BAB 1 PENDAHULUAN 1. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Setiap perusahaan (organisasi) apapun bentuknya senantiasa berupaya agar tujuan yang bersangkutan dapat dengan efektif dan efisien. Efektivitas maupun efesiensi perusahaan tersebut sangat tergantung pada baik buruknya kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena sumber daya manusia merupakan kunci sukses perusahaan, maka fungsi personalia tersebut menjadi semakin penting. Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan (rekruitmen), latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. Dalam melaksanakan fungsinya manajemen menentukan persyaratanpersyaratan mental, fisik, dan emosional untuk posisi-posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan dengan karakteristik personalia tertentu, seperti keahlian, pendidikan, umur, latihan, dan pengalaman. Dari hasil penelitian yang membandingkan antara pengorbanan yang telah diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja dengan hasil yang diperoleh perusahaan dari tenaga kerja dengan hasil yang diperoleh perusahaan dari tenaga kerja, maka diketahui apakah perusahaan sudah cukup efisien di dalam menggunakan 1 sumber daya manusia yang efisien akan turut memperkuat daya saing perusahaan di dalam pasar sehingga tujuan-tujuan perusahaan dapat direalisir. Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan keinginan untuk melakukan peningkatan prestasi. Yang dimaksud dengan sikap mental ini berupa kerukunan kerja, disiplin dalam bekerja maupun keinginan untuk menambah pengalaman. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan pada akhirnya terwujud tujuan perusahaan, pegawai dan masyarakat. Maka setiap perusahaan harus selalu berusaha agar bawahannya mempunyai disiplin kerja yang baik, dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi, efektivitas kerja pegawai akan meningkat. Hal ini sangat mendukung produktivitas kerja pegawai perusahaan. Perusahaan akan sulit mencapai tujuannya jika perusahaan yang dimilikinya tidak memenuhi peraturan-peraturan perusahaan tersebut. Mengingat pentingnya disiplin dalam berkerja yaitu sebagai salah satu cara untuk merealisasikan tujuan perusahaan yang sekaligus dapat meningkatkan daya saing perusahaan, maka penulis tertarik untuk memilih judul yang akan diteliti yaitu: ”Pengaruh Disiplin Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kanwil 1 Medan”. 2 2. RUMUSAN MASALAH Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Berdasarkan pengamatan pendahuluan maka yang menjadi perumusan masalah pada skripsi ini adalah: ”Apakah ada hubungan Disiplin terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan?. 3. HIPOTESIS Hipotesa adalah dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya dengan menggunakan data dari hasil penelitian sehubungan dengan itu, dirumuskan hipotesa sebagai berikut: ”Disiplin mempunyai hubungan yang signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan”. 4. LUAS DAN TUJUAN PENELITIAN Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, penelitian ini dibatasi hanya mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan hubungan disiplin terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL1Medan. 3 Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis apakah ada hubungan disiplin terhadap produktivitas kerja karyawan. b. Memberikan saran-saran bagi pimpinan perusahaan untuk lebih mengutamakan hubungan terhadap produktivitas kerja karyawan 5. METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA a. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankan, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan di jalan Pulau Pinang No.1 kel. Kesawan 4160033 Medan. b. Jenis dan Sumber Data Data terdiri atas data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner kepada para karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan, sedangkan data sekunder adalah data atau sumber yang didapat dari bahan bacaaan, seperti: dokumentasi perusahaan, buku-buku referensi, dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian. c. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melaksanakan 2 (dua) cara, yaitu: 4 1) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan kepustakaan untuk menghimpun data teoritis yang diperoleh dengan membaca buku, jurnal serta sumber-sumber tertulis lainnya. 2) Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung mendatangi perusahaan sebagai objek penelitian, untuk mendapatkan data dan keterangan yang dibutuhkan mengenai sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi dalam PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kanwil 1 Medan. Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari literature atau referensi lain yang berhubungan dengan pokok bahasan akan digunakan sebagai acuan analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti. Data yang diperoleh berupa jawaban dari karyawan terhadap pertanyaan atau butir-butir yang diajukan. d. Populasi dan Sampel 1) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti 5 untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Yang menjadi populasi adalah karyawan yang bekerja di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan. 2) Sampel Data dikumpulkan dengan cara mengambil sampel secara acak atau dengan kata lain disebut sampling. Sampel penelitian meliputi sebahagian karyawan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, KANWIL 1 Medan. Jumlah responden atau sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang. 3) Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan a) Model Dokumentasi Model dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dari laporan mengenai kedisiplinan terhadap prestasi kerja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari PT. Bank Mandiri (Pesero) Tbk, KANWIL 1 Medan. b) Pengamatan (Observation) Pengamatan merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung subjek penelitian yang dalam hal ini adalah PT.Bank Mandiri (Pesero) Tbk, KANWIL 1 Medan. 6 c) Daftar Pertanyaan (Quesioner) Daftar pertanyaan adalah instrumen untuk pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang berhubungan dengan disiplin terhadap produktivitas kerja. 6. METODE ANALISIS a. Metode Deskriptif Metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa dan menginterprestasikan data sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi. b. Metode Deduktif Penarikan kesimpulan berdasarkan teori yang telah diterima sebagai suatu kebenaran umum mengenai keadaan yang diamati. Dari hasil perbandingan tersebut akan ditarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran yang berguna bagi perusahaan. 7 BAB II URAIAN TEORITIS 1. Tinjauan Umum Tentang Disiplin Kerja a. Pengertian Disiplin Kerja Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Manajemen secara pengertian adalah “Seni dengan menyelesaikan sesuatu melalui orang lain”1. Dalam artian lain manajemen merupakan ”proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.2 Manusia sebagai individu kadang-kadang ingin hidup bebas, sehingga ia ingin melepaskan diri dari segala ikatan dan peraturan yang membatasi kegiatan dan perilakunya. Akan tetapi, selain itu manusia juga merupakan makhluk sosial yang hidup di antara individu-individu lain, dimana ia mempunyai kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain. Penyesuaian diri dari setiap individu terhadap segala sesuatu yang ditetapkan kepadanya, akan menciptakan suatu masyarakat yang 1 2 Erny Trisnawati sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen : Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 5. T. Hani Handoko, Pengantar Manajemen : BPFE, Yogyakarta, 2003, hsl. 8. 8 tertib dan bebas dari kekacauan-kekacauan. Demikian juga kehidupan dalam suatu perusahaan akan sangat membutuhkan ketaatan dari anggota-anggotanya pada perusahaahn tersebut. Menurut Sentot Imam Wahjono bahwa : “Disiplin merupakan kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi”.3 Disiplin merupakan sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan. Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dalam menjalankan setiap aktivitas atau kegiatan sehari-hari, masalah disiplin didefinisikan dengan tepat, baik waktu maupun tempat. Apapun bentuk kegiatan itu, jika dilaksanakan dengan waktu yang tepat tidak pernah terlambat, maka itu pula yang dikatakan disiplin. Demikian pula dengan ketepatan tempat, jika dilaksanakan dengan konsekuensi, maka predikat disiplin tersebut telah merasuk ke dalam jiwa seseorang. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif dari manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal. Dan juga kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati 3 Sentot Imam Wahjono, 2008, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, Jakarta: Kencana, hal. 135 dan 136 9 semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Disiplin merupakan kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Pengertian disiplin secara umum merupakan suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Abdurrahmat Fathoni, pengertian kedisiplinan dapat diartikan : “Bilamana karyawan datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan normanorma sosial yang berlaku.”4 Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan displin karyawan yang baik, maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut H. Malayu SP. Hasibuan bahwa: Kedisiplinan adalah fungsi operatif keenam dari manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik displin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.5 Menurut Muchdarsyah Sinungan bahwa pengertian disiplin adalah: Sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan 4 H. Abdurrahmat Fathoni, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 172 5 H. Malayu SP. Hasibuan, Op. Cit., hal. 193 10 (obedience) terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu.6 Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila. Menurut Sondang P. Siagian bahwa : “Disiplin pegawai dalam manajemen sumber daya manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan.”7 Oleh karena itu setiap organisasi perlu memiiki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya, standar yang harus dimiliki. Disiplin organisasi merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan demikian disiplin kerja merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Dimana disiplin kerja merupakan ketekunan, ketaatan, kegiatan, sikap yang sangat hormat yang nampak sesuai dengan tata aturan yang telah disepakati bersama antara organisasi dan pegawainya. Disiplin mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai pengertian di atas dapat diartikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 6 7 Muchdarsyah Sinungan, 2008, Produtivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 145 Sondang P. Siagian, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 305 11 a. Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata Latin, yaitu disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu seseorang yang belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran. b. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi. c. Kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. d. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai perilaku yang dikendalikan (controlled behavioour) Dari beberapa pengertian di atas, disiplin terutama ditinjau dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Dengan demikian disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan serta masyarakat pada umumnya. Melalui displin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. 12 Seorang yang sejati dan kuat biasanya mempunyai disiplin yang baik, dalam arti ia mempunyai keteraturan di dalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olah raga dan tertib dalam segala hal. b. Macam-macam disiplin kerja Disiplin kerja dapat timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari perintah terdiri dari : 1) Self imposed dicipline, yaitu kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah mejadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku. 2) Command dicipline, yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan hukuman serta kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan timbul karena perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi karena adanya paksaan atau ancaman dari orang lain. Dalam setiap organisasi atau Instansi yang diinginkan adalah jenis disiplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Namun kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya paksaan dari luar. Bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana, yaitu : a. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan 13 b. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan. c. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya d. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan karyawan. e. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan. Menurut Sentot Imam Wahjono bahwa ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu 1. Disiplin preventif, yaitu kegiatan yang dilaksanaakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar atau aturan sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah, tujuannya untuk mendorong dan menguatkan disiplin diri. 2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut serta menjaga konsistensi standar kelompok.8 Bila dilihat dari pendapat Sondang P. Siagian yang membagi dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu: 1. 2. Pendisiplinan preventif. Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif. Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada disiplin pribadi para anggota organisasi. Pendisiplinan korektif. Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang 8 Sentot Imam Wahjono, Op. Cit., hal. 135 14 telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi.9 c. Faktor-faktor disiplin kerja Keteraturan merupakan ciri utama organisasi dan disiplin merupakan salah satu metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan dilakukannya disiplin adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi. Selain itu juga disiplin mencoba untuk mencegah kerusakan atau kehilangan harta benda, mesin, peralatan dan perlengkapan kerja yang disebabkan oleh ketidak hati-hatian. Disiplin mencoba mengatasi kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan dan keterlambatan. Disiplin mencoba mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awal mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, bagi para kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi. Perilaku 9 Sondang P. Siagian, Op. Cit., hal. 305 15 disiplin karyawan merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Menerapkan tata tertib berarti menegakkan disiplin pegawai. Namun untuk mengetahui apakah pegawai telah besikap disiplin atau belum perlu diketahui kriteria yang menunjukkannya. Mengukur adanya disiplin yang baik pada umumnya disiplin kerja terdapat apabila pegawai datang ke kantor tepat pada waktu, apabila mereka berpakaian rapi di tempat kerja, apabila mereka menggunakan perlengkapanperlengkapan kantor dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerja dengan memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan suatu organisasi (perusahaan), apabila mereka menyelesaikan pekerjaan dengan semangat baik. Atau dengan demikian tujuannya semua disiplin adalah agar seseorang dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh perusahaan. Atau dengan kata lain, agar seseorang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, kesejahteraan merupakan faktor yang dapat dipenuhi oleh pihak perusahaan terhadap karyawannya, yang selanjutnya akan memberikan kepuasan dan kecintaannya terhadap perusahaan atau pekerjanya. Jika kecintaan pekerja semakin baik terhadap pekerjaannya, maka disiplin itu perlu imbang, yaitu salah satunya adalah tingkat kesejahteraan yang dimaksud, apabila kebutuhan tersebut telah terpenuhi mereka dapat hidup layak, dengan kelayakan hidup ini mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan dengan ketenangan tersebut diharapkan mereka 16 akan lebih berdisiplin. Kesejahteraan ini merupakan salah satu contoh saja di antara beberapa aspek yang berkaitan dengan disiplin kerja. Begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka kurang dapat hidup dengan layak, sehingga mereka menjadi kurang tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya akan mengurangi kecintaannya terhadap perusahaan dan pada gilirannya akan terjadi pelanggaran-pelanggaran peraturan oleh para karyawan atau tindakan-tindakan tidak disiplin dengan kata lain kedisiplinan karyawan menjadi buruk. d. Tindakan pendisiplinan Sebagai bangsa yang mempunyai cita-cita untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat yang adil dan makmur dan lestari berdasarkan Pancasila, maka diperlukan upaya bertahap, berencana dan berkesinambungan. Dengan demikian setiap masyarakat dalam hal ini karyawan yang hendak bekerja dengan tertib dan teratur memerlukan sikap dan perilaku pada karyawan yang berdisiplin. Setiap karyawan yang berdisiplin selalu bersikap dan berperilaku sesuai dengan ketentuan yang dianggap baik olehnya dan selalu mendukung agar perusahaan tempat dia bekerja semakin maju. Ketika bekerja seorang karyawan dapat menampilkan perilaku yang tidak disiplin. Beberapa perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan 17 kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah, memperlakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama dengan rekan, menolak kerja lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogokan secara ilegal. Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila pegawai datang ke kantor teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh kantor / Instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja. Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat dikelompokkan menjadi delapan indikator yaitu diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tujuan dan kemampuan Keteladanan pimpinan Balas jasa Keadilan Waskat (pengawasan melekat) Sanksi hukuman Ketegasan Hubungan kemanusiaan.10 Dengan demikian disiplin mengacu pada pola tingkah dalam hal pekerjaan, yaitu: a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. b. Adanya perilaku yang dikendalikan 10 Abdurrahmat Fathoni, Op. Cit., hal.173 18 c. Adanya ketaatan (obedience) 2. Tinjuan Umum Tentang Produktivitas Kerja a. Pengertian Produktivitas Kerja Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan. Produktivitas mengandung pengertian yang berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis, dan system. Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Secara konseptual produktivitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan.11 Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep system, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerjasama atau keterpaduan dari unsur- unsur yang relevan dengan system. Untuk memperjelas pengertian pdoduktivitas, dibawah ini dikemukakan beberapa uraian para pakar mengenai produktivitas. Menurut Prof. Sukanto Reksohadiorodjo :“Produktivitas adalah Peningkatan proses produksi, pembandingan yang membaik antara 11 Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi ketiga, Jakarta : Rajawali Pers, 2010, hal. 109. 19 jumlah sumberdaya yang dipergunakan dengan jumlah barang- barang dan jasa- jasa diproduksikan.”12 Muchdarsyah Sinungan mengemukakan pengertian produktivitas sebagai berikut : “Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang- barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya.”13 Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Produktivitas merupakan satu wilayah kegiatan organisasi yang selalu tampak sebagai salah satu sasaran jangka panjangnya. Artinya suatu perusahan yang ingin bertumbuh dan berkembang selalu berupaya meningkatkan produktivitas kerja berbagai system dalam organisasi tersebut, termasuk system menajemen, system fungional, dan system operasional. Kegiatan defenisi tersebut diatas menunjukkan belum adanya kesepakatan umum mengenai pengertian produktivitas maupun kriteria dalam mengukur petunjukpetunjuk produktivitas. Akan tetapi yang dijadikan sebagai faktor pengukur produktivitas umumnya adalah tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena besarnya 12 Prof. Sukanto Reksohadiprodjo, 2003, Manajemen Produksi Dan Operasi, edisi kedua, cetakan pertama, BPFE, yogyakarta, hal 18 13 Drs. Muchdarsyah Sinungan, 2008, Produktivitas Apa dan Bagaimana, cetakan ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta,hal 12. 20 biaya yang dipergunakan untuk tenaga kerja atau masukan pada faktor- faktor produksi lainnya. Jika para individu/ karyawan dalam suatu organisasi banyak terlibat, mereka akan cenderung terikat lebih jauh pada aktivitas terarah pada tujuan sebelum mereka sampai pada frustasi dan menarik diri. Selain itu jika pimpinannya menetapkan suatu tujuan untuk mereka capai. Maka mereka akan merasa enggan untuk mencapainya. Karena tujuan itu dirasakan bukan tujuan dia/ karyawan atau tujuan organisasi melainkan tujuan seorang pimpinan tersebut. Pengertian diatas mengandung arti bahwa para bawahan tidak akan termotivasi untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi kecuali mereka mempertimbangkan harapan-harapan tinggi pimpinan tersebut benar- benar realistis dan bisa dicapai. Jika mereka didorong untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang tidak bisa dicapai kemungkinan sekali mereka akan berhenti mencoba mendorong dan menetapkan hasil-hasil yang lebih rendah dari yang mampu mereka hasilkan. b. Faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan Menurut Simanjuntak (1993), untuk mencapai tingkat produktivitas tenaga kerja yang tinggi, perusahaan harus memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhinya antara lain : 1. Pelatihan Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus untuk memberikan dasar- dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukan. 21 2. Mental dan kemampuan fisik karyawan Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan. 3. Hubungan antara atasan dan bawahan Hubungan atasan dan bawahan akan memengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari- hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin- menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlakukan secara baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.14 Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang ada dalam perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja, diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan . Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat bergantung pada ketrampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diemban kepada mereka. 2. Meningkatkan hasil yang dicapai Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu 14 DR. Edy Sutrisno, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Kencana. Jakarta, hal 102. 22 yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan. 3. Semangat kerja Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hasil kemarin. 4. Pengembangan diri Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengambangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan . Begitu juga harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan. 5. Mutu Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah ada. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi, meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahan dan dirinya sendiri. 6. Efisiensi 23 Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan 24