200 personil. Pun demikian dengan perang Yarmuk antara pasukan Islam yang berjumlah 30 ribu personil yang bisa mempecundangi pasukan Romawi yang juga berjumlah 200 ribu personil. Fakta di atas adalah suatu yang sulit dipercayai bisa terjadi, bahkan mungkin suatu yang mustahil terjadi meski dengan menggunakan parameter terdahulu. Islam kembali tegak dengan -salah satunya- melalui perantaraan salah satu kelompok umat Islam, maka mereka akan mendapatkan pahala untuk usaha mereka, bahkan meski mereka tadi belum merasakan buah kemenangan tersebut. sebaliknya, umat Islam yang tidak turut serta dalam mengusahakan kebangkitan tersebut maka mereka tidak mendapatkan pahala apa pun dari kebangkitan tersebut, meski mereka merasakan kemenangan Islam. Hal yang wajib ada di benak setiap Muslim adalah bekerja untuk mengambil bagian dan peran dalam proses mengembalikan bangunan umat setelah keruntuhannya. (Ali Sadikin) Sebelumnya, Sayyid Quthub juga telah menegaskan keyakinan beliau akan cerahnya masa depan Islam dalam tulisannya, Al-Mustaqbal li Hadzad Din. Menurut Quthub, ini karena Islam merupakan jalan kehidupan (manhaj hayah) yang paling komprehensif. Islam tidak hanya mengatur dalam masalah keyakinan dan peribadatan, namun juga mengatur aspek-aspek lain di kehidupan ini. Bahkan menurut Quthub, seluruh agama Islam telah memberikan rambu-rambu perjalanan bagi umat manusia. Menurut Quthb, peradaban selain Islam hanya mewujudkan tujuan-tujuan jangka pendeknya yang terbatas dan tidak mempunyai sesuatu yang mampu diberikan untuk pada kemanusiaan seperti: deskripsi-deskripsi, pemahaman, pokok-pokok, dan nilai-nilai kehidupan, yang dengan itu ia mampu untuk memimpin manusia dan mengantarkan mereka untuk berkembang dan maju dengan sebenarnya. Yaitu berkembang dan maju aspek kemanusiaan mereka; berkembang dan maju aspek nilai-nilai kemanusiaan mereka, dan juga aspek kehidupan kemanusiaan mereka.51 Penutup Hal penting yang seyogianya diperhatikan oleh umat Islam adalah peran mereka dalam proses kebangkitan Islam. Jika ditakdirkan bahwa politik 51 Edisi XVI/November-Desember 2014 Sayyid Quthb, Al-Mustaqbal li Hadzad Din, h. 50. 21