Hukum Islam

advertisement
HUKUM
Su
1.
2.
3.
mber Hukum Islam :
Al qur’an
Sunnah
Ijtihad
Al
1.
2.
3.
4.
5.
Q u r’ a n T e r d i r i D a r i :
Keyakinan
Hukum
Etika
Sejarah
Ghaib
ISLAM
Hukum Terdiri Dari :
1. Perintah
: Keras (Wajib)
Lunak (Sunnah/Arjanah)
2.
Larangan
: Keras (Haram)
Lunak (Makhruh)
W e w e n a n g U U N o. 9 / 9 8
1. Perkawinan
2. Harta Benda
3. Warisan
:
Ha
1.
2.
3.
4.
:
rta Benda Terdiri Dari
Waqaf
Hibah
Hadiah
Wasiat
Sunnah
: Perbuatan , perkataan dan pengakuan Nabi Muhamad
Jitihad
: Usaha yang sungguh-sungguh dari Ulama Islam dan ahli hukum Islam untuk
memahami isi Al Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum Islam dan menegakan
hukum terhadap kasus-kasus baru yang tidak ada ketentuan hukumnya didalam Al
Qur’an atau Sunnah.
H a s i l H u k um D a r i U s a h a I j i t i h a d :
1. Fatwa (Pendapat perorangan ahli hukum)
2. Ijmak (Kesepakatan)
Kasus-kasus wewenang Pengadilan Agama tidak boleh di periksa lagi di Pengadilan Negeri demikian juga
sebaliknya.
Tu
1.
2.
3.
4.
juan Dari Hukum Darurat
Mempertahankan nyawa
Menyelamatkan kesehatan
Untuk mempertahankan agama
Mempertahankan keturunan
:
Tu
1.
2.
3.
juan Hukum Islam Mengatur 3 Masalah
Mengatur hal-hal yang primer (Prinsip)
Hal-hal yang dibutuhkan manusia (Skunder)
Mengatur hal – hal yang dapat diperindah kehidupan.
:
1
Mengatur Hal–Hal Yang Primer (Penyelamatan) :
1. Jiwa
2. Kesehatan
3. Harta
4. Keturunan
5. Agama
6. Harga diri
Hal–Hal Yang Dibutuhkan Manusia
1. Keringanan dalam hukum darurat
Beberapa Macam Hukum Islam
1. Taklifi ( Perintah/Larangan )
2. Wa’ahi ( ketentuan Tuhan )
:
:
Taklifi Terdiri Dari
:
1. Perintah
: Keras ( Wajib)
Lunak ( Sunnah )
2. Larangan
: Keras ( Haram )
Lunak ( Makhruh )
3. Pilihan
: Mabah
Wa‘ahi Terdiri Dari
:
1. Sebab
: (sebab akibat perbuatan karena apa)
2. Syarat
: (syarat-syarat untuk menjalankan sesuatu)
3. Malik
: (mencegah terjadinya hukum)
4. Syah
: (bila syarat-syarat cukup)
5. Batal
: (bila syarat-syarat tidak cukup)
6. Ijima
: (hukum asal)
7. Darurat
: (untuk mempertahankan)
Pe
1.
2.
3.
4.
5.
6.
rkawinan Terdiri Dari
Calon Suami
Calon Istri
Wali
2 Orang saksi
Ijab dan Qabul
Dicatat
:
Wali Terdiri Dari
:
1. Wali Nisab ( Wali keturunan )
2. Wali Hakim ( Kawin lari )
3. Wali Takhim ( wali diangkat oleh pengantin wanita)
Ijab
: Penyerahan anak kepada Calon suami
Qabul
: Penerimaan Istri oleh suami
2
PERKAWINAN
Perkawinan:
MENURUT
U U NO.1
T A H U N 1974
Ikatan lahir dan batin antara seorang perempuan dan seorang pria sebagai suami
istri untuk membentuk keluarga bahagia berdasarkan ketuhanan YME.
P e r k a w i n a n D i c a t a t : 1. P3N (Bagi Muslim)
2. Catatan Sipil (Bagi Non Muslim)
Ca
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
lon Istri Yang Ideal
:
Beriman serta seagama calon suami
Mampu memberikan keturunan
Cantik dan bersifat keibuan
Sehat jasmani dan rohani
Dari keturunan orang-orang yang sehat
Mampu melaksanakan kewajiban sebagai istri
Tidak bagus berkeluarga dengan keluarga yang terlalu miskin ( Catatan saja )
Ca
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
lon Suami Yang Ideal
:
Beriman dan seagama dengan calon istri
Mampu memberikan nafkah lahir dan bathin
Ganteng/Tampan
Berpendidikan
Sehat jasmani/rohani
Dari keturunan orang-orang yang sehat
Usia lebih tua
Mampu memberikan keturunan
Ke
1.
2.
3.
wajiban Suami
:
Membayar Mahar (Benda/uang/cash/credit)
Memberi nafkah
Berlaku adil
Ke
1.
2.
3.
wajiban Istri
:
Patuh pada suami
Melayani suami dengan baik
Melahirkan anak dan menyusuinya
Peminangan
: Kegiatan upayah kearah terjadinya hubungan perjodohan antara
seorang pria dan seorang wanita.
3
CATATAN
Dalam hukum Islam seorang prempuan yang sudah dipinang oleh seorang laki-laki haram menerima
pinangan orang lain sebelum pembatalan dari pinangan pertama.
A k a d N i k a h : Rangkaian Ijab ( Penyerahan ) yang diucapkan oleh wali wanita dan Qabul yang
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya yang disaksikan minimal 2
orang.
Taklik
Ha
1.
2.
3.
4.
5.
T a l a k (perjanjian perkawinan)
: Perjanjian suami kepada istrinya pada saat
akad nikah.
k Bersama Terdiri Dari
:
Dengan terjadinya perkawinan maka terjadilah hubungan waris mewarisi, bila salah satu meninggal
Dengan terjadinya hak bersama dalam perkawinan bila terjadi perceraian.
Anak yang lahir dari perkawinan menjadi milik bersama
Terjadinya hubungan keluarga antara 2 belah pihak
Terjadinya perceraian/harta dibagi bersama
CATATAN
Bila perkawinan tidak dicatat di Catatan Sipil maka tidak bisa bercerai di Pengadilan Agama. Perkawinan
yang tidak di catat di catatan sipil tidak mengakibatkan hukum
Hu
1.
2.
3.
kum Menikah
:
Wajib ( bila sudah mampu )
Sunnah ( bila tidak mampu )
Haram ( bagi laki-laki yang mampu tapi bisa menahan diri )
Tu
1.
2.
3.
4.
juan Menikah
:
Kebutuhan setiap manusia
Untuk melahirkan keturunan
Dapat membagi tugas antara suami dan istri
Memperluas hubungan keluarga
4
A Z A S – A Z A S U U P E R K A W I N A N NO. I / THN 1974
(UNDANG–UNDANG PERKAWINAN)
1.
2.
3.
4.
5.
Perkawinan didasarkan pada kerelaan kedua belah pihak dengan demikian perkawinan tidak boleh
ada unsur paksaan
Suami Istri harus sudah matang jasmani dan rohani
Mempersulit terjadinya perceraian
Pada dasarnya perkawinan didasarkan pada Monogami dengan mempersulit Poligami
Perkawinan harus didasarkan masing-masing dan tidak boleh bertentangan dengan agama.
Catatan
Monogami
: Satu orang suami dan satu orang istri
Poligami
: Satu orang suami dan dua orang istri
Poliandri
: Satu orang istri dua orang suami
Se
1.
2.
3.
b a b – S e b a b T e r j a d i n y a P o l i g a m i:
Karena kesehatan
Bila terjadi peperangan
Tuhan menciptakan laki-laki untuk Donatur
K o n f i l a s i H u k u m I s l a m B A B I X P a s a l 55
Ayat (1) “ Beristri dari satu orang pada waktu bersamaan terbatas hanya empat orang saja.”
Ayat (2) “ Syarat-syarat utama beristri lebih dari satu :
1. Suami harus berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya keadilan dalam lahir dan
bahtin
2. Suami yang berpoligami harus mendapat izin dari Pengadilan agama.
Didalam UU No.1 Tahun 1974 dan Didala m Konfilasi
Hukum
Islam Pasal 57 ada 3 Alasan Suami Dapat Berpoligami
:
1) Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
2) Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
3) Istri tidak dapat melahirkan keturunan
Selain Syarat–Syarat Diatas Pasal 58 Kon filasi Hukum Islam
Menyebutkan Untuk Mendapat Izin
Pengadilan Agama Untuk
Berpoliga mi,Laki–Laki Tersebut Harus
Memenuhi Syarat Ya
n g D i t e n t u k a n S e s u a i P a s a l 5 U U N o .1 T a h u n 1 9 7 4
:
1. Adanya persetujuan istri
2. Adanya kepastian suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka.
W a n i t a y a n g h a r a m u n t u k d i n i k a h i d an s e b a b h a r a m n y a :
1) Sebab hubungan sedarah
a) Ibu sampai atas
b) Anak sampai cucu dan cicit
c) Saudara / keponakan
d) Saudara ibu dan bapak ( Macik )
2) Sebab Semenda
M i s a l : Mertua atau Menantu ( Bisa dinikai asal Istri yang dinikahi belum di gauli)
3) Sebab Sesusuan
Misal:
a. Wanita yang pernah menyusui kita waktu berumur 2 tahun
b. Saudara kita sesusu
c. Suami dari Ibu yang menyusui kita ]
5
4) Sebab keterkaitan dengan yang lain
a. Bila kita menikahi adiknya kita tidak boleh menikahi kakaknya tapi bila kita sudah cerai dengan
adiknya boleh
b. Haram menikahi keponakan bila kita sudah menikahi maciknya.
5) Sebab masa tunggu
Wanita yang kita nikahi harus sudah dalam masa tunggu yaitu 90 hari. Bila hamil harus sampai habis
masa nifas
6) Sebab berbeda agama
Perkawinan yang beda agama
Perkawinan KUH Perdata suatu perkawinan kontrak untuk hidup bersama
Perkawinan UU No.1/74 Perkawinan antara lahir dan batin yang untuk hidup bersama
7) Sebab istri orang
Karena belum bercerai dan istri harus bercerai dulu oleh suaminya.
8) Sebab istrinya sudah diceraikan tiga kali
Kecuali bila istri sudah menikah dengan orang lain dan sudah digauli dulu diceraikan oleh suaminya.
9) Sebab utama yang dituduh berzina oleh suaminya akibatnya wanita tersebut menuntut di
pengadilan
6
PERJANJIAN
I.
II.
Talik Talak
: Sisuami memberikan hak kepada istri untuk menggugat cerai bila
suami melanggar perjanjian yang dibuat atau diucapkan setelah Akad
Nikah.
P e r j a n j i a n L a i n : Yang tidak bertentangan dengan hubungan agama
Misal :
Perjanjian harta bawaan masing-masing supaya berada dibawah kekuasaan masingmasing .
KAWIN
Kawin
1.
2.
3.
PERKAWINAN
HAMI L
Hamil
: Kawin dengan wanita hamil
Seorang wanita hamil mempunyai suami haram hukumnya dinikahi
Seorang wanita hamil diluar nikah dapat di nikahi dengan pria yang mengahamilinya dengan
perkawinan itu dapat dilangsungkan tanpa menunggu anak itu lahir, hanya saja anak tersebut tidak
memiliki hubungan apa-apa dengan laki-laki yang telah menzinahi ibunya, tapi anak tersebut
mempunyai hubungan perdata dengan ibu yang melahirkannya.
Boleh menikahi wanita hamil untuk dinikahi karena tanpa ikatan menikah misalnya hamil karena
diperkosa
P e n c e g a h a n P e r k a w i n a n B e r t u j u a n untuk menghindari suatu perkawinan yang
dilarang hukum islam dan peraturan perundang-undangan.
Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau istri yang akan dinikahi tidak memenuhi
syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum islam dan peraturan perundangundangan.
Yang Dapat Mencegah Perkawinan
1. Kalau keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan kebawah saudara, wali nikah, wali
pengapuan dan salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Ayah kandung yang tidak pernah menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga tidak gugur
mencegah hak perwalian untuk mencegah perkawinan
3. Pencegahan perkawinan juga dapat dilakukan oleh suami atau istri yang masih terikat salah satu
perkawinan salah satu calon suami atau istri.
4. Pejabat yang ditunjuk untuk mengawasi perkawinan yaitu KUA Pasal 1/65 Konfilasi Hukum Islam
P e m b a t a l a n adalah sudah berlangsung akad nikah tapi dibatalkan.
Pe
1.
2.
3.
mbatalan Perkawinan Pasal 70 Konfilasi Hukum
Islam:
Suami melakukan perkawinan sedangkan ia sudah memiliki empat orang istri
Seorang menikahi bekas istrinya yang sudah di li’anya
Seorang menikahi istrinya yang sudah diceraikannya tiga kali kecuali bekas istrinya sudah pernah
menikah dengan orang lain dan sudah di gauli.
4. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang diharamkan melakukan perkawinan.
Pe
:
1.
2.
3.
4.
mbatalan
Perkawinan
Pasal
71 Konfilasi
Hukum
Islam
Seorang suami melakukan poligami tanpa izin pengadilan agama
Melakukan poligami tanpa izin istri atau suami
Melakukan poligami tanpa izin pejabat yang berwenang
Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam syarat-syarat perkawinan.
Batalnya perkawinan tidak akan memutuskan hubungan anak dengan orang tuanya.
7
PERCERAIAN
Perceraian Dalam Hukum
1) Putusnya ikatan perkawinan
2) Melepaskan ikatan perkawinan
Hakam
Fungsi
Pe
1.
2.
3.
4.
5.
Islam :
adalah orang yang diangkat untuk mendamaikan pertengkaran antara suami – istri ,
Hakam bisa dari pihak keluarga Istri – Suami atau dari pemerintah.
Hakam
adalah menyelesaikan pertengakaran supaya tidak cerai antara suami –
istri.
n y e b a b P e r t e n g k a r a n S u a m i – I s t r i:
Calon suami – istri belum dewasa
Suami melanggar perjanjian perkawinan
Adanya pihak ke tiga
Suami tidak memberikan nafkah lahir dan bathin
Salah satu tidak subur ( Mandul )
Alasan–Alasan Dibenarkan Perceraian Menurut UU
N o. 1 / 74 :
1) Salah satu pihak melakukan perzinahan dan terbukti
2) Salah satu pihak melakukan perbuatan judi, pemabuk dan perbuatan lain yang sulit untuk
disembuhkan.
3) Salah satu pihak dipenjara
4) Terjadi pertikaian yang sulit didamaikan
Macam - Macam
1. P a s a k h
Perceraian
:
adalah putusnya ikatan perkawinan , putusannya ikatan tersebut karena
keputusan pengadilan atas tuntutan dari pihak istri.
Sebab Isrti Menuntut Pasakh:
a. Suami tidak mampu memberikan nafkah
b. Sumai impotent
c. Suami mendapat penyakit yang sulit disembuhkan
d. Suami menyakiti Istri
2.
Thalak
adalah terlepasnya ikatan perkawinan
Perbedaan Pasakh Dan Thalak:
a. Bila perceraian karena Pasakh sisuami tidak boleh kembali kepada istri walaupun dalam masa tunggu
90 hari , kalau mau balik lagi harus kawin baru kembali
b. Bila perceraian karena Thalak perceraian sisuami didepan pengadilan suami boleh kembali selama
dalam masa tunggu.
3.
Khuluk
artinya tebus thalak maksudnya si istri minta kepada
menceraikannya dengan imbalan uang atau benda berharga.
suaminya
untuk
4.
L i’ a n
adalah suami menuduh istrinya berzinah atau dia menuduh anak yang dilahirkan
istrinya bukan anak suaminya lantas istri merasa jatuh martabatnya dan menuntut
kepengadilan untuk bercerai.
5.
L i’ l a h
artinya suami berkumpul tidak akan menyetubuhi istrinya lagi kata-kata ini sebagai
lambang dan sindiran dari perceraian. Bila belum masuk dalam 40 hari suaminya
menyetubuhinya , maka istri berhak menuntut kepengadilan.
8
6.
Dhihar
sisuami mempersamakan istrinya dengan ibunya atau wanita-wanita yang haram
dikawininya, ucapan tersebut sebagai sindiran dia tidak suka lagi sama istrinya dan
istrinya menuntut cerai kepengadilan.
7.
Muhad
Salah satu suami istri otomatis terjadi perceraian
Didalam hukum islam perbuatan yang boleh dilakukan tapi sangat dibenci tuhan adalah perceraian.
Oleh karena itulah badan penasehat perkawinan harus berusaha melakukan prevektif ( pencegahan ) agar
tidak terjadi perceraian suami dan istri.
Hal–Hal Negatif Yang Timbul Akibat Perceraian:
1. Akan tersia-sia anak dalam keluarga yang bercerai
2. Terputusnya hubungan berlaku antara kedua belah pihak keluarga yang bercerai
3. Menambah beban lagi suami yang bercerai dan kewajiban suami yang berkeluarga karena harus
membahagiakan istri barunya dan anak-anak istri yang diceraikan
4. Menimbulkan trauma takut terulang kembali kegagalan dalam berkeluarga
Akibat Hukum Dari Percerian
1. Pembagian harta bersama
2. Pemeliharan anak
3. Iddah ( Masa tunggu )
4. Ikdad ( Berkabung )
5. Mut’ah ( pemberian barang dari suami )
6. Bagi pusaka bila cerai mati
:
Dengan Perkawinan Maka Lahirlah Hukum :
1. Hak dan kewajiban suami/istri
2. Semua harta yang dihasilakan selama masa perkawinan menjadi harat bersama
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang syah menjadi milik bersama
4. Bila mati salah satu suami/istri maka dibagi pusaka
Harta
Bersama
adalah harta yang didapat oleh suami istri yang didapat selama
perkawinan dihitung mulai tanggal perkawinan sampai tanggal
bercerai.
Dasar Hukum Yang Membenarkan Adanya
1. Undang-undang No.1/74
2. Adat dalam masyarakat
3. Keadilan
4. Prikemanusiaan ( Hak Manusia )
1.
Harta
Bersama:
U U N o. 1 / 7 4
Bab 7
a.
Pasal 35
Ayat (1) “ Harta benda diperoleh selama perkawinan menjadi milik bersama”
Ayat (2) “ Harta bawaan dari masing-masing suami atau istri dan harta benda yang diperoleh
masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah pengawasan masingmasing sepanjang para pihak tidak nenentukan lain”
b.
Pasal 36
Ayat (1) “ Mengenai harat bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak “
Ayat (2) “ Mengenai harta bawaan masing-masing suami atau istri mempunyai hak sepenuhnya
untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta benda”
c.
Pasal 37
Ayat (1) “ Bila perkawinan putus karena perceraian harta bersama diatur menurut hukumnya
masing-masing “
9
Hadhanah
adalah merawat orang yang tidak mampu pada dirinya karena ia kecil, sakit atau gila
Hak perlindungan terhadap hak-hak anak terdapat dalam undang-undang perlindungan anak
No.4 / 1979.
Anak Yang Diasuh
:
1. Anak syah
adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang syah.
2. Anak tidak syah
adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak syah atau bukan dari
perikatan perkawinan.
Menurut hukum islam yang paling berhak merawat dan mengasuh anak setelah terjadi perceraian,
bila anak dibawah umur 12 tahun yang paling berhak mengasuh anak tersebut adalah ibu kandung yang
ditetapkan undang-undang.
Syarat–Syarat Yang D tetapkan UU Atas Pemeliharaan
Anak Oleh Ibu Kandung
:
1. Adil
2. Sehat jasmani dan rohani
3. Menetap tinggal
4. Ada kemampuan
5. Seagama dengan anak yang diasuh
Sedangkan tanggung jawab terhadap biaya anak tersebut diberikan kepada ayahnya
Bila Ibu kand ung t idak sanggup untuk m erawat anak
s e b u t m a k a a k a n d i be r i k a n k e p a d a H a d h a n a h
1. Ibu dari ibunya
2. Ayahnya
3. Saudara perempuan dari ibunya
4. kakak-kakaknya yang sudah dewasa
5. Saudara perempuan dari pihak ayah
ter
Bila anak yang diperebutkan sudah berusia 12 tahun maka hakim dapat bertanya kepada anak
tersebut untuk memilih siapa yang dia senangi.
Perwalian Dapat Dilakukan Dengan
1. Wasiat
2. Atas keputusan pengadilan
:
Pasal 98 Bab 14 Konf ilasi Hukum Islam:
Ayat (1)
“ Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang
anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental maupun yang belum pernah
melangsungkan pernikahan.”
Ayat (2)
“ Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum didalam dan
di luar pengadilan”
Ayat (3)
“ Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat yang mampu menunaikan
kewajiban tersebut apabila orang tuanya tidak mampu “
Perkawinan Ditinjau Dari Beberapa Aspek:
1. A s p e k I b a d a h
terhindar dari perbuatan dosa
2. A s p e k
Sosial
perlu ada pasangan untuk hubungan timbal balik (mahluk
sosial)
10
3. A s p e k P e r j a n j i a n
janji dengan istrinya, janji dengan walinya, janji dengan
tuhan
4. A s p e k P o l i t i k
Akan memperkuat hubungan politik
5. A s p e k
Agar usaha antara dua belah pihak makin maju
Bisnis
D a l a m P e r k a w i n an M a k a L a h i r l a h :
1. K e w a j i b a n
: Kewajiban Suami adalah Hak Istri
2. H a k
: Hak Suami adalah Kewajiban Istri
Pada masa Nabi Muhamad pernah dibenarkan Kawin Muta’ah ( Kawin Kontrak ) disaat peperangan
karena tentara-tentara yang perang tidak mampu menahan napsunya dan bahkan hampir berzinah atau
memperkosa wanita lain. Keadaan darurat yang demikian Nabi membenarkan kepada tentara tersebut
agar kawin dengan wanita yang disukainya dengan membatasi waktu perkawinan itu dan apa bila waktu
yang telah ditentukan sudah berakhir maka habislah perkawinan itu, kemudian setelah habis peperangan
Nabi membatalkan perkawinan itu.
Disini dipahami bahwa kawin Muta’ah dibenarkan dalam keadaan darurat agar laki-laki yang terdesak
tersebut tidak melakukan dosa besar yaitu berzinah atau memperkosa.
Pada saat ini Sekte Laliran dalam islam yang membenarkan kawin kontrak ( Muta’ah ) dalam keadaan
sangat darurat adalah Syiah, yang mana berkembang dinegara Iran dan Libanon serta Irak.
HAK–HAK
ANAK
DALAM
HUKUM
ISLAM
Macam - Macam anak:
1. Anak Syah
: anak yang lahir dari perkawinan yang syah dan yang menentukan syah tidaknya
adalah hukum agamanya msing - masing
2. Anak asil Syubhat Aina
: anak samar-samar berzina tidak syah tidak, Syubhat Zina adalah
perbuatan zina yang tidak diketahui perbuatan zina atau tidak
3. Anak zina
: anak dari hasil dari perbuatan zina yaitu hubungan antara dua jenis orang yang
berbeda tanpa ada hubungan nikah. Anak dari hasil zina hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan tidak ada hubungan dengan laki-laki yang menghamilinya
4. Anak asil Bayi Tabung dengan system ibu pengganti
: hanya berhubungan dengan ibunya
5. Anak Angkat : Adopsi Plana bisa mendapatkan warisan ( Harta benda )
Hak–Hak Anak Yang Diberikan Hukum Islam :
1. H a k U n t u k H i d u p
3Alasan Aborsi Tapi Anak Tersebut Belum Berumur 3½Bulan:
a. Untuk menyelamatkan jiwa si ibu yang hamil
b. Ibu hamil tersebut terinfeksi penyakit AIDS atau penyakit bahaya lain, bila tidak digugurkan akan
membawa cacat bila dilahirkan
c. Ibu hamil karena diperkosa bila tidak digugurkan akan membawa danpak sikologis yang cukup
berat bagi ibu tersebut setelah dilahirkan
2.
Hak Kemerdekaan
3.
Hak Persamaan Dan Keadilan Dengan
4.
Hak Perlindungan Dari Yang Menyakitiny
5.
Hak Untuk
6.
Hak Memperoleh Pendidikan
7.
Ha k Mendapat kan Susu Atau
8.
Hak Mendapat kan Pembi naan
9.
Hak
10. H a k
Saudara– Saudaranya
Berlindung
Susu
Lain
Ahlak
Mendapat kan Warisan Dari
Orang
Tuanya Atau Walinya
Mendapatkan Naf kah
11
Yang Dimaksud Dengan Pemeliharaan Anak:
1. Tanggungjawab orang tua untuk mengawasi dan memberikan pelayanan yang semestinya
2. Pemeliharaan yang berupa pengawasan pelayanan serta pencukupan nafkah secara terus menerus
sampai anak itu dewasa
Ciri -Ciri Anak Syah :
1. Anak yang dilahirkan dari perkawinan yang syah.
2. Anak dari hasil pembuahan suami istri yang syah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut (kasus
reproduksi manusia melalui tabung dengan menggunakan sperma suami/istri tersebut)
Hu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
kum -Hukum Yang Mengatur Hak Anak Di Indonesia:
UU No.1 Tahun 1974
Buku I Tentang KUHPerdata Tentang Hukum Perorangan
Konfensi Hak Anak
UU No.4 Tahun 1979
UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan anak
UU No.3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
UU No.25 Tahun 1997 Tentang Ketenaga kerjaan
UU No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Anak
UU No.22 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Azasi Anak
KEPRES No.50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Azasi Anak
Asal–Usul Anak
:
1. Anak di buktikan dengan Akte kelahiran atau alat-alat bukti lainya seperti golongan darah dan saksisaksi.
Bilamana yang dilahirkan tidak mempunyai akte kelahiran maka pengadilan agama (untuk umat
muslim) dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak setelah mengadakan
pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti.
Mentukan
Asal-Usul Anak
Didalam Konfilasi Hukum Islam Asal-usul anak dinyatakan pada pasal 103 yaitu :
Ayat (1)
“ asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran atau alat
bukti lainnya “
Alat–alat Bukti Lain terdiri Dari
:
1.
2.
3.
4.
Golongan Darah
Kesaksian dari seorang dokter
Pengakuan
Tes Sikologis
Ayat (2)
“ Bila akte kelahiran atau alat bukti lainnya tersebut dalam ayat (1) tidak ada, maka
pengadilan agama dapat mengeluarkan penetapan tentang Asal-usul seorang anak
setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang syah “
Ayat (3)
“ Atas dasar ketetapan pengadilan agama tersebut ayat (2) maka instansi mencatat
kelahiran yang ada dalam daerah hukum pengadilan agama tersebut mengeluarkan
akte kelahiran bagi anak yang bersangkutan”
Pembuatan Akte Kelahiran:
1. Akte bukti kelahiran di RS dan surat Lurah
2. Penetapan Pengadilan
:
a. Pengadilan Agama
b. Pengadilan Negeri
Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri adalah berusia 21 tahun sepanjang anak tidak cacat fisik
atau belum melangsungkan perkawinan.
12
P e r b e d a a n K e d e w a s a a n D a l a m M e l a k u k a n I b a d a h D e n g a n
Kedewasaan Tanggung Jawab
1. Desawa untuk Ibadah ditandai dengan Mestrurasi bagi wanita atau mimpi bagi laki-laki
2. Dewasa untuk tanggung jawab pada usia 21 tahun
Bagi anak yang belum dewasa atau belum berusia 21 tahun orang tuanya mewakili anak tersebut
mengenai segala perbuatan hukum didalam dan diluar pengadilan. Pengadilan agama dapat menunjuk
salah seorang kerabat dekat yang mampu melakukan kewajiban apabila kedua orang tua tidak mampu.
Kewajiban Anak Kepada Orang Tua
:
1. Hormat dan patuh kepada orang tua yang melahirkannya atau mengasuhnya
2. Memberikan biaya hidup orang tua yang tidak mampu termasuk mertua
3. Wajib membayar hutang-hutang orang tua bila orang tua meninggal
4. Wajib melaksanakan wasiat-wasiat orang tua bila orang tua sudah meninggal
Perbedaan Kewajiban Laki–laki Dan Perempuan Terhadap Orang
Tua:
1. Kepada anak laki-laki wajib membayar nafkah orang tua
2. Kepada anak perempuan dapat diberikan dalam bentuk pengasuhan/merawat orang tua
GUGATAN
Ad
1.
2.
3.
4.
a 4 Unsur Yang Tercantum Dalam Surat Gugatan
Tuntutan
Indentitas Tergugat
Duduk permasalahan (Sebab Akibat)
Alasan-alasan penggugat
:
Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak tergugat terhadap keputusan tersebut dapat
diminta upaya hukum banding atau kasasi (KHI Psl 130 ). Tapi kalau tergugat saudara diterima (KHI Psl
131) pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan tergugat dan dalam waktu
selambat-lambatnya 30 hari memanggil pemohon I penggugat dan istrinya atau suami untuk diminta
penjelasan yang berhubungan untuk maksud menjatuhi talak.
Bila pengadilan melihat antara suami istri cukup syarat perceraian dan tidak mungkin untuk
didamaikan lagi maka pengadilan agama akan memutuskan mengucapkan (mengikrarkan) Talak.
Bila perceraian istri dan suami, istri yang meminta pengadilan agama yang memutuskan perceraian
sedangkan suami yang meminta dapat menceraikan istrinya dengan mengucapkan ikrar/Talak. Setelah
pemutusan mempunyai kekuatan hukum tetap. Suami mengikrarkan Talaknya di depan Pengadilan Agama
atau sidang Pengadilan Agama di hadiri oleh istrinya atau kuasanya ( pengacara ).
Bila suami tidak mengucapkan ikrar Talak dalam tempo 6 bulan terhitung sejak putusan Pengadilan
Agama tentang izin Talak baginya, maka hak suami untuk mengikrarkan Talak gugur dan ikatan
perkawinan tetap utuh.
Pasal 132
Ayat (2)
Ayat (3)
K o n f i l a si H u k u m I s l a m
“penggugat perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya atau pengadilan agama, yang
wilayah hukumnya mewakili tempat tinggal tergugat kecuali istri meninggalkan tempat
bersama tanpa izin suami.
“ Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar negeri Ketua Pengadilan Agama
memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan RI setempat.
13
PEMERIKSAAN GUGATAN PERCERAIAN
Pemeriksaan dilakukan diruangan tertutup karena berhubungan rahasia orang (suami-istri)
sedangkan putusan mengenai gugatan perceraian dilakukan dalanm sidang terbuka. Suatu perceraian
dianggap terjadi beserta akibat-akibatnya terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (artinya orang yang kalah tidak membanding)
Ya
1.
2.
3.
4.
5.
ng Dimaksud Dengan Akibat Rukun
Pembagian harta benda
Pemeliharaan anak
Masa tunggu
Memberi Ihdal kepada istri yang diceraikan
Bergabung membagi harta pusaka bila cerai mati
Dari
Perceraian:
Tetapi putusan Pengadilan Agama, panitera harus menyampaikan salinan putusan tersebut kepada
suami, istri tersebut atau kuasanya dan putusan yang sudah memiliki kekuatan hukum harus dikirim oleh
panitera ke PN yang ada diwilayah tinggal istri.
Khulud
Pasa l
Ayat (1)
istri minta suaminya untuk menceraikanya dengan imbalan dari istri
148
Konfilas i Hukum I slam
“ Seorang istri yang mengajukan gugatan perceraian dengan jalan Khulud
menyampaikan permohonan kepada Pengadilan agama yang ada diwilayah tempat
tinggalnya beserta alasannya”
Ayat (2)
“ Pengadilan Agama selambat-lambatnya 1 bulan memanggil istri dan suaminya untuk
mendengarkan keterangan masing-masing “
Ayat (3)
“ Dalam perceraian tersebut Pengadilan agama memberikan penjelasan tentang akibat
Khulud dan nasehat- nasehat kepada istri tersebut”
Kalau perceraian Khulud istri tidak dapat nafkah dalam masa tunggu dan sisuami tidak dapat rujuk
selama masa tunggu kalau mau kawin lagi harus dengan akad nikah baru dengan mahar baru. Kalau
suami kalah maka hakim Tanya kepadanya apakah halal, apabila terima atau banding maka si yang kalah
harus menyampaikan memory banding dalam waktu 15 hari dengan alasan-alasan kenapa yang
bersangkutan menolak
Rujuk Dapat Dilakukan Dalam Hal–Hal
:
1. Putusnya perkawinan karena Talak kecuali Talak yang telah jatuh 3 kali atau perceraian yang
dijatuhkan sebelum suami menggauli istrinya.
2. Putusnya perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan – alasan Jima atau Khulud
Rujuk dilakukan tanpa persetujuan bekas istri dapat dinyatakan tidak syah dengan putusan
Pengadilan Agama.
HUKUM
ACARA
PERCERAIAN DI PENGADILAN
AGAMA
Pasal 67 Konfilasi Hukum Islam Ayat (1)
“ Suami yang mau rujuk dengan istrinya yang sudah diceraikan pergi ke Pengadilan Agama dengan
membawa surat perceraian dan hakim menanyakan kepada istri atau suami bahwasanya setuju atau tidak
untuk rujuk kalau setuju atau tidak untuk rujuk dan kalau setuju maka pencatat di Pengadilan Agama
mengesahkan bahwasanya sah untuk rujuk sesuai dengan syarat dan di depan pengadilan sesuami
mengucapkan kata-kata rujuk , maka pengadilan agama memberikan nasehat-nasehat lalu menyerahkan
buku akad nikah yang telah diserahkan kepada Pengadilan Agama waktu cerai untuk diberikan kepada
suami istri yang rujuk kembali”
14
Faktor - Faktor Yang Dominan Terjadinya Perceraian:
1. E k o n o m i
: Mengatasinya jangan menikah sebelum mampu untuk berkeluarga dan ekonomi
berkeluarga
2. K e t u r u n a n : Mengatasinya sebelum menikah terlebih dahulu chek up kesehatan kedua belah
pihak
3. K e l u a r g a
: Mengatasinya sebelum menikah harus mengetahui seluk beluk atau latar
belakang keluarga
W e w e n a n g P e n g a d i l a n A g a m a M e n u r u t UU N o. 7 / 1989
1. H u k u m K e l u a r g a
:
1. Perkawinan / Izin perkawinan
2. Perceraian
3. Akibat hukum dari perkawinan
4. Hukum anak, istri , suami
5. Perwalian
6. Hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan
2. H u k u m M u a m a l a h
:
3. H u k u m W a r i s
:
:
1. Waqap
2. Hibah
3. Wasiat
Dua pilihan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama
Sebelum lahir UU No.7/1989 semua keputusan Pengadilan Agama mempunyai kekuatan hukum
sebelum di bukukan oleh Pengadilan Negeri, Aparat yang bertugas di pengadilan agama belum setinggkat
dengan Pengadilan negeri setelah lahir UU No.7 tahun 1989 maka kekuatan hukum setara dengan
pengadilan Negeri. Pengertian setara ialah misalnya kasus-kasus Pengadilan Agama boleh dibawa ke
Pengadilan Negeri.
Con t ohnya
: kasus perceraian yang berhubungan dengan harta.
Semua kekuatan hukum Pengadilan Agama mempunyai kekuatan hukum yang tidak perlu dikukuhkan
lagi, kedudukan hakim dan panitera setara dengan Pengadilan Negeri.
15
PEMBAHARUAN
HUKUM
ISLAM DI INDONESIA
Hukum Islam Di Indonesia :
1. H a s i l P r o d a k
:
1. Keputusan Pengadilan Agama/Mahkamah Agung
2. Keputusan/Fatwa MUI
3. Fatwa Organisasi Islam di Indonesia
4. Tulisan-tulisan Ulama dan buku-buku Fiqi Islam
Fa
1.
2.
3.
4.
ktor Penyebab Pembaharuan Hukum Islam
Perkembangan cara berfikir manusia
Globalisasi
Kebiasaan – kebiasaan Adat
Dalam Tulisan Politik
Di Indonesia:
Wasiat
: Pesan seseorang yang berlaku bila pemberi pesan meninggal dunia
Is–sha
: Pemberian wewenang yang berlaku bila sipemberi pesan meninggal dunia
Sy
1.
2.
3.
4.
5.
arat - Syarat Pemberian Tanggung Jawab
Dewasa sudah berusia 21 tahun menurut UU
Waras atau sehat akal
Tidak dibawah pengampuan
Dilakukan dengan kemampuan tidak dengan unsur paksaan
Mempunyai hak untuk memberikan wewenang
Sy
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
arat–Syarat Orang Mengemban Tanggung Jawab
:
Beragama islam bila tanggung jawab berkaitan dengan hukum agama
Dewasa
Waras
Tidak dibawah pengampuan
Adil dan dipercaya
Mampu melakukan pekerjaan tersebut
Tidak ada permusuhan antara si penerima tanggung jawab dengan orang yang akan diurusnya bila
tanggungjawab tersebut berkaitan dengan putusan manusia
Bentuk - Bentuk Tanggung
:
Jawab:
Adapun tanggungjawab yang sah dilaksanakan adalah pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan
keyakinan agama seperti :
1. Membayar utang
2. Mengembalikan barang-barang milik orang lain
3. Mengawasi terhadap orang sakit atau gila
4. Melaksanakan amanat
Pada dasarnya mengangkat orang untuk melaksanakan satu tugas setelah kita mati ada sunnah akan
tetapi dalam situasi tertentu dapat menjadi wajib misalnya pesan membayar hutang baik hutang kepada
manusia maupun kepada tuhan
Sipemberi tanggungjawab mempunyai hak untuk membatalkan tanggungjawab sepihak sebelum
meninggal dunia, demikian juga sipenerima tanggungjawab bisa menolak langsung bila merasa tidak
mampu.
Wasiat Dapat Batal Menurut Hukum Islam:
1. Apabila yang menerima wasiat meninggal
2. Pemberi wasiat sudah membatalkan.
16
HUKUM
HUKUM
Unsur
WARIS
ISLAM
WARIS
Kewarisan
1.
2.
3.
4.
Pendiri
Ahli Waris
Harta
Kematian
Dengan kata lain warisan dapat dibagi menurut agamanya yang sudah dapat disatukan
Sebelum Ahli Waris membagikan warisannya kepada pewaris maka terlebih dahulu Ahli Waris
menyelesaikan hak-hak yang berkaitan dengan harta peninggalan orang mati
Ha
1.
2.
3.
4.
k–hak yang harus di s elesaikan bagi P ewaris adalah:
Hak pembayaran zakat dan pembayaran peninggalan orang mati
Biaya untuk menyelenggaran pemakaman orang mati
Hutang dari orang yang sudah mati
Wasiat-wasiat yang ditinggalkan orang mati maka ½ dari harta peninggalan
Se
1.
2.
3.
bab - Sebab
Hubungan agama
Perbandingan
Hubungan darah
Pe
1.
2.
3.
nyebab Ahli Waris Tidak Mewarisi
Berbeda agama
Ahli Waris membunuh atau penyebab terbunuhnya Pewaris
Ada Ahli Waris yang lebih dekat hubungan darah dengan Pewaris
Saling Waris Mewarisi
Ahli Waris Dalam Hukum Islam
1. A h l i W a r i s A l F u r u d a yaitu 1/2, 1/3 , 1/4 , 1/6, 1/8, 2/3
Ahli waris yang sudah ditentukan pembagiannya salah satu kemungkinan antara lain:
1. Kelompok laki-laki
2. Kelompok Perempuan
2.
Ahli
War i s
Asabah
Yaitu Ahli waris yang mengambil sisa waris yang telah diambil
oleh ahli waris Al Furudu
Ahli
1. B i
a.
b.
c.
d.
e.
Waris Asabah Terdiri Dari
ngfsihi (Sendiri) Yaitu
Anak laki-laki dan cucu laki-laki
Bapak dan kakek
Saudara laki-laki kandung
Paman yang sekandung atau sebapak dengan bapak
Anak laki-laki paman
2.
Bighairihi (Dengan Orang Lain)Yaitu
a. Anak laki-laki dengan anak perempuan
b. Cucu laki-laki dengan cucu perempuan
c. Saudara laki-laki dengan saudara perempuan
d. Saudara laki-laki sebapak atau saudara perempuan sebapak
3.
Maaghairihi
(Bersama Dengan Orang Lain)Yaitu
a. Saudara perempuan kandung dengan cucu perempuan kandung
b. Saudara perempuan sebapak dengan cucu perempuan
3 Unsu r Waris
1. Ada Ahli Waris yang telah meninggal
2. Ada Harta
3. Ada yang menerima warisan
17
Ah
1.
2.
3.
l i W a r i s Y a n g M e n d a p a t 1/4
Suami bila istrinya meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
Istri seorang atau lebih bila suaminya meninggal tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
Bila suami tidak mempunyai anak atau cucu tapi bila suami mempunyai anak maka istri mendapat
1/8
Cara Pembagian Warisan Dalam Hukum Islam
Contoh
Contoh
Ah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kasus
Bila seorang ahi waris mendapat 1/3 dan seorang lagi mendapat ½ maka
pertama kali yang kita lakukan adalah mencari kelipatan persekutuan
yang terkecil dari bilangan itu M i s a l
KPK dari kasus diatas
adalah 6 yaitu 3 x 2 yaitu bilangan yang habis dibagi 3 dan 2 didalam
istilah hukum waris islam KPK disebut dengan asal muasal yang mana
asal muasal ada 7 masalah yaitu
1. Masalah 2
2. Masalah 3
3. Masalah 4
4. Masalah 6
5. Masalah 8
6. Masalah 12
7. Masalah 24
Si C mati harta warisan senilai Rp. 48 Juta, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari
1. 1 orang Istri 1/8 = 3/24 x 48 jt = 6 jt
2. 1 orang Ayah1/6 = 4/24 x 48 jt = 8 jt
3. 1 orang anak laki-laki (Asabah) 17/24 x 48 jt = 34 jt
li Waris Dari Pihak Laki–Laki Terdiri Dari:
Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah
Bapak (orang tua Kandung)
Kakek dari bapak dari garis lurus keatas
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki sebapak
Saudara laki-laki seibu
Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
Paman yang sebapak dengan bapak
Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
suami
Bila semua Ahli Waris diatas masih hidup maka yang mendapat warisan hanya 3 dari 13 ahli waris yang
mendapat warisan yaitu :
1. Anak laki – laki
2. Suami
3. Bapak
Ah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
li Waris Dari Pihak Wanita
Anak perempuan kandung
Cucu perempuan dari anak laki-laki terus kebawah
Ibu
Nenek ( ibu dari ibu )
Nenek dari pihak bapak
Saudara perempuan kandung
Saudara perempuan sebapak
Saudara perempuan seibu
Istri
18
Contoh
Si A mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 48 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari
1. I bu
1/6 x 48 jt = 8 jt
2. Bapak
1/6 x 48 jt = 8 jt
3. 1 orang putra
( asabah ) 2/3 = 4/6 x 48 jt = 24 jt : 4 = 8 jt
2 orang putrid
anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat 1
bagian jadi disini 1 orang putra mendapat 16 jt sedangkan 2 orang putri
masing – masing 8 jt
Si C Mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari
1. 2 orang anak perempuam
2/3 = 16/24 x 240 jt =160 jt : 2 = 80 jt (masing-masing)
2. 1 orang Istri
1/8 = 3/24 x 240 jt = 30 jt
3. Ibu
1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt
4. Ayah (Asabaha)
1/24 x 240 jt = 10 jt
Si X mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, Ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari
1. Ibu
1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt
2. 2 orang Istri
1/8 = 3/24 x 240 jt = 30 jt : 2 = 15 jt (masing-masing)
3. Ayah
1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt
4. 3 orang anak perempuan
(Asabah) 13/24 x 240 jt = 130 jt : 5 = 26 jt
1 orang anak laki-laki
anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat
1 bagian jadi disini 1 orang putra mendapat 52 jt sedangkan 3 orang
putri masing –masing 26 jt
W A S I AT W A J I B A H
1. Menurut UU Mesir dimana wasiat Wajibah adalah wasiat yang diberikan seorang kakek kepada
cucunya yang yatim
2. Menurut Kompilasi Hukum Islam Wasiat Wajibah adalah wasiat yang diberikan kepada anak angkat
atau orang tua angkat
Menurut Konfilasi
Pasal 184
Hukum Islam
“ Bagi Ahli Waris yang belum dewasa atau tidak mampu melaksanakan
hak dan
kewajibannya maka baginya diangkat wali berdasarkan keputusan hakim atas usul
anggota keluarga
Pasal 185 “ Ahli waris yang meninggal dunia terlebih dahulu dari pada si pewaris maka kedudukannya
dapat digantikan kepada anaknya kecuali ahli waris tersebut dipersalahkan karena
membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat kepada pewaris atau
dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan suatu kejahatan yang diancam 5 tahun penjara atau hukumannya lebih berat
Pasal 186 “ anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan mewarisi dengan ibunya dan
keluarga dari pihak ibunya
Ahli Waris Yang Terdinding
1.
Kakek tidak mendapat pusaka selama ada bapak begitu juga nenek tidak mendapat pusaka kalau
masih ada ibu
2.
Cucu laki-laki dari anak laki-laki tidak mendapat pusaka selama masih ada anak laki-laki
Contoh
Kasus
Apabila si C mati maka si X dan si Y menjadi yatim setelah 2
minggu Si A (kakek) meninggal dunia, maka Si X dan Si Y tidak
mendapat harta warisan Si A (kakek) karena Si F (paman)
masih ada kecuali apabila Si A (kakek) membuat surat wasiat
Wajibah
19
Contoh Kasus Ahli Wari
Si X mati harta warisan yang ditinggal
1. Ibu
2. 2 orang anak perempuan
3. Ayah (Asabah)
4. Saudara laki-laki (terdinding)
5. Paman (terdinding)
s Yang Terdinding
kan senilai Rp. 240 jt, ahli waris yang ditinggalkan terdiri dari
1/6 = 4/24 x 240 jt = 40 jt
2/3 = 16/24 x 240 jt = 160 jt : 2 = 80 jt (masing-masing)
4/24 x 240 jt = 40 jt
3.
Saudara kandung tidak mendapat warisan selama masih ada
a. Anak laki-laki Pewaris
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris
c. Bapak
4.
Saudara sebapak (paman) laki-laki/perempuan, tidak mendapat warisan selama masih ada
a. Anak laki-laki dari pewaris
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris
c. Bapak
d. Saudara laki-laki kandung
5.
Saudara se ibu tidak dapat pusaka selama masih ada
a. Anak laki-laki / perempuan
b. Cucu laki-laki / Perempuan
c. Bapak
d. Ibu
6.
Anak laki-laki saudara laki-laki kandung tidak mendapat warisan selama masih ada
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki kandung
f.
Saudara laki-laki sebapak
7.
Paman sekandung dengan bapak tidak mendapat pusaka selama masih ada
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki kandung
e. Saudara laki-laki sebapak
f.
Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
g. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
Dzawil
Ah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Arham
yaitu Ahli waris yang mendapatkan warisan disebabkan adanya hubungan
kekerabatan dengan orang yang meninggal
li Waris Dzawil Arham
Anak laki dari anak Perempuan
Anak laki-laki dari saudara – saudara perempuan
Anak perempuan dari saudara laki-laki
Anak laki-laki dari saudara seibu
Saudara perempuan ayah dari semua jalur
Paman seibu
Paman dan Bibi dari jalur ibu
Anak perempuan paman
Kakak dari jalur ibu
20
3
1.
KASUS ISTIMEWA DALAM HUKUM WARIS
Masalah Ghariwain
Ahli waris hanya seorang istri atau suami dari salah seorang ibu bapak, menurut ketentuan umum,
ibu mendapat 1/3 bagian apabila orang yang meninggal tidak mempunyai anak , cucu atau 2 orang
saudara atau lebih, akan tetapi apabila ahli warisnya hanya terdiri dari salah seorang suami atau istri
dan 2 orang ibu bapak maka ibu dalam hal ini hanya mendapat 1/3 bagian dari sisa harta (Bukan 1/3
bagian dari jumlah semua harta) setelah istri atau suami mengambilnya
Contoh
Si A mati harta warisan yang ditinggalkan Rp.240 jt, Ahli waris yang
ditinggalkan terdiri dari
1. 1 orang suami
½ x 240 jt = 120 jt
2. Ibu (1/3 dari sisa )
1/3 z 120 jt = 40 jt
3. Bapak (Asabah)
2/3 x 120 jt = 80 jt
Si B mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 240 jt, ahli waris yang
ditinggalkan terdiri dari
1. 1 orang Istri
¼ x 240 jt = 60 jt
2. Ibu (1/3 dari sisa)
1/3 x 180 jt = 60 jt
3. Bapak (Asabah)
120 jt
Catatan
Menurut ketentuan umum ibu mendapat 1/3 bagian akan tetapi dalam kasus diatas ibu mendapat 1/3
bagian dari sisa harta setelah diambil suami atau istri yang ditinggalkan tidak memiliki anak atau
cucu atau 2 saudara atau lebih, kedua kasus diatas menyalahi ketentuan umum dan kasus itu disebut
dengan kasus Ghariwain
2.
Masalah Musyarakah(Perkongsian)Yaitu
Kasus Ahli waris yang mendapat Asabah berkongsi dengan saudaranya yang mendapat bagian
C o n t o h Si X mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 240 jt, ahli waris tyang ditinggalkan
terdiri dari
1. 1 orang suami
½ = 3/6 x 240 jt = 120 jt
2. Ibu 1/6 = 1/6 x 240 jt = 40 jt
3. 2 Saudara seibu
1/3 = 2 /6 x 240 jt = 80 jt
2 Saudara laki-laki sekandung
80 jt : 4 = 20 jt (masingmasing)
Menurut ketentuan umum kedua orang saudara laki-laki sekandung itu diberi asabah dalam kasus
diatas bila 2 laki-laki kandung itu diberi asabah maka mereka tidak mendapat bagian pada hal
mereka lebih dekat hubungan darah dengan yang pewaris akan tetapi dalam kasus ini kedua-duanya
tetap diberikan dengan cara berkongsi
3.
Masalah Aul
Aul dalam bahasa Arab bertambah tapi yang dimaksud dalam kasus ini adalah bagian disebabkan
kurang pendapatan yang harus diterima oleh ahli waris sehingga jumlah bagian dari semuanya
berlebih dari asal masalah
C o n t o h Si W mati harta warisan yang ditinggalkan senilai Rp. 700 jt, ahli waris yang ditinggalkan
terdiri dari
1. 1 orang suami
½ = 3/6 = 3/7 x 700jt =300jt
2. Saudara perempuan sekandung 2/3 = 4/6 = 4/7 x 700jt =400jt
( 3/6 + 4/6 = 7/6 diambil 1/7 )
Menurut Hukum waris islam asal muasal KPK yang boleh ditambah (Aul) hanya tiga masalah yaitu
1. Masalah 6 hanya dapat ditambah pada 4 macam kasus yaitu
a. Masalah 6 menjadi 7 seperti kasus diatas
b. Masalah 6 menjadi 8
c. Masalah 6 menjadi 9
d. Masalah 6 menjadi 10
2.
Masalah 12 hanya dapat
a. Masalah 12 menjadi
b. Masalah 12 menjadi
c. Masalah 12 menjadi
di aul kan kepada 3 macam yaitu
13
15
17
3.
Masalah 24 hanya boleh di Aul kan kepada 27
21
Contoh
Kasus
Masalah 6 menjadi 8
Si A mati warisan yang ditinggalkan Rp. 80 jt Ahli waris
1. 1 orang suami
1/2 = 3/6 = 3/8 x 80 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 1/6 = 1/8 x 80 jt = 10 jt
3. Saudara Perempuan
2/3 = 4/6 = 4/8 x 80 jt = 40 jt
Masalah 6 menjadi 9
Si K mati warisan yag ditinggalkan Rp. 90 jt Ahli waris
1. Suami
1/2 = 3/6 = 3/9 x 90 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 1/6 = 1/9 x 90 jt = 10 jt
3. Saudara perempuan kandung
2/3 = 4/6 = 4/9 x 90 jt = 40 jt
4. Saudara laki-laki seibu
1/6 = 1/9 x 90 jt = 10 jt
Masalah 6 menjadi 10
Si R mati warisan yang ditinggalkan Rp. 100 jt Ahli waris
1. Suami
1/2 = 3/6 = 3/10 x 100 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 1/10 x 100 jt = 10 jt
3. 2 saudara perempuan
2/3 = 4/6 = 4/10 x 100 jt = 40 jt : 2 = 20 jt
4. 2 saudara seibu
1/3= 2/6 = 210 x 100 jt = 20 jt
Si X mati warisan Rp. 80 jt Ahli waris
1. Suami
1/2 = 3/6 = 3/8 x 80 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 1/8 x 80 jt = 10 jt
3. Saudara Perempuan
2/3 = 4/6 = 4/8 x 80 jt = 40jt
4. Kakek (terdinding)
Masalah 12 menjadi 13
Si A mati warisan yang ditinggalkan Rp. 130 jt Ahli waris
1. Istri
1/4 = 3/12 = 3/13 x 130 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 2/12 = 2/13 x 130 jt = 40 jt
3. 2 Saudara Perempuan kandung
2/3 = 4/12 = 4/13 x 130 = 40 jt : 2 = 20 jt
Masalah 12 menjadi 17
Si C mati Warisan yang ditinggalkan Rp. 170 jt Ahli Waris
1. Istri
1/4 = 3/12 = 3/17 x 170 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 2/12 = 2/17 x 170 jt = 20 jt
3. 2 orang saudara se ibu 1/3 = 4/12 = 4/17 x 170 jt = 40 jt : 2 = 20 jt
4. 4 saudara perempuan kandung 2/3 = 8/12 = 8/17 x 170 jt = 80 jt : 4 = 20 jt
Masalah 24 menjadi 27
Si A mati Warisan yang ditinggalkan Rp. 270 jt Ahli waris
1. Istri
1/8 = 3/24 = 3/27 x 270 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6 = 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt
3. Bapak
1/6 = 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt
4. 2 orang anak perempuan
2/3 = 16/24 = 16/27 x 270 jt = 160 jt : 2 = 80 jt
( 3/24 + 4/24 + 4/24 + 16/24 = 27/24 diambil 1/27)
WARISAN ORANG YANG HILANG
Pengertian orang hilang ialah seseorang yang tidak diketahui apakah dia masih hidup atau sudah mati.
Dimana kedudukan orang yang hilang dalam soal waris menjadi 2 kemungkinan yaitu :
1.
Y a n g h i l a n g i t u a d a l a h o r a n g y a n g d i w a r i s ( p e w a r i s) Apabila
orang yang hilang itu adalah pewaris maka hartanya harus ditahan lebih dahulu (tidak boleh dibagi
kepada ahli warisnya sebelum ada kepastian tentang kematiannya
2.
Orang y ang hilang menjadi ahli waris
Jika orang yang hilang itu menjadi ahli waris maka pembagian warisan dapat dilakukan dengan
1. Pembagian dengan mengumpamakan yang hilang itu masih hidup
2. Mengumpamakan orang yang hilang sudah mati
Setelah diperbandingkan bagian masing-masing Ahli Waris menurut cara A atau B maka perbandingannya
akan terdapat dalam salah satu 3 kemungkinan sebagai berikut :
22
I.
Serupa bagian Ahli Waris dengan cara A atau B
Si A mati Ahli waris yang ditinggalkan
1. 1 orang Istri
2. 2 orang anak laki-laki seorang diantaranya hilang
Dalam kasus diatas Istri mendapat 1/8 setelah diambil harta bersama, walaupun anak yang
hilang itu hidup atau mati, dengan demikian Istri sudah bisa mengambil 1/8 sementara anak
yang hidup mendapat 3.5./8 dan sisanya buat anak yang hilang
II. Tidak serupa Ahli Waris dengan cara A tau B
Si B mati Ahli Waris yang ditinggalkan
1.Ibu
2.2 orang saudara laki-laki diantaranya hilang
Kasus diatas ibu mendapat warisan 1/3 bila saudara laki-laki itu diumpamakan mati, akan tetapi
bila yang hilang itu masih hidup maka ibu mendapat warisan 1/6 dahulu, kalau seandainya
diputuskan bahwa yang hilang itu sudah mati maka ibu akan mendapat 1/6 lagi warisan tersebut
III. Ahli Waris Terdinding ( Hizab )
Pada salah satu 2 cara diatas (A ataui B)
Si X mati Ahli Waris yang ditinggalkan
1.1 orang anak laki-laki yang hilang
2.Paman sekandung dengan bapak
Dalam kasus diatas paman tidak mendapat warisan bila anak yang hilang itu masih hidup karena
paman terdinding oleh anak laki-laki akan tetapi paman mendapat harta Hasabah ( Harta yang
ditinggalkan oleh orang yang sudah mati ). Dalam kasus ini Harta Warisan belum dapat diberikan
kepada paman sampai ada kepastian hukum tentang kematian anak laki-laki itu maka untuk
mengetahui kepastian hukumnya dapat diperoleh dengan:
1. Melihat langsung mayat itu
2. keputusan oleh Pengadilan
Hakim dipengadilan untuk menetapkan hidup seseorang dilakukan dengan salah satu dari 3 cara sebagai
berikut:
1. Dengan melihat dan menyaksikan bahwa orang itu masih hidup
2. Dengan keterangan sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang dapat dipercaya (adil)
3. Dengan memperhubungkan pada orang yang hidup
Hakim didalam menetapkan matinya seseorang dapat dilihat dengan
1. Dengan melihat dan menyaksikan bahwa orang itu telah mati
2. Dengan keterangan atau kesaksian yang dapat dipercaya kebenaranya
3. Dengan keputusan Pengadilan bahwa orang itu telah ditetapkan mati
Para Ahli Hukum Islam berbeda Pendapat Tentang Umur
Rata–
Rata Manusia DiDunia
1. M a j h a b H a n a f i h ( Soviet, Eropa, Asia Selatan) 90 Tahun
2. M a j h a b M a l i k i ( afrika) 70 Tahun
Bila orang itu mati dalam peperangan, gempa maka ditunggu selama waktu yang wajar dan apabila
hilang dalam peperangan 1 tahun hakim bisa memutuskan kalau memang sudah mati
3. M a j h a b S y a f e i ( Indonesia) menentukan mati seseorang dengan melihat pada dirinya
4. M a j h a b H a m b a l i ( Saudi Arabia, Negara Teluk) 90 tahun
Hak
Waris Anak Zina (Sufa‘at Zina)
Anak zina ataupun anak Sufa’at zina hanya memiliki hubungan warisan dengan keluarga ibu yang
mengandungnya tidak ada hubungan waris dengan orang yang telah menzinai ibunya ataupun laki-laki
yang menyuntik sperma kepada ibunya dengan proses bayi tabung
Azas Hukum Islam
1.
I j b a r i Paksaan, Ahli waris tidak boleh mengambil harta warisan kecuali bagian yang telah
ditentukan dalam hukum waris
2. B i l a t e r a l
Seorang anak dapat menerima warisan dari pihak ayah maupun ibu keadilan
berimbang
3. I n d i v i d u a l
Setiap individual mempunyai hak atas warisnya sedang ahli waris yang belum
dewasa / tidak mampu mengurus hartanya maka pengadilan yang akan
menunjuk wali untuk mengurus harta warisan tersebut dari orang yang belum
dewasa.
23
Contoh
Si x Mati harta bersama yang ditinggalkan 48 jt Ahli waris yang ditinggalkan , Ayah, Istri, 2 orang anak
perempuan, 1 orang anak laki-laki, saudara laki-laki
Harta bersama dibagi terlebih dahulu baru harta warisan dapat dibagikan dengan demikian 48 jt : 2 = 24
jt harta yang dapat dibagikan hanya 24 jt sebagian lagi hak istri yang ditinggalkan tetapi dalam
pembagian warisan istri juga mendapatkan warisan 1/8 dikarenakan mempunyai 3 orang anak
1. Ayah
1/6 = 4/24 x 24 jt = 4 jt
2. Istri
1/8 = 3/24 x 24 jt = 3 jt + harta bersama 24 jt = 27 jt
3. 2 orang anak perempuan
Asabah (sisa harta) 17/24 x 24 jt = 17 jt : 4 = 4.25 jt
4. 1 orang anak laki-laki
Anak laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapat
1 bagian
5. Saudara laki-laki (terdinding karena ayah masih hidup)
Membagikan Warisan
1. Keluarga Orang yang mati a.
b.
c.
Contoh
Untuk Rahim
Ahli Furuzh (za dahim)
Asabah (ahli waris yang mengambil sisa)
Saudara sebelah dari pihak ibu
Si x mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 48 jt, ahli waris terdiri dari
1. Cucu perempuan dari anak perempuan
1/2 = 3/6 x 48 jt = 24 jt
2. saudara perempuan dari ibu
1/6 = 1/6 x 48 jt = 8 jt
3. Bibi saudara bapak
(Asabah)
2/6 x 48 jt = 16 jt
Si Y mati harat warisan yang ditinggalkan Rp. 270 jt, ahli waris terdiri dari
1. Istri
1/8 = 3/24 = 3/27 x 270 jt = 30 jt
2. Ibu
1/6
= 4/24 = 4/27 x 270 jt = 40 jt
3. 2 orang anak
2/3
=16/24 = 16/27 x 270 jt = 160 jt
4. Bapak Asabah
4/27 x 270 jt = 40 jt
Catatan
Apabila harta warisan telah dibagi-bagi kepada ahli waris yang mendapat bagian, kemudian sisanya
masih ada, maka bisa harta tersebut dibagi-bagikan kepada Ahli waris yang ada akan tetapi bila ahli
waris hanya ada suami atau istri saja sedangkan suami istri tidak boleh mendapat bagian dari
ketentuan yang ada atau ahli waris yang lain dan walaupun tidak ada, maka semua harta yang masih
sisa dibagi-bagikan kepada rahim
2.
Bila rahim tidak ada maka harta diserahkan kepada Negara dan kepentingan umat islam
Mengenai rahim dan kedudukannya hendaklah diperhatikan cara pembagian berikut :
1. Bila rahim hanya 1 orang saja, maka semua sisa harta warisan diserahkan kepadanya
2. Bila rahim banyak maka terdapat pembagian pendapat yaitu rahim yang dahulu mendapat warisan
dialah yang diberi warisan walaupun lebih jauh hubungannya dengan orang yang meninggal dalam
hal ini ada pengecualian
Hak Waris Anak Dalam Rahim
Yang dimaksud dengan anak dalam rahim yaitu :
1. Sudah memiliki usia 3-31/2 bulan
2. Sebelum usia 3 bulan
Bila ahli waris yang menindas memintanya maka yang diambil adalah bagian-bagian terkecil atau
kemungkinan – kemungkinan yang ada
Contoh
Si Y mati harta warisan yang ditinggalkan Rp. 24 jt, Ahli waris
1. Ayah
1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt
2. Anak dalam kandungan
1/2=12/24x 24 jt = 12 jt
3. Ibu
1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt
4. Kakek
1/6= 4/24 x 24 jt = 4 jt
24
HUKUM
Cara
1.
Isi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
ACARA
PERADILAN
AGAMA
Membuat Surat Gugatan
surat gugatan
Tanggal surat gugatan
Tujuan surat gugatan
Pendahuluan
Identitas para pihak dalam hal ini penggugat dan tergugat
Posita
Potetum
Tanda tangan
Posita
Uraian tentang permasalahan yang menyangkut peristiwa / fakta kejadian dan
fakta hukum
Potetum
Sama dengan Tuntutan yang isinya :
1. Mengabulkan gugatan penggugat
2. Menyatakan tergugat telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Pasal
19 ayat (a) UU No./1974
3. Menyatakan jatuh talak baik sugro dari tergugat atas diri penggugat
4. Membebankan biaya perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Talak Bai Sugro
Bila istri yang melakukan penceraian
Talak Rajai
Bila baru sekali bercerai
Bila Potetum dilakuk an di Pengadilan Negeri harus menyata
kan
1. Tergugat telah terbukti melakukan pelanggaran, terhadap Pasal 19 ayat (a) UU No/1974
2. Menyatakan putus hubungan antara suami-istri
Perkara yang sudah diajukan ke Pengadilan batas akhir perkara yang harus dilakukan harus 30 hari
Pemanggilan Para Pihak
Yang perlu diketahui tentang pemanggilan ini ada suatu azas yang menyatakan surat panggilan harus
disampaikan secara resmi dan patut. Pengertian resmi disini adalah
1. Pemanggilan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pengadilan itu (Jurusita Pengganti)
2. Surat panggilan sesuai dengan Format yang ditentukan
3. Surat panggilan diserahkan langsung kepada pihak yang dipanggil, apabila yang dipanggil tidak
ditemukan dapat diminta bantuan kepada kepala desa setempat untuk menyampaikan surat
panggilan tersebut
Proses Pemasukan Perkara Ke Pengadilan Agama
1. Surat gugatan dimasukan melalui meja I kemudian membayar pajak biaya perkara, dengan
membayar pajak biaya perkara tersebut, perkera tersebut kemudian diberi No.Register
Contoh:
01/Pdt.G/P.A Medan/2004
Tanggal 10 November 2004 (tanggal pendaftaran)
2.
Seterusnya perkara tersebut diparaf oleh panitera / seketaris kemudian menunjuk panitera pengganti
atas perkara itu dan menunjuk Jurusita atas perkara
3.
Seterusnya perkara tersebut diteruskan kepada ketua pengadilan, ketua pengadilan menunjuk Majelis
Hakim (PMH) yang memeriksa perkara itu
4.
Seterusnya diteruskan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk, Majelis Hakim menetapkan hari sidang
(PHS) , setelah perkara itu dipelajari oleh Majelis Hakim kemudian memerintahkan Jurusita pengganti
untuk memanggil para pihak agar hadir dalam persidangan ditetapkan oleh Penetapan Hari Sidang
(PHS)
25
Dalam hal panggil memanggil ini untuk lingkungan Peradilan Agama secara khusus diatur
dalam pasal 26 s/d 29 Peraturan Pemerintah No.I tahun 1975 yang menyatakan sebagai
berikut :
1. Setiap kali diadakan sidang pengadilan yang memeriksa perkara perceraian baik suami maupun istri
atau kuasanya harus dipanggil untuk menghadiri sidang tersebut
2. Panggilan dilakukan oleh jurusita/jurusita pengganti yang ditentukan untuk itu
3. Panggilan disampaikan langsung kepada pribadi yang bersangkutan atau apabila tidak dijumpai
panggilan diserahkan kepada kepala desa untuk disampaikan
4. Surat panggilan sudah terima selambat-lambatnya 3 hari sebelum hari sidang
5. Panggilan pertama kepada tergugat harus dilampirkan surat gugat/permohonan
6. Apabila tergugat / termohon tidak jelas alamatnya atau tidak mempunyai tempat tinggal tetap maka
pemanggilan dilakukan dengan cara
a. Menepelkan surat gugatn dan surat panggilan kepada papan pengumuman Pengadilan Agama
b. Mengumumkannya melalui beberapa Mass Media yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama
penggumam ini dapat dilakukan sebanyak 2 x dalam 4 bulan
7. Apabila tergugat berada diluar negeri maka pemanggilan dilakukan dengan bantuan Derektorat
Jenderal protekuler Luar Negeri RI untuk diteruskan kepada kantor perwakilan RI Negara tujuan
untuk disampaikan kepada pihak yang dipanggil
Pemanggilan kepada tergugat yang berada diwilayah Hukum Pengadilan Negeri yang lain
prosedur pemanggilan sebagai berikut :
1. Tentang pemnggiklan terhadap tergugat yang gaib, memakan waktu selama 4 bulan samapi tibanya
hari persiangan, hal ini kelihatan bertentangan dengan ketentuan , bahwa suatu perkara yang
diterima oleh Pengadilan sudah harus disidangkan paling lamabat 30 hari setelah perkara itu diterima,
dalam hal ini berlaku suatu pengecualian/pengkhususan dalam cara memanggil untuk lingkungan
pengadilan agama pengecualian ini disebut dala istilah “Lex Specialise drogat Lex Generalis” yang
artinya aturan yang khusus mengenyampingkan aturan yang umum
2. Pengadilan agama menerima perkara memohon bantuan memanggil tergugat untuk hadir pada
persidangan I Pengadilan Agama yang menerima perkara pada hari dan tanggal serta pukul yang
disebutkan dalam suarat permohonan bantuan
Pemanggilan tergugat yang berada diluar wilayah hukum dari Pengadilan Agama prosedur
pemanggilanya sebagai berikut :
1. Pengadilan Agama yang mewilayai tempat tinggal tergugat didasarkan atas permohonan bantuan dari
Pengadilan agama yang mewilayai tempat tinggal penggugat.
Menurut Pasal 66 Konfilasi Hukum Islam No.1/74 “ Wilayah perceraian ditetapkan diwilayah tempat
istri berada ini disebut Kopentensi Relatif”
Permohonan
Dapat Berisi
I.
Gugatan Provisi
II.
Gugatan Peletakan Sita
III.
Gugatan Pokok Perkara
1. Eksepsi menyangkut
:
a. Konpentensi Absolut
b. Konpentensi Relatif
2. Perlawanan terhadap pokok perkara dan rekonpensi
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
Gugatan Tam
Replik
Pembuktian
Konkulasi
Putusan
bahan
→
→
→
:1. Sita Jaminan
2. Sita Revindicotoir
3. Sita Morital
Duplik
Pembuktian
Konkulasi
26
Dalam suatu permohonan Talak maka dalam surat permohonan tersebut dapat dibaca berisi antara lain:
a. Pokok-pokok perkara
Contoh
“ Agar pemohon diberi izin menjatuhkan Talak atas istrinya”
b. Berisi permohonan atau gugatan tambahan, antara lain menyangkut pembagian harta bersama dan
pengasuhan anak
c. Berisi gugatan Provisi yaitu permohonan agar Majelis Hakim memutus terlebih dahulu suatu gugatan
pemohon dan apabila dikabulkan sekaligus ditindak lanjutkan dengan eksekusi
Contoh
“ Agar tergugat diputuskan meninggalkan rumah sengketa sebelum jatuh
putusan akhir”
d. Berisi gugatan peletakan sita dan gugatan Provisi dapat diajukan secara bersama-sama dengan
perkara atau disaat pemeriksaan perkara sedang berjalan, Apabila permohonan peletakan sita ini
dikabulkan maka Jurusita terhadap Objek sengketa kemudian apabila dalam putusan akhir
memenangkan pemohon sita maka dalam salah satu amar putusan itu harus dicantumkan “ Peletakan
sita yang dilakukan sesuai dengan berita acara peletakan sita tanggal………tahun……….dinyatakan sah
dan berharga” , akan tetapi apabila dalam putusan akhir menyatakan menolak gugatan maka dalam
suatu amar putusan tersebut harus berbunyi “ Menyatakan tidak sah sita yang diletakan sesuai
dengan berita acara peletakan sita tanggal…………Tahun…….., dan dengan ini memerintahkan jurusita
untuk mengangkut sita jaminan tersebut”
Ketika sampai kepada pemeriksaan pokok perkara maka kesempatan diberikan kepada
termohon/tergugat untuk menyampaikan eksepsi sekaligus menyampaikan Renkonvensi
Eksepsi
ialah hak termohon / tergugat untuk menyampaikan keberatan terhadap 2 hal yaitu
Konventensi Absolut atau Konventensi relatif.
Apabila ternyata keberatan pemohon/Tergugat menyangkut 2 hal diatas atau salah satunya maka Majelis
hakim dalam memutus perkara itu pada amarnya menyatakan “ Pengadilan ini tidak berwenang untuk
memeriksa dan memutus perkara ini”, akan tetapi apabila Eksepsi termohon/tergugat ditolak maka
pengadilan dalam putusan sela dalam salah satu amarnya menyatakan “ Pengadilan ini adalah berwenang
memeriksa dan memutus perkara ini dan untuk itu memerintahkan penggugat dan tergugat untuk
melanjutkan perkara ini”
Dan apabila putusan tersebut menolak Eksepsi maka dimulailah pemeriksaan pokok perkara dan
gugatan tambahan dan pada giliranya memeriksa gugatan Renkonvensi dari termohon/tergugat, begitu
juga tentang gugatan Provisi apabila provisi pada putusan akhir menyatakan dikabulkan maka dalam
salah satu amar putusannya menyatakan “ Putusan provisi tanggal…………. Menyampaikan kekuatan
hukum”
Tetapi apabila dalam putusan akhir ternyata gugatan provisi itu ditolak maka dalam salah satu amar
putusan akhir harus berbunyi menyatakan “ Putusan provisi tanggal……….. tidak mempunyai kekuatan
hukum/batal demi hukum
Tentang gugatan pokok perkara sebagaimana diketahui dalam perkara perceraian yang disebut pokok
perkara ialah menyangkut perceraian itu agar pengadilan menceraikan penggugat dengan tergugat
,seringnya dalam suatu perkara ini pemohon memasukan juga gugatan lain yang disebut gugatan
tambahan seperti pembagian harta bersama dan pengasuhan anak.
Majelis Hakim dalam memeriksa perkara ini khususnya menyangkut gugat provisi atau gugat
peletakan sita dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan pokok perkara
Catata
Relatif
KonpentensI
Tempat dimana perceraian itu dilakukan
Obsolut
Pengg abungan
yaitu dimana wewenang 2 pengadilan yang berbeda untuk
mengadili
Gugatan
K o m u l a s i Gabungan beberapa gugatan hak atau gabungan beberapa pihak yang mempunyai akibat
yang sama dalam suatu proses perkara
27
Beberapa Macam Komulasi
1. K o m u l a s i S u b j e k t i f
2.
Komulasi
Objektif
3.
Komulasi
Intervensi
Jika dalam suatu surat gugatan terhadap beberapa
orang penggugat atau beberapa orang tergugat
Jika penggugat mengajukan suatu gugatan kepada
seorang penggugat pada pasal 56 ayat (5) dan
apasal 86 ayat (1) UU No.7/1989 menyatakan
bahwa permohonan/gugatan soal pengasuhan
anak , nafkah anak, istri dan harta bersama
suami-istri, dapat diajukan bersama-sama dengan
permohonan/gugatan perceraian ataupun sesudah
perceraian terjadi
Ikut sertanya pihak ke 3 kedalam proses perkara
Ada 3 Macam Intervensi
1. V o e g i n g
Maksudnya pihak ke 3 atas kehendaknya sendiri untuk membantu salah satu
pihak mengahadapi pihak lawan dalam hal ini pihak ke3 bisa berkedudukan
dipihak penggugat ataupun pihak tergugat
2. V r i j w a r i n g
Pihak ke3 ditarik pihak tergugat dengan maksud agar ia menjadi
penanggung bagi tergugat
3. F u s s e n t C o m s t
Perkara yang sedang berjalan untuk membela kepentingannya
sendiri dengan demikian Intervensi berhadapan dengan
penggugat dan tergugat asal sekaligus
28
PEMERIKASAAN PERKARA PERCRAIAN DIMIKA PENGADILAN
Pada hari sidang yang telah ditentukan dimana penggugat dan tergugat telah dipanggil dimuka
sidang, pada sidang I tersebut kedua belah pihak harus hadir/diwakili oleh kuasanya yang sah, apabila
kedua-duanya bertempat tinggal di Luar Negeri dan apabila perkara itu jenis permohonan talak maka
pemohon harus hadir dimuka sidang sementara termohon dapat diwakili kuasanya, dalam hal ini
dipahamkan apabila para pihak berada di Luar Negeri maka perkara tersebut dapat diajukan ditempat
sebagai berikut :
1. Ditempat pernikahan berlangsung
2. Di pengadilan agama Jakarta pusat
3. Ditempat istri di Indonesia
Pada sidang I tersebut Acara pokoknya adalah beberapa upayah hakim mendamaikan penggugat dan
tergugat , usaha mendamaikan ini adalah salah satu azas yang bersifat Inperatif, dimana apabila tidak
dilaksanakan oleh hakim maka putusan atas perkara itu dapat batal demi hukum, sepanjang masih ada
pihak yang menginginkan perdamaian maka hakim harus menunda persidangan untuk memberi
kesempatan kepada yang berkeinginan tidak melakukan pendekatan kepada pihak lawannya,
sebagaimana diketahui upayah perdamaian dalam perkara perceraian adalah bertujuan agar perkawinan
suami istri tersebut tetap utuh jangan sampai putus/bercerai, tetapi apabila tidak ada lagi diantara pihak
yang menginginkan perdamaian atau kesempatan untuk berdamai tersebut tidak membawa hasil maka
pemeriksaan baru dimulai dengan menyatakan sidang tertutup untuk umum, persidangan dinyatakan
tertutup untuk umum bertujuan agar hal-hal yang bersifat sensitive , aib, rahasia rumah tangga tidak
sampai didengar oleh umum
Proses Sidang
1. S i d a n g
I
2. S i d a n g
II
Usaha perdamaian
Pemeriksaan pokok perkara adapun alasan-alasan permohonan cerai
adalah :
1. Pembacaan surat gugatan
2. Bantahan Tergugat
3. Replik Penggugat
4. Duplik tergugat
5. Pembuktian
Hal –hal yang dibuktikan adalah apa-apa yang dibantah oleh lawan, apa yang sudah diakui oleh lawan
tidak perlu dibuktikan
Tujuan dari pembuktian adalah siapa yang mempunyai dalil yang dibantah lawan wajib dibuktikan
Alat-alat bukti terdiri dari:
1. Surat-surat Otentik
2. Saksi-saksi termasuk saksi ahli
3. Pengakuan
4. Persangkaan Hakim
5. Sumpah a. Suplatoir dapat dipergunkan kalau ada
b. Desisoir ada saksi dan tidak ada saksi
3.
Sidang
III
Pembuktian
4.
Sidang
IV
Kesimpulan
5.
Sidang
V
Putusan
3 Macam Produk Hakim Didalam Persidangan
1. P u t u s a n
Pernyataan Hakim yang dituangkan tertulis dab diucapkan oleh
hakim dalam siding terbuka untuk umum sebagai hasil dari putusan
Negara, gugatan “Kontentius (ada sengketa)”
2. P e n e t a p a n
Yang menyatakan hakim sebagai hasil dari pemeriksaan perkara
permohonan “Voluntair (tidak ada sengketa)”
3. A k t e P e r d a m a i a n
Akta yang dibuat oleh Hakim yang berisi hasil musyawarah antara
para pihak dalam sengketa kebendan untuk mengadili sengketa dan
berlaku sebagai keputusan (Hasil musyawarah sengketa berakhir
dengan perdamaian)
29
Dilihat Hadir
kan
1. Putusan gugur
Tidaknya
2.
Putusan Verstek
3.
Putusan Contradiktoir
Dilihat Dari
1. Positif
2. Negatif
Para
Pihak
Pada
Saat Putusan
Dijatuh
Apabila penggugat tidak hadir pada pesidangan yang telah
ditentukan sedangkan suart panggilan telah diserahkan secara resmi
dan patut maka perkara itu diputus gugur
Apabila dalam pemeriksaan perkara itu tergugat tidak hadair pada
persidangan pertama maka pada saat itu putusan dijatuhkan berupa
putusan Vestek (tidak hadir tergugat) sepanjang gugatn penggugat
berdasarkan hukum
Perkara disaat pemeriksaan telah pernah dihadiri tergugat walaupun
pada siding-sidang selanjutnya tergugat tidak pernah hadir atau
penggugat atau tergugat sama-sama hadir setiap kali persidangan
maka putusan tentang itu disebut Kontradiktoir
isi Putusan
Keduanya digambungkan mendapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak menerima gugatan penggugat (negative)
2. Menolak gugatan penggugat seluruhnya (negative)
3. Mangabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dengan menolak/tidak menerima selebihnya
(positif)
4. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya (positif)
Di
1.
2.
3.
lihat Dari
Diklara toir
Konstitutif
Kondenvatoir
Segi
Sifat nya
Putusan Tediri Dari
1. P u t u s a n A k h i r
2.
Putusan
Sela
Akibat Hukum Yang Ditimbulkan:
Mengakhiri perkara dengan jatuhnya putusan itu maka perkara di
pengadilan agama selesai. Akan tetapi bila ada banding masih bisa
dilakukan sidang kemabali
Putusan yang dijatuhkan mendahului putusan akhir dikarenakan
sebab tertentu, yang pada akhirnya nanti akan dijatuhkan putusan
akhir juga
Contoh
1.
Apabila terjadi sengketa mengadili perkara dibadan peradilan yang berbeda maka yang berwenang
untuk mengadili adalah dalam perkara tersebut maka kedua ketua badan peradilan tersebut minta
persetujuan siapa yang berhak mengadili perkara tersebut dari Mahkamah Agung
2.
Apabila kasus yang terjadi karena terjadinya perbedaan agama setelah terjadi pernikahan maka
pengadilan yang akan memriksa perkara itu dihubungkan dengan hokum agama apakah mereka
menikah, kalau pernikahan mereka menurut agama islam maka penyelesaiannya melalui Pengadilan
Agama, tetapi apabila melakukan pernikahan dengan Catatan sipil maka penyelesainnya melalui
Pengadilan Negeri
30
PERTANYAAN
1.
Soal
Jawab
: Apa yang di maksud dengan Ijab dan Qabul ?
: Ijab adalah penyerahan mempelai wanita yang diucapakan pleh wali wanita
sedangkan qabul ialah ucapan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya yang
disaksikan oleh 2 orang saksi
2.
Soal
Jawab
: Hak –hak seorang istri setelah dihadapakan dengan UU No.1 / 1974 ?
: 1. Istri keberatan bila suami berpoligami dan berhak mengajukan ke Pengadilan
Agama
2. Istri berhak menentukan tempat tinggal bersama-sama setelah suami
3. Istri berhak mengasuh anak akibat perceraian sampai anak berumur 12
tahun sedangkan sebelumnya hanya berumur 7 tahun
4. Istri berhak melakukan tindakan hokum dengan harta bawaan
3.
Soal
Jawab
: Apa yang dimaksud dengan Nisab dan urutan keberapa ?
: Nisab adalah wali keturunan, Wali nisab di urutan pertama tentang wali nikah
4.
Soal
Jawab
: Apa yang dimaksud dengan Habana dan syarat- syarat habana ?
: Habana adalah merawat orang yang tidak mampu pada dirinya dimana ia masih
kecil, sakit atau gila
Syarat – syarat habana : Adil Sehat jasmani dan rohani, Menetap tinggal, ada
kemampuan, seagama atau seiman
5.
Soal
Jawab
: Apa yang dimaksud dengan anak syah ?
: Anak syah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah
dan pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri
tersebut ( bayi tabung )
6.
Soal
: Si W mati harta warisan yang ditinggalkan 36 jt, Ahli waris terdiri dari 2 orang
Istri, Ibu, 2 orang putrid, 1 orang putra, saudara laki-laki, nenek (ibu dari ibu)
: 1. 2 orang istri
1/8 = 3/24 x 36 jt = 4.5 jt : 2 = 2.25 jt
2. Ibu 1/6 = 4/24 x 36 jt = 6 jt
3. 2 orang anak perempuan
2/3= 16/24 x 36 jt = 24 jt
4. 2 orang anak perempuan
1/24 x 36 jt = 1.5 jt : 4 = 375 rb
5. 1 Saudara laki-laki
Saudara laki-laki 2 bagian sedangkan saudara
wanita 1 bagian
6. Nenek (ibu dari ibu)
(Terdinding karena anak wanitanya masih
hidup)
Jawab
7.
Soal
Jawab
: Coba saudara buat surat gugatan peceraian suami – istri ?
: Kepada Yth,
Bapak Pengadilan Agama
Di
T empat
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: …………….
Umur
: …………….
Pekerjaan
: …………….
Alamat
: …………….
Nomor KTP
: …………….
Disebut sebagai Pengugat
Dengan ini mengajukan gugatan kepada :
Nama
: ……………
U mur
: ……………
Pekerjaan
: ……………
Alamat
: ……………
Nomor KTP
: ……………
Disebut sebagai Tergugat
Saya sebagai penggugat telah melangsungkan pernikahan dengan
tergugat terhitung mulai tanggal ………………… hari…….. dengan Akte Nikah Nomor
………….. samapi saat ini perkawinan sudah berlangsung ……………. Dan sudah
berhubungan suami istri dab sudah melahirkan beberapa anak yaitu 1…………………
31
2…………… 3 ……………… pada akhir-akhir ini tergugat sudah melanggar perjanjian
perkawinan.
Dengan ini penggugat memohon pada Majelis Hakim untuk diceraikan
(istri yang meminta cerai) dibukukan ikrar pengakuan Talah (suami yang
meminta cerai ). Tuntutan saya kepada tergugat yaitu harus memberi nafkah
kepada anak-anak yang diasuh oleh saya sendiri.
8.
Soal
Jawab
: Sebutkan perbedaan hukum perkawinan dahulu dengan konfilasi hukum islam ?
: sebelum lahir UU No.1/1974 perkawinan hokum agama tidak mewajibkan
pencatatan tapi setelah lahir UU No.1/1974 Pencatatan perkawinan menjadi
wajib, bila perkawinan tidak dapat dicatat maka tidak akan mendapat akibat
hokum.
9.
Soal
: Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi oleh seorang suami untuk berpoligami
menurut hokum Islam dan UU No.1/1974
: 1. Suami harus mempu berlaku adil terhadap istri dan anak-anak yang keadilan
dalam lahir dan bathin
2. Suami harus mendapat izin dari istri
Jawab
10. S o a l
Jawab
: Salah satu syarat hokum islam seorang suami dapat berpoligami menurut
keadaan darurat batas-batas darurat yang disebut ?
: 1. Istri sakit tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri
2. Tidak dapat memberikan keturunan
11. S o a l
Jawab
: Alasan – alasan apa yang membenarkan perceraian menurut UU No.1/74
: Bila pengadilan melihat antara suami-istri cukup syarat perceraian dan tidak
mungkin lagi untuk rujuk
12. S o a l
Jawab
: Kenapa Hukum Islam belum diterima oleh umat Islam ?
: 1. Karena hukum waris islam hak waris anak laki-laki mendapat 2 x bagian dari
anak perempuan
2. Dalam hukum waris islam tidak dikenal hak anak angkat sebagai hukum
sedangkan hukum BW dikenal hak anak angkat didalam Konfilasi Hukum
Islam diberikan hak anak angkat 1/3 harta peninggalan orang tua angkatnya
3. pada mulanya hak waris islam tidak mengenal dengan waris pengganti,
dalam UU warisan di Mesir pengganti diberikan hak menggantikan hak ahli
waris yang diganti
Contoh
Si A menikah dengan Si B, dari perkawinana tersebut
lahirlah Si C, D , E , kemudian anak yang lahir tersebut
menikah yaitu Si E yang mana menikah dengan Si K hasil
dari perkawinan tersebut lahirlah Si Q dan Si W cucu dari
Si A dan Si B, suatu ketika meninggalah Si E anak dari Si
A dan Si B orang tua dari Si Q dan Si W, dan tidak lama
kemudian Si A meninggal Kakek dari Si Q dan Si W,
maka harta warisan dari Si A tidak bisa diterima oleh Si Q
dan Si W cucu dari Si A dan anak dari Si E dikarenakan
orang tua mereka yaitu Si E telah meninggal hak mereka
terdinding karena ada saudara dari ayah mereka yaitu Si
C dan si D, akan tetapi menurut Hukum di Mesir
diberikan hak waris kepada Si Q dan Si W dengan
sebutan hak menggantikan waris
32
Download