kompetensi peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama

advertisement
KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 PARUNGPANJANG
TESIS
OLEH :
LITA CAHAYA PURNAMA
21140110000016
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 PARUNGPANJANG
TESIS
Dilengkapi sebagai persyaratan untuk mencapai Magister Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH :
LITA CAHAYA PURNAMA
21140110000016
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan
b
be
t
te
ts
te dan es
j
je
h
h dengan garis bawah
kh
ka dan ha
d
de
dz
de dan zet
r
er
z
zet
s
es
sy
es dan ye
s
es dengan garis di bawah
d
de dengan garis di bawah
t
te dengan garis di bawah
z
zet dengan garis di bawah
„
Koma terbalik di atas hadap kanan
gh
ge dan ha
f
ef
q
ki
k
ka
l
el
m
em
iii
n
en
w
we
h
ha
'
apostrog
y
ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
A
fathah
I
kasrah
U
dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ai
a dan i
au
a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan
dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
â
a dengan topi di atas
î
i dengan topi di atas
û
u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tempat dan Tanggal lahir
NIM
Jurusan
Fakultas
: Lita Cahaya Purnama
: Jakarta, 28 Maret 1989
: 21140110000016
: Magister Pendidikan Agama Islam
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Kompetensi
Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang” adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa karya ini bukan karya saya sendiri, maka saya menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu siap dicabut gelar Magister saya.
Jakarta, Januari 2017
yang membuat pernyataan
Lita Cahaya Purnama
v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS
UNTUK PENDAFTARAN UJIAN PROMOSI TESIS
Nama Mahasiswa
: Lita Cahaya Purnama
NIM
: 21140110000016
Prodi
: MPAI
Judul Tesis
: Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang
Menyatakan mahasiswa tersebut sudah selesai penulisan Bab I, II, III, IV, V dan disetujui
untuk ujian promosi tesis.
Jakarta, Januari 2017
Dosen Pembimbing
Dr. Jejen Musfah, MA
NIP. 19770602 200501 1 004
vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS
Tesis ini berjudul “Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMAN 1 Parungpanjang” telah diujikan dalam ujian hasil tesis di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari selasa tanggal 27
Desember 2016. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran penguji dan dilengkapi BAB
I-V, serta telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengajukan pendaftaran Ujian
Promosi Tesis.
Jakarta, Januari 2017
vii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang” yang ditulis oleh Lita Cahaya Purnama
dengan NIM 21140110000016, telah diujikan pada sidang promosi tesis oleh Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari rabu
tanggal 1 februari 2017. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran penguji sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Magister
(S2) Pendidikan Agama Islam
Jakarta, Februari 2017
viii
ABSTRAK
LITA CAHAYA PURNAMA, Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, yang
mencakup kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
teknik wawancara, dan teknik studi dokumentasi untuk memperoleh data yang valid
tentang kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik, objek penelitian ini
adalah peserta didik kelas XII, Kepala Sekolah, dan Guru Pendidikan Agama Islam.
Pengukuran kompetensi mengacu pada teori yang dimiliki Bloom, Anderson dan
Krathwohl. Adapun hasil penelitian diketahui bahwa (1) kompetensi kognitif peserta didik
hanya mampu mencapai C3 (mengaplikasikan) dan dinilai baik karena 21 orang dari 31
orang peserta didik dapat mencapai KKM, (2) kompetensi afektif peserta didik selama di
kelas didapatkan bahwa peserta didik mampu mencapai pada tiga tingkatan afektif
terendah, yaitu tingkatan: receiving dinilai baik, responding dinilai kurang dan valuing
dinilai kurang baik, dan (3) kompetensi psikomotorik yang dilakukan pada penelitian ini,
peneliti mengambil data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an,
hasilnya 6 dari 31 orang peserta didik kurang mampu membaca al-Qur’an, dan 9 orang
peserta didik buta terhadap huruf al-Qur’an.
Kata Kunci: Standar Kompetensi, Kompetensi Peserta Didik, Kompetensi
Pendidikan Agama Islam
ix
، XII
x
ABSTRACT
LITA CAHAYA PURNAMA, Students’ Competency in Learning Islamic Education
at SMA Negeri 1 Parungpanjang, 2017.
The purpose of this study are to analyze the students’ competency in Islamic
education subject at SMA Negeri 1 Parungpanjang, which encompasses cognitive,
affective, and psychomotor competency. This study is a descriptive qualitative, Techniques
of data collection using observation, interview techniques, and documentation study
techniques to obtain valid data on the competence of the affective, cognitive and
psychomotor students, object of this study are students of class XII, Principal, and Islamic
Education Teachers. Analyzing competency grade according to Bloom, Anderson, and
Krathwohl theory. According to the results, it can be concluded: (1) the students are
merely able to achieve three lowest cognitive competencies in learning outcome, named
remember, understand, and apply and it considered good for 21 of the 31 students; (2) in
affective assessment during learning process, has been obtained that the students are able
to achieve three lowest phases of affective competency, named receiving is good,
responding is less, and valuing is not good; (3) in psychomotor assessment is found that 6
of 31 students are lack of reciting Qur’an, and 9 of students are Qur’an illiterate.
Keywords: Competency standard, Students’ competency, Islamic education
competency.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha
Esa yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman dan kekasih Allah,
Muhammad SAW, keluarga beserta sahabat dan umatnya yang mengharap syafa’at darinya
sampai hari kebangkitan nanti.
Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selanjutnya dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis mengucapkan kata
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag yang telah memberikan begitu banyak
saran dalam menyelesaikan tesis
4. Staf Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Muslikh
Amrullah, S.Pd yang telah memberikan banyak bantuan selama proses
pendaftaran sidang hingga akhir penyelesaian tesis
5. Dosen Pembimbing Tesis, Dr. Jejen Musfah, MA yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran dalam penulisan tesis.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama
perkuliahan.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parungpanjang, Drs. Windu Sarwono, M.Pd
yang telah memberikan ijin serta memberikan informasi selama penelitian.
8. Guru Pendididikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, Abdul
Haliem, M.Pd.I dan Lisyanah, S.Ag, yang telah memberikan banyak informasi
dan bantuan selama proses penelitian.
9. Ibu dan Bapak tercinta, Eko Purnomo dan Nurhaenih yang tak pernah lelah
untuk mendo’akan setiap waktu, dan selalu memberikan motivasi serta
dukungan terhadap penulis.
10. Suamiku, Taufik Hidayat, M.Pd, yang telah mendo’akan dan memberikan
motivasi, serta tak pernah lelah dalam memberikan saran terhadap penulis.
11. Adik-adikku, Riana Cahaya Purnama, S.Ag, Eril Cahaya Purnama, Lenny Ariani
Purnomo, dan Laila Cynthia Purnomo, yang telah menghibur dan memberikan
semangat selama penulis mengerjakan tesis.
12. Kakak-kakakku, Sri Nurmalasari, SE dan Januar Syam, M.Pd yang selalu
mendo’akan dan memberikan motivasi selama penulis mengerjakan tesis ini.
xii
13. Teman-teman Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
telah berjuang bersama dalam menggapai sebuah impian serta membagi
pengetahuan dan informasi yang diperlukan.
Segala bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan dengan tulus, semoga Allah
SWT memberikan pahala yang berlipat ganda kepada mereka.
Penulis masih menyadari bahwa adanya kekurangan dan keterbatasan dalam
menyusun tesis ini, maka diharapkan kritik dan saran yang terbaik bagi tesis ini. Demikian,
semoga tesis ini bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi penulis dan khususnya
bagi para pemangku di bidang pendidikan.
Jakarta, Januari 2017
Lita Cahaya Purnama
21140110000016
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. ii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ............................................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ....................................................................... vii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS.......................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 6
2. Batasan Masalah ....................................................................................................... 6
3. Pertanyaan Peneliti ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 6
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................................... 7
BAB
A.
B.
C.
D.
E.
II KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kompetensi .................................................................................................................... 9
1. Pengertian Kompetensi ............................................................................................. 9
2. Konsep Kompetensi Secara Luas ............................................................................. 11
3. Macam-macam Kompetensi ..................................................................................... 23
Peserta Didik ................................................................................................................. 24
1. Pengertian Peserta Didik .......................................................................................... 24
2. Karakteristik Peserta Didik....................................................................................... 24
3. Akhlak Peserta Didik ................................................................................................ 29
Pembelajaran ................................................................................................................. 30
1. Strategi Pembelajaran ............................................................................................... 30
2. Model Pembelajaran ................................................................................................. 32
Pendidikan Agama Islam ............................................................................................... 33
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................................................ 33
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ................................................. 36
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................................... 39
4. Alat dan Metode Untuk Mengukur Kompetensi Pendidikan Agama Islam ............. 43
5. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam .......................................... 43
Kerangka Konseptual .................................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................................................... 47
xiv
B.
C.
D.
E.
F.
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 47
Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 47
Sumber Data .................................................................................................................. 49
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 49
Teknik Analisis Data ..................................................................................................... 49
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian ......................................................................................................... 51
1. Gambaran Umum SMAN 1 Parungpanjang Bogor .................................................. 51
2. Temuan Lapangan Terkait dengan Kompetensi Peserta Didik ................................ 55
a. Standar Isi Sekolah .............................................................................................. 55
b. Standar Proses Sekolah ....................................................................................... 56
c. Standar Penilaian Sekolah ................................................................................... 68
d. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah ................................................................. 70
B. Analisis Hasil Penelitian................................................................................................ 82
1. Analisis Penilaian Kognitif....................................................................................... 82
2. Analisis Penilaian Afektif......................................................................................... 87
3. Analisis Penilaian Psikomotorik ............................................................................... 94
4. Analisis Penilaian Kognitif Afektif dan Psikomotorik yang dimiliki Peserta
Didik ........................................................................................................................ 97
C. Persfektif Penulis Tentang Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang .................................................. 99
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................................................ 101
B. Saran .............................................................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 103
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 106
xv
DAFTAR TABEL
2.1
2.2
2.3
2.4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
Tabel Taksonomi hasil revisi Anderson dan krathwohl ........................................................ 14
Perbandingan antara sistematika Guilford dan E. De corte pada ranah kognitif ................... 15
Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013 .................................... 22
Kegiatan Inti ........................................................................................................................ 31
Kelengkapan Perangkat Pembelajaran PAI ........................................................................... 52
Data Peserta Didik Berdasarkan Agama yang Dianut ........................................................... 53
Analisis Standar Isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................................................... 55
Analisis Standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang.................................................... 56
Analisis Kelengkapan Komponen Silabus ............................................................................ 61
Analisis Kelengkapan Komponen RPP ................................................................................. 62
Analisis Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................................... 64
Analisis Standar Penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang ............................................... 68
Analisis Standar Kompetensi Lulusan di SMA Negeri 1 Parungpanjang ............................. 71
SK KD Materi Pendidikan Agama Islam .............................................................................. 74
SKL yang Telah Dimiliki pada Peserta Didik Kelas XII Semester Ganjil ............................ 81
Hasil Nilai Kognitif Rata-rata Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1
Parungpanjang ....................................................................................................................... 82
Hasil Analisis Butir Soal UAS Kelas XII Semester Ganjil ................................................... 83
Hasil Nilai Kognitif UAS Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......... 84
Kategori Proses Kognitif Anderson dan Krathwohl.............................................................. 86
Jenis Poin Pelanggaran dan Bobot Poin di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................... 88
Analisis Penilaian Afektif Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang.......... 90
Kategorisasi Proses Afektif Krathwohl ................................................................................. 91
Materi Ujian Praktik Pendidikan Agama Islam Kelas XII .................................................... 94
Hasil Penilaian Psikomotorik Kemampuan Membaca al-Qur’an Peserta Didik kelas
XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang .................................................................................... 95
Kategori proses psikomotorik Bloom.................................................................................... 96
Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik........................................................ 97
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
3.1
Kisaran Definisi Kompetensi ............................................................................................. 10
Tingkatan taksonomi kognitif asli dan yang telah direvisi ................................................. 13
Domain Afektif................................................................................................................... 17
Domain Psikomotorik......................................................................................................... 18
Domain Iman ...................................................................................................................... 20
Kesinambungan antardomain Taksonomi Bloom dan Perspektif Pendidikan Islam .......... 21
Aspek Kompetensi.............................................................................................................. 22
Karakteristik Peserta Didik................................................................................................. 25
Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................................................................... 41
Kerangka Konseptual Kompetensi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam....................... 46
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ......................................................... 50
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk membuat bangsa dan generasi selanjutnya
menjadi generasi yang cerdas, menerapkan nilai-nilai agama dan mampu
mengembangangkan keterampilan yang dapat meningkatkan kualitas. Pendidikan tidak
hanya diberikan kepada anak-anak yang mengikuti pendidikan normal saja, tetapi bisa
juga diberikan kepada remaja, dewasa, dan orang lanjut usia, dan proses pendidikan
tidak hanya dilakukan pada lingkungan sekolah saja, tetapi bisa dilakukan di
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja (Sukmadinata, 2012: 1) untuk itu
hendaknya setiap orang juga harus sadar akan pentingnya pendidikan bagi
kehidupannya nanti, sehingga mereka tetap melakukan pembelajaran baik di lingungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, agar mereka tidak hanya mampu dalam
bidang pengetahuannya saja, tetapi juga mampu memecahkan masalah yang dimiliki
dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam kehidupan seharihari.
Pendidikan menurut Hamalik (2013: 3) adalah suatu proses untuk merubah peserta
didik ke arah yang lebih baik agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
peserta didik tersebut, sehingga akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang baik
dari dalam dirinya agar berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan
suatu lembaga pendidikan formal, yaitu sebagai lingkungan pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar.
Lingkungan sekolah tersebut telah disusun dalam suatu kurikulum, yang dapat
dilaksanakan melalui proses pembelajaran.
Ki Hajar Dewantara juga menyatakan dalam kutipan Nata (2014: 18) bahwa
pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin, karakter,
pikiran, intelek dan tubuh anak, sedangkan menurut Soergada pendidikan adalah usaha
untuk membawa masyarakat pada tujuan yang dicita-citakan.
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
mengarahkan manusia untuk mengetahui tujuan hidupnya. Dengan mengetahui tujuan
hidup inilah manusia dapat terhindar dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan.
Tujuan hidup ini tertulis jelas dalam al-Quran surat al-Zariat ayat 56 sebagai berikut.
      
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.
Berdasarkan ayat di atas, tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk
beribadah kepada-Nya. Ibadah ini harus dilakukan dengan penuh ketaatan dan
ketundukan kepada Allah swt. Jadi, apaun yang dilakukan manusia harus diniatkan
untuk beribadah kepada Allah swt semata. Selain dalam al-Zariat di atas, anjuran untuk
mengabdi hanya kepada Allah dipertegas dalam surat al - Bayyinah ayat 5 sebagai
berikut.
1
2
            
     
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang
lurus”.
Sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan di dunia ini semata-mata untuk
beribadah kepada-Nya. Manusia tidak diperintahkan untuk menyekutukan Allah dan
berbuat maksiat. Akan tetapi, ibadah yang dikerjakan masih belum sempurna jika tidak
dilakukan dengan ikhlas. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa nilai ibadah
tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya. Di
antara kualitas ibadah yang paling utama adalah keikhlasan untuk mencari ridha Allah
Swt. Sebagai contoh, seseorang yang sering bersedekah jika sekadar berharap
mendapat sanjungan dari orang lain, di hadapan Allah Swt. tidaklah bernilai. Ia tidak
berhak mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya.
Berdasarkan kedua ayat tersebut, diketahui bahwa seluruh tujuan hidup manusia
yang meliputi berbagai aspek adalah guna meningkatkan kualitas pengabdian kepada
Allah. berkaitan dengan hal itu maka pendidikan seharusnya diarahkan untuk
mencapai kepada kualitas pengabdian yang sesuai dengan ayat di atas.
Selaras dengan ayat di atas, pemerintah mencoba merumuskan tujuan pendidikan
secara rinci yang terdapat pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Pendidikan tidak hanya diberikan kepada anak-anak, tetapi diberikan juga kepada
remaja, dewasa, bahkan orang lanjut usia. Selain itu pendidikan tidak hanya dilakukan
pada lingkungan sekolah, tetapi bisa dilakukan pada lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan kerja. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan di atas, pendidikan
khususnya di lingkungan sekolah mewajibkan peserta didik untuk mempelajari mata
pelajaran - mata pelajaran yang sudah ditentukan.
Dalam tradisi ilmiah Islam, ilmu dicari untuk dapat mencari kebenaran, yaitu dapat
mencari tahu suatu hal dengan sebenar-benarnya. Untuk itu maka diperlukan pencarian
yang serius akan kebenaran dan informasi, dan umat Islam juga dianjurkan untuk
berdoa kepada Allah agar dapat ditunjukkan kepada kebenaran yang sebenar-benarnya,
karena tidak semua yang terlihat benar itu benar, dan tidak semua yang terlihat salah
itu salah (Kartanegara, 2006: 50).
Salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari bagi orang muslim adalah
Pendidikan Agama Islam. Secara umum tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam salaras dengan al-Qur’an surat al– Zariat ayat 56 dan al-Bayyinah ayat 5 di atas.
al-Gazali dalam Sukring (2013: 27) menyatakan hal yang sama bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah, supaya
3
mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Lebih khusus
Langgulung dalam Ramayulis (2015: 187) menyatakan tujuan Pendidikan Agama
Islam sebagai berikut.
Memperkenalkan kepada peserta didik tentang dasar-dasar agama Islam, seperti
akidah, ibadah serta tata cara pelaksanaannya, Membangun kesadaran pada diri peserta
didik agar mencapai akhlak yang mulia, Menanamkan kesadaran kepada peserta didik
agar beriman sesuai dengan rukun iman yang telah diajarkan, Membangkitkan minat
peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan agama dan adab, Menanamkan
generasi yang cinta al-Qur’an, agar peserta didik dapat membaca, memahami, dan
mengamalkan setiap ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an, Menumbuhkan kebanggaan
peserta didik terhadap sejarah dan kebudayaan Islam, Membiasakan peserta didik
untuk dapat mengatur emosi, dan mengajarkan kepada mereka tentang adab dan sopan
santun baik di lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar mereka,
Menumbuhkan rasa kasih sayang, tolong menolong terhadap sesama muslim,
bertanggung jawab dan percaya diri, Menanamkan keimanan yang kuat kepada Allah,
akhlak yang mulia, serta menyuburkan hati mereka dengan zikir, takwa, dan taat
kepada Allah, Menghilangkan sifat-sifat buruk yang masih terdapat pada diri peserta
didik, seperti sombong, iri hati, dengki, hasad, dan khianat.
Adapun tujuan dari pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik dan apa yang hendak atau ingin dicapai, mata pelajaran yang sesuai dengan
tujuan kurikulum untuk dapat menentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan dan
guru yang menjadi sumber tujuan utama bagi para peserta didik dan mampu menulis,
memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur. (Hamalik, 2013:
76), hasil-hasil belajar peserta didik baiknya harus mencakup kompetensi kognitif,
afektif, dan psikomotorik, agar peserta didik tidak hanya mampu dalam pengetahuan
saja, tetapi juga mempunya sikap dan keterampilan yang baik juga.
Dalam proses belajar terdapat kemampuan peserta didik yang berbeda untuk
menyerap ilmu pengetahuan. Hal ini melatarbelakangi perbedaan siswa dalam
mengikuti pembelajaran di sekolah. Sebagian siswa lebih suka dengan guru yang cara
mengajarnya mencatat hal yang penting di papan tulis, dan sebagian lainnya lebih
menyukai guru yang mengajarnya dengan cara menjelaskan panjang lebar atau
ceramah. (Uno, 2008: 180). Maka diperlukan kratifitas guru untuk menggunakan
metode pembelajaran yang lebih menarik, agar peserta didik tidak terkesan jenuh dan
menumbuhkan minat belajar peserta didik yang tinggi.
Selama proses belajar mengajar, di setiap sekolah pasti akan menghadapi peserta
didik yang mempunyai masalah dalam belajar yang akan berdampak pada hasil belajar
atau prestasi peserta didik. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat dilihat
dari jenis kesulitan belajar, mata pelajaran yang dipelajari, sifat kesulitan dalam
belajar, dan faktor yang menyebabkan peserta didik menjadi sulit belajar. (Djamarah,
2011: 234), maka peran guru sangatlah penting untuk dapat memerhatikan peserta
didik secara detail yang mengalami kesulitan belajar, sehingga guru dapat membantu
memberikan solusi kepada peserta didik, atau bisa dicarikan solusi yang lain dengan
bantuan guru konseling.
Menurut Sanjaya (2008: 52) ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap
sistem pembelajaran, pertama guru, guru dikatakan dapat berhasil dalam penerapan
strategi pembelajaran tergantung pada kemahiran guru dalam menggunakan metode
pembelajaran teknik, taktik, dan kemampuan dalam mengajar. Kedua peserta didik,
4
peserta didik yang memiliki pengetahuan yang lebih memadai akan memberikan
pengaruh terhadap proses pembelajaran. Ketiga sarana dan prasarana yaitu media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah yang dapat menunjang proses
pembelajaran. Keempat lingkungan, sekolah yang mempunyai hubungan yang baik
secara internal akan berdampak kepada motivasi belajar peserta didik. Pada dasarnya
perkembangan peserta didik tergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi.
Yaitu lingkungan pendidikan yang menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan belajar mangajar, dan bakat yang telah dimiliki oleh peserta
didik sejak lahir (Hamalik, 2013: 3).
Selanjutnya, berbicara tentang kompetensi peserta didik akan berkaitan erat
dengan hasil belajar. Frinch dan Crunkilton dalam Hawi (2013: 3) menjelaskan bahwa
“Kompetensi yaitu penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan aspirasi
yang harus dimiliki oleh peserta didik guna mencapai suatu keberhasilan dan mampu
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis tugasnya.” Dalam hal ini
peserta didik diharuskan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan oleh
guru, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik untuk
menguasai suatu pembelajaran.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik mencakup ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik agar dapat dinilai sebagai bentuk hasil belajar peserta didik
yang sesuai dengan pengalaman. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik dilakukan secara objektif sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil belajar (Mulyasa, 2006: 38).
Sedangkan keberhasilan belajar dan mengajar menurut ajaran Islam adalah:
penguasaan pengetahuan kognitif, penguasaan dari ranah afektif, kemampuan spiritual,
dapat mengendalikan emosi negatif, mampu menumbuhkan kepedulian untuk
mempertahankan nilai-nilai luhur, mampu menumbuhkan kepekaan sosial dalam
membantu sesamanya, dan ketinggian spiritual (Nata, 2009: 319).
Sejalan dengan hal di atas, kompetensi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang sudah dirumuskan dalam kurikulum 2013 yaitu sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga peserta
didik menjadi kompeten dalam mengamalkan dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan
ajaran Islam. Dalam peneliti ini, Peneliti memfokuskan kajian kompetensi pada
jenjang menengah atas (SMA). Adapun Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
berdasarkan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
Standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan oleh BSNP No 23 Tahun 2006
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada sekolah tingkat
SMA/MA/SMK/MAK adalah: a) Memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan
dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; b) meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha
dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna; c) berperilaku terpuji
seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof,
tabzir dan fitnah; d) memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta
menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam; e)memahami sejarah
Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan
Islam di Indonesia dan di dunia.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan di atas seharusnya peserta didik dapat
memiliki pengetahuan yang bagus dan sikap yang baik. Namun demikian, data hasil
studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Parungpanjang masih jauh
5
dari harapan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal, pelanggaranpelanggaran aspek afektif cukup banyak. Pelanggaran itu diantaranya rata-rata peserta
didik terlambat datang ke sekolah, tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan, dan
masih banyak peserta didik yang tidak memasukan bajunya atau tidak rapi dalam
memakai seragam sekolah, khususnya peserta didik putra. Selain itu pernah beberapa
kali terjadi tawuran antar pelajar dengan sekolah tetangga. Kemudian tercatat ada
beberapa peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran dan melakukan shalat
dengan bacaan yang benar, apabila dilihat dari aspek kognitif masih banyak peserta
didik yang menghafal untuk menghadapi ujian tanpa memahami maksud dari
pengertian suatu pengetahuan sehingga banyak peserta didik yang mengikuti remedial
untuk mencapai nilai KKM.
Apabila melihat secara global, ternyata tidak hanya Pendidikan Agama dan juga
tidak hanya di SMA Negeri 1 Parungpanjang yang mengalami penurunan kualitas
pendidikan. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan OECD (Organisation for
Economic Cooperation and Development) melalui PISA (Programme For
International Student Assesment), dan IEA (International Association for The
Evaluation of Educational Achievement) melalui TIMSS (Trends International
Mathematics and Science Study) serta PIRLS (Progress in International Reading
Literacy Study) menggambarkan bahwa untuk kemampuan berpikir, hanya 5% peserta
didik Indonesia yang mampu menjawab pertanyaan yang membutuhkan pikiran
mendalam. Di sisi lain, 95% peserta didik Indonesia hanya sampai di level bawah,
yaitu level yang ditandai dengan kemampuan menjawab soal yang bersifat ingatan dan
pemahaman. Berikut disajikan data hasil penelitian yang dilakukan PISA dari 2006
sampai 2015.
Tabel 1.2
Hasil Pengukuran Kognitif Peserta Didik Indonesia
Berdasarkan Penelitian PISA
Tahun
Studi
Peringkat
Indonesia
Jumlah Negara
Peserta Studi
2006
50
56
2009
60
65
2012
64
65
2015
69
79
(Sumber: http://www.oecd.org/pisa)
Hasil di atas memberikan gambaran kepada penduduk Indonesia bahwa ada
permasalahan yang krusial di lingkungan pendidikan yang perlu secepatnya
diselesaikan. Melihat kondisi di atas, peneliti merasa tergerak untuk dapat
memperbaiki kondisi pendidikan khususnya pendidikan Agama Islam di SMA Negeri
1 Parungpanjang yang memang secara geografis dekat dengan lingkungan peneliti.
Sebagai langkah awal, harus ada penelitian yang menggambarkan kompetensi peserta
didik secara rill di lingkungan sekolah tersebut. Sehingga dengan adanya gambaran
6
awal, masyarakat dapat melihat permasalahan yang lebih spesifik. Oleh karena itu
peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: “Kompetensi Peserta Didik
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi kognitif peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam belum menunjukkan hasil yang maksimal.
b. Kompetensi afektif peserta didik yang berhubungan erat dengan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam masih lemah, contohnya perkelahian dan tindak
kekerasan antar peserta didik.
c. Kompetensi psikomotor dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih
kurang.
d. Rendahnya motivasi belajar siswa.
2. Batasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi hanya pada
kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik Pendidikan Agama Islam yang
dimiliki oleh peserta didik, agar penelitian ini lebih terarah.
3. Pertanyaan Peneliti
Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana kompetensi hasil
belajar Pendidikan Agama Islam yang dimiliki oleh peserta didik di SMA Negeri 1
Parungpanjang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan peneliti di atas, maka peneliti menjelaskan bahwa tujuan penelitian
adalah untuk menganalisis kompetensi hasil belajar peserta didik dalam Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi
teoritis dalam khasanah keilmuan terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kompetensi Pendidikan Agama Islam peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru-guru Pendidikan Agama Islam
Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
umum kualitas pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membantu guruguru untuk meningkatkan kompetensi hasil belajar Pendidikan Agama Islam
peserta didik.
b. Bagi Sekolah
Temuan penelitian ini hendaknya dapat memberikan masukan dan menjadi
landasan guna memberikan dorongan, perhatian, kesempatan dan
7
memfasilitasi para pesrta didik agar dapat meningkatkan kompetensi hasil
belajar peserta didik dalam Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
c. Bagi Orang Tua Siswa
Penelitian ini hendaknya dapat memberikan masukan dan informasi
kepada orang tua peserta didik guna membantu anaknya dalam proses belajar
yang berada di luar lingkungan sekolah.
d. Bagi Peneliti dan Pemerhati Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekaligus pendorong
minat untuk mengadakan penelitian atau analisis yang lebih mendalam.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Adapun penelitian sebelumnya yang telah membahas tentang kompetensi peserta
didik sebelumnya, adalah:
1. Mukhshon Nawawi. 2009. Judul tesis :“Penilaian Kompetensi Bahasa Arab
Berbasis Kelas di Madrasah”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penilaian
Bahasa Arab berbasis kelas melalui upaya membandingkan berbagai komponen
pembelajaran Bahasa Arab yang terdiri atas: tujuan pembelajaran Bahasa Arab
yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, rencana pengajaran,
kegiatan belajar mengajar, dengan menghubungkan faktor yang dapat
mempengaruhi kompetensi, seperti: latar belakang peserta didik, kemampuan guru,
dan ketersediaan sarana. Penilaian Bahasa Arab dilakukan dalam bentuk tes dan
nontes yang berupa kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, penugasan,
ulangan semester, dan ulangan kenaikan kelas. Berdasarkan penelitian di atas
dapat diketahui bahwa kompetensi peserta didik dapat berpengaruh sesuai dengan
karakteristik peserta didik, kemampuan guru dalam mengajar, tersedianya sarana
yang mendukung kegiatan pembelajaran.
2. Miftahul Huda. 2016. Judul tesis “Implementasi Evaluasi Hasil Belajar PAI
Ranah Afektif di SMPN 1 Tanara Serang Banten”. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa terbengkalianya penilaian pada ranah afektif akan berakibat
pada kasus kenakalan remaja, oleh karena itu setiap guru harus memperhatikan
ranah afektif peserta didik agar terbentuknya moral dan akhlak yang baik.
Penilaian afektif yang digunakan pada sekolah ini berdasarkan dengan kurikulum
2013. Guru PAI yang memiliki kompetensi yang tinggi pada sekolah ini sudah
menerapkan sistem hasil belajar ranah afektif sehingga peserta didik akan
mempunyai motivasi yang tinggi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan hasil belajar ranah afektif peserta didik dapat menunjukkan pada hasil belajar
psikomotorik peserta didik. Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa
peserta didik yang memiliki kompetensi afektif yang tinggi akan memiliki
motivasi belajar yang tinggi pula, sehingga peserta didik tersebut dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mumun Maemunah. 2016. Judul tesis :“Evaluasi Ranah Afektif Pendidikan Agama
Islam di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
penilaian guru di sekolah terhadap sikap afektif peserta didik kurang begitu
diperhatikan, karena banyak peserta didik lebih banyak menguasai materi
dibandingkan dengan sikap, sehingga banyak peserta didik yang dinilai berbeda
dengan sikap asli yang dimilikinya. Penilaian afektif di sekolah ini mencakup
8
minat, sikap dan konsep diri, yang dibagi lagi ke dalam sikap spiritual, kejujuran,
disiplin, tanggung jawab, toleransi, dan gotong royong. Penilaian afektif pada
peserta didik tersebut dinilai cukup baik. Dari penelitian di atas, penilaian afektif
terhadap peserta didik sudah disebutkan secara rinci sesuai indikator yang akan
dinilai. Adapun guru pada sekolah tersebut menilai tidak sesuai dengan instrumen
afektif yang sudah ada, sehingga masih ada guru yang menilai afektif peserta didik
hanya mengandalkan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tersebut.
BAB II
KOMPETENSI PESERTA DIDIK
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi berasal dari kata competence yang artinya kecakapan, kemampuan,
atau wewenang. Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Lebih dalam
Mc.Ahsan dalam Mudlofir (2011: 18) mendefinisikan kompetensi kompetensi
sebagai berikut.
“...is knowledge, skill or abilities or capabilities that a person achieves, which
become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily
perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.
Pengertian di atas kurang lebih dapat ditafsirkan bahwa kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dapat dicapai seseorang yang
menjadi bagian darinya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, afektif, dan perilaku
psikomotor".
Selain itu, The International Board of Standards for Training, Performance and
Instruction (IBSTPI) memberikan definisi tentang kompetensi dalam kutipan Yaumi
(2013: 83) adalah sebagai berikut.
“as an integrated set of skills, knowledge, and attitudes that enables one to
effectively perform the activities of a given occupation or function to th
standards expected”
Definisi kompetensi di atas menyatakan bahwa kompetensi merupakan integrasi
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang membuat seseorang melakukan
pekerjaan dengan efektif atau sesuai dengan standar yang diharapkan.
Kompetensi juga dapat dikatakan sebagai tujuan dari pembelajaran yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga mereka mampu mengetahui suatu hal
dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi ini
meliputi kognitif, metakognitif, non-kognitif, serta keterampilan interpersonal
(Wolfe & steinberg, 2014: 4). Dengan demikian tujuan atau standar kompetensi
yang harus dimiliki oleh peserta didik hendaknya mencakup kepada kemampuan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga peserta didik tidak hanya mampu
dalam pengetahuan saja, tetapi juga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
Mulyasa (2006: 37) menyatakan bahwa kompetensi ialah gabungan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diaplikasikan pada kebiasaan
berpikir dan bertindak. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar dapat dinilai sebagai
bentuk hasil belajar peserta didik yang sesuai dengan pengalaman. Penilaian
terhadap pencapaian kompetensi peserta didik dilakukan secara objektif sesuai
dengan kinerja, keterampilan, nilai dan sikap yang dimiliki oleh peserta didik
sebagai hasil belajar . Penilaian objektif terhadap peserta didik dapat dilakukan oleh
para pendidik dengan cara tes berupa tulisan atau lisan untuk mengetahui
kemampuan pengetahuan, dengan observasi untuk penilaian sikap peserta didik, dan
9
10
melakukan ujian praktik guna menilai kemampuan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik.
Musfah (2011: 29) mengemukakan kompetensi merupakan kemampuan individu
yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang membawa manfaat bagi dirinya serta lingkungan di sekitarnya.
Oleh karena itu kompetensi selain mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
tetapi tujuannya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan sekitar.
Kompetensi menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Piskulich dan
Peat (2016: 284) yakni hasil belajar siswa guna meningkatkan keterampilan yang
dimiliki oleh setiap peserta didik, sehingga setiap peserta didik harus diberikan
pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dasar yang telah
dimilikinya. Dalam hal ini guru juga harus melakukan tes guna mengetahui
kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik, sehingga guru dapat
mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Kompetensi tidak hanya sekedar pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi
mencakup kemampuan untuk berkomunikasi secara baik, keterampilan praktis
tentang teknologi informasi, dan sikap terhadap orang-orang ketika berinteraksi.
(Yaumi, 2013: 82). Kemampuan berkomunikasi secara baik juga mencakup ke
dalam sikap, sehingga pengertian di atas telah mencakup kemampuan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Bila dilihat dari beberapa definisi di atas, Yaumi (2013: 84) menyatakan bahwa
kompetensi mencakup kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
oleh peserta didik untuk melakukan tugas yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1
Kisaran Definisi Kompetensi
Pengetahuan, sikap dan keterampilan
kompetensi
Melakukan tugas atau pekerjaan
Berdasarkan standar
(Sumber: Yaumi, 2013: 84)
Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik bukan hanya
mencakup kompetensi pengetahuan, tetapi juga harus mencakup sikap dan
keterampilan. Penilaian kompetensi juga dapat dinilai dari hasil tugas yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
11
Kompetensi yang berlandaskan pendidikan agama Islam adalah pengetahuan,
keterampilan serta dasar-dasar nilai ajaran Islam yang dapat diaplikasikan kepada
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam (Majid, 2004: 84).
Kompetensi yang berlandaskan Islam juga harus sesuai dengan Al-Qur‟an dan
Hadist sehingga peserta didik dapat menjalankan perintah Allah, menjauhi laranganNya, dan mampu mencontoh sikap yang dimiliki Rasullullah.
Sementara itu, Puskur, Balitbang, Depdiknas dalam Muslich (2009: 15)
mengatakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar
yang dapat diaplikasikan ke dalam kebiasaan berpikir dan bertindak seseorang
secara konsisten sehingga menjadikan seseorang tersebut menjadi kompeten dalam
berpikir dan bertindak.
Selanjutnya kompetensi dalam kurikulum menurut Depdiknas (2002:1), yaitu (1)
kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dalam
berbagai hal, (2) kompetensi memaparkan pengalaman belajar yang telah dijalankan
oleh siswa agar menjadi kompeten, (3) kompetensi adalah hasil belajar siswa yang
memaparkan mengenai hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa dalam proses
pembelajaran, dan (4) kemampuan atau keterampilan siswa dalam melakukan suatu
hal harus dijelaskan secara luas sesuai dengan standar yang dapat diukur.
Bila dilihat dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian kompetensi adalah kemampuan dasar seseorang atau peserta didik yang
mencakup pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat diaplikasi pada cara
berpikir, bertindak, dan berkomunikasi kepada orang sekitar. Kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dapat dinilai sebagai bentuk dari hasil belajar.
2. Konsep Kompetensi Secara Luas
Gordon dalam Sanjaya (2008: 6) menjelaskan bahwa ada beberapa aspek yang
terdapat dalam kompetensi yakni, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai,
sikap, dan minat.
Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk dapat melakukan
suatu hal. Sebagai contoh, proses berpikir dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Pemahaman (understanding), yaitu ranah kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh seseorang. Sebagai contoh, peserta didik dapat memecahkan masalah
ekonomi sesuai dengan konsep ekonomi yang telah dipelajarinya. Keterampilan
(skill), yaitu sesuatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan
tugas yang dibebankan. Sebagai contoh, peserta didik yang terampil dalam
menggunakan microscope maka dapat mengamati mikroorganisme. Nilai (value),
yaitu standar perilaku yang telah menjadi bagian dari dalam dirinya yang akan
terlihat dalam setiap tindakannya. Sebagai contoh, perilaku peserta didik dalam
proses berpikir, keterbukaan, kejujuran, demokratis, dan kasih sayang. Sikap
(attitude), yaitu perasaan atau tindakan terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar. Sebagai contoh, reaksi yang terjadi terhadap sesuatu hal yang baru. Terakhir
minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
Sebagai contoh, minat peserta didik guna memperdalam materi pelajaran.
Selanjutnya, Majid (2004: 85) meninjau konsep kompetensi dalam pendidikan
agama Islam dari sudut pandang Al-Qur‟an, diantaranya dalam surat az-zumar: 9:
12
      
        
            
“(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang
ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran”.
Apabila dilihat dari ayat Al-Qur‟an di atas maka ayat tersebut mencakup pada aspek
kognitif yaitu orang berakallah yang mampu menerima dan mengetahui suatu
pelajaran.
Bloom dalam Muslich (2009: 16) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek
yang mempunyai tingkatan berbeda-beda, yaitu (a) kompetensi kognitif; (b)
kompetensi afektif; dan (c) kompetensi psikomotorik. Lebih rinci lagi penjelasan
mengenai kompetensi menurut Benjamin S. Bloom adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi Kognitif
Dalam domain kognitif, Bloom membagi menjadi enam tingkatan kognitif.
Tingkatan tersebut terbagi menjadi tingkatan terendah terdiri atas pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), dan penerapan (application).
Sementara untuk tingkatan tertinggi yaitu analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Pengetahuan (Knowledge) berupa kemampuan peserta didik dalam
mendefinisikan, menguraikan, menghitung, mengidentifikasi, memberi tanda,
mendaftar, mereproduksi, mencocokkan, menyebutkan nama, membaca,
mencatat, memilih, menyatakan, dan melihat, serta dapat mengingat kembali
pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Pemahaman (Comprehension)
merupakan kemampuan peserta didik dalam mengklarifikasi, mengubah,
menguraikan,
mendiskusikan,
memperkirakan,
menjelaskan,
menggeneralisasikan, memberi contoh, membuat pemahaman, menyatakan
dengan kata-kata sendiri, merangkum, melacak dan memahami materi inti
yang telah disampaikan. Penerapan (Application) merupakan kemampuan
peserta didik dalam berbuat, mengatur, meniru, mengakses, mengumpulkan,
menghitung, membangun, memberi kontribusi, mengendalikan, menentukan,
mengembangkan,
menemukan,
mendirikan,
mengembangkan,
mengimplementasikan, memasukan, menginformasikan, menginstruksikan,
mengoprasikan segala bentuk pengetahuan yang telah disampaikan
sebelumnya agar dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pada situasi
yang baru.
Analisis (analysis) merupakan kemampuan peserta didik dalam merinci
segala bentuk informasi yang telah didapat, lalu dapat mengembangkan
kesimpulan yang berbeda. Seperti, peserta didik dapat membandingkan dan
memisahkan dua konsep yang berbeda. Sintesis (synthesis) merupakan
kemampuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan
13
keterampilan, sehingga dapat membuat sesuatu yang sangat baru. Seperti,
dapat membandingkan dua karya seniman dan filosof yang berbeda, namun
hidup pada masa yang sama. Terakhir, Evaluasi (evaluation) merupakan
kemampuan peserta didik untuk mengukur dirinya sendiri selama menerima
materi pelajaran atau informasi yang telah didapat sebelumnya. Seperti,
tahapan mahasiswa yang diminta untuk menulis skripsi, tesis, maupun
disertasi.
Setelah Bloom membagi tingkatan kognitif menjadi enam bagian,
kemudian direvisi kembali oleh Anderson dan Krathwohl (2001: 31) yang
membagi menjadi enam tingkatan, dimulai dari mengingat (remember),
pemahaman (understand), penerapan (apply), analisis (analyze), evaluasi
(evaluate), dan mencipta (create). Perbedaan tingkatan domain kognitif antara
Bloom dengan Anderson dan Krathwohl, dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2.2
Tingkatan taksonomi kognitif asli dan yang telah direvisi
Evaluasi
Sintesis
Mencipta
mengevaluasi
Analisis
menganalisis
Penerapan
menerapkan
Pemahaman
memahami
pengetahuan
mengingat
tingkatan kognitif asli
tingkatan kognitif revisi
(Sumber: Kuswana, 2012: 111)
Konsep taksonomi kognitif menurut Anderson dan Kratwohl dalam
kutipan Kuswana (2012: 110) secara umum dibagi menjadi dua dimensi yaitu
proses kognitif dan pengetahuan. Adapun proses kognitif dibagi menjadi enam
tahapan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan. Adapun untuk pengetahuan terbagi menjadi
empat bagian, yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
14
Tabel 2.1
Tabel Taksonomi hasil revisi Anderson dan krathwohl
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Pengetahuan
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
1
Mengingat
2
3
4
5
6
Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan
(Sumber : Kuswana,2012: 112)
Perbedaan antara kompetensi yang dimiliki oleh Bloom dan Anderson
adalah, Bloom membagi tahapan kognitif menjadi enam tahapan dan tidak
membagi ke dalam pengetahuan, sedangkan Anderson membagi menjadi enam
tingkatan dengan menggunakan kata kerja, dan membagi pengetahuan ke
dalam empat bagian, dan pada tahapan akhir yaitu mencipta berarti peserta
didik menggunakan kompetensi kognitif dan psikomotorik.
Guilford membagi domain kognitif berdasarkan urutannya menjadi dua
bagian berdasarkan mengembangan skema klasifikasi yang telah
dikembangkan oleh E. De Corte. Dalam Winkel (2009: 286) yakni skema
pertama adalah reproduktif, meliputi (1) apersepsi berdasarkan pengamatan
informasi, contohnya peserta didik dapat membedakan bentuk pulau Jawa dan
Bali, (2) mengenal kembali, contohnya peserta didik dapat mengenali bentuk
dan letak pulau Jawa dan Bali yang tanpa tertera nama pada peta tersebut, (3)
mengingat, contohnya peserta didik dapat menyebutkan pulau-pulau yang
terletak di Indonesia.
Skema kedua adalah produktif, yang terbagi menjadi beberapa bagian,
yakni (1) hasil proses berpikir konvergen yaitu pemecahan masalah yang
sudah pasti, contohnya peserta didik dapat menyelesaikan soal matematika
sesuai dengan rumus yang telah diajarkan, (2) hasil proses berpikir divergen
yaitu pemecahan masalah yang belum pasti sehingga harus memerlukan
berbagai macam metode, contohnya peserta didik memikirkan pemecahan
masalah dalam menghadapi kepadatan penduduk, (3) hasil berpikir evaluatif
yaitu mengolah atau menilai suatu hal sesuai dengan kriteria tertentu,
contohnya peserta didik dapat dinilai baik apabila sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
Selanjutnya, domain kognitif berdasarkan urutannya yang dikembangkan
oleh E. De Corte dalam Winkel, (2009: 288) yaitu reproduksi, yang terbagi
menjadi (1) apersepsi informasi, yaitu menemukan data baru yang sesuai
dengan pengamatan dengan cara membandingkan, contohnya melihat atau
mendengar persamaan dan perbedaan antara ejaan dan ucapan kata, (2)
mengenal kembali informasi, yaitu mengidentifikasi suatu informasi yang
telah dipelajari, contohnya peserta didik dapat mengenal kembali bentuk
geometris pada suatu bangun, (3) mengingat informasi, yaitu mengingat
kembali suatu hal atau pelajar yang telah dihafalkan sebelumnya, contohnya
peserta didik dapat menceritakan suatu historis sesuai dengan tahun ketika
peristiwa itu terjadi. Selanjutnya produksi, yang terbagi menjadi beberapa
bagian, yakni (1) produksi informasi secara interpretatif, yaitu menjelaskan,
15
mengartikan, dan merumuskan dengan menggunakan bahasa sendiri,
contohnya peserta didik dapat membaca peta geografik, serta dapat membaca
tanda, warna dan bentuk pada peta, (2) produksi informasi secara konvergen,
yaitu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode dan cara yang
telah dipelajari, contohnya peserta didik dapat menemukan ciri-ciri iklim di
daerah tertentu sesuai dengan gejala klimatologis yang telah dipelajarinya, (3)
produksi informasi secara evaluatif, yaitu memberikan penilaian terhadap
suatu hal sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, contohnya peserta didik
dapat menilai sebuah cerita dari berbagai sudut pandangnya, dan (4) produksi
informasi secara divergen, yaitu memecahkan suatu masalah dengan
menggunakan metode yang beragam, contohnya rencana pembangunan
ekonomi suatu daerah yang berdasarkan letak geografis, dan sosial budaya
daerah tersebut.
Tabel 2. 2
Perbandingan antara sistematika Guilford dan E. De corte pada ranah kognitif
Guilford
E. De Corte
1. Mengetahui
2. Mengingat
3. Produksi divergen
4. Produksi konvergen
5. Evaluasi
a. Apresepsi informasi
b. Mengenal kembali informasi
c. Mengingat informasi
d. Produksi informasi secara
Interpretatif
e. Produksi infornasi secara
konvergen
f. Produksi Informasi secara
evaluatif
g. Produksi informasi secara
divergen
Reproduksi
Produksi
(Sumber: Winkel, 2009: 287)
Apabila dilihat dari proses kognitif Guilford, sebelum peserta didik dapat
menyelesaikan masalah yang biasa dihadapi atau masalah yang baru, maka
peserta didik harus mengetahui dan mengingat pengetahuan yang telah didapat
sebelumnya, sehingga mereka dapat mengevaluasi atau dapat menilai dengan
baik. Berbeda dengan E. De Corte yang menyatakan peserta didik tidak dapat
menjelaskan suatu pengetahuan, memecahkan masalah sesuai dengan metode
yang ada, menilai, dan memecahkan masalah yang baru, apabila peserta didik
belum mampu mengetahui, mengenal dan mengingat pengetahuan yang telah
dimilikinya.
16
b. Kompetensi Afektif
Pada domain afektif ini, teori Bloom dalam Assegaf (2011:
84)menyarankan agar mengembangkan sikap secara luas dalam bidang
psikologi. Domain afektif menyediakan kerangka berpikir bagi pengajaran,
pelatihan, penilaian efektifitas pelatihan, rencana pelajaran, dan penyampaian.
Dalam domain afektif, Junaidi (2013: 35) membagi menjadi beberapa tahapan
dimulai dari tahapan yang paling rendah hingga tahapan yang paling tinggi.
Tahapan tersebut ialah receiving, responding, valuing, organising,
characteristing by value or value concept. Receiving atau attending yang
berarti kepekaan peserta didik dalam menerima stimulasi yang datang dari
luar, dan dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk memperhatikan suatu
objek, contohnya: peserta didik akan segera masuk ke dalam kelas apabila
melihat guru datang.
Responding yang bisa dikatakan sebagai peran aktif peserta didik selama
pembelajaran, contohnya: peserta didik bersedia untuk bertanya tentang
materi, mendiskusikannya, dan membaca materi yang disampaikan guru tanpa
harus ditugaskan. Valuing artinya penilaian atau menghargai. Penilaian atau
penghargaan yang berarti memberikan nilai pada suatu kegiatan sehingga
peserta didik dapat merasakan kerugian apabila tidak mengerjakan suatu
kegiatan itu, contohnya: peserta didik mau membaca al-Qur‟an setiap hari
karena ibadah dan akan mendapatkan pahala.
Organising artinya mengatur. Organising dapat diartikan menemukan
suatu nilai yang universal dalam perbedaan nilai yang ada, contohnya: dalam
pembelajaran aqidah akhlak peserta mampu hidup jujur, amanah, dan adil
walaupun di lingkungan masyarakatnya banyak yang tidak jujur, tidak
amanah, dan tidak adil. Characteristing by Value or Value Concept yaitu nilai
yang telah ada dalam peserta didik sehingga dapat mempengaruhi tingkah
lakunya yang mampu membentuk karakteristik yang konsisten. Contohnya:
dalam al-Qur‟an dan Hadits, peserta didik diajarkan untuk menjaga dan
melestarikan lingkungannya, maka peserta didik itu akan mampu menjaga dan
melestarikan lingkungannya.
Bila dilihat dari pembagian aspek afektif yang dibagi oleh Bloom maka
diperlukan kepekaan terlebih dahulu oleh peserta didik sehingga peserta didik
dapat menemukan penilaian terhadap sikap yang dilakukan, dan apabila sikap
itu baik maka peserta didik dapat menerapkan sikap baiknya ke dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi apabila sikap tersebut kurang baik maka
hendaknya sikap itu tidak perlu diterapkan.
Krathwohl juga menjelaskan mengenai domain afektif dalam kutipan
Yaumi (2013: 94), yang menyatakan bahwa domain afektif berkaitan erat
dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi,
antusiasme, motivasi, dan sikap. Domain afeksi dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi dan tahap tertinggi
yaitu internalisasi atau pembentukan pola hidup.
17
Gambar 2.3
Domain Afektif
Characteristing by Value or Value Concept
Organising and conceptualising
Valuing
Responding
Receiving
(Sumber: Assegaf, 2011: 84)
c. Kompetensi Psikomotorik
Domain psikomotorik yang dikembangkan oleh Simpson dalam Yaumi
(2013: 98) mempunyai beberapa tahapan: Persepsi yang meliputi keterampilan
fisik dan motorik. Contohnya: menulis dan berbicara, Kesiapan untuk
bertindak baik secara fisik, mental, maupun emosional, contohnya: melakukan
tindakan sesuai dengan urutan langkah-langkah, respons terbimbing yang
meliputi peniruan, sistem coba dan salah, dan banyak berlatih akan
menghasilkan kinerja yang baik, contohnya: dapat mengetahui isyarat tangan
dari instruktur ketika mengoprasikan suatu mesin, respons biasa yaitu
mempelajari kebiasaan yang akan menghasilkan suatu keterampilan yang
tetap, contohnya: dapat menggunakan komputer, respons yang kompleks yang
meliputi cara kerja yang cepat, akurat dan terkoordinatif, contohnya: dapat
mengoprasikan komputer secara cepat dan akurat, adaptasi yang meliputi
modifikasi pola gerak yang sesuai dengan persyaratan khusus, contohnya:
dapat memodifikasi suatu perintah sesuai dengan kebutuhan peserta didik,
organisasi yang berarti membuat pola gerak yang baru sesuai dengan masalah
yang terjadi, contohnya: dapat membangun teori yang baru. Oleh karena itu
peserta didik diharapkan agar mempunyai kemampuan dasar menulis dan
membaca sehingga dapat mencapai kepada tahapan psikomotorik yang lebih
tinggi lagi.
18
Pada domain psikomotorik ini belum tuntas dibahas oleh Bloom, maka
domain ini dikembangkan dan diuraikan oleh Reynolds, tetapi domain versi
Dave yang paling relevan bagi domain psikomotorik ini dimulai dari tahapan
yang paling rendah sampai tertinggi, yaitu: meniru, manipulasi, ketepatan,
artikulasi, dan tahapan naturalisasi merupakan tahapan tertinggi karena
keterampilannya semakin alami (Assegaf, 2011: 86). Pada tahap psikomotorik
ini terbagi menjadi lima tahapan, pada tahapan awal peserta didik dapat
meniru dengan cara mengamati sehingga dapat mengembangkan keterampilan
yang tepat dan semakin alami.
Gambar 2.4
Domain Psikomotorik
Naturalization
Articulation
Precision
Manipulation
Imitation
(Sumber: Assegaf, 2011:86)
Domain psikomotorik lainnya dalam kutipan Junaidi (2011: 39) terbagi
menjadi enam tingkatan keterampilan, diantaranya, gerak refleks yaitu gerakan
atau respons yang dilakukan dengan cepat dan tanpa sadar, contohnya: peserta
didik meniru gerakan sholat atau meniru orang yang sedang membaca AlQur‟an. Keterampilan pada gerak dasar (basic fundamental movements) yaitu
gerakan yang dilakukan tanpa latihan tetapi dapat diperhalus melalui praktik,
gerakan ini bersifat terpola, contohnya berlari kecil waktu sa‟i, melakukan
gerkan sholat seperti berdiri, rukuk, dan sujud. Kemampuan perseptual
(perceptual abilities) yaitu gerakan yang lebih meningkatkan karena telah
dibantu kemampuan perseptual, contohnya: peserta didik dapat melantunkan
ayat Al-Qur‟an dengan merdu. Gerakan kemampuan fisik (psycal abilities)
yaitu gerkan yang lebih efisien karena telah berkembang melalui
19
pembelajaran, contohnya: peserta didik dapat menahan nafas lama saat
melantunkan ayat Al-Qur‟an, Gerakan terampil (skilled movements) yaitu
dapat mengendalikan gerakan yang terampil, tangkas, dan cekatan dalam
melakukan gerakan yang rumit, contohnya: peserta didik dapat melantunkan
ayat Al-Qur‟an dengan menggunakan bermacam-macam qira’ah. Gerakan
indah dan kreatif (non-discursive communication) yaitu gerakan yang
dilakukan dengan cara mengkomunikasikan melalui perasaan, contohnya:
peserta didik dapat berdakwah dengan menggunakan seni wayang, seni drama
maupun musik.
d. Kompetensi Iman, Ilmu, Amal, dan Akhlak
Selanjutnya dalam Pendidikan Agama Islam, Assegaf (2011: 86)
membagi menjadi empat domain yakni, iman, ilmu, amal, dan akhlak. Konsep
ilmu dalam Islam memiliki kesamaan dengan kognitif, konsep amal mendekati
domain psikomotorik, konsep akhlak lebih mendekati kepada domain afektif,
sedangkan konsep iman adalah tambahan atau tindak lanjut dari konsep
domain yang telah dijelaskan sebelumnya, karena dalam ajaran Islam orang
yang berilmu sering disebut berdampingan dengan orang yang beriman. Sesuai
dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat al-Mujadalah
ayat 11:
  
  
   
       
             
       
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bila dilihat dari ayat di atas dikatakan bahwa Allah meninggikan orang
yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya. Adapun yang pertama
kali disebut adalah orang yang beriman terlebih dahulu setelah itu orang yang
berilmu, sehingga dalam pendidikan Islam keimanan seseorang sangatlah
penting agar mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat sesuai dengan
perintah Allah.
Dalam taksonomi Pendidikan Islam, Domain iman dibagi menjadi tujuh
tahapan, yaitu: kontemplasi (Tafakur), pengakuan (Tasyahud), percaya dengan
bukti (Burhân), mampu membedakan kepercayaan (Furqân), yakin, ihsan, dan
tahap tertinggi adalah taqwa. (Assegaf, 2011:93).
20
Bila dibandingkan dengan taksonomi yang dimiliki oleh Bloom, maka
taksonomi ini membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam, dimana
keimanan merupakan tujuan utama dari keberagamaan seorang muslim. Dalam
domain iman juga memiliki beberapa tahapan seperti halnya domain lainnya
yang telah dirumuskan oleh Bloom, adapun tahapan domain iman dapat
disistematisasis pada gambar berikut ini:
Gambar 2.5
Domain Iman
Takwa
Ihsan
Furqân
Yakin
Percaya dengan Bukti
Pengakuan (Tasyahud)
Kontemplasi (Tafakur)
(Sumber: Assegaf, 2011:86)
Karakteristik peserta didik pada domain iman dapat dilihat oleh perilaku
ketaatan dan keshalihan, keimanan juga dapat bertambah karena ibadah dan
dapat berkurang karena maksiat, keimanan seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari, dan rukun iman merupakan bentuk ekspresi keyakinan
seseorang (Assegaf, 2011: 97).
Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui, bahwa keimanan
peserta didik bisa dilihat dari tingkah laku atau kompetensi afektif, dan dari
ibadah yang dikerjakannya atau kompetensi psikomotorik.
21
Berikut ini merupakan keterkaitan antara taksonomi Bloom dalam
perspektif Pendidikan Agama Islam.
Gambar 2.6
Kesinambungan antardomain Taksonomi Bloom dan Perspektif Pendidikan Islam
Iman >
Domain
Emosional
dan Spiritual
Amal >
Psikomotorik
Akhlak >
Afektif
Ilmu >
Kognitif
(Sumber: Assegaf, 2011: 94)
Maksud dari ilmu > kognitif adalah orang mencari ilmu tidak hanya sekedar
mengembangkan pengetahuan semata, tetapi juga sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
Tanda amal > psikomotorik adalah tidak hanya memiliki keterampilan semata, tetapi
juga pertanggungjawaban di hadapan Allah. Tanda akhlak > afektif adalah tidak hanya
mampu merespons dan menanamkan nilai, tetapi juga berusaha agar menjadi insan
kamil (Assegaf, 2011: 92). Oleh karena itu dalam konsep kompetensi berawal dari
keimanan, karena orang yang berilmu dan beriman biasanya disejajarkan. Selanjutnya
bentuk ilmu, amal, dan akhlak yang dimiliki seharusnya dapat dijalankan bersamaan
dengan iman, agar apapun yang dilakukan bisa bertujuan sebagai bentuk ibadah
kepada Allah.
Mudlofir (2011: 18) menjelaskan beberapa aspek kompetensi yang berdasarkan
dengan konsep yang dimiliki oleh Gordon, dan contoh dalam Pendidikan Agama
Islam, diantaranya pengetahuan (knowledge), seperti pengetahuan peserta didik tentang
tata cara melaksanakan shalat jama’ dan qasar sehingga peserta didik dapat
melaksanakannya dengan baik, pemahaman (understanding), seperti pesera didik dapat
memahami tata cara sholat safar dalam memecahkan masalah sholat bagi musafir,
keterampilan (skill), seperti peserta didik mampu dalam melaksanakan sholat jama’
yang sesuai dengan syarat sah sholat, nilai (value), seperti perilaku peserta didik dalam
melaksanakan sholat walau sedang dalam perjalanan tetapi tetap bertanggung jawab
untuk melaksanakan sholat dengan baik, sikap (attitude), seperti perasaan senang,
bahagia peserta didik ketika telah melaksanakan sholat walaupun dalam keadaan sulit
seperti ketika berpergian, minat (interest), seperti minat peserta didik untuk
melaksanakan sholat tepat waktu meski sedang dalam perjalanan.
22
Konsep kompetensi secara luas dibagi menjadi dua aspek kompetensi yaitu
kompetensi yang dapat diamati dan kompetensi yang tidak dapa diamati. keterampilan
hidup dalam kebiasaan atau performansi adalah kompetensi yang dapat diamati dan
dapat diukur, sedangkan ada beberapa aspek kompetensi yang tidak dapat diamati atau
tidak nampak. adalah, (a) pengetahuan; (b) keterampilan; (c) proses berpikir; (d)
penyesuaian diri; (e) sikap; dan (f) nilai (Sukmadinata, 2012: 18). Oleh karena itu
kebiasaan peserta didik dapat dinilai dari pengetahuan, keterampilan, proses dan
penyesuaian yang dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik yang mempunyai
aspek nilai yang baik, maka akan terlihat baik juga dalam kebiasaan sehari-hari.
Ketujuh aspek kompetensi di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.7
Aspek Kompetensi
a.
Performansi
b.
c.
Penyesuaian
Keterampilan
Proses
Pengetahuan
d.
Berpikir
e.
f. Sikap
Nilai
g.
(Sumber: Sukmadinata, 2012: 18)
Selain itu ada beberapa aspek kompetensi yang dimaksudkan oleh Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
diantaranya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dapat
terwujud pada diri peserta didik dalam kebiasaan melakukan tindakan keseharian.
(Mudlofir, 2011: 20). Kompetensi yang digunakan pada penelitian ini adalah
kompetensi yang terdapat pada KTSP, adapun perbedaan konsep kompetensi pada
KTSP dan Kurikulum 2013, pada tingkat SMA/SMK.
Tabel 2.3
Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013
KTSP 2006
Kurikulum 2013
Mata
pelajaran
tertentu Tiap mata pelajaran mendukung semua
mendukung kompetensi tertentu kompetensi (sikap, keterampilan dan
pengetahuan) dengan penekanan yang
berbeda
Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu
sendiri dan memiliki kompetensi dengan yang lain dan memiliki
dasar sendiri
kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi inti tiap kelas
SMA dan SMK tanpa kesamaan SMA dan SMK memiliki mata pelajaran
kompetensi
yang wajib sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap
(Sumber: Mulyasa, 2013: 172)
23
Penulis menyimpulkan dari beberapa konsep luas tentang kompetensi, bahwa
aspek kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, minat. Dalam kurikulum, penilaian kompetensi
siswa hanya dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Kompetensi juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kompetensi
yang dapat terlihat seperti perilaku, kebiasaan atau performansi, dan kompetensi yang
tidak dapat terlihat seperti pengetahuan, keterampilan, proses, penyesuaian diri, sikap
dan nilai. Agar peserta didik atau individu bisa dikatakan kompeten tidak hanya
dengan memiliki pengetahuan saja, tetapi juga dapat berprilaku sesuai dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
3. Macam-macam Kompetensi
Berdasarkan pembagian kompetensi, Majid (2002: 141) juga membagi
kompetensi menjadi beberapa bagian, di antaranya (1) kompetensi lintas kurikulum,
yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang meliputi kemampuan belajar dan
keterampilan yang dimiliki. Hasil belajarnya dapat dicapai melalui pembelajaran
dari semua rumpun pelajaran; (2) kompetensi tamatan, yang merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak setelah siswa melakukan suatu jenjang tertentu; (3)
kompetensi rumpun pelajaran, yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa
melakukan rumpun pelajaran tertentu; (4) kompetensi dasar mata pelajaran, yang
merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan aspek atau sub aspek
dari mata pelajaran tertentu; (5) kompetensi dasar, merupakan sebuah pernyataan
yang diharapkan agar siswa mampu mengetahui, menyikapi, dan melakukan suatu
hal; Hasil belajar, merupakan sebuah pernyataan yang diharapkan kepada siswa agar
mampu menguasai sebagian atau keseluruhan kompetensi yang dimaksud. Indikator
hasil belajar, merupakan kompetensi dasar yang yang dapat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menilai ketercapaian siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya kompetensi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kompetensi
tamatan, yang merupakan kompetensi minimal siswa yang harus dicapai setelah
menamatkan jenjang pendidikan tertentu; kompetensi dasar, yang merupakan
kompetensi minimal siswa yang harus dicapai setelah menyelesaikan rumpun
pelajaran atau mata pelajaran tertentu; kompetensi dasar, yang merupakan
kompetensi minimal siswa yang harus dicapai pada setiap materi dalam satu bidang
pelajaran tertentu (Saleh, 2005:176) adapun kompetensi tamatan yang dimaksud
ialah kemampuan peserta didik sesuai dengan KKNI yang telah ditetapkan,
kompetensi dasar mata pelajaran tertentu merupakan kompetensi lulusan yang harus
dicapai peserta didik sesuai dengan mata pelajaran tertentu, dan kompetensi dasar
yang dicapai pada setiap materi yaitu kemampuan peserta didik yang harus dicapai
sesuai dengan tujuan yang terdapat pada setiap pembahasan dalam mata pelajaran
tertentu.
Berdasarkan macam-macam kompetensi yang telah dipaparkan sebelumnya,
penulis menyimpulkan bahwa setiap peserta didik harus memiliki dan menguasai
24
kompetensi dasar terlebih dahulu agar dapat mencapai sebagian atau keseluruhan
kompetensi lainnya.
B. Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Sebuah proses pendidikan tidak akan berjalan lancar tanpa adanya peserta
didik, karena peserta didik merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
proses pendidikan selain guru, kurikulum, dan metode pengajaran. Tanpa adanya
peserta didik. Guru tidak akan mungkin mengajar dan tidak akan terjadi kegiatan
mengajar (Hamalik, 2014: 100).
Siswa atau peserta didik dalam pendidikan Islam bisa juga disebut sebagai
murîd, tilmîdz, thâlib, dan muta’allim. Murid berasal dari isim fâ’il dari kata
arâda yurîdu, murîdan, yang berarti orang yang menghendaki sesuatu.
Selanjutnya tilmîdz biasa digunakan bagi siswa pada tingkat sekolah pemula.
Sedangkan thâlib berasal dari kata thalaba yathlubu thâliban yang berarti orang
yang mencari sesuatu. Dan muta’allim berasal dari kata „allama yu’allimu
muta’alliman yang berarti orang yang sedang menuntut ilmu (Nata, 2010: 174)
Menurut Sukring, (2013: 90) siswa adalah manusia pemula yang masih
memerlukan pembinaan, bimbingan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
melalui proses pendidikan, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam undangundang dinyatakan bahwa yang disebut peserta didik merupakan masyarakat
yang mengikuti proses pembelajaran secara formal, mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga pendidikan tinggi.
Berdasarkan beberapa pembahasan sebelumnya, penulis menyimpulkan
bahwa perbedaan murid, siswa dan peserta didik adalah, murid biasanya
digunakan dalam pendidikan Islam yang artinya orang yang menghendaki
sesuatu, sedangkan siswa merupakan seluruh manusia baik dewasa maupun anakanak
yang
sedang
melakukan
proses
pembelajaran
nonformal seperti majlis ta’lim atau dalam kursus, dan peserta didik digunakan untuk
anggota masyarakat yang mengikuti proses pendidikan, yang sesuai dengan jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan tertentu.
2. Karakteristik Peserta Didik
Dalam setiap proses pembelajaran, setiap guru akan menghadapi peserta didik
yang mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga guru harus mengetahui
terlebih dahulu apa saja perbedaan karakter peserta didik sebelum melakukan
proses pembelajaran.
Karakteristik umum peserta didik menurut Yaumi (2013: 119) dapat dilihat
dari perbedaan budaya, suku bangsa, agama, gender, dan latar belakang sosial
peserta didik. Selanjutnya karakteristik khusus yang dimiliki peserta didik seperti
gaya belajar auditorial, gaya belajar visual, maupun gaya belajar kinestetik,
kecerdasan dan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap proses dan
25
hasil belajar peserta didik. Karakteristik peserta didik menurut Yaumi dapat
digambarkan seperti di bawah ini.
Gambar 2.8
Karakteristik Peserta Didik
karakteristik
umum
umur, gender, etnik, budaya,
tradisi, suku, status sosial,
wilayah
pengetahuan prasyarat
kompetensi
awal
karakteristik
peserta didik
gaya belajar
pengetahuan awal tentang topik
auditorial, visual,
kinestetik
domain interaktif: kecerdasan verbal
linguistik, interpersonal, badaniyahkinestetik
kecerdasan
jamak
domain analitik: kecerdasan logismatematik, berirama-musik, naturalis
domain introspeksi: kecerdasan visual,
intrapersonal, eksistensial
(Sumber: Yaumi, 2013: 118)
Bila dilihat dari gambar di atas maka karakteristik peserta didik dapat
dibedakan secara umum, keterampilan dasar yang telah dimiliki, gaya belajar yang
digunakan oleh peserta didik, dan kecerdasan jamak yang dimiliki peserta didik.
Apabila dilihat dari karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, maka
diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, agar
peserta didik mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Abuddin Nata (2010: 175) karakteristik peserta didik dapat dibedakan
sesuai dengan tingkat usia, Karakteristik peserta didik berdasarkan tingkat usia: (a)
Tahap asuhan (usia 0-2 tahun) atau neonatus. Pada tahap ini seorang peserta didik
belum kesadaran dan intelektual, oleh karena itu dalam Islam mempunyai beberapa
tradisi agar peserta didik dapat menerima rangsangan yang bersifat biologi,
diantaranya, seseorang yang baru lahir biasanya akan diberi azan pada telinga
kanan dan iqamat pada telinga kiri yang berfungsi untuk membuka saraf rohani
26
agar dapat mengingat Allah, melakukan aqiqah agar menjadi anak yang shalih,
serta memberikan nama yang baik, dan memberikan makanan yang sehat dan
bergizi bagi peserta didik yang baru lahir; (b) Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) atau
tahap kanak-kanak. Pada tahap ini peserta didik sudah dapat dilatih, dibina,
dibimbing, dan diberikan pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya, karena
pada tahap ini seorang peserta didik sudah mulai memiliki potensi biologis,
pedagogis, dan psikologis; (c) Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) tahap ini
disebut tahap tamyiz atau baligh. Pada tahap ini seorang peserta didik dapat
dibimbing dan dibina untuk menjalankan suatu tugas dan diberikan tanggung
jawab dalam menjalankan tugasnya; (d) Tahap dewasa (usia 20-30 tahun) pada
tahap ini peserta didik sudah dapat menentukan masa depannya sendiri, karena
pada tahap ini seorang peserta didik sudah dianggap dewasa secara biologis, sosial,
psikologis, dan religius; (e) Tahap bijaksana (usia 30 sampai akhir hayat) pada
tahap ini pendidikan diajarkan dengan cara mengajak mereka untuk mengamalkan
ilmu, pengalaman, dan keterampilan agar bisa bermanfaat juga bagi orang lain,
karena pada tahap ini sesungguhnya seseorang telah menemukan jati dirinya yang
sesungguhnya (Nata, 2010: 176).
Berbeda dengan teori perkembangan menurut Jean Piaget (Slavin, 2011: 45),
yaitu manusia berkembang melalui empat tahapan sesuai dengan usianya, tahaptahap perkembangan yang dilalui manusia, diantaranya (a) Tahap sensorimotor
(saat lahir hingga usia 2 tahun), tahap ini dinamakan sensorimotor karena pada
tahap ini bayi menggunakan pancaindra dan kemampuan motoriknya guna
mengenal dunia; (b) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun), pada tahap bayi dapat
mengenal dunia dengan cara memanipulasi objek secara fisik, sedangkan anakanak pada tahap ini menggunakan simbol untuk melambangkan objek. Pemikiran
anak tahap ini masih bersifat egosentris dan terpusat; (c) Tahap operasi konkret
(usia 7-11 tahun) pada tahap ini anak-anak mulai dapat melihat konsep, melihat
hubungan, dan memecahkan masalah sesuai dengan objek dan situasi yang telah
dikenalnya terlebih dahulu; (d) Tahap operasi formal (usia 11 tahun hingga
dewasa) pada tahap ini anak-anak sudah memasuki awal pubertas dan mulai
berkembang menjadi bentuk yang merupakan ciri-ciri orang dewasa.
Berdasarkan pembahasan tentang perkembangan peserta didik antara teori
Abuddin Nata dengan teori Jean Piaget, secara umum peserta didik pada tingkat
SMA dilihat dari teori Nata ada pada usia 12- 20 tahun, sedangkan berbeda pada
teori Piaget yang berada pada usia 11 tahun ke atas, persamaan teori tersebut
apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam, anak usia SMA umumnya masih
berada pada tahap tamyiz atau dewasa. Tetapi apabila dilihat dari aspek psikologi,
maka peserta didik SMA belum dapat berkembang menjadi ciri-ciri orang dewasa.
Tetapi, masih diperlukan bimbingan dan pembina, karena pada tahap ini anak
SMA masih dalam pencarian jati diri.
Peserta didik yang berada di jenjang pendidikan SMA biasanya berusia sekitar
15 sampai 17 tahun. Berikut ini merupakan aspek psikologi dan sosiologi peserta
didik di SMA:
a. Aspek Psikologi
Oswald Kroch membagi fase perkembangan anak menjadi tiga fase, yaitu
fase anak awal: usia 0-3 tahun, fase keserasian sekolah: usia 3-13 tahun, dan fase
kematangan: Usia 13-21 tahun. Menurut teorinya, peserta didik SMA berada
pada fase kematangan, yang berarti bahwa peserta didik sudah mulai menyadari
27
dan menyikapi secara wajar terhadap kelebihan dan kekurangan yang terdapat
pada dirinya, mulai dapat menghargai pendapat orang lain. Karena pada masa ini
peserta didik mulai membentuk kepribadian yang menuju kepada kemantapan
(Desmita, 2014: 24). Pada fase kematangan ini peserta didik sebaiknya masih
diberikan arahan yang baik dari orang tua maupun guru, agar dapat mencegah
perilaku menyimpang yang terjadi pada fase kematangan.
Lain halnya dengan Havighurst yang menyatakan bahwa anak usia remaja
SMP atau SMA dari usia 12-21 tahun, dapat dikatakan sebagai masa pencarian
jati diri atau ego identity. Pada umumnya, sifat yang dimiliki pada anak usia ini
adalah: Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya, Menerima dan
belajar peran sosial sebagai pria atau wanita yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat, Menerima keadaan fisik dan dapat menggunakannya secara efektif,
Dapat mencapai kemandirian emosional, Mempersiapkan karier untuk masa
depan yang sesuai dengan kemampuan dan kemauannya, Mempunyai sikap
positif terhadap pernikahan, Mampu mengembangkan keterampilan intelektual
dan beberapa konsep yang diperlukan sebagai warga negara, Mampu
bertanggung jawab secara sosial, Mempunyai nilai dan etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku, Dapat mengembangkan wawasan keagamaan dan
meningkatkan religiusitas (Desmita, 2014: 37).
b. Aspek Sosiologi
Aspek sosiologi yang terjadi pada usia remaja atau anak SMA dalam
Desmita (2014: 221) menyatakan bahwa, hubungan anak remaja dalam sosial
bisa dibagi menjadi tiga bagian, pertama, hubungan dengan orang tua, umumnya
anak usia remaja cenderung menghabiskan waktunya lebih banyak dengan
temannya ataupun dunia luar dan hanya sedikit menghabiskan waktu dengan
orang tua, sehingga membuat anak usia remaja mulai mulai berbeda pandangan
dengan orang tuannya dan cenderung mempunyai keinginan untuk
mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Kedua, hubungan dengan teman
sebaya, Santrock menyatakan bahwa sebagian besar anak berinteraksi dengan
teman sebayanya: 1) 10% pada usia 2 tahun; 2) 20% pada usia 4 tahun; 3) lebih
dari 40% pada usia 7-11 tahun. Hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya
diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang bersifat positif. Hartup juga
menyatakan bahwa pengaruh hubungan yang baik dengan teman sebaya dapat
memberikan pengaruh sosial dan psikologi yang penting bagi anak usia remaja.
Ketiga, Hubungan dengan sekolah, Santrock menyatakan bahwa hubungan
remaja dengan berbagai peristiwa yang dialami selama berada pada lingkung
sekolah akan berpengaruh terhadap perkembangannya, keyakinan terhadap
kompetensi diri sendiri, berkarir, hubungan-hubungan sosial, serta dapat
memahami sistem sosial yang berfungsi pada ruang lingkup keluar. Dusek juga
menyatakan bahwa hubungan dengan lingkungan sekolah selain dapat
membekali dengan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mampu
memberikan kesempatan kepada remaja untuk tumbuh secara sosial dan
emosional.
Bila dilihat dari usia peserta didik pada jenjang SMA, maka didapat bahwa
peserta didik lebih cenderung banyak melakukan hubungan interaksi dengan
teman sebaya, maka sebagai orang tua hendaknya selalu mengawasi dan
28
memberikan nasihat kepada peserta didik agar mampu memilih teman yang dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi mereka.
Karakteristik peserta didik lainnya menurut Sutirna (2013: 61) dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu faktor fisik peserta didik yang meliputi:
kesehatan jasmani, pendidik harus bisa membimbing perubahan fisik yang akan
terjadi terhadap peserta didik baik laki-laki ataupun perempuan agar tidak
menimbulkan reaksi yang negatif. cacat fisik, pendidik harus memberikan
perhatian yang khusus kepada peserta didik yang mempunyai cacat fisik, karena
mereka cenderung mempunyai sifat yang rendah diri atau sebaliknya, yaitu
memiliki sifat yang buruk. kesehatan, pendidik harus memperhatikan segala
aktivitas peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena apabila peserta
didik dalam keadaan kurang sehat maka akan mengganggu kegiatan belajar
peserta didik tersebut. keadaan indra, mata dan telinga merupakan alat vital yang
diperlukan peserta didik untuk melihat apa yang dituliskan guru dan
mendengarkan apa yang disampaikannya, oleh karena itu jika kedua indra
tersebut terganggu maka akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik. Faktor
intelegensi peserta didik, Faktor inilah yang sering membuat guru mengenal
peserta didiknya, untuk itu seharusnya guru tidak hanya memperhatikan siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah saja, tetapi juga harus mengenal
siswa yang mempunyai kemampuan yang pas-pasan saja.
Faktor emosional peserta didik, Guru diharapkan mempunyai perhatian yang
lebih, khususnya pada peserta didik yang berada pada jenjang pendidikan
menengah mempunyai masa transisi yang membuat emosinya belum stabil
sehingga dapat melakukan hal-hal negatif. Faktor bakat khusus peserta didik,
Guru biasanya akan lebih mengenal kepada peserta didik yang mempunyai bakat
khusus, seperti bakat pada bidang akademik, yaitu matematika, IPA, atau bahasa,
dan bakat bidang lainnya seperti olahraga, atau musik.
Faktor budaya peserta didik, Peserta yang memiliki budaya yang khusus
biasanya akan dikenal oleh gurunya, seperti peserta didik yang berasal dari Jawa
akan dikenal dari namanya, dan peserta didik yang berasal dari Sumatra Utara
biasanya akan dikenal karena mempunyai marga pada namanya (Surtina, 2013:
64).
Faktor sosial, Seluruh peserta didik berasal dari status sosial dan ekonomi
yang berbeda-beda, mulai dari status ekonomi yang tinggi, sedang, dan rendah.
Maka seorang pendidik diharapkan tidak hanya mengenal peserta didik yang
status ekonominya tinggi saja, yang sedang dan rendah pun tidak boleh lepas dari
perhatian guru. Faktor komunikasi, Peserta didik yang aktif dalam berkomunikasi
selama kegiatan belajar berlangsung biasanya akan lebih dikenal oleh gurunya.
Oleh karena terdapat banyak perbedaan karakteristik peserta didik, maka guru
hendaknya lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran, agar peserta
didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan oleh standar pendidikan.
c. Aspek Spiritual
Selain karakteristik di atas, peserta didik juga mengalami perkembangan
spiritual, atau bisa disebut Kecerdasan Spiritual (SQ), adapun kecerdasan
spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam SQ - Spiritual
Intelligence, the ultimate intelligence (2000: 1), merupakan kecerdasan yang
utama guna mencapai kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan intelektual (IQ) dan
kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan spiritual juga diartikan sebagai
29
kecerdasan yang dapat digunakan untuk menghadapi dan memecahkan masalah,
makna, dan nilai. Serta dapat menempatkan perilaku hidup manusia ke dalam
konteks yang lebih luas.
Menurut Zohar dan Marshall, seseorang dapat dikatakan memiliki
kecerdasan spiritual yang tinggi apabila: Fleksibilitas, Kesadaran diri, Kapasitas
untuk menghadapi dan menggunakan penderitaan, Kapasitas untuk menghadapi
dan menggunakan rasa sakit, Kualitas yang terinspirasi dari visi dan nilai-nilai,
Enggan untuk berbuat kerusakan yang tidak bermanfaat, Cenderung melihat
hubungan antara hal-hal yang beragam, cenderung untung bertanya “mengapa?”,
“bagaimana jika?”, dan mencari tahu jawabannya, Bekerja untuk melawan
konvensi.
Karakteristik perkembangan spiritual yang dialami oleh peserta didik usia
SMA yaitu mulai berusaha mencari konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan
dan eksistensi. Karena perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan
dapat berpengaruh dari perkembangan kognitifnya (Desmita, 2014: 282).
Guru hendaknya menyadari bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
mencapai kesuksesan, maka fokus pembelajaran hendaknya harus mencakup EQ
dan SQ, karena pembentukan karekter peserta didik juga merupakan hal penting
selain pencapaian pengetahuan peserta didik (Musfah, 2015: 99)
Sesungguhnya kecerdasan spiritual sangatlah penting bagi peserta didik usia
SMA, karena kecerdasan spiritual ini dapat meningkatkan keimanan dan
berusaha untuk menjalankan segala hal sesuai dengan perintah Allah, dan dapat
menghindar dari segala bentuk perilaku yang menyimpang.
3. Akhlak Peserta didik
Asma Hasan Fahmi menjelaskan tentang empat akhlak yang harus dimiliki
oleh peserta didik dalam kutipan Nata (2005: 134), di antaranya: sebelum
menuntut ilmu, peserta didik seharusnya membersihkan diri dari segala bentuk
penyakit hati dan mengubahnya kepada akhlak mulia, seperti takwa, ikhlas, rendah
hati, dan ridha. Setiap peserta didik diharuskan mempunyai tujuan dalam menuntut
ilmu, yaitu sebagai penghias diri dengan akhlak mulia, mendekatkan diri kepada
Allah, serta menuntut ilmu yang bukan bertujuan untuk mencari harta dan
kedudukan semata. Seorang peserta didik baiknya merantau guna menuntut ilmu,
dan harus yakin untuk memilihi seorang guru dalam menuntut ilmu. Seorang
peserta didik harus mencari keridhoan dari seorang guru untuk mengajarkan suatu
ilmu dengan berbagai cara, dan harus menghormati gurunya.
Akhlak peserta didik merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung. Al-Gazali membagi tujuh akhlak
peserta didik yang harus dimiliki, di antaranya: agar Allah mempermudahnya
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka siswa harus membersihkan diri atau
menghilangkan segala macam akhlak tercela yang terdapat pada dirinya,
memusatkan hatinya hanya untuk mencari ilmu semata, sehingga dapat
meninggalkan segala kesenangan di dunia, menjauhkan diri dari sifat sombong dan
membangkang terhadap guru selama menuntut ilmu, Selalu menghindarkan diri
dari segala bentuk perselisihan antar sesama yang hanya akan menimbulkan
kebingungan, menekuni dan tidak menolak terhadap suatu ilmu yang terpuji
30
sehingga siswa akan mengetahui maksudnya, Memusatkan perhatiannya lebih
kepada ilmu akhirat, Mempunyai sifat yang hanya ingin mendekatkan diri kepada
Allah, tanpa mengharapkan harta, kepemimpinan, dan kedudukan.
Selanjutnya Abd. al-Amir Syams al-Din mengemukakan tentang akhlak siswa
dalam kutipan Nata (2010: 183), yang membagi menjadi tiga hal yang harus
dimiliki oleh siswa, yaitu: (a) Akhlak terhadap diri sendiri, seperti berusaha
menghindar dari segala perilaku tercela, mempunyai niat dan usaha yang kuat
dalam mencari ilmu, selalu bersikap sederhana dan menjauhkan diri dari
kesenangan duniawi; (b) Akhlak terhadap pendidik, seperti membantu,
menghormati, memuliakan, dan menerima segala putusannya; (c) Akhlak terhadap
kegiatan belajar dan mengajar, seperti selalu berusaha untuk memperdalam ilmu
yang telah didapatkan sebelumnya dan berusaha dengan giat mempelajari dan
mempraktikkan ilmunya.
Selanjutnya, penulis menyimpulkan bahwa akhlak yang harus dimiliki
oleh peserta didik adalah, yang paling utama peserta didik harus
mempunyai niat yang kuat untuk mencari ilmu, selanjutnya menghilangkan
segala sifat-sifat buruk yang masih berada dalam dirinya, lalu berusaha
untuk memperdalami ilmu yang didapat, terakhir peserta didik dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh guru
terhadap peserta didik, agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan sikap
yang baik melalui proses interaksi yang dilakukan oleh guru (Rachmawati, 2016: 39)
proses pembelajaran ini harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, agar peserta
didik dapat memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kemampuan dasar yang
telah dimilikinya.
Untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang baik, maka dibutuhkan strategi
pembelajaran agar peserta didik diharap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey merupakan setiap kegiatan
yang terjadi pada proses pembelajaran,
materi pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Sagala, 2012: 56).
Dick dan Carey juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran harus memiliki lima
komponen utama dan yang harus diperhatikan, yaitu pertama, kegiatan pembelajaran
pendahuluan, kegiatan pendahuluan ini di dalam RPP biasanya dikatakan apersepsi,
yaitu menjelaskan kepada peserta didik tentang hubungan ilmu yang telah mereka
miliki sebelumnya dengan ilmu yang akan diberikan (Uno, 2014: 4), pada kegiatan ini
biasanya guru memberikan motivasi terlebih dahulu kepada peserta didik agar
mengetahui manfaat pengetahuan yang akan diberikan, sehingga peserta didik dapat
percaya diri untuk mempelajari, dan tidak merasa sulit dalam mempelajari ilmu
tersebut. Kedua, penyampaian informasi, kegiatan ini merupakan inti atau isi
pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan informasi, konsep pembelajaran kepada
31
peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Konsep pada inti pembelajaran
ini bukan saja informasi baru, tetapi bisa jadi konsep lama yang berhubungan dengan
konsep-konsep lainnya, atau berupa konsep yang merupakan kemampuan dasar yang
telah dimiliki oleh peserta didik (Yaumi, 2013: 212). Pada saat penyampaian
informasi ini hendaknya guru menggunakan kemampuannya secara kreatif, agar
memudahkan peserta didik dalam memahami informasi yang disampaikan pada
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran inti bisa dilihat sesuai tabel di bawah
ini.
Tabel 2.4
Kegiatan Inti
INTI
Kegiatan
Jenis Kegiatan
Kegiatan Eksplorasi:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik atau tema materi
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi multi-arah
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio atau lapangan
Kegiatan Elaborasi:
1. Memfasilitasi peserta didik untuk membaca, menulis, mengkaji,
atau pemberian tugas, dan diskusi untuk memunculkan gagasan
baru
2. Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa ada rasa takut
3. Memfasilitasi peserta didik untuk kooperatif, kolaboratif, atau
berkompetisi secara sehat
4. Mamfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi,
menyajikan hasil kerja atau pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
(Sumber: Yaumi, 2013: 223)
Ketiga, partisipasi peserta didik, kegiatan ini memerlukan keikutsertaan aktif
peserta didik, dalam kegiatan ini peserta didik dapat mempraktikkan apa yang telah
didapat pada pembelajaran inti atau peserta didik dapat menjelaskan kembali tentang
pengetahuan yang telah dimiliki selama pembelajaran inti. Selanjutnya peran guru
memberikan umpan balik untuk mengetahui hasil belajar peserta didik (Yaumi, 2013:
213). Dalam kegiatan ini guru dapat menilai peserta didik yang aktif dan tidak aktif,
karena kebanyakan peserta didik yang aktif telah memahami pengetahuan yang
32
disampaikan, dan beberapa peserta didik yang masih pasif bisa dinilai kurang mampu
menguasai pengetahuan atau kurang mempercayai diri.
Keempat, Tes, kegiatan ini bisa dilakukan pada saat akhir pembelajaran atau awal
pembelajaran untuk mengingat pembelajaran yang telah dimiliki oleh peserta didik,
tujuan dilaksanakan tes adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Uno, 2014: 7). Tes bisa dilakukan dengan
cara bertanya langsung kepada peserta didik dengan cara lisan, memberikan tugas,
melaksanakan ujian harian atau dengan cara ujian praktik.
Kelima, kegiatan lanjutan, kegiatan ini sering kali diabaikan oleh guru. Pada
kegiatan ini guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik dari hasil tes, beberapa
peserta didik ada yang telah mampu mencapai tujuan pembelajaran, dan beberapa
belum. Maka dalam hal ini guru harus memberikan tindak lanjut sesuai dengan hasil
yang telah didapat oleh peserta didik (Uno, 2014: 7). Kegiatan ini bisa dikatakan
sebagai evaluasi hasil belajar peserta didik, biasnya pada setiap sekolah dilakukan
remedial apabila peserta didik belum mencapai tujuan pembelajaran, dan diberikan
pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai tujuan tersebut.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Winataputra merupakan kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan belajar dan mengajar
(Sagala, 2012: 63). Model pembelajaran dapat dikatakan juga sebagai perencanaan
pembelajaran, agar guru dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.
Ahli pembelajaran Joyce. et al, menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang berisi tentang tujuan, metode pembelajaran, hingga
media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di dalam kelas
(Sagala, 2012: 63) bila dilihat dari pembahasan di atas, maka model pembelajaran
yang dimiliki oleh guru biasanya berupa RPP, karena di dalam RPP juga mencakup
tujuan pembelajaran, proses pembelajaran media yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Sagala (2012: 68), dibagi
menjadi empat rumpun, yaitu:
a. Model Interaksi Sosial (The Social Models of Teaching)
Model pembelajaran ini lebih memusatkan kepada peserta didik agar mampu
berinteraksi sosial dengan masyarakat dan dapat menumbuhkan sikap demokratis,
agar peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain (Sagala, 2012: 69) bila
dilihat dari jenis kompetensi, dapat dilihat bahwa interaksi sosial adalah
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, sehingga model ini mencakup
kompetensi psikomotorik.
b. Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models)
Model pembelajaran ini memaparkan tentang bagaimana peserta didik dapat
menerima respon yang datang dari lingkungannya, kemudian mengorganisasikan
data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan merencanakan untuk
memecahkan masalah yang ada (Sagala, 2012: 69) bila dilihat dari kemampuan
33
peserta didik dalam menerima respon, mengumpulkan data hingga memecahkan
masalah yang ada, model ini mencakup kepada kompetensi kognitif peserta didik.
c. Model Personal (Personal Family)
Model pembelajaran ini memusatkan kepada seseorang agar dapat dapat
mengembangkan hubungan yang produktif dan harmonis dengan lingkungannya.
Model ini juga berkaitan dengan emosional dimana tingkah laku dan ekspresi
seseorang dapat terlihat sesuai dengan perubahan lingkungan (Sagala, 2012: 77).
Model pembelajaran ini sangat berpusat kepada emosional peserta didik yang
mencakup tingkah laku, sehingga model pembelajaran ini mencakup pada
kompetensi afektif peserta didik.
d. Model Perilaku (Behavioral Model of Teaching)
Model ini berpusat kepada tingkah laku peserta didik, sehingga dapat dilihat
respon yang dilakukan peserta didik terhadap stimulus yang datang. Model ini
menekankan kepada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat
diamati (Rachmawati, 2016: 189) model ini mencakup kepada kompetensi afektif
yang harus dimilliki oleh peserta didik.
Roy Killen dalam Sanjaya (2008: 295) menjelaskan bahwa terdapat dua model
dalam pembelajaran, yaitu pertama, pendekatan yang berpusat pada guru (teachercentred approaches) model pembelajaran ini yang berperan aktif dalam proses
pembelajaran adalah guru, dan segala proses dikelola sepenuhnya oleh guru baik
dalam penggunaan metode atau materi pembelajaran. Kedua, pendekatan yang
berpusat kepada peserta didik (student-centred approaches). Model pembelajaran ini
yang berperan aktif dalam proses pembelajaran adalah peserta didik, pada model
pembelajaran ini peserta didik memiliki kesempatan untuk melakukan aktifitas sesuai
dengan keterampilan dan minat yang dimilikinya.
Bila dilihat dari kedua model pembelajaran di atas, apabila hendak melakukan
pendekatan yang berpusat kepada guru, diharapkan kepada guru agar melibatkan
peserta didik dalam setiap proses, sehingga peserta didik merasa tidak bosan dengan
materi pelajaran yang diberikan guru. Apabila hendak menggunakan model
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, maka guru harus selalu
mendampingi peserta didik agar tidak menerima pengetahuan yang salah, khususnya
dalam Pendidikan Agama Islam.
Kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat akan membuat
peserta didik merasa mudah dan menyenangkan dalam menerima materi di kelas, oleh
karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan
pendidikan, sedangkan model pembelajaran yang kurang tepat akan membuat proses
pembelajaran menjadi membosankan (Musfah, 2015: 82)
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba dalam kutipan Rahman
(2001: 3) adalah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta
didik agar menjadi insan kamil, sedangkan Ahmad tafsir berpendapat bahwa
pendidikan Islam merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang
agar dirinya dapat berkembang sesuai dengan ajaran Islam.
Al-Nahlawi juga memberikan definisi yang berbeda tentang pendidikan Islam,
yaitu usaha aturan sendiri dan masyarakat agar dapat masuk Islam secara keseluruhan,
34
agar mendapat kehidupan yang baik untuk diri sendiri maupun masyarakat (Rahman,
2001: 3)
Pendidikan agama Islam menurut bahasa, terdapat tiga kata, yaitu: al-tarbiyah, alta’lîm, dan al-ta’dîb, namun menurut Nata (2010: 7) masih terdapat beberapa kata
yang berhubungan dengan pendidikan, diantaranya al-tazkiyyah, al-muwa’idzah, altafaqquh, al-irsyad,dan al-tabyin.
Kata al-tazkiyah beberapa ahli berhubungan dengan menyucikan atau pembersihan
jiwa dari sifat-sifat yang buruk menjadi akhlak yang baik. Sesuai pada ayat al-Qur‟an
yang terdapat dalam surat al-jumu‟ah ayat dua, yang berbunyi:
           
         
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (Al- Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”
Kata yuzakkihim yang artinya mensucikan mereka pada ayat di atas, menurut
Quraish Shihab dapat diartikan dengan mendidik (Nata, 2010: 19). Kata al-mau’idzah
yang berarti memberikan penyadaran dan pencerahan batin agar menjadi orang yang
baik (Nata, 2010: 18). Sesuai dengan ayat al-Qur‟an pada surat yunus ayat 57 yang
berbunyi:
           
  
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Kata al-tafaqquh dapat diartikan sebagai kegiatan pengajaran dan pendidikan ilmu
agama (Nata, 2010: 22), sesuai dengan ayat al-Qur‟an pada surat at-Taubah ayat 122:
            
 
    
       
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
35
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.”
Kata al-irsyad yaitu bimbingan atau pengarahan (Nata, 2010: 25), sesuai dengan
ayat al-Qur‟an pada surat al-Nisaa ayat 6, yang berbunyi:
            
  
“dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”
Ayat di atas menjelakan kata lain dari al-irsyad yang dapat diartikan cerdas, atau
orang-orang yang cerdas. Maka mencerdaskan seseorang merupakan suatu tugas
pendidik dan pengajar. Selanjutnya al-tabyin diartikan sebagai kata yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan yang berarti menjelaskan. Sesuai dengan ayat al-Qur‟an
yang terdapat pada surat an-Nahl ayat 64:
             
 
“dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar
kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
Pendidikan Agama Islam menurut Majid (2004: 132), adalah usaha pendidik
melakukan berbagai macam pelatihan, bimbingan dan pengajaran agar peserta didik
dapat meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Ramayulis (2002: 38) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan
upaya pendidik dalam pengajaran, pembimbingan, pengasuhan, pengawasan terhadap
peserta didik selama proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam agar
mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Selanjutnya Abuddin Nata menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam
seharusnya dapat menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat, seperti pelestarian
nilai, ajaran dan norma yang berlaku, dan kepentingan individu yang berhubungan
dengan penyaluran hobi, minat, bakat, dan berbagai keterampilan yang dimiliki oleh
individu tersebut (Nata, 2010: 32).
Muhaimin dalam Minarti (2013: 27) mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan yang dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
pada al-Qur‟an dan sunnah. Pendidikan Agama Islam dapat berwujud seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik atau lembaga untuk menumbuhkembangkan ajaran
36
Islam pada diri peserta didik, adapun proses tumbuh kembang ajaran Islam pada
peserta didik berupa sejarah umat Islam, baik Islam sebagai agama, ajaran, budaya,
dan peradaban yang dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai saat ini.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah proses atau usaha pendidik dalam pengajaran dan bimbingan terhadap
peserta didik berupa pengetahuan, nilai-nilai keislaman yang berdasarkan pada alQuran dan Sunnah, sehingga peserta didik mempunyai keseimbangan pengetahuan dan
arti hidup baik di dunia maupun di akhirat nanti. Adapun perbedaan antara Pendidikan
Islam dengan Pendidikan Agama Islam adalah, pendidikan Islam adalah pendidikan
yang dikembangkan sesuai dengan ajarandan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur‟an dan sunnah yang dapat diberikan dari seseorang kepada seseorang. Sedangkan
pendidikan agama Islam adalah proses pendidikan yang dilakukan oleh pendidik
kepada peserta didik yang membahas tentang nilai-nilai Islam secara sub pokok
pembahasan.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Dasar yang kuat dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat
dilihat dari berbagai aspek, diantaranya:
a. Dasar Yuridis
Menurut Zuhairin dalam Majid (2004: 132), dasar yuridis terdiri dari tiga
aspek, yakni: Dasar falsafah negara Pancasila, pada sila pertama, yang
berbunyi: Ketuhanan yang Maha Esa, Dasar Konstitusional, yaitu: UUD 45
dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya, Dasar operasional, yaitu Tap MPR No
IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR 1978
jo. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No.
II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara yang menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara
langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
b. Dasar Religius
Menurut alim (2011: 5) pendidikan agama merupakan perintah Allah dan
perwujudan ibadah kepada Allah dan dasar religius bersumber pada ajaran
Islam terdapat dalam Al-Qur‟an, di antaranya:
1) Al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125:
              
           
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
37
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.”
Bila dilihat dari ayat al-Qur‟an di atas maka, Pendidikan Agama Islam
harus dilaksanakan agar manusia tidak tersesat, sehingga dapat membedakan
larangan dan perintah dari Allah.
2) Al-Qur‟an surat ali-Imran ayat 104:
            
   
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Pendidikan Agama Islam juga sangat penting bagi umat Islam, agar dapat
terhindar dari segala perbuatan menyimpang, dan agar manusia dapat selalu
berusaha berbuat baik.
3) Sunnah Rasulullah: “sampaikanlah ajaran kepada orang lain walau
hanya sedikit saja”.
c. Dasar Psikologis
Alim (2011: 5) menyatakan dasar psikologis berhubungan langsung
dengan dasar kejiwaan. Pada hakikatnya manusia membutuhkan suasana yang
tenang, hidup yang harmonis dan bahagia sehingga manusia juga harus
memenuhi kebutuhan rohaninya yang berupa agama dengan cara mendekatkan
diri kepada Allah. Hal ini didasari bahwa dalam kehidupan keseharian manusia
tidak terlepas dari hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang, frustasi, dan
pertentangan batin yang membuat manusia memerlukan pegangan hidup yaitu
agama.
Selanjutnya Langgulung dalam kutipan Ramayulis (2015: 173) juga
menjelaskan tentang dasar operasional pendidikan agama Islam, yang dibagi
menjadi enam bagian, yaitu: (a) Dasar Historis, seperti undang-undang dan
peraturan-peraturan yang berupa tradisi ataupun ketetapan yang menjadikan dasar
persiapan pada pendidik; (b) Dasar Sosial, berupa ketetapan budaya dimana
pendidikan dapat bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya; (c) Dasar
Politik dan Administrasi. Sebagai dasar akidah yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan dan dicita-citakan; (d) Dasar Ekonomi, dasar yang
mengatur sebagai sumber anggaran pembelanjaan untuk memberikan keuangan,
materi, dan persiapan; (e) Dasar Psikologis, dasar yang memberikan pemahaman
tentang karakteristik pendidik dan peserta didik, memberikan metode yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, serta bimbingan dan penyuluhan; (f) Dasar
Filosofis, dasar yang berfungsi sebagai penentu arah dan tujuan terhadap dasardasar operasional lainnya.
38
Dasar-dasar pendidikan agama Islam lainnya menurut Basri (2009:
149), yaitu:
a. Al-Qur‟an
Dasar yang menyebutkan bahwa al-Qur‟an merupakan dasar
pelaksanaaan pendidikan agama Islam, sesuai dengan surat al-Alaq ayat
1-5:
              
          
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat di atas menjelakan tentang perintah Allah kepada Muhammad yang
buta huruf untuk membaca, perintah itu tidak hanya ditujukkan kepada nabi
Muhammad saja, tetapi juga bagi seluruh umat manusia, dan ayat al-qur‟an
lainnya seperti pada surat Ali-Imran ayat 190:
          

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Ayat di atas menjelaskan tentang segala bentuk ciptaan Allah yang terdapat
pada ayat-ayat kauniyah harus dibaca, diamati dan diteliti oleh manusia, agar
setiap manusia mampu bersyukur terhadap ciptaan Allah.
b. As-Sunnah
As-sunnah merupakan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam kedua
setelah Al-Qur‟an. Dasar pelaksaan ini bertujuan agar manusia dapat
mencontoh teladan nabi Muhammad SAW. seperti menanamkan sifat siddiq,
amanah, fathanah, tabligh terhadap peserta didik serta dapat
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari (Basri, 2009: 175).
c. Atsar dan Ijma Sahabat
Selajutnya dasar pendidikan agama Islam yaitu atsar dan ijma sahabat.
Sebagaimana sejarah telah menjelaskan bagaimana para sahabat bergotongroyong dalam mendirikan masjid Nabawi yang dijadikan sebagai pusat
pendidikan Islam yang berfungsi sebagai tempat penyebaran ilmu yang telah
diterima dari Rasulullah SAW (Basri, 2009: 175).
39
d. Ijtihad Ulama
Dasar selanjutnya berupa ijtihad ulama. Banyak para ulama terdahulu juga
banyak yang membangun lembaga pendidikan dan sekolah yang berguna
untuk umat Islam agar dapat keluar dari kebodohan (Basri, 2009: 175).
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah dan madrasah menurut Majid
(2004: 134) adalah sebagai berikut: (a) Pengembangan, yaitu sekolah sebagai lembaga
yang berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut setelah orang tua dalam
melakukan pembimbingan dan pengajaran terhadap peserta didik agar dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah yang telah ditanamkan terlebih
dahulu pada lingkungan keluarga; (b) Penanaman nilai, yaitu sebagai dasar dan
petunjuk hidup sehingga dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat
kelak; (c) Penyesuaian mental, yaitu penyesuaian diri dengan lingkungan fisik dan
lingkungan sosial yang berdasarkan dengan ajaran agama Islam; (d) Perbaikan, yaitu
memperbaiki kekurangan, kesalahan, kelemahan peserta didik terhadap keyakinan,
pemahaman, ajaran dalam kehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan, yaitu melakukan
pencegahan terhadap datangnya hal-hal negatif baik dari lingkungan atau budaya lain
yang dapat membahayakan perkembangan bagi peserta didik;(f) Pengajaran, yaitu
melakukan interaksi pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama umum dan
fungsinya; (g) Penyaluran, yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki
keterampilan khusus dalam bidang agama Islam, sehingga dapat berguna bagi dirinya
dan bagi masyarakat sekitarnya.
Bila dilihat dari fungsi Pendidikan Agama Islam di atas, dapat dinyatakan
berfungsi guna menanamkan keimanan peserta didik kepada Allah agar dapat
melakukan segala perbuatan yang baik, dan mencegah dari perilaku yang
menyimpang, dan dapat mengetahui peserta didik yang mempunyai keterampilan
khusus dalam bidang agama Islam agar dapat dikembangkan sesuai dengan
kemampuan dasar yang telah dimilikinya.
Selain itu Remiswal (2013: 8) menjelakan tentang fungsi Pendidikan Agama Islam
yang menurutnya adalah untuk membentuk akhlâq al-karîmah dan budi pekerti
terhadap peserta didik dan memfasilitasi segala kepentingan yang menyangkut
pendidikan agama Islam agar tercapai dan dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat
membentuk manusia yang mampu menjalani kehidupan di dunia untuk bekal
menghadapi kehidupan akhirat kelak. Dan pada umumnya fungsi pendidikan agama
Islam di sekolah atau madrasah sebagai penyadaran, pemahaman, pemaknaan dan
pemberdayaan peserta didik agar dapat menjalankan hablum minallah, hablum
minannâs secara mandiri.
Selanjutnya, fungsi lain pendidikan agama Islam menurut Zakiah Daradjat dalam
Sukring (2013: 25) agar tujuan pendidikan agama Islam dapat berjalan secara efektif,
harus berfungsi sebagai berikut: Pusat perhatian dan pedoman dalam menyusun
rencana kegiatan pengajaran, Penentu arah pengajaran, Pusat dan pedoman dalam
menyusun kegiatan pengajaran, Hal utama yang harus dikembangkan guna
memperdalam dalam memperluas ruang lingkup pengajaran, Pedoman untuk
mencegah dan menghindar dari segala kegiatan yang menyimpang.
Dari beberapa pernyataan sebelumnya yang membahas tentang fungsi pendidikan
agama Islam, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam di sekolah
40
berfungsi sebagai alat yang akan membawa perubahan sosial dan ekonomi, serta dapat
menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk
diri sendiri berfungsi sebagai penangkal kegelisahan hidup dan menjaga diri agar tidak
melakukan hal-hal yang dapat menyimpang dan membahayakan baik bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Tujuan merupakan arah yang terpenting untuk mencapai cita-cita dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam juga mempunyai beberapa
tujuan. Irwan Nasotion dan Amiruddin Siahaan dalam Remiswal (2013: 7) menyatakan
tujuan lain dari Pendidikan Agama Islam, yaitu tujuan hidup manusia adalah untuk
mengabdi dan meengharap keridhaan Allah, tujuan ini sesuai dengan firman Allah
pada al-Qur‟an surat al-Bayyinah ayat 5:
             
    
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus”.
Berdasarkan ayat tersebut, maka diketahui bahwa seluruh tujuan hidup manusia
yang meliputi berbagai aspek adalah guna meningkatkan kualitas pengabdian kepada
Allah. berkaitan dengan hal itu maka pendidikan harusnya diarahkan untuk mencapai
kepada kualitas pengabdian yang sesuai dengan ayat di atas (Remiswal, 2013: 7).
Tujuan Pendidikan Islam menurut Muhammad Munir Mursi (1977: 18), adalah:
mencapai manusia sempurna dengan memiliki akhlak yang baik, karena manusia
diciptakan Allah sebagai khalifah di bumi ini; mencapai kebahagiaan di dunia maupun
diakhirat kelak; mempererat ikatan persaudaraan antara sesama muslim, mendukung
sesama muslim, membantu mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi sesuai
dengan cara yang telah diajarkan dalam pendidikan Islam; mendidik manusia untuk
beribadah dan bertakwa kepada Allah. Cara beribadah dan bertakwa kepada Allah
itu dengan ilmu karena Ilmu merupakan jalan untuk mencapai ketakwaan yang
sebenarnya agar dapat mengenal Allah. Seperti firman Allah pada surat Fathir ayat
28:
           
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Berbeda dengan Zakiah Daradjat yang membagi tujuan pendidikan menjadi
beberapa tahap yang lain, yaitu (1) tujuan umum; (2) tujuan akhir; (3) tujuan sementara
dan (4) tujuan operasional. Selanjutnya Ahmad D. Marimba membagi tujuan
41
pendidikan menjadi dua bagian, meliputi: (1) tujuan sementara yaitu tujuan yang
harus dicapai pendidikan agama Islam untuk sementara, dan (2) tujuan akhir, yaitu
terbentuknya kepribadian seorang muslim sesuai dengan ajaran agama Islam. (Sukring,
2013: 26).
Perumusan tujuan di atas dapat dilihat dalam sistem hubungan integralistik dan
holistik di bawah ini.
Gambar 2.9
Tujuan Pendidikan Agama Islam
TUJUAN
AKHIR
TUJUAN
KHUSUS
AKHIR
TUJUAN
PENDIDIKAN
ISLAM
TUJUAN
SEMENTARA
(Sumber: Sukring, 2013: 26)
Tahapan-tahapan tujuan Pendidikan Agama Islam:
a. Tujuan Akhir
Jusuf Amir Feisal yang membagi tujuan pendidikan, yaitu: membentuk
seorang muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah, membentuk
seorang muslim yang dapat pula menjalankan ibadah muamalah, menjadikan
seorang muslim yang dapat bertanggungjawab kepada masyarakat dalam
rangka bertanggungjawab kepada Allah, membentuk tenaga profesional yang
terampil, mengembangkan seorang muslim menjadi tenaga ahli dalam bidang
agama maupun ilmu-ilmu Islam lainnya (Sukring, 2013: 27).
Bila dilihat dari tujuan akhir Pendidikan Agama Islam, maka tujuan akhir
seorang muslim pada umumnya ialah agar mendapatkan kebaikan di dunia dan
di akhirat kelak, sehingga seorang muslim berusaha untuk menjalankan
kebaikan sesuai dengan perintah Allah.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam bersifat relatif, sehingga masih
memungkinkan untuk dilakukan perubahan yang sesuai dengan tuntunan. Ali
Asraf mengemukakan tentang tujuan khusus pendidikan dalam kutipan
Sukring (2013: 29), adalah: mengembangkan pengetahuan spritual dan
42
pemahaman rasional tentang Islam dalam kehidupan modern, membekali
peserta didik dengan pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan,
lingkungan sosial, kebijakan, dan pembangunan nasional, mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan yang ada, Mampu
mengembangkan kemampuan kreatif, serta dapat mengetahui norma-norma
Islam yang sesuai dengan ajarannya, membimbing peserta didik khususnya
dalam belajar, berpikir, dan proses pemikirannya yang sesuai dengan hipotesis
tentang konsep pengetahuan yang dituntut, mengembangkan wawasan peserta
didik tentang proses relasional dan lingkungan yang sesuai dengan ajaran
Islam.
Tujuan khusus bisa digambarkan sebagai tujuan pada Pendidikan Agama
Islam di sekolah bagi peserta didik, misalnya: peserta didik dapat membaca alQur‟an dengan baik, peserta didik dapat mengetahui hukum-hukum yang telah
ditentukan dalam al-Qur‟an, dan peserta didik dapat berperilaku secara baik di
dalam lingkungan sekolah.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara Pendidikan Agama Islam menurut Sukring adalah
tujuan praktis yang harus dicapai melalui beberapa kegiatan pendidikan yang
mencakup tujuan instruksional, tujuan institusional, dan tujuan nasional
(Sukring, 2013: 29). Tujuan sementara Pendidikan Agama Islam lainnya
menurut Zakiah Daradjat dalam kutipan Ramayulis (2015: 188) merupakan
tujuan yang diperoleh oleh peserta didik sesuai dengan apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya yang sesuai dengan kurikulum pendidikan formal.
Tujuan sementara biasanya dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang terjadi pada umumnya
d. Tujuan Pendidikan Agama Islam Secara Nasional
Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bab II Pasal 3 dijelaskan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Sukring, 2013: 29).
Mengingat bahwa tujuan pendidikan biasanya dibuat oleh seorang
pendidik, maka pendidik itu harus memahami tentang kurikulum, gaya belajar
dan hasil belajar peserta didik, serta dapat merumuskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai (Ramayulis, 2015: 194).
Menurut GBPP PAI dalam kutipan Muhaimin (2012: 78) bahwa pada umumnya
tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, sehingga
menjadi pribadi yang beriman, bertakwa kepada Allah, serta berakhlak mulia.
Dari beberapa tujuan pendidikan agama Islam di atas, penulis menyimpulkan
bahwa tujuan umum pendidikan agama Islam agar peserta didik mempunyai ilmu yang
akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, akhlak yang dapat mencegah diri dari
segala perbuatan menyimpang. Selanjutnya tujuan akhir dari pendidikan agama Islam
agar mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak.
43
4. Alat dan Metode Untuk Mengukur Kompetensi Pendidikan Agama Islam
Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kompetensi Pendidikan Agama
Islam pada peserta didik di antaranya:
Nontes, yang merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui keadaan
peserta didik yang diperlukan guna menilai hasil belajar peserta didik, metode yang
digunakan pada nontes (Nurgiyantoro, 2010: 90), biasanya berupa: Kuesioner, atau
angket yang berisi daftar pertanyaan tertulis mengenai peserta didik seperti tentang
sikap atau identitas peserta didik, Pengamatan, metode ini digunakan untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, Penugasan, metode ini digunakan untuk
mengetahui perkembangan dan peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta
didik.
Tes, merupakan alat penilaian yang berupa instrumen yang sistematis guna
mengukur kompetensi peserta didik seperti soal-soal dalam UTS, UAS, ataupun UKK,
metode yang digunakan dalam tes bisa berupa soal uraian atau pilihan ganda
(Nurgiyantoro, 2010: 105).
Peserta didik dapat dinilai sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, untuk
kompetensi kognitif dapat diukur dengan cara penilaian melalui tes tertulis seperti
tugas, UTS, UAS, UKK, dan untuk mengukur kompetensi afektif bisa dilakukan
dengan cara observasi atau memberi angket kepada setiap peserta didik, dan mengukur
kompetensi psikomotorik, guru bisa mengadakan tes praktik untuk mengetahui
kemampuan peserta didik.
5. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam
Standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan oleh BSNP No 23 Tahun 2006
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada sekolah tingkat
SMA/MA/SMK/MAK adalah: a) Memahami ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan
dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; b) meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha
dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna; c) berperilaku terpuji
seperti husnuzzhan, taubat dan raja‟ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof,
tabzir dan fitnah; d) memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta
menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam; e)memahami sejarah
Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan
Islam di Indonesia dan di dunia.
Apabila dilakukan analisis terhadap Standar Kompetensi Lulusan di atas, dapat
dilihat bahwa standar di atas kebanyakan hanya mencakup kompetensi kognitif saja,
dan beberapa mencakup kompetensi afektif, sedangkan untuk kompetensi
psikomotorik tidak terdapat sama sekali di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang
telah ditentukan.
Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 pada sekolah tingkat
SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki beberapa dimensi, yaitu:
a. Dimensi Sikap, Memiliki perilaku yang mencerminkan Sikap: 1)Beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME; 2)Berkarakter, jujur, dan peduli; 3)Bertanggung
jawab; 4)Pembelajar sejati sepanjang hayat; 5)Sehat jasmani dan rohani, sesuai
44
dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan internasional.
b. Dimensi Pengetahuan, memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan dengan:
a)pengetahuan; b)teknologi; c)seni; d)budaya, dan; e)humaniora. Mampu
mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah,
masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional
dan internasional.
1) Faktual: pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan
masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan
regional dan internasional.
2) Konseptual: terminologi/istilah dan klasifikasi kategori, prinsip, generalisasi,
teori,model, dan struktur yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis
dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.
3) Prosedural: pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang
terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria
untuk menentukan prosedur yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.
4) Metakognitif: Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik,
kompleks, kontekstual, dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.
c. Dimensi Keterampilan, memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: a)kreatif;
b)produktif; c)kritis; d)mandiri; e)kolaboratif, dan; f)komunikatif. Melalui
pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan
pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
Bila dilihat dari SKL Pendidikan Agama Islam pada KTSP dan Kurikulum 2013,
dapat disimpulkan bahwa, SKL pada KTSP berdiri sendiri sesuai dengan mata
pelajaran masing-masing, sedangkan SKL Kurikulum 2013 saling berkaitan antara
mata pelajaran. SKL KTSP lebih banyak berorientasi pada kompetensi kognitif saja,
sedangkan SKL Kurikulum 2013 telah dibagi menjadi 3 dimensi dan terdapat 4 pada
pengetahuan dimensi. Selanjutnya pada SKL KTSP pembahasannya kurang memberi
kontribusi yang signifikan yang berdasarkan kepada kenakalan anak remaja pada saat
ini.
E. Kerangka Konseptual
Berdasarkan dari pembahasan di atas maka setiap sekolah mempunyai masalah
dengan peserta didik yang kesulitan dalam belajar, proses pembelajaran pendidikan
agama Islam yang hanya berfokus pada ranah kogntif saja, sehingga menimbulkan
rendahnya kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik, rendahnya motivasi peserta didik untuk belajar sehingga akan
menimbulkan kenakalan remaja. masalah-masalah yang telah dipaparkan sebelumnya
akan berpengaruh pada rendahnya kompetensi peserta didik. Maka diperlukan peran
45
dari guru, lingkungan sekolah, dan peran orang tua dan diperlukan faktor pendukung
lain seperti karakteristik siswa yang bisa dilihat dari kemampuan dasar peserta didik,
gaya belajar peserta didik, tingkat kecerdasan peserta didik, faktor fisik. Pendukung
lainnya bisa berupa tujuan pendidikan agama Islam yang berada di setiap sekolah,
biasanya tujuan pendidikan agama Islam sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan.
Kompetensi peserta dalam Pendidikan Agama Islam harus sesuai dengan tujuan
hidup sebagai umat muslim, yaitu menjadi manusia yang beriman dan berilmu,
sehingga paserta didik hendaknya memiliki kompetensi keimanan. Kompetensi
keimanan peserta didik dapat dilihat melalui akhlak atau afektif, dan amal atau
psikomotorik. Maka kompetensi yang harus dimiliki pada Pendidikan Agama Islam
adalah kompetensi Iman, ilmu, amal, dan akhlak
Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik biasanya dibagi ke dalam tiga
ranah, yaitu kompetensi kognitif yang berupa pengetahuan, kompetensi afektif berupa
tingkah laku atau akhlak peserta didik, dan kompetensi psikomotorik yang berupa
keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu, peserta
didik perlu menjalani beberapa tahapan untuk mencapai kompetensi tersebut sesuai
dengan teori yang telah di revisi oleh Anderson dan Krathwohl pada ranah kognitif
dan afektif, dan untuk teori kompetensi psikomotorik telah direvisi dan dikembangkan
oleh dave berdasarkan teori yang dimiliki oleh Bloom. Kompetensi tersebut harus
disesuaikan dengan Pendidikan Agama Islam, agar peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan agama Islam yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam,
akhlak yang baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah dan keterampilan
sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki ke dalam
kehidupan sehari-hari. Serta kompetensi yang harus dimiliki peserta didik harus sesuai
dengan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh BSNP.
Dari pembahasan di atas, maka gambaran pemaparan sebelumnya dapat dibuat
gambar seperti berikut ini.
46
Gambar 2.10
Kerangka Konseptual Kompetensi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam
Faktor pendukung
1. Karakteristik peserta
didik
2. Tujuan pendidikan
agama Islam
Faktor yang
melatarbelakangi





PAI yang hanya berfokus
pada teori saja
Rendahnya kompetensi
afektif dan psikomotorik
siswa
Motivasi belajar yang
rendah
Timbulnya kenakalan
remaja
Siswa kesulitan belajar
Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta
didik dalam Pendidikan Agama Islam
1. Iman
2. Ilmu (Kognitif)
3. Akhlak (afektif)
4. Amal (Psikomotorik)
5. Afektif
6. psikomotorik
Perolehan teori
1. Kognitif (Anderson &
Krathwohl)
2. Afektif (Krathwohl)
3. Psikomotorik (Bloom)
Hasil yang diperoleh
1. Peserta didik mempunyai pengetahuan agama Islam sesuai dengan
tujuan PAI di sekolah,
2. Peserta didik mempunyai akhlak yang baik di sekolah maupun di luar
sekolah,
3. Peserta didik mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat ke dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian. Adapun yang menjadi
prosedur dalam penelitian ini meliputi: jenis penelitian yang digunakan, sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Berikut ini adalah uraiannya.
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar,
kata-kata disusun dalam kalimat. Menurut Sugiyono (2012: 15), metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci. Moleong (2014: 4), mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Lebih rinci Strinati (2007 : 34 ) mengungkapkan penelitian kualitatif yakni peneliti
berupaya menggambar sedetail-detailnya data dan fakta yang telah peneliti
kumpulkan di lapangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bodgan Biklen yang
mengungkapkan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu 1) menggunakan lingkungan
alamiah sebagai sumber data langsung; 2) sifatnya deskriptif analitik; 3) tekanan
penelitian ada pada proses; 4) sifatnya induktif; 5) mengutamakan makna. Penelitian
ini akan mendeskripsikan mengenai data yang dikumpulkan secara alamiah mengenai
Kompetensi peserta didik SMA Negeri 1 Parungpanjang pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Bersifat deskriptif atau sering disebut grand tour observation berarti peneliti
membawa masalah yang akan diteliti, kemudian mencatat atau merekam seluruh
kejadian yang dilihat atau didengar yang berkaitan dengan permasalahan yang dibawa
oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 230)
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Parungpanjang pada kelas XII
semester genap tahun akademik 2016/2017.
C. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2012: 222) menyatakan bahwa instrumen penelitian dalam penelitian
kualitatif analisis adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen penelitian.
Dengan demikian, posisi dalam penelitian kualitatif deskritif analisis sebagai human
instrumen berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data,
menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuan pada data tersebut.
Sugiyono (2012: 224) membagi ciri-ciri manusia sebagai instrumen penelitian
serupa yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bermakna bagi peneliti.
47
48
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, tidak ada instrumen berupa tes atau angket
yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Dengan demikian, untuk memahaminya perlu
merasakannya, mengalaminya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh,
sehingga dapat menafsirkan dan menghasilkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan
untuk memperoleh penegasan, perubahan dan perbaikan.
Dalam penelitian, instrumen digunakan untuk mendukung langkah-langkah
penelitian yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh instrumeninstrumen atau alat-alat pembantu berupa pedoman observasi, dan pedoman
wawancara untuk memperoleh data yang valid tentang kompetensi afektif, kognitif,
dan psikomotorik peserta didik.
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan pemahaman
tentang perilaku ibadah peserta didik selama berada di lingkungan sekolah, adapun
kegiatan yang diamati dalam penelitian ini adalah:
a. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah,
b. Tata cara peserta didik menjalankan ibadah sholat baik berjamaah maupun
sendirian,
c. Kegiatan keagamaan yang diikuti oleh peserta didik di sekolah.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan sebagai acuan peneliti untuk mendapatkan
pemahaman tentang kompetensi peserta didik dan proses pembelajaran pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kecamatan Parungpanjang yang diperoleh dari
narasumber/informan. Adapun narasumber/informan dalam penelitian ini adalah :
a. Kepala Sekolah
1) Gambaran pekerjaan kepala sekolah
2) Prestasi guru PAI (kedudukan dan pangkat)
3) Motivasi mengajar guru
4) Kendala dan upaya dalam memberikan pengarahan kepada guru
5) Proses penerimaan peserta didik baru
6) Perilaku peserta didik
7) Upaya dalam menghadapi peserta didik
b. Guru Pendidikan Agama Islam
1) Perencanaan pembelajaran guru (administrasi kelas).
2) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI
3) Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
49
4)
5)
6)
7)
8)
Proses penilaian afektif siswa
Proses penilaian kognitif siswa
Proses penilaian psikomotorik siswa
Kendala dan upaya dalam pembelajaran PAI
Peserta didik
c. Peserta Didik
1) Materi Pendidikan Agama Islam
2) Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam
3) Referensi lain yang dimiliki oleh peserta didik
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data utama dalam penelitian ini adalah hasil tes dan wawancara terhadap peserta
didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, dan data lainnya berupa hasil
wawancara terhadap kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.
2. Data Sekunder
Data penunjang dalam penelitian ini adalah sumber-sumber literature dan studi
pustaka lain yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut merupakan nilai
kompetensi peserta didik (nilai afektif, nilai kognitif, dan nilai psikomotorik)
administrasi guru berupa RPP.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal dari penelitian untuk
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumentasi.
Di bawah ini, dapat dipaparkan langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Teknik Observasi
Observasi dapat dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena
yang akan diteliti. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah,
pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah, cara berwudhu, shalat, dan kegiatan
keagamaan yang diikuti peserta didik
2. Teknik Wawancara
Metode ini ditujukan kepada guru pendidikan agama Islam untuk mengetahui
proses pembelajaran dan peniliaian yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, dan kepada kepala sekolah untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh
guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran
3. Studi Dokumentasi
Metode ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa nilai raport
pendidikan agama Islam peserta didik dari semester 1-4
F.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data lapangan
model Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2012: 246) yaitu analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif. Aktivitas dalam menganalisis data yaitu:
50
1. Reduksi data (data reduction). Mereduksi data berarti, memilih, menyalin dan
memfokuskan data-data yang terpenting dalam sebuah penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian.
2. Penyajian Data (data display). Penyajian data adalah menyajikan data yang telah
direduksi ke dalam satu bentuk tabel atau sebuah narasi dalam penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verification). Menarik
sebuah kesimpulan dan menjawab permasalahan dari rumusan masalah yang telah
dibahas sebelumnya
Gambar 3.1
Komponen dalam analisi data (Interactive model)
Data
Display
Data
Collection
Data
Reduction
Conclusions:
Drawing/ verifying
(Sumber: Sugiyono, 2012: 247)
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang temuan yang berkaitan dengan penelitian yang
ada di sekolah, mulai dari gambaran umum, standar isi, standar proses, standar penilaian
dan standar kompetensi lulusan yang terjadi di SMA Negeri 1 Parungpanjang. Analisis
hasil penelitian ini mencakup tentang analisis penilaian kognitif, afektif, serta
psikomotorik, dan kesesuaian dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
A. Temuan Penelitian
1. Gambaran Umum SMAN 1 Parungpanjang Bogor
Profil SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor, SMA Negeri 1 Parungpanjang berdiri
pada tanggal 30 Juni 1997 berada di desa Jagabaya Kecamatan Parungpanjang
Kabupaten Bogor. SMA Negeri 1 ini berdiri di atas sebidang tanah seluas 10000 m2
Visi SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor. Visi tidak lain merupakan citra moral
yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Namun
demikian, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional.
Visi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan: (a) potensi yang dimiliki
sekolah, (b) harapan masyarakat yang dilayani sekolah.Dalam merumuskan visi,
pihak-pihak yang terkait (stakeholders) hendaknya diajak bermusyawarah, sehingga
visi sekolah mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, sehingga seluruh
kelompok yang terkait (guru, karyawan, siswa, orang tua, masyarakat, dan
pemerintah) bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya.
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat: (a) filosofis, (b) khas, (c) mudah
diingat. Berikut visi SMAN 1 Parungpanjang “Terwujudnya sekolah berprestasi,
berbudaya, dan berwawasan global berdasarkan IPTEK dan IMTAQ pada Tuhan
YME” Indikator: sukses ujian nasional, olimpiade (OSN), FL2SN, sekolah
kedinasan dan PTN, berjiwa kompetitif, berkarakter daerah, nasional, dan
internasional, bertindak dan bersikap didasari keilmuan, santun dalam berprilaku
yang didasari nilai-nilai keagamaan.
Misi SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor. Misi pada umumnya dirumuskan
dengan kalimat: (a) filosofis, (b) khas, (c) mudah diingat. Berikut visi SMAN 1
Parungpanjang yang rumusannya mengacu pada visi Pendidikan Nasional dan visi
Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor: Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, gembira dan berbobot, menciptakan budaya prestasi kerja bagi
tenaga pendidik dan kependidikan, menumbuhkan semangat berprestasi bidang
akademik dan non akademik bagi peserta didik, mengembangkan kecerdasan IQ
(intellegence), EQ (emotional), CQ (creativity), SQ (spiritual), AQ (adversity) bagi
seluruh warga sekolah, menciptakan budaya sekolah yang bersih, indah, rapih, dan
unggul di lingkungan sekolah, Melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi
komunikasi dan informasi, menghasilkan lulusan yang dapat diterima di PTN dan
Sekolah Kedinasan, menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran
agama yang dianut.
Tujuan SMAN 1 Parungpanjang. Tujuan umum, pada tahun 2015 - 2020 (5 tahun
pelajaran): SMAN 1 Parungpanjang memiliki rata-rata peningkatan nilai UN +
1,25, 80% siswa kompeten dan mandiri dalam setiap kegiatan, juara lomba mata
pelajaran tingkat kabupaten, juara dalam berbagai ekstrakurikuler (seni dan
51
52
olahraga) tingkat kabupaten, 80% siswa mampu melaksanakan ibadah dengan benar
sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Tujuan khusus, pada tahun pelajaran 2015/2016 (1 tahun pelajaran), SMAN 1
Parungpanjang memiliki : 40% siswa kompeten dan mandiri dalam setiap kegiatan,
Juara lomba 1 mata pelajaran tingkat kabupaten, juara dalam 1 ekstrakurikuler
(seni dan olahraga) tingkat kabupaten, 60% siswa mampu melaksanakan ibadah
dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Personil sekolah: tenaga guru tetap (PNS) berjumlah 15 orang , tenaga guru tidak
tetap (honorer) 13 orang, 83% guru berpendidikan S1, 18% guru berpendidikan S2,
95 % guru mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan, usia rata-rata guru
masih muda, staf tata usaha berjumlah 3 orang. Koordinator tata usaha 1 orang. Jika
dianalisis dari mata pelajaran yang diampu, ada beberapa guru yang mengajar lebih
dari satu mata pelajaran, sehingga kurang fokus terhadap satu mata pelajaran saja.
Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah ini terdapat 2 guru. Guru yang
berinisial AH berpendidikan S1 jurusan PAI pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Jakarta
dan S2 jurusan Supervisi di UIN Bandung. Guru yang berinisial LY berpendidikan
S1 Fakultas Ushuluddin di IAIN Bandung.
Kelengkapan perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1
Kelengkapan perangkat pembelajaran guru PAI
Checklist
No
Perangkat Pembelajaran
Tidak
Ada
Ada
1
Analisis Alokasi Waktu
√
2
Program Tahunan
√
3
Program Semester Gasal
√
4
Kriteria Ketuntasan Minimal
√
5
Silabus Semester Gasal
√
6
RPP Semester Gasal
√
7
Program Semester Gasal
√
8
Kriteria Ketuntasan Minimal
√
9
Silabus Semester Genap
√
10
RPP Semester Genap
√
Dapat dilihat bahwa guru Pendidikan Agama Islam mempunyai perangkat
pembelajaran yang lengkap, yang dapat dijadikan pedoman atau arahan pada
proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga
dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik.
Sarana Keagamaan Islam yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Parungpanjang
yaitu memilik sebuah masjid Nahrul Ilmi yang berdiri seluas 7x7m2. Masjid ini
merupaka sarana sebagai tempat melaksanakan sholat dzhuhur berjama’ah, sholat
dhuha, tadarus Al-Qur’an, kegiatan ekstrakulikuler rohis, dan sebagai tempat
untuk ujian praktik Pendidikan Agama Islam. Bangunan ini berdiri atas infak
sukarela yang dikumpulkan oleh peserta didik pada tiap hari Jum’at, dari para
pendidik dan tenaga pendidik, serta dari para donatur lainnya yang ikut berperan
53
dalam pembangunan masjid ini, agar dapat mendukung setiap prosesPendidikan
Agama Islam serta kegiatan keagamaan Islam lainnya yang memerlukan tempat
untuk beribadah.
Karakteristik Peserta Didik pada SMA Negeri 1 Parungpanjang: kesehatan
6% gizi kurang, 88% gizi sedang, dan 6% gizi baik, prestasi peserta didik baik
akademik maupun non-akademik masih cukup rendah, kegiatan ekstrakulikuler
belum banyak diminati peserta didik, tingkat pemahaman keagamaan masih
cukup rendah, kenakalan peserta didik hampir masih dalam batas kewajaran,
motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas masih rendah,
sehingga beberapa peserta didik kurang memperhatikan tentang materi yang
disampaikan oleh guru di dalam kelas.
Berikut ini merupakan data peserta didik di SMA Negeri 1 Parungpanjang
tahun ajaran 2016-2017 berdasarkan agama yang mereka anut
Tabel 4.2
Data peserta didik berdasarkan agama yang dianut
Agama
L
P
Total
Islam
273
248
521
Kristen
4
4
8
Katholik
1
0
1
Hindu
0
0
0
Budha
2
1
3
Konghucu
0
0
0
Lainnya
0
0
0
Total
280
253
533
Orang tua peserta didik: penghasilan orang tua rata-rata di atas 1.000.000,00.
Lebih dari 50% mata pencaharian orang tua wiraswasta, sisanya buruh, karyawan
swasta, PNS, dan lain-lain. Perhatian orang tua terhadap sekolah masih kurang
karena orang tua mereka belum memahami arti pentingnya pendidikan bagi
anaknya.
Kegiatan keagamaan Islam yang berada di sekolah ini yaitu ekstrakulikuler
Rohis yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, yaitu kegiatan keagamaan
seperti tadarus Al-Qur’an atau membahas pengetahuan tentang agama Islam.
Pada ekstrakulikuler Rohis ini juga terdapat jadwal peserta didik untuk adzan
dzhuhur setiap hari sekolah, serta tadarus terpimpin yang dilaksanakan setiap hari
Jum’at sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Kriteria kenaikan kelas SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor: dilaksanakan
pada akhir tahun pelajaran atau setiap semester genap. Kenaikan kelas
berdasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester genap, dengan
pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester ganjil, harus dituntaskan
sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester genap. Hal ini
sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), dimana peserta yang
belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan, maka
yang bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidial sampai yang
bersangkutan mampu mencapai KKM yang dimaksud. Artinya, nilai kenaikan
54
kelas harus tetap memperhitungkan hasil belajar peserta didik selama satu tahun
pelajaran yang sedang berlangsung. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas
XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih
dari 3 mata pelajaran. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila
yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 mata
pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri khas program, atau yang bersangkutan
tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pada salah satu atau lebih mata
pelajaran ciri khas program. Kehadiran minimal harus 90% tidak masuk tanpa
keterangan tidak boleh lebih dari 10% dalam satu tahun pelajaran. Memperoleh
nilai sikap atau perilaku minimal Baik (B),.Masih memiliki bobot point minimal
75 pada buku catatan kasus di akhir tahun pelajaran, Tidak memiliki kasus berat,
seperti terlibat tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau tindak
kriminal lainnya.
Penjurusan, waktu penentuan dan pelaksanaa penjurusan: penentuan
penjurusan bagi peserta didik untuk program IPA dan IPS dilakukan akhir
semester 2 (dua) kelas X, Pelaksanaan penjurusan program dimulai pada
semester 1 (satu) kelas XI.
Kriteria penjurusan program, meliputi: nilai akademik, peserta didik yang
naik ke kelas XI dan akan mengambil program tertentu yaitu: IPA, IPS, atau
Bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga) mata
pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas
program tersebut. Minat peserta didik untuk mengetahui minat peserta didik
dapat dilakukan melalui angket/kuesionar dan wawancara, atau cara lain yang
dapat digunakan untuk mendeteksi minat dan bakat.
Bagi peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk ke semua
program, diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila ia tidak cocok pada
program semula atau tidak sesuai dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya.
Batas waktu untuk pindah program ditentukan oleh sekolah paling lambat 1
(bulan), Satuan pendidikan dapat menambah kriteria penjurusan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan.
Kriteria kelulusan sesuai dengan keputusan Nomor 1512/BSNP/XII/2008 dan
POS Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2008/2009, peserta didik dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: kelulusan
Ujian Nasional, peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan
UN sebagai berikut: memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata
pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata
pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Kelulusan Ujian
Sekolah, Memiliki nilai minimal/batas kelulusan untuk setiap mata pelajaran
yang diujikan tulis maupun praktik di sekolah 6,00, kecuali Pendidkan Agama
7,50, memiliki nilai rata-rata minimal 6,00 baik untuk tulis maupun praktek.
Penetapan dan pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan: menyelesaikan
seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan, lulus Ujian Nasional.
55
2. Temuan Lapangan Terkait dengan Kompetensi Peserta Didik
a. Standar Isi Sekolah
Hasil analisis standar isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan.
Tabel 4.3
Analisis Standar Isi di SMAN 1 Parungpanjang
Komponen
Kerangka Dasar
Kurikulum
Struktur Kurikulum
Beban Belajar
Kalender Pendidikan
Kondisi Riil
1. Lebih banyak adopsi pada
contoh
2. Belum melakukan analisis
SKL satdik & SKL
kelompok mapel
1. Guru banyak yang
merangkap mata pelajaran
2. Guru yang mengajar Mata
pelajaran mulok kurang
sesuai
3. Kualitas SDM tenaga
pendidik masih rendah
dilihat dari pengalaman
mengajar
4. Kurang optimal guru BK
1. Satu jam pelajaran masih
40 menit
2. Beban guru mengajar
mayoritas di atas 24 jam
perminggu
3. Jumlah jam dalam satu
minggu 40 jam
1. Kalender pendidikan
selalu dibuat disdik
propinsi
2. Hari efektif kadang tidak
sesuai dengan kebutuhan
mayoritasmata pelajaran
3. Banyaknya kegiatan
sekolah yang diluar
kalender yang sudah
ditetapkan sekolah
Rencana Tindak Lanjut
Melakukan analisis SKL
satdik dan analisis SKL
kelompok mapel
1 Mengusulkan tambahan
guru pada pemerintah
2 Tambahan gedung baru
3 Pembinaan terhadap
guru harus terprogram
4 Melakukan IHT
5 Pengawasan/ supervisi
secara rutin terhadap
guru-guru baru
6 Mendorong guru untuk
mengikuti MGMP
1. Merancang pembagian
tugas
2. Memberikan peraturan
yang lebih tegas
kepada guru yang
merangkap di sekolah
lain
Merevisi kegiatankegiatan kurang penting
melalui rapat intern
56
Standar isi yang sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 secara keseluruhan
mencakup: kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi,
Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Bila dilihat dari analisis di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa perlu
diadakan pelatihan terhadap guru agar mampu menganalisis setiap SKL yang
harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan materi yang diajarkan.
Jika dilihat dari guru pengajar maka masih banyak guru yang mengajar tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, sehingga guru akan
merasa kurang percaya diri dalam mengajarkan suatu materi. Oleh karena itu
baiknya guru harus berfokus pada mata pelajaran yang sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
b. Standar Proses Sekolah
Hasil analisis standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4.4
Analisis Standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
I
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
KONDISI
RIIL
TINDAK
LANJUT
Dalam
pengembangan
silabus masih
banyak guru
yang belum
melakukan
analisisi SKKD.
Perlu
diprogramkan
bimbingan
dan
pendampinga
n teknik
membuat
silabus mulai
dari analisis
sehingga
menghasilkan
silabus
minimal hasil
adaptasi dan
menyesuaika
PERENCANAAN
1. Silabus
Pada Silabus harus
memuat:
1. Identitas mata
pelajaran ,SK KD,
Kegiatan
Pembelajaran,
Indikator
ketercapaian,
Penilaian, Alokasi
Waktu,
Sumber/Bahan/Alat.
2. Penyusunan silabus
berdasarakan hasil
pemetaan Standar Isi.
Dalam
penyusunan
silabus masih
banyak guru
melalui proses
mengadopsi
dan adaptasi
57
NO
KOMPONEN
2. RPP
II
KONDISI IDEAL
1. RPP memuat:
Identitas MP, SK,
KD Indiator
Pencapaian, tujuan,
Alokasi Waktu,
Metode
Pembelajaran,
Kegiatan
Pembelajaran,
Penilaian belajar, dan
sumber belajar.
2. Pada tahapan kegiatan
pembelajaran terdiri
dari tahapan:
pendahuluan,
kegiatan inti, dan
penutup.
3. Mengacu pada
prinsip-prinsip
penyusunan RPP.
KONDISI
RIIL
silabus yang
sudah ada.
n dengan
karakteristik
Masih banyak
guru menyusun
RPP tidak
melampirkan
instrumen
penilaian dan
atau soal yang
tercantum
dalam RPP
tidak
mereprensantisi
kan tujuan pada
RPP.
Perlu
diadakan
workshop dan
bimbingan
pembuatan
RPP
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
2.1 Persyaratan
Pelaksanaan
 Rombon
gan
Belajar
Jumlah maksimal
peserta didik setiap
rombongan belajar
adalah 32 peserta didik.
TINDAK
LANJUT
Masih banyak
jumlah peserta
didik per
rombongan
belajar adalah
33 s/d 40,
terutama di
kelas X.
58
NO
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
 Pendahuluan
- Penyampaian
tujuan
- Motivasi
 Kegiatan inti
- eksplorasi
- elaborasi
- konfirmasi
 Penutup
- Rangkuman
- Penialaian/refleks
i
- Umpan balik
- Tugas
III
PENILAIAN
HASIL
PEMBELAJA
RAN

Penilaian dilakukan
oleh guru terhadap
hasil pembelajaran
untuk mengukur
tingkat pencapaian
kompetensi peserta
didik, serta digunakan
sebagai hahan
penyusunan laporan
kemajuan hasil
belajar, dan
memperbaiki proses
pembelajaran.
KONDISI
RIIL
TINDAK
LANJUT
Kegiatan
pembelajaran
tidak konsisten
dengan
pemetaan
waktu yang
direnecanakan
pada RPP.
Contoh: dalam
pemetaan
waktu pada
RPP
mengalokasika
n waktu 15
menit, namun
pelaksanaannya
melampaui dari
waktu yang
ditetapkan,
sehingga tujuan
kegiatan
pencapaian
Kompetensi
tidak tercapai.
Dalam
kegiatan
pembelajaran
guru wajib
membawa
RPP sebagai
kontrol dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
Hasil penilaian
pembelajaran
tidak dilakukan
analisis sebagai
bahan acuan
dalam program
perbaikan
proses
pembelajaran
bagi guru.
Kepala
Sekolah
melakukan
pemeriksaan
dan
pemantauan
perkembanga
n hasil belajar
peserta didik
drai guru
sebagai
info/data
ketidakberhasi
lan peserta
didik
59
NO
KOMPONEN
IV
PENGAWAS
AN PROSES
PEMBELAJA
RAN
KONDISI IDEAL

Pemantauan proses
pembelajaran
dilakukan pada tahap
perencanaan dan hasil
pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok
terfokus, pengamatan,
pencatatan,
perekaman,
wawancara, dan
dokumentasi yang
dilakukan oleh kepala
dan pengawas satuan
pendidikan

Supervisi dilaksanakan
pada tahap
perencanaan,
pelaksanaan, dan
penilaian hasil
pembelajaran dengan
cara pemberian
contoh, diskusi,
pelatihan, dan
konsultasi yang
dilakukan oleh kepala
atau pengawas satuan
pendidikan

Pelaporan hasil
kegiatan pemantauan,
supervisi, dan evaluasi
proses pembelajaran
dilaporkan kepada
pemangku
kepentingan

Tindak lanjut berupa
penguatan dan
penghargaan diberikan
kepada guru yang
telah memenuhi
standar, teguran yang
bersifat mendidik
diberikan kepada guru
yang belum memenuhi
KONDISI
RIIL
TINDAK
LANJUT
Pemantauan
proses
pembelajaran
dilakukan oleh
kepala sekolah
dengan
menggunakan
supervisi
akademik dan
hasilnya
dilaporkan
kepada
pengawas
satuan
pendidikan
Guru yang
belum
memenuhi
standar
diberikan
teguran dan
pelatihan atau
penataran
Supervisi yang
biasa dilakukan
oleh kepala
sekolah
terhadap guru
adalah dengan
cara supervisi
klinis
60
NO
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
KONDISI
RIIL
TINDAK
LANJUT
standar, guru diberi
kesempatan untuk
mengikuti pelatihan
atau penataran lebih
lanjut
Standar proses yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, mencakup:
Perencanaan proses pembelajaran, mencakup (1) silabus yang memuat
identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. (2) RPP yang memuat identitas pelajaran meliputi
satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, standar kompetensi meliputi kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas
dan atau semester pada mata pelajaran, kompetensi dasar yaitu sejumlah
kemampuan yang dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran, indikator
pencapaian kompetensi yaitu perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran, tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan
hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi ajar yang memuat
fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu
ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar,
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana dan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar atau
indikator yang telah ditetapkan, kegiatan pembelajaran yang meliputi
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup, penilaian hasil belajar yang disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian,
sumber belajar yang berdasarkan pada standar kompetensi dan kompotensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi.
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
yang meliputi eksplorasi, elaborasi, serta konfirmasi dan kegiatan penutup.
Penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki
proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya, berupa tugas,
proyek atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran
menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok
mata pelajaran.
61
Pengawasan proses pembelajaran: pemantauan yang dilaksanakan oleh kepala
dan pengawas satuan pendidikan, supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas
satuan pendidikan, evaluasi yang memusatkan pada keseluruhan kinerja guru,
pelaporan, hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan, tindak lanjut.
Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa masih
kurangnya guru dalam menganalisis SK dan KD yang akhirnya mereka hanya
mengadopsi dari SK KD yang telah dibuat sebelumnya.
Dalam pembuat RPP, ada beberapa guru yang belum mencantumkan metode
penilaian atas soal yang mereka berikan, karena kebanyakan dari guru hanya
melihat dari RPP yang telah ada, dan ketika mengadakan penelitian terdapat guru
yang tidak mencapai materi sesuai dengan waktunya, karena banyaknya waktu
dan kegiatan yang kurang efektif sehingga tidak tercapai SKL yang sudah
direncanakan. Agar guru mempunyai standar proses yang baik maka biasa
diadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran untuk membahas tentang standar
proses, seperti pembuatan RPP dan silabus.
Selain itu juga ada beberapa upaya yang dilakukan di sekolah ini untuk
meningkatkan kompetensi guru, dengan cara:
In House Training (IHT) yaitu pelatihan yang adakan di dalam sekolah
dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar sekolah, Kunjungan ke sekolah
yang lebih baik, agar bisa mendapatkan contoh cara pengajaran, atau pengelolaan
dengan baik sehingga bisa diterapkan di sekolah, On yaitu dengan cara
pendampingan guru dengan mendatangkan Instruktur dari luar, In yaitu guru
pendamping dan instruktur bersama-sama menemukan masalah untuk dikaji dan
dibahas solusinya secara bersama-sama.
Sebelum memulai proses pembelajaran, peneliti menganalisis komponen
silabus dan RPP yang dimiliki oleh guru. Berikut hasil analisisnya.
1) Analisis komponen silabus yang dimiliki oleh guru pendidikan agama
Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang
Tabel 4.5
Analisis kelengkapan komponen silabus
Aspek
Komponen
Silabus
Keterkaitan
antara
komponen
Indikator
Identitas/ tema pelajaran
Materi pelajaran
Kegiatan pembelajaran
Indikator pencapaian
kompetensi
Penilaian
Alokasi waktu
Sumber data
Adanya kesesuaian antara
SK dan KD dalam standar isi
dengan materi pembelajaran
Checklist
Ada
Tidak ada
√
√
√
√
√
√
√
√
62
silabus
Adanya kesesuaian antara
SK dan Kd dalam standar isi,
materi pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran
Adanya kesesuaian antara
materi pelajaran dan kegiatan
pembelajaran dengan
penilaian
Adanya kesesuaian antara
materi pelajaran dan kegiatan
pembelajaran dengan alokasi
waktu
Adanya kesesuaian antara
materi pelajaran dan kegiatan
pembelajaran dengan sumber
belajar
√
√
√
√
2) Analisis komponen RPP yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam
di SMA Negeri 1 Parungpanjang
Tabel 4.6
Analisis kelengkapan komponen RPP
Aspek
Komponen RPP
Keterkaitan
antara RPP
dengan Silabus
Indikator
Identitas mata pelajaran
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
Indikator pencapaian
kompetensi
Tujuan pembelajaran
Materi ajar
Alokasi waktu
Metode pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
(pendahuluan, inti, Penutup)
Penilaian hasil belajar
Memuat nilai karakter
budaya bangsa
Sumber belajar
Kesesuaian SK, KD dengan
indikator
Kesesuaian indikator dengan
tujuan pembelajaran
Checklist
Ada
Tidak ada
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
63
A
Kesesuaian tujuan
pembelajaran dengan materi
Keluasaan dan kedalaman
materi disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik
Keluasaan dan kedalaman
materi memungkinkan
dicapai dalam waktu yang
disediakan
Kesesuaian metode dengan
tujuan dan materi
pembelajaran
Kesesuaian kegiatan dengan
metode pembelajaran
Kesesuaian penilaian dengan
tujuan pembelajaran
Kesesuaian buku ajar dengan
materi pelajaran
Kesesuian antara komponen
RPP yang disusun dengan
komponen silabus
√
√
√
√
√
√
√
√
Apabila dilihat dari kelengkapan komponen Silabus dan RPP yang dimiliki
oleh guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, maka
seharusnya guru dapat menjalankan proses pembelajaran dengan sangat baik,
sehingga peserta didik mempunyai kompetensi yang baik juga.
Tetapi pada kenyataannya silabus dan RPP hanyalah sebagai tujuan dan arah
dalam proses pembelajaran. Guru adalah peran yang sangat penting dalam setiap
proses pembelajaran agar para peserta didik dapat mencapai kompetensi sesuai
dengan SK KD, oleh karena itu diperlukan kreativitas dari guru pendidikan
agama Islam, agar para peserta didik dapat termotivasi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Dan semua komponen saling keterkaitan, kecuali komponen keluasan dan
kedalaman materi memungkinkan dicapai dalam waktu yang disediakan, karena
peserta didik pada sekolah ini mempunyai masalah dalam motivasi atau semangat
belajarnya
Selanjutnya dilakukan Analisis proses pembelajaran dilakukan pada mata
pelajaran Pendidikan agama Islam di kelas XII IPS 2 pada hari senin tanggal 28
November 2016 pada materi perkembangan Islam di Indonesia.
64
Tabel 4.7
Analisis proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
1
2
CHECKLIST
YA TIDAK
Pengelolaan
1. Kelayakan penataan latar (setting) √
kelas
pembelajaran
2. Kejelasan
suara
guru
dalam √
pembelajaran
3. Kelayakan
kebersihan
dan
√
kenyamanan kelas
4. Menyampaikan cakupan materi dan √
penjelasan uraian kegiatan sesuai
5. Menggunakan
media
berbasis √
teknologi dan informasi
6. Guru menghargai pendapat peserta √
didik
7. Guru memberikan penguatan dan √
umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung
8. Guru menyesuaikan materi pelajaran √
dengan kecepatan dan kemampuan
belajar peserta didik
9. Menggunakan bahasa pengantar
√
bilingual atau bahasa asing
Kegiatan pembelajaran
1. Menyiapkan kondisi pembelajaran √
Pendahuluan
agar peserta didik terlibat baik secara
psikis maupun fisik sehingga siap
mengikuti proses pembelajaran
2. Mencatat kehadiran peserta didik
√
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
√
SK dan KD yang akan dicapai
4. Menyampaikan cakupan materi dan √
penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus
5. Mengajukan pertanyaan berkenaan
√
dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki
peserta
didik
untuk
mengaitkan dengan materi yang akan
ASPEK
INDIKATOR
65
Kegiatan inti
dipelajari
Eksplorasi
1. Membimbing peserta didik untuk
mendemonstrasikan
pengetahuan
yang
dimiliki
sesuai dengan
topik/tema yang akan dipelajari
2. Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan mendalam
tentang topik/ tema materi yang
dipelajari dari berbagai sumber
belajar
3. Menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber
belajar lainnya
4. Memfasilitasi terjadinya interaksi
antar peserta didik serta antara
peserta didik dengan pendidik,
lingkungan, dan sumber belajar
lainnya
5. Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran
6. Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
percobaan
di
laboratorium, studio, atau lapangan
Elaborasi
1. Membiasakan
peserta
didik
membaca dan menulis yang beragam
melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna
2. Memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan
baru baik secara lisan maupun
tertulis
3. Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisi, memecahkan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut
4. Memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran
kooperatif
dan
kolaboratif
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
66
3
Penutup
5. Memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
6. Memfasilitasi peserta didik membuat
laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara
individu maupun kelompok
7. Memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok
8. Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
konfirmasi
1. Memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik
2. Memberikan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber
3. Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
refleksi
untuk
memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan
4. Memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh
pengalaman
yang
bermakna
dalam
mencapai
kompetensi dasar
5. Berfungsi sebagai nara sumber,
pembimbing, dan fasilitator bagi
peserta didik
6. Memberi peluang dan waktu yang
cukup bagi setiap peserta didik
dalam kegiatan tutorial untuk
menguasai materi pembelajaran
1. Bersama-sama dengan peserta didik
membuat rangkuman/ kesimpulan
pelajaran
2. Bersama peserta didik melakukan
refleksi
terhadap
kegiatan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
67
pembelajaran yang telah dilakukan
3. Melakukan
penilaian
terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan
4. Memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran
5. Melakukan perencanaan kegiatan
tindak lanjut melalui pembelajaran
remedial,
program
pengayaan,
layanan konseling, atau memberikan
tugas terstruktur baik secara
individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik
6. Memotivasi peserta didik untuk
mendalami materi pembelajaran
melalui kegiatan belajar mandiri
7. Menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya
√
√
√
√
√
Selama proses pembelajaran berlangsung, keadaan ruang kelas tidak terlalu
rapi dan bersih, karena hanya sebagian kecil peserta didik saja yang sadar akan
kebersihan dan kerapihan di dalam kelas. Selama proses kegiatan pendahuluan
terjadi di kelas, guru hanya menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik saat itu, tanpa menyampaikan SK, KD, dan tujuan yang harus
dimiliki oleh peserta didik setelah materi yang diajarkan selesai, dan guru juga
tidak menanyakan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik yang terkait
dengan materi yang akan diajarkan, sehingga guru tidak mengetahui kemampuan
dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Pada kegiatan elaborasi, guru tidak memfasilitasi peserta didik untuk pameran
atau melakukan festival terhadap produk yang dihasilkan, karena kebanyakan
materi Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah hanya bersifat pemahaman
kognitif. Terakhir pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan materi apa
yang akan disampaikan oleh peserta didik pada pertemuan selanjutnya, karena
ketika peneliti menanyakan kepada peserta didik tentang materi yang akan
dibahas selanjutnya, kebanyakan mereka menjawab tidak tahu.
Kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam selama
berlangsungnya proses pembelajaran adalah:
1) Rendahnya motivasi peserta didik dalam menanggapi materi yang
disampaikan oleh guru
2) Masih banyak terdapat peserta didik yang buta dengan huruf al-Qur’an
sehingga memperhambat materi al-Qur’an
3) Media pembelajaran yang kurang lengkap tersedia dan bahkan dalam
keadaan tidak baik
4) Referensi buku pendidikan agama Islam yang kurang
68
Strategi atau upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk
menghadapi kendala di atas:
1) Diberikan layanan individual agar peserta didik mengerti bagaimana
pendidikan buat mereka
2) Memberikan layanan individual di luar jam pelajaran berupa baca tulis alQur’an
3) Menggunakan atau mencari media pembelajaran yang lain selain media
yang berada di sekolah, agar peserta didik tertarik mengikuti proses
pembelajaran
4) Membantu peserta didik mendapatkan informasi tentang materi melalui
internet
Adapula kendala yang dihadapi oleh peserta didik selama proses
pembelajaran, diantaranya:
1) Kurang mampu membaca al-Qur’an bahkan ada beberapa peserta didik
yang buta huruf al-Qur’an, sehingga kesulitan dalam menerima materi
2) Terlalu banyak materi pengetahuan, sehingga peserta didik merasa bosan,
dan mereka lebih berkeinginan agar diberbanyak praktik lapangan
3) Kondisi ekonomi yang rendah, sehingga beberapa peserta didik tidak
mempunyai referensi lain
4) Merasa kurang diperhatikan oleh guru, sehingga peserta didik cenderung
tidak perduli dalam menerima materi pelajaran
5) Metode yang digunakan kebanyakan metode ceramah sehingga mereka
merasa cepat bosan.
c. Standar Penilaian Sekolah
Hasil analisis standar penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 4.8
Analisis standar penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO KOMPONEN
1
Prinsip
penilaian
(sahih,
objektif, adil,
terpadu,
terbuka,
menyeluruh
KONDISI
IDEAL
KONDISI
RIIL
Semua RPP
mencantum
kan
kegiatan
dan
program
penilaian
RPP yang
mencantumk
an kegiatan
dan program
penilaian
sekitar 60%
RENCANA
KESENJANGAN TINDAK
LANJUT
Sekitar 40%
RPP belum
mencantum-kan
kegiatan dan
program
penilaian
Kepala SMA
melakukan
supervisi
dengan cara
berdiskusi
dan memberi
contoh
kepada guru-
69
dan
berkesinambu
ngan,
sistematis,
beracuan
kriteria, dan
akuntabel)
2
Teknik dan
Instrumen
Penilaian
guru yang
belum
mencantumkan kegiatan
dan pro-gram
penilaian
dalam RPP
Instrumen
penilaian
hasil
belajar
yang
digunakan
pendidik
memenuhi
persyaratan
substansi,
konstruksi,
dan bahasa.
Belum ada
data
penelaahan
instrumen
penilaian
hasil belajar
Belum
teridentifikasi
pemenuhan
persyaratan
subs-tansi,
konstruksi, dan
bahasa pada
instrumen
penilaian hasil
belajar
Sekolah
menyiapkan
format
penelaahan
butir soal dan
meminta
guru
melakukan
telaah butir
soal sebelum
diujikan
kepada
peserta didik
Standar penilaian yang sesuai dengan permendiknas No. 20 Tahun 2007 yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Bila dilihat dari RPP yang dimiliki oleh guru di SMA Negeri 1
Parungpanjang, maka ditemukan beberapa RPP yang tidak mencantumkan
penilaian yang akan dilakukan oleh guru terhadap peserta didik setelah materi
yang disampaikan selesai. Penilaian yang dilakukan pada materi Pendidikan
Agama Islam meliputi penilaian kognitif yang dilakukan pada saat: Ulangan
harian yang dilakukan setiap selesai SK KD, Ulangan Tengah Semester, Ulangan
Akhir Semester yang dilakukan setiap enam bulan sekali, Ulangan Kenaikan
Kelas yang dilakukan pada semester genap akhir, ujian sekolah, ujian akhir selain
UN dalam bentuk tes kognitif atau ujian praktik.
Bentuk penilaian yang biasanya di gunakan oleh guru adalah: tes tertulis yang
terdiri dari soal pilihan ganda atau essai, tes lisan, Tes praktik, penugasan baik
kelompok ataupun bersifat individu.
Penilaian afektif yang berkaitan dengan sikap peserta didik yang ada di dalam
kelas ataupun berada di luar kelas, mencakup tata tertib peserta didik yang ada di
sekolah.
Penilaian psikomotorik biasanya hanya dilakukan ketika semeter akhir kelas
XII yang meliputi tes membaca Al-Qur’an, tata cara sholat, hafalan surat-surat
pilihan dalam al-Qur’an. Ada pula penilaian tes membaca Al-Qur’an yang
dilakukan pada setiap kelas dalam materi pelajaran mengenai Al-Qur’an
70
Apabila ada peserta didik yang nilainya kognitifnya tidak mancapai KKM,
maka yang biasa dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah: Apabila
ada 75% peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM maka guru
melakukan remedial, Apabila ada 50% peserta didik yang mendapatkan nilai di
bawah KKM maka guru melakukan penugasan kepada peserta didik tersebut,
Apabila hanya ada satu atau dua orang peserta didik, maka diberikan layanan
individual.
Selanjutnya bila ada peserta didik yang nilai afektifnya atau sisa poin
pelanggarannya minim maka dilakukan. Apabila sisa poin mencapai 75 diberikan
layanan individual, bisa dilakukan oleh guru yang bersangkutan, wali kelas
ataupun guru BK. Apabila sisa poin mencapai 50 maka peserta tersebut juga
diberi teguran dan pemanggilan terhadap orang tua wali peserta didik. Apabila
sisa poin telah mencapai 25 maka peserta didik terancam untuk tidak dapat naik
kelas.
d. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah
Standar Kompetensi Lulusan yang sesuai dengan Permendiknas No. 23 Tahun
2006, meliputi:
1) Standar Kompetensi Lulusan minimal Satuan Pendidikan (SKL-SP),
dengan tujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
2) Standar Kompetensi Lulusan minimal Kelompok Mata Pelajaran (SKLKMP), dengan tujuan:
a) Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja
b) Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
c) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
d) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
e) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain
f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang
mencerminkan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan
g) Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani
dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab
3) Standar Kompetensi Lulusan minimal Mata Pelajaran (SKL-MP), dengan
tujuan:
a) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi
manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
b) Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar
melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna
71
c) Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan
meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah
d) Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan
hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam
e) Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan
periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia
Tabel 4.9
Analisis standar kompetensi lulusan di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO KOMPONEN
1
SKL - SP
KONDISI
IDEAL
KONDISI RIIL
Meningkatkan
Kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian,
akhlak mulia,
serta keterampilan
untuk hidup
mandiri dan
mengikuti
pendidikan lebih
lanjut
Kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian,
akhlak mulia,
serta keterampilan
untuk hidup
mandiri dan
mengikuti
pendidikan lebih
lanjut, kurang
meningkatkan
RENCANA
TINDAK
LANJUT
membentuk
peserta didik
menjadi
manusia yang
beriman dan
bertakwa kepada
Tuhan
Yang Maha Esa
serta berakhlak
mulia. Tujuan
tersebut dicapai
melalui muatan
dan/atau
kegiatan agama,
kewarganegaraa
n, kepribadian,
ilmu
pengetahuan dan
teknologi,
estetika,
jasmani,
olahraga, dan
kesehatan.
2
SKL-KMP
1. Berprilaku
sesuai dengan
ajaran agama
yang dianut
sesuai dengan
Pengembangan
berdasarkan
tujuan dan
cakupan muatan
atau kegiatan
72
2.
3.
4.
5.
6.
7.
perkembangan
remaja
Menghargai
keberagaman
agama, bangsa,
suku, ras,
golongan sosial
ekonomi,
budaya dalam
tatanan global
Berpartisipasi
dalam
penegakkan
aturan-aturan
sosial
Memahami hak
dan kewajiban
diri dan orang
lain dalam
pergaulan
masyarakat
Menghargai
perbedaan
pendapat dan
berempati
terhadap orang
lain
Berkomunikasi
dan berinteraksi
secara efektif
dan santun
melalui
berbagai cara
termasuk
pemanfaatan
teknologi
informasi yang
mencerminkan
harkat dan
martabat
sebagai
makhluk Tuhan
Menjaga
kebersihan,
kesehatan,
ketahanan, dan
kebugaran
jasmani dalam
setiap kelompok
mata pelajaran
kurang sesuai
dengan harapan
73
3
SKL - MP
kehidupan
sesuai dengan
tuntunan agama
8. Memanfaatkan
lingkungan
sebagai
makhluk
ciptaan Tuhan
secara
bertanggung
jawab
1. Memahami
ayat-ayat alQur’an yang
berkaitan
dengan fungsi
manusia
sebagai
khalifah,
demokrasi
serta
pengembanga
n ilmu
pengetahuan
dan teknologi
2. Meningkatkan
keimanan
kepada Allah
sampai Qadha
dan Qadar
melalui
pemahaman
terhadap sifat
dan Asmaul
Husna
3. Berperilaku
terpuji seperti
husnuzzhan,
taubat dan
raja’ dan
meninggalkan
perilaku
tercela seperti
isyrof, tabzir
dan fitnah
4. Memahami
sumber
hukum Islam
Pengembangan
berdasarkan
tujuan dan
cakupan muatan
atau kegiatan
setiap mata
pelajaran, kurang
lengkap sejumlah
mata pelajaran
yang ada di
muatan kurikulum
74
dan hukum
taklifi serta
menjelaskan
hukum
muamalah dan
hukum
keluarga
dalam Islam
5. Memahami
sejarah Nabi
Muhammad
pada periode
Mekkah dan
periode
Madinah serta
perkembangan
Islam di
Indonesia dan
di dunia
Dari hasil wawancara terhadap guru PAI dapat dikatakan bahwa standar
kompetensi lulusan peserta didik pada sekolah tersebut, dalam materi pendidikan
agama Islam kurang memberikan kontribusi terhadap perkembangan sikap
remaja saat ini, karena masih bersifat konseptual. Oleh karena itu tidak dapat
mencegah para remaja atau peserta didik untuk menghindari kenakalan remaja
saat ini, seperti tawuran, berpacaran, atau meminum minuman terlarang
(Wawancara tanggal 28-11-2016).
Upaya yang biasa dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk
mencegah atau menghindari kenakalan remaja, biasanya diberikan nasihat
sebelum memulai pembelajaran terkait dengan kenakalan remaja dan akibat yang
akan terjadi. Apabila kenakalan remaja itu sudah terjadi maka dilakukan
konseling pribadi terhadap peserta didik yang bersangkutan, atau bisa minta
bantu kepada guru bimbingan konseling untuk diberikan arahan agar peserta
didik tersebut tidak mengulangi kembali terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.
Adapun dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup ke dalam lima aspek, yaitu: aspek
Al-Qur’an, aspek Aqidah, aspek akhlak, aspek fikih, aspek tarikh dan peradaban
Islam. Aspek-aspek tersebut dibagi ke dalam beberapa pembahasan, diantaranya:
Tabel 4.10
SK KD materi Pendidikan Agama Islam
1) Aspek Al-Qur’an
Kelas: X
Semester: 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
75
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
manusia dan tugasnya
sebagai khalifah di
bumi
Memahami
al-Qur’an
keihklasan
beribadah
ayat-ayat
tentang
dalam
Kelas: X
Semester: 2
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
demokrasi
Kelas: XI
Semester: 1
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
kompetisi
dalam
kebaikan
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
perintah menyantuni
kaum dhu’afa
Kelas: XI
Semester: 2
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
perintah
menjaga
kelestarian lingkungan
hidup
Membaca Qs. Al-Baqarah (2): 30, Qs. AlMu’minun (23): 12-14, dan Qs. Al-Hajj (22):
5
Menyebutkan arti Qs. Al-Baqarah (2): 30,
Qs. Al-Mu’minun (23): 12-14, dan Qs. AlHajj (22): 5
Menampilkan perilaku sebagai khalifah di
bumi seperti terkandung dalam Qs. AlBaqarah (2): 30, Qs. Al-Mu’minun (23): 1214, dan Qs. Al-Hajj (22): 5
Membaca Qs. Al-An’am (6): 162-163 dan
Qs. Al-Bayyinah (98): 5
Menjelaskan arti Qs. Al-An’am (6): 162-163
dan Qs. Al-Bayyinah (98): 5
Menampilkan perilaku berkompetisi dalam
kebaikan seperti terkandung dalam Qs. AlAn’am (6): 162-163 dan Qs. Al-Bayyinah
(98): 5
Membaca Qs. Ali-Imran (3): 59 dan asySyura (42): 38
Menjelaskan arti Qs. Ali-Imran (3): 59 dan
asy-Syura (42): 38
Menampilkan perilaku hidup demokrasi
seperti yang terkandung dalam Qs. Ali-Imran
(3): 59 dan asy-Syura (42): 38
Membaca Qs. Al-Baqarah (2): 148 dan Qs.
Fathir (35): 32
Menjelaskan arti Qs. Al-Baqarah (2): 148
dan Qs. Fathir (35): 32
Menampilkan perilaku berkompetisi dalam
kebaikan seperti yang terkandung dalam Qs.
Al-Baqarah (2): 148 dan Qs. Fathir (35): 32
Membaca Qs. Al-Isra’ (17): 26-27 dan Qs.
Al-Baqarah (2): 177
Menjelaskan arti Qs. Al-Isra’ (17): 26-27 dan
Qs. Al-Baqarah (2): 177
Membaca Qs. Ar-Rum (30): 41-42, Qs. AlA’raf (7): 56-58, dan Qs. Shad (38): 27
Menjelaskan arti Qs. Ar-Rum (30): 41-42,
Qs. Al-A’raf (7): 56-58, dan Qs. Shad (38):
27
76
Menampilkan perilaku menjaga kelestarian
lingkungan hidup seperti yang terkandung
dalam Qs. Ar-Rum (30): 41-42, Qs. Al-A’raf
(7): 56-58, dan Qs. Shad (38): 27
Kelas: XII
Semester: 1
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
anjuran bertoleransi
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an tentang etos
kerja
Kelas: XII
Semester: 2
Memahami ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
pengembangan IPTEK
2) Aspek Aqidah
Kelas: X
Semester: 1
Standar Kompetensi
Meningkatkan
keimanan
kepada
Allah
melalui
pemahaman sifat-sifatNya dalam Asma’ul
Husna
Kelas: X
Semester: 2
Meningkatkan
keimanan
kepada
malaikat
Membaca Qs. Al-kafirun (109): 1-6, Qs.
Yunus (10): 40-41, dan Qs. Al-kahf (18): 29
Menjelaskan arti Qs. Al-kafirun (109): 1-6,
Qs. Yunus (10): 40-41, dan Qs. Al-kahf (18):
29
Menampilkan perilaku berkompetisi dalam
kebaikan seperti terkandung dalam Qs. Alkafirun (109): 1-6, Qs. Yunus (10): 40-41,
dan Qs. Al-kahf (18): 29
Membaca Qs. Al-Mujadillah (58): 11 dan Qs.
Al-Jumu’ah (62): 9-10
Menjelaskan arti Qs. Al-Mujadillah (58): 11
dan Qs. Al-Jumu’ah (62): 9-10
Membaca Qs. Yunus (10): 101 dan alBaqarah (2): 164
Menjelaskan arti Qs. Yunus (10): 101 dan alBaqarah (2): 164
Kompetensi Dasar
Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asma’ul
Husna
Menjelaskan 10 arti sifat Allah dalam Asma’ul
Husna
Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam
Asma’ul Husna
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada
malaikat
Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman
kepada malaikat
Menampilkan perilaku sebagai cerminan
beriman kepada malaikat dalam kehidupan
77
sehari-hari
Kelas: XI
Semester: 1
Meningkatkan
keimanan
kepada
Rasul-rasul Allah
Kelas: XI
Semester: 2
Meningkatkan
keimanan
kepada
Kitab-kitab Allah
Kelas: XII
Semester: 1
Meningkatkan
keimanan kepada hari
akhir
Kelas: XII
Semester: 2
Meningkatkan
keimanan
kepada
qadha’ dan qadar
3) Aspek Akhlak
Kelas: X
Semester: 1
Standar Kompetensi
Membiasakan perilaku
terpuji
Kelas: X
Semester: 2
Membiasakan perilaku
terpuji
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasulrasul Allah
Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman
kepada Rasul-rasul Allah
Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam
kehidupan sehari-hari
Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap Kitab-kitab Allah
Menerapkan hikmah beriman kepada Kitabkitab Allah
Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap hari akhir
Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir
Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada
qadha’ dan qadar
Menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan
qadar
Kompetensi Dasar
Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhzhann
Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhzhann terhadap Allah, diri sendiri, dan sesama
manusia
Membiasakan perilaku husnuzh-zhann dalam
kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian,
berhias, bertamu, menerima tamu, dan
berpergian
78
Menampilkan contoh-contoh adab dalam
berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu,
dan berpergian
Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias,
bertamu, menerima tamu, dan berpergian
Kelas: XI
Semester: 1
Membiasakan perilaku
terpuji
Kelas: XI
Semester: 2
Membiasakan perilaku
terpuji
Menghindari perilaku
tercela
Kelas: XII
Semester: 1
Membiasakan perilaku
terpuji
Kelas: XII
Semester: 2
Membiasakan perilaku
terpuji
Menjelaskan pengertian taubat dan raja’
Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan
raja’
Membiasakan perilaku bertaubat dan raja’ dalam
kehidupan sehari-hari
Menjelaskan
pengertian
dan
maksud
menghargai karya orang lain
Menampilkan
contoh-contoh
perilaku
menghargai karya orang lain
Membiasakan perilaku menghargai karya orang
lain dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian dosa besar
Menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa
besar
Menghindari perbuatan dosa besar dalam
kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian adil, ridha, dan amal
shalih
Menampilkan contoh-contoh perilaku adil,
ridha, dan amal shalih
Membiasakan adil, ridha, dan amal shalih dalam
kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan
dan kerukunan
Menampilkan contoh-contoh perilaku persatuan
dan kerukunan
Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan
Dalam kehidupan sehari-hari
79
Menghindari perilaku
tercela
4) Aspek Fikih
Kelas: X
Semester: 1
Standar Kompetensi
Memahami
sumber
hukum Islam, hukum
taklifi, dan hikmah
ibadah
Kelas: X
Semester: 2
Memahami
hukum
Islam tentang infak,
zakat, haji, dan wakaf
Kelas: XI
Semester: 1
Memahami
Islam
mu’amalah
hukum
tentang
Kelas: XI
Semester: 2
Memahami ketentuan
hukum Islam tentang
pengurusan jenazah
Memahami khuthbah,
tabligh, dan dakwah
Kelas: XII
Semester: 1
Menjelaskan pengertian isyraf, tabdzir, ghibah,
dan fitnah
Menjelaskan contoh perilaku isyraf, tabdzir,
ghibah, dan fitnah
Menghindari perilaku isyraf, tabdzir, ghibah,
dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi
al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber
hukum Islam
Menjelaskan pengertian, kedudukan, dan fungsi
hukum taklifi dalam hukum Islam
Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah
Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan
sehari-hari
Menjelaskan
perundang-undangan
tentang
pengelolaan infak, zakat, haji, dan wakaf
Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan infak,
zakat, haji, dan wakaf
Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam
Islam
Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam
Islam
Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam
kehidupan sehari-hari
Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah
Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
Menjelaskan pengertian khuthbah, tabligh, dan
dakwah
Menjelaskan tatacara khuthbah, tabligh, dan
dakwah
Memperagakan khuthbah, tabligh, dan dakwah
80
Memahami
hukum
Islam tentang hukum
keluarga
Kelas: XII
Semester: 2
Memahami
hukum
Islam tentang waris
Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan
Menjelaskan hikmah perkawinan
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut
perundang-undangan di Indonesia
Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
Menjelaskan ketentuan hukum waris di
Indonesia
Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris
di Indonesia
5) Aspek Tarikh dan Peradaban Islam
Kelas: X
Semester: 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Memahami
Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah
keteladanan Rasulullah
periode Mekkah
dalam membina umat
Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah
periode Mekkah
Rasulullah periode Mekkah
Kelas: X
Semester: 2
Memahami
Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah
keteladanan Rasulullah
periode Madinah
dalam membina umat
Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah
periode Madinah
Rasulullah periode Madinah
Kelas: XI
Semester: 1
Memahami
Menjelaskan perkembangan Islam pada abad
perkembangan Islam
pertengahan
pada abad pertengahan
Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan
Islam pada abad pertengahan
Kelas: XI
Semester: 2
Memahami
Menjelaskan perkembangan Islam pada abad
perkembangan Islam
modern
pada abad modern
Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan
Islam pada abad modern
Kelas: XII
Semester: 1
Memahami
Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
perkembangan Islam
Menampilkan contoh perkembangan Islam di
di Indonesia
Indonesia
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di
Indonesia
Kelas: XII
81
Semester: 2
Memahami
perkembangan
di dunia
Islam
Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
Memberikan contoh perkembangan Islam di
dunia
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di
dunia
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap SKL yang sudah seharusnya
dimiliki oleh peserta didik pada kelas XII.
Tabel 4.11
SKL yang Telah Dimiliki pada Peserta Didik Kelas XII Semester Ganjil
Berdasarkan
Kelas
Kelas X semester
1
Kelas X semester
2
Kelas XI semester
1
Kelas XI semester
2
Kelas XII semeter
1
Kelas XII semeter
2
SKL yang harus dimiliki
Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an yang
berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah
Aqidah: Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui
pemahaman terhadap sifat dan asmaul husna
Akhlak: Berperilaku husnuzzhan
Fikih: Memahami sumber hukum Islam dan hukum
taklifi
Tarikh: Memahami sejarah Nabi Muhammad pada
periode Mekkah
Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang
demokrasi
Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
malaikat
Tarikh: Memahami sejarah Nabi Muhammad pada
periode Madinah
Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
rasul-rasul Allah
Akhlak: Membiasakan berprilaku taubat dan raja’
Fikih: Menjelaskan hukum muamalah dalam Islam
Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
kitab-kitab Allah
Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
hari akhir
Fikih: Memahami hukum keluarga dalam Islam
Tarikh: Memahami perkembangan Islam di Indonesia
Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
82
qadha’ dan qadar
Akhlak: Meninggalkan perilaku isyraf, tabzir dan fitnah
Tarikh: Memahami perkembangan Islam di dunia
Setelah dilakukan pengamatan, maka peneliti menyimpulkan bahwa SKL yang
mencakup materi lengkap yaitu Al-Qur’an dan hadits, aqidah, akhlak, fikih, dan
tarikh hanya berada pada materi kelas X semester 1, dan hanya materi yang
berkaitan dengan aqidah yang berada pada setiap SKL di setiap kelas. Standar
Kompetensi Lulusan di atas hanya bersifat kognitif dan afektif.
Selanjutnya peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi kognitif yang dimiliki
oleh peserta didik semester 1 adalah seluruh materi yang telah diajarkan dari kelas X
semester 1 sampai kelas XII semester 1, karena seluruh materi yang bersifat kognitif
telah dilakukan tes tertulis yang diberikan oleh guru maupun tes yang dilakukan
serempak, tes itu berupa tugas, latihan, ulangan harian, Ujian Tengah Semester,
Ujian Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas.
Kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik, seharusnya semua
kompetensi yang mencakup materi akhlak dari kelas X semester 1 hingga kelas XII
semester 1, karena materi akhlak telah disampaikan dan diberikan contoh bagaimana
cara berperilaku oleh guru di dalam proses pembelajaran di kelas, tetapi kenyataan
yang telah diamati oleh guru Pendidikan Agama Islam selama di lingkungan
sekolah, masih banyak peserta didik tidak mampu menerapkan kompetensi afektif
yang telah disampaikan di dalam kelas.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam terhadap
peserta didik meliputi penilaian perorangan melalui tugas, ulangan harian, ujian
tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian kenaikan kelas. Selanjutnya
penilaian kelompok melalui tugas membuat karya ilmiah dan mempresentasikannya
di depan kelas, lalu diskusi. Di bawah ini merupakan nilai rata-rata kognitif peserta
didik yang diperoleh berdasarkan nilai raport dari semester 1 hingga semester 4.
Tabel 4.12
Hasil Nilai Kognitif Rata-Rata Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
PESERTA DIDIK
AMA
AMU
ATA
ADN
ARS
ANK
CMY
DKT
Nilai
Kognitif
76
79
76
76
76
76
76
81
83
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
DKW
EFJ
FHN
FRA
HRU
IBD
IRL
KNS
KWW
KNW
MRR
MKT
MND
NNG
NNI
PFZ
RMS
RNS
RAR
SRL
SUT
SDP
WTN
76
83
79
77
76
76
77
79
77
77
77
85
77
82
79
77
77
79
77
80
77
78
76
Selanjutnya penilaian pada saat Ujian Akhir Semester yang dilaksanakan pada
hari senin tanggal 5 Desember 2016. Sebelum melakukan penilaian, maka peneliti
menganalisis terlebih dahulu seluruh butir soal yang diujikan pada Ujian Akhir
Semester.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Butir Soal UAS Kelas XII Semester Ganjil
No
1
Kategori Soal
Berdasarkan SK, KD
Keterangan
1. 5 butir soal pilihan ganda terdapat pada SK KD
kelas X semester ganjil dan genap
2. 2 butir soal essai terdapat pada SK KD kelas X
semester ganjil dan genap
3. 14 butir soal pilihan ganda terdapat pada SK KD
kelas XII semester ganjil
4. 7 butir soal essai terdapat pada SK KD kelas XII
semester ganjil
84
2
Berdasarkan Materi
3
Berdasarkan Tingkat
Kognitif
5. 1 butir soal pilihan ganda, dan 1 butir soal essai
tidak terdapat dalam SK KD dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam
1. 5 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai
termasuk ke dalam materi al-Qur’an dan Hadits
2. 4 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai
termasuk ke dalam materi Aqidah
3. 6 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal essai
termasuk ke dalam materi Fikih
4. 4 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai
termasuk ke dalam materi Tarikh dan Peradaban
Islam
5. 1 butir soal pilihan ganda dan 1 butir soal essai
tidak sesuai dengan materi yang telah ditetapkan
1. Mengingat: 9 butir soal pilihan ganda dan 5 butir
soal essai
2. Memahami: 5 butir soal pilihan ganda dan 5 butir
soal essai
3. Menerapkan: 2 butir soal pilihan ganda
4. Menganalisis: 4 butir soal pilihan ganda
Setelah dilakukan analisis butir soal, maka peneliti menyimpulkan bahwa, dari 20
butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal essai, maka terdapat 2 soal yang tidak
termasuk ke dalam SK KD dan materi yang telah ditentukan berdasarkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, terdapat satu materi yang
tidak terdapat dalam butir soal Pendidikan Agama Islam, yaitu materi Akhlak yang
membahas tentang perilaku adil, ridha, dan amal shalih, sehingga soal tidak
mencapai kompetensi yang seharusnya telah ditetapkan karena tidak ada butir soal
tentang akhlak
Setelah dilakukan analisis butir soal Ujian Akhir Semester Kelas XII semester
ganjil, maka peserta didik mendapatkan hasil nilai murni yang terdapat pada tabel di
bawah ini
Tabel 4.14
Hasil nilai kognitif UAS peserta didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
1
2
3
4
5
PESERTA DIDIK
AMA
AMU
ATA
ADN
ARS
Nilai UAS
Murni
33
63
52
20
36
85
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
ANK
CMY
DKT
DKW
EFJ
FHN
FRA
HRU
IBD
IRL
KNS
KWW
KNW
MRR
MKT
MND
NNG
NNI
PFZ
RMS
RNS
RAR
SRL
SUT
SDP
WTN
53
50
65
50
55
53
59
56
49
54
49
50
30
35
76
44
63
55
58
41
68
65
57
50
69
32
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kognitif Anderson dan
Krathwohl karena teori kognitif ini tidak hanya melakukan proses kognitif saja,
tetapi juga dalam tingkat tertinggi proses kognitif yaitu mencipta, diperlukan
kompetensi kognitif dan kompetensi psikomotorik pada peserta didik, dan pada teori
ini membagi pengetahuan pada empat dimensi pengetahuan.
Apabila dianalisis SK KD, maka kemampuan peserta didik dalam kompetensi
kognitif hanya mencapai tiga tahap terendah sesuai dengan teori kognitif Anderson
dan Krathwohl, yaitu:
86
Tabel 4.15
Kategori Proses Kognitif Anderson dan Krathwohl
Kategori Proses
Mengingat
Memahami
Mengaplikasikan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Proses Kognitif
Mengenali
Mengingat kembali
Menafsirkan
Mencontohkan
mengklasifikasikan
Merangkum
Menyimpulkan
Membandingkan
Menjelaskan
Mengeksekusi
Mengimplementasikan
Membedakan
Mengorganisasi
Mengatribusikan
Memeriksa
Mengkritik
Merumuskan
Merencanakan
Memproduksi
a. Mengingat, contohnya:
1) peserta didik dapat menyebutkan pengertian perilaku husnuzh-zhann
2) Menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa besar
3) Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits,
dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
b. Memahami, contohnya:
1) Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji,
dan wakaf
2) Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
3) Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia
4) Menampilkan contoh-contoh perilaku persatuan dan kerukunan
5) Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
c. Mengaplikasikan
1) Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari
2) Menghindari perilaku isyraf, tabdzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan
sehari-hari
3) Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah
Selanjutnya apabila dianalisis dari soal Ujian Akhir Semester pada kelas XII,
kompetensi kognitif dapat mencapai:
87
a. Mengingat, contoh:
Terdapat pada soal essai dengan pertanyaan: “semua ciptaan Allah Swt yang
lahir di dunia mempunyai hikmah. Menyadari bahwa semua perbuatan
selama di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Sebutkan 4 hikmah beriman kepada hari akhir!”.
b. Memahami, contoh:
Terdapat pada soal essai dengan pertanyaan: “ Islam di Indonesia sangat
berkembang luas di seluruh wilayah Indonesia melalui peran pedagang dan
para wali songo yang berdakwah dengan berbagai car. Jelaskan 4 strategi
dakwah Islam di Indonesia!”
c. Mengaplikasikan, contoh
Terdapat pada soal pilihan ganda dengan pertanyaan
“dengan beriman kepada hari akhir, banyak hikmah yang amat berharga
bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri
untuk kehidupan akhirat. Diantara perilaku yang menunjukkan tanda-tanda
beriman kepada hari akhir adalah...”
A. Selalu berusaha berbuat amal baik
B. Termotivasi untuk selalu bekerja keras
C. Berusaha sungguh-sungguh dan menerima hasilnya
D. Beribadah dan senantiasa berdo’a terus menerus
E. Mengedepankan urusan-urusan yang penting
d. Menganalisis, contoh:
Terdapat pada soal pilihan ganda dengan pertanyaan
“peristiwa luar biasa yang pasti akan terjadi dimana manusia akan
dimatikan, kemudian dihidupkan dan dibangkitkan kembali untuk
mendapatkan perhitungan dan pembalasan amal yang pernah dilakukannya
di dunia. Itulah Hari Akhir. Yang merupakan fase-fase kehidupan akhirat
adalah sebagai berikut...”
A. Yaumul akhir, yaumul qiyamah, kehidupan dan kematian
B. Yaumul ba’as, yaumul mahsyar, yaumul hisab, syurga dan
neraka
C. Alam dunia, alam kubur, alam fana, alam nyata, alam gaib
D. Alam dunia, alam khayalan, alam impian, syurga dan neraka
E. Alam dunia, alam kubur, alam nyata, syurga dan neraka
2. Analisis Penilaian Afektif
Penilaian afektif yang dilakukan oleh guru-guru di SMA Negeri 1
Parungpanjang, bukan berdasarkan perilaku peserta didik di dalam sekolah saja,
tetapi mencakup lingkungan sekolah. Sehingga penilaian afektif tergantung terhadap
bobot poin pelanggaran tata tertib di SMA Negeri 1 Parungpanjang. Bobot poin
pelanggaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
88
Tabel 4.16
Jenis Pelanggaran dan bobot poin di SMA Negeri 1 Parungpanjang
No
Jenis Pelanggaran
I A. Ketertiban
1. Membuat keributan/ kegaduhan dalam kelas pada saat
berlangsung kegiatan belajar
2. Masuk lingkungan sekolah dengan meloncat pagar
3. Keluar dari lingkungan sekolah dengan meloncat pagar
4. Mengotori (mencorat-coret) benda milik sekolah guru, karyawan
atau teman
5. Merusak barang milik sekolah, guru, karyawan atau teman
6. Mengambil (mencuri) barang milik sekolah, guru, karyawan atau
teman
7. Makan dan minum di dalam kelas saat berlangsungnya kegiatan
belajar
8. Membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya
9. Membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan proses belajar
mengajar
10. Bertengkar/ pertentangan dengan teman di lingkungan sekolah
11. Pelanggaran susila/ berpacaran melebihi batas di sekolah
12. Melanggar tata tertib sekolah di lingkungan masyarakat
13. Tidak mengikuti upacara bendera tanpa alasan yang jelas
B. Rokok
1. Membawa rokok ke dalam lingkungan sekolah
2. Merokok/ menghisap rokok di kelas atau di lingkungan sekolah
3. Merokok/ menghisap rokok di sekitar sekolah (ring 2) yaitu
radius 500 meter dari pagar
4. Merokok di luar sekolah (ring 3) yaitu radius lebih dari 500 meter
dari pagar sekolah, dan masih dalam kegiatan belajar mengajar
dan menggunakan seragam sekolah
C. Buku, majalah, CD porno atau kaset terlarang
1. Membawa/ membaca buku, majalah, CD porno atau kaset
terlarang
2. Memperjualbelikan buku, majalah atau kaset terlarang
3. Memperjualbelikan buku, majalah atau kaset terlarang di sekitar
sekolah
D. Senjata
1. Membawa senjata tajam (pisau, celurit, dll)
2. Memperjualbelikan senjata tajam di sekolah
3. Menggunakan senjata tajam untuk mengancam
Bobot Poin
5 Poin
20 Poin
20 Poin
10 Poin
15 Poin
20 Poin
5 Poin
5 Poin
10 Poin
15 Poin
25 Poin
20 Poin
5 Poin
25 Poin
50 Poin
20 Poin
10 Poin
25 Poin
25 Poin
20 Poin
50 Poin
50 Poin
75 Poin
89
4. Menggunakan senjata tajam untuk melukai
E. Obat dan minuman terlarang
1. Membawa obat atau minuman keras (terlarang)
2. Menggunakan obat atau minuman terlarang di dalam lingkungan
sekolah
3. Memperjualbelikan obat atau minuman terlarang di kelas, di
lingkungan dalam atau di sekitar sekolah
4. Menggunakan obat atau minuman terlarang di luar sekolah
F. Perkelahian
1. Melakukan perkelahian antar peserta didik di sekolah atau di
sekitar sekolah
2. Perkelahian yang disebabkan oleh sekolah lain/ antar sekolah
3. Perkelahian antara peserta didik dengan menggunakan senjata
tajam
G. Pelanggaran terhadap kepala sekolah, guru, dan karyawan
1. Disertai ancaman
2. Disertai pemukulan atau tindak kekerasan lainnya
3. Melakukan pencemaran nama baik
H. Alat Komunikasi (HP)
1. Mengaktifkan/ mengadakan komunikasi pada saat mengikuti
pelajaran
2. Membawa HP memuat situs gambar yang tergolong pornografi
atau pornoaksi
3. Membawa/ menggunakan/ mengaktifkan rodio/earphone saat
mengikuti kegiatan belajar
4. Mencontek dengan menggunakan HP dalam ulangan/ ujian
II Kerajinan
1. Terlambat hadir/ terlambat masuk kelas tanpa alasan yang jelas
2. Ijin keluar kelas saat proses belajar berlangsung dan tidak
kembali
3. Pulang tanpa izin
4. Peserta didik berada di luar kelas pada saat kegiatan belajar
berlangsung tanpa izin
5. Alpha (tanpa keterangan)
6. Tidak mengikuti kegiatan belajar (membolos) tetapi ada di
sekolah
7. Memalsukan tanda tangan orang tua pada surat izin atau surat
keterangan
III Kerapihan
A. Pakaian
100 Poin
75 Poin
75 Poin
100 Poin
50 Poin
50 Poin
40 Poin
100 Poin
75 Poin
100 Poin
50 Poin
10 Poin
50 Poin
10 Poin
10 Poin
2 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
10 Poin
10 Poin
90
1. Memakai seragam tidak rapi/ tidak dimasukkan
2. Peserta didik putri memakai seragam yang ketat atau rok di atas
lutut
3. Tidak memakai perlengkapan upacara bendera (topi)
4. Salah memakai baju seragam, rok atau celana
5. Salah atau tidak memakai ikat pinggang
6. Tidak memakai sepatu (tidak sesuai ketentuan)
7. Tidak memakai kaos kaki
8. Salah/ tidak memakai kaos dalam
9. Memakai topi yang bukan topi sekolah di lingkungan sekolah
10. Peserta didik putri memakai perhiasan berlebihan
11. Peserta didik putra memakai perhiasan atau aksesoris (kalung,
gelang, anting-anting, dll)
12. Tidak memakai papan nama pada baju yang dipakai
13. Mengenakan jaket/ sweater tanpa alasan yang jelas di kelas
B. Rambut
1. Panjang melampaui batas ketentuan (telinga, alis, dan kerah baju)
bagi peserta didik putra
2. Dipotong/ dicukur/ dengan model tidak lazim
3. Dicat warna-warni
2 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
5 Poin
25 Poin
25 Poin
25 Poin
Setelah dilakukan pengamatan di sekolah ini, ternyata rata-rata peserta didik
lebih banyak melanggar dalam hal kerajinan yaitu terlambat datang ke sekolah dan
tidak masuk kesekolah tanpa keterangan, sedangkan dalam hal kerapihan masih
banyak peserta didik yang tidak memasukan bajunya atau tidak rapi dalam memakai
seragam sekolah, khususnya peserta didik putra. Peserta didik yang diamati oleh
peneliti di kelas XII IPS 2 semester gasal atau semester 5, mempunyai sisa bobot
poin sebagai berikut:
Tabel 4.17
Analisis penilaian afektif peserta didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
PESERTA DIDIK
SISA POIN
AMA
AMU
ATA
ADN
ARS
ANK
CMY
DKT
24 Poin
96 Poin
64 Poin
47 Poin
61 Poin
60 Poin
82 Poin
95 Poin
NILAI
AFEKTIF
C
A
B
C
B
B
A
A
91
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
DKW
EFJ
FHN
FRA
HRU
IBD
IRL
KNS
KWW
KNW
MRR
MKT
MND
NNG
NNI
PFZ
RMS
RNS
RAR
SRL
SUT
SDP
WTN
21 Poin
98 Poin
100 Poin
43 Poin
44 Poin
93 Poin
66 Poin
100 Poin
70 Poin
100 Poin
74 Poin
93 Poin
56 Poin
100 Poin
80 Poin
90 Poin
98 Poin
98 Poin
85 Poin
100 Poin
95 Poin
88 Poin
54 Poin
C
A
A
C
C
A
B
A
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
Keterangan Penilaian :
100-75 sisa poin : A
74-50 sisa poin : B
49-0 sisa poin
:C
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Krathwohl karena peserta didik
dalam mencapai tahap tertinggi tidak hanya menerima atau melihat informasi yang
diberikan pada proses pembelajaran saja, tetapi juga diperlukan peran aktif peserta
didik seperti dalam memberi tanggapan, penilaian, dan mengelola sehingga akan
terbentuk karakter pribadi yang mandiri dalam memberikan pendapat, bersikap dan
berperilaku, adapun kategorisasi dalam teori afektif yang dimiliki oleh Krathwohl
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18
Kategorisasi Proses Afektif Krathwohl
Kategori Proses
Penerimaan
Menanyakan,
Proses Afektif
memilih, mendeskripsikan,
mengikuti,
92
Pemberian
tanggapan
Penilaian
pengorganisasian
Internalisasi
memberikan, memegang, mengidentifikasi, meletakkan,
memberi nama, menunjuk, mendudukkan, menegakkan,
menggunakan
Menjawab,
menolong,
membantu,
menyesuaikan,
mengkonfirmasi, mendiskusikan, menyapa, membuat label,
melakukan, mempraktikkan, menyajikan, membaca,
mendeklamasikan, melaporkan, memilih, mengatakan,
menulis
Menyelesaikan,
mendemonstrasikan,
membedakan,
menjelaskan,
mengikuti,
membentuk,
memulai,
mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan,
menyimak, melaporkan, memilih, membagi, mengkaji
Melekat,
mengubah,
menyusun,
menggabungkan,
membandingkan, mempertahankan, membela, menjelaskan,
merumuskan,
menggeneralisasi,
mengidentifikasi,
menggabungkan,
memodifikasi,
memerintah,
mengorganisasi,
mempersiapkan,
menghubungkan,
mensintesis
Menindaki,
memberi
perlakuan,
memperbedakan,
mempertunjukkan,
memengaruhi,
mendengarkan,
memodifikasi,
mengusulkan,
memenuhi
syarat,
mempertenyakan, merevisi, melayani, memecahkan
persoalan, memverifikasi
(Sumber: Yaumi, 2013: 95)
Dalam penilaian afektif ini, peneliti menggunakan teori afektif yang
dikemukakan oleh Krathwohl, sehingga terdapat beberapa tahapan afektif yang
dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang
didapat selama proses pembelajaran berlangsung:
a) Receiving atau kepekaan: beberapa peserta didik langsung masuk ke
kelas ketika melihat gurunya datang, dan hanya ada satu orang peserta
didik yang tanggap dan membuang sampah ketika melihat ada sampah
yang berserakan di kelas tersebut
b) Responding atau memberikan tanggapan: banyak dari peserta didik yang
aktif menjawab ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi ada
sebagian pula yang pasif
c) Valuing atau penilaian: peserta didik banyak yang mau menjawab
pertanyaan dari guru karena akan mendapatkan nilai tambahan
Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan nilai afektif yang dimiliki peserta didik
pada kelas ini baik, karena hanya 5 orang dari 31 orang peserta didik yang
mendapatkan nilai afektif C, dan masih terdapat beberapa peserta didik yang
mempunyai sisa poin di bawah 50, oleh karena itu pada sekolah ini diadakan
kegiatan pengembangan diri berupa konsultasi dengan guru Bimbingan Konseling
93
atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah guna
mendisiplinkan dan membina karakter peserta didik.
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di bawah bimbingan konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri di SMAN 1 Parungpanjang dilakukan melalui
kegiatan: Pelayanan konseling (wajib diikuti oleh semua peserta didik) Kegiatan
yang dilakukan dalam bidang ini antara lain: Pengembangan karir peserta didik,
Konsultasi masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, Bimbingan belajar,
Bimbingan budi pekerti. Ekstrakurikuler (pilihan), meliputi: Rohis, Paskibra, Pencak
Silat, Futsal, Basket, Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kesenian Sunda, KIR,
English Club, Seni Tari, Sinematografi.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan
pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti halnya pada
mata pelajaran. Peneliti melakukan observasi dengan mengamati perilaku peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung. Mulai dari respon peserta didik
ketika melihat guru masuk ke kelas, sampai kepada guru mengakhiri pertemuannya
Analisis selanjutnya dengan wawancara kepada peserta didik mengenai perilaku
mereka sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang mencakup materi akhlak,
yaitu: berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan
perilaku tercela seperti berlebih-lebihan, menggunakan harta tidak sesuai dengan
keperluannya, dan fitnah. Pertanyaan ditanyakan kepada peserta didik tiga yang
mempunyai nilai kognitif yang tinggi, sedang, dan rendah
Berikut ini merupakan pertanyaan yang ditanyakan kepada mereka:
a. Apabila anda melihat teman dengan gerak-gerik yang mencurigakan apa
yang akan anda lakukan? (Husnuzzhan)
1) NNG: mengawasi dan memperhatikan tanpa menjudge langsung
kepada teman
2) AMU: cukup tau saja
3) ANK: bertanya langsung kepada teman itu
b. Apa yang akan anda lakukan jika merasa mempunyai dosa? (Taubat dan
raja’)
1) NNG: memperbaiki, membersihkan diri, bertaubat agar terhindar
dari kemurkaan Allah dan tidak akan mengulanginya kembali
2) AMU: Bertaubat tetapi menunggu sampai hati sudah siap
3) ANK: berdoa dan mohon ampun kepada Allah
c. Apakah uang saku yang anda terima setiap hari langsung habis dalam
sehari? (Isyrof)
1) NNG: selalu menyisakan, karena tidak pernah jajan
2) AMU: tergantung kebutuhan, terkadang menyisakan terkadang tidak
3) ANK: selalu menyisakan
d. Apabila anda menerima beasiswa untuk sekolah, akan anda gunakan untuk
apa? (tabzir)
1) NNG: digunakan untuk biaya sekolah dan melanjutkan ke sekolah
yang lebih tinggi lagi
94
2) AMU: dipakai untuk biaya sekolah
3) ANK: diberikan untuk membantu adik-adik
Setelah mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perilaku yang mereka miliki,
maka peneliti melakukan konfirmasi kepada guru dan teman terdekat mereka, maka
hasil yang didapat bahwa beberapa perilaku yang dimiliki peserta didik tidak sesuai
dengan materi yang telah diajarkan dan diberikan contoh, sehingga kompetensi
afektif yang dimiliki oleh peserta didik cukup baik, karena tidak semua materi yang
disampaikan dapat mengubah perilaku peserta didik.
Kesimpulan dari analisis tersebut, ternyata ada beberapa siswa yang kurang tepat
menyikapi setiap keadaan, sehingga perilaku baik tidak cukup hanya diterangkan di
materi PAI saja tetapi juga harus diberikan contoh dan arahan hingga peserta didik
tersebut dapat menyikapi suatu keadaan dengan tepat.
Bila dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu, maka
terdapat perbedaan dalam penilaian afektif peserta didik, pada penelitian yang
memakai kurikulum 2013 penilaian tersebut harus sesuai dengan penilaian sikap
yang telah ditetapkan, yaitu berdasarkan minat, sikap diri, sikap spiritual, disiplin,
tanggung jawab, toleransi dan gotong-royong, sedangkan penilaian afektif pada
penelitian ini belum terdapat pada standar karena masih menggunakan KTSP,
sehingga penilaian sikap afektif sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang telah
ditentukan oleh masing-masing sekolah.
3. Analisis Penilaian Psikomotorik
Penilaian psikomotorik yang dilakukan oleh guru Pendidik Agama Islam
biasanya dilakukan pada saat ujian praktek kelas 12 semester akhir. Penilaian
psikomotorik mencakup tilawah, hafalah surat, dan praktik ibadah. Berikut ini
merupakan contoh penilaian psikomotor yang akan dihadapi oleh siswa kelas 12
pada saat ujian praktik.
Tabel 4.19
Materi ujian praktik Pendidikan Agama Islam bagi kelas XII
NO
1
2
3
4
MATERI UJIAN
Praktik Ibadah
Shalat wajib
Shalat dhuha
Shalat jenazah
Dzikir setelah shalat
Tilawah
Qs. Ali Imran 133-140
Qs. An-Nisa 122-127
Hafalan surat pilihan
Qs. Al-Insyirah
Qs. Ad-Dhuha
Qs. Al-Ghasiyah
KOMPONEN PENILAIAN
Bacaan
Tatacara
Adab
Tajwid
Makhraj
Adab
Tajwid
Makhraj
Adab
RATARATA
95
Qs. Al-A’la
Qs. Al-Baqarah 1-5
Qs. Al-Baqarah 255
Adapun penilaian psikomotorik yang dilakukan setiap semester hanya ketika ada
materi tentang ayat-ayat al-Qur’an, sehingga guru mengetahui peserta didik yang
mampu membaca al-Qur’an dan yang kurang mampu. Bagi peserta didik yang
masih buta huruf al-Qur’an biasanya guru pendidikan agama Islam memberikan
materi tambahan di luar jam mata pelajaran, yaitu materi baca tulis al-Qur’an, tetapi
kendalanya motivasi peserta didik yang masih rendah sehingga tidak banyak yang
mau mengikuti materi tambahan tersebut. Berikut ini merupakan penilaian guru
terhadap peserta didik mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an pada kelas XII
IPS 2.
Tabel 4.20
Hasil Penilaian Psikomotorik Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik kelas XII di
SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN
PESERTA DIDIK
BAIK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
AMA
AMU
ATA
ADN
ARS
ANK
CMY
DKT
DKW
EFJ
FHN
FRA
HRU
IBD
IRL
KNS
KWW
KNW
MRR
MKT
MND
CUKUP
KURANG
BUTA
HURUF
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
96
√
22 NNG
NNI
23
√
24 PFZ
√
25 RMS
√
26 RNS
√
RAR
27
√
28 SRL
√
29 SUT
√
30 SDP
√
√
31 WTN
Keterangan penilaian:
Buta huruf
: tidak mengenal huruf al-Qur’an dan tidak memahami ilmu tajwid
Kurang
: < 35
: tidak lancar dan tidak memahami ilmu tajwid
Cukup
: 36-70
: lancar dan tidak memahami ilmu tajwid
Baik
: 71-100
: lancar dan memahami ilmu tajwid
Penilaian psikomotorik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori
yang dimiliki oleh Bloom, karena pada teori ini dapat melibatkan ke dalam aspek
kognitif, sehingga peserta didik harus mengingat, dan memahami konsep agar
mampu membantu mengembangkan kemampuan pada kompetensi psikomotorik
ini, adapun kategorisasi dalam teori psikomotorik Bloom adalah:
Tabel 4.21
Kategori proses psikomotorik Bloom
Kategori Proses
Persepsi
Kesiapan
Respon Terbimbing
Respon Biasa
Respon yang Kompleks
Proses Psikomotorik
Memilih, mendeskripsikan, mendeteksi, membedakan,
mengidentifikasi,
mengisolasi,
menghubungkan,
menyeleksi
Memulai, menampilkan, menjelaskan, berpindah,
bergerak, meneruskan, bereaksi, menunjukkan,
menyatakan, memegang
Menyalin, menelusuri, mengikuti, memberi reaksi,
memproduksi kembali, merespons
Merakit,
menyesuaikan,
mengkonstruksi,
membongkar,
memamerkan,
mengikatkan,
memperbaiki,
menggiling,
memanaskan,
memanipulasi, mengukur, membetulkan, mencampur,
mengelola, membuat sketsa
Merakit,
menyesuaikan,
mengkonstruksi,
membongkar,
memamerkan,
mengikatkan,
memperbaiki,
menggiling,
memanaskan,
97
Adaptasi
Organisasi
memanipulasi, mengukur, membetulkan, mencampur,
mengelola, membuat sketsa dengan lebih cepat, lebih
baik, dan lebih akurat daripada respon biasa
Menyesuaikan, mengubah, bertukar, menata kembali,
mereorganisasi, merevisi, bervariasi
Menyusun, membangun, menggabungkan, mengarang,
mengembangkan,
menciptakan,
mendesain,
menginisiasi, membuat
(Sumber: Yaumi, 2013: 100)
Setelah melakukan analisis terhadap aspek psikomotorik, ternyata penilaian pada
aspek ini hanya dilakukan pada akhir semester saja. Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa dari 31 orang peserta didik, terdapat 6 peserta didik yang
mendapatkan nilai baik, 10 peserta didik mendapatkan nilai cukup, 6 peserta didik
mendapat nilai kurang, dan 9 peserta didik tidak mengenal huruf al-Qur’an. Apabila
dilihat dari standar kompetensi lulusan, aspek psikomotorik tidak tercantum dalam
salah satu dari kelima materi tersebut. Aspek psikomotorik juga tidak diminta
dalam penilaian hasil belajar peserta didik, meskipun di dalam SK KD terdapat tata
cara mengurus jenazah, tabligh, khutbah, dan dakwah. Analisis penilaian
psikomotorik di atas dapat dikatakan kurang, karena masih banyaknya peserta didik
yang tidak dapat membaca dan buta huruf Al-Qur’an.
Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam telah berusaha untuk memberikan
pelajaran tambahan kepada peserta didik yang kurang dan buta huruf dalam
membaca al-Qur’an, salah satu kegiatannya dengan mengadakan kegiatan Baca
Tulis al-Qur’an (BTQ) yang dilakukan setiap satu minggu sekali, agar peserta didik
dapat mengenal huruf dalam al-Qur’an.
4. Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Peserta Didik
Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotorik. Apabila peserta didik mempunyai nilai kognitif yang
tinggi, maka akan berpengaruh terhadap kemampuan afektif dan psikomotoriknya.
Berikut ini merupakan tabel analisis peserta didik dimulai dari yang mempunyai
nilai kognitif tertinggi hingga nilai kognitif yang terendah.
Tabel 4.22
Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NAMA PESERTA
DIDIK
MKT
EFJ
NNG
DKT
SRL
AMU
KOGNITIF
85
83
82
81
80
79
KOMPETENSI
AFEKTIF
PSIKOMOTORIK
A
B
A
B
A
Buta Huruf
A
B
A
C
A
B
98
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
FHN
KNS
NNI
RNS
SDP
FRA
IRL
KWW
KNW
MRR
MND
PFZ
RMS
RAR
SUT
AMA
ATA
ADN
ARS
ANK
CMY
DKW
HRU
IBD
WTN
79
79
79
79
78
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
76
76
76
76
76
76
76
76
76
76
A
A
A
A
A
C
B
B
A
B
B
A
A
A
A
C
B
C
C
C
A
C
C
A
B
C
C
C
B
C
Buta Huruf
K
Buta Huruf
Buta Huruf
Buta Huruf
K
C
C
K
C
Buta Huruf
K
Buta Huruf
K
C
K
Buta Huruf
B
C
Buta Huruf
Apabila dilihat dari tabel di atas dapat dibagi menjadi:
a) peserta didik yang mendapatkan nilai 76 atau pas KKM terdapat 10 orang
b) peserta didik yang mendapatkan nilai 77 terdapat 10 orang
c) peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 77 terdapat 11 orang
a) analisis peserta didik yang mendapatkan nilai 76
1) mendapatkan nilai afektif
A : 2 orang
B : 2 orang
C : 6 orang
2) Mendapatkan nilai psikomotorik
B : 1 orang
C : 2 orang
K : 3 orang
Buta Huruf: 4 orang
99
b) Analisis peserta didik yang mendapatkan nilai 77
1) Mendapatkan nilai afektif
A : 4 orang
B : 4 orang
C : 2 orang
2) Mendapatkan nilai psikomotorik
B:C : 3 orang
K : 3 orang
Buta Huruf: 4 orang
c) Analisis peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 77
1) Mendapatkan nilai afektif
A : 11 orang
B:C:2) Mendapatkan nilai psikomotorik
B : 5 orang
C : 5 orang
K:Buta Huruf: 1 orang
Jika dilihat dari analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, pada peserta
didik yang mendapatkan nilai di atas 77 terdapat 1 orang peserta didik yang buta
huruf pada nilai psikomotoriknya dan penilaian afektif mereka semua mendapatkan
nilai tinggi. Pada siswa yang bernilai 77 ternyata tidak terdapat satu pun dari
mereka yang mendapatkan nilai psikomotorik yang baik dan hanya 2 orang peserta
didik yang mendapatkan nilai afektif yang kurang. Pada siswa yang bernilai 76
hanya terdapat 1 orang peserta didik yang mendapatkan nilai psikomotorik baik dan
6 dari 10 orang peserta didik yang mendapatkan nilai afektif yang baik kurang.
Dalam penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa kompetensi kognitif yang
dimiliki peserta didik dinyatakan cukup baik, karena sebagian peserta didik hanya
mampu mencapai KKM.
Kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik di kelas ini dikatakan baik,
karena hanya 5 orang dari 31 orang peserta didik yang mendapatkan nilai kurang.
Kompetensi psikomotorik peserta didik dinyatakan oleh peneliti kurang baik
karena masih tedapat 6 orang peserta didik yang kurang mampu membaca AlQur’an dan 9 orang peserta didik yang buta huruf Al-Qur’an.
C. Persfektif Penulis Tentang Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang
Setelah dilakukan analisis terhadap penelitian yang berkaitan dengan kompetensi
peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal yang harus
dipertahankan dalam proses pembelajaran ini, adalah: guru Pendidikan Agama Islam
hendaknya selalu berupaya mengajarkan peserta didik yang tidak mampu dan buta
huruf dalam membaca al-Qur’an pada kegiatan tambahan yaitu Baca Tulis al-Qur’an
(BTQ), selanjutnya dalam penilaian sikap afektif yang dilakukan oleh guru tidak hanya
pada saat proses pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi juga penilaian yang dilakukan
100
di lingkungan sekolah, dan dilakukan pula konseling pribadi pada setiap peserta didik
yang menghadapi masalah untuk dicarikan solusinya, sehingga peserta didik
mendapatkan nilai yang baik pada penilaian afektif.
Adapun kekurangan yang dilihat dari proses penelitian ini adalah, peserta didik
merasa bosan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang hanya menggunakan
metode ceramah saja, sehingga guru harus lebih kreatif dalam menggunakan metode
pembelajaran di kelas agar lebih terasa mudah dan menyenangkan.
Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
lebih banyak membahas tentang kompetensi kognitif dan afektif saja, maka baiknya
Standar Kompetensi Lulusan harus mencantumkan kompetensi psikomotorik peserta
didik agar peserta didik dapat melaksanakan ibadah-ibadah dengan baik sesuai dengan
ajaran yang terdapat pada al-Qur’an dan Hadits.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa,
Kompetensi hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang
terbagi menjadi tiga aspek yakni, kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
ketiga kompetensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kompetensi kognitif peserta didik hanya mampu mencapai tingkat tiga dari enam
tingkatan kognitif Anderson dan Krathwohl. Tingkatan yang dapat dimiliki
peserta didik yaitu (1) mengingat dengan kemampuan peserta didik yang dapat
menyebutkan kembali pengertian perilaku husnuz-zhann, (2) memahami dengan
kemampuan untuk menjelaskan perkembangan Islam di dunia, dan (3)
mengaplikasikan dengan kemampuan peserta didik dalam menerapkan transaksi
ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kompetensi afektif peserta didik selama di kelas didapatkan hasil bahwa peserta
didik mampu mencapai tiga tingkatan afektif terendah, yaitu tingkatan receiving
dengan melihat beberapa peserta didik yang langsung masuk kelas apabila
melihat gurunya memasuki kelas dan beberapa peserta didik ada yang mengambil
sampah yang berserakan di kelas, responding dengan melihat peserta didik aktif
menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelas, dan tahap valuing
dengan perilaku peserta didik yang ingin menjawab karena akan mendapatkan
poin tambahan yang diberikan oleh guru. Adapun perilaku negatif yang teramati
selama penelitian, peserta didik banyak yang kurang disiplin waktu, kerapihan
pakaian, dan motivasi belajar yang kurang.
3. Kompetensi psikomotorik peserta didik yang dilakukan pada penelitian ini,
peneliti mengambil data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca AlQur’an, penilaian kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dilakukan
pada awal materi tentang Al-Qur’an, dan hasil dari data tersebut menyatakan
bahwa sebagian besar peserta didik kurang mampu membaca Al-Qur’an, dan
beberapa di antara meraka masih ada yang buta dengan huruf Al-Qur’an.
4. kompetensi kognitif yang dimiliki peserta didik dinyatakan cukup baik, karena
sebagian peserta didik hanya mampu mencapai KKM. Kompetensi afektif yang
dimiliki oleh peserta didik di kelas ini dikatakan baik, karena hanya 5 orang dari
31 orang peserta didik yang mendapatkan nilai kurang. Kompetensi psikomotorik
peserta didik dinyatakan oleh peneliti kurang baik karena masih tedapat 6 orang
peserta didik yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dan 9 orang peserta didik
yang buta huruf Al-Qur’an.
B. Saran
Berdasarkan data dan analisis tentang kompetensi peserta didik dalam pendidikan
agama Islam, maka ada beberapa saran yang diberikan kepada pihak-pihak terkait:
1. Kepala sekolah
Kepala Sekolah harus menjalankan supervisi secara berkesinambungan,
sehingga kualitas pembelajaran menjadi baik.
101
102
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran, yaitu: penggunaan
metode yang beragam, memotivasi peserta didik, penilaian otentik, dan kreatif
inovatif.
3. Orang tua
Orang tua hendaknya mendampingi dan memotivasi anaknya untuk belajar
mandiri di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya
Anderson, D. W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman
Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan
Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Dahar, Ratna Willis. 1996. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh, & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan (munandir, terj.). Jakarta:
Rajagrafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
_______. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang, & Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama
Hasanuddin. 2012. Pengembangan Metode Pembelajaran Quantum PAI di SMAN 3
Pekalongan. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga
Junaidi. 2011. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI. Kementerian Agama Republik
Indonesia
Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Ihsan
Kemenristek Dikti. 2015. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. http://kknikemenristekdikti.org/ (Diakses pada 03/10/2016)
Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun. Jakarta: Rineka
Cipta
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Le, C., Wolfe, R., & Steinberg, A. 2014. Competency Education Research Series The Past
and The Promise: Today’s Competency Education Movement. http://eric.ed.gov/
(diakses pada 20/9/2016)
Majid, Abdul. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoretis, Filosofis dan Aplikatif,
Normatif. Jakarta: Bumi Aksara
103
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudlofir, Ali. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Muhaimin. 2012. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja
Rosdakarya
_______. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mursi, Muhammad Munir. 1977. al-Tarbiyyah al-Islamiyyah Ushûluhâ wa Thatwaruhâ fî
al-bilâdi dâr al-Arabiyyah. Kairo: Dar al-Ma’arif
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan & Sumber Belajar
Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
_______. 2015. Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2013. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
_______. 2009. Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
_______. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
_______. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Nawawi, Mukhshon. 2009. Penilaian Kompetensi Bahasa Arab Berbasis Kelas di
Madrasah. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE
Piskulich, C. M., & Peat, B. 2014. Assessment of Universal Competencies Under the 2009
Standards. Journal of Public Affairs Education Vol. 20, No. 3, 2014. Diakses dari
http://www.jstor.org/stable/24369804
Rachmawati, Tutik & Daryanto. 2016. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media
Rahman, Abdul. Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistemologi
dan Isi Materi. http://www.karyailmiah.polnes.ac.id (Diakses pada
03/10/2016)
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
_______. 2015. Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia
Remiswal & Rezki Amelia. 2013. Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam
Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
104
_______. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi, dan
Aksi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks
Strinati, Dominic. 2007. Budaya Populer: Pengantar Menuju Budaya Populer.
Yogyakarta: Jejak
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharto, Toto. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: ar-Ruzz Media
Sukmadinata, Nana Syaodih, Erliana Syaodih. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Jakarta: Refika Aditama
_______. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukring. 2013. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sulthani, Dinil Abrar. 2015. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Islam al-Azhar 1. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV. Andi
Offset
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
_______. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
_______. 2014. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada Press
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Zainal, Veithzal Rivai. 2013. Islamic Education Management. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2000. SQ - Spiritual Intelligence, the ultimate intelligence.
http:// www.resource-arm.net/ (Diakses pada 03/10/2016)
105
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
107
Kunjungan dari MUI Kabupaten Bogor
Kegiatan Tadarus Setiap Hari Jum’at
108
Kegiatan Proses Pembelajaran di Kelas
Kegiatan UAS Semester Ganjil
109
Wawancara Dengan Peserta Didik
110
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Drs. Windu Sarwono, M.Pd
Tanggal wawancara
: 13-12-2016
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru? Memantau kegiatan guru dengan melakukan supervisi akademik yang dilakukan
selama satu kali persemeter, dan supervisi klinis bagi guru yang membutuhkannya.
2. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh guru di sekolah ini? Prestasi yang diraih oleh
bapak Windu Sarwono dalam perlombaan Best Practice National, meraih juara 3.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang motivasi mengajar guru di sekolah ini?
Motivasi guru cukup baik.
4. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam memberikan pengarahan kepada guru
untuk memajukan sekolah? Beberapa guru ada yang langsung pulang setelah mengajar,
tanpa ada sosialisasi dengan peserta didik karena faktor kendaraan.
5. Upaya apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk meningkatkan kompetensi guru di
sekolah? IHT (In House Training), MGMP, kunjungan ke sekolah yang lebih baik,
program On In.
6. Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru di sekolah? Dengan mengundang
peserta didik dari SMP dan Madrasah Negeri maupun swasta untuk mengikuti try out di
SMA, lalu hasil yang terbaik bisa mendapatkan keringan biaya di sekolah.
7. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap perilaku peserta didik saat ini? Motivasi
peserta didik untuk belajar masih sangat rendah, dan beberapa peserta didik ada yang
berprilaku menyimpang.
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menangani peserta didik yang kurang disiplin?
Diberikan arahan, diajak diskusi, apabila tidak ada perubahan maka mendapat surat
panggilan orang tua.
9. Program apa saja yang telah dikembangkan dan diterapkan disekolah ini guna membina
karakter dan mendisiplinkan peserta didik? Program tadarus yang diadakan setiap
jum’at dan ekstrakulikuler.
10. Apa saja rencana Bapak/Ibu kedepan untuk lebih mendisiplinkan peserta didik? Agar
diberikan sangsi yang tegas kepada peserta didik.
111
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nama Guru PAI
Tanggal Wawancara
: Abdul Haliem, M.Pd.I
: 28-11-2016
1.
Menurut Bapak/Ibu apakah standar kompetensi lulusan pada pendidikan agama
Islam sudah memberikan kontribusi yang signifikan guna menhadapi kenakalan
remaja yang terjadi saat ini? Belum memenuhi kebutuhan siswa yang sesuai
perkembangan sikap, terlalu konseptual, kurang aplikatif, seharusnya dalam materi
al-Qur’an lebih tepat jika membahas tentang ayat-ayat berbakti kepada orang tua
dibanding dengan demokrasi.
2.
Menurut Bapak/Ibu apakah manfaat RPP dalam proses pelaksanaan pengajaran
pendidikan agama Islam di sekolah? RPP seperti skenario dalam kurikulum, secara
teori RPP bisa jadi bagus tetapi dalam aplikasi bisa jadi tidak sejalan. Karena yang
menentukan proses pembelajaran berjalan dengan baik adalah guru, RPP hanya
sebatas alat bantu pelajaran atau arah pembelajaran.
3.
Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran pendidikan
agama Islam untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Metode yang
digunakan tidak terlalu banyak improvisasi. Pendekatannya dengan cara
memberikan anak pertanyaan untuk dijawab dan menggunakan infocus apabila ada
yang perlu ditayangkan.
4.
Media apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran
pendidikan agama Islam? Selain buku paket PAI, menggunakan Infocus apabila
ada yang perlu ditayangkan
5.
Menurut Bapak/Ibu bagaimana motivasi belajar peserta didik khususnya dalam
proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Kembali kepada latar
belakang ekonomi yang masih sangat rendah sehingga sebagian besar belum
menyadari arti pentingnya pendidikan.
6.
Bagaimana peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah? Masih harus diberikan motivasi, masih banyak yang pasif,
walaupun sebagian punya potensi yang bagus.
7.
Bagaimana proses penilaian kognitif pada peserta didik? Penilaian Kognitif
dilakukakn ulangan harian setiap selesai Kompetensi Dasar, UTS pada tengah
Semester, UAS setiap 6 bulan sekali atau akhir semester.
8.
Bagaimana proses penilaian afektif pada peserta didik? Proses penilaian afektif
dilakukan catatan pengamatan yang menonjol di kelas atau di luar kelas sesuai
dengan tata tertib sekolah.
112
9.
Bagaimana proses penilaian psikomotorik pada peserta didik? Ujian Praktik yang
biasanya diadakan di akhir semester VI kelas XII.
10. Apa saja kesulitan atau kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah? Tingginya buta huruf al-Qur’an, ketertarikan
untuk belajar al-Qur’an masih rendah, 10%-20% peserta didik yang melaksanakan
sholat jama’ah di sekolah dengan alasan pakaian kotor, sarana ibadah yang
terbatas, dan sulitnya untuk mendapatkan air bersih untuk berwudhu.
11. Upaya apa yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk menghadapi peserta didik
yang buta huruf dalam membaca al-Qur’an? Upaya yang dilakukan dengan cara
mendata peserta didik yang kurang dan buta huruf dalam membaca al-Qur’an dan
memberikan kegiatan tambahan yaitu Baca Tulis al-Qur’an, atau bisa juga
dilakukan pengajaran di kelas apabila materi Pendidikan Agama Islam telah selesai
dan memiliki waktu yang senggang
12. Bagaimana hasil pencapaian belajar peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam? Pencapaian hasil belajar peserta didik masih rendah karena dilatar
belakangi motivasi yang rendah pula.
13. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan evaluasi terhadap peserta didik? Dilakukan
secara rutin setiap selesai perKD, apabila ada 75% di bawah KKM maka dilakukan
remedial, 50% di bawah KKM diberikan penugasan, dan apabila hanya 1 atau 2
peserta didik maka diberikan layanan individual.
14. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam menghadapi kendala yang terjadi selama
proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Solusinya dengan cara
diadakan kegiatan ekstrakulikuler, bimbingan belajar.
15. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana karakteristik peserta didik di sekolah? Sebenarnya
masih punya peluang besar untuk membentuk karakter peserta didik. Masih
banyak peserta didik yang kurang kesadaran beragama, kurang kesadaran menutup
aurat, hubungan antara peserta didik laki-laki dan perempuan relatif longgar karena
terbiasa berpegangan dan naik kendaraan berdua.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menghadapi peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? Dengan cara pendekatan
personal memberikan motivasi bagaimana pentingnya belajar.
113
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nama Guru PAI
Tanggal Wawancara
: Lisyanah, S.Ag
: 28-11-2016
1. Menurut Bapak/Ibu apakah standar kompetensi lulusan pada pendidikan agama Islam
sudah memberikan kontribusi yang signifikan guna menhadapi kenakalan remaja yang
terjadi saat ini? Sudah memberikan kontibusi yang signifikan walaupun dalam jangka
panjang.
2. Menurut Bapak/Ibu apakah manfaat RPP dalam proses pelaksanaan pengajaran
pendidikan agama Islam di sekolah? Sebagai arahan dan tujuan dalam proses
pembelajaran di kelas.
3. Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Metode ceramah, diskusi,
bermain peran seperti malaksanakan jual beli, dan penanyangan video apabila
diperlukan.
4. Media apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran pendidikan
agama Islam? Media yang digunakan dalam pembelajaran Buku paket, al-Qur’an, dan
infocus.
5. Menurut Bapak/Ibu bagaimana motivasi belajar peserta didik khususnya dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Motivasi belajar peserta didik masih
relatif rendah.
6. Bagaimana peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah? Beberapa peserta didik sangat aktif dalam metode diskusi.
7. Bagaimana proses penilaian kognitif pada peserta didik? Penilaian kognitif dilakukan
pada saat diskusi, tugas individu, ulangan harian, UTS, dan UAS.
8. Bagaimana proses penilaian afektif pada peserta didik? Dinilai berdasarkan sikap yang
dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas selama berada di lingkungan sekolah.
9. Bagaimana proses penilaian psikomotorik pada peserta didik? Proses penilaian
psikomotorik biasanya dipakai pada saat ujian praktik akhir, tetapi juga bisa digunakan
penilaian membaca al-Qur’an dalam materi al-Qur’an.
114
10. Apa saja kesulitan atau kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah? Kendala yang dihadapi yaitu kemampuan anak yang berbedabeda, dan media yang terbatas.
11. Upaya apa yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk menghadapi peserta didik yang
buta huruf dalam membaca al-Qur’an? Upaya yang dilakukan dengan cara memanggil
peserta didik secara pribadi pada waktu istirahat untuk belajar mengenal huruf alQur’an, karena apabila hanya ikut kegiatan Baca Tulis al-Qur’an banyak peserta didik
yang tidak hadir karena mempunyai kendala tempat tinggal yang jauh dan kendaraan
yang jarang.
12. Bagaimana hasil pencapaian belajar peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam? Hasil belajar peserta didik bervariasi tetapi kebanyakan yang meningkat.
13. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan evaluasi terhadap peserta didik? Dengan
memberikan remedial kepada peserta didik yang tidak mencapai KKM, dan ada
tambahan poin bagi peserta didik yang aktif.
14. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam menghadapi kendala yang terjadi selama proses
pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Upaya yang dilakukan dengan
memberikan nasihat secara personal atau kelompok, dan pelajaran tambahan.
15. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana karakteristik peserta didik di sekolah? Ada beberapa
peserta didik yang aktif, dan beberapa ada yang kurang kreatif.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? Upaya dengan cara membantu
memberikan materi tambahan, browsing, dan bisa tanya kepada guru lain.
115
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik
Nama Peserta Didik
Tanggal Wawancara
: AMU
: 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Materi
PAI dapat memberikan manfaat untuk mengetahui dan memperdalam materi tentang
agama Islam.
2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang
digunakan oleh guru PAI berupa diskusi, ceramah, dan menayangkan video.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan?
Saya merasa kesulitan karena kemungkinan kesulitan itu berasal dari diri sendiri.
4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan
infocus, buku paket PAI, dan al-Qur’an.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada
di sekolah? Selain buku paket PAI biasanya menggunakan internet untuk mencari tau.
6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI agar
memberikan motivasi kepada siswa dan tegas selama pembelajaran PAI.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Harapan ke depannya untuk materi
PAI agar materinya lebih banyak kepada praktik.
116
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik
Nama Peserta Didik
Tanggal Wawancara
: ANK
: 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Materi
PAI dapat memberikan manfaat untuk mengingatkan tentang dosa sehingga selalu ingat
akan dosa apabila hendak melakukan hal buruk.
2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang
digunakan oleh guru PAI berupa presentasi, ceramah, menayangkan video, dan diskusi
kelompok.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan?
Saya merasa tidak kesulitan dalam menerima pelajaran PAI dengan metode yang
digunakan.
4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan
infocus, buku paket PAI, dan al-Qur’an.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada
di sekolah? Selain buku paket PAI saya menggunakan Internet.
6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI tegas
selama pembelajaran PAI dan diperbanyak tentang pendalaman ilmu agamanya.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Tidak perlu ada perbaikan karena
dirasa sudah cukup baik.
117
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik
Nama Peserta Didik
Tanggal Wawancara
: NNG
: 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Bisa,
karena setiap materi mempunyai arti tersendiri bagi kehidupan pribadi saya. Contohnya:
saya harus melakukan kebaikan kepada orang lain karena saya mempunyai prinsip
perduli terhadap sesama.
2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang
digunakan oleh guru PAI metode lisan, dimana saya harus menghafal apa yang
diperintahkan guru saya, ceramah, diskusi, presentasi kelompok.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan?
Saya merasa tidak kesulitan dalam menerima pelajaran PAI karena saya memahami apa
yang disampaikan oleh guru PAI.
4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan
infocus, buku paket PAI, al-Qur’an dan Internet.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada
di sekolah? Selain buku paket PAI saya menggunakan Internet dan mempunyai buku
metode baghdadi agar cepat dan bisa membaca al-Qur’an.
6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI semoga
banyak guru PAI yang dapat meningkatkan kualitas siswa, dan dapat menerapkan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Materinya agar lebih terbuka dalam
artian memudahkan siswa untuk menyerap ilmu yang disampaikan guru.
118
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu
Kelas X
Alokasi Waktu
Komponen
Semester 1
Semester 2
1. Pendidikan Agama
2
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
5. Matematika
4
4
6.
Fisika
2
2
7.
Biologi
2
2
8.
Kimia
2
2
9.
Sejarah
1
1
10. Geografi
1
1
11. Ekonomi
2
2
12. Sosiologi
2
2
13. Seni Budaya
2
2
14. Pendidikan Jasmani
2
2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
16.
Bahasa Asing / Bahasa Arab
2
2
17. Pendidikan Lingkungan Hidup
1
1
2
2
2*)
2*)
39
39
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal / Bhs. Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah
119
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu
Kelas XI dan XII IPA
Alokasi Waktu
Kelas XI
Kelas XII
Komponen
Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2
2
2
2
2. PKn
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
4
4
5. Matematika
4
4
4
4
6. Fisika
4
4
4
4
7. Kimia
4
4
4
4
8. Biologi
4
4
4
4
9. Sejarah
1
1
1
1
10. Seni Budaya
2
2
2
2
11. Penjaskes
2
2
2
2
12. T I K
2
2
2
2
13. Bhs Asing / Bhs. Arab
2
2
2
2
14. Pendidikan LH
1
1
1
1
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
2*)
40
40
40
40
B. Muatan Lokal/B. Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah
120
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu
Kelas XI dan XII IPS
Alokasi Waktu
Komponen
Kelas XI
Smt 1
Kelas XII
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2
2
2
2
2. PKn
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
4
4
5. Matematika
4
4
4
4
6. Sejarah
3
3
3
3
7. Geografi
3
3
3
3
8. Ekonomi
4
4
4
4
9. Sosiologi
3
3
3
3
10. Seni Budaya
2
2
2
2
11. Penjaskes
2
2
2
2
12. T I K
2
2
2
2
13. Bhs Arab
2
2
2
2
14. PLH
1
1
1
1
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
2*)
40
40
40
40
B. Muatan Lokal / B. Sunda
C. Pengembangan Diri
Jumlah
121
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kelas X
Komponen
KKM
A. Mata Pelajaran
Smt 1
Smt2
1.
Pendidikan Agama
76
76
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
3.
Bahasa Indonesia
76
76
4.
Bahasa Inggris
76
76
5.
Matematika
76
76
6.
Fisika
76
76
7.
Biologi
76
76
8.
Kimia
76
76
9.
Sejarah
72
72
10. Geografi
76
76
11. Ekonomi
76
76
12. Sosiologi
76
76
13. Seni Budaya
76
76
14. Pendidikan Jasmani
76
76
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
71
71
16. Bahasa Arab
71
71
17. Pendidikan Lingkungan Hidup
62
62
62
62
B. Muatan Lokal / Bhs. Sunda
C. Pengembangan Diri
122
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kelas XI dan XII IPA
KKM
Kelas XI
Kelas XII
Komponen
Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
76
76
76
76
2. Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
76
76
3. Bahasa Indonesia
76
76
76
76
4. Bahasa Inggris
76
76
76
76
5. Matematika
76
76
76
76
6. Fisika
76
76
76
76
7. Kimia
76
76
76
76
8. Biologi
76
76
76
76
9. Sejarah
72
72
72
72
10. Seni Budaya
76
76
76
76
11. Pendidikan Jas Kes
76
76
76
76
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
71
71
71
71
13. Keterampilan/ Bahasa Arab
71
71
71
71
14. Bhs. Sunda
71
71
71
71
15. Pendidikan Lingkungan Hidup
71
71
71
71
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
B.
C.
Muatan Lokal
Pengembangan Diri
123
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kelas XI dan XII IPS
KKM
Kelas XI
Kelas XII
Komponen
Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
1. Pendidikan Agama
76
76
76
76
2. Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
76
76
3. Bahasa Indonesia
76
76
76
76
4. Bahasa Inggris
76
76
76
76
5. Matematika
76
76
76
76
6. Sejarah
76
76
76
76
7. Geografi
76
76
76
76
8. Ekonomi
76
76
76
76
9. Sosiologi
72
72
72
72
10. Seni Budaya
76
76
76
76
11. Pendidikan Jas Kes
76
76
76
76
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
71
71
71
71
13. Keterampilan/ Bahasa Arab
71
71
71
71
14. Bhs. Sunda
71
71
71
71
15. Pendidikan Lingkungan Hidup
71
71
71
71
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
124
Nama-nama guru beserta mata pelajaran yang diampu
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Nama Guru
Drs. Windu Sarwono, M.Pd
Maman Trilaksono, S.Pd, MM
Drs. Jamaludin
Sri Lestari, S.Pd, MM
Abdul Halim, M.Pd.I
Muhammad Muhclis, S.Pd
Sri Sudarminah, S.Pd, MM
Siti Mardiyah, S.Pd, MM
Armelona Nelly, S.E
Eni Lusiati, S.Pd, MM
Dwi Bowo Susilo, S.Pd
Heri Suherlan, S.Pd
Suyud Kusdinar, S.Sos
Desyuharna, S.Pd
Irma Suryani, S.Pd
Ade Siti Sahidah, S.Pd
Venita Anggraeni, S.Pd
Murniasih, M.Ed
Titiek Setiyati, S.Pd
Shella Tisna, S.Pd
Ratnalia Hendarsih, S.Pd
Helena Trifosa, S.Si
Dini Rusfita Sari, S.Pd
Kiki Muhammad Iqbal, S.Si
Lely Irianti, S.Pd
Lisyanah, S.Ag
M. Suzaldy, S.Pd
Sutinah, S.Pd
Lita Yunengsih, S.Pd
125
Pelajaran yang diampu
Sosiologi
Fisika
Bahasa Arab
Matematika
Pendidikan agama Islam
Bahasa Inggris
Matematika
PKN
Ekonomi
Seni Budaya
Penjaskes
BK/ Bahasa Sunda
Sosiologi
Geografi
Sejarah
Bahasa Indonesia
Biologi
Bahasa Inggris
Sejarah/ BK
Bahasa Inggris/ Sunda
Bahasa Indonesia
Matematika
Kimia
Penjaskes
Seni Budaya
PAI/ B. Arab
B. Indonesia/ TIK
Kimia
PKN
Standar Isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang
Komponen
Deskripsi
Kondisi Ideal
1. Kerangk
a Dasar
Kurikulu
m
Memuat:
2. Struktur
Kurikulu
m
A.Struktur Kurikulum “Struktur Kurikulum
memuat:
Tingkat Sekolah”
yang disusun
1. pola & susunan
berdasarkan
mapel
kebutuhan peserta
2. kebutuhan peserta didik dan sekolah
didik & satdik
terkait dengan upaya
3. alokasi waktu tatap pencapaian SKL.
muka
Pengembangan
4. pemanfaatan 4 jam struktur kurikulum
tambahan
dilakukan dengan
5. jenis mapel mulok cara, antara lain:
1. Tujuan pendidikan
SMA
2. Visi satuan
pendidikan
3. Misi satuan
pendidikan
4. Tujuan satuan
pendidikan
Seluruh kerangka
dasar kurikulum
dikembangkan
dengan acuan hasil
analisis SKL satuan
pendidikan & SKL
kelompok mata
pelajaran
 Mengatur alokasi
waktu
pembelajaran
1. Mata pelajaran
“tatap muka”
2. Muatan lokal
seluruh mata
3. Kegiatan
pelajaran.
Pengembangan Diri  Memanfaatkan 4
4. Pengaturan beban
jam tambahan
belajar
untuk menambah
5. Ketuntatasan
jam pembelajaran
belajar
pada mata
6. Kriteria kenaikan
pelajaran tertentu
kelas & kelulusan
atau menambah
7. Kriteria penjurusan
mata pelajaran
8. Pendidikan
baru.
kecakapan hidup
 mencantumkan
9. Pendidikan berbasis
jenis mata
keunggulan lokal
pelajaran muatan
dan global
lokal dalam
126
B. KTSP memuat:
Rencana
tindak Lanjut
Kondisi Riil
 Lebih
banyak
adopsi pada
contoh
 Belum
melakukan
analisis SKL
satdik &
SKL
kelompok
mapel
 Guru banyak
yang
merangkap
mata
pelajaran
 Guru yang
mengajar
Mata
pelajaran
mulok
kurang
sesuai
 Kualitas
SDM tenaga
pendidik
masih
rendah
dilihat dari
pengalaman
mengajar
Melakukan:


analisis SKL
satdik
analisis SKL
kelompok
mapel
 Mengusulkan
tambahan guru
pada
pemerintah
 Tambahan
gedung baru
 Pembinaan
terhadap guru
harus
terprogram
 Melakukan
IHT
 Pengawasan/
 Kurang
supervisi
optimal guru secara rutin
BK
terhadap guruguru baru
 Mendorong
guru untuk
mengikuti
MGMP
struktur kurikulum.
 Tidak boleh
mengurangi mata
pelajaran yang
tercantum dalam
standar isi
3. Beban
Belajar
Berisi tentang jumlah
beban belajar per mata
pelajaran, per minggu
per semester dan per
tahun pelajaran yang
dilaksanakan di
sekolah, sesuai dengan
alokasi waktu yang
tercantum dalam
struktur kurikulum.
 Satu jam
Merancang
Beban belajar
pelajaran
pembagian
ditentukan
masih
40
tugas
berdasarkan
menit

Memberikan
penggunaan sistem

Beban
guru
peraturan yang
pengelolaan program
mengajar
lebih tegas
pendidikan yang
mayoritas
di
kepada guru
berlaku di sekolah.
atas
24
jam
yang
Sistem tersebut terdiri
perminggu
merangkap di
dari sistem paket.
sekoloah lain

Jumlah
jam
Adapun pengaturan
dalam satu
beban belajar pada
minggu 40
kedua sistem tersebut
jam
sebagai berikut.
Sekolah dapat
mengatur alokasi
waktu untuk setiap
mata pelajaran pada
1. Beban belajar
semester ganjil dan
dalam sistem paket
genap dalam satu
digunakan oleh
tahun pelajaran sesuai
tingkat satuan
dengan kebutuhan,
pendidikan .
tetapi jumlah beban
belajar per tahun
2. Jam pembelajaran
secara keseluruhan
untuk setiap mata
tetap.
pelajaran pada
sistem paket
dialokasikan
sebagaimana
tertera dalam
struktur kurikulum.
Pengaturan alokasi
waktu untuk setiap
mata pelajaran
yang terdapat pada
semester ganjil dan
genap dalam satu
tahun ajaran dapat
dilakukan secara
fleksibel dengan
jumlah beban
belajar yang tetap.
3. Alokasi waktu
untuk penugasan
127
terstruktur dan
kegiatan mandiri
tidak terstruktur
dalam sistem paket
untuk SMA 0% 60% dari waktu
kegiatan tatap
muka mata
pelajaran yang
bersangkutan.
Pemanfaatan
alokasi waktu
tersebut
mempertimbangka
n potensi dan
kebutuhan peserta
didik dalam
mencapai
kompetensi.
4. Alokasi waktu
untuk praktik, dua
jam kegiatan
praktik di sekolah
setara dengan satu
jam tatap muka.
Empat jam praktik
di luar sekolah
setara dengan satu
jam tatap muka.
5. Alokasi waktu
untuk tatap muka
adalah 1 jam
pelajaran = 45
menit.
6. Jam efektif dalam
satu minggu adalah
40 jam pelajaran.
7. Hari efektif untuk
semester 1 adalah
117 hari dan untuk
semester 2 adalah
139 hari.
4. Kalender
Pendidik
Berisi tentang
kalender pendidikan
Kalender
pendidikan adalah
128
 Kalender
pendidikan
Merevisi
kegiatan-
an
yang digunakan oleh
sekolah, yang disusun
berdasarkan kalender
pendidikan yang
ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan setempat,
disesuaikan dengan
kebutuhan dan
karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta
didik dan masyarakat,
dengan
memperhatikan
aturan kalender
pendidikan
sebagaimana
tercantum dalam
Standar Isi.
pengaturan waktu
selalu
untuk kegiatan
dibuat
pembelajaran peserta
disdik
didik selama satu
propinsi
tahun ajaran.
 Hari
Kalender pendidikan
efektif
mencakup permulaan
kadang
tahun ajaran, minggu
tidak
efektif belajar, waktu
sesuai
pembelajaran efektif
dengan
dan hari libur.
kebutuhan
mayoritas
Setiap permulaan
mata
tahun pelajaran,
pelajaran
sekolah menyusun
 Banyaknya
kalender pendidikan
kegiatan
untuk mengatur
sekolah
waktu kegiatan
yang diluar
pembelajaran selama
kalender
satu tahun ajaran
yang sudah
yang mencakup
ditetapkan
permulaan tahun
sekolah
pelajaran, minggu
efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif
dan hari libur.
Pengaturan waktu
belajar di sekolah
mengacu kepada
Standar Isi dan
disesuaikan dengan
kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta
didik dan masyarakat,
serta ketentuan dari
pemerintah/pemerinta
h daerah.
Beberapa aspek
penting yang perlu
diperhatikan dalam
menyusun kalender
pendidikan sebagai
berikut:
1. Permulaan tahun
pelajaran adalah
129
kegiatan
kurang penting
melalui rapat
intern
waktu dimulainya
kegiatan
pembelajaran pada
awal tahun
pelajaran pada
setiap satuan
pendidikan.
Permulaan tahun
pelajaran telah
ditetapkan oleh
Pemerintah yaitu
bulan Juli setiap
tahun dan berakhir
pada bulan Juni
tahun berikutnya.
2. Minggu efektif
belajar adalah
jumlah minggu
kegiatan
pembelajaran
untuk setiap tahun
pelajaran. Sekolah
dapat
mengalokasikan
lamanya minggu
efektif belajar
sesuai dengan
keadaan dan
kebutuhannya.
3. Waktu
pembelajaran
efektif adalah
jumlah jam
pembelajaran
setiap minggu,
meliputi jumlah
jam pembelajaran
untuk seluruh
matapelajaran
termasuk muatan
lokal, ditambah
jumlah jam untuk
kegiatan
pengembangan
diri.
4. Waktu libur adalah
130
waktu yang
ditetapkan untuk
tidak diadakan
kegiatan
pembelajaran
terjadwal. Hari
libur sekolah
ditetapkan
berdasarkan
Keputusan Menteri
Pendidikan
Nasional dan/atau
Menteri Agama
dalam hal yang
terkait dengan hari
raya keagamaan,
Kepala Daerah
tingkat
kabupaten/kota,
dan/atau organisasi
penyelenggara
pendidikan dapat
menetapkan hari
libur khusus.
5. Waktu libur dapat
berbentuk jeda
tengah semester,
jeda antar
semester, libur
akhir tahun
pelajaran, hari libur
keagamaan, hari
libur umum
termasuk hari-hari
besar nasional, dan
hari libur khusus.
6. Libur jeda tengah
semester, jeda
antarsemester,
libur akhir tahun
pelajaran
digunakan untuk
penyiapan kegiatan
dan administrasi
akhir dan awal
tahun.
131
7. Sekolah-sekolah
pada daerah
tertentu yang
memerlukan libur
keagamaan lebih
panjang dapat
mengatur hari libur
keagamaan sendiri
tanpa mengurangi
jumlah minggu
efektif belajar dan
waktu
pembelajaran
efektif.
8. Bagi sekolah yang
memerlukan
kegiatan khusus
dapat
mengalokasikan
waktu secara
khusus tanpa
mengurangi jumlah
minggu efektif
belajar dan waktu
pembelajaran
efektif.
9. Hari libur
umum/nasional
atau penetapan hari
serentak untuk
setiap jenjang dan
jenis pendidikan
disesuaikan dengan
Peraturan
Pemerintah
Provinsi/
Kabupaten.
132
Download