BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyakit gigi dan mulut semakin banyak dan kompleks, hal tersebut harus diimbangi dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi. Beragam penyakit bisa ditemukan di rongga mulut, antara lain adalah karies, sariawan, oral kandidiasis, dan kanker rongga mulut. Penyakit dalam rongga mulut yang paling utama terjadi adalah karies gigi dan penyakit periodontal (Sriyono, 2005). Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies di Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut adalah sebesar 23,4%. Karies gigi di Yogyakarta mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dengan prevalensi 5,9% (Riskesdas, 2013). Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2013, saat ini DIY menduduki peringkat ketiga prevalensi karies tertinggi di Indonesia setelah provinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Selatan serta peringkat pertama prevalensi tertinggi karies gigi di Pulau Jawa (Riskesdas, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut yang masih terjadi di masyarakat saat ini, dikarenakan oleh faktor kebersihan gigi dan mulut yang masih buruk. Saat ini sudah banyak perkembangan pengetahuan mengenai karies gigi, baik dari segi penyebab terjadinya hingga perawatan yang diberikan, akan tetapi belum bisa diterapkan oleh masyarakat untuk proses pencegahan 1 2 terjadinya karies gigi. Masyarakat cenderung mengobati suatu penyakit tersebut dibandingkan melakukan tahap pencegahannya. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang diikuti dengan kerusakan jaringan organik gigi, akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd dan Bechal, 2012). Ada empat faktor utama yaitu adanya bakteri (Streptococcus mutans), host (gigi, saliva dan antibodi), diet serta waktu yang menyebabkan terjadinya karies. Apabila hanya ada satu faktor saja, misalkan plak tanpa disertai faktor lainnya itu tidak cukup menyebabkan terjadinya karies gigi (Batzing, 2001). Karies gigi diawali dengan adanya plak gigi. Plak Gigi merupakan lengketan yang berisi akumulasi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini terbentuk melalui serangkaian tahapan, dimulai dari email yang bersih ditutupi oleh lapisan organik yang amorf disebut pelikel. Pelikel terdiri atas glikoprotein yang diendapkan oleh saliva yang terbentuk setelah penyikatan gigi, sifat pelikel sangat lengket sehingga mampu melekatkan bakteri pada permukaan gigi. Bakteri yang menempel pada permukaan gigi akan tumbuh dan berkembang biak dan akan mengeluarkan gel ekstra lengket yang akan mengundang bakteri lainnya. Dalam beberapa hari plak akan 3 bertambah tebal dan terdiri bermacam-macam mikroorganisme. Kebanyakan bakteri yang menempel adalah bakteri bentuk kokus dan akan bertambah menjadi bakteri campuran yang terdiri kokus, batang, dan filamen (Kidd dan Bechal, 2012). Penyakit mulut erat hubungannya dengan mikroorganisme yang hidup di rongga mulut, karena salah satu faktor penyebab dari penyakit mulut adalah aktivitas dari mikroorganisme didalam rongga mulut. Bakteri dapat diperoleh dimana-mana, misal dari rongga mulut, dari sela-sela gigi, dari tanah yang banyak sampah, dari sisa-sisa makanan yang sudah basi (Dwidjoseputro, 1990). Salah satu mikroorganisme didalam rongga mulut adalah Streptococcus mutans. Streptococcus mutans merupakan kuman yang kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd dan Bechal, 2012). Streptococcus merupakan bakteri gram positif (+), bersifat nonmotil, diameter 1-2 µm, bakteri anaerob fakultatif, berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya, beberapa diantaranya merupakan flora normal pada manusia (Samaranayake, 2006). Menurut Jawetz et al. (2005), Streptococcus adalah golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus mutans merupakan salah satu dari jenis Streptococcus viridans. Streptococcus viridans tempat hidupnya berada di dalam rongga mulut manusia normal. Patogenesis bakteri Streptococcus mutans yaitu mampu mensintesis polisakarida besar seperti mutan, dekstran atau levans dari sukrosa yang merupakan 4 polisakarida yang lengket dan berperan penting pada pembentukan karies gigi (Jawetz et al., 2008). Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dihindari bila efek mikroba yang ada di plak gigi dapat dicegah (Sriyono, 2005). World Health Organization (2003), merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat obat tradisional (WHO, 2003). Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, pasta gigi mengalami perubahan ke arah herbal. Banyak ditemukan tanaman di Indonesia yang mempunyai kandungan yang dapat menghambat bahkan mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme penyebab penyakit di dalam rongga mulut. Salah satu tanaman tersebut adalah ciplukan. Tanaman ciplukan dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dari buah, daun bahkan batangnya karena kandungan didalamnya. Ciplukan atau ceplukan (Physalis angulata L.) mempunyai kandungan kimia yang sudah diketahui berupa asam klorogenik, asam sitrun, flavonoid, physalin, saponin, polifenol. Buahnya mengandung asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C, dan gula, sedangkan bijinya mengandung asam elaidik. Daunnya mengandung polifenol, flavonoid, alkaloid, physalin B dan physalin D (Noorhamdani dkk, 2014). Sifat dari tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) adalah analgetik (penghilang rasa sakit), diuretik 5 (peluruh air seni), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh, dan antitumor (Agoes, 2010). Telah disebutkan dalam Al-Qur’an, terdapat ayat-ayat Allah yang berhubungan dengan tanaman yang bisa digunakan sebagai obat dan memerintahkan manusia untuk menggunakannya sebaik mungkin, salah satunya yaitu dijelaskan pada QS. An Nahl ayat 11 : "Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan". (QS. An Nahl [16]:11) Pasta gigi pada masa lalu yang digunakan bersama-sama dengan sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik dan alasan sosial saja. Walaupun demikian dalam 30 tahun terakhir ini bahan-bahan pencegahan seperti flour, antibiotik, senyawa amonium dan penghambat enzim ditambahkan kedalamnya untuk menghambat timbulnya karies. Pasta gigi dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga mulut (Kidd dan Bechal, 2012). Belakangan ini banyak muncul pasta gigi dengan kandungan bahan herbal alami. Mengingat banyaknya kandungan senyawa kimia dalam daun ciplukan yang mempunyai sifat baik di dalam rongga mulut, untuk itu diperlukan inovasi baru untuk pembuatan sediaan pasta gigi yang dapat digunakan 6 sehari-hari. Salah satunya adalah dengan cara mengkombinasikan ekstrak daun ciplukan dalam pasta gigi yang diharapkan dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, sekaligus mengoptimalkan kandungan senyawa kimia yang ada dalam daun ciplukan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting dilakukan penelitian mengenai ekstraksi daun ciplukan (Physalis angulata L.) yang dicampur pada pasta gigi dasar guna untuk mengetahui lebih jauh daya antibakteri dari senyawa zat aktif didalam menghambat bakteri Streptococcus mutans sebagai bakteri penyebab gigi berlubang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan: Apakah terdapat efektifitas daya antibakteri pasta gigi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang potensi daya antibakteri pasta gigi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian terhadap efek kandungan tanamanan ciplukan (Physalis angulata L.) dan bakteri yang pernah dilakukan antara lain: 7 Tabel 1. Keaslian Penelitian Judul Penelitian dan Penulis “Antibacterial activity of the fruit extract of Physalis angulata and its formulation” oleh Donkor et al., (2012). Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian Penelitian eksperimental, menggunakan ekstrak buah ciplukan (Physalis angulata L.) kombinasi oitment zinc oxide. Mikroorganisme yang dipergunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan P. Aeruginosa. Dengan metode diffusion bioassay. Hasil aktifitas ekstrak buah ciplukan (Physalis angulata L.) kombinasi oitment zinc oxide dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan P. aeruginosa resisten terhadap ekstrak buah ciplukan (Physalis angulata L.). ” The Influence of Tragacanth Concentration on Physical Quality of Dental Pasta of Phaleria papuana Warb var. Leaves Extract as Antibacterial Streptpcoccus mutans” oleh Andriani et al., (2011). Penelitian eksperimental murni menggunakan metode dilusi terhadap aktivitas antibakteri pasta gigi ekstrak etanol daun mahkota dewa (Phaleria papuana Warb var. Wichnannii) untuk melihat pengaruh KHM dan KBM bakteri Streptococcus mutans. Hasil KHM pasta gigi ekstrak daun mahkota dewa terhadap bakteri Streptococcus mutans pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 18,75%, dan menunjukkan hasil KBM pada konsentrasi 37,5%. “Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Acinetobacter baumannii secara in Vitro” oleh Noorhamdani dkk., (2014). Penelitian eksperimental murni dengan metode dilusi agar untuk mengetahui KHM terhadap aktivitas antibakteri daun ciplukan terhadap bakteri Acinetobacter baumannii dan menggunakan perhitungan pertumbuhan koloni bakteri pada media NAP untuk mengetahui KBM. Hasil penelitian menunjukkan bakteri Acinetobacter baumannii terhambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 17,5%, sedangkan KBM nya pada ekstrak dengan konsentrasi 20%. Peneliti menggunakan daun ciplukan (Physalis angulata L.) untuk dijadikan pasta gigi dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%, untuk diuji KHM terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan metode dilusi padat. Peneliti menggunakan daun ciplukan (Physalis angulata L.) untuk dijadikan pasta gigi dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%, untuk diuji KHM terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan metode dilusi padat. Peneliti menggunakan daun ciplukan (Physalis angulata L.) untuk dijadikan pasta gigi dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%, untuk diuji KHM terhadap bakteri Streptococcus mutans dengan metode dilusi padat. 8 D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektifitas daya antibakteri ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam sediaan pasta gigi terhadap bakteri Streptococcus mutans. b. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui kadar hambat minimal (KHM) pasta gigi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans. 2. Mengetahui konsentrasi pasta gigi ekstrak daun ciplukan (Physalis angulata L.) yang paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diantaranya: a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah terutama dalam bidang kedokteran gigi. b. Bagi Ilmu Pengetahuan 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang kedokteran gigi. 9 2. Menjadi informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi mengenai pengaruh daya antibakteri ekstrak buah ciplukan (Physalis angulata L.) dalam sediaan pasta gigi terhadap bakteri Streptococcus mutans. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat menjadi acuan sebagai upaya perventif kesehatan gigi dan mulut terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan karies gigi. bakteri