HUKUM Su 1. 2. 3. mber Hukum Islam : Al qur’an Sunnah Ijtihad Al 1. 2. 3. 4. 5. Q u r’ a n T e r d i r i D a r i : Keyakinan Hukum Etika Sejarah Ghaib ISLAM Hukum Terdiri Dari : 1. Perintah : Keras (Wajib) Lunak (Sunnah/Arjanah) 2. Larangan : Keras (Haram) Lunak (Makhruh) W e w e n a n g U U N o. 9 / 9 8 1. Perkawinan 2. Harta Benda 3. Warisan : Ha 1. 2. 3. 4. : rta Benda Terdiri Dari Waqaf Hibah Hadiah Wasiat Sunnah : Perbuatan , perkataan dan pengakuan Nabi Muhamad Jitihad : Usaha yang sungguh-sungguh dari Ulama Islam dan ahli hukum Islam untuk memahami isi Al Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum Islam dan menegakan hukum terhadap kasus-kasus baru yang tidak ada ketentuan hukumnya didalam Al Qur’an atau Sunnah. H a s i l H u k um D a r i U s a h a I j i t i h a d : 1. Fatwa (Pendapat perorangan ahli hukum) 2. Ijmak (Kesepakatan) Kasus-kasus wewenang Pengadilan Agama tidak boleh di periksa lagi di Pengadilan Negeri demikian juga sebaliknya. Tu 1. 2. 3. 4. juan Dari Hukum Darurat Mempertahankan nyawa Menyelamatkan kesehatan Untuk mempertahankan agama Mempertahankan keturunan : Tu 1. 2. 3. juan Hukum Islam Mengatur 3 Masalah Mengatur hal-hal yang primer (Prinsip) Hal-hal yang dibutuhkan manusia (Skunder) Mengatur hal – hal yang dapat diperindah kehidupan. : 1 Mengatur Hal–Hal Yang Primer (Penyelamatan) : 1. Jiwa 2. Kesehatan 3. Harta 4. Keturunan 5. Agama 6. Harga diri Hal–Hal Yang Dibutuhkan Manusia 1. Keringanan dalam hukum darurat Beberapa Macam Hukum Islam 1. Taklifi ( Perintah/Larangan ) 2. Wa’ahi ( ketentuan Tuhan ) : : Taklifi Terdiri Dari : 1. Perintah : Keras ( Wajib) Lunak ( Sunnah ) 2. Larangan : Keras ( Haram ) Lunak ( Makhruh ) 3. Pilihan : Mabah Wa‘ahi Terdiri Dari : 1. Sebab : (sebab akibat perbuatan karena apa) 2. Syarat : (syarat-syarat untuk menjalankan sesuatu) 3. Malik : (mencegah terjadinya hukum) 4. Syah : (bila syarat-syarat cukup) 5. Batal : (bila syarat-syarat tidak cukup) 6. Ijima : (hukum asal) 7. Darurat : (untuk mempertahankan) Pe 1. 2. 3. 4. 5. 6. rkawinan Terdiri Dari Calon Suami Calon Istri Wali 2 Orang saksi Ijab dan Qabul Dicatat : Wali Terdiri Dari : 1. Wali Nisab ( Wali keturunan ) 2. Wali Hakim ( Kawin lari ) 3. Wali Takhim ( wali diangkat oleh pengantin wanita) Ijab : Penyerahan anak kepada Calon suami Qabul : Penerimaan Istri oleh suami 2 PERKAWINAN Perkawinan: MENURUT U U NO.1 T A H U N 1974 Ikatan lahir dan batin antara seorang perempuan dan seorang pria sebagai suami istri untuk membentuk keluarga bahagia berdasarkan ketuhanan YME. P e r k a w i n a n D i c a t a t : 1. P3N (Bagi Muslim) 2. Catatan Sipil (Bagi Non Muslim) Ca 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. lon Istri Yang Ideal : Beriman serta seagama calon suami Mampu memberikan keturunan Cantik dan bersifat keibuan Sehat jasmani dan rohani Dari keturunan orang-orang yang sehat Mampu melaksanakan kewajiban sebagai istri Tidak bagus berkeluarga dengan keluarga yang terlalu miskin ( Catatan saja ) Ca 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. lon Suami Yang Ideal : Beriman dan seagama dengan calon istri Mampu memberikan nafkah lahir dan bathin Ganteng/Tampan Berpendidikan Sehat jasmani/rohani Dari keturunan orang-orang yang sehat Usia lebih tua Mampu memberikan keturunan Ke 1. 2. 3. wajiban Suami : Membayar Mahar (Benda/uang/cash/credit) Memberi nafkah Berlaku adil Ke 1. 2. 3. wajiban Istri : Patuh pada suami Melayani suami dengan baik Melahirkan anak dan menyusuinya Peminangan : Kegiatan upayah kearah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita. 3 CATATAN Dalam hukum Islam seorang prempuan yang sudah dipinang oleh seorang laki-laki haram menerima pinangan orang lain sebelum pembatalan dari pinangan pertama. A k a d N i k a h : Rangkaian Ijab ( Penyerahan ) yang diucapkan oleh wali wanita dan Qabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya yang disaksikan minimal 2 orang. Taklik Ha 1. 2. 3. 4. 5. T a l a k (perjanjian perkawinan) : Perjanjian suami kepada istrinya pada saat akad nikah. k Bersama Terdiri Dari : Dengan terjadinya perkawinan maka terjadilah hubungan waris mewarisi, bila salah satu meninggal Dengan terjadinya hak bersama dalam perkawinan bila terjadi perceraian. Anak yang lahir dari perkawinan menjadi milik bersama Terjadinya hubungan keluarga antara 2 belah pihak Terjadinya perceraian/harta dibagi bersama CATATAN Bila perkawinan tidak dicatat di Catatan Sipil maka tidak bisa bercerai di Pengadilan Agama. Perkawinan yang tidak di catat di catatan sipil tidak mengakibatkan hukum Hu 1. 2. 3. kum Menikah : Wajib ( bila sudah mampu ) Sunnah ( bila tidak mampu ) Haram ( bagi laki-laki yang mampu tapi bisa menahan diri ) Tu 1. 2. 3. 4. juan Menikah : Kebutuhan setiap manusia Untuk melahirkan keturunan Dapat membagi tugas antara suami dan istri Memperluas hubungan keluarga 4 A Z A S – A Z A S U U P E R K A W I N A N NO. I / THN 1974 (UNDANG–UNDANG PERKAWINAN) 1. 2. 3. 4. 5. Perkawinan didasarkan pada kerelaan kedua belah pihak dengan demikian perkawinan tidak boleh ada unsur paksaan Suami Istri harus sudah matang jasmani dan rohani Mempersulit terjadinya perceraian Pada dasarnya perkawinan didasarkan pada Monogami dengan mempersulit Poligami Perkawinan harus didasarkan masing-masing dan tidak boleh bertentangan dengan agama. Catatan Monogami : Satu orang suami dan satu orang istri Poligami : Satu orang suami dan dua orang istri Poliandri : Satu orang istri dua orang suami Se 1. 2. 3. b a b – S e b a b T e r j a d i n y a P o l i g a m i: Karena kesehatan Bila terjadi peperangan Tuhan menciptakan laki-laki untuk Donatur K o n f i l a s i H u k u m I s l a m B A B I X P a s a l 55 Ayat (1) “ Beristri dari satu orang pada waktu bersamaan terbatas hanya empat orang saja.” Ayat (2) “ Syarat-syarat utama beristri lebih dari satu : 1. Suami harus berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya keadilan dalam lahir dan bahtin 2. Suami yang berpoligami harus mendapat izin dari Pengadilan agama. Didalam UU No.1 Tahun 1974 dan Didala m Konfilasi Hukum Islam Pasal 57 ada 3 Alasan Suami Dapat Berpoligami : 1) Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri 2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan 3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan Selain Syarat–Syarat Diatas Pasal 58 Kon filasi Hukum Islam Menyebutkan Untuk Mendapat Izin Pengadilan Agama Untuk Berpoliga mi,Laki–Laki Tersebut Harus Memenuhi Syarat Ya n g D i t e n t u k a n S e s u a i P a s a l 5 U U N o .1 T a h u n 1 9 7 4 : 1. Adanya persetujuan istri 2. Adanya kepastian suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. W a n i t a y a n g h a r a m u n t u k d i n i k a h i d an s e b a b h a r a m n y a : 1) Sebab hubungan sedarah a) Ibu sampai atas b) Anak sampai cucu dan cicit c) Saudara / keponakan d) Saudara ibu dan bapak ( Macik ) 2) Sebab Semenda M i s a l : Mertua atau Menantu ( Bisa dinikai asal Istri yang dinikahi belum di gauli) 3) Sebab Sesusuan Misal: a. Wanita yang pernah menyusui kita waktu berumur 2 tahun b. Saudara kita sesusu c. Suami dari Ibu yang menyusui kita ] 5 4) Sebab keterkaitan dengan yang lain a. Bila kita menikahi adiknya kita tidak boleh menikahi kakaknya tapi bila kita sudah cerai dengan adiknya boleh b. Haram menikahi keponakan bila kita sudah menikahi maciknya. 5) Sebab masa tunggu Wanita yang kita nikahi harus sudah dalam masa tunggu yaitu 90 hari. Bila hamil harus sampai habis masa nifas 6) Sebab berbeda agama Perkawinan yang beda agama Perkawinan KUH Perdata suatu perkawinan kontrak untuk hidup bersama Perkawinan UU No.1/74 Perkawinan antara lahir dan batin yang untuk hidup bersama 7) Sebab istri orang Karena belum bercerai dan istri harus bercerai dulu oleh suaminya. 8) Sebab istrinya sudah diceraikan tiga kali Kecuali bila istri sudah menikah dengan orang lain dan sudah digauli dulu diceraikan oleh suaminya. 9) Sebab utama yang dituduh berzina oleh suaminya akibatnya wanita tersebut menuntut di pengadilan 6 PERJANJIAN I. II. Talik Talak : Sisuami memberikan hak kepada istri untuk menggugat cerai bila suami melanggar perjanjian yang dibuat atau diucapkan setelah Akad Nikah. P e r j a n j i a n L a i n : Yang tidak bertentangan dengan hubungan agama Misal : Perjanjian harta bawaan masing-masing supaya berada dibawah kekuasaan masingmasing . KAWIN Kawin 1. 2. 3. PERKAWINAN HAMI L Hamil : Kawin dengan wanita hamil Seorang wanita hamil mempunyai suami haram hukumnya dinikahi Seorang wanita hamil diluar nikah dapat di nikahi dengan pria yang mengahamilinya dengan perkawinan itu dapat dilangsungkan tanpa menunggu anak itu lahir, hanya saja anak tersebut tidak memiliki hubungan apa-apa dengan laki-laki yang telah menzinahi ibunya, tapi anak tersebut mempunyai hubungan perdata dengan ibu yang melahirkannya. Boleh menikahi wanita hamil untuk dinikahi karena tanpa ikatan menikah misalnya hamil karena diperkosa P e n c e g a h a n P e r k a w i n a n B e r t u j u a n untuk menghindari suatu perkawinan yang dilarang hukum islam dan peraturan perundang-undangan. Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau istri yang akan dinikahi tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum islam dan peraturan perundangundangan. Yang Dapat Mencegah Perkawinan 1. Kalau keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan kebawah saudara, wali nikah, wali pengapuan dan salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang bersangkutan. 2. Ayah kandung yang tidak pernah menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga tidak gugur mencegah hak perwalian untuk mencegah perkawinan 3. Pencegahan perkawinan juga dapat dilakukan oleh suami atau istri yang masih terikat salah satu perkawinan salah satu calon suami atau istri. 4. Pejabat yang ditunjuk untuk mengawasi perkawinan yaitu KUA Pasal 1/65 Konfilasi Hukum Islam P e m b a t a l a n adalah sudah berlangsung akad nikah tapi dibatalkan. Pe 1. 2. 3. mbatalan Perkawinan Pasal 70 Konfilasi Hukum Islam: Suami melakukan perkawinan sedangkan ia sudah memiliki empat orang istri Seorang menikahi bekas istrinya yang sudah di li’anya Seorang menikahi istrinya yang sudah diceraikannya tiga kali kecuali bekas istrinya sudah pernah menikah dengan orang lain dan sudah di gauli. 4. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang diharamkan melakukan perkawinan. Pe : 1. 2. 3. 4. mbatalan Perkawinan Pasal 71 Konfilasi Hukum Islam Seorang suami melakukan poligami tanpa izin pengadilan agama Melakukan poligami tanpa izin istri atau suami Melakukan poligami tanpa izin pejabat yang berwenang Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam syarat-syarat perkawinan. Batalnya perkawinan tidak akan memutuskan hubungan anak dengan orang tuanya. 7 PERCERAIAN Perceraian Dalam Hukum 1) Putusnya ikatan perkawinan 2) Melepaskan ikatan perkawinan Hakam Fungsi Pe 1. 2. 3. 4. 5. Islam : adalah orang yang diangkat untuk mendamaikan pertengkaran antara suami – istri , Hakam bisa dari pihak keluarga Istri – Suami atau dari pemerintah. Hakam adalah menyelesaikan pertengakaran supaya tidak cerai antara suami – istri. n y e b a b P e r t e n g k a r a n S u a m i – I s t r i: Calon suami – istri belum dewasa Suami melanggar perjanjian perkawinan Adanya pihak ke tiga Suami tidak memberikan nafkah lahir dan bathin Salah satu tidak subur ( Mandul ) Alasan–Alasan Dibenarkan Perceraian Menurut UU N o. 1 / 74 : 1) Salah satu pihak melakukan perzinahan dan terbukti 2) Salah satu pihak melakukan perbuatan judi, pemabuk dan perbuatan lain yang sulit untuk disembuhkan. 3) Salah satu pihak dipenjara 4) Terjadi pertikaian yang sulit didamaikan Macam - Macam 1. P a s a k h Perceraian : adalah putusnya ikatan perkawinan , putusannya ikatan tersebut karena keputusan pengadilan atas tuntutan dari pihak istri. Sebab Isrti Menuntut Pasakh: a. Suami tidak mampu memberikan nafkah b. Sumai impotent c. Suami mendapat penyakit yang sulit disembuhkan d. Suami menyakiti Istri 2. Thalak adalah terlepasnya ikatan perkawinan Perbedaan Pasakh Dan Thalak: a. Bila perceraian karena Pasakh sisuami tidak boleh kembali kepada istri walaupun dalam masa tunggu 90 hari , kalau mau balik lagi harus kawin baru kembali b. Bila perceraian karena Thalak perceraian sisuami didepan pengadilan suami boleh kembali selama dalam masa tunggu. 3. Khuluk artinya tebus thalak maksudnya si istri minta kepada menceraikannya dengan imbalan uang atau benda berharga. suaminya untuk 4. L i’ a n adalah suami menuduh istrinya berzinah atau dia menuduh anak yang dilahirkan istrinya bukan anak suaminya lantas istri merasa jatuh martabatnya dan menuntut kepengadilan untuk bercerai. 5. L i’ l a h artinya suami berkumpul tidak akan menyetubuhi istrinya lagi kata-kata ini sebagai lambang dan sindiran dari perceraian. Bila belum masuk dalam 40 hari suaminya menyetubuhinya , maka istri berhak menuntut kepengadilan. 8 6. Dhihar sisuami mempersamakan istrinya dengan ibunya atau wanita-wanita yang haram dikawininya, ucapan tersebut sebagai sindiran dia tidak suka lagi sama istrinya dan istrinya menuntut cerai kepengadilan. 7. Muhad Salah satu suami istri otomatis terjadi perceraian Didalam hukum islam perbuatan yang boleh dilakukan tapi sangat dibenci tuhan adalah perceraian. Oleh karena itulah badan penasehat perkawinan harus berusaha melakukan prevektif ( pencegahan ) agar tidak terjadi perceraian suami dan istri. Hal–Hal Negatif Yang Timbul Akibat Perceraian: 1. Akan tersia-sia anak dalam keluarga yang bercerai 2. Terputusnya hubungan berlaku antara kedua belah pihak keluarga yang bercerai 3. Menambah beban lagi suami yang bercerai dan kewajiban suami yang berkeluarga karena harus membahagiakan istri barunya dan anak-anak istri yang diceraikan 4. Menimbulkan trauma takut terulang kembali kegagalan dalam berkeluarga Akibat Hukum Dari Percerian 1. Pembagian harta bersama 2. Pemeliharan anak 3. Iddah ( Masa tunggu ) 4. Ikdad ( Berkabung ) 5. Mut’ah ( pemberian barang dari suami ) 6. Bagi pusaka bila cerai mati : Dengan Perkawinan Maka Lahirlah Hukum : 1. Hak dan kewajiban suami/istri 2. Semua harta yang dihasilakan selama masa perkawinan menjadi harat bersama 3. Anak yang lahir dari perkawinan yang syah menjadi milik bersama 4. Bila mati salah satu suami/istri maka dibagi pusaka Harta Bersama adalah harta yang didapat oleh suami istri yang didapat selama perkawinan dihitung mulai tanggal perkawinan sampai tanggal bercerai. Dasar Hukum Yang Membenarkan Adanya 1. Undang-undang No.1/74 2. Adat dalam masyarakat 3. Keadilan 4. Prikemanusiaan ( Hak Manusia ) 1. Harta Bersama: U U N o. 1 / 7 4 Bab 7 a. Pasal 35 Ayat (1) “ Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi milik bersama” Ayat (2) “ Harta bawaan dari masing-masing suami atau istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah pengawasan masingmasing sepanjang para pihak tidak nenentukan lain” b. Pasal 36 Ayat (1) “ Mengenai harat bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak “ Ayat (2) “ Mengenai harta bawaan masing-masing suami atau istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta benda” c. Pasal 37 Ayat (1) “ Bila perkawinan putus karena perceraian harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing “ 9 Hadhanah adalah merawat orang yang tidak mampu pada dirinya karena ia kecil, sakit atau gila Hak perlindungan terhadap hak-hak anak terdapat dalam undang-undang perlindungan anak No.4 / 1979. Anak Yang Diasuh : 1. Anak syah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang syah. 2. Anak tidak syah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak syah atau bukan dari perikatan perkawinan. Menurut hukum islam yang paling berhak merawat dan mengasuh anak setelah terjadi perceraian, bila anak dibawah umur 12 tahun yang paling berhak mengasuh anak tersebut adalah ibu kandung yang ditetapkan undang-undang. Syarat–Syarat Yang D tetapkan UU Atas Pemeliharaan Anak Oleh Ibu Kandung : 1. Adil 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Menetap tinggal 4. Ada kemampuan 5. Seagama dengan anak yang diasuh Sedangkan tanggung jawab terhadap biaya anak tersebut diberikan kepada ayahnya Bila Ibu kand ung t idak sanggup untuk m erawat anak s e b u t m a k a a k a n d i be r i k a n k e p a d a H a d h a n a h 1. Ibu dari ibunya 2. Ayahnya 3. Saudara perempuan dari ibunya 4. kakak-kakaknya yang sudah dewasa 5. Saudara perempuan dari pihak ayah ter Bila anak yang diperebutkan sudah berusia 12 tahun maka hakim dapat bertanya kepada anak tersebut untuk memilih siapa yang dia senangi. Perwalian Dapat Dilakukan Dengan 1. Wasiat 2. Atas keputusan pengadilan : Pasal 98 Bab 14 Konf ilasi Hukum Islam: Ayat (1) “ Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental maupun yang belum pernah melangsungkan pernikahan.” Ayat (2) “ Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum didalam dan di luar pengadilan” Ayat (3) “ Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila orang tuanya tidak mampu “ Perkawinan Ditinjau Dari Beberapa Aspek: 1. A s p e k I b a d a h terhindar dari perbuatan dosa 2. A s p e k Sosial perlu ada pasangan untuk hubungan timbal balik (mahluk sosial) 10 3. A s p e k P e r j a n j i a n janji dengan istrinya, janji dengan walinya, janji dengan tuhan 4. A s p e k P o l i t i k Akan memperkuat hubungan politik 5. A s p e k Agar usaha antara dua belah pihak makin maju Bisnis D a l a m P e r k a w i n an M a k a L a h i r l a h : 1. K e w a j i b a n : Kewajiban Suami adalah Hak Istri 2. H a k : Hak Suami adalah Kewajiban Istri Pada masa Nabi Muhamad pernah dibenarkan Kawin Muta’ah ( Kawin Kontrak ) disaat peperangan karena tentara-tentara yang perang tidak mampu menahan napsunya dan bahkan hampir berzinah atau memperkosa wanita lain. Keadaan darurat yang demikian Nabi membenarkan kepada tentara tersebut agar kawin dengan wanita yang disukainya dengan membatasi waktu perkawinan itu dan apa bila waktu yang telah ditentukan sudah berakhir maka habislah perkawinan itu, kemudian setelah habis peperangan Nabi membatalkan perkawinan itu. Disini dipahami bahwa kawin Muta’ah dibenarkan dalam keadaan darurat agar laki-laki yang terdesak tersebut tidak melakukan dosa besar yaitu berzinah atau memperkosa. Pada saat ini Sekte Laliran dalam islam yang membenarkan kawin kontrak ( Muta’ah ) dalam keadaan sangat darurat adalah Syiah, yang mana berkembang dinegara Iran dan Libanon serta Irak. HAK–HAK ANAK DALAM HUKUM ISLAM Macam - Macam anak: 1. Anak Syah : anak yang lahir dari perkawinan yang syah dan yang menentukan syah tidaknya adalah hukum agamanya msing - masing 2. Anak asil Syubhat Aina : anak samar-samar berzina tidak syah tidak, Syubhat Zina adalah perbuatan zina yang tidak diketahui perbuatan zina atau tidak 3. Anak zina : anak dari hasil dari perbuatan zina yaitu hubungan antara dua jenis orang yang berbeda tanpa ada hubungan nikah. Anak dari hasil zina hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan tidak ada hubungan dengan laki-laki yang menghamilinya 4. Anak asil Bayi Tabung dengan system ibu pengganti : hanya berhubungan dengan ibunya 5. Anak Angkat : Adopsi Plana bisa mendapatkan warisan ( Harta benda ) Hak–Hak Anak Yang Diberikan Hukum Islam : 1. H a k U n t u k H i d u p 3Alasan Aborsi Tapi Anak Tersebut Belum Berumur 3½Bulan: a. Untuk menyelamatkan jiwa si ibu yang hamil b. Ibu hamil tersebut terinfeksi penyakit AIDS atau penyakit bahaya lain, bila tidak digugurkan akan membawa cacat bila dilahirkan c. Ibu hamil karena diperkosa bila tidak digugurkan akan membawa danpak sikologis yang cukup berat bagi ibu tersebut setelah dilahirkan 2. Hak Kemerdekaan 3. Hak Persamaan Dan Keadilan Dengan 4. Hak Perlindungan Dari Yang Menyakitiny 5. Hak Untuk 6. Hak Memperoleh Pendidikan 7. Ha k Mendapat kan Susu Atau 8. Hak Mendapat kan Pembi naan 9. Hak 10. H a k Saudara– Saudaranya Berlindung Susu Lain Ahlak Mendapat kan Warisan Dari Orang Tuanya Atau Walinya Mendapatkan Naf kah 11 Yang Dimaksud Dengan Pemeliharaan Anak: 1. Tanggungjawab orang tua untuk mengawasi dan memberikan pelayanan yang semestinya 2. Pemeliharaan yang berupa pengawasan pelayanan serta pencukupan nafkah secara terus menerus sampai anak itu dewasa Ciri -Ciri Anak Syah : 1. Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang syah. 2. Anak dari hasil pembuahan suami istri yang syah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut (kasus reproduksi manusia melalui tabung dengan menggunakan sperma suami/istri tersebut) Hu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. kum -Hukum Yang Mengatur Hak Anak Di Indonesia: UU No.1 Tahun 1974 Buku I Tentang KUHPerdata Tentang Hukum Perorangan Konfensi Hak Anak UU No.4 Tahun 1979 UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan anak UU No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak UU No.25 Tahun 1997 Tentang Ketenaga kerjaan UU No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Anak UU No.22 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Azasi Anak KEPRES No.50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Azasi Anak Asal–Usul Anak : 1. Anak di buktikan dengan Akte kelahiran atau alat-alat bukti lainya seperti golongan darah dan saksisaksi. Bilamana yang dilahirkan tidak mempunyai akte kelahiran maka pengadilan agama (untuk umat muslim) dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti. Mentukan Asal-Usul Anak Didalam Konfilasi Hukum Islam Asal-usul anak dinyatakan pada pasal 103 yaitu : Ayat (1) “ asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran atau alat bukti lainnya “ Alat–alat Bukti Lain terdiri Dari : 1. 2. 3. 4. Golongan Darah Kesaksian dari seorang dokter Pengakuan Tes Sikologis Ayat (2) “ Bila akte kelahiran atau alat bukti lainnya tersebut dalam ayat (1) tidak ada, maka pengadilan agama dapat mengeluarkan penetapan tentang Asal-usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang syah “ Ayat (3) “ Atas dasar ketetapan pengadilan agama tersebut ayat (2) maka instansi mencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum pengadilan agama tersebut mengeluarkan akte kelahiran bagi anak yang bersangkutan” Pembuatan Akte Kelahiran: 1. Akte bukti kelahiran di RS dan surat Lurah 2. Penetapan Pengadilan : a. Pengadilan Agama b. Pengadilan Negeri Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri adalah berusia 21 tahun sepanjang anak tidak cacat fisik atau belum melangsungkan perkawinan. 12 P e r b e d a a n K e d e w a s a a n D a l a m M e l a k u k a n I b a d a h D e n g a n Kedewasaan Tanggung Jawab 1. Desawa untuk Ibadah ditandai dengan Mestrurasi bagi wanita atau mimpi bagi laki-laki 2. Dewasa untuk tanggung jawab pada usia 21 tahun Bagi anak yang belum dewasa atau belum berusia 21 tahun orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum didalam dan diluar pengadilan. Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat dekat yang mampu melakukan kewajiban apabila kedua orang tua tidak mampu. Kewajiban Anak Kepada Orang Tua : 1. Hormat dan patuh kepada orang tua yang melahirkannya atau mengasuhnya 2. Memberikan biaya hidup orang tua yang tidak mampu termasuk mertua 3. Wajib membayar hutang-hutang orang tua bila orang tua meninggal 4. Wajib melaksanakan wasiat-wasiat orang tua bila orang tua sudah meninggal Perbedaan Kewajiban Laki–laki Dan Perempuan Terhadap Orang Tua: 1. Kepada anak laki-laki wajib membayar nafkah orang tua 2. Kepada anak perempuan dapat diberikan dalam bentuk pengasuhan/merawat orang tua GUGATAN Ad 1. 2. 3. 4. a 4 Unsur Yang Tercantum Dalam Surat Gugatan Tuntutan Indentitas Tergugat Duduk permasalahan (Sebab Akibat) Alasan-alasan penggugat : Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak tergugat terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya hukum banding atau kasasi (KHI Psl 130 ). Tapi kalau tergugat saudara diterima (KHI Psl 131) pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan tergugat dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari memanggil pemohon I penggugat dan istrinya atau suami untuk diminta penjelasan yang berhubungan untuk maksud menjatuhi talak. Bila pengadilan melihat antara suami istri cukup syarat perceraian dan tidak mungkin untuk didamaikan lagi maka pengadilan agama akan memutuskan mengucapkan (mengikrarkan) Talak. Bila perceraian istri dan suami, istri yang meminta pengadilan agama yang memutuskan perceraian sedangkan suami yang meminta dapat menceraikan istrinya dengan mengucapkan ikrar/Talak. Setelah pemutusan mempunyai kekuatan hukum tetap. Suami mengikrarkan Talaknya di depan Pengadilan Agama atau sidang Pengadilan Agama di hadiri oleh istrinya atau kuasanya ( pengacara ). Bila suami tidak mengucapkan ikrar Talak dalam tempo 6 bulan terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin Talak baginya, maka hak suami untuk mengikrarkan Talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh. Pasal 132 Ayat (2) Ayat (3) K o n f i l a si H u k u m I s l a m “penggugat perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya atau pengadilan agama, yang wilayah hukumnya mewakili tempat tinggal tergugat kecuali istri meninggalkan tempat bersama tanpa izin suami. “ Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar negeri Ketua Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan RI setempat. 13 PEMERIKSAAN GUGATAN PERCERAIAN Pemeriksaan dilakukan diruangan tertutup karena berhubungan rahasia orang (suami-istri) sedangkan putusan mengenai gugatan perceraian dilakukan dalanm sidang terbuka. Suatu perceraian dianggap terjadi beserta akibat-akibatnya terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (artinya orang yang kalah tidak membanding) Ya 1. 2. 3. 4. 5. ng Dimaksud Dengan Akibat Rukun Pembagian harta benda Pemeliharaan anak Masa tunggu Memberi Ihdal kepada istri yang diceraikan Bergabung membagi harta pusaka bila cerai mati Dari Perceraian: Tetapi putusan Pengadilan Agama, panitera harus menyampaikan salinan putusan tersebut kepada suami, istri tersebut atau kuasanya dan putusan yang sudah memiliki kekuatan hukum harus dikirim oleh panitera ke PN yang ada diwilayah tinggal istri. Khulud Pasa l Ayat (1) istri minta suaminya untuk menceraikanya dengan imbalan dari istri 148 Konfilas i Hukum I slam “ Seorang istri yang mengajukan gugatan perceraian dengan jalan Khulud menyampaikan permohonan kepada Pengadilan agama yang ada diwilayah tempat tinggalnya beserta alasannya” Ayat (2) “ Pengadilan Agama selambat-lambatnya 1 bulan memanggil istri dan suaminya untuk mendengarkan keterangan masing-masing “ Ayat (3) “ Dalam perceraian tersebut Pengadilan agama memberikan penjelasan tentang akibat Khulud dan nasehat- nasehat kepada istri tersebut” Kalau perceraian Khulud istri tidak dapat nafkah dalam masa tunggu dan sisuami tidak dapat rujuk selama masa tunggu kalau mau kawin lagi harus dengan akad nikah baru dengan mahar baru. Kalau suami kalah maka hakim Tanya kepadanya apakah halal, apabila terima atau banding maka si yang kalah harus menyampaikan memory banding dalam waktu 15 hari dengan alasan-alasan kenapa yang bersangkutan menolak Rujuk Dapat Dilakukan Dalam Hal–Hal : 1. Putusnya perkawinan karena Talak kecuali Talak yang telah jatuh 3 kali atau perceraian yang dijatuhkan sebelum suami menggauli istrinya. 2. Putusnya perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan – alasan Jima atau Khulud Rujuk dilakukan tanpa persetujuan bekas istri dapat dinyatakan tidak syah dengan putusan Pengadilan Agama. HUKUM ACARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA Pasal 67 Konfilasi Hukum Islam Ayat (1) “ Suami yang mau rujuk dengan istrinya yang sudah diceraikan pergi ke Pengadilan Agama dengan membawa surat perceraian dan hakim menanyakan kepada istri atau suami bahwasanya setuju atau tidak untuk rujuk kalau setuju atau tidak untuk rujuk dan kalau setuju maka pencatat di Pengadilan Agama mengesahkan bahwasanya sah untuk rujuk sesuai dengan syarat dan di depan pengadilan sesuami mengucapkan kata-kata rujuk , maka pengadilan agama memberikan nasehat-nasehat lalu menyerahkan buku akad nikah yang telah diserahkan kepada Pengadilan Agama waktu cerai untuk diberikan kepada suami istri yang rujuk kembali” 14 Faktor - Faktor Yang Dominan Terjadinya Perceraian: 1. E k o n o m i : Mengatasinya jangan menikah sebelum mampu untuk berkeluarga dan ekonomi berkeluarga 2. K e t u r u n a n : Mengatasinya sebelum menikah terlebih dahulu chek up kesehatan kedua belah pihak 3. K e l u a r g a : Mengatasinya sebelum menikah harus mengetahui seluk beluk atau latar belakang keluarga W e w e n a n g P e n g a d i l a n A g a m a M e n u r u t UU N o. 7 / 1989 1. H u k u m K e l u a r g a : 1. Perkawinan / Izin perkawinan 2. Perceraian 3. Akibat hukum dari perkawinan 4. Hukum anak, istri , suami 5. Perwalian 6. Hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan 2. H u k u m M u a m a l a h : 3. H u k u m W a r i s : : 1. Waqap 2. Hibah 3. Wasiat Dua pilihan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Sebelum lahir UU No.7/1989 semua keputusan Pengadilan Agama mempunyai kekuatan hukum sebelum di bukukan oleh Pengadilan Negeri, Aparat yang bertugas di pengadilan agama belum setinggkat dengan Pengadilan negeri setelah lahir UU No.7 tahun 1989 maka kekuatan hukum setara dengan pengadilan Negeri. Pengertian setara ialah misalnya kasus-kasus Pengadilan Agama boleh dibawa ke Pengadilan Negeri. Con t ohnya : kasus perceraian yang berhubungan dengan harta. Semua kekuatan hukum Pengadilan Agama mempunyai kekuatan hukum yang tidak perlu dikukuhkan lagi, kedudukan hakim dan panitera setara dengan Pengadilan Negeri. 15 PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Hukum Islam Di Indonesia : 1. H a s i l P r o d a k : 1. Keputusan Pengadilan Agama/Mahkamah Agung 2. Keputusan/Fatwa MUI 3. Fatwa Organisasi Islam di Indonesia 4. Tulisan-tulisan Ulama dan buku-buku Fiqi Islam Fa 1. 2. 3. 4. ktor Penyebab Pembaharuan Hukum Islam Perkembangan cara berfikir manusia Globalisasi Kebiasaan – kebiasaan Adat Dalam Tulisan Politik Di Indonesia: Wasiat : Pesan seseorang yang berlaku bila pemberi pesan meninggal dunia Is–sha : Pemberian wewenang yang berlaku bila sipemberi pesan meninggal dunia Sy 1. 2. 3. 4. 5. arat - Syarat Pemberian Tanggung Jawab Dewasa sudah berusia 21 tahun menurut UU Waras atau sehat akal Tidak dibawah pengampuan Dilakukan dengan kemampuan tidak dengan unsur paksaan Mempunyai hak untuk memberikan wewenang Sy 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. arat–Syarat Orang Mengemban Tanggung Jawab : Beragama islam bila tanggung jawab berkaitan dengan hukum agama Dewasa Waras Tidak dibawah pengampuan Adil dan dipercaya Mampu melakukan pekerjaan tersebut Tidak ada permusuhan antara si penerima tanggung jawab dengan orang yang akan diurusnya bila tanggungjawab tersebut berkaitan dengan putusan manusia Bentuk - Bentuk Tanggung : Jawab: Adapun tanggungjawab yang sah dilaksanakan adalah pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan keyakinan agama seperti : 1. Membayar utang 2. Mengembalikan barang-barang milik orang lain 3. Mengawasi terhadap orang sakit atau gila 4. Melaksanakan amanat Pada dasarnya mengangkat orang untuk melaksanakan satu tugas setelah kita mati ada sunnah akan tetapi dalam situasi tertentu dapat menjadi wajib misalnya pesan membayar hutang baik hutang kepada manusia maupun kepada tuhan Sipemberi tanggungjawab mempunyai hak untuk membatalkan tanggungjawab sepihak sebelum meninggal dunia, demikian juga sipenerima tanggungjawab bisa menolak langsung bila merasa tidak mampu. Wasiat Dapat Batal Menurut Hukum Islam: 1. Apabila yang menerima wasiat meninggal 2. Pemberi wasiat sudah membatalkan. 16 HUKUM HUKUM Unsur WARIS ISLAM WARIS Kewarisan 1. 2. 3. 4. Pendiri Ahli Waris Harta Kematian Dengan kata lain warisan dapat dibagi menurut agamanya yang sudah dapat disatukan Sebelum Ahli Waris membagikan warisannya kepada pewaris maka terlebih dahulu Ahli Waris menyelesaikan hak-hak yang berkaitan dengan harta peninggalan orang mati Ha 1. 2. 3. 4. k–hak yang harus di s elesaikan bagi P ewaris adalah: Hak pembayaran zakat dan pembayaran peninggalan orang mati Biaya untuk menyelenggaran pemakaman orang mati Hutang dari orang yang sudah mati Wasiat-wasiat yang ditinggalkan orang mati maka ½ dari harta peninggalan Se 1. 2. 3. bab - Sebab Hubungan agama Perbandingan Hubungan darah Pe 1. 2. 3. nyebab Ahli Waris Tidak Mewarisi Berbeda agama Ahli Waris membunuh atau penyebab terbunuhnya Pewaris Ada Ahli Waris yang lebih dekat hubungan darah dengan Pewaris Saling Waris Mewarisi Ahli Waris Dalam Hukum Islam 1. A h l i W a r i s A l F u r u d a yaitu 1/2, 1/3 , 1/4 , 1/6, 1/8, 2/3 Ahli waris yang sudah ditentukan pembagiannya salah satu kemungkinan antara lain: 1. Kelompok laki-laki 2. Kelompok Perempuan 2. Ahli War i s Asabah Yaitu Ahli waris yang mengambil sisa waris yang telah diambil oleh ahli waris Al Furudu Ahli 1. B i a. b. c. d. e. Waris Asabah Terdiri Dari ngfsihi (Sendiri) Yaitu Anak laki-laki dan cucu laki-laki Bapak dan kakek Saudara laki-laki kandung Paman yang sekandung atau sebapak dengan bapak Anak laki-laki paman 2. Bighairihi (Dengan Orang Lain)Yaitu a. Anak laki-laki dengan anak perempuan b. Cucu laki-laki dengan cucu perempuan c. Saudara laki-laki dengan saudara perempuan d. Saudara laki-laki sebapak atau saudara perempuan sebapak 3. Maaghairihi (Bersama Dengan Orang Lain)Yaitu a. Saudara perempuan kandung dengan cucu perempuan kandung b. Saudara perempuan sebapak dengan cucu perempuan 3 Unsu r Waris 1. Ada Ahli Waris yang telah meninggal 2. Ada Harta 3. Ada yang menerima warisan 17 Ah 1. 2. 3. l i W a r i s Y a n g M e n d a p a t 1/4 Suami bila istrinya meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki Istri seorang atau lebih bila suaminya meninggal tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki Bila suami tidak mempunyai anak atau cucu tapi bila suami mempunyai anak maka istri mendapat 1/8 Cara Pembagian Warisan Dalam Hukum Islam Contoh Contoh Ah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kasus Bila seorang ahi waris mendapat 1/3 dan seorang lagi mendapat ½ maka pertama kali yang kita lakukan adalah mencari kelipatan persekutuan yang terkecil dari bilangan itu M i s a l KPK dari kasus diatas adalah 6 yaitu 3 x 2 yaitu bilangan yang habis dibagi 3 dan 2 didalam istilah hukum waris islam KPK disebut dengan asal muasal yang mana asal muasal ada 7 masalah yaitu 1. Masalah 2 2. Masalah 3 3. Masalah 4 4. Masalah 6 5. Masalah 8 6. Masalah 12 7. Masalah 24 Si C mati harta warisan senilai Rp. 48 Juta, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. 1 orang Istri 1/8 = 3/24 x 48 jt = 6 jt 2. 1 orang Ayah1/6 = 4/24 x 48 jt = 8 jt 3. 1 orang anak laki-laki (Asabah) 17/24 x 48 jt = 34 jt li Waris Dari Pihak Laki–Laki Terdiri Dari: Anak laki-laki Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah Bapak (orang tua Kandung) Kakek dari bapak dari garis lurus keatas Saudara laki-laki kandung Saudara laki-laki sebapak Saudara laki-laki seibu Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak Paman yang sebapak dengan bapak Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak suami Bila semua Ahli Waris diatas masih hidup maka yang mendapat warisan hanya 3 dari 13 ahli waris yang mendapat warisan yaitu : 1. Anak laki – laki 2. Suami 3. Bapak Ah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. li Waris Dari Pihak Wanita Anak perempuan kandung Cucu perempuan dari anak laki-laki terus kebawah Ibu Nenek ( ibu dari ibu ) Nenek dari pihak bapak Saudara perempuan kandung Saudara perempuan sebapak Saudara perempuan seibu Istri 18 Contoh Si A mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 48 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. I bu 1/6 x 48 jt = 8 jt 2. Bapak 1/6 x 48 jt = 8 jt 3. 1 orang putra ( asabah ) 2/3 = 4/6 x 48 jt = 24 jt : 4 = 8 jt 2 orang putrid anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat 1 bagian jadi disini 1 orang putra mendapat 16 jt sedangkan 2 orang putri masing – masing 8 jt Si C Mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. 2 orang anak perempuam 2/3 = 16/24 x 240 jt =160 jt : 2 = 80 jt (masing-masing) 2. 1 orang Istri 1/8 = 3/24 x 240 jt = 30 jt 3. Ibu 1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt 4. Ayah (Asabaha) 1/24 x 240 jt = 10 jt Si X mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. Ibu 1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt 2. 2 orang Istri 1/8 = 3/24 x 240 jt = 30 jt : 2 = 15 jt (masing-masing) 3. Ayah 1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt 4. 3 orang anak perempuan (Asabah) 13/24 x 240 jt = 130 jt : 5 = 26 jt 1 orang anak laki-laki anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat 1 bagian jadi disini 1 orang putra mendapat 52 jt sedangkan 3 orang putri masing –masing 26 jt W A S I AT W A J I B A H 1. Menurut UU Mesir dimana wasiat Wajibah adalah wasiat yang diberikan seorang kakek kepada cucunya yang yatim 2. Menurut Kompilasi Hukum Islam Wasiat Wajibah adalah wasiat yang diberikan kepada anak angkat atau orang tua angkat Menurut Konfilasi Pasal 184 Hukum Islam “ Bagi Ahli Waris yang belum dewasa atau tidak mampu melaksanakan hak dan kewajibannya maka baginya diangkat wali berdasarkan keputusan hakim atas usul anggota keluarga Pasal 185 “ Ahli waris yang meninggal dunia terlebih dahulu dari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan kepada anaknya kecuali ahli waris tersebut dipersalahkan karena membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat kepada pewaris atau dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam 5 tahun penjara atau hukumannya lebih berat Pasal 186 “ anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan mewarisi dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya Ahli Waris Yang Terdinding 1. Kakek tidak mendapat pusaka selama ada bapak begitu juga nenek tidak mendapat pusaka kalau masih ada ibu 2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki tidak mendapat pusaka selama masih ada anak laki-laki Contoh Kasus Apabila si C mati maka si X dan si Y menjadi yatim setelah 2 minggu Si A (kakek) meninggal dunia, maka Si X dan Si Y tidak mendapat harta warisan Si A (kakek) karena Si F (paman) masih ada kecuali apabila Si A (kakek) membuat surat wasiat Wajibah 19 Contoh Kasus Ahli Wari Si X mati harta warisan yang ditinggal 1. Ibu 2. 2 orang anak perempuan 3. Ayah (Asabah) 4. Saudara laki-laki (terdinding) 5. Paman (terdinding) s Yang Terdinding kan senilai Rp. 240 jt, ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt 2/3 = 16/24 x 240 jt = 160 jt : 2 = 80 jt (masing-masing) 4/24 x 240 jt = 40 jt 3. Saudara kandung tidak mendapat warisan selama masih ada a. Anak laki-laki Pewaris b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris c. Bapak 4. Saudara sebapak (paman) laki-laki/perempuan, tidak mendapat warisan selama masih ada a. Anak laki-laki dari pewaris b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris c. Bapak d. Saudara laki-laki kandung 5. Saudara se ibu tidak dapat pusaka selama masih ada a. Anak laki-laki / perempuan b. Cucu laki-laki / Perempuan c. Bapak d. Ibu 6. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung tidak mendapat warisan selama masih ada a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki c. Bapak d. Kakek e. Saudara laki-laki kandung f. Saudara laki-laki sebapak 7. Paman sekandung dengan bapak tidak mendapat pusaka selama masih ada a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki c. Bapak d. Kakek e. Saudara laki-laki kandung e. Saudara laki-laki sebapak f. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung g. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak Dzawil Ah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Arham yaitu Ahli waris yang mendapatkan warisan disebabkan adanya hubungan kekerabatan dengan orang yang meninggal li Waris Dzawil Arham Anak laki dari anak Perempuan Anak laki-laki dari saudara – saudara perempuan Anak perempuan dari saudara laki-laki Anak laki-laki dari saudara seibu Saudara perempuan ayah dari semua jalur Paman seibu Paman dan Bibi dari jalur ibu Anak perempuan paman Kakak dari jalur ibu 20 3 1. KASUS ISTIMEWA DALAM HUKUM WARIS Masalah Ghariwain Ahli waris hanya seorang istri atau suami dari salah seorang ibu bapak, menurut ketentuan umum, ibu mendapat 1/3 bagian apabila orang yang meninggal tidak mempunyai anak , cucu atau 2 orang saudara atau lebih, akan tetapi apabila ahli warisnya hanya terdiri dari salah seorang suami atau istri dan 2 orang ibu bapak maka ibu dalam hal ini hanya mendapat 1/3 bagian dari sisa harta (Bukan 1/3 bagian dari jumlah semua harta) setelah istri atau suami mengambilnya Contoh Si A mati harta warisan yang ditinggalkan Rp.240 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. 1 orang suami ½ x 240 jt = 120 jt 2. Ibu (1/3 dari sisa ) 1/3 z 120 jt = 40 jt 3. Bapak (Asabah) 2/3 x 120 jt = 80 jt Si B mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 240 jt, ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. 1 orang Istri ¼ x 240 jt = 60 jt 2. Ibu (1/3 dari sisa) 1/3 x 180 jt = 60 jt 3. Bapak (Asabah) 120 jt Catatan Menurut ketentuan umum ibu mendapat 1/3 bagian akan tetapi dalam kasus diatas ibu mendapat 1/3 bagian dari sisa harta setelah diambil suami atau istri yang ditinggalkan tidak memiliki anak atau cucu atau 2 saudara atau lebih, kedua kasus diatas menyalahi ketentuan umum dan kasus itu disebut dengan kasus Ghariwain 2. Masalah Musyarakah(Perkongsian)Yaitu Kasus Ahli waris yang mendapat Asabah berkongsi dengan saudaranya yang mendapat bagian C o n t o h Si X mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, ahli waris tyang ditinggalkan terdiri dari 1. 1 orang suami ½ = 3/6 x 240 jt = 120 jt 2. Ibu 1/6 = 1/6 x 240 jt = 40 jt 3. 2 Saudara seibu 1/3 = 2 /6 x 240 jt = 80 jt 2 Saudara laki-laki sekandung 80 jt : 4 = 20 jt (masingmasing) Menurut ketentuan umum kedua orang saudara laki-laki sekandung itu diberi asabah dalam kasus diatas bila 2 laki-laki kandung itu diberi asabah maka mereka tidak mendapat bagian pada hal mereka lebih dekat hubungan darah dengan yang pewaris akan tetapi dalam kasus ini kedua-duanya tetap diberikan dengan cara berkongsi 3. Masalah Aul Aul dalam bahasa Arab bertambah tapi yang dimaksud dalam kasus ini adalah bagian disebabkan kurang pendapatan yang harus diterima oleh ahli waris sehingga jumlah bagian dari semuanya berlebih dari asal masalah C o n t o h Si W mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 700 jt, ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari 1. 1 orang suami ½ = 3/6 = 3/7 x 700jt =300jt 2. Saudara perempuan sekandung 2/3 = 4/6 = 4/7 x 700jt =400jt ( 3/6 + 4/6 = 7/6 diambil 1/7 ) Menurut Hukum waris islam asal muasal KPK yang boleh ditambah (Aul) hanya tiga masalah yaitu 1. Masalah 6 hanya dapat ditambah pada 4 macam kasus yaitu a. Masalah 6 menjadi 7 seperti kasus diatas b. Masalah 6 menjadi 8 c. Masalah 6 menjadi 9 d. Masalah 6 menjadi 10 2. Masalah 12 hanya dapat a. Masalah 12 menjadi b. Masalah 12 menjadi c. Masalah 12 menjadi di aul kan kepada 3 macam yaitu 13 15 17 3. Masalah 24 hanya boleh di Aul kan kepada 27 21 Contoh Kasus Masalah 6 menjadi 8 Si A mati warisan yang ditinggalkan Rp. 80 jt Ahli waris 1. 1 orang suami 1/2 = 3/6 = 3/8 x 80 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 1/6 = 1/8 x 80 jt = 10 jt 3. Saudara Perempuan 2/3 = 4/6 = 4/8 x 80 jt = 40 jt Masalah 6 menjadi 9 Si K mati warisan yag ditinggalkan Rp. 90 jt Ahli waris 1. Suami 1/2 = 3/6 = 3/9 x 90 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 1/6 = 1/9 x 90 jt = 10 jt 3. Saudara perempuan kandung 2/3 = 4/6 = 4/9 x 90 jt = 40 jt 4. Saudara laki-laki seibu 1/6 = 1/9 x 90 jt = 10 jt Masalah 6 menjadi 10 Si R mati warisan yang ditinggalkan Rp. 100 jt Ahli waris 1. Suami 1/2 = 3/6 = 3/10 x 100 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 1/10 x 100 jt = 10 jt 3. 2 saudara perempuan 2/3 = 4/6 = 4/10 x 100 jt = 40 jt : 2 = 20 jt 4. 2 saudara seibu 1/3= 2/6 = 210 x 100 jt = 20 jt Si X mati warisan Rp. 80 jt Ahli waris 1. Suami 1/2 = 3/6 = 3/8 x 80 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 1/8 x 80 jt = 10 jt 3. Saudara Perempuan 2/3 = 4/6 = 4/8 x 80 jt = 40jt 4. Kakek (terdinding) Masalah 12 menjadi 13 Si A mati warisan yang ditinggalkan Rp. 130 jt Ahli waris 1. Istri 1/4 = 3/12 = 3/13 x 130 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 2/12 = 2/13 x 130 jt = 40 jt 3. 2 Saudara Perempuan kandung 2/3 = 4/12 = 4/13 x 130 = 40 jt : 2 = 20 jt Masalah 12 menjadi 17 Si C mati Warisan yang ditinggalkan Rp. 170 jt Ahli Waris 1. Istri 1/4 = 3/12 = 3/17 x 170 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 2/12 = 2/17 x 170 jt = 20 jt 3. 2 orang saudara se ibu 1/3 = 4/12 = 4/17 x 170 jt = 40 jt : 2 = 20 jt 4. 4 saudara perempuan kandung 2/3 = 8/12 = 8/17 x 170 jt = 80 jt : 4 = 20 jt Masalah 24 menjadi 27 Si A mati Warisan yang ditinggalkan Rp. 270 jt Ahli waris 1. Istri 1/8 = 3/24 = 3/27 x 270 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt 3. Bapak 1/6 = 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt 4. 2 orang anak perempuan 2/3 = 16/24 = 16/27 x 270 jt = 160 jt : 2 = 80 jt ( 3/24 + 4/24 + 4/24 + 16/24 = 27/24 diambil 1/27) WARISAN ORANG YANG HILANG Pengertian orang hilang ialah seseorang yang tidak diketahui apakah dia masih hidup atau sudah mati. Dimana kedudukan orang yang hilang dalam soal waris menjadi 2 kemungkinan yaitu : 1. Y a n g h i l a n g i t u a d a l a h o r a n g y a n g d i w a r i s ( p e w a r i s) Apabila orang yang hilang itu adalah pewaris maka hartanya harus ditahan lebih dahulu (tidak boleh dibagi kepada ahli warisnya sebelum ada kepastian tentang kematiannya 2. Orang y ang hilang menjadi ahli waris Jika orang yang hilang itu menjadi ahli waris maka pembagian warisan dapat dilakukan dengan 1. Pembagian dengan mengumpamakan yang hilang itu masih hidup 2. Mengumpamakan orang yang hilang sudah mati Setelah diperbandingkan bagian masing-masing Ahli Waris menurut cara A atau B maka perbandingannya akan terdapat dalam salah satu 3 kemungkinan sebagai berikut : 22 I. Serupa bagian Ahli Waris dengan cara A atau B Si A mati Ahli waris yang ditinggalkan 1. 1 orang Istri 2. 2 orang anak laki-laki seorang diantaranya hilang Dalam kasus diatas Istri mendapat 1/8 setelah diambil harta bersama, walaupun anak yang hilang itu hidup atau mati, dengan demikian Istri sudah bisa mengambil 1/8 sementara anak yang hidup mendapat 3.5./8 dan sisanya buat anak yang hilang II. Tidak serupa Ahli Waris dengan cara A tau B Si B mati Ahli Waris yang ditinggalkan 1.Ibu 2.2 orang saudara laki-laki diantaranya hilang Kasus diatas ibu mendapat warisan 1/3 bila saudara laki-laki itu diumpamakan mati, akan tetapi bila yang hilang itu masih hidup maka ibu mendapat warisan 1/6 dahulu, kalau seandainya diputuskan bahwa yang hilang itu sudah mati maka ibu akan mendapat 1/6 lagi warisan tersebut III. Ahli Waris Terdinding ( Hizab ) Pada salah satu 2 cara diatas (A ataui B) Si X mati Ahli Waris yang ditinggalkan 1.1 orang anak laki-laki yang hilang 2.Paman sekandung dengan bapak Dalam kasus diatas paman tidak mendapat warisan bila anak yang hilang itu masih hidup karena paman terdinding oleh anak laki-laki akan tetapi paman mendapat harta Hasabah ( Harta yang ditinggalkan oleh orang yang sudah mati ). Dalam kasus ini Harta Warisan belum dapat diberikan kepada paman sampai ada kepastian hukum tentang kematian anak laki-laki itu maka untuk mengetahui kepastian hukumnya dapat diperoleh dengan: 1. Melihat langsung mayat itu 2. keputusan oleh Pengadilan Hakim dipengadilan untuk menetapkan hidup seseorang dilakukan dengan salah satu dari 3 cara sebagai berikut: 1. Dengan melihat dan menyaksikan bahwa orang itu masih hidup 2. Dengan keterangan sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang dapat dipercaya (adil) 3. Dengan memperhubungkan pada orang yang hidup Hakim didalam menetapkan matinya seseorang dapat dilihat dengan 1. Dengan melihat dan menyaksikan bahwa orang itu telah mati 2. Dengan keterangan atau kesaksian yang dapat dipercaya kebenaranya 3. Dengan keputusan Pengadilan bahwa orang itu telah ditetapkan mati Para Ahli Hukum Islam berbeda Pendapat Tentang Umur Rata– Rata Manusia DiDunia 1. M a j h a b H a n a f i h ( Soviet, Eropa, Asia Selatan) 90 Tahun 2. M a j h a b M a l i k i ( afrika) 70 Tahun Bila orang itu mati dalam peperangan, gempa maka ditunggu selama waktu yang wajar dan apabila hilang dalam peperangan 1 tahun hakim bisa memutuskan kalau memang sudah mati 3. M a j h a b S y a f e i ( Indonesia) menentukan mati seseorang dengan melihat pada dirinya 4. M a j h a b H a m b a l i ( Saudi Arabia, Negara Teluk) 90 tahun Hak Waris Anak Zina (Sufa‘at Zina) Anak zina ataupun anak Sufa’at zina hanya memiliki hubungan warisan dengan keluarga ibu yang mengandungnya tidak ada hubungan waris dengan orang yang telah menzinai ibunya ataupun laki-laki yang menyuntik sperma kepada ibunya dengan proses bayi tabung Azas Hukum Islam 1. I j b a r i Paksaan, Ahli waris tidak boleh mengambil harta warisan kecuali bagian yang telah ditentukan dalam hukum waris 2. B i l a t e r a l Seorang anak dapat menerima warisan dari pihak ayah maupun ibu keadilan berimbang 3. I n d i v i d u a l Setiap individual mempunyai hak atas warisnya sedang ahli waris yang belum dewasa / tidak mampu mengurus hartanya maka pengadilan yang akan menunjuk wali untuk mengurus harta warisan tersebut dari orang yang belum dewasa. 23 Contoh Si x Mati harta bersama yang ditinggalkan 48 jt Ahli waris yang ditinggalkan , Ayah, Istri, 2 orang anak perempuan, 1 orang anak laki-laki, saudara laki-laki Harta bersama dibagi terlebih dahulu baru harta warisan dapat dibagikan dengan demikian 48 jt : 2 = 24 jt harta yang dapat dibagikan hanya 24 jt sebagian lagi hak istri yang ditinggalkan tetapi dalam pembagian warisan istri juga mendapatkan warisan 1/8 dikarenakan mempunyai 3 orang anak 1. Ayah 1/6 = 4/24 x 24 jt = 4 jt 2. Istri 1/8 = 3/24 x 24 jt = 3 jt + harta bersama 24 jt = 27 jt 3. 2 orang anak perempuan Asabah (sisa harta) 17/24 x 24 jt = 17 jt : 4 = 4.25 jt 4. 1 orang anak laki-laki Anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat 1 bagian 5. Saudara laki-laki (terdinding karena ayah masih hidup) Membagikan Warisan 1. Keluarga Orang yang mati a. b. c. Contoh Untuk Rahim Ahli Furuzh (za dahim) Asabah (ahli waris yang mengambil sisa) Saudara sebelah dari pihak ibu Si x mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 48 jt, ahli waris terdiri dari 1. Cucu perempuan dari anak perempuan 1/2 = 3/6 x 48 jt = 24 jt 2. saudara perempuan dari ibu 1/6 = 1/6 x 48 jt = 8 jt 3. Bibi saudara bapak (Asabah) 2/6 x 48 jt = 16 jt Si Y mati harat warisan yang ditinggalkan Rp. 270 jt, ahli waris terdiri dari 1. Istri 1/8 = 3/24 = 3/27 x 270 jt = 30 jt 2. Ibu 1/6 = 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt 3. 2 orang anak 2/3 =16/24 = 16/27 x 270 jt = 160 jt 4. Bapak Asabah 4/27 x 270 jt = 40 jt Catatan Apabila harta warisan telah dibagi-bagi kepada ahli waris yang mendapat bagian, kemudian sisanya masih ada, maka bisa harta tersebut dibagi-bagikan kepada Ahli waris yang ada akan tetapi bila ahli waris hanya ada suami atau istri saja sedangkan suami istri tidak boleh mendapat bagian dari ketentuan yang ada atau ahli waris yang lain dan walaupun tidak ada, maka semua harta yang masih sisa dibagi-bagikan kepada rahim 2. Bila rahim tidak ada maka harta diserahkan kepada Negara dan kepentingan umat islam Mengenai rahim dan kedudukannya hendaklah diperhatikan cara pembagian berikut : 1. Bila rahim hanya 1 orang saja, maka semua sisa harta warisan diserahkan kepadanya 2. Bila rahim banyak maka terdapat pembagian pendapat yaitu rahim yang dahulu mendapat warisan dialah yang diberi warisan walaupun lebih jauh hubungannya dengan orang yang meninggal dalam hal ini ada pengecualian Hak Waris Anak Dalam Rahim Yang dimaksud dengan anak dalam rahim yaitu : 1. Sudah memiliki usia 3-31/2 bulan 2. Sebelum usia 3 bulan Bila ahli waris yang menindas memintanya maka yang diambil adalah bagian-bagian terkecil atau kemungkinan – kemungkinan yang ada Contoh Si Y mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 24 jt, Ahli waris 1. Ayah 1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt 2. Anak dalam kandungan 1/2=12/24x 24 jt = 12 jt 3. Ibu 1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt 4. Kakek 1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt 24 HUKUM Cara 1. Isi a. b. c. d. e. f. g. ACARA PERADILAN AGAMA Membuat Surat Gugatan surat gugatan Tanggal surat gugatan Tujuan surat gugatan Pendahuluan Identitas para pihak dalam hal ini penggugat dan tergugat Posita Potetum Tanda tangan Posita Uraian tentang permasalahan yang menyangkut peristiwa / fakta kejadian dan fakta hukum Potetum Sama dengan Tuntutan yang isinya : 1. Mengabulkan gugatan penggugat 2. Menyatakan tergugat telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Pasal 19 ayat (a) UU No./1974 3. Menyatakan jatuh talak baik sugro dari tergugat atas diri penggugat 4. Membebankan biaya perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku Talak Bai Sugro Bila istri yang melakukan penceraian Talak Rajai Bila baru sekali bercerai Bila Potetum dilakuk an di Pengadilan Negeri harus menyata kan 1. Tergugat telah terbukti melakukan pelanggaran, terhadap Pasal 19 ayat (a) UU No/1974 2. Menyatakan putus hubungan antara suami-istri Perkara yang sudah diajukan ke Pengadilan batas akhir perkara yang harus dilakukan harus 30 hari Pemanggilan Para Pihak Yang perlu diketahui tentang pemanggilan ini ada suatu azas yang menyatakan surat panggilan harus disampaikan secara resmi dan patut. Pengertian resmi disini adalah 1. Pemanggilan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pengadilan itu (Jurusita Pengganti) 2. Surat panggilan sesuai dengan Format yang ditentukan 3. Surat panggilan diserahkan langsung kepada pihak yang dipanggil, apabila yang dipanggil tidak ditemukan dapat diminta bantuan kepada kepala desa setempat untuk menyampaikan surat panggilan tersebut Proses Pemasukan Perkara Ke Pengadilan Agama 1. Surat gugatan dimasukan melalui meja I kemudian membayar pajak biaya perkara, dengan membayar pajak biaya perkara tersebut, perkera tersebut kemudian diberi No.Register Contoh: 01/Pdt.G/P.A Medan/2004 Tanggal 10 November 2004 (tanggal pendaftaran) 2. Seterusnya perkara tersebut diparaf oleh panitera / seketaris kemudian menunjuk panitera pengganti atas perkara itu dan menunjuk Jurusita atas perkara 3. Seterusnya perkara tersebut diteruskan kepada ketua pengadilan, ketua pengadilan menunjuk Majelis Hakim (PMH) yang memeriksa perkara itu 4. Seterusnya diteruskan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk, Majelis Hakim menetapkan hari sidang (PHS) , setelah perkara itu dipelajari oleh Majelis Hakim kemudian memerintahkan Jurusita pengganti untuk memanggil para pihak agar hadir dalam persidangan ditetapkan oleh Penetapan Hari Sidang (PHS) 25 Dalam hal panggil memanggil ini untuk lingkungan Peradilan Agama secara khusus diatur dalam pasal 26 s/d 29 Peraturan Pemerintah No.I tahun 1975 yang menyatakan sebagai berikut : 1. Setiap kali diadakan sidang pengadilan yang memeriksa perkara perceraian baik suami maupun istri atau kuasanya harus dipanggil untuk menghadiri sidang tersebut 2. Panggilan dilakukan oleh jurusita/jurusita pengganti yang ditentukan untuk itu 3. Panggilan disampaikan langsung kepada pribadi yang bersangkutan atau apabila tidak dijumpai panggilan diserahkan kepada kepala desa untuk disampaikan 4. Surat panggilan sudah terima selambat-lambatnya 3 hari sebelum hari sidang 5. Panggilan pertama kepada tergugat harus dilampirkan surat gugat/permohonan 6. Apabila tergugat / termohon tidak jelas alamatnya atau tidak mempunyai tempat tinggal tetap maka pemanggilan dilakukan dengan cara a. Menepelkan surat gugatn dan surat panggilan kepada papan pengumuman Pengadilan Agama b. Mengumumkannya melalui beberapa Mass Media yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama penggumam ini dapat dilakukan sebanyak 2 x dalam 4 bulan 7. Apabila tergugat berada diluar negeri maka pemanggilan dilakukan dengan bantuan Derektorat Jenderal protekuler Luar Negeri RI untuk diteruskan kepada kantor perwakilan RI Negara tujuan untuk disampaikan kepada pihak yang dipanggil Pemanggilan kepada tergugat yang berada diwilayah Hukum Pengadilan Negeri yang lain prosedur pemanggilan sebagai berikut : 1. Tentang pemnggiklan terhadap tergugat yang gaib, memakan waktu selama 4 bulan samapi tibanya hari persiangan, hal ini kelihatan bertentangan dengan ketentuan , bahwa suatu perkara yang diterima oleh Pengadilan sudah harus disidangkan paling lamabat 30 hari setelah perkara itu diterima, dalam hal ini berlaku suatu pengecualian/pengkhususan dalam cara memanggil untuk lingkungan pengadilan agama pengecualian ini disebut dala istilah “Lex Specialise drogat Lex Generalis” yang artinya aturan yang khusus mengenyampingkan aturan yang umum 2. Pengadilan agama menerima perkara memohon bantuan memanggil tergugat untuk hadir pada persidangan I Pengadilan Agama yang menerima perkara pada hari dan tanggal serta pukul yang disebutkan dalam suarat permohonan bantuan Pemanggilan tergugat yang berada diluar wilayah hukum dari Pengadilan Agama prosedur pemanggilanya sebagai berikut : 1. Pengadilan Agama yang mewilayai tempat tinggal tergugat didasarkan atas permohonan bantuan dari Pengadilan agama yang mewilayai tempat tinggal penggugat. Menurut Pasal 66 Konfilasi Hukum Islam No.1/74 “ Wilayah perceraian ditetapkan diwilayah tempat istri berada ini disebut Kopentensi Relatif” Permohonan Dapat Berisi I. Gugatan Provisi II. Gugatan Peletakan Sita III. Gugatan Pokok Perkara 1. Eksepsi menyangkut : a. Konpentensi Absolut b. Konpentensi Relatif 2. Perlawanan terhadap pokok perkara dan rekonpensi IV. V. VI. VII. VIII. Gugatan Tam Replik Pembuktian Konkulasi Putusan bahan → → → :1. Sita Jaminan 2. Sita Revindicotoir 3. Sita Morital Duplik Pembuktian Konkulasi 26 Dalam suatu permohonan Talak maka dalam surat permohonan tersebut dapat dibaca berisi antara lain: a. Pokok-pokok perkara Contoh “ Agar pemohon diberi izin menjatuhkan Talak atas istrinya” b. Berisi permohonan atau gugatan tambahan, antara lain menyangkut pembagian harta bersama dan pengasuhan anak c. Berisi gugatan Provisi yaitu permohonan agar Majelis Hakim memutus terlebih dahulu suatu gugatan pemohon dan apabila dikabulkan sekaligus ditindak lanjutkan dengan eksekusi Contoh “ Agar tergugat diputuskan meninggalkan rumah sengketa sebelum jatuh putusan akhir” d. Berisi gugatan peletakan sita dan gugatan Provisi dapat diajukan secara bersama-sama dengan perkara atau disaat pemeriksaan perkara sedang berjalan, Apabila permohonan peletakan sita ini dikabulkan maka Jurusita terhadap Objek sengketa kemudian apabila dalam putusan akhir memenangkan pemohon sita maka dalam salah satu amar putusan itu harus dicantumkan “ Peletakan sita yang dilakukan sesuai dengan berita acara peletakan sita tanggal………tahun……….dinyatakan sah dan berharga” , akan tetapi apabila dalam putusan akhir menyatakan menolak gugatan maka dalam suatu amar putusan tersebut harus berbunyi “ Menyatakan tidak sah sita yang diletakan sesuai dengan berita acara peletakan sita tanggal…………Tahun…….., dan dengan ini memerintahkan jurusita untuk mengangkut sita jaminan tersebut” Ketika sampai kepada pemeriksaan pokok perkara maka kesempatan diberikan kepada termohon/tergugat untuk menyampaikan eksepsi sekaligus menyampaikan Renkonvensi Eksepsi ialah hak termohon / tergugat untuk menyampaikan keberatan terhadap 2 hal yaitu Konventensi Absolut atau Konventensi relatif. Apabila ternyata keberatan pemohon/Tergugat menyangkut 2 hal diatas atau salah satunya maka Majelis hakim dalam memutus perkara itu pada amarnya menyatakan “ Pengadilan ini tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara ini”, akan tetapi apabila Eksepsi termohon/tergugat ditolak maka pengadilan dalam putusan sela dalam salah satu amarnya menyatakan “ Pengadilan ini adalah berwenang memeriksa dan memutus perkara ini dan untuk itu memerintahkan penggugat dan tergugat untuk melanjutkan perkara ini” Dan apabila putusan tersebut menolak Eksepsi maka dimulailah pemeriksaan pokok perkara dan gugatan tambahan dan pada giliranya memeriksa gugatan Renkonvensi dari termohon/tergugat, begitu juga tentang gugatan Provisi apabila provisi pada putusan akhir menyatakan dikabulkan maka dalam salah satu amar putusannya menyatakan “ Putusan provisi tanggal…………. Menyampaikan kekuatan hukum” Tetapi apabila dalam putusan akhir ternyata gugatan provisi itu ditolak maka dalam salah satu amar putusan akhir harus berbunyi menyatakan “ Putusan provisi tanggal……….. tidak mempunyai kekuatan hukum/batal demi hukum Tentang gugatan pokok perkara sebagaimana diketahui dalam perkara perceraian yang disebut pokok perkara ialah menyangkut perceraian itu agar pengadilan menceraikan penggugat dengan tergugat ,seringnya dalam suatu perkara ini pemohon memasukan juga gugatan lain yang disebut gugatan tambahan seperti pembagian harta bersama dan pengasuhan anak. Majelis Hakim dalam memeriksa perkara ini khususnya menyangkut gugat provisi atau gugat peletakan sita dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan pokok perkara Catata Relatif KonpentensI Tempat dimana perceraian itu dilakukan Obsolut Pengg abungan yaitu dimana wewenang 2 pengadilan yang berbeda untuk mengadili Gugatan K o m u l a s i Gabungan beberapa gugatan hak atau gabungan beberapa pihak yang mempunyai akibat yang sama dalam suatu proses perkara 27 Beberapa Macam Komulasi 1. K o m u l a s i S u b j e k t i f 2. Komulasi Objektif 3. Komulasi Intervensi Jika dalam suatu surat gugatan terhadap beberapa orang penggugat atau beberapa orang tergugat Jika penggugat mengajukan suatu gugatan kepada seorang penggugat pada pasal 56 ayat (5) dan apasal 86 ayat (1) UU No.7/1989 menyatakan bahwa permohonan/gugatan soal pengasuhan anak , nafkah anak, istri dan harta bersama suami-istri, dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan/gugatan perceraian ataupun sesudah perceraian terjadi Ikut sertanya pihak ke 3 kedalam proses perkara Ada 3 Macam Intervensi 1. V o e g i n g Maksudnya pihak ke 3 atas kehendaknya sendiri untuk membantu salah satu pihak mengahadapi pihak lawan dalam hal ini pihak ke3 bisa berkedudukan dipihak penggugat ataupun pihak tergugat 2. V r i j w a r i n g Pihak ke3 ditarik pihak tergugat dengan maksud agar ia menjadi penanggung bagi tergugat 3. F u s s e n t C o m s t Perkara yang sedang berjalan untuk membela kepentingannya sendiri dengan demikian Intervensi berhadapan dengan penggugat dan tergugat asal sekaligus 28 PEMERIKASAAN PERKARA PERCRAIAN DIMIKA PENGADILAN Pada hari sidang yang telah ditentukan dimana penggugat dan tergugat telah dipanggil dimuka sidang, pada sidang I tersebut kedua belah pihak harus hadir/diwakili oleh kuasanya yang sah, apabila kedua-duanya bertempat tinggal di Luar Negeri dan apabila perkara itu jenis permohonan talak maka pemohon harus hadir dimuka sidang sementara termohon dapat diwakili kuasanya, dalam hal ini dipahamkan apabila para pihak berada di Luar Negeri maka perkara tersebut dapat diajukan ditempat sebagai berikut : 1. Ditempat pernikahan berlangsung 2. Di pengadilan agama Jakarta pusat 3. Ditempat istri di Indonesia Pada sidang I tersebut Acara pokoknya adalah beberapa upayah hakim mendamaikan penggugat dan tergugat , usaha mendamaikan ini adalah salah satu azas yang bersifat Inperatif, dimana apabila tidak dilaksanakan oleh hakim maka putusan atas perkara itu dapat batal demi hukum, sepanjang masih ada pihak yang menginginkan perdamaian maka hakim harus menunda persidangan untuk memberi kesempatan kepada yang berkeinginan tidak melakukan pendekatan kepada pihak lawannya, sebagaimana diketahui upayah perdamaian dalam perkara perceraian adalah bertujuan agar perkawinan suami istri tersebut tetap utuh jangan sampai putus/bercerai, tetapi apabila tidak ada lagi diantara pihak yang menginginkan perdamaian atau kesempatan untuk berdamai tersebut tidak membawa hasil maka pemeriksaan baru dimulai dengan menyatakan sidang tertutup untuk umum, persidangan dinyatakan tertutup untuk umum bertujuan agar hal-hal yang bersifat sensitive , aib, rahasia rumah tangga tidak sampai didengar oleh umum Proses Sidang 1. S i d a n g I 2. S i d a n g II Usaha perdamaian Pemeriksaan pokok perkara adapun alasan-alasan permohonan cerai adalah : 1. Pembacaan surat gugatan 2. Bantahan Tergugat 3. Replik Penggugat 4. Duplik tergugat 5. Pembuktian Hal –hal yang dibuktikan adalah apa-apa yang dibantah oleh lawan, apa yang sudah diakui oleh lawan tidak perlu dibuktikan Tujuan dari pembuktian adalah siapa yang mempunyai dalil yang dibantah lawan wajib dibuktikan Alat-alat bukti terdiri dari: 1. Surat-surat Otentik 2. Saksi-saksi termasuk saksi ahli 3. Pengakuan 4. Persangkaan Hakim 5. Sumpah a. Suplatoir dapat dipergunkan kalau ada b. Desisoir ada saksi dan tidak ada saksi 3. Sidang III Pembuktian 4. Sidang IV Kesimpulan 5. Sidang V Putusan 3 Macam Produk Hakim Didalam Persidangan 1. P u t u s a n Pernyataan Hakim yang dituangkan tertulis dab diucapkan oleh hakim dalam siding terbuka untuk umum sebagai hasil dari putusan Negara, gugatan “Kontentius (ada sengketa)” 2. P e n e t a p a n Yang menyatakan hakim sebagai hasil dari pemeriksaan perkara permohonan “Voluntair (tidak ada sengketa)” 3. A k t e P e r d a m a i a n Akta yang dibuat oleh Hakim yang berisi hasil musyawarah antara para pihak dalam sengketa kebendan untuk mengadili sengketa dan berlaku sebagai keputusan (Hasil musyawarah sengketa berakhir dengan perdamaian) 29 Dilihat Hadir kan 1. Putusan gugur Tidaknya 2. Putusan Verstek 3. Putusan Contradiktoir Dilihat Dari 1. Positif 2. Negatif Para Pihak Pada Saat Putusan Dijatuh Apabila penggugat tidak hadir pada pesidangan yang telah ditentukan sedangkan suart panggilan telah diserahkan secara resmi dan patut maka perkara itu diputus gugur Apabila dalam pemeriksaan perkara itu tergugat tidak hadair pada persidangan pertama maka pada saat itu putusan dijatuhkan berupa putusan Vestek (tidak hadir tergugat) sepanjang gugatn penggugat berdasarkan hukum Perkara disaat pemeriksaan telah pernah dihadiri tergugat walaupun pada siding-sidang selanjutnya tergugat tidak pernah hadir atau penggugat atau tergugat sama-sama hadir setiap kali persidangan maka putusan tentang itu disebut Kontradiktoir isi Putusan Keduanya digambungkan mendapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak menerima gugatan penggugat (negative) 2. Menolak gugatan penggugat seluruhnya (negative) 3. Mangabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dengan menolak/tidak menerima selebihnya (positif) 4. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya (positif) Di 1. 2. 3. lihat Dari Diklara toir Konstitutif Kondenvatoir Segi Sifat nya Putusan Tediri Dari 1. P u t u s a n A k h i r 2. Putusan Sela Akibat Hukum Yang Ditimbulkan: Mengakhiri perkara dengan jatuhnya putusan itu maka perkara di pengadilan agama selesai. Akan tetapi bila ada banding masih bisa dilakukan sidang kemabali Putusan yang dijatuhkan mendahului putusan akhir dikarenakan sebab tertentu, yang pada akhirnya nanti akan dijatuhkan putusan akhir juga Contoh 1. Apabila terjadi sengketa mengadili perkara dibadan peradilan yang berbeda maka yang berwenang untuk mengadili adalah dalam perkara tersebut maka kedua ketua badan peradilan tersebut minta persetujuan siapa yang berhak mengadili perkara tersebut dari Mahkamah Agung 2. Apabila kasus yang terjadi karena terjadinya perbedaan agama setelah terjadi pernikahan maka pengadilan yang akan memriksa perkara itu dihubungkan dengan hokum agama apakah mereka menikah, kalau pernikahan mereka menurut agama islam maka penyelesaiannya melalui Pengadilan Agama, tetapi apabila melakukan pernikahan dengan Catatan sipil maka penyelesainnya melalui Pengadilan Negeri 30 PERTANYAAN 1. Soal Jawab : Apa yang di maksud dengan Ijab dan Qabul ? : Ijab adalah penyerahan mempelai wanita yang diucapakan pleh wali wanita sedangkan qabul ialah ucapan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya yang disaksikan oleh 2 orang saksi 2. Soal Jawab : Hak –hak seorang istri setelah dihadapakan dengan UU No.1 / 1974 ? : 1. Istri keberatan bila suami berpoligami dan berhak mengajukan ke Pengadilan Agama 2. Istri berhak menentukan tempat tinggal bersama-sama setelah suami 3. Istri berhak mengasuh anak akibat perceraian sampai anak berumur 12 tahun sedangkan sebelumnya hanya berumur 7 tahun 4. Istri berhak melakukan tindakan hokum dengan harta bawaan 3. Soal Jawab : Apa yang dimaksud dengan Nisab dan urutan keberapa ? : Nisab adalah wali keturunan, Wali nisab di urutan pertama tentang wali nikah 4. Soal Jawab : Apa yang dimaksud dengan Habana dan syarat- syarat habana ? : Habana adalah merawat orang yang tidak mampu pada dirinya dimana ia masih kecil, sakit atau gila Syarat – syarat habana : Adil Sehat jasmani dan rohani, Menetap tinggal, ada kemampuan, seagama atau seiman 5. Soal Jawab : Apa yang dimaksud dengan anak syah ? : Anak syah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah dan pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut ( bayi tabung ) 6. Soal : Si W mati harta warisan yang ditinggalkan 36 jt, Ahli waris terdiri dari 2 orang Istri, Ibu, 2 orang putrid, 1 orang putra, saudara laki-laki, nenek (ibu dari ibu) : 1. 2 orang istri 1/8 = 3/24 x 36 jt = 4.5 jt : 2 = 2.25 jt 2. Ibu 1/6 = 4/24 x 36 jt = 6 jt 3. 2 orang anak perempuan 2/3= 16/24 x 36 jt = 24 jt 4. 2 orang anak perempuan 1/24 x 36 jt = 1.5 jt : 4 = 375 rb 5. 1 Saudara laki-laki Saudara laki-laki 2 bagian sedangkan saudara wanita 1 bagian 6. Nenek (ibu dari ibu) (Terdinding karena anak wanitanya masih hidup) Jawab 7. Soal Jawab : Coba saudara buat surat gugatan peceraian suami – istri ? : Kepada Yth, Bapak Pengadilan Agama Di T empat Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : ……………. Umur : ……………. Pekerjaan : ……………. Alamat : ……………. Nomor KTP : ……………. Disebut sebagai Pengugat Dengan ini mengajukan gugatan kepada : Nama : …………… U mur : …………… Pekerjaan : …………… Alamat : …………… Nomor KTP : …………… Disebut sebagai Tergugat Saya sebagai penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan tergugat terhitung mulai tanggal ………………… hari…….. dengan Akte Nikah Nomor ………….. samapi saat ini perkawinan sudah berlangsung ……………. Dan sudah berhubungan suami istri dab sudah melahirkan beberapa anak yaitu 1………………… 31 2…………… 3 ……………… pada akhir-akhir ini tergugat sudah melanggar perjanjian perkawinan. Dengan ini penggugat memohon pada Majelis Hakim untuk diceraikan (istri yang meminta cerai) dibukukan ikrar pengakuan Talah (suami yang meminta cerai ). Tuntutan saya kepada tergugat yaitu harus memberi nafkah kepada anak-anak yang diasuh oleh saya sendiri. 8. Soal Jawab : Sebutkan perbedaan hukum perkawinan dahulu dengan konfilasi hukum islam ? : sebelum lahir UU No.1/1974 perkawinan hokum agama tidak mewajibkan pencatatan tapi setelah lahir UU No.1/1974 Pencatatan perkawinan menjadi wajib, bila perkawinan tidak dapat dicatat maka tidak akan mendapat akibat hokum. 9. Soal : Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi oleh seorang suami untuk berpoligami menurut hokum Islam dan UU No.1/1974 : 1. Suami harus mempu berlaku adil terhadap istri dan anak-anak yang keadilan dalam lahir dan bathin 2. Suami harus mendapat izin dari istri Jawab 10. S o a l Jawab : Salah satu syarat hokum islam seorang suami dapat berpoligami menurut keadaan darurat batas-batas darurat yang disebut ? : 1. Istri sakit tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri 2. Tidak dapat memberikan keturunan 11. S o a l Jawab : Alasan – alasan apa yang membenarkan perceraian menurut UU No.1/74 : Bila pengadilan melihat antara suami-istri cukup syarat perceraian dan tidak mungkin lagi untuk rujuk 12. S o a l Jawab : Kenapa Hukum Islam belum diterima oleh umat Islam ? : 1. Karena hukum waris islam hak waris anak laki-laki mendapat 2 x bagian dari anak perempuan 2. Dalam hukum waris islam tidak dikenal hak anak angkat sebagai hukum sedangkan hukum BW dikenal hak anak angkat didalam Konfilasi Hukum Islam diberikan hak anak angkat 1/3 harta peninggalan orang tua angkatnya 3. pada mulanya hak waris islam tidak mengenal dengan waris pengganti, dalam UU warisan di Mesir pengganti diberikan hak menggantikan hak ahli waris yang diganti Contoh Si A menikah dengan Si B, dari perkawinana tersebut lahirlah Si C, D , E , kemudian anak yang lahir tersebut menikah yaitu Si E yang mana menikah dengan Si K hasil dari perkawinan tersebut lahirlah Si Q dan Si W cucu dari Si A dan Si B, suatu ketika meninggalah Si E anak dari Si A dan Si B orang tua dari Si Q dan Si W, dan tidak lama kemudian Si A meninggal Kakek dari Si Q dan Si W, maka harta warisan dari Si A tidak bisa diterima oleh Si Q dan Si W cucu dari Si A dan anak dari Si E dikarenakan orang tua mereka yaitu Si E telah meninggal hak mereka terdinding karena ada saudara dari ayah mereka yaitu Si C dan si D, akan tetapi menurut Hukum di Mesir diberikan hak waris kepada Si Q dan Si W dengan sebutan hak menggantikan waris 32