Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 EKSPLORASI, IDENTIDFIKASI, DAN PERBANYAKAN TANAMAN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERATIF DAN VEGETATIF Liberty Chaidir, Epi, dan Ahmad Taofik ABSTRAK Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman obat yang belum banyak diketahui oleh masyarakat dari segi bentuk, manfaat maupun khasiatnya, sehingga tanaman ciplukan di petani belum ada yang membudidayakannya secara komersial. Penelitian perbanyakan tanaman ciplukan menjadi hal penting sebagai awal untuk membudidayakannya secara komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perbanyakan tanaman ciplukan secara generatif dan vegetatif. Penelitian pada cara vegetatif ini dilaksanakan di Kebun Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung sejak bulan Mei – Juni 2014, pada cara generatif dilakukan di Rajawali Timur Gang Dunguscariang Andir Bandung sejak bulan Juni – Juli 2014. Metode yang digunakan dengan cara eksperimental antara lain Cianjur, Garut, dan Bandung. Metode pertama menggunakan cara generatif yaitu dengan membuat benih sendiri dan uji viabilitas benih, metode kedua menggunakan vegetatif yaitu dengan cara stek runduk. Hasil penelitian menunjukan bahwa cara generatif yaitu warna cangkap benih berpengaruh terhadap persentase kecambah normal. Kecambah normal tertinggi pada cangkap kuning sebanyak 11,42%, agak kuning 6% dan cangkap kering 0%, sedangkan hasil penelitian pada cara vegetatif, tanaman ciplukan dapat diperbanyak dengan cara vegetatif yaitu dengan cara stek runduk. Tanaman ciplukan dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Kata kunci : Ciplukan, Generatif, Perbanyakan, Vegetatif ABSTRACT Ciplukan (Physalis angulata L.) is a plant which haven't been know by majority of farmer from it's appearance, utility, or medical usage, which majority of farmer haven't been cultivated commercially yet. Research of ciplukan cultivating become important for beginning to cultivating it for commercial. This research aims for knowing the result of ciplukan cultivation, either generative and vegetative. Research of the vegetative cultivation is implemented at This research carried outinthe garden of Agrotechnology Faculty of Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati Bandung since May - June 2014, and generative cultivation immplemented at Rajawali Timur, Gang Dunguscariang Andir Bandung since June - July 2014. The Methode used is with experimental way which involve seed from Cianjur, Garut and Bandung. First methode used generative way which made their own seed and viability test, second methode uses vegetative way which uses 82 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 stoop cutting methode. Result of research showed that generative methode the colours of seed ling effect normal seeding presentages, normal seeding highest result is at yellow (11,42 %), slightly yellow(6 %) and dry (0%), despite that the result of vegetative method, ciplukan could be cultivated by vegetative method which is stoop cutting method. Ciplukan could be cultivated with both of generative and vegetative methode. Keywords: Ciplukan, Generative, Propagation, Vegetative. regulasi dalam darah dan menghilangkan PENDAHULUAN Ciplukan diperjual belikan sebagai bahan ramuan obat tradisional berupa efek masih diambil dari tanaman yang tidak dibudidayakan secarai ntensif. Ciplukan umumnya dipanen dari tanaman yang tumbuh di pekarangan rumah, di sawah atau kebun-kebun (Widiyastuti, 2002). Tanaman ciplukan mempunyai banyak manfaat terutama dalam bidang obat-obatan dengan kandungan kimia antara lain glikosida flavonoid, alkaloid, Pemuliaan ilmu (Verheijdan Coronel, 1997). Secara spesifiknya glukosida flavonoid dalam ciplukan berkhasiat sebagai obat diabetes mellitus karena dapat memperbaiki diabetes terapan tanaman yang merupakan memanfaatkan pengetahuan tentang genetika, patologi, fisiologi tumbuhan, statistik dan biologi molekuler untuk modifikasi spesies keperluan atau digunakan dalam tumbuhan kebutuhan bagi manusia (Jamsari, 2008). Pada dasarnya kegiatan utama pemuliaan tanaman meliputi tiga hal yaitu 1) eksplorasi dan identifikasi, 2) seleksi dan 3) evaluasi. Dalam rangka penyediakan benih saponin, fisalin, withangulati A, protein, minyak lemak, asam falmitat, asamasetat (komplikasi) mellitus (Verheij et al., 1997). ramuan atau simplisia tunggal. Sampai saat ini bahan tananam ciplukan sebagian besar samping tanaman ciplukan untuk bahan obat, langkah perbanyakan tanaman ciplukan merupakan hal yang harus dilakukan. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan metode budidaya dan umur 83 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 tanaman, sehingga usaha budidaya dan perbanyakan generatif maka penulis ingin kontinuitas tanaman obat menghasikan mencobanya dengan perbanyakan secara kestabilan bahan vegetatif. Perbanyakan tanaman ciplukan Bahan dapat dilakukan dengan cara stek runduk. tanaman yang terstandarisasi berupa benih Stek runduk sering disebut cangkok tanah atau bibit tanamaan obat yang mutu atau cangkok runduk karena dilakukan genetiknya baik juga harus memiliki dengan merundukkan cabang pohon induk kualitas vigor benih yang tinggi. Perlu sampai menyentuh tanah, lalu menutupnya dilakukan upaya untuk perbaikan mutu dengan media (Redaksi Agromedia, 2007). tanaman mutu yang atau kualitas terstandarisasi. benih atau bibit ciplukan sebagai bahan tanaman untuk menjamin kestabilan BAHAN DAN METODE tersedianya herba ciplukan (Widiyastuti, Penelitian 2002). Perbanyakan sangat umum generatif dijumpai, sudah bahan yang digunakan adalah biji. Biji disemaikan untuk dijadikan tanaman baru, ini bisa dijadikan bibit. Tanaman baru dari biji meskipun telah diketahui jenisnya kadang- Instalansi yang tidak menghasilkan biji atau jumlah kelemahan menghindari yang kelemahan- terdapat Kebun di Agroteknologi H. Nasution pada bulan Mei – Juni 2014 dan pada cara generatif dilakukan di Dunguscariang Andir Bandung sejak bulan Juni – Juli 2014. Alat penelitian yang ini digunakan adalah pinset, dalam plastik transparan ukuran 5 cm x 10 cm, penggaris 50 cm, gunting, tali rapia, kertas stensil, bijinya yang sedikit (Suwandi, 2013). Untuk dilakukan Universitas Islam Negeri Bandung di Jl. A. kadang sifatnya menyimpang dari pohon induknya, dan bahkan banyak tanaman ini pada nampan, hekter, cup es krim, amplop coklat, almunium foil, kertas coklat, karton putih, alat tulis, label, kamera, 84 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 termohigrometer. Adapun bahan yang mereka digunakan adalah tanah, sabut kelapa, Keterangan dari petani berupa penggunaan bawang merah (ZPT), buah ciplukan yang obat dan tempat tumbuh tanaman ciplukan diambil dari beberapa tempat yaitu dari; yang akan dijadikan pertimbangan dalam (Peundeuy-Garut, Cikalong-Tasik, karakterisasi, deskripsi, dan perbanyakan. Karawang, Jatinangor-Bandung, Bundaran Eksplorasi ini bertujuan untuk meneliti Cibiru-Bandung). Beberapa pohon induk jenis tanaman ciplukan yang sehat diambil mengamankan dari kepunahan. untuk dijadikan perbanyakan secara vegetatif di ambil dari Bandung. terhadap tanaman ciplukan nutfah. untuk Identifikasi dan karakterisasi hasil eksplorasi ini pengelompokan menggunakan metode tanaman ciplukan berdasarkan bentuk dan warna daun, Eksplorasi Pada plasma ini bunga, batang, buah dan akar serta tempat dilakukan dengan metode deskriptif yaitu pengambilan tanaman ciplukan. Setelah dengan observasi ke Cianjur, Garut, dan dilakukan eksplorasi ciplukan diperbanyak Bandung. Eksplorasi dilaksanakan secara dengan menggunakan cara generatif dan bertahap dengan mengandalkan sumber vegetatif. informasi baik dari warga sekitar maupun - dari data penelitian eksplorasi kepustakaan. ini adalah tiga jenis buah ciplukan yaitu dilakukan untuk penggalian informasi buah cangkap agak kuning, cangkap keberadaan tanaman pengumpulan contoh kuning dan cangkap kering masing- tanaman masing dilakukan sembilan ulangan. dan Kegiatan Cara generatif: faktor yang digunakan deskripsi konservasi contoh eksplorasi. Eksplorasi keterangan petani tanaman, tanaman didukung tentang hasil oleh - Cara vegetatif: tiga pohon ciplukan masing-masing dilakukan perindukan preferensi 85 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 sebanyak sepuluh ISSN 1979-8911 dahan yang permukaan laut (mdpl), dengan suhu ratarata 200C sampai dengan 270 C, sehingga dirundukan. populasi tanaman ciplukan dapat tumbuh Pelaksanaan Penelitian dengan ideal. Eksplorasi b. Garut Langkah pertama eksplorasi adalah Kabupaten Garut, kampung dan meminta data profil wilayah tersebut kecamatan Peundeuy, kabupaten Garut. kepada Kampung daerah setempat. Cinangsi desa di observasi keberadaan tanaman ciplukan pimpinan Cinangsi, tepatnya ini Toblong, berada di Kemudian dilakukan pencarian tanaman ketinggian 550 mdpl, dan memliki curah ciplukan ke lapangan di tiga lokasi yaitu hujan 258 mm, keadaan suhu rata-rata Cianjur, Garut, dan Bandung. Berikut 270C – 300C. Cinangsi merupakan salah penjelasan mengenai karakteristik geografi satu daerah yang memiliki jenis tanah dari masing-masing lokasi tersebut: andosol subur, gembur berwarna hitam a. Cianjur kelam, sangat porous, mengandung bahan Kampung Kulur Kulon atau sering orgaik, ciri morfologi tanah ini berwarna disebut kampung Kulur desa Tanjungsari coklat sampai hitam, tidak liat, tidak lekat, kecamatan Sukaluyu kabupaten Cianjur struktur remah atau granular, pH antara 4,5 merupakan kampung yang memiliki tanah – 6. Sehingga banyak tanaman obat subur, gembur agak lembab atau jenis ciplukan banyak tersebar di daerah ini. tanah andosol, berwarna hitam kelam, c. Bandung sangant porous, mengandung bahan Eksplorasi selanjutnya di lakukan organik dan lempung. Memiliki curah di kota Bandung, Bandung merupakan hujan 164 mm per tahun, dan berada di kota yang terletak pada ketinggian 768 ketinggian mdpl, yang berada di koordinat 1070 – 430 375-371 meter di atas 86 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 Lintang Timur dan 60 00 – 60 20 Lintang lanset. Selatan. Keadaan geologis dan tanah kota diidentifikasi mulai bentuk,dan warna Bandung merupakan jenis tanah andosol, bunga. dengan suhu rata-rata 250C, dan curah diamati mulai dari bentuk, warna, ukuran hujan rata-rata 200,4 mm per tahun dan panjang dan diametr buah. Identifikasi hari hujan rata-rata 21,3 hari per bulan. selanjutnya yaitu pengukuran panjang Bunga yang Sedangkan diamati pada buah, dan buah akar, warna akar dan bentuk akar. Identifikasi dan Karakterisasi Ciplukan Identifikasi batang dan cabang ciplukan dilakukan dengan melihat dan 1. Perbanyakan Generatif a. Menyiapkan Biji Ciplukan (Physalis angulate L.) membandingkan dengan hasil yang didapat dari literatur yaitu dikelompokan kedalam bentuk cabang bulat (teres), bersegi (angularis) bangun segitiga (tringularis) dan segiempat (quadrangularis), pipih; pilokladia, kladodia dan dikelompokkan berdasarkan sifat yang terdiri dari licin, berusuk, berlalur, bersayap, berambut, berduri dan memperlihatkan bekas-bekas daun misalnya pada papaya (Haryudin et al., 2009). Daun dikelompokan berdasarkan warna, daun panjang dan diameter daun serta bentuk daun. Bentukbentuk daun tersebut yaitu bentuk bulat atau bundar, perisai, jorong, memanjang, termasuk kedalam jenis buah tunggal artinya memiliki pericarp lunak, berdaging, dan exocarp yang tipis seperti kulit. Pemilihan buah ciplukan yang akan dijadikan benih diambil dari beberapa tempat yaitu Garut, Bandung, Tasik, dan Karawang. Ciplukan yang akan dijadikan benih yaitu buah yang memiliki kriteria cangkap (penutup buah) dengan warna agak kuning, cangkap kuning, dan cangkap kering. Kemudian biji dikeluarkan dari buah, dan dibersihkan dari buah dan lendir yang menempel agar tidak menjadi tempat tumbuhnya jamur, biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya, biji yang 87 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 memenuhi syarat sebagai benih adalah biji Perkecambahan merupakan proses yang padat dan bernas, bentuk dan metobolisme ukurannya seragam, permukaan kulitnya menghasilkan bersih, dan tidak cacat. Kemudian, biji komponen hasil seleksi fisik direndam dalam air. Biji radikula). Definisi perkecambahan adalah yang jika tenggelam dipilih, karena ini biji hingga dapat pertumbuhan dari kecambah sudah dapat (plumula dilihat dan atribut menandakan daya kecambahnya lebih perkecambahannya, yaitu plumula dan tinggi dibandingkan dengan biji yang rdikula dan keduanya tumbuh normal terapung. Air perendaman dibuang dan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan direndam kembali selama 12 jam ini ketentuan dilakukan Testing Association) (Purnobasuki, 2011). untuk mencegah serangan penyakit pada biji. Setelah direndam, biji ISTA Pengujian (International dilakukan Seed dengan ditiriskan dan di jemur 4 jam selama dua menggunakan metode Uji Kertas Digulung hari, penjemuran dilakukan sampai kadar (UDK) atau Uji Kertas Digulung dalam air dikemas plastik. Pada metode ini dianggap mudah menggunakan klip plastik, dan dibungkus karena bahan yang diperlukan mudah dengan alumunium foil dilipat rapat dan dicari, kelembaban lebih tahan lama. Uji dimasukan kedalam kertas coklat yang daya kecambah ini menggunakan kertas telah dilipat seperti amplop kecil dan di stensil karena lebih mudah didapatkan dari beri label, pemberian label dilakukan pada toko klip plastik, pada bungkus kertas coklat, menyimpan air, tidak mudah sobek, dan dan amplop, ini dilakukan agar benih tidak lebih simpel, kertas ini digunakan untuk tertukar dengan benih lain. alas dan penutup benih yang akan diuji, b. Uji Daya Kecambah kertas yang diperlukan 3 lembar untuk alas ± 14%, biji ciplukan kertas, kemudian tahan lama bawah dan 2 lembar untuk penutup. Hal 88 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 pertama yang ISSN 1979-8911 dilakukan sebelum penelitian dimulai adalah menyiapakan masing-masing tumbuh dengan normal (Gambar 1). kertas stensil 3 lembar dilipat untuk penutup dipotong setengah karena ini akan menghambat petumbuhan benih dilamanya. Benih-benih yang telah siap disemai di tata dengan posisi jizag, diatas kertas stensil yang telah dibasahi sebelumnya, posisi ini maksudkan agar Gambar 1. Kecambah normal c. Pengamatan Pengamatan penunjang yang benih tidak berantakan dalam arti benih diamati diantaranya sebagai berikut; suhu, yang akan tidak tercecer kemana-mana. cahaya, Setelah benih rapih ditutup dengan kertas pengamatan utamanya adalah; kecambah dan dilapisi plastik dibawahnya agar air normal dan kecambah abnormal dihitung dalam kertas tetap tersedia, setelah itu pada hari ke lima dan ke 14 MST. substrat Kecambah stensil digulung bersamaan air dan media. normal Sedangkan yang diamati dengan plastik tersebut dan disimpan di menunjukan adanya pertumbuhan radikula toples (akar), hipokotil (batang) dan plumula yang lebar dengan posisi dibaringkan. Pengamatan dilkakukan pada (pucuk). hari ke-5 dan hari ke-14 setelah semai. ditunjukan Pengamatan sedikit, lemas, atau bahkan mati. berkecambah, dilakukan sampai kemudian benih diseleksi kecambah yang normal dan abnormal. Pada kecambah kecambah abnormal yang akarnya 2. Perbanyakan Cara Vegetatif Tanaman hasil eksplorasi Ciri-ciri kecambah yang normal ditunjukan dimasukan ke pot dan untuk diperbanyak adanya radikula (akar) primer dan skunder, secara stek runduk atau secara vegetatif. hipokotil, kotiledon, dan flumula yang Buah ciplukan yang sudah matang diambil 89 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 untuk dijadikan pertumbuhannya, tumbuhan benih dan selanjutnya ISSN 1979-8911 dan diamati ekspektoran, dan diuretic (Nofrizal, 2007). koleksi sampel Tanaman diproses untuk ciplukan dibungkus dengan plastik ukuran 7 cm x 7cm, daun ciplukan dijadikan herbarium. Perbanyakan secara yang berada di bagian yang akan vegetatif dilakukan dengan cara rundukan, dibungkus dibuang dengan menggunakan dengan cara membungkus ranting ciplukan silet yang tajam, kemudian disemprotkan dengan menggunakan media sabut kelapa perasan air bawang ke buku ciplukan yang dan tanah dengan perbandingan 3:1. akan dibungkus. Tanaman ciplukan dibalut Ciplukan yang akan dirundukan diambil dengan sabut kelapa yang telah dicampur dari Bandung dengan memiliki beberapa dengan tanah dan diikat dengan tali rapia. kriteria tanaman ciplukan yang sehat, Penyiraman dilakukan setiap hari dan normal, kekar, buahnya banyak, daun lebat pengamatan minggu ke-1 sampai minggu dan memiliki sistem perakaran kuat. ke-5. Ciplukan yang telah dipilih kemudian dipindahkan ke polybag, kemudian disemprotkan ZPT perasan air bawang Pengamatan Pengamatan diamati air bawang merah ini, kerana bawang morfologi merah memiliki kandungan kimia antara ciplukan. lain minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, utamanya adalah adanya pertumbuhan akar dihidroaliin, kuersetin, pada teknik perundukan yang diamati ±1 saponin, peptide, fitohormon, vitamin, dan bulan. Kecambah yang normal ialah zat ialah kecambah yang memiliki perkembangan menghangatkan, rasa, dan bau tajam, sistem perakaran yang baik terutama akar sedangkan khasiatnya berupa bakterisid, primer dan akar skunder. Kecambah pati. Sifat khasnya dan suhu, yang merah seminggu sekali. Penggunaan ZPT flvonglikosida, adalah penunjang kelembaban, agronomi Sedangkan tanaman pengamatan 90 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 normal juga dapat menunjukan hipokotil (b) Kecambah abnormal yang baik sempurna tanpa ada kerusakan Sumber: (Epi, 2014) pada jaringan. Plumula yang sempurna dengan daun yang hijau dan tumbuh baik Kecambah yang normal terlihat di dalam atau muncul dari koleoptil, dan plumula tumbuh dengan sempurna dengan satu warna daun yang hjau dan tumbuh baik. kotiledon Sedangkan yang kecambah dimilikinya. ialah Pada hipokotil atau calon batang tumbuh kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, dengan baik tanpa ada kerusakan pada embrio yang pecah dan akar primer yang jaringannya, kotiledon yang ditunjukan pendek, cacat, juga terlihat sempurna tidak terlihat lemas kurang atau layu (Gambar. 2 a). Adapun untuk penting, Gambar. 2 (b) ialah kecambah yang plumula yang yang terputar, hipokotol, kekurangan satu atribut embrio yaitu akar epikotil, kotiledon yang membengkak, (radikula). Akar ini mengalami kerusakan akar yang pendek (Purnobasuki, 2011). yang diakibatkan oleh tersedianya air pada atau bentuknya perkembangannya seimbang dari abnormal lemah bagian yang atau yang plumula media yang terlalu tinggi, sehingga akar mengalami busuk dan berwarna coklat. hipokotil Hasil radikula analisis, cangkap agak kuning yang dapat tumbuh sebanyak 3 tanaman atau 6% dari perlakuan 2 dan 6 yaitu sebanyak dikecambahkan, pada biji yang 50 sedangkan tidak biji yang persentase berkecambah mencapai 94%. Kecambah normal pada Gambar 2. Kecambah normal dan warna cangkap kuning yang dapat tumbuh abnormal (a) Kecambah normal 91 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 sebanyak 20 tanaman atau 11,42% dari terbawa oleh benih menjadi aktif setelah perlakuan 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan benih disebar atau disemaikan. Sebagai kecambah abnormal atau tidak tumbuh akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi sebanyak 88,58%. “damping off” sebelum atau sesudah benih Hal ini sesuai dengan pendapat berkecambah. Purnobasuki (2011), yang menyatakan Tingginya kecambah yang tidak bahwa setiap biji yang dikecambahkan tumbuh atau abnormal dari tiga perlakuan ataupun selalu cangkap yang dilakukan, dengan cara, kecambahnya media, dan tempat yang sama. Media yang faktor yang digunakan pada ketiga perlakuan benih menyebabkan benih berkecambah normal, yang sama yaitu substrat stensil. Tempat abnormal, dan benih tidak tumbuh sama tumbuh dan lingkungan tumbuhnya juga sekali. Faktor tersebut dikemukakan oleh seragam, yaitu menggunakan uji UDK (Uji Sutopo (2010), beberapa faktor yang Digulung mengakibatkan diletakan dalam bak plastik di rak pada yang persentase sama. diujikan pertumbuhan Ada beberapa benih tidak tidak tumbuh diantaranya benih yang dipilih adalah dalam Kertas), sama-sama kondisi suhu kamar yang sama. benih yang diambil dari buah yang telah Dalam konsep Steinbauer – Sadjad jatuh hingga benih itu pecah dan keadaan (Sadjad, 1980) dikemukakan bahwa biji kulit buah dalam keadaan pecah atau dapat terbuka. Benih dalam keadaan seperti ini berkecambah yang berbeda selama proses telah mengalami kontaminasi oleh bakteri, pematangannya, dan secara umum dapat cendawan, virus maupun nematoda bahkan dibedakan ke dalam tiga fase. Fase mungkin telah tersentuh oleh binatang pertama adalah saat biji pada kondisi yang memiliki bakteri atau penyakit matang morfologis sampai biji matang lainnya. untuk Kebanyakan patogen yang mempunyai berkecambah. kemampuan Fase kedua 92 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 merupakan periode ISSN 1979-8911 dimana biji berkecambah yang Pratiwi (2006) mengemukakan bahwa di ketiga dalam gen terkandung faktor-faktor sifat merupakan periode terjadinya penurunan keturunan yang dapat diturunkan pada daya berkecambah benih. keturunannya mempunyai daya maksimal, sedangkan fase air, temperatur, oksigen, dan dan berfungsi media. untuk Selain itu faktor internal yang lain mengontrol reaksi kimia di dalam sel, adalah kemasakan benih. Jika benih yang misalnya sintesis protein yang merupakan sudah masak maka cadangan makanan bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan, pada benih tersebut sudah ada, sehingga dikendalikan oleh gen secara langsung. waktu benih itu ditanam maka Benih ciplukan diambil dari warna perkecambahan akan mudah karena dalam cangkap yang berbeda, yaitu cangkap agak melakukan benih kuning, cangkap kuning, dan cangkap melakukan aktivitasnya dengan cadangan kering yang diambil dari dua lokasi yaitu makanan tersebut (Pramono, 2010). Garut dan Bandung sebanyak ±100 biji. Menurut Sutopo (2010), cadangan Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat perkecambahan makanan tersebut ialah cadangan makanan viabilitas yang yang tersimpan dalam biji umumnya kematangan yang berbeda. Hasil penelitian terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan dari mineral. menghasilkan benih tumbuh yang dari tingkat dikecambahkan persentase kecambah Menurut Sutopo (2010) ada dua sebanyak 6% dari warna cangkap agak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kuning dan 11,42% dari warna cangkap perkecambahan benih yaitu faktor dalam yang kuning. (genetis), seperti tingkat kemasakan benih, Hasil analisis menunjukkan bahwa hormon, ukuran dan kekerasan biji dan warna cangkap dormansi biji, sedangkan faktor luar yaitu berpengaruh yang terhadap dicobakan perkecambahan 93 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 benih yang dikecambahkan. ISSN 1979-8911 ini makanan yang nantinya akan dirombak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pada tahap metabolisme perkecambahan, menurut Sutopo (2010) mengemukakan semakin besar ukuran biji diasumsikan bahwa benih yang dipenen sebelum tingkat memiliki cadangan makanan yang lebih kemasakan tidak banyak daripada biji yang kecil, sehingga tinggi, semakin besar biji maka metabolisme dikarenakan tingkat kemasakan benih yang perkecambahan akan berjalan dengan baik. belum cukup, benih belum mempunyai Menurut Hendromono (1997) ukuran biji cadangan dan media semai sangat berpengaruh fisiologis mempunyai tercapai viabilitas makan Hal yang yang cukup untuk metabolisme perkecambahan. Faktor terhadap viabilitas biji tanaman. Dormansi berikutnya yang adalah suatu keadaan pertumbuhan yang perkecambahan tertunda atau keadaan istirahat. Setiap benih yaitu hormon. Hormon merupakan benih tanaman memiliki masa dormansi zat yang berpengaruh yang terhadap berperan metabolisme merupakan penting perkecambahan, stimulan hormon berbeda-beda, mempengaruhi dormansi dari ini proses proses perkecambahan, bila sifat dormansi benih metabolism sehingga keberadaan hormon tergolong lama, maka perkecambahan yang akan mencukupi memberikan dalam kemampuan memungkinkan permeabel dalam dalam dinding sehingga biji dapat dinding sel sel bersifat mempermudah semakin lambat, begitu pula sebaliknya (Gardner, 1991). Selain faktor dalam perbedaan karakteristik perkecambahan benih imbisisi dan mempercepat perkecambahan dilatarbelakangi oleh faktor luar yaitu air, (Sadjad, 1980). Ukuran dan kekerasan biji suhu, cahaya dan oksigen. Air merupakan menurut Ashari (1995) mengemukakan faktor yang penting untuk perkecambahan bahwa di dalam biji terdapat cadangan berfungsi sebagai pelunak kulit biji, 94 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 melarutkan cadangan makanan, sarana setiap tanaman berbeda-beda. Kisaran transportasi suhu untuk pertumbuhan tanaman antara serta bersama hormon mengatur elurgansi (pemanjangan) dan 26,50C pengembangan sel, sehingga kecukupan pertumbuhan kadar air ketika proses perkecambahan tanaman, disamping ada yang memerlukan mutlak diperlukan (Sutopo, 2010). Air suhu tinggi atau lebih rendah untuk dibutuhkan benih sekitar 40%-60% (67%- kondisi tertentu, di bawah itu yaitu pada 150% atas dasar kering) akan meningkat temperatur minimum rendah (00C-50C) pada saat munculnya radikula sampai kebanykan jenis benih akan gagal untuk jaringan berkecambah, atau sedang tumbuh mempunyai kandungan air “chilling” yang 70%-90% (Ching, 1972). terbentuknya kecambah abnormal (Sutopo, penyimpanan dan kecambah 350C – hampir positif memberikan sejumlah terjadi besar keruakan mengakibatkan Suhu merupakan syarat penting 2010). Hasil analisis suhu dapat dilihat kedua yang pada lampiran 8 Rata-rata suhu dilapangan perkecambahan tanaman ini adalah 19,250C – 240C, dan benih. Suhu optimum adalah suhu yang pada suhu kamar untuk perbanykan secara paling generatif adalah 190C – 23,750C. yang berpengaruh dari faktor terhadap air menguntungkan berlangsungnya perkecambahan bagi benih. Suhu yang terlalu tinggi pada saat Pada kisaran suhu ini berpengaruh sangat penyimpanan penting bagi perkecambahan benih dan kerusakan berpengaruh pertumbuhan memperbesar terjadinya penguapan zat radikula, hipikotil, dan plumula, serta cair dari dalam benih, sehingga benih akan perkembangan sel dan jaringan serta kehilangan daya imbibisi dan kemampuan pembentukan untuk terhadap organ tanaman. Suhu optimum untuk terjadinya morfogenesis pada dapat mengakibatkan benih, berkecambah karena (Sutopo, akan 2010). Protoplasma dari embrio dapat mati akibat 95 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 keringnya sebagian seluruh lampu neon yang memiliki daya 15 benih.Suhu optimum untuk penyimpanan watt/865 daylight dengan 220-240 volt dan benih jangka waktu panjang terletak antara lama penyinarannya tanpa henti selama 12 (-180C - 00C). Antara kandungan air benih jam. Cahaya merupakan faktor penting dan temperatur terdapat hubungan yang bagi pertumbuhan sangat erat dan timbal balik. Jika salah satu tanaman, arena selainberperan dominan tinggi maka yang lain haru rendah pada proses fotosintesis juga berperan (Sutopo, 2010). Telah lama diketahui sebagai pengendali, pemicu dan mudalator bahwa suhu rendah lebih efektif daripada respon morfogenesis khususnya pada tahap suhu tinggi untuk penyimpanan benih. awal Semakin 2013). rendah atau ISSN 1979-8911 suhu kemunduran pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sandra, viabilitas benih dapat semakin dikurangi, Tutup bak plastik dibuka ± 1,5 cm sedangkan semakin tinggi suhu semakin agar benih tetap mendapatkan oksigen meningkat yang laju kemunduran viabilitas diperlukan. Sutopo (2010) benih. Hal ini sesuai dengan kaidah dari berpendapat bahwa oksigen diperlukan biji Harrington Harrington, untuk proses respirasi. Proses respirasi 1972) yang kedua yaitu bahwa untuk akan meningkat disertai pula dengan setiap kenaikan temperatur 50C pada meningkatnya pengambilan oksigen dan tempat penyimapanan maka umur benih pelepasan karbon dioksida, air dan energi akan menjadi setengahnya. Hukum ini yang berupa panas. Terbatasnya oksigen berlaku pada suhu antara 00C – 500C. Suhu akan menghambat perkecambahan benih. (1959, dalam rata-rata hasil analisis di lapangan yang diamati adalah 190C – 230C. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah substrat stensil. Stensil Faktor cahaya yang digunakan ini memiliki penyerapan air yang tinggi, dalam proses perkecambahan berasal dari mudah didapatkan di toko kertas terekat, 96 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 harganya yang murah, sehingga tepat pengujian viabilitas benih dengan metode untuk dijadikan media perkecambahan UKDdp yang dilakukan oleh Santana benih. Pengujian viabilitas benih ini (2005) menunjukkan bahwa kertas stensil menggunakan cara Uji dapat Diatas Kertas digunakan sebagai alternative (UDK). Hal ini sesuai dengan pernyataan substrat perkecambahan benih. Sedangkan Kamil (1979) menyatakan bahwa substrat kertas merang sulit dijumpai di toko kertas kertas lebih banyak dugunakan karena karena pembuatan kertas merang yang lebih praktis dan memenuhi persyaratan- masih dalam skala industri rumah tangga persyaratan dalam prosedur pengujian serta kelangkaan bahan baku merang mutu benih secara modern. Substrat dapat menyebabkan terbatasnya produksi kertas digunakan merang dan harganya menjadi semakin untuk beberapa pengujian viabilitas yaitu: 1) Uji Diatas Kertas mahal. (UDK) untuk ukuran benih-benih kecil yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya ; 2) Uji Antar Kertas (UAK) ; 3) Uji Kertas Digulung (UKD) hasil penelitian Hapsari (2004) dengan menggunakan metode UKDdp pada 12 komoditas dengan dua tingkat vigor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kertas stensil memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan kertas merang sebagai substrat pengujian viabilitas benih, baik pada pengujian benih bervigor tinggi maupun benih bervigor rendah.Selanjutnya Pengamatan Pada Cara Vegetatif Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang pada penelitian ini meliputi pengamatan suhu dan kelembaban di tempat penelitian. Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada akar pada stek ciplukan. Hasil pengamatan suhu rata-rata di lapangan dari bulan Mei - Juni 2014 adalah 22,13% dan kelembaban udara yang di lapangan rata-rata 53,21%.. Keberhasilaan dalam budidaya tanaman akan ditentukan dan sangat 97 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 tergantung pada pemilihan bibit unggul. tanaman Ciri bibit terjaga.Tanaman unggul dapat dilihat dari agar asupan air ciplukan selalu untuk pertumbuhan yang seragam, sehat dan perbanyakan akarnya banyak, ketika bibit dipindah Bandung saja, hal ini disebabkan sulitnya dapat tumbuh lebih cepat kokoh dan jarak menghijau serta tahan hama dan penyakit sehingga tanaman ciplukan mudah layu (Santoso, 2013). dan sulit untuk tumbuh kembali. Ciplukan Setelah dilakukan tempuh vegetatifdiambil ke tempat dari penelitian eksplorasi, yang telah dipilih ditempatkan jauh dari tanaman ciplukan yang masih muda atau tanaman lain, untuk menjaga kemungkinan sudah mencapai umur kurang lebih 1 atau terjadinya penyerbukan silang dengan 2 bulan dengan ciri-ciri tanaman muncul tanaman lain yang tidak jelas asal usulnya bunga atau sudah berbuah ciplukan dapat dan keunggulan sifatnya. Jika ini terjadi, diperbanyak rundukan. bibit hasil perbanyakan yang dihasilkan Perundukan ini diawali dengan memilih akan memiliki keragaman sifat yang tanaman yang tumbuh normal, berbatang tinggi, kekar, memiliki perakaran yang kuat, bersifat unggul. Setelah tanaman dipilih pertumbuhannya baik dan sehat. Karena kemudian daun tanaman yang akan di kemungkinan besar bibit perbanyakan rundukan dibuang dengan menggunakan yang dihasilkan juga akan membawa silet. dengan cara tanaman yang sehat pula. Selain itu, tetapi belum tentu Tahap berikutnya semuanya adalah tanaman yang dijadikan sebagai pohon pembungkusan buku ciplukan di bagian induk dipindahkan ke pot lalu dipndahkan ranting tanaman yang sebelumnya telah ke lokasi penelitian dan sebagian lagi diolesi ZPT air bawang merah, kemudian ditanam ini ranting ciplukan dibungkus dengan media dilakukan untuk menjaga pertumbuhan sabut kelapasebanyak ±satu sendok makan di pinggir sawah, hal 98 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 dan dibalut dengan plastik transparan yang terserap secara maksimal, akan tetapi sebelumnya telah diberi lubang udara dan terbuang bersamaan air ketika penyiraman mengikatnya dengan tali rapia. dan sebagiannya lagi menguap ke udara. Pemberian ZPT air bawang merah Tahapan berikutnya ialah melakukan dilakukan seminggu sekali, karena ZPT pengamatan meliputi suhu, kelembaban yang sebelumnya telah diberikan tidak dan pertumbuhan akar. Tabel 1. Jumlah tunas yang tumbuh Perlakuan Tumbuh (%) Tidak Tumbuh (%) 1 √ 2 X 3 X 4 √ 5 X 6 X 7 √ 8 X 9 X 10 X Total 33,33% 0 Keterangan : √ = tunas yang tumbuh akar x = tunas yang tidak tumbuh akar Berdasarkan tabel di atas stek diperbanyak tetap mendapatkan asupan runduk yang tumbuh sebanyak 3 ranting makanan dari pohon induknya. Sedangkan yang tumbuh dari 10 ranting yang cabang yang tidak tumbuh disebabkan oleh dicobakan. Jumlah akar yang tumbuh pertumbuhan pohon induk yang terganggu, mulai dari satu akar sampai 3 akar.dengan pohon induk yang digunakan berasal dari perlakuan yang sama yaitu pohon induk daerah yang diambil dari satu tempat yang sama, dipinggir sawah. Sehingga pertumbuhan ditanam di tempat yang sama yaitu di pada akar, batang, dan daun terganggu, pinggir sawah. Keberhasilan tersebut dapat sehingga dibutuhkan waktu yang cukup diduga karena cabang atau ranting yang untuk proses adaptasi pada lingkungan yang berbeda lalu ditanam 99 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 yang baru. Beberapa faktor lain yang dapat diperbanyak dengan menggunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar cara vegetatif yaitu melalui stek runduk pada stek dipengaruhi oleh faktor luar dan pada ranting ciplukan. dalam (Mahfudz et al., 2004 dalam Soekotjo, 2004). Faktor luar yaitu media, faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban, cahaya dan pengerjaan mekanis. Sedangkan faktor dalam yaitu umur pohon induk, tempat cabang dalam pohon induk, perediaan makanan dan kalus formasi. Pada penelitian ini, masing-masing perlakuan ditempatkan pada lingkungan yang sama, sehingga pengaruh dari ketiga Gambar 3. Hasil stek ciplukan (a) Ciplukan yang siap dipotong dan ditanam perlakuan relative seragam. ZPT bawang (b) Ciplukan yang baru tumbuh satu akar merah (c) Akar ciplukan yang siap dipisah dari mampu pembentukan untuk kalus, menstimulasi dimana kalus pohon induknya merupakan awal dari pembentukan akar Sumber: (Epi, 2014) pada stek ranting ciplukan. Hal ini karena bawang merah mengandung hormon SIMPULAN DAN SARAN auksin yang berfungsi sebagai stimulasi Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik pertumbuhan akar ataupun juvenil. beberapa kesimpulan diantaranya adalah: Berdasarkan dilakukan, dapat penelitian yang disimpulkan bahwa tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) 1. Hasil perbanyakan tanaman ciplukan secara generatif menunjukkan pesrentase pertumbuhan pada benih 100 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 dari ciplukan warna agak kuning sebanyak 6%, dan warna cangkap kuning 11,42%. 2. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif, ciplukan dapat diperbanyak dengan menggunakan cara vegetative sebanyak 30% yang dapat menunjukkan pertumbuhan tunas dan Gaedner, F.P., Pearce, R. B, dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologis Tanaman Budidaya (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Hapsari, I. 2004. Studi Alternatif Substrat Kertas untuk Pengujian Viabilitas Benih. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heyne, K. 1982. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan). Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Bogor. akar. Perlu adanya penelitian lebih lanjut Winarto, 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobat Herbal Jilid 1. Jakarta: Karyasari Herba Media. dengan lebih memperhatikan waktu dan tempat kondisi lingkungan peneltian serta teknik penelitian yang tepat. Jamsari. 2008. Pengantar Pemuliaan Landasan Genetis, Biologis, dan Molekuler. Pekanbaru: Penerbit Unri Press. Jurnal. DAFTAR PUSTAKA Andrade, F. H. P., Calvino, A. Cirilio, dan Barbieri. 2002. Yield Respons to Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interseption. Agron. J .94 : 975-980. Baedowi. 1992. Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta Insula Pancreatisi Tikus Putih (Ratus novergicus) Akibat Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata L.). SKRIPSI. Fakultas UGM. Yogyakarta. Brown, K., and Brooks, K. 2002. Bushlandweeds: A Practical Guide to Their Management, Environmental Weeds Action Network (WA) Inc. Perth WA. Cheppy S. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. 2013. Materi 7: Perbanyakan Vegetatif. Gafindo Persada. Kelly, K. Quinn., L. Steve, C. Kirsten, B. Hillary, L. Mark C, dan Barbara N. T. 2012. The Ethnobotany and Ethnopharmacology of Wild Tomatilos, Physalis longifolia Nutt., and Related Physalis Species : A Review1. New York Botanical Garden Press. Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 237 halaman. Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Jakarta. Hlm. 2-3. Liu, W., M. Tollenaar, G. Stewart, dan W. Deen. 2004. Agro-fisiological Traits of Three maize Hybrid 101 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 ISSN 1979-8911 Asinfluenced By Varyng Plant Density. Sugeng, HR. 2001. Tanaman Apotik Hidup. Semarang: CV Aneka Ilmu. Mahfudz M.A, Fauzi, Yuliah, T. Herawan, Prastyono, dan H. Supriyanto. 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Sutjiatmo AB, Elin Y, dkk. 2011. Efek Hipoglikemik Ekstrak Air Herba Ciplukan (Physalisangulata L) pada Tikus Wistar. Aristoteles 5: 15. Suwandi. 2013. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman. Yogyakarta. Swasti, E. 2007. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Tampubolon, O.T. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta: Bhratara. Tim Pengampu. 2011. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Benih. Makassar. Verheij, E.W.M. dan Coronel R.E. 2007. Sumber Nabati Asia Tenggara 2, Buah-buahan yang dapat Dimakan. Prosea. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wawan, H. dan Otih, R. Karakteristik Morfologi Tanaman Beberapa Sentra Pdoduksi. Balittro. Maddonni, G. A., A. G. Cirilo, dan M. E. Otegui. 2006. Row Width and Maize Grain Yield. Agron. J. 98 : 1532-15-43. Pitojo, S. 2002. Ceplukan Herba Berkasiat Obat. Yogyakarta: Kanisius. Purnobasuki, Hery. 2011. Perkecambahan. Jakarta: Grafindo. Purwitasari, W. 2004. Pengaruh Perasan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Akar Stek Pucuk Krisan (Chrysanthemum sp). Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro. Semarang. Sadjad, Sjamsoe’oed. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Dit.Jen Kehutanan-Institut Pertanian Bogor. . 1977. Beberapa Parameter Baruuntuk Vigor BenihJagung, symposium IPerananHasilPenelitianPadidanPal awijaDalam Pembangunan Pertanian. LP3 Maros, hlm.1-8. Santana, D. B. 2005. Studi Substrat Kertas dalam Benih Berukuran Besar SKRIPSI. Departemen Pertanian. Fakultas Bogor. Bogor. Alternatif Pengujian dan Kecil. Budidaya Pertanian ......................Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280. Whitson, M. 2011. (2016) Proposal to Conserve the Name Physalis (Solanaceae) with a Conserved Type. Taxon 60:608–609. . dan P. S. Manos. 2005. Untangling Physalis (Solanaceae) from the Physaloids: A Two-Gene Phylogeny of the Physalinae. Systematic Botany 30(1): 216–230. Widiyastuti, Y. 2002. Budidaya Tanaman Obat. Langkah Awal Standarisasi Bahan Baku Obat Tradisional. Bahan Baku Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat. Surakarta. . dan F. S. Sugiarso. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Interval 102 Edisi Juni 2015 Volume IX No. 1 Pemberian Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Ciplukan (Physalis minima Linn.) di Pembibitan. Karanganyar. Zhang, H., A. K. Samadi, R. J. Gallagher, J. J. Araya, X.Tong, V.W. Day, M. ISSN 1979-8911 S. Cohen, K. Kindscher, R. Gollapudi, dan B. N. Timmermann. 2011. Cytotoxic Withanolide Constituents of Physalislongifolia. Journal of Natural Products. 74:2532–2544 103