Bicara Tentang Seks Kepada Anak Isu pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak akhir-akhir ini sering sekali kita dengar dan saksikan beritanya, bahkan tahun 2013 ini disebut sebagai Tahun “Darurat Kekerasan Seksual Anak” karena begitu meningkatnya kasus-kasus kekerasan seksual pada anak. Oleh karena itu Persekutuan Dewasa Muda pada tanggl 24 Maret 2013 lalu mengambil tema bagaimana “Bicara Tentang Seks Kepada Anak” dengan pembicara Ibu Bunga Kobong yang aktif di Yayasan Sahabat Peduli, sebuah Yayasan yang memberikan pendampingan kepada korban-korban kekerasan. Berikut beberapa ringkasan dan poin penting yang ingin dibagikan kepada Bapak/Ibu yang tidak sempat hadir: 1. Orangtua perlu bicara tentang seks kepada anak, karena anak PASTI akan mendapatkan informasi mengenai seks, darimana pun asalnya. Kita perlu waspada terhadap informasi yang diterima oleh anak, apalagi dari sumber-sumber yang tidak jelas atau tidak terpercaya. Pendidikan seksual dapat diberikan oleh orangtua sedari dini, tentu saja isinya disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Hal yang paling penting adalah: anak memandang orangtua sebagai sosok yang dapat didekati dan ditanya ketika mereka menghadapi kebingungan dan informasi yang tidak jelas. Oleh karena itu jangan cepat marah atau panik ketika anak berbicara kasar (misalnya mengumpat dengan ungkapan seksual atau menyebutkan alat kelamin) atau bertanya hal-hal seksual. Gunakan kesempatan ini untuk bertanya kepada anak: darimana ia mendengar kata-kata atau hal tersebut? Menurutnya apa arti kata-kata tersebut? Lalu berikan pemahaman yang benar untuk mengkoreksi. 2. Ajarkan anak untuk melindungi diri dari pelecehan dan kekerasan seksual. Sedari balita, anakanak perlu belajar bahwa organ-organi vital (alat kelamin, payudara, pantat) tidak boleh dipegang oleh siapapun kecuali oleh Ibu atau pengasuh ketika memandikan. Hal ini penting karena faktanya pelaku pelecahan/kekerasan seksual pada anak kebanyakan adalah orang yang dikenal anak, bahkan dekat dengan anak seperti ayah, paman, guru dll. Berikan pemahaman kepada anak untuk tidak mudah menerima “tawaran manis” dari orang lain dan meminta ijin terlebih dahulu pada orangtua. Pelaku kekerasan dapat saja menawarkan coklat/permen atau berlaku manis menemani anak bermain untuk untuk memancing anak “merasa dekat” dengannya. 3. Waspadai permainan pada anak-anak, beberapa permainan atau gurauan yang dilakukan oleh anak dan teman sebayanya terkadang mengarah pada eksperiman perilaku seksual, misalnya: menarik tali bra, mencubit bagian vital, mengintip celana dalam bahkan perlombaan masturbasi. Ketika anak terlibat ‘permainan’ seperti ini, berikan pengertian bahwa hal tersebut tidak sopan bahkan termasuk pelecehan seksual. Kita perlu ingat bahwa keingintahuan anak tentang hal-hal seksual sesungguhnya adalah wajar. Ajarkan anak untuk menghargai tubuh sebagai pemberian berharga dari Tuhan yang perlu dijaga dan hubungan seksual yang kudus hanya ada dalam pernikahan. Diringkas oleh Erin Mutiara, M. Psi (KP-DM Cipinang Elok)