Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KOORDINASI NASIONAL KOTA LAYAK ANAK Hotel Horison – Bekasi – 14 Desember 2009 -------------------------------------------------------------------------Assalamu’alaikum wr wb. Bapak, ibu Kepala Badan PP dan KB atau unit yang menangani perlindungan anak provinsi dan kabupaten/kota yang saya muliakan; Bapak, ibu ketua Bappeda kabupaten/kota yang saya hormati; Bapak, ibu pengelola Telepon Sahabat Anak (TESA) 129 yang saya cintai; Bapak, ibu perwakilan lembaga donor, NGO pemerhati anak dan sektor pembangunan terkait anak yang saya hormati; Para pejabat eselon 1, 2 dan 3 di lingkungan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI yang saya hormati; Para tamu undangan dan peserta rapat koordinasi nasional Kota Layak Anak yang berbahagia. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wataala atas segala limpahan rahmat serta hidayahNya sehingga pada kesempatan ini kita dapat hadir dan mengikuti acara rapat koordinasi nasional Kota Layak Anak (KLA) dalam keadaan sehat wal’afiat. Semoga anak-anak kita yang kita tinggalkan di rumah dan anak-anak Indonesia lainnya di seluruh persada nusantara juga senantiasa mendapat perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, Amin. Perlindungan merupakan hak asasi anak yang harus diberikan kepada semua anak tanpa diskriminasi. Undang-Undang Perlindungan Anak; berbagai komitmen internasional, seperti: konvensi hak anak (convention on the rights of the child), inisiatif kota ramah anak (child friendly cities initiative), perwujudan dunia yang layak bagi anak (a world fit for children); serta sasaran pembangunan milenium (millenium development goals = MDGs) telah mengamanatkan kepada kita untuk memberikan yang terbaik bagi kepentingan anak, untuk tidak memberikan toleransi terhadap Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 1 semua bentuk kekerasan terhadap anak dan untuk memastikan bahwa tersedia sumber daya yang cukup bagi masa depan mereka. Hingga saat kita memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 64 tahun, kita telah melaksanakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, bahkan kita juga mencatat banyak kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan tersebut. Banyak fakta yang menunjukkan dan kita yakini bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar dan kaya sumber daya alam, misalnya kelautan, pertambangan, pertanian, kehutanan, budaya dan lain-lain. Namun demikian pada saat yang sama kita juga melihat fakta lain yang tidak dapat kita pungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita hidup miskin dan bahkan dibawah garis kemiskinan. Pertanyaan yang menarik dicari jawabannya adalah “mengapa banyak orang miskin di negara yang besar dan kaya?”. Kemiskinan relevan saya kemukakan dalam forum rapat koordinasi nasional kota layak anak (KLA) ini karena dalam komunitas yang miskin, anak merupakan segmen masyarakat yang paling rentan dan banyak menjadi korban. Kasus di salah satu provinsi yang terjadi pada tanggal 7 Desember 2009 yang lalu, dimana seorang ayah menjual anaknya seharga 20 juta karena kesulitan ekonomi, merupakan bukti kerentanan tersebut. Bila pembeli anak tersebut adalah calo trafficking maka nasib anak yang dijual semakin tidak menentu. Kita menyadari benar pentingnya perlindungan bagi anak, namun demikian kesadaran yang tinggi saja terbukti tidak cukup untuk memeberikan kesejahteraan dan perlindungan bagi anak. Diperlukan langkah-langkah yang kongkrit, terkoordinasi, terencana, menyeluruh dan berkelanjutan karena selain isu-isu perlindungan anak merupakan isu lintas program (cross-cutting issues), kehidupan dan pembangunan itu sendiri bergerak maju dan pesat yang melahirkan fenomena dan paradigma baru. Dinamika pembangunan tersebut telah membawa dampak yang tidak selalu positif dan menguntungkan bagi anak-anak yang secara alamiah memang memerlukan perlindungan dan secara sosial berada pada posisi yang rentan, anak rawan terhadap terjadinya tindak kekerasan, pelecehan, eksploitasi maupu perlakuan salah lainnya. Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 2 Misalnya isu perubahan iklim (climate change) sebagai akibat dari proses pemanasan global (global warming) telah memicu krisis energy dan perubahan pola tanam yang konsekuensinya telah memukul kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama petani dan miskin. Anak merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan menghadapi krisis tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat dan keluarga berpengaruh terhadap asupan gizi anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Kurangannya asupan gizi pada anak berdampak pada tingkat kecerdasan anak setelah ia dewasa, generasi yang tidak cerdas akan menjadi beban pembangunan dan apabila mereka menjadi pemimpin maka kepemimpinannya cenderung akan merusak lingkungan. Contoh yang lain, kemajuan ekonomi di perkotaan yang lebih cepat dari pada di pedesaan telah menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi, memunculkan pengangguran, ketimpangan ekosistem akibat arus migrasi yang tak terkendali, dan kemiskinan yang berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang anak-anak. Secara makro dan jangka panjang hal itu dapat menurunkan kualitas, daya saing dan produktifitas sumber daya manusia Indonesia yang tidak bisa dianggap sederhana. Kemajuan teknologi informasi yang tidak disikapi secara bijaksana terbukti telah membawa dampak negatif pada perkembangan psikologi anak. Produksi media cetak dan elektronik yang tidak sensitif anak, seperti iklan rokok, sinetron berkualitas rendah dan mengabaikan nilai-nilai luhur budaya bangsa telah melahirkan fenomena sosial baru; berupa sikap konsumerisme dan tindakan yang tidak rasional; kekerasan dan ekploitasi anak; pornografi; geng-geng remaja, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, anak berhadapan dengan hukum, bullying atau ejekan dan pelecehan yang berpengaruh negatif pada anak; pola hidup yang tidak sehat dan maraknya kasus-kasus trafiking anak. Dilihat dari kebijakan pembangunan kesejahteraan dan perlindungan anak, sesungguhnya telah banyak yang kita lakukan. Namun demikian karena eskalasi permasalahan perlindungan anak spektrumnya sangat luas dan bergerak searah dengan kemajuan pembangunan itu sendiri, maka apa yang telah kita lakukan tersebut tidak memberi dampak yang signifikan terhadap upaya pemenuhan hak Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 3 anak, perlidungan anak dari tindak kekerasan, pelecehan, eksplotasi dan berbagai perlakuan salah lainnya. Isu perlindungan anak ada di berbagai sektor pembangunan, masing-masing sektor selama ini bertindak dan melakukan perlindungan anak secara terpisah dengan visi, misi, target dan sasaran yang berbeda-beda. Untuk melindungi sekitar 74 juta anak-anak Indonesia terlalu riskan bila dilakukan secara parsial, terpisah dan sektoral. Oleh karena itu kita memerlukan kebijakan nasional di bidang pembangunan kesejahteraan dan perlindungan anak yang holistik, terintegrasi dan berkelanjutan. Untuk menyusun kebijakan perlindungan anak yang holistik tersebut perlu dikembangkan berbagai model pendekatan, strategi pembangunan yang sesuai dengan karakteristik permasalahan anak. Pengembangan kabupaten/kota layak anak (KLA) merupakan salah satu terobosan untuk mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pembangunan dalam rangka memenuhi hak anak, melindungi anak dari tindak kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan diskriminasi serta untuk mengembangkan partisipasi anak dalam pembangunan. Pengembangan kebijakan KLA dimaksudkan untuk memberikan arah dan panduan bagi pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas dalam membangun suatu lingkungan atau kawasan yang infrastruktur dan perangkat hukumnya layak bagi anak. Dalam lingkungan yang layak anak tersebut, masyarakat dan penduduknya didorong untuk mengembangkan gaya hidup yang ramah terhadap anak (child friendly life style), sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar, sebagai langkah awal untuk mewujudkan visi anak Indonesia yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria, berakhlak mulia, terlindungi dan aktif berpartisipasi. Pengembangan KLA merupakan model pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak dan perlindungan anak. Hal ini dimaksudkan untuk membangun inisiatif pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha agar Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 4 mengimplementasikan Undang-Undang Perlindungan Anak ke dalam visi, misi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang peduli, sensitif dan memihak pada kepentingan terbaik bagi anak. Pembangunan tersebut dilaksanakan berdasarkan norma, standard, prosedur dan kriteria pembangunan kesejahteraan dan perlindungan anak. Di dalam kabupaten/kota yang layak anak, perencanaan dilakukan melalui pengarusutamaan hak anak (PUHA) ke dalam pembangunan yang difokuskan pada upaya pemenuhan hak anak di bidang-bidang prioritas bagi anak seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, perlindungan, lingkungan hidup, pariwisata dan partisipasi anak. Misalnya untuk memenuhi hak anak dalam menyatakan pendapat dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan yang dianut oleh masyarakat dimana anak tinggal, maka di bangun fasilitas pelayanan pengaduan online. Telefon sahabat anak (TESA) 129 yang dibangun atas kerjasama Meneg PP dan PA, Departemen Sosial, Departemen Komunikasi dan Informasi, PT. Telkom, Plan Indonesia serta beberapa NGO bidang anak seperti Safe the Children United Kingdom (UK), World Vision, PKBI, YKAI dll, merupakan bentuk pemenuhan hak anak tersebut. Tesa 129 dalam operasionalisasinya di dukung penuh oleh pusat pelayanan terpadu (PPT) dan RPK Polri, P2TP2A dan lembaga bantuan hokum (LBH) anak. Walaupun TESA 129 masih terbatas di sekitar 7 kota1 di Indonesia namun demikian hal ini merupakan langkah maju yang perlu ditindaklanjuti dan dikembangkan oleh kota-kota lain terutama kota-kota yang menjadi pilot project kota layak anak. Selanjutnya, untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi maka kualitas pelayanan dan manajemen TESA 129 perlu dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi yang lebih baik dan peningkatan profesionalisme operatornya, sehingga anak-anak di kota merasakan manfaat kehadiran TESA 129 dikota mereka. KLA merupakan implementasi dari program nasional bagi anak Indonesia (PNBAI) 2015 yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari semua 1 Jakarta, Surabaya, Banda Aceh, Makassar, Pontianak, Sidoarjo dan Yogyakarta. Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 5 pemangku kepentingan. Hal ini bukan saja karena bangsa Indonesia secara internasional terikat oleh berbagai konvensi yang berhubungan dengan hak azasi manusia dan hak anak, tetapi secara historis dan filosofis bangsa kita mempunyai komitmen yang kuat untuk melindungi anak-anak sebagai upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dimasa mendatang. Hingga Agustus 2009 telah tercatat lebih dari 900 walikota di dunia yang mengembangkan KLA (child friendly city), dan saat ini terdapat 15 kabupaten/kota di Indonesia sedang mengembangkan inisiatif menuju kota yang layak bagi anak, dengan berbagai permasalahannya masing-masing. Secara internal kita memiliki keterbatasan sumber daya, secara politis isu-isu anak belum mendapat respon yang memadai. Sangat mudah membuat kesepakatan pengembangan KLA di ruang seminar dan rapat koordinasi, namun sebaliknya menjadi tidak mudah ketika isu-isu perlindungan anak termasuk upaya menciptakan kab/kota layak anak, harus sampai pada kalkulasi anggaran dan prioritas pembangunan. Penerapan PP 38 dan PP 41 tentang struktur organisasi dan kewenangan daerah yang diikuti oleh rotasi pejabat dan pegawai yang cukup sering juga merupakan kendala dalam meningkatkan kapasitas ketenagaan di provinsi, kabupaten dan kota. Secara eksternal kita menghadapi arus globalisasi ekonomi yang ditandai dengan adanya pasar bebas yang dengan mudah menarik anak-anak, terutama dari keluarga miskin, untuk masuk ke pasar kerja murah di berbagai industri dan jasa. Sementara itu kita juga selalu dibayang-bayangi jaringan organisasi kejahatan lintas negara (trans-national organized crime) yang memanfaatkan kemiskinan, kerentanan anak-anak dan lemahnya pengawasan terhadap perlindungan anak untuk mendapatkan keuntungan yang tidak manusiawi. Rapat koordinasi nasional kota layak anak ini diharapkan dapat mencermati setiap kasus kekerasan terhadap anak, sekecil apapun kasus tersebut, untuk kemudian memikirkan solusi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang dituangkan dalam suatu rumusan kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Saya yakin dan percaya bahwa penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia seperti kejujuran, budi perkerti, akhlak mulia, nasionalisme, kesetiakawanan sosial Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 6 dan sikap kesatria akan lebih efektif dan efisien bila dimulai pada masa kanak-kanak dari pada menunggu setelah mereka menjadi dewasa. Untuk maksud tersebut, kebijakan KLA merupakan pilihan yang bijaksana karena selain konsep KLA telah dilaksanakan diberbagai kota di berbagai negara, kegiatan-kegiatan pendukung KLA saat ini sedang tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia. Misalnya; kegiatan pos pelayanan kesehatan terpadu (Posyandu); Gerakan Sayang Ibu (GSI); desa siaga, kota sehat, gerakan menanam pohon, pemberian penghargaan adipura, program rumah cerdas atau rumah pintar, perpustakaan keliling, taman bacaan dan lain-lain. Integrasi dari berbagai kegiatan tersebut yang dikemas dalam semangat pemenuhan hak-hak anak akan melahirkan perubahan sosial yang positif untuk melindungi anak-anak Indonesia dari berbagai bentuk kekerasan, sekaligus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat sebagai embrio sumberdaya manusia yang berkualitas. Tantangan dan realitas sosial tersebut hendaknya kita sikapi dengan pemikiran positif, bijaksana dan kreatif selanjutnya kita jadikan sumber motivasi untuk tetap bersemangat, bekerja sama, berkoordinasi dan bahu membahu mencari berbagai terobosan baru untuk menjawab setiap tantangan dan permasalahan perlindungan anak. Itulah beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan bahan diskusi dalam rapat koordinasi nasional Kota Layak Anak ini. Dengan semangat memberikan yang terbaik bagi anak Indonesia dan dengan mengaharap rahmat Tuhan Yang Maha Esa, rapat koordinasi nasional Kota Layak Anak saya nayatakan dibuka dengan resmi. Wabillahitaufiqwalhidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bekasi, Desember 2009 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Linda Amelia Sari, S.Ip. Sambutan Meneg PP dan PA pada Rakornas KLA 2009 7