MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN SUNGAI TIUNG 4 BANJARBARU Oleh: Hj. Asniwati ABSTRACT The use of learning approaches tend to make passive students in the learning process, can make students feel bored so not interested anymore to follow the lesson. In the process of teaching and learning in schools, approaches or teacher teaming model used is one of the external factors that can influence student motivation and lack of student learning outcomes. Therefore we need a model of cooperative approach TGT. This research is Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles. The research setting SON Sungal -flung 4 Banjarbaru V graders totaling 20 people composed. This is seen by teachers in the first cycle with a score of 40 (62.5%) were categorized as good enough to increase on the second cycle with a score of 57 (89%) were categorized as excellent. Activities of students in activities in group activities also increased which in the first cycle, with yields of 12 (60%) were categorized as good enough to increase in the second cycle to be very active with the acquisition score 17.5 (85%). classical completeness learning outcomes first cycle to 55% and increased in the second cycle to 90%. Based on the findings in this study suggested the teachers to use the model of TGT in an attempt to create improvement and increased student understanding, increase student activity and the quality and the quality of learning in primary schools respectively. Key words: Learning Outcomes, teaming model Teams Games Tournamen. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masafah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tabun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab l mengenai ketentuan umum pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas dengan tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta Penulis adalah dosen pada Program S-I Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin. didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan mendidik menengah. Menurut KTSP (2006), mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilal Iuhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perllaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat serta sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran PKn stategis sekali dalam mengembangkan peran warga negara melalui sekolah yang diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang demokratis dan yang dibutuhkan Indonesia sesuai dengan falsafah negara yaitu, Pancasila, sehingga perlu dikembangkan pembelajaran PKn yang dapat menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Tugas guru dalam pembelajaran adalah menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa terutama siswa SD menjadi bersemangat dan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik perlu sekali melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut dengan menciptakan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kenyataan yang terjadi selama ini di lapangan yaitu penyampaian materi kepada peserta didik masih banyak menggunakan pola lama dalam mengajar yaitu adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) lebih dominan dilakukan daripada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), seperti ceramah di depan kelas tanpa adanya variasi, buku paket selalu menjadi pusat informasi, penggunaan media jarang dilakukan dalam mengajar, perhatian yang kurang terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga minimnya interaksi dan bantuan antara guru-siswa dan siswasiswa dalam proses pembelajaran akibatnya datum proses pembelajaran banyak siswa yang pasif, metode yang kurang tepat dalam mengajar dan bahkan guru tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif learning dalam proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran yang demikian menyebabkan pembelajaran PKn terkesan tidak menyenangkan dan membosankan bagi siswa maka akibatnya hasil belajar siswa rendah karena siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hal ini terjadi pada siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 dalam memahami materi kebebasan berorganisasi tampak kesulitan, kesulitan memahami ini terlihat dari kegiatan yang berlangsung saat pembelajaran dan saat dilaksanakan tes/evaluasi dimana hasil belajar siswa rendah sehingga menyebabkan banyak siswa yang mengalami kegagalan. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa berupa nilai evaluasi materi kebebasan berorganisasi pada tahun 2010/2011 hanya ada 9 siswa atau 29,04% yang mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 22 orang atau 70,96%. Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn adalah 70. Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran untuk PKn yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak boson belajar PKn dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sesuai pula dengan tuntutan kompetensi guru, bahwa setiap guru harus mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran berikut merancang model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas dan potensi siswa agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Model pembelajaran yang diambil adalah model Teams Games Tournament (TGT) karena didalam model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dari semua tingkat kemampuannya di dalam kelompok, siswa juga didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan serta menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan atau mereka bahas dan juga memainkan permainan dalam bentuk tumamen yang dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih semangat, termotivasi menumbuhkan tanggung jawab, persaingan yang sehat dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor masing-masing tim mereka sating berkompetisi dalam menjawab soot kemudian akan ada penghargaan bagi tim yang unggul sehingga siswa akan merasa dihargai. Sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran PKn sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran PKn di SDN Sungai Tiung 4 berjalan monoton sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah 3. Hasil belajar siswa masih betum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PKn yang telah ditetapkan = 70. Sehubungan dengan masalah yang diuraikan di alas, maka peneliti mencoba untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan menerapkan model Teams Games Tournament (MT), 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran TGT pada materi kebebasan berorganisasi bagi siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru? b. Bagaimana aktivitas siswa dalam mempelajari kebebasan berorganisasi dengan model pembelajaran TGT? c. Apakah model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang kebebasan berorganisasi di kelas. V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru? 3. Rencana Pemecahan Masalah Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.Dalam pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tentang kebebasan berorganisasi mata pelajaran PKn pada kelas V. Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru dalam meningkatkan hasil belajar PKn materi kebebasan berorganisasi, maka alternatif tindakan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif TGT. Model pembelajaran ini dipilih karena TGT adalah salah satu model yang bertujuan untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa, mengingat dalam model ini siswa belajar secara kelompok dimana pada kegiatan kelompok ini siswa terlibat secara fisik, mental, dan emosional untuk mengkontruksikan pengetahuan secara bersama melalui interaksi dan kerjasama dengan teman sebaya melakukan tanya jawab, tukar pendapat, mengajarkan, mengoreksi, maupun menjelaskan maka dengan kegiatan yang ada pada kerja kelompok daiam TGT diharapkan dapat membawa bagi siswa itu dalam kemampuan bersosialisasi serta akan terbentuk manusia yang mampu menghargai orang lain. Selain interaksi dan kerja sama pada kegiatan kelompok pada model TGT, juga akan mendapat perhatian pada aspek keseriusan, keefektifan waktu serta keaktifan dalam tumamen sehingga keadaan ini akan menuntut siswa serius dan tepat waktu dalam kerja kelompok untuk memecah masalah yang ada. Kegiatan kelompok juga akan menjadi menyenangkan karena di akhir pelajaran guru akan mengadakan turnamen yang harus diikuti oleh siswa yang bertujuan membentuk kemampuan siswa berkompetisi. Alasan lain, penggunaan model pembelajaran TGT ini adalah agar siswa termotivasi untuk belajar PKn khususnya materi kebebasan berorganisasi sehingga dapat menghilangkan citra negatif bahwa PKn adalah pelajaran yang membosankan. Tindakan kelas akan dilakukan dengan 2 siklus dengan 4 kali pertemuan, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menerapkan model TGT pada materi kebebasan berorganisasi siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan melibatkan siswa secara penuh; b. b. Merancang skenario pembelajaran dengan model TGT kemudian melaksanakannya, mengevaluas,i dan melakukan refleksi pada tiap-tip siklus; c. Mempersiapkan format observasi aktivitas guru dan kegiatan aktivitas siswa terhadap pembelajaran; d. Mempersiapkan media pembelajaran yang relevan dengan topik pembelajaran berupa strukur organisasi; e. Merancang dan melaksanakan evaluasi proses yang dilaksanakan selama dan setelah proses pembelajaran. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Karakteristik Siswa Sumantri dan Syaodih (2007:6.3) mengatakan bahwa karakteristik anak usia SD adatah senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau rnemperagakan sesuatu secara langsung. Karakteristik dan kebutuhan peserta didik menurut Nursidik Kurniawan (2011) dibahas sebagai berikut : a. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karaterisktik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan khususnya untuk kelas rendah. b. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama 30 menit. c. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi. d. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan, melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep lama-lama. 2. Peran Guru dalam Pembelajaran Proses interaksi sebagai proses belajar berlangsung dalam lingkungan sosial di mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membutuhkan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang lain yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar ini ialah guru (Gulo, 2008:24). Peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Sardiman (2007:144146), antara lain adalah sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. 3. Hakikat Belajar, Pembelajaran, dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubaan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau skill, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011:9). Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam did individu. Dengan kata lain pembelajaran merupakan hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu (Pribadi, 2009:10-11). Menurut Corey (1986), pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan menurut Nurani (2003), konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi kegiatan pembelajaran (Tim lnstruktur, 2011:54). Setelah melalui proses pembelajaran maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Sudjana (2004) berpendapat. hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setetah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang tersusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam, diri pribadi individu yang belajar (Kunandar, 2011:276). 4. Pembelajaran Kooperatif Sanjaya (2006) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif: 1) Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar agar semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi (Rusman, 2011:206-207). Lie (2002) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari duo sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain (Wena, 2009:189). 5. Model Pembelajaron TGT Model pembelajaran TGT adalah salah scttu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Seperti karakteristik pendekatan kooperatif lainnya, Model TGT juga memunculkan adanya kelompok-kelompok belajar. Dalam model TGT, siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Masing-masing anggota kelompok tersebut akan dipertandingkan dengan anggota kelompok lain yang berkemampuan homogen dalam meja-meja turnamen. Pendekatan kooperatif model TGT ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajarannya. Menurut Suarjana (2007) yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain adalah untuk lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; motivasi belajar lebih tinggi; hasil belajar lebih baik; meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT bagi guru sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahon ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok. waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh. Sedangkan bagi siswa, masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. Dari pembahasan materi model pembelajaran TGT tersebut, maka dapat disimpulkan: a. Dengan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. b. Dengan model pembelajaran TGT dapat menambah wawasan tentano berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru. 6. Pembelajaran PKn di SD PKn adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu (civic knowledge), mau (civic dipositions), dan mampu berbuat baik (civic skill). Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Tim Instruktur, 2011:43). Zamroni (dalam Bedjo, 2010:6) mengemukakan bahwa PKn adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui akfivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin kehidupan warga negara. Tujuan PKn menurut KTSP 2006 untuk SD/MI agar peserta didik memiiki kemampuan untuk: Berpikir secara kritis; rasional, dan kreatif menanggapi isu kewarganegaraan; Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas; Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya; dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia, langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi inforamsi dan komunikasi. Sedangkan ruang lingkup PKn SD terdiri dari 24 standar kornpetensi dan dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar. Jika dikelompokkan, maka menurut Mulyasa (dalam Tim Instruktur PLPG, 2011:44) terdapat 8 kelompok materi dalam lingkup PKn SD, yaitu: Persatuan Kesatuan Bangsa; Norma, Hukum, dan Peraturan; Hak Asasi Manusia; Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik; Kedudukan Pancasila: dan Globalisasi. C. METODE PENELMAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PIK). Menurut kemmis dan Mc. Tanggart (1998) dalam Kunandar (2008:71-73) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari terdiri dari dari empat momentum esensial; yakni penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas berasal dciri istilah bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR), yang berarti penelition yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada sebuah subjek penelitian di kelas tersebut (Trianto, 2011:13). ArWunto(2007) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Taniredja, 2010:1516). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara terus-menerus, selama kegiatan tindakan dilakukan. PTK ini disusun menjadi sebuah siklus dengan pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang). Pola ini merupakan ciri khas sebuah PTK yaitu adanya pengulangan tindakan sampai didapat hasil yang terbaik. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua siklus tindakan. Tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan, sehingga total pertemuan dari kedua siklus itu adalah empat kali pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sungai Tiung 4 Kota Banjarbaru, pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Kelas V dipilih sebagai tempat melakukan penelitian karena masalah yang akan diteliti ada di kelas ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V SDN Sungai Tiung 4 Kota Banjarbaru diketahui bahwa nilai hasil belajar belajar siswa untuk mata pelajaran PKn masih tergolong rendah. Berkenaan dengan data yang digali, ada yakni data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu berupa observasi aktivitas guru dan siswa dianalisis menggunakan analisis kualitatif model teknik analisis interaktif seperti mereduksi data, membeberkan data, dan menarik kesimpulan (interpretasi data kedalorn katergori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik). Sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dengan mencari ratarata hasil belajar dan persentase keberhasilan belajar, kemudian didistribusikan dalam bentuk tabel dan difrekuensikan dengan grafik. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini ada tiga, yakni faktor guru, siswa, dan hasil belajar. Faktor guru, yaitu hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran materi kebebasan berorganisasi dengan menggunakan pendekatan kooperatif model TGT. Faktor siswa, yaitu pengamatan kegiatan belajar siswa dalarn bekerjasama, bertanya, keaktifan dalam kelompok, serta keikutsertaan dalam turnamen pada pembelajaran kebebasan berorganisasi dengan menggunakan pendekatan kooperatif model TGT. Faktor hasil belajar, yaitu hasil dari kemampuan siswa dalam menguasai konsep kebebasan berorganisasi. Siswa dianggap berhasil apabila sudah memperoleh nilai sesuai dengan indikator keberhasilan yang tetah ditetapkan yaitu > 70. D. HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di SDN Sungai Tlung 4 Banjarbaru dengan 2 siklus ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Data hasil pengamatan mengenai aktivitas guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan pada grafik berikut: Gambar 1. Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum efektif karena guru hanya berada pada kategori cukup baik (40) atau sekitar 62,5% hal ini disebabkan masih banyak memberikan. penjelasan terhadap satu tahap pembelajaran yang dilaksanakan sehingga ada beberapa tahap pembelajaran yang kurang optimal dilaksanakan. Selain itu juga, kurangnya pengelolaan waktu yang cermat sehingga guru tampak tergesa-gesa dalam mengajar. Hasil pengamatan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sudah efektif dengan kategori sangat baik (57) atau sekitar 89% karena guru sudah mampu mengelola waktu dengan baik dan mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan refleksi diri yang dibantu dan arahan observer sehingga adanya peningkatan aktivitas guru pada setiap tahap dalam kegiatan pembelajaran dari siklus I sampai Siklus II. Peningkatan, ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi aktivitas siswa maupun hasil belajar karena keberhasilan guru dalam kegiatan belajar akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar. Aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran pada siklus 1 berada pada kategori baik. Setiap aspek dalam pembelajaran dilaksanakan, hanya saja masih ada beberapa aspek yang belum dilakukan secara optimal misalnya pada aspek menyajikan materi guru, melakukan tanya jawab dan memberikan bimbingan pada diskusi kelompok. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru tidak menuliskan garis besar materi pada papan tulis, saat malakukan tanya jawab mengenai materi pembelajaran guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa hanya sebagian siswa saja ikut dalam tanya jawab tersebut dan begitu juga pada saat memberikan bimbingan pada saat diskusi kelompok, guru hanya melakukan bimbingan tanpa melakukan tanya jawab mendalam tentang materi diskusi. Hal ini mungkin terjadi karena adanya kekhawatiaran dari guru akan waktu yang terlalu panjang dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini sehingga penggelolaan waktu yang kurang cermat yang tidak sesuai dengan perencaanaan pembelajaran berimbas pada proses pembelajaran. Hasil pengamatan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran berada pada kategori sangat baik karena guru sudah melakukan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan dengan matang, melakukan pembelajaran dengan menghilangkan kekhawatiran untuk waktu yang tidak cukup sehingga kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran pada siklus I dapat di atasi. 2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Adanya pendekatan kooperatif model TGT yang menyajikan aktivitas belajar dengan perlombaan atau pertandingan yang dirancang dalam model pendekatan kooperatif TGT memungkinkan siswa untuk dapat lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Berikut disajikan grafik aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif model TGT: Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dari siklus I yaitu skor 12 dengan kriteria cukup aktif mengalami peningkatan pada siklus 11 dengan skor 17,5 pada kriteria sangat aktif. Peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini dikarenakan kondisi siswa yang sangat senang dalam belajar dan termotivasi untuk belajar. Hal ini terjadi karena adanya persaingan kelompok untuk tampil sebagai yang terbaik oleh karena itu setiap anggota berusaha mengajak temannya agar menguasai materi demi kepentingan kelompok. Dalam pendekatan kooperatif model TGT ini siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi mereka juga diberikan kesempatan untuk menemukan dan bertanya antar sesama siswa dikelas serta berdiskusi sehingga model ini multi arah. 3. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa memahami yang diberikan karena dari situ akan terlihat secara jelas kemampuan siswa menggali pengetahuan setelah dilakukan belajar. Berikut disajikan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II: Gambar 3. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 3 di atas terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus 1 sebesar 71,25 menjadi sebesar 76,5 pada siklus II dengan peningkatan ratarata sebesar 5,25. Peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan semakin baiknya proses pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru sehingga siswa lebih memahami materi yang diberikan. Peningkatan hasil belajar ini akan semakin meningkatnya ketuntasan klasikal di dalam kelas. Hasil ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4 berikut: Gambar 4. Perbandingan Ketuntasan Kiasikal Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 4 terlihat jelas bahwa ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% menjadi 90% pada siklus II dengan peningkatan sebesar 35% dan hal hi telah mencapai indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang terjadi pada siklus 1 dan skius II ini dikarenakan guru telah menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD. Dimana pendekatan kooperatif merupakan suatu model pembelajaran pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Peningkatan hasil belajar juga terjadi karena guru pada saat proses pembelajaran tidak hanya memberikan materi secara klasikal (ceramah) tetapi guru mementingkan proses diskusi kelompok sebagai sarana membangun informasi dan pengetahuan melalui tukar pendapat dan saling mempelajari sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing. Peningkatan hasil belajar juga terjadi karena guru pada saat proses pembelajaran tidak hanya memberikan materi secara klasikal (ceramah) tetapi guru mementingkan proses diskusi kelompok sebagai sarana membangun informasi dan pengetahuan melalui tukar pendapat dan saling mempelajari sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas V SDN Sungai Tiung 4 Banjarbaru dengan materi kebebasan berorganisasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Akfivitas guru dalam kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif model TGT mengalami peningkatkan pada siklus 1 mendapat skor perolehan 40 (62.5%) dengan kriteria cukup baik sedangkan pada siklus II mendapat skor perolehan 57 (89%) dengan kriteria sangat baik 2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kelompok menggunakan pendekatan kooperatif model TGT terjadi peningkatan. Pada siklus I dengan nilai perolehan 12 (60%) dapat dikategorikan cukup aktif meningkat pada siklus II dengan nilai perolehan 17,5 (85%) sehingga dapat dikategorikan sangat aktif. 3. Hasil belajar siswa menggunakan pendekatan kooperatif model TGT terjadi peningkatan hasil belajar siswa yakni dari siklus I hanya mencapai nilai 71,25 meningkat pada siklus II menjadi 76,5. Pada siklus I ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 55% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 90%. DAFTAR PUSTAKA Kuriniawan, Nursidi. (2011). "Karakteristik don Kebutuhan Pendidikan Anak usia Sekolah Dasar", (Publish, 3 Nopember 2011; Akses, 11 Februari 2012), http://www.dgirlss.wordpress.com/2011/11/03/karakteristik-dan-kebutuhanpendidikan-anak-usia-sekolah-dasar-oleh-nursidi-kumiawan-a-ma-pd-sd. Ekocin. (2011). "Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)", (Publish, 6 Nopember 2011; Akses, 10 Februari 2012), http://www.ekocin.wordbress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments. Gulo, W. (2008). Strategi Belajar. mengajar. Jakarta: PT. Grasindo. Jihad, Abdul Harts. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kamariah. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep Sifat-sifat Cahaya dengan Model Pembelajaran Inkuiri pada Siswa Kelas V SDN Kuin Selatan 3 Kecamatan Kota Banjarmasin". Skripsi. Banjarmasin: PGSD Unlam. Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Norlena. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKn Pada Konsep Lembaga-lembaga Negara dengan Penerapan Model Think Pair Share Pada Siswa Kelas IV SDN Pasar Jati 1 Astambul Kabupaten Banjar". Skripsi. Banjarmasin: PGSD Unlam Pribadi, Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajoGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Setiawan, Agus. (2011). "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pemerintahan Tingkat Pusat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Kelas IV SDN 2 Jangkung Kabupaten Tabalong". Skripsi. Banjarmasin: PGSD Unlam. Setiawan, Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suyono, Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syaodih, Mulyani Sumantri. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Taniredja, dkk. (2010). Penelitian Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Tim Instruktur. (2011). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Banjarmasin: UNLAM Trianto. (2011). Model-Model Pemebelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.