Document

advertisement
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KEBEBASAN
BERORGANISASI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF
MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V
SDN SUNGAI TIUNG 4 BANJARBARU
Oleh: Hj. Asniwati
ABSTRACT
The use of learning approaches tend to make passive students in the learning process, can make
students feel bored so not interested anymore to follow the lesson. In the process of teaching
and learning in schools, approaches or teacher teaming model used is one of the external factors
that can influence student motivation and lack of student learning outcomes. Therefore we need
a model of cooperative approach TGT. This research is Classroom Action Research (CAR)
conducted in two cycles. The research setting SON Sungal -flung 4 Banjarbaru V graders
totaling 20 people composed. This is seen by teachers in the first cycle with a score of 40
(62.5%) were categorized as good enough to increase on the second cycle with a score of 57
(89%) were categorized as excellent. Activities of students in activities in group activities also
increased which in the first cycle, with yields of 12 (60%) were categorized as good enough to
increase in the second cycle to be very active with the acquisition score 17.5 (85%). classical
completeness learning outcomes first cycle to 55% and increased in the second cycle to 90%.
Based on the findings in this study suggested the teachers to use the model of TGT in an attempt
to create improvement and increased student understanding, increase student activity and the
quality and the quality of learning in primary schools respectively.
Key words: Learning Outcomes, teaming model Teams Games Tournamen.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masafah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tabun 2005 tentang
Guru dan Dosen Bab l mengenai ketentuan umum pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas dengan tugas untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

Penulis adalah dosen pada Program S-I Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas
Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
mendidik menengah.
Menurut KTSP (2006), mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilal Iuhur dan moral tersebut
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perllaku kehidupan sehari-hari siswa, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat serta sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran PKn stategis sekali dalam mengembangkan peran warga negara
melalui sekolah yang diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang demokratis dan
yang dibutuhkan Indonesia sesuai dengan falsafah negara yaitu, Pancasila, sehingga
perlu
dikembangkan
pembelajaran
PKn
yang
dapat
menciptakan
suasana
menyenangkan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Tugas guru dalam pembelajaran adalah menciptakan iklim pembelajaran yang
menyenangkan, sehingga siswa terutama siswa SD menjadi bersemangat dan senang
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dengan demikian diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
baik perlu sekali melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut
dengan menciptakan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Kenyataan yang terjadi selama ini di lapangan yaitu penyampaian materi
kepada peserta didik masih banyak menggunakan pola lama dalam mengajar yaitu
adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered) lebih dominan dilakukan daripada pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student oriented), seperti ceramah di depan kelas tanpa adanya variasi, buku
paket selalu menjadi pusat informasi, penggunaan media jarang dilakukan dalam
mengajar, perhatian yang kurang terhadap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung sehingga minimnya interaksi dan bantuan antara guru-siswa dan siswasiswa dalam proses pembelajaran akibatnya datum proses pembelajaran banyak siswa
yang pasif, metode yang kurang tepat dalam mengajar dan bahkan guru tidak
menggunakan model pembelajaran kooperatif learning dalam proses pembelajaran.
Dengan metode pembelajaran yang demikian menyebabkan pembelajaran PKn
terkesan tidak menyenangkan dan membosankan bagi siswa maka akibatnya hasil
belajar siswa rendah karena siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
Hal ini terjadi pada siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 dalam memahami materi
kebebasan berorganisasi tampak kesulitan, kesulitan memahami ini terlihat dari
kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan saat dilaksanakan tes/evaluasi
dimana hasil belajar siswa rendah sehingga menyebabkan banyak siswa yang
mengalami kegagalan. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa berupa nilai evaluasi
materi kebebasan berorganisasi pada tahun 2010/2011 hanya ada 9 siswa atau 29,04%
yang mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 22 orang
atau 70,96%. Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn
adalah 70.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran untuk
PKn yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak boson belajar PKn dan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sesuai pula
dengan tuntutan kompetensi guru, bahwa setiap guru harus mampu mengembangkan
berbagai metode pembelajaran berikut merancang model-model pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi kelas dan potensi siswa agar proses pembelajaran berlangsung
efektif. Model pembelajaran yang diambil adalah model Teams Games Tournament
(TGT) karena didalam model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan siswa lain dari semua tingkat kemampuannya di dalam kelompok, siswa
juga didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang dipelajari melalui
diskusi, observasi atau percobaan serta menafsirkan bersama-sama apa yang mereka
temukan atau mereka bahas dan juga memainkan permainan dalam bentuk tumamen
yang dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih
semangat, termotivasi menumbuhkan tanggung jawab, persaingan yang sehat dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor masing-masing tim mereka sating
berkompetisi dalam menjawab soot kemudian akan ada penghargaan bagi tim yang
unggul sehingga siswa akan merasa dihargai. Sehingga kegiatan pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran PKn sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran PKn di SDN Sungai Tiung 4 berjalan monoton sehingga siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah
3. Hasil belajar siswa masih betum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
PKn yang telah ditetapkan = 70.
Sehubungan dengan masalah yang diuraikan di alas, maka peneliti mencoba
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menerapkan model Teams Games
Tournament (MT),
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a.
Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran TGT pada
materi kebebasan berorganisasi bagi siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4
Banjarbaru?
b.
Bagaimana aktivitas siswa dalam mempelajari kebebasan berorganisasi dengan
model pembelajaran TGT?
c.
Apakah model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang
kebebasan berorganisasi di kelas. V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru?
3. Rencana Pemecahan Masalah
Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan rendahnya kemampuan
siswa dalam menguasai materi pelajaran.Dalam pembelajaran siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi tentang kebebasan berorganisasi mata pelajaran PKn
pada kelas V. Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V SDN
Sungai Tiung 4 Banjarbaru dalam meningkatkan hasil belajar PKn materi kebebasan
berorganisasi, maka alternatif tindakan yang digunakan adalah dengan menggunakan
pendekatan kooperatif TGT. Model pembelajaran ini dipilih karena TGT adalah salah
satu model yang bertujuan untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa, mengingat
dalam model ini siswa belajar secara kelompok dimana pada kegiatan kelompok ini
siswa terlibat secara fisik, mental, dan emosional untuk mengkontruksikan pengetahuan
secara bersama melalui interaksi dan kerjasama dengan teman sebaya melakukan tanya
jawab, tukar pendapat, mengajarkan, mengoreksi, maupun menjelaskan maka dengan
kegiatan yang ada pada kerja kelompok daiam TGT diharapkan dapat membawa bagi
siswa itu dalam kemampuan bersosialisasi serta akan terbentuk manusia yang mampu
menghargai orang lain.
Selain interaksi dan kerja sama pada kegiatan kelompok pada model TGT, juga
akan mendapat perhatian pada aspek keseriusan, keefektifan waktu serta keaktifan
dalam tumamen sehingga keadaan ini akan menuntut siswa serius dan tepat waktu
dalam kerja kelompok untuk memecah masalah yang ada. Kegiatan kelompok juga
akan menjadi menyenangkan karena di akhir pelajaran guru akan mengadakan
turnamen yang harus diikuti oleh siswa yang bertujuan membentuk kemampuan siswa
berkompetisi.
Alasan lain, penggunaan model pembelajaran TGT ini adalah agar siswa
termotivasi untuk belajar PKn khususnya materi kebebasan berorganisasi sehingga
dapat menghilangkan citra negatif bahwa PKn adalah pelajaran yang membosankan.
Tindakan kelas akan dilakukan dengan 2 siklus dengan 4 kali pertemuan,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menerapkan model TGT pada materi kebebasan berorganisasi siswa kelas V SDN
Sungai Tiung 4 Banjarbaru, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan
melibatkan siswa secara penuh;
b. b. Merancang
skenario
pembelajaran
dengan
model
TGT
kemudian
melaksanakannya, mengevaluas,i dan melakukan refleksi pada tiap-tip siklus;
c. Mempersiapkan format observasi aktivitas guru dan kegiatan aktivitas siswa
terhadap pembelajaran;
d. Mempersiapkan media pembelajaran yang relevan dengan topik pembelajaran
berupa strukur organisasi;
e. Merancang dan melaksanakan evaluasi proses yang dilaksanakan selama dan
setelah proses pembelajaran.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik Siswa
Sumantri dan Syaodih (2007:6.3) mengatakan bahwa karakteristik anak usia SD
adatah senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau
rnemperagakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik dan kebutuhan peserta didik menurut Nursidik Kurniawan (2011)
dibahas sebagai berikut :
a. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain.
Karaterisktik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan khususnya untuk kelas rendah.
b. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk
berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama 30 menit.
c. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang
penting dalam proses sosialisasi.
d. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan, melakukan atau
memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif,
anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah,
ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep lama-lama.
2. Peran Guru dalam Pembelajaran
Proses interaksi sebagai proses belajar berlangsung dalam lingkungan sosial di
mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membutuhkan orang lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Orang lain yang dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar ini ialah guru (Gulo, 2008:24).
Peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Sardiman (2007:144146), antara lain adalah sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator,
transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.
3. Hakikat Belajar, Pembelajaran, dan Hasil Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar
terjadi perubaan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu
melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya
tidak terampil menjadi terampil.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2)
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan atau skill, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian (Suyono, 2011:9).
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan
terjadinya aktivitas belajar dalam did individu. Dengan kata lain pembelajaran
merupakan hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung
terjadinya proses belajar internal dalam diri individu (Pribadi, 2009:10-11).
Menurut Corey (1986), pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan
seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan menurut Nurani (2003), konsep pembelajaran
merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa
selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik dengan didukung oleh seperangkat
kelengkapan, sehingga terjadi kegiatan pembelajaran (Tim lnstruktur, 2011:54).
Setelah melalui proses pembelajaran maka siswa diharapkan dapat mencapai
tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menjalani proses belajar. Sudjana (2004) berpendapat. hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setetah menerima pengalaman
belajarnya.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang tersusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution berpendapat
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya
mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam, diri
pribadi individu yang belajar (Kunandar, 2011:276).
4. Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya (2006) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
dalam beberapa perspektif: 1) Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan
kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa
akan saling membantu dalam belajar agar semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi
antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi (Rusman, 2011:206-207).
Lie (2002) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan
dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling
mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari duo
sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain (Wena, 2009:189).
5. Model Pembelajaron TGT
Model pembelajaran TGT adalah salah scttu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Seperti karakteristik pendekatan kooperatif lainnya, Model TGT juga
memunculkan adanya kelompok-kelompok belajar. Dalam model TGT, siswa yang
mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan dalam sebuah
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Masing-masing anggota kelompok tersebut akan
dipertandingkan dengan anggota kelompok lain yang berkemampuan homogen dalam
meja-meja turnamen.
Pendekatan kooperatif model TGT ini mempunyai kelebihan dan kekurangan
dalam proses pembelajarannya. Menurut Suarjana (2007) yang merupakan kelebihan
dari pembelajaran TGT antara lain adalah untuk lebih meningkatkan pencurahan waktu
untuk tugas; mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; dengan waktu
yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; proses belajar mengajar
berlangsung dengan keaktifan dari siswa; mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi
dengan orang lain; motivasi belajar lebih tinggi; hasil belajar lebih baik; meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sedangkan kelemahan TGT bagi guru sulitnya pengelompokan siswa yang
mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahon ini akan dapat
diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan
pembagian kelompok. waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak
sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh. Sedangkan bagi siswa, masih adanya
siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada
siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan
baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Dari pembahasan materi model pembelajaran TGT tersebut, maka dapat
disimpulkan:
a. Dengan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung
jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
b. Dengan model pembelajaran TGT dapat menambah wawasan tentano berbagai
model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.
6. Pembelajaran PKn di SD
PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara
yang baik, yaitu warga negara yang tahu (civic knowledge), mau (civic dipositions),
dan mampu berbuat baik (civic skill). Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Tim
Instruktur, 2011:43).
Zamroni (dalam Bedjo, 2010:6) mengemukakan bahwa PKn adalah pendidikan
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui akfivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin
kehidupan warga negara.
Tujuan PKn menurut KTSP 2006 untuk SD/MI agar peserta didik memiiki
kemampuan untuk: Berpikir secara kritis; rasional, dan kreatif menanggapi isu
kewarganegaraan; Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak
secara cerdas; Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya; dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia,
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi inforamsi dan
komunikasi.
Sedangkan ruang lingkup PKn SD terdiri dari 24 standar kornpetensi dan
dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar. Jika dikelompokkan, maka menurut Mulyasa
(dalam Tim Instruktur PLPG, 2011:44) terdapat 8 kelompok materi dalam lingkup PKn
SD, yaitu: Persatuan Kesatuan Bangsa; Norma, Hukum, dan Peraturan; Hak Asasi
Manusia; Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik;
Kedudukan Pancasila: dan Globalisasi.
C. METODE PENELMAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PIK).
Menurut kemmis dan Mc. Tanggart (1998) dalam Kunandar (2008:71-73)
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis
dan komplementari terdiri dari dari empat momentum esensial; yakni penyusunan rencana,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas berasal dciri istilah bahasa Inggris Classroom Action
Research (CAR), yang berarti penelition yang dilakukan pada sebuah kelas untuk
mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada sebuah subjek penelitian di kelas tersebut
(Trianto, 2011:13). ArWunto(2007) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Taniredja, 2010:1516).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran.
Perbaikan dilakukan secara terus-menerus, selama kegiatan tindakan dilakukan. PTK ini
disusun menjadi sebuah siklus dengan pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi
dan revisi (perencanaan ulang). Pola ini merupakan ciri khas sebuah PTK yaitu adanya
pengulangan tindakan sampai didapat hasil yang terbaik.
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua siklus tindakan. Tiap siklus
dilaksanakan dua kali pertemuan, sehingga total pertemuan dari kedua siklus itu adalah
empat kali pertemuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Tiung 4 Kota Banjarbaru,
pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Kelas V dipilih sebagai tempat
melakukan penelitian karena masalah yang akan diteliti ada di kelas ini. Berdasarkan hasil
wawancara dengan wali kelas V SDN Sungai Tiung 4 Kota Banjarbaru diketahui bahwa
nilai hasil belajar belajar siswa untuk mata pelajaran PKn masih tergolong rendah.
Berkenaan dengan data yang digali, ada yakni data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif yaitu berupa observasi aktivitas guru dan siswa dianalisis menggunakan analisis
kualitatif model teknik analisis interaktif seperti mereduksi data, membeberkan data, dan
menarik kesimpulan (interpretasi data kedalorn katergori sangat baik, baik, cukup baik, dan
kurang baik). Sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dianalisis secara
deskriptif, yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dengan mencari ratarata hasil belajar dan persentase keberhasilan belajar, kemudian didistribusikan dalam
bentuk tabel dan difrekuensikan dengan grafik.
Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini ada tiga, yakni faktor
guru, siswa, dan hasil belajar. Faktor guru, yaitu hasil pengamatan dalam kegiatan
pembelajaran materi kebebasan berorganisasi dengan menggunakan pendekatan kooperatif
model TGT. Faktor siswa, yaitu pengamatan kegiatan belajar siswa dalarn bekerjasama,
bertanya, keaktifan dalam kelompok, serta keikutsertaan dalam turnamen pada
pembelajaran kebebasan berorganisasi dengan menggunakan pendekatan kooperatif model
TGT. Faktor hasil belajar, yaitu hasil dari kemampuan siswa dalam menguasai konsep
kebebasan berorganisasi. Siswa dianggap berhasil apabila sudah memperoleh nilai sesuai
dengan indikator keberhasilan yang tetah ditetapkan yaitu > 70.
D. HASIL PENELITIAN
Penelitian yang telah dilaksanakan di SDN Sungai Tlung 4 Banjarbaru dengan 2
siklus ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Data hasil pengamatan mengenai aktivitas guru dalam pembelajaran dapat
dijelaskan pada grafik berikut:
Gambar 1. Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan masih belum efektif karena guru hanya berada pada kategori cukup baik
(40) atau sekitar 62,5% hal ini disebabkan masih banyak memberikan. penjelasan
terhadap satu tahap pembelajaran yang dilaksanakan sehingga ada beberapa tahap
pembelajaran yang kurang optimal dilaksanakan. Selain itu juga, kurangnya
pengelolaan waktu yang cermat sehingga guru tampak tergesa-gesa dalam mengajar.
Hasil pengamatan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan sudah efektif dengan kategori sangat baik (57) atau
sekitar 89% karena guru sudah mampu mengelola waktu dengan baik dan mengatasi
kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan refleksi diri yang dibantu dan arahan
observer sehingga adanya peningkatan aktivitas guru pada setiap tahap dalam kegiatan
pembelajaran dari siklus I sampai Siklus II. Peningkatan, ini dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi aktivitas siswa maupun hasil belajar
karena keberhasilan guru dalam kegiatan belajar akan menunjang keberhasilan siswa
dalam belajar.
Aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran pada siklus 1 berada pada
kategori baik. Setiap aspek dalam pembelajaran dilaksanakan, hanya saja masih ada
beberapa aspek yang belum dilakukan secara optimal misalnya pada aspek menyajikan
materi guru, melakukan tanya jawab dan memberikan bimbingan pada diskusi
kelompok. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru tidak menuliskan garis besar
materi pada papan tulis, saat malakukan tanya jawab mengenai materi pembelajaran
guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa hanya sebagian siswa saja ikut
dalam tanya jawab tersebut dan begitu juga pada saat memberikan bimbingan pada saat
diskusi kelompok, guru hanya melakukan bimbingan tanpa melakukan tanya jawab
mendalam tentang materi diskusi. Hal ini mungkin terjadi karena adanya kekhawatiaran
dari guru akan waktu yang terlalu panjang dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran ini sehingga penggelolaan waktu yang kurang
cermat yang tidak sesuai dengan perencaanaan pembelajaran berimbas pada proses
pembelajaran.
Hasil pengamatan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran berada pada kategori sangat baik karena guru sudah melakukan
pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan dengan matang, melakukan
pembelajaran dengan menghilangkan kekhawatiran untuk waktu yang tidak cukup
sehingga kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran pada siklus I dapat di atasi.
2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Adanya pendekatan kooperatif model TGT yang menyajikan aktivitas belajar
dengan perlombaan atau pertandingan yang dirancang dalam model pendekatan
kooperatif TGT memungkinkan siswa untuk dapat lebih bersemangat dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat serta keterlibatan belajar.
Berikut disajikan grafik aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif model TGT:
Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dari siklus I yaitu
skor 12 dengan kriteria cukup aktif mengalami peningkatan pada siklus 11 dengan skor
17,5 pada kriteria sangat aktif. Peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok
yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini dikarenakan kondisi siswa yang sangat
senang dalam belajar dan termotivasi untuk belajar. Hal ini terjadi karena adanya
persaingan kelompok untuk tampil sebagai yang terbaik oleh karena itu setiap anggota
berusaha mengajak temannya agar menguasai materi demi kepentingan kelompok.
Dalam pendekatan kooperatif model TGT ini siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru, tetapi mereka juga diberikan kesempatan untuk menemukan dan
bertanya antar sesama siswa dikelas serta berdiskusi sehingga model ini multi arah.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa memahami yang diberikan
karena dari situ akan terlihat secara jelas kemampuan siswa menggali pengetahuan
setelah dilakukan belajar. Berikut disajikan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I
dan siklus II:
Gambar 3. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 3 di atas terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
dari siklus 1 sebesar 71,25 menjadi sebesar 76,5 pada siklus II dengan peningkatan ratarata sebesar 5,25. Peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan semakin baiknya proses
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru sehingga siswa lebih
memahami materi yang diberikan. Peningkatan hasil belajar ini akan semakin
meningkatnya ketuntasan klasikal di dalam kelas. Hasil ketuntasan belajar siswa dapat
dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Perbandingan Ketuntasan Kiasikal Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4 terlihat jelas bahwa ketuntasan secara klasikal
mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% menjadi 90% pada siklus II dengan
peningkatan sebesar 35% dan hal hi telah mencapai indikator yang ditetapkan.
Peningkatan yang terjadi pada siklus 1 dan skius II ini dikarenakan guru telah
menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa SD. Dimana pendekatan kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Peningkatan hasil
belajar juga terjadi karena guru pada saat proses pembelajaran tidak hanya memberikan
materi secara klasikal (ceramah) tetapi guru mementingkan proses diskusi kelompok
sebagai sarana membangun informasi dan pengetahuan melalui tukar pendapat dan
saling mempelajari sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing.
Peningkatan hasil belajar juga terjadi karena guru pada saat proses
pembelajaran tidak hanya memberikan materi secara klasikal (ceramah) tetapi guru
mementingkan proses diskusi kelompok sebagai sarana membangun informasi dan
pengetahuan melalui tukar pendapat dan saling mempelajari sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator dan pembimbing.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru
dengan materi kebebasan berorganisasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Akfivitas guru dalam kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif
model TGT mengalami peningkatkan pada siklus 1 mendapat skor perolehan 40
(62.5%) dengan kriteria cukup baik sedangkan pada siklus II mendapat skor perolehan
57 (89%) dengan kriteria sangat baik
2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kelompok menggunakan pendekatan
kooperatif model TGT terjadi peningkatan. Pada siklus I dengan nilai perolehan 12
(60%) dapat dikategorikan cukup aktif meningkat pada siklus II dengan nilai perolehan
17,5 (85%) sehingga dapat dikategorikan sangat aktif.
3. Hasil belajar siswa menggunakan pendekatan kooperatif model TGT terjadi
peningkatan hasil belajar siswa yakni dari siklus I hanya mencapai nilai 71,25
meningkat pada siklus II menjadi 76,5. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal
hanya mencapai 55% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 90%.
DAFTAR PUSTAKA
Kuriniawan, Nursidi. (2011). "Karakteristik don Kebutuhan Pendidikan Anak usia Sekolah
Dasar", (Publish, 3 Nopember 2011; Akses, 11 Februari 2012),
http://www.dgirlss.wordpress.com/2011/11/03/karakteristik-dan-kebutuhanpendidikan-anak-usia-sekolah-dasar-oleh-nursidi-kumiawan-a-ma-pd-sd.
Ekocin. (2011). "Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)", (Publish, 6
Nopember
2011;
Akses,
10
Februari
2012),
http://www.ekocin.wordbress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments.
Gulo, W. (2008). Strategi Belajar. mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.
Jihad, Abdul Harts. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kamariah. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep Sifat-sifat Cahaya
dengan Model Pembelajaran Inkuiri pada Siswa Kelas V SDN Kuin Selatan 3
Kecamatan Kota Banjarmasin". Skripsi. Banjarmasin: PGSD Unlam.
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Norlena. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKn Pada Konsep
Lembaga-lembaga Negara dengan Penerapan Model Think Pair Share Pada Siswa
Kelas IV SDN Pasar Jati 1 Astambul Kabupaten Banjar". Skripsi. Banjarmasin:
PGSD Unlam
Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT. RajoGrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Setiawan, Agus. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pemerintahan Tingkat
Pusat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Kelas IV
SDN 2 Jangkung Kabupaten Tabalong". Skripsi. Banjarmasin: PGSD Unlam.
Setiawan, Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Suyono, Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Mulyani Sumantri. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Taniredja, dkk. (2010). Penelitian Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.
Tim Instruktur. (2011). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Banjarmasin: UNLAM
Trianto. (2011). Model-Model Pemebelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Download