strategi penguatan penegakan kedaulatan wilayah - Seskoal

advertisement
DHARMA WIRATAMA
Pelindung
Penanggung Jawab
Wakil Penanggung Jawab
Kepala Staf TNI AL
Komandan Seskoal
Wakil Komandan Seskoal
STAF REDAKSI
Ketua Redaktur
Editor
Fotografer
Distribusi
Tata Usaha
Alamat Redaksi
Kolonel Laut (P) B. Ken Tri Basuki
Mayor Laut (P) Arif Badrudin
Mayor Laut (KH/W) Dra. Amin Lestari
Mayor Laut (KH) Sholeh Amirudin, S.Ag. M.Si
Penata Tk. I III/d Drs. Susmono
Lettu Laut (KH/W) Dewi Rachmawati, S.Si
Penda III/a Eko Budiyanto
KLK TTU Miswanto
KLK TTU Mulyono
Penata III/c Safreti Eliya
Penda III/a Rosmei Sibagariang
Sekolah Staf dan Komando TNI AL, Cipulir
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telp. 7236611 Pesawat 236, 209
Fax : 7253377
Majalah Dharma Wiratama ini adalah Majalah Resmi Sekolah Staf dan Komando TNI AL
(Seskoal). Majalah ini dimaksudkan sebagai sarana pembinaan alumni, disamping sebagai
sarana komunikasi dalam bidang Pertahanan Keamanan matra laut. Pendapat dan pikiran
yang tertuang dalam tulisan-tulisan di Majalah ini tidak selalu mencerminkan pendapat
dan pikiran Sekolah Staf dan Komando TNI AL bahkan tulisan yang dimuat dalam majalah ini
tidak ada hubungannya dengan kebijakan TNI AL, tetapi merupakan ide/gagasan murni
penulis. Oleh karena itu isi atau bobot tulisan ini, merupakan tanggung jawab penuh penulis
sendiri. Redaksi dapat menerima tulisan-tulisan warga TNI Angkatan Laut maupun tulisantulisan dari bukan warga TNI Angkatan Laut yang menyangkut bidang pertahanan
keamanan matra laut. Dengan ketentuan : (1) Jumlah halaman minimal 15 halaman pada kertas
kuarto dengan ketikan 2 spasi, (2) Sertakan Kepustakaan, DRH dan foto berwarna
penulis ukuran 4 x 6, 1 (satu) lembar, (3) Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan, (4)
Naskah yang telah diterima menjadi milik Redaksi Majalah Dharma Wiratama.
SKEP MENPEN R.I. NO. 388/I/SK/DITJEN/PPG/STT/1977, Tgl. 27 September 1977 dan
SKEP KASAL No.Skep/2085/X/1976, Tgl. 20 Oktober 1976
ISSN 0126-0952
» Pengambilan Keputusan Pada…
DHARMA WIRATAMA
EDISI DW/151/2011
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ................................................................................
1.
Pengambilan keputusan pada Marjin (Unit Tambahan).
Oleh : Laksamana Pertama TNI Aswad, S.E., MM.....................
2.
Optimalisasi Kerjasama Internasional Bidang Pertahanan Di
Wilayah Perbatasan Dapat Meningkatkan Sistem
Pertahanan Keamanan Dan Ketahanan Nasional Indonesia.
Oleh : Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc. ................................
3.
Aneka Peristiwa. ...........................................................................
4.
Pelajaran Berharga Dari Peristiwa Pembajakan MV Sinar Kudus.
Oleh :Kolonel Laut (S) Teguh Widodo, S.E., M.Si (Han) ............
5.
Konsepsi Binter Dalam Rangka Pemulihan Keamanan
Di Daerah Rawan Konflik
Oleh : Letkol Marinir Baedhowi Oktafidia ………………………
6.
Offset Pertahanan Dalam Akuisisi Alutsista:
Salah Satu Upaya Strategis Dalam Rangka Revitalisasi Industri
Pertahanan Indonesia.
Oleh : Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. …………………….
Dharma Wiratama
i
» Pengambilan Keputusan Pada…
PENGANTAR REDAKSI
Sebagai insan yang beriman marilah senantiasa kita
memanjatkan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Rahmat dan KaruniaNya, maka majalah Dharma
Wiratama Edisi DW/151/2011 dapat kami hadirkan kembali
kehadapan para pembaca, tak lupa kami sampaikan ucapan
terima kasih serta penghargaan yang sedalam-dalamnya
kepada pimpinan, terlebih para penulis naskah yang telah
menyumbangkan pikiran untuk turut berpartisipasi dalam
penerbitan majalah
Dharma Wiratama. Majalah ini
diharapkan dapat menjadikan suatu referensi untuk
menciptakan tulisan kajian-kajian strategi maupun kajian
ilmiah lain yang sangat berguna bagi kemajuan TNI AL,
Bangsa dan Negara.
Sebagai tampilan pertama edisi ini Laksamana Pertama
TNI Aswad, S.E., MM., menyajikan karyanya tentang
”Pengambilan Keputusan Pada Marjin (Unit Tambahan)”
Dalam penulisan tersebut disampaikan tentang elemen-elemen
dari sebuah keputusan, lingkungan keputusan, cara-cara
pendekatan analitis dalam menangani anggaran, aturan dalam
menggunakan serta contoh sederhana cara mengelola
anggaran tersebut dengan mengambil perumpamaan yang
berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan kegiatan militer
dari waktu ke waktu.
Pemerintah
Republik
Indonesia
melaksanakan
hubungan dan kerjasama internasional yang diwujudkan
dalam perjanjian internasional guna mencapai tujuan nasional
yang tercantum di dalam Pembukaan UUD RI 1945, dalam hal
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
ini Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc. akan mengupas
tentang “Optimalisasi Kerjasama Internasional Bidang
Pertahanan Di Wilayah Perbatasan Dapat Meningkatkan
Sistem Pertahanan Keamanan Dan Ketahanan Nasional
Indonesia”.
Keberadaan IMO sangat membantu pemerintah
Indonesia
terutama
perusahaan
pelayaran
dalam
mengantisipasi terjadinya pembajakan. Demikian pula akan
memudahkan TNI khususnya TNI AL untuk menghadapai
kasus-kasus yang serupa. Lebih lanjut Kolonel Laut (S) Teguh
Widodo, S.E., M.Si (Han) membahas tentang ”Pelajaran
Berharga Dari Peristiwa Pembajakan MV Sinar Kudus”.
Fungsi pembinaan teritorial pada hakekatnya adalah
fungsi pembinaan potensi nasional di daerah untuk
didayagunakan guna mendukung upaya pertahanan negara.
Pada kesempatan kali ini Letkol Marinir Baedhowi Oktafidia
menyempatkan untuk berbagi dalam tulisannya dengan judul
“Konsepsi Binter Dalam Rangka Pemulihan Keamanan
Di Daerah Rawan Konflik.
Demikian pula sebagai penutup edisi kali ini, Mayor
Laut (E) Ditya Farianto, M.T. turut menyumbangkan karyanya
dengan judul “Offset Pertahanan Dalam Akuisisi Alutsista:
Salah Satu Upaya Strategis Dalam Rangka Revitalisasi
Industri Pertahanan Indonesia
Demikianlah sekilas tentang isi tulisan dalam majalah
Dharma Wiratama edisi DW/151/2011, semoga dapat
menambah wawasan pembaca serta memberikan sumbangsih
bagi kemajuan TNI AL.
Selamat membaca.
Dharma Wiratama
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Jakarta,
Juni 2011
Staf Redaksi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA
MARJIN
(UNIT TAMBAHAN)
Oleh :
Laksamana Pertama TNI
Aswad, SE,MM.
Pendahuluan.
Judul yang disajikan tersebut apabila kita perhatikan secara seksama,
tentu akan timbul berbagai pendapat serta anggapan yang bersifat tanda
tanya, apa sebenarnya maksud dari tulisan tersebut di atas?. Pada saat
sekarang ini dalam situasi yang berubah secara cepat, kita sering
dihadapkan pada suatu situasi untuk mengambil suatu keputusan dengan
kondisi alokasi sumber daya yang minim diantara banyaknya pilihan
alternatif dalam kondisi ketidakpastian dari waktu ke waktu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Hal tersebut tentunya bagi seorang
pengambil keputusan akan mencari cara penyelesaian yang terbaik dari
sekian banyak alternatif pilihan yang di sarankan oleh bawahan, kolega
maupun dari institusi-institusi lainnya yang dapat dipercaya sehingga
dana tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien. Dikaitkan dengan
permasalahan yang sering dihadapi dalam kehidupan kita sehari-hari,
penulis berusaha mencoba menguraikan suatu pemecahan persoalan
(problem soulping) dengan judul ”Pengambilan Keputusan Pada
Marjin”.
Tulisan ini sengaja kami sampaikan mengingat situasi dan kondisi
dunia saat ini berada dalam keadaan yang tidak menentu atau tidak pasti
yang berada dalam bayang-bayang kelam (krisis ekonomi secara global),
sehingga mau tidak mau mengharuskan kita untuk bertindak secara tepat,
cepat, cerdas dan bijaksana dalam mengambil suatu keputusan sehingga
diharapkan kelak tidak terjadi kesalahan ataupun pemborosan dalam
mengelola anggaran yang terbatas yang dapat berakibat fatal dikemudian
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
hari. Dalam penulisan tersebut disampaikan tentang elemen-elemen dari
sebuah keputusan, lingkungan keputusan, cara-cara pendekatan analitis
dalam menangani anggaran, aturan dalam menggunakan serta contoh
sederhana cara mengelola anggaran tersebut dengan mengambil
perumpamaan yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan
kegiatan militer dari waktu ke waktu.
Tentunya penulis menyadari bahwa tulisan ini bukanlah satu-satunya
cara yang terbaik dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam situasi
yang tidak pasti dengan sumber daya yang terbatas (minim), namun tentu
tidak ada salahnya apabila kami mencoba menulis melalui media ini,
mudah-mudahan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan
pembaca dalam menangani suatu permasalahan yang timbul dari sekian
banyak persoalan yang menghimpit kita.
Pembahasan.
Dalam menangani suatu permasalahan, tentunya kita perlu untuk
mengetahui beberapa faktor diantaranya berupa elemen-elemen dari
suatu keputusan, yaitu kita perlu mengetahui tentang apa tujuan umum
dan tujuan khusus, alternatif pilihan dan rangkaian aksi dari pilihan
alternatif tersebut, kondisi sebenarnya dan kondisi masa depan, hasil
yang bermanfaat serta ukuran nilai yang digunakan. Dalam lingkungan
keputusan, kita mengenal 2 situasi yaitu tentang kepastian dan
ketidakpastian. Kepastian tidak dibahas disini karena hal tersebut sudah
pasti adanya, namun ketidakpastian akan kami bahas. Secara sekilas
kita sering dihadapkan pada 2 situasi ketidakpastian yaitu :
 Ketidakpastian dengan informasi lengkap yaitu dengan mengetahui
semua alternatif, semua kondisi masa depan, manfaat dan kemungkinan
setiap kondisi masa depan sehingga kita dapat mengelola kondisi
tersebut.
 Ketidakpastian dengan informasi yang tidak lengkap yaitu tidak
mengetahui semua alternatif, semua kondisi masa depan dan
kemungkinan setiap kondisi masa depan yang mengakibatkan kita akan
sangat kesulitan dalam mengelolanya. Kondisi tersebut, pada lingkung
an keputusan dapat digambarkan sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
(GAMBAR LINGKUNGAN KEPUTUSAN)
Dari gambar lingkungan keputusan tersebut di atas, penulis hanya
akan membahas tentang ketidakpastian dengan informasi lengkap,
sedangkan untuk pembahasan tentang ketidakpastian dengan informasi
tidak lengkap akan disampaikan pada lain waktu.
Dalam suatu perencanaan militer, apabila kita akan membangun
suatu kekuatan Angkatan bersenjata yang kuat dan modern, atau pada
tingkatan pembangunan kekuatan pokok minimal (Minimal Essential
Force), hal tersebut sudah ditentukan besaran anggarannya pada program
APBN yang diberikan kepada militer baik dalam bentuk tahunan
maupun dalam bentuk multitahunan, hal tersebut sering timbul
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
pertanyaan apakah itu cukup ?. Untuk menjawab pertanyaan ini,
tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu yaitu cukup itu
seberapa ?, tidak ada jawaban yang tepat untuk itu apabila dikaitkan
dengan masalah keamanan suatu negara, karena keamanan suatu negara
merupakan ”suatu fungsi derajat resiko yang bersedia diterima oleh
suatu negara ”.
Beberapa contoh yang dapat dijadikan perumpamaan dalam
mengelola ketidakpastian sebagai suatu gagasan nalar, contoh tersebut
menggunakan pendekatan analitis sebagai salah satu cara dengan
menyampaikan beberapa alternatif penyelesaian termasuk resiko yang
akan terjadi yaitu dengan menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan pada MARJINAL. Tujuan penggunaan dengan pendekatan
Marjinal adalah untuk :

Memperkenalkan dan membahas pemikiran marjinal.

Membahas hubungan antara rata-rata marjin.

Memperkenalkan dan membahas dalil dasar pemikiran
pertama dan kedua.
Dalam pembahasan selanjutnya kita akan terlebih dahulu diperkenalkan
tentang Unit marjinal yaitu unit selanjutnya atau unit tambahan atau unit
kenaikan yang dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu :

Biaya marjinal (MC) adalah biaya kenaikan (tambahan)
dalam memproduksi unit tambahan dari output yaitu :
Perubahan TC
Biaya marjinal (MC) = -------------------------Perubahan kualitas
∆ TC
= --------∆Q

Keuntungan marjinal (MB) adalah keuntungan tambahan
(kenaikan) dari unit tambahan dalam output yaitu :
Perubahan TB
Keuntungan marjinal (MB) = ----------------------Perubahan kualitas
Dharma Wiratama
∆ TB
= ------∆Q
» Pengambilan Keputusan Pada…
Contoh biaya marjinal sebagai berikut :
Misalkan sebuah Pabrik dapat memproduksi 10.000 senapan
dengan biaya total sebesar $ 4.000.000.
Ketika kita akan
memproduksi 11.000 senapan, biaya total naik menjadi
$5.200.000. Maka biaya marjinal (BM) adalah :
Perubahan TC
Biaya marjinal (MC) = -------------------------Perubahan kualitas
∆ TC
= --------∆Q
TC2 – TC1
5.200.000 – 4.000.000
MC = ----------------- = ------------------------------- = 1200
Q2 – Q1
11.000 - 10.000
Contoh keuntungan marjinal sebagai berikut :
Misalkan kita mempekerjakan 5 orang petugas penjaga perbatasan
yang dapat menangkap 10 penjahat dalam seminggu, ketika kita
menambah 1 orang lagi petugas penjaga perbatasan, maka
penangkapan total penjahat naik menjadi 14 penjahat perminggu,
maka keuntungan marjinalnya adalah :
Perubahan TB
Keuntungan marjinal (MB) = ---------------------Perubahan kualitas
TB2 – TB1
14 - 10
MB = ----------------- = -----------Q2 – Q1
6 -5
∆ TB
= --------∆Q
= 4
Untuk dapat lebih menggambarkan dan memahami pemikiran
marjinal, penulis akan menyajikan beberapa contoh dengan
menampilkan biaya marjinal dan keuntungan marjinal dalam suatu kasus
penyelundupan yang terjadi di Selat Malaka sebagai berikut :
Penyelundup telah seringkali melaksanakan kegiatan melintasi
Selat Malaka dan menjual barang illegal dari Indonesia ke Malaysia,
demikian juga barang dari Malaysia ke Indonesia serta berusaha
menghindari pajak.
Pemerintah ingin keadaan tersebut dapat diatasi
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
oleh penegak hukum sehingga kedaulatan dan hukum dapat ditegakkan
guna menjaga citra bangsa Indonesia dimata Internasional, selain itu juga
diharapkan dapat menambah penerimaan pajak bersih (biaya
penerimaan) untuk menutupi kekurangan anggaran APBN dengan cara
memerintahkan Kepala Staf Angkatan Laut untuk melaksanakan operasi
anti penyelundupan di Selat Malaka. Selanjutnya Kepala Staf Angkatan
Laut membentuk tim khusus satuan anti penyelundupan di Selat Malaka
dengan penekanan pada pelaksanaan operasi yang efektif serta
menggunakan dana yang seefisien mungkin. Untuk melaksanakan tugas
tersebut terutama dalam hal penggunaan dana agar seefisien mungkin,
hal ini dapat digunakan pendekatan pengambilan keputusan pada
marjinal yaitu teori tentang Pemikiran Marjinal. Berapa besar biaya
yang digunakan, berapa banyak personel yang dilibatkan serta berapa
besar keuntungan yang didapat dari operasi anti penyelundupan di Selat
Malaka tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Umpama biaya yang digunakan setiap pasukan sebesar $
200/minggu, dengan pajak yang dapat dipungut dari setiap 1
penyelundup yang tertangkap sebesar $ 40, maka contoh tabelnya dapat
dibuat sbb :
PENJAGA
(L)
1
2
3
4
DST.......
PENYELUNDUP
TC
(Q)
PENJAGA
15
200
28
400
38
600
47
800
....................
..........................
TB
PEN PAJAK
600
1.120
1.520
1.880
..........................
KETERANGAN :
L
: PENJAGA
Q
: PENYELUNDUP
TC
: TOTAL BIAYA
TB
: TOTAL KEUNTUNGAN
Apabila kita akan melibatkan penjaga sebanyak 15 orang, maka
tabelnya dapat kita lihat sbb :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu
Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00
Penjaga
(L)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Penyelundup
(Q )
15
28
38
47
55
63
70
76
80
84
88
91
94
96
97
Total biaya
( TC )
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
Total Penerimaan
( TB )
600
1.120
1.520
1.880
2.200
2.520
2.800
3.040
3.200
3.360
3.520
3.640
3.760
3.840
3.880
Tabel tersebut di atas agar lebih memudahkan pembaca memahaminya,
dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Dari grafik tersebut di atas dapat dibuat tabel berikutnya yaitu
berapa banyak personel yang harus dipekerjakan untuk memenuhi
keinginan pemimpin dalam menggunakan dana seefisien mungkin, hal
tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu
Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00
L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Q
0
15
28
38
47
55
63
70
76
80
84
88
91
94
96
97
TC
$0
200
400
600
800
1000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
3.000
TB
$0
600
1.120
1.520
1.880
2.200
2.520
2.800
3.040
3.200
3.360
3.520
3.640
3.760
3.840
3.880
(TC/L)
AC
$0
200,00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
(TB/L)
AB
$0
600,00
560,00
506.67
470.00
440.00
420.00
400.00
380.00
355.56
336.00
320.00
303.33
289.23
274.29
258.67
KETERANGAN :
AC = BIAYA RATA-RATA
AB = KEUNTUNGAN RATA-RATA
Berapa personel yang harus dipekerjakan di Selat Malaka serta
berapa keuntungan yang didapat dan berapa biaya total yang dikeluarkan
pemerintah, hal tersebut untuk memudahkan memahami, dapat dilihat
pada grafik sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
KETERANGAN :
AC = BIAYA RATA-RATA
AB = KEUNTUNGAN RATA-RATA
Selanjutnya pada tabel berikut ini kita akan melihat perubahan
maksimum biaya tiap penambahan 1 orang/personel dan perubahan
maksimum keuntungan tiap penambahan 1 orang/personel sbb :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Biaya Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu
Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00
L
Q
TC
TB
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0
15
28
38
47
55
63
70
76
80
84
88
91
94
96
97
$0
200
400
600
800
1000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
3.000
$0
600
1.120
1.520
1.880
2.200
2.520
2.800
3.040
3.200
3.360
3.520
3.640
3.760
3.840
3.880
PerubahanTC/
Perubahan L
MC
$0
200,00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
200.00
PerubahanTB/
Perubahan L
MB
$0
600,00
520,00
400.00
360.00
320.00
320.00
280.00
240.00
160.00
160.00
160.00
120.00
120.00
80.00
40.00
KETERANGAN :
MC
MB
: PERUBAHAN BIAYA MARJINAL
: PERUBAHAN KEUNTUNGAN MARJINAL
Dari tabel tersebut di atas, berapa orang penjaga yang harus
dipekerjakan serta berapa biaya dan keuntungan marginal per penjaga,
hal tersebut dapat dilihat grafik di bawah ini :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Berikut pada tabel di bawah ini dapat dilihat berapa besar
penggunaan satuan atau personel yang digunakan sehingga
menghasilkan penerimaan pajak yang besar dengan tinggkat penggunaan
personel yang minimal sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Upah Penjaga 1 orang $ 200,00/ Minggu
Pajak yang dipungut dari tiap penyelundup yang ditangkap $ 40,00
L
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Q
0
15
28
38
47
55
63
70
76
80
84
88
91
94
96
97
TC
$0
200
400
600
800
1000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
2.200
2.400
2.600
2.800
3.000
TB
$0
600
1.120
1.520
1.880
2.200
2.520
2.800
3.040
3.200
3.360
3.520
3.640
3.760
3.840
3.880
TB-TC
Pen bersih
$0
$ 400
$ 720.00
$ 920.00
$ 1.080.00
$ 1.200.00
$ 1,320.00
$ 1.400.00
$ 1.440.00
$ 1.400.00
$ 1.360.00
$ 1.320.00
$ 1.240.00
$ 1.160.00
$ 1.040.00
$ 880.00
KETERANGAN :
L
Q
TC
TB
: PENJAGA
: PENYELUNDUP
: TOTAL BIAYA
: TOTAL KEUNTUNGAN
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak
bersih terbesar (maksimum) ada pada baris ke 8 yaitu sebesar $ 1,440,
sehinga penggunaan satuan yang efisien dengan hasil yang maximum
adalah sebanyak 8 orang. Hal tersebut dapat digambarkan pada grafik
seperti di bawah ini :
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Dari penjelasan dan beberapa contoh tabel yang telah disampaikan
sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan singkat tentang
bagaimana cara pengambilan keputusan pada Marjinal dengan contoh
persoalan pada penyelundupan di Selat Malaka yaitu untuk setiap unit
satuan khusus agar lebih efisien, sebaiknya jumlah personel yang
dibentuk untuk setiap 1 unitnya adalah maksimum 8 orang, karena
apabila lebih akan terjadi ketidakefektifan dalam tugas.
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat disampaikan sehubungan dengan contoh
persoalan yang telah diuraikan tersebut di atas dengan judul Pengambilan
Keputusan pada Marjinal sebagai berikut :
a. Bila tidak ada anggaran yang mengikat atau keterbatasan sumber
daya, maka perluas suatu kegiatan sepanjang keuntungan marjinalnya
lebih besar dari pada biaya marjinalnya.
b. Dengan batasan anggaran yang mengikat, hasil optimal dapat dicapai
manakala kegiatan dilakukan hingga ke titik saat pengembalian marjinal
per unit biaya yang dikeluarkan sama untuk semua unit kegiatan.***
Dharma Wiratama
» Pengambilan Keputusan Pada…
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Phelps Edmund, Teori
Pertumbuhan Ekonomi.
tentang Prinsip-prinsip
Ekonomi
Thomas Khun, The Structure of Scientific Economi.
Carl Menger, Marginal Revolutions.
Gregory Till, Collections and Cash Management Moderniza tions.
Dr Yasin Ohn, Modern Management Theories.
International Defence Management Course (IDMC) USA.
-o0o-
Dharma Wiratama
dan
RIWAYAT HIDUP
Nama
Pangkat
Jabatan
: Aswad, SE, MM
: Laksamana Pertama TNI
: Komandan Pangkalan Utama-II
Armada RI Kawasan Barat
Tempat/Tgl Lahir: Palopo, 22 Oktober 1958
Alamat
: Jl. Kalisari Sayangan 4
Surabaya.
Pendidikan :
a.
b.
Umum :
SDN, SMPN, SMAN IPA,
S-1 (Ekonomi Pembangunan),
S-2 (Magister Management SDM).
Militer :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
AAL – 28 Thn 1983.
Dikspespa Arteleri Thn 1989
Diklapa II/Koum Thn 1992
Seskoal Thn 1998
Seskogab Thn 2004
Opschool Belanda Thn 1987
Kursus NBCD Denhelder Belanda Thn 1987
Kursus Rudal Harpoon Thn 1994
Kursus Binlat Opsgab Thn 2002
Kursus Manajement Pertahanan Thn 2005
Riwayat Penugasan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Danlantamal II sampai sekarang
Asrena Pangarmatim
Paban I/Renstra Srena Mabesal
KS Guspurlatim
Dansatkor Armabar
Dosen Utama, Paban I/ Doktrin Sesko TNI
Danlanal Pontianak
Asops Guskamlabar
Asops Lantamal III Jakarta
Komandan KRI Selamet Riyadi
Komandan KRI TUM
Komandan KRI HBS
Komandan KRI Kerapu
Komandan KRI SWI.
-o0o-
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
OPTIMALISASI
KERJASAMA INTERNASIONAL BIDANG PERTAHANAN
DI WILAYAH PERBATASAN DAPAT MENINGKATKAN
SISTEM PERTAHANAN KEAMANAN DAN KETAHANAN
NASIONAL INDONESIA
Oleh :
KOLONEL LAUT (P)
SULISTIYANTO, M.Sc.
1. Pendahuluan.
Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan hubungan dan kerja
sama internasional yang diwujud kan dalam perjanjian internasional
guna mencapai tujuan nasional yang tercantum di dalam Pembukaan
UUD RI 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahtera an umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Kerjasama internasional bidang pertahanan berkaitan dengan
kebijakan politik luar negeri, sehingga harus senantiasa dilaksanakan
dengan prinsip one gate policy (kebijakan satu pintu). Segala bentuk
kerja sama internasional agar meng hindari pembentukan suatu pakta
pertahanan yang dapat mengurangi makna politik luar negeri Indonesia
yang bebas dan aktif.
Dalam meningkatkan hubungan kerjasama
internasional pemerintah RI melalui kebijakan politik luar negeri
“Banyak Arah” (Multy Direction), sehingga memungkinkan Indonesia
melakukan kerjasama dengan banyak negara menerapkan kebijakan
“Seribu Kawan dan Tidak Ada Musuh” (One Thousand Friends and
Zero Enemy)1.
Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau2 yang berada di lokasi yang sangat strategis
yaitu di antara dua benua, benua Asia dengan benua Australia dan dua
1
Pernyataan Menlu RI DR. Marty Natalegawa tentang kebijakan Polurgi setelah
pelantikan kabinet Bersatu jilid- II tanggal 22 Oktober 2009.
2
Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL, Mabesal, Jakarta, 2003.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
samudera, samudera Pasifik dengan samudera Hindia. Indonesia
memiliki perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga (India,
Thailand, Malaysia, Filipina, Palau, PNG, Australia, Timor Leste, Veit
Nam dan Singapura) dan memiliki perbatasan darat dengan tiga negara
tetangga (Malaysia, Timor Leste dan PNG).
Dalam menjalin kerjasama internasional bidang pertahanan baik
secara bilateral maupun multilateral Indonesia selalu berpedoman
dengan asas dan kebijakkan politik luar negeri bebas aktif sesuai yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 serta kepentingan-kepentingan
lain sesuai kebijaksanaan pemerintah di mana sebagai leading sector
Kementerian Luar Negeri serta kebijakan umum pertahanan berada di
Kementerian Pertahanan dalam rangka melaksanakan pembangunan
nasional menuju tujuan dan cita-cita bangsa.
Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara
untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah, dan melindungi keselamatan bangsa, yang dilaksanakan dengan
operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang
(OMSP). Dalam menjalankan tugasnya, TNI sebagai alat pertahanan
negara selama ini telah menjalin kerjasama dengan beberapa Angkatan
Bersenjata (AB) negara lain sesuai dengan tataran kewenangan, tugas
dan tanggung jawab. Kegiatan kerja sama internasional yang
dilaksanakan meliputi bidang intelijen, operasi dan latihan, personel serta
logistik.
2. Pembahasan.
Kerjasama bidang pertahanan antara Indonesia dengan negara lain
sudah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan dalam rangka
meningkatkan kerjasama bilateral maupun multilateral untuk tujuan
meningkatkan kemampuan bidang pertahanan negara, baik SDM,
Alutsista maupun kebijakan, metode atau prosedur dan saat ini
berpedoman dengan Bujukmin Kerjasama Internasional bidang militer
dan pertahanan di lingkungan TNI, pelaksanaan kerja sama militer
internasional di kelompokkan ke dalam beberapa bidang yaitu : Intelijen,
Operasi dan latihan, Personnel, dan Logistik; dengan tujuan sebagai
berikut :
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
a. Menciptakan kepercayaan dan meningkatkan persahabatan (Con
fidence Building Measure) dengan sasaran:
1) Terwujudnya hubungan per sahabatan yang lebih kondusif dan
saling menguntungkan antara TNI dengan AB negara lain.
2) Terwujudnya rasa saling menghormati dan itikad baik untuk
menjaga hubungan bilateral dalam memandang suatu potensi konflik
yang dapat bermuara pada persengketaan.
3) Terselenggaranya kerja sama Internasional
menguntungkan, bertingkat dan berlanjut.
yang
saling
b. Upaya diplomasi mencegah konflik (Preventive Diplomacy).
1) Menurunnya tingkat konflik dan pertikaian antara TNI dengan
AB negara lain.
2) Meningkatnya pengaruh dan diplomasi TNI dalam upaya
menciptakan stabilitas ke amanan dan mencegah konflik di kawasan
regional.
3) Pengakuan dan penerimaan peran dan kontribusi TNI sebagai
mediator dalam penyelesaian konflik pada skala regional dan
internasional.
c. Meningkatkan kemampuan
Capacity) dengan sasaran:
militer
dan
pertahanan
(Defense
1) Meningkatnya kemampuan dan profesionalitas personel TNI.
2) Meningkatnya efektifitas dan efisiensi operasional TNI dalam
melaksanakan tugas pokok TNI.
3) Mengoptimalkan pengguna an dan pemeliharaan terhadap
Alutsista dan sistem Kodalops TNI guna melaksanakan Tupok TNI.
d. Menciptakan keamanan kawasan (Security Enhancement) dengan
sasaran:
1) Meningkatnya keamanan dan menurunnya tingkat kejahatan
transnasional di wilayah nasional dan wilayah regional.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
2) Tersusunnya Standing Operating Procedure (SOP) Multinational
Forces (MNF) guna memelihara keamanan di kawasan regional.
3) Meningkatnya pengakuan dunia terhadap peran dan kontribusi
TNI dalam upaya memelihara stabilitas keamanan kawasan regional.
e. Melaksanakan misi damai dalam memberikan bantuan kemanusiaan
dan penanggulangan bencana serta pemeliharaan perdamaian dunia
(Humanitarian Assistance, Disaster Relief dan Peace Keeping
Operation) dengan sasaran:
1) Meningkatnya kemampuan dan peran serta TNI dalam misi
damai di forum internasional untuk bantuan kemanusiaan dan
penanggulangan bencana.
2) Meningkatnya pengakuan dunia terhadap profesionalitas Satgas
TNI pada misi perdamaian PBB.
3) Terpenuhinya standard kemampuan Alutsista dan peralatan
pendukung yang dipersyaratkan kepada Satgas TNI pada misi
perdamaian PBB.3
Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat
dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.
Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan
logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain
sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik
norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk
kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma. Pemikiran
mainstream beranggapan bahwa kepastian hukum merupakan keadaan
dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi,
terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan
hukum. Kepastian hukum sangat diperlukan dalam kerjasama
internasional baik bilateral maupun multilateral karena dampak dari
kegiatan bersama bidang pertahanan sangat membutuhkan kepastian
hukum pada implemen tasinya di lapangan, bila tidak dapat
3
Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/89/XII/2009 tanggal 22 Desember 2009
tentang Buku Petunjuk Administrasi Kerjasama Internasional Bidang Militer dan
Pertahanan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
mengakibatkan friksi antar aparat kedua negara dan memberikan
keraguan dalam bertindak bagi para aparat di lapangan.
Kondisi dan Kinerja Pertahanan dan keamanan Indonesia diwarnai
berbagai keterbatasan, yang berpengaruh terhadap wibawa dan integritas
negara baik dalam lingkup internasional maupun regional. Permasalahan
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang berbatasan dengan
negara tetangga juga belum bisa tertangani secara proporsional, dan
dapat dipastikan akan jadi sumber bagi munculnya permasalahanpermasalahan perbatasan dengan negara tetangga di masa yang akan
datang.
Dalam rangka Pengamanan dan Penegasan Batas dan menyelesai kan
masalah-masalah perbatasan antar Negara dan Pulau-Pulau Kecil Terluar
dengan Negara Tetangga, telah dilakukan berbagai kerjasama bilateral
yang diwadahi dalam lembaga Joint Border Committee (JBC) antara RIPapua New Guinea (PNG), RI-Republic Democratic Timor Leste
(RDTL) dan General Border Committee (GBC) antara RI-Malaysia
dengan kegiatan antara lain :
a. Kerjasama pengamanan dan mempererat pertahanan antara kedua
negara, seperti pertukaran informasi dalam bidang Intelijen, Latihan
bersama, Patroli ter koordinasi di perbatasan dan menggelar Pos-pos
pengamanan perbatasan bersama. Demikian pula kerjasama dalam
bidang sosial ekonomi, imigrasi, bea-cukai, kepolisian serta kerjasama
penyelesaian penegasan batas dan pemeriksaan/perawatan patok-patok
perbatasan antar negara.
b. Perundingan penegasan batas dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan antara dua negara, beberapa kegiatan perundingan yang
menonjol belakangan ini meliputi penegasan batas darat antara RIMalaysia, RI-PNG dan RI-RDTL, demikian pula dalam batas
maritim/laut dengan Singapura, Malaysia, Filipina dan Kepulauan Palau.
c. Pos-pos Pengamanan bersama atau atas persetujuan kedua negara
telah di gelar di sepanjang wilayah perbatasan negara, sebanyak 55 Pos
(RI-Malaysia), 48 Pos (RI-RDTL), 14 Pos (RI-PNG) dan Pos-pos
Sementara di Pulau-pulau Kecil Terluar.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
Selama ini bagian terlemah dari manajemen di wilayah perbatasan
adalah karena lemahnya atau tidak efektifnya simpul koordinasi dalam
pembangunan di wilayah perbatas an; sehingga pemerintah pusat berikut
semua kementerian /lembaganya (terdapat 25 kementerian/lembaga dan
71 pejabat setingkat eselon satu) semua berupaya membangun wilayah
perbatasan; tetapi yang terjadi adalah institusi tersebut berjalan sendirisendiri sehingga sama sekali tidak mampu memberikan solusi seperti
yang diharapkan. Sehingga boleh dikatakan pemerintah dan masyarakat
perbatasan ingin dan merasakan sudah saatnya semua pemangku
kepentingan memikirkan problem perbatasan secara kultural yang
melihatnya dari sisi budaya. Jangan semata-mata hanya memakai
pendekatan “kacamata Jakarta” dan bukan asal bangun saja.
Pembangunan wilayah perbatasan harus sesuai dengan budaya dan
karakteristik masyarakat di sana, sehingga memerlukan upaya Riset.
Universitas Pertahanan salah satu lembaga pendidikan milik
Kementerian Pertahanan terpanggil untuk melaksanakan penelitian di
wilayah perbatasan, hal itu muncul karena secara fakta wilayah
perbatasan merupakan bagian dari pertahanan. Sentuhan pemikiran para
ahli pertahanan di perlukan guna melengkapi upaya pembangun an
wilayah perbatasan4.
Kerjasama internasional bidang pertahanan dan permasalahannya.
Kerjasama internasional bidang pertahanan di wilayah perbatasan saat
ini dinilai belum optimal masih banyak permasalahan yang harus
disempurnakan antara lain :
a. Diperlukan dasar hukum yang mengikat para pihak, belum semua
kerjasama pertahanan memiliki DCA (Defence Cooperation Agreement)
termasuk untuk dua negara tetangga (Malaysia dan Singapura) yang
sudah sangat intensive untuk implementasi kegiatan kerjasama
pertahanannya. Sesuai dengan UU RI No 24 tahun 2000 tentang
perjanjian Inter nasional, kerjasama di bidang pertahanan diwadahi
dalam DCA prosesnya diratifikasi sebagai UU melalui DPR bila
dipertimbangkan perjanjian tersebut bersifat strategis atau di ratifikasi
sebagai Peraturan Presiden (Per Pres) melalui Pemerintah/Sekretariat
Negara bila dipertimbangkan perjanjian tersebut lebih bersifat teknis.
4
Kemhan, Universitas Pertahanan, Rektor, Riset & Laboraturium Wilayah Perbatasan
juni 2010.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
b. Bidang kerjasama pertahanan di wilayah perbatasan seharusnya
mengarahkan kepada terciptanya kepastian hukum, termasuk mendukung
upaya-upaya dalam proses perundingan penentuan batas wilayah kedua
negara.
c. Kegiatan-kegiatan yang berada di bawah kerjasama pertahanan
bilateral/multilateral seyogyanya dilaksanakan sesuai dengan pro sedur
dan aturan hukum nasional dan internasional. Kegiatan latihan bersama
dan patroli terkoordinasi seyogyanya tetap menghormati wilayah
kedaulatan masing-masing negara.
d. Pengembangan kawasan per batasan belum optimal, karena
lemahnya atau tidak efektifnya simpul koordinasi dalam pem bangunan
di wilayah perbatasan, sehingga banyak institusi yang terlibat namun
belum dapat terfokus dengan baik, terkesan masih berjalan sendirisendiri.
e. Pengamanan wilayah perbatas an tidak dibebankan kepada TNIPolri semata, tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa termasuk
komponen cadangan dan pendukung, diutamakan se maksimal mungkin
melibatkan masyarakat di wilayah perbatasan dengan pengembangan
pada keseimbangan dari aspek ke amanan dan kesejahteraan yang
menyesuaikan dengan karakteristik daerah.
f. Wilayah laut dan udara Indonesia berada pada posisi silang jalur lalu
lintas internasional, sehingga rentan terhadap serangan dari negaranegara lain; masalah perbatasan laut/darat dengan negara-negara
tetangga; adanya kesenjangan antar daerah akibat belum meratanya
pembangunan; Pemanfaatan ruang hidup yang belum proporsional,
sehingga daerah-daerah Indonesia yang relatif “kosong” beserta
kekayaan alamnya yang potensial dan melimpah dapat dijadikan sasaran
bagi pencarian lebenstraum oleh kekuatan-kekuatan dari luar.
g. Kerjasama pertahanan bilateral di beberapa negara masih dapat
dikembangkan atau dioptimalkan untuk kepentingan dan kemajuan
bersama, bahkan dapat digunakan sebagai ajang promosi hasil industri
pertahanan dalam negeri dan produk nasional pendukung kegiatan
pertahanan dan AB.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
Arah Pembinaan terhadap permasalahan-permasalahan di wilayah
perbatasan negara di masa mendatang yang diharapkan antara lain :
a. Wilayah kedaulatan dan yurisdiksi Republik Indonesia harus jelas dan
diketahui oleh seluruh bangsa di dunia. Perbatasan wilayah kedaulatan
dan yurisdiksi ditetapkan melalui perjanjian dengan negara tetangga
yang berbatasan langsung. Pada bagian wilayah yang tidak berbatasan
dengan negara lain (di Samudera Hindia dan Pasifik) ditetapkan sesuai
ketentuan internasional.
b. Indonesia menjamin kepentingan bangsa-bangsa di dunia bagi
kepentingan lintas damai, baik melalui laut maupun udara sesuai
ketentuan. Udara di sepanjang wilayah khatulistiwa mempunyai arti
penting bagi pemanfaatan Geospasial Orbit (G.S.O) secara maksimal.
RUU Geospasial ini sudah sampai pembahasan di DPR RI yang
didedikasikan untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
c. Pemanfaatan wilayah didasarkan atas konsepsi tata ruang dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan, mempertahankan ada nya
pelestarian alam dan lingkungan hidup yang layak dalam wilayah ruang
hidup bangsa Indonesia dan dengan memperhati kan ciri khas potensi
wilayah.
d. Membangun seluruh wilayah Indonesia secara seimbang dan merata
guna menekan kesenjangan spasial (antar wilayah/daerah).
e. Untuk mewujudkan kesatuan wilayah perlu penyediaan sarana,
prasarana komunikasi dan transportasi yang menjamin mobilitas
informasi, orang, barang dan jasa serta pelaksanaan pembangunan
nasional secara utuh menyeluruh.
f. Menanamkan kesadaran masyarakat sedini mungkin, tentang
konstelasi geografis Indonesia, kerawanan maupun potensinya.
g. Pembangunan daerah per batasan. Pengelolaan kawasan perbatasan
selama ini belum dilakukan secara terpadu dengan mengintegrasikan
seluruh sektor terkait.
Dibentuknya Badan Nasional Pengelola
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
Perbatasan (BNPP) pada tanggal 28 Januari 2010 berdasar Perpres RI
Nomor 12 tahun 2010 dengan Menteri Dalam Negeri sebagai Kepala
Badan BNPP, diharapkan pem bangunan kawasan perbatasan lebih
terkoordinasi dan mencapai hasil yang optimal.
h. Pos Lintas Batas. Keberadaan Pos Lintas Batas (PLB) beserta
fasilitas kepabean, imigrasi, karantina dan keamanan (Customs,
Imigration, Quarantine and Security /CIQS) sangat penting sebagai
gerbang yang mengatur arus keluar masuk orang dan barang di kawasan
perbatasan. PLB sebagai pintu gerbang negara dapat mengatur hubungan
sosial dan ekonomi Indonesia-negara tetangga khususnya di perbatasan
serta men cegah keluar-masuknya barang-barang ilegal.
Analisia Politik Luar Negeri.
Diperlukan kemampuan diplo masi pro aktif guna memperjuang kan
kepentingan nasional dalam berbagai forum internasional. Perlu
diwaspadai adanya dominasi negara adidaya yang memaksakan
kehendaknya berdampak negatif bagi kepentingan negara-negara
berkembang. Arah pembinaan Politik Luar Negeri RI yang sudah
digariskan oleh Pemerintah dalam rangka pembinaan Ketahanan
Nasional adalah sebagai berikut5 :
a. Hubungan luar negeri ditujukan untuk lebih meningkatkan kerja sama
internasional diberbagai bidang atas dasar saling meng untungkan,
meningkatkan citra positif Indonesia di luar negeri, memantapkan
persatuan kesatuan bangsa dan keutuhan NKRI.
b. Politik luar negeri terus dikembangkan dan dievaluasi secara
berkelanjutan menurut prioritas dalam rangka me ningkatkan
persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan antara negara
berkembang dengan negara maju sesuai dengan kemampuan dan demi
kepentingan nasional.
c. Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain
melalui promosi, peningkatan diplomasi dan lobi internasional,
pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa serta kegiatan olah raga.
5
Modul Sistem Manajemen Nasional, Lemhannas RI , Jakarta, 2011
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
d. Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji
dengan seksama agar secara dini dapat diperkirakan terjadinya dampak
negatif yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional serta yang
menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional.
e. Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan dengan negara industri maju
perlu ditingkatkan dengan melaksanakan perjanjian perdagangan
internasional serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan
internasional.
f. Perjuangan mewujudkan tata nan dunia baru dan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
melalui penggalangan dan pemupukan solidaritas dan kesamaan sikap
serta kerjasama internasional dengan memanfaatkan berbagai forum
regional dan global.
g. Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan
dengan pembenahan secara menyeluruh terhadap sistem pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan calon diplomat agar dapat menjawab tantangan
tugas yang dihadapi. Selain itu, perlu ditingkatkan aspek-aspek ke
lembagaan dan sarana penunjang lainnya.
h. Perjuangan bangsa Indonesia di dunia yang menyangkut kepenting
an nasional seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan
diplomasi negatif negara lain dan hak-hak warga negara Republik
Indonesia di luar negeri perlu di tingkatkan.
Asas Ketahanan Nasional Mawas Ke Dalam dan Mawas Ke
Luar6.
Sistem kehidupan nasional merupakan segenap aspek ke hidupan
bangsa yang saling ber interaksi. Di samping itu, sistem kehidupan
nasional juga ber interaksi dengan lingkungan sekelilingnya (regional
dan internasional). Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai
dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Untuk itu perlu
diantisipasi dampak yang akan mempengaruhi kebijakan sehingga
6
Modul Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
diperlukan sikap mawas ke dalam maupun mawas ke luar, sebagai
berikut :
a. Mawas ke dalam. Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat,
sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai
kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat
kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa
ketahanan nasional mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit.
b. Mawas ke luar. Mawas ke luar bertujuan untuk dapat meng antisipasi
dan ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi dampak lingkungan
strategis luar negeri serta menerima kenyataan adanya saling interaksi
dan ketergantungan dengan dunia internasional. Untuk menjamin
kepentingan
nasional,
kehidupan
nasional
harus
mampu
mengembangkan kekuatan nasional agar memberikan dampak ke luar
dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Namun demikian, interaksi
dengan pihak lain diutamakan dalam bentuk kerja sama yang saling
menguntungkan.
Dalam upaya mencapai tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia
senantiasa dihadapkan pada berbagai bentuk tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan, baik yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat membahaya kan integritas, identitas, kelangsung an
hidup bangsa dan negara. Untuk itu, diperlukan adanya Ketahanan
Nasional (Tannas) yaitu keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengem bangkan kekuatan nasional dalam
aspek dan dimensi kehidupan nasional.
Pada Asta Gatra Ketahanan Nasional di bidang Hankam dapat
disimpulkan sebagai daya dan upaya seluruh rakyat Indonesia
merupakan bagian dari sistem pertahanan dan keamanan negara dalam
mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup
dan kehidupan bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia dilaksanakan
dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan potensi nasional
termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan nasional
secara terintegrasi dan terkoordinasi. Penyelenggaraan pertahanan dan
keamanan secara nasional merupakan salah satu fungsi utama dari
pemerintah dan negara Republik Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai
intinya, guna menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
mewujudkan ketahanan nasional Indonesia. Wujud ketahanan pertahanan
dan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan negara
yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta
kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala
bentuk ancaman. Analog dengan pengertian ketahanan nasional maka
ketahanan pertahanan dan keamanan pada hakikatnya adalah keuletan
dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya
bela negara, suatu perjuangan rakyat semesta, ketika seluruh potensi dan
kekuatan idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan kepolisian
disusun dan dikerahkan secara terpimpin terintegrasi dan terkoordinasi,
untuk menjamin penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (SISHANKAMRATA) menjamin kesinambungan
pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam rangka mengoptimalkan kerjasama bidang pertahanan di
wilayah perbatasan dapat dibahas sesuai bidang sebagai berikut :
a. Bidang Inteljen. Bidang inteljen merupakan bidang yang paling awal
dan banyak dilaksanakan kerjasama secara bilateral, biasanya diawali
dengan saling berkunjung antara pejabat kedua AB baru dilanjutkan
kerjasama bidang inteljen yakni saling bertukar informasi (sharing
information). Untuk kondisi dewasa ini sangat diperlukan, manfaatnya
akan nampak apabila dilaksanakan dengan benar dan tepat sasaran
khususnya dalam mengatasi kegiatan ilegal, kegiatan kriminal dan
ancaman terorisme inter nasional yang kerap terjadi di wilayah
perbatasan. Kerjasama Indonesia dengan Philipina dan Malaysia
disekitar wilayah Philipina Selatan telah banyak membantu mengungkap
dan menfasilitasi ancaman terror dan kegiatan ilegal yang kerap terjadi di
wilayah tersebut.
b. Bidang Operasi dan Latihan.
Bidang operasi dan latihan biasanya dilaksanakan setelah kedua
negara merasa memerlukan kerjasama yang lebih intensive dan
dipertimbangkan kegiatan tersebut akan memberi manfaat pada kedua
pihak antara lain dapat meng eliminir kegiatan kriminal dan ilegal di
wilayah perbatasan. Indonesia cukup banyak melaksana kan kegiatan
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
kerjasama bidang Opslat dengan negara tetangganya antara lain kegiatan
Patkor (Coordinating Patrol): Malaysia, Singapura, Philipina, India,
Australia dan Thailand yang baru dimulai pada tahun 2011. Selain itu
negara pantai di selat Malaka juga memiliki kegiatan Patkor multilateral
yaitu Malacca Strait Sea Patrol (MSSP) yang terdiri dari Indonesia,
Malaysia, Singapura dan Thailand yang didukung oleh pengamatan
udara keempat negara pantai Eyes in the Sky (EiS), yang sudah diakui
keberadaannya oleh internasional telah dapat mengurangi ancaman
perompakan yang terjadi diperairan selat Malaka dan selat Singapura,
dan saat ini dijadikan model untuk mengatasi permasalahan keamanan
maritim di kawasan lain antara lain perairan Afrika khususnya Somalia,
Teluk Benggala dll.
c. Bidang Personel. Kerjasama pertahanan pada bidang personel yang
paling sering dan banyak dilaksanakan adalah dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM yaitu pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Khususnya diharapkan oleh negara yang merasa relatif lebih
tertinggal kepada negara yang lebih maju atau pada negara yang
sebanding/selevel, bahkan be berapa negara sudah mempersiap kan
dengan dukungan anggaran pendamping selama menerima siswa negara
lain.
Keuntungan-keuntungan bagi negara donor (pemberi
dana/kesempatan) adalah dapat memberikan wawasan dan
mempengaruhi pemikiran para peserta siswa tentang kebijakan-kebijakan
dan menginformasikan kemampuan dan dukungan industri pertahanan
kepada negara penerima yang nantinya dapat dipromosikan apabila siswa
telah kembali ke negaranya masing-masing.
d. Bidang Logistik. Bidang logistik biasanya yang paling akhir
dilaksanakan dalam kerjasama bilateral maupun multilateral karena
kerjasama ini perlu pengkajian yang lebih mendalam mengingat
diperlukan sarana pendukung yang lebih lengkap dan membutuhkan
dukungan anggaran yang lebih besar dan terencana termasuk dari
pertimbangan aspek hukum. Sementara ini di bidang pertahanan
Indonesia sudah memiliki kerjasama logistik dengan beberapa negara
antara lain: Amerika Serikat (AQSA/ Acquisition and cross Servicing
Agreement) dan Australia (MLSA/ Mutual Logistics Support
Arrangement) sedang dengan Korea Selatan saat ini masih dalam proses
penjajakan. Untuk kerjasama pertahanan Indonesia dengan negara
tetangga yang lain saat ini belum ada kerjasama yang khusus di bidang
logistik.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
Dalam forum kerjasama pertahanan Indonesia-Philipina, DCA sudah
ditandatangani di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1997 dan diratifikasi
dengan UU Nomor 20 tahun 2007. Pengalaman dari pihak Philipina pada
kegiatan forum pertemuan pernah me nyampaikan perlu dipresentasikan
hasil industri pertahanan dan produksi dalam negeri yang mendukung
bidang pertahanan untuk AB Indonesia, karena mereka
mempertimbangkan kualitasnya cukup baik dengan harga yang relatif
lebih kompetitif, akan dipertimbangkan dapat digunakan oleh AB
Philipina. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dapat dilaksanakan hal
yang sama bagi negara-negara tetangga yang kondisi perekonomian
sebanding atau relatif lebih rendah dari Indonesia, dimaksudkan dalam
rangka promosi untuk memperkenalkan hasil industri pertahanan
Indonesia dan produk-produk nasional yang selama ini sudah
mendukung bidang pertahanan dan AB Indonesia.
Kerjasama bidang pertahanan di wilayah perbatasan yang sudah
terjalin sejak era tahun tujuh puluhan diawali dengan Malaysia dalam
forum GBC yang kalau itu dilaksanakan setelah hubungan yang kurang
baik semasa pemerintahan Orde Lama dimana pemerintahan presiden
Soekarno pernah melaksanakan konfrontasi terhadap Malaysia dan
Singapura. Kerjasama bidang pertahanan RI – Malaysia awalnya
berdasarkan referensi Security Arrangement (SA) 1972 kemudian karena
kegiatan kerjasama yang dilaksana kan sudah semakin berkembang dan
substansinya sudah banyak berubah yang semula antara lain untuk
memerangi musuh bersama ancaman komunis di wilayah perbatasan
kedua negara, namun di era tahun delapanpuluhan sudah tidak terdapat
lagi ancaman komunis di wilayah perbatasan seperti pada era tahun
tujuhpuluhan, sehingga dilaksana kan revisi SA 72 menjadi SA 84 yang
pelaksanaannya dikoordinir oleh sekretariat GBC kedua negara dapat
diselesaikan pada tahun 1984. Sejak tahun 2002 Kerjasama bidang
pertahanan RI-Malaysia tidak hanya dilaksanakan di wilayah perbatasan
kedua negara saja, sehingga SA 84 pun dipertimbang kan tidak sesuai
lagi dipergunakan sebagai referensi, sehingga perlu direvisi, saat ini
proses revisi sedang berlangsung dimana pihak Indonesia diwakili
Kemhan RI dan Mabes TNI (sekretariat Satker terkait). Dimulai pada
tanggal 25 Agustus 2005 forum GBC dipimpin oleh kedua Menteri
Pertahanan dan pertemuan tersebut yang semula dilaksanakan setiap
tahun di mundurkan menjadi dua tahun sekali, sedangkan untuk kedua
Panglima AB di wadahi dalam forum HLC (High Level Committe),
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
beserta beberapa suborganisasi turunan dibawahnya yang mewadahi
kerjasama kedua AB yang sudah bersifat teknis.
Pada saat terjadi friksi antara kedua aparat keamanan IndonesiaMalaysia di perairan karang Unarang, laut Sulawesi beberapa tahun yang
lalu dimana situasi politik dimasing-masing negara saat itu juga
cenderung memanas, khususnya di Indonesia. Ternyata kerjasama yang
telah terjalin selama itu, khususnya ditingkat pimpinan telah dapat
meredam konflik karena komunikasi yang ada khususnya ditingkat
pengambil keputusan mampu meyakinkan aparat pelaksana di lapangan
untuk tidak melakukan tindakan sampai dengan terjadi perintah buka
tembakan (open fire), karena apabila hal tersebut terjadi akan dapat
berakibat fatal bagi hubungan kedua negara.
Kerjasama bidang pertahanan RI-Papua New Guinea /PNG dan RIRepublic Democratic Timor Leste/ RDTL yang berada di bawah forum
JBC dimana sebagai leading sector adalah Kementerian Dalam Negeri,
bidang pertahanan diwakili oleh Kemhan RI dan Mabes TNI. Dalam
kerjasama pertahanan dengan PNG dan RDTL, Indonesia akan lebih
banyak memberikan asistensi dan bantuan mengingat kondisi sosial
ekonomi kedua negara tersebut relatif berada di bawah Indonesia. Hal
yang sama berlaku pada kerjasama pertahanan antara RI-Amerika
Serikat dimana Amerika akan lebih banyak memberikan bantuan dan
asistensi kepada Indonesia, antara lain pada bantuan pelatihan maupun
melengkapi peralatan TNI diantaranya: Penggelaran sistem Radar pantai
Integrated Maritime Surveilance System (IMSS) di sepanjang selat
Malaka dan Laut Sulawesi serta beberapa program perbaikan/
pemeliharaan Alutsista TNI. Kerjasama pertahanan dengan PNG dan
RDTL memberikan kesempat an dan peluang bagi Indonesia untuk
promosi industri pertahanan dan produksi nasional yang telah mampu
memberikan dukungan kepada AB Indonesia. DCA antara RI-PNG
sudah ditandatangani kedua Menhan pada tanggal 12 Maret 2010, pada
saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Port Moresby
selanjutnya diteruskan dengan proses ratifikasi melalui DPR RI,
sedangkan antara RI-RDTL masih belum mengarah ke penanda tangaan
DCA baru dimulai pada kunjungan antar Pejabat militer, kelanjutan
persetujuan Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) antara lain
rencana pemindahan 13 lokasi Taman Makam Pahlawan Indonesia yang
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
berada di RDTL7, beberapa program pelatihan bagi personel AB dan
rencana kerjasama antara pasukan penjaga wilayah perbatasan kedua
negara.
Kerjasama bidang pertahanan RI-India. DCA antara RI-India sudah
ditandatangani oleh kedua Menhan di Jakarta pada tanggal 11 Januari
2001, berikut perjanjian kerjasama tersebut juga sudah diratifikasi
sebagai UU Nomor 21 tahun 2006. Pada implementasinya di lapangan
sudah dilaksanakan baik Mabes TNI maupun ketiga matra, namun yang
paling intensive melaksanakan kerjasama baru dari matra laut, sedang
matra udara dan darat baru mulai melaksanakan penjajakan kerjasama.
India memiliki keunggulan dalam bidang teknologi militer dan industri
pertahanan, beberapa Alutsista produksi Barat dan Rusia sudah berhasil
diproduksi di India antara lain pesawat tempur Sukoy, kapal selam,
peluru kendali Bramos, Tank dll. Indonesia dapat meningkatkan
kerjasama bidang pertahanan dengan India dalam rangka meningkatkan
kualitas SDM dan pengembangan industri pertahanan khususnya yang
India sudah menguasai dan memproduksi dengan hasil yang sudah
diakui kualitasnya.
Kerjasama pertahanan RI-Australia. Kerjasama bidang pertahanan
dengan Australia sudah berlangsung lama dan mengalami pasang surut.
Peran partai yang berkuasa di Australia juga sangat berpengaruh
terhadap kebijakan kerjasama pertahanan yang diberlakukan, titik
terendah terjadi pada saat lepasnya Timor Timur dari Indonesia, saat itu
AB Australia sebagai pimpinan pasukan koalisi seakan-akan melupakan
kerjasama yang sebelumnya sudah terjalin dengan sangat baik, kemudian
perlahan kembali membaik. Lombok Treaty yang ditandatangai kedua
Menteri Luar Negeri pada tanggal 13 November 2006 masih digunakan
sebagai referensi bagi kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan, di
anggap setara dengan DCA. Saat ini Kemhan RI dengan melibatkan
Mabes TNI dengan counterpartnya di Australia sedang menyusun
Defence Cooperation Arrangement sebagai turunan dari Lombok Treaty.
Kementerian Pertahanan RI dan Mabes TNI setiap tahun melaksanakan
pertemuan dengan counterpart dari Australia dalam forum Indonesia
Australia Defence and Security Dialogue (IADSD) secara rutin dan
bergantian dalam lokasi penyelenggaraannya, im- plementasi kegiatan
pada ketiga matra juga sudah terprogram dan terlaksana baik, bahkan
7
Perumusan Kerjasama pertahanan RI-RDTL, Srenum TNI, Jakarta, 5 Juli 2010.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
pihak Australia mengharapkan untuk dapat meningkatkan jumlah Patkor
perbatasan yang dilaksanakan oleh Koarmatim dengan Northcomm
antara perairan utara Darwin dengan perairan wilayah timur Indonesia
(perairan NTT s/d laut Arafuru) yang saat ini sudah terlaksana satu kali
dalam setahun. Hal ini perlu dikaji secara mendalam oleh Indonesia
dengan berbagai pertimbangan mengingat tujuan utama Australia adalah
dalam rangka mencegah masuknya illegal migrant ke negara tersebut
sedangkan kepentingan nasional Indonesia antara lain mencegah illegal
fishing dan illegal activity termasuk kemungkinan pelarian simpatisan
OPM dalam rangka mencari suaka politik atau dukungan simpati
internasional melalui selat Torres dari Papua ke Australia
3. Penutup.
a. Kesimpulan.
Kepentingan Nasional di per batasan adalah menjamin ke sejahteraan
seluruh rakyat dalam menjaga keutuhan wilayahnya dan itu mutlak.
Dalam konteks pertahanan di perbatasan, maka kepentingan nasional
yang dituangkan dalam Kebijakan Pertahanan adalah mewujudkan
kondisi aman di sepanjang perbatasan antar negara, dengan jalan
terwujudnya penyelenggaraan pertahanan yang mampu menjamin upaya
pemenuhan kepentingan nasional di perbatasan. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pertahanan masing-masing negara di perbatasan
memiliki peran dan fungsi untuk mempertahankan eksistensi bangsanya
dari setiap ancaman dan gangguan dengan mengedepankan terciptanya
ke amanan dan kesejahteraan khusus nya bagi masyarakat di wilayah
perbatasan. Kerjasama bidang pertahanan di wilayah perbatasan perlu
dikembangkan sesuai skala prioritas dengan kebijakan satu pintu melalui
Kemhan RI selanjutnya ke Mabes TNI serta seyogyanya selalu
dievaluasi dan dikaji secara komprehensif inter kementerian secara ber
kesinambungan.
Ketahanan nasional perlu ditingkatkan dan dipupuk atau dibina terus
menerus berdasarkan Wawasan Nusantara melalui upaya pembangunan
nasional di segenap aspek dan dimensi kehidupan. Saling keterkaitan
antara Wawasan Nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan
nasional, menempat kan Wawasan Nusantara berfungsi sebagai
pedoman, tuntunan dan sebagai rambu-rambu pemandu bagi perwujudan
ketahanan nasional. Keterkaitan ketahanan nasional terhadap
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
pembangunan nasional, tercermin pada konsepsi ketahanan nasional
untuk menumbuhkan kondisi kehidupan nasional yang diinginkan
melalui pembangunan nasional. Makin meningkatnya intensitas pem
bangunan nasional akan meningkatkan ketahanan nasional dalam hal ini
termasuk yang berada di wilayah perbatasan negara, sebaliknya
kokohnya ketahanan nasional akan mendorong lajunya pembangunan
nasional. Secara implisit ketahanan nasional mengandung konsepsi
tentang pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
dalam segala aspek dan dimensi kehidupan nasional berdasarkan nilai
Pancasila, norma UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
b. Saran.
1) Penanganan wilayah perbatasan negara perlu ditingkatkan dan
dilaksanakan secara Komprehensif Integral Holistik dan Net Working
yang baik diantara instansi pemerintah terkait dan stake holder karena
selain sebagai beranda atau pintu masuk ke wilayah Indonesia juga
sebagai simbol kedaulatan negara.
2) TNI perlu mendorong dan membantu pemerintah untuk
mempercepat proses penetapan garis batas wilayah negara RI-negara
tetangga, sehingga kerja sama TNI dengan AB negara tetangga dapat
lebih ditingkatkan dengan kejelasan/kepastian hukum pada wilayah
perbatasan dan membangun infrastruktur di perbatasan untuk menunjang
pelaksanaan pengamanan per batasan.
3) Mempromosikan Alutsista produksi BUMNIP dan peralatan/
perlengkapan militer produksi Indonesia kepada AB negara tetangga
dalam rangka ikut serta mengembangkan dan member- dayakan
kemampuan ekonomi nasional.
4) Perlu diantisipasi penyusunan draf DCA antara RI-negara tetangga
(khususnya yang belum memiliki DCA) dengan leading sector Kemhan
RI sebagai payung hukum untuk kegiatan kerjasama bidang pertahanan,
yang disesuai kan dengan skala prioritas.
********
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dewan Pertimbangan Presiden RI, Seminar Pengelolaan Wilayah
Perbatasan, Pontianak, 7 Oktober 2010.
Dinas hidro osenografi, Mabes TNI AL, Jakarta, 2003.
Ermaya Suradinata, Alex Dinuth, Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan
Nasional, Jakarta, 2003.
Perumusan Kerjasama TNI dengan AB RDTL, Srenum TNI, Jakarta, 5
Juli 2010.
Perumusan Optimalisasi Kerjasama TNI dengan AB PNG, Srenum
TNI, Jakarta, 15 Oktober 2010.
Perumusan Optimalisasi Kerjasama TNI dengan AB Malaysia,
Srenum TNI, Jakarta, 17 Desember 2010.
Kementerian Pertahanan RI, Universitas Pertahanan, Riset &
Laboratorium Wilayah Perbatasan Negara, Jakarta, Juni 2010.
Modul Ketahanan Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.
Modul Sistem Manajemen Nasional, Lemhannas RI, Jakarta, 2011.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi terhadap
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982).
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia.
Dharma Wiratama
» Optimalisasi Kerjasama Internasional…
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda.
Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNl.
Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2010 tanggal 28 Januari
2010, tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
******
Dharma Wiratama
Kolonel Laut (P) Sulistiyanto, M.Sc NRP. 8310/P
Riwayat Pendidikan :
Dik Umum
: SD tahun 1973. SMP tahun 1976.
SMA tahun 1980. S-2 Defence and Strategic
Studies, Madras University India tahun 1998.
Dik Militer
: AAL-29 tahun 1980-1984. Van Speykklase Fregatten
Course tahun 1986. Long ASW Course, India TA. 1989/ 1990. TAR Amdal
Mabes TNI AL tahun 1992. Diklapa-II/ Koum Angk-6 TA. 1992/ 1993.
DSSC India (Sesko ) TA. 1996/ 1997. Maritime Studies, Australia tahun
1998. Sus Intelstrat Tk. I TA 2002. Sus Athan RI Angk-6 TA 2003. Sesko
TNI Susreg XXXV TA 2008.
Riwayat Penugasan :
Ass Padiv Aks KRI Samadikun-341 Satkor Armada RI tahun 1984. Padiv
Bah KRI Lambung Mangkurat-374 Satkorarmatim tahun 1985. Pa Bah KRI
Akhmad Yani-351 Satkorarmatim tahun 1986. Padiv Nagi KRI W.Z
Yohannes-332 Satkorarmatim tahun 1989. Kadep Ops KRI Badik-623
Satkatarmatim tahun 1990. Padiv Aks KRI M.K Tiahahu-331 Satkoramatim
tahun 1990. Dan KRI Sibarau-847 Satrolarmabar tahun 1991. Pabanda
Staf/ Pabandya I Patjab/ Paban III Binkar Spers ABRI tahun 1993 – 1997
(Military Observer Unikom/ United Nation Iraq Kuwait Observation Mission
tahun 1994 – 1995). Palaksa KRI Tanjung Oisina-972 tahun 1997. Dan
KRI Amboina-503 tahun 1997 - 1999. Dan KRI Teluk Langsa-501
Satlinlamil Jakarta Kolinlamil tahun 1999 - 2002. Pabandya-3 Rahgunkuat
Ban IV Ops Sops Mabes TNI tahun 2002. Pabandya E-32 Dit “E” Bais TNI
Mabes TNI tahun 2002 - 2003. Ass Athan RI Ur Laut di Kuala Lumpur
Malaysia tahun 2003 - 2006. Aspers Pangarmabar Desember 2006-2008.
Paban VI Kersin Srenum TNI Maret 2009-2011. Sahli “A” Pangarmabar
(peserta PPRA XLVI Lemhannas RI TA 2011).
**********
» Pelajaran Berharga dari..
.
ANEKA PERISTIWA
DHARMA WIRATAMA
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Komandan Seskoal Laksamana Muda TNI Sumartono membuka secara resmi
Seminar Forum Strategi I Pasis Dikreg-49 TP 2011 dengan tema “Prediksi
Ancaman dan Penentuan Pilihan Strategi Pertahanan Negara di Laut Lima
Tahun Ke Depan”. Bumi Cipulir, 13 April 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
“Setetes Darah Anda Sangat Berarti Bagi Sesama” hikmah yang dapat
dirasakan pada kegiatan Donor Darah yang dilaksanakan dalam rangka
peringatan Paskah TNI AL Jakarta tahun 2011, Bumi Cipulir 12 April 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Kepedulian antar umat terwujud dalam kegiatan Kerja Bhakti di lingkungan
Ciangsana - Bogor dalam rangka peringatan Paskah TNI AL Jakarta tahun
2011, Bogor 15 April 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Wakil Komandan Seskoal Laksamana Pertama TNI S.M. Darodjatim
beserta Pejabat Teras Seskoal melaksanakan pemeriksaan terhadap
Kendaraan Dinas Seskoal, Bumi Cipulir 20 April 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Kebersamaan Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-49 TP 2011 dengan
Komandan Seskoal dan seluruh Personel Seskoal dalam rangkaian kegiatan
olah raga bersama serta penanaman pohon di lingkungan Seskoal.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Komandan Seskoal melaksanakan kegiatan Olah raga bersama dengan
Pasis Susjemenstra Angkatan ke-6, Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-49
dan seluruh personel Seskoal, 1 Juni 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno selaku inspektur
upacara pada upacara serah terima jabatan Komandan Seskoal. dari
Laksamana Muda TNI Sumartono kepada Laksamana Pertama TNI Arif
Rudianto, S.E.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Rangkaian kegiatan serah terima jabatan Komandan Seskoal dari
Laksamana Muda TNI Sumartono kepada Laksamana Pertama TNI Arif
Rudianto, S.E., Bumi Cipulir 6 Juni 2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Pembekalan Awal PKB Kejuangan TP 2011 Pasis Dikreg Seskoal Angkatan
ke-49 dengan tema “Dengan meningkatkan Kepemimpinan Nasional Kita
wujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa”, Bandung 9 Juni
2011.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Pertandingan Bola voli, Bulu tangkis dan tennis meja dilaksanakan dalam
rangka POR Jalasenastri 7-8 Juni 2011 di Seskoal.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
PELAJARAN BERHARGA
DARI PERISTIWA PEMBAJAKAN MV SINAR KUDUS
Oleh :
Kolonel Laut (S)
Teguh Widodo, S.E., M.Si (Han)
Pendahuluan.
Perkembangan lingkungan strategi pada abad ini menunjukan bahwa
tantangan terhadap operasi Angkatan Laut semakin dinamis dan
intensitas nya cenderung meningkat, baik ancaman yang berupa
tradisional maupun non tradisional. Sehingga tugas Angkatan Laut
secara universal menjadi sangat luas dan kompleks mulai dari jenis dan
jumlah maupun dalam jangkauan area pelibatan kekuatannya. Dimana
isu-isu tentang keamanan maritim, ke amanan energi menjadi tantangan
baru bagi TNI. TNI Angkatan Laut sebagai salah satu bagian dari
instrumen kekuatan nasional Indonesia tidak dapat lepas dari dinamika
lingkungan strategi yang demikian.
Keamanan maritim mem punyai keterkaitan erat dengan good order at
sea. Untuk mewujudkannya selain dibutuh kan kemampuan Angkatan
Laut tiap negara untuk menjaganya, diperlukan pula komitmen politik
dari tiap pemerintah untuk mengadopsi konvensi dan protokol yang
terkait dengan keamanan maritim. Seiring dengan makin meningkatnya
eskalasi ancaman terhadap keamanan maritim di perairan tertentu di
dunia, sejak 2008 sejumlah aturan hukum internasional tersebut telah
dilengkapi pula dengan perangkat politik internasional yaitu Resolusi
Dewan Keamanan PBB.
Sejak awal berdirinya NKRI perhatian penyelenggara negara sudah
diamanatkan melalui Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada
alinea keempat “bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan ke sejahteraan
umum, mencerdas kan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia”. Dari amanat tersebut dapat diartikan bahwa upaya
melindungi segenap bangsa Indonesia tidak dibatasi pada wilayah
yuridiksi nasional Indonesia, tetapi dimanapun kepentingan dan warga
negara Indonesia berada pemerintah wajib melindunginya.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Apa yang sedang disaksikan dunia saat ini yaitu maraknya
pembajakan di lepas pantai Somalia yang sudah dimulai sejak tahun
1990-an, termasuk pembajakan kapal Indonesia MV Sinar Kudus pada
tanggal 16 Maret 2011. Pembajakan tersebut telah menjadi ancaman
bagi pelayaran internasional, dan telah membuat banyak negara maritim
sibuk mengerahkan kekuatan kapal perangnya untuk mengamankan
kapal-kapal niaga yang berlayar melewati perairan Somalia dan
sekitarnya. Aksi pembajak dan perompak Somalia telah menimbulkan
kerugian ekonomi secara signifikan bagi sebahagian negara maritim di
dunia serta menimbulkan keresahan yang berkepanjangan. Untuk itulah
Angkatan Laut kembali dituntut melaksanakan tugas asasinya yang
sudah diemban sejak dulu, baik di dalam negeri maupun di luar wilayah
teritorial.
Bagi bangsa Indonesia dinamika pembebasan MV Sinar Kudus
melalui proses negosiasi sekaligus operasi militer me rupakan
pembelajaran penting yang sangat berharga agar bangsa Indonesia
kedepan lebih siap dalam menghadapi hal serupa. Penataan kembali
perangkat lunak maupun perangkat keras dalam meng hadapi
pembajakan merupakan kebutuhan yang wajar dan bersifat segera.
1. Situasi Politik Somalia.
Somalia merupakan salah satu negara gagal (failed state), yakni
negara yang diakui oleh dunia secara de jure, dimana secara hukum
negara itu ada, namun pemerintahannya tidak mampu untuk mengatur
negaranya dengan efektif. Pada kenyataannya, Somalia terbagi atas
tiga bagian:
a. Pemerintah resmi Somalia yang hanya menguasai beberapa
bagian kecil Somalia, termasuk se bagian ibu kota Mogadishu, dan
Kedutaan Besar Somalia di Indonesia mewakili pemerintah ini.
b. Somaliland, wilayah yang secara de facto sudah memisahkan
diri dari Somalia, melingkupi wi layah Utara Somalia yang
merupakan bekas jajahan Inggris. Somaliland tidak diakui secara
resmi oleh dunia, namun beberapa negara tetangga seperti Ethiopia
memiliki konsulat di ibu kota Somaliland di Hergaisa.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
c. Sisanya merupakan wilayah tanpa pemerintah, yang dikuasai
berbagai kelompok militan bersenjata, termasuk diantaranya AIShabaab, kelompok Islam ekstrimis yang diduga bekerja sama
dengan Al Qaeda. Wilayah ini meliputi Somalia bekas jajahan
Italia.
Walaupun Pemerintah Indonesia mengajak atau meminta bantuan
Pemerintah resmi Somalia di Mogadishu, pemerintah ini pun
sebetulnya tidak memiliki kemampuan untuk bertahan melawan AIShabaab, apalagi untuk mencoba membasmi kelompok bajak laut di
wilayah tersebut.
Pemerintah Somaliland yang tidak diakui dunia, mereka hanya
menjaga keamanan di wilayah perairan Somaliland sendiri. Selain itu
data terakhir menyebutkan bahwa mereka hanya memiliki delapan
kapal cepat untuk mengawasi jalur pantai sepanjang 500 NM.
Sehingga mereka tak akan bisa berbuat banyak.
Sementara itu, kelompok militan AI-Shabaab justru terlibat dalam
pembajakan untuk mendapatkan dana dalam perang saudara di Somalia.
Namun kelompok ini juga mengalami pertikaian dengan kelompokkelompok bajak laut sendiri, karena AI-Shabaab dianggap terlalu brutal
sedangkan para bajak laut biasanya cenderung menghabiskan bagian
mereka untuk bermabuk-mabukan, membeli barang keperluan mereka,
dan lain-lain.
2. Komposisi dan Strategi Bajak Laut.
Bajak-bajak laut pertama Somalia sebetulnya adalah nelayan di
sepanjang pesisir. Alasan mereka membajak karena seringnya
terjadi penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal asing
yang memanfaatkan situasi Somalia yang kacau dan tidak terpatroli
dengan baik. Mereka pun memanfaatkan kesempatan dengan banyak
membuang limbah diperairan Somalia, sehingga berimbas mematah
kan mata pencarian nelayan Somalia.
Apapun alasannya, sewaktu beberapa nelayan Somalia mampu
menyandera kapal-kapal asing dan mendapatkan keuntungan cukup
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
besar dari tebusan, industri pembajakan berkembang secara drastis.
Dalam satu tahun terakhir ini, beberapa pengamat menemukan
perubahan dari sikap para bajak laut. Mereka tidak lagi menahan
diri, tetapi mengguna kan kekerasan kepada para tawanan sebagai
jalan akhir.
Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya, seperti
semakin banyaknya kapal-kapal perang Amerika Serikat dan negaranegara Eropa yang berpatroli dan mempersulit usaha pembajakan
kapal. Disamping itu kapal-kapal asing mulai menghindari perairan
Somalia, sehingga para bajak laut pun semakin meluaskan daerah
serangan mereka. Hal ini menyebabkan tindakan mereka pun semakin
brutal, karena situasi yang keras menyebabkan sikap yang keras juga.
Di sisi lain, yang terjadi adalah faktor regenerasi, akibat banyaknya
patroli dan semakin jauhnya perairan Somalia menyebabkan kenaikan
jumlah bajak laut yang tetangkap patroli dan banyak bajak laut tua
memutuskan untuk mengundurkan diri karena situasi yang semakin
sulit dan menyerahkan komando kepada anak-anak muda. Mereka
tidak berpengalaman, secara mental merekapun belum cukup matang
sehingga melihat bajak laut bukan sebagai cara untuk bertahan hidup,
namun sebagai cara menjadi kaya. Hal ini terlihat dalam negosiasi
yang berlangsung antara AS dengan bajak laut untuk membebaskan
empat warga AS yang tertangkap.
Ada beberapa versi tentang peristiwa ini, namun yang pasti adalah
kapal AS menahan dua orang utusan bajak laut yang dianggap tidak
berunding dengan serius dan mengabarkan kepada beberapa bajak
laut yang lain untuk mengirimkan orang yang memang mampu
berunding. Di kapal terjadi keributan antara anak-anak muda yang
ketakutan dengan tentara AS dan mau menyerah, sementara yang lain
ingin terus mencoba bertahan dan terjadi baku tembak yang berujung
dengan tewasnya empat sandera tersebut.
Bagi bajak laut yang berpengalaman, membunuh tawanan adalah
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
ide buruk, karena mereka seakan-akan memutuskan jalur keluar
mereka sendiri dan menyebab kan negara-negara yang dirugikan
semakin agresif. Namun untuk anak-anak muda, mereka ingin kaya
dan menganggap sebagai suatu petualangan. Hal inilah yang
memperumit usaha-usaha untuk melakukan perundingan. Golongan
tua mafia biasanya cenderung lebih hati-hati, sehingga kekerasan
terkontrol. Sementara anak-anak muda yang menjadi anggota geng
kriminal cenderung lebih beringas dan mudah panik sehingga
menyebabkan banyak terjadi tindakan kekerasan.
Karena posisi mereka semakin jauh daratan Somalia, maka para
bajak laut pun melakukan improvisasi yaitu kapal yang sudah
disandera digunakan sebagai kapal Induk untuk menjadi markas
operasi. Sementara itu, mereka pun menggunakan para sandera
sebagai tameng agar kapal tersebut tidak mudah diserang. Dengan
penggunaan kamuflase ini, maka daerah operasi pun semakin besar
dan bajak laut semakin sulit untuk dideteksi, apalagi jika kapal yang
bersangkutan tidak banyak berkomunikasi sebelum di tangkap,
misalnya karena mengangkut barang-barang illegal.
3. Aspek Legalitas.
Pemerintah Somalia di Mogadishu memiliki wewenang secara
hukum. Namun pada prakteknya, pemerintah Somalia sangat
impoten, dan tidak mampu untuk menangkap ataupun mengadili
para perompak. Pemerintah Somaliland sendiri hanya tertarik untuk
mengurusi bajak laut di wilayah mereka, bukan di wilayah Somalia
Selatan.
Mengingat para bajak laut biasa bersarang di wilayah tak
bertuan, maka yang mampu mempengaruhi sikap mereka hanyalah
ketua-ketua klan/suku di sana, orang-orang yang dianggap dituakan.
Namun, setelah terjadinya regenerasi, para ketua tersebut pun tidak
lagi memiliki banyak pengaruh, meski mereka dapat dijadikan
sebagai mediator.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Negara-negara yang men coba menyelesaikan masalah bajak
laut pun akhirnya bertindak sendiri-sendiri, sesuai kebijakan mereka.
Negara-negara Eropa, misalnya, setelah mereka menangkap bajak
laut, langsung melepaskan-nya lagi. Alasannya mereka khawatir jika
para bajak laut itu dibawa untuk diadili di Eropa, mereka akan
meminta suaka politik.
Selain itu, hal yang sulit adalah asas pembuktian, bahwa para bajak
laut itu terbukti melakukan kejahatan di tengah laut. Jika mereka
tertangkap sebelum berhasil menyandera kapal, mereka biasanya
melemparkan senjata ke laut, dan mengaku bahwa mereka hanya
nelayan. Tak ada bukti bahwa mereka akan merampok kapal,
walaupun mereka memiliki radio penyadap dan GPS untuk
menentukan posisi.
Jika negara-negara Eropa tersebut berkeinginan untuk menyeret para
bajak laut ke pengadilan, maka biasanya mereka diadili di Mombasa,
Kenya, Hergaisa, atau Somaliland. Namun Somaliland biasanya
menolak, hanya mau mengadili bajak laut yang berasal dari Somaliland,
sedangkan pengadilan di Mombasa sudah sangat penuh dan Kenya pun
pada bulan April 2010 menolak kasus baru, karena tidak mau menjadi
tempat penampungan bajak laut. Pengadilan di Mogadishu tidak bisa
diandalkan, mengingat bahwa mereka sangat kekurangan biaya untuk
penjara, pengadilan, dan penjagaan para bajak laut tersebut.
Rusia yang tidak peduli dengan HAM, memutuskan untuk langsung
membunuh para pembajak dan melempar kan mayatnya ke laut.
Namun, jika hal ini terekspos, maka bisa menjadi masalah baru
pelanggar an HAM.
Dewan Keamanan Perserikat an Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan
terbentuknya peng adilan, penjara, dan perangkat hukum khusus untuk
menindak para perompak asal Somalia. Keputusan dewan itu diambil
dalam sidang di New York, Senin 11 April 2011 "Mempertimbangkan
kebutuhan untuk meningkatkan aksi melawan perompakan, memutus kan
untuk segera mem pertimbangkan terbentuknya pengadilan khusus di
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Somalia untuk mengadili para perompak, baik yang berada di Somalia
maupun di kawasan sekitarnya".
Dalam resolusi-resolusi se belumnya, Dewan Keamanan PBB juga
merestui semua negara dan organisasi yang berkepentingan untuk masuk
ke perairan teritorial Somalia dan "menggunakan cara-cara yang
dibutuhkan" untuk memerangi perompakan, termasuk mengerah kan
kekuatan militer. Mereka juga diperbolehkan menindak para perompak
yang berada di perairan Somalia.
Dubes Somalia untuk Indonesia menyampaikan bahwa permasalahan
eksistensi pe rompak jangan dibesar-besarkan, karena menyebabkan
mereka kian tinggi nilai tawarnya. Selain itu, Dubes juga meminta
Indonesia tegas, kalau perlu melakukan aksi militer dengan menggelar
operasi militer untuk membebaskan para sandera. Hal ini diungkapkan
Duta Besar Somalia Mohamud Onow Barow kepada Ketua Umum Partai
Golkar Aburizal Bakrie saat bertemu di Jakarta, Selasa sore, 12 April
2011.
4. Pilihan Indonesia.
Pilihan Indonesia dalam usaha pembebasan kapal MV Sinar Kudus
sering dianggap setara dengan usaha pembebasan pesawat Garuda
(Woyla) di Bangkok pada 1981, Pembebasan Kapal Tanker MT Bunga
Laurel Malaysia, dan juga kasus serupa yang menimpa Kapal Samho
Jewelery Korsel. Namun, ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu
diingat:
a. Kasus Woyla sangat mungkin dilakukan karena Thailand
merupakan negara sahabat yang dapat diandal kan untuk memberikan
bantuan. Jumlah pembajak serta persenjataan relatif terbatas
serta dalam lokasi yang terbatas, sehingga relatif mudah untuk
dilakukan pembebasan sandera.
b. Pembebasan kapal Malaysia dan kapal Korea dapat
dilakukan dengan mudah karena saat dibajak kapal berada di
laut Internasional (cenderung dekat dengan perairan Oman)
dengan kekuatan personel dan persenjataan pembajak relatif
terbatas serta dilakukan dengan serangan yang cepat.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
c. Sejak tanggal 16 Maret 2011 KM Sinar Kudus sudah
dikuasai pembajak 100 %. Posisi terakhir MV Sinar Kudus TW
04.18.06.00 berada di 6°35‟00”N – 49°12‟0.00”E (lego jangkar
di perairan Somalia jarak Pantai terdekat 4 km) sehingga
termasuk dalam wilayah laut teritorial Somalia dan diperkirakan
sandera sudah ditempatkan terpecah men jadi beberapa
kelompok. Hal ini merupakan pilihan sulit bagi pemerintah
Indonesia untuk melakukan satu opsi yaitu pembebasan dengan
cara operasi militer.
d. Kondisi lain yang tidak mendukung dilakukannya operasi
pembebasan adalah minimnya data kekuatan riil para pembajak,
baik dari segi jumlah maupun persenjataan, serta kemampu an
kontra intelijen mereka yang sudah disebar di berbagai wilayah,
baik di Indonesia, Mesir bahkan negara-negara Arab di sekitarnya.
e. Jika Indonesia memutus kan untuk membayar tebusan, maka
tindakan tersebut mengandung sebuah political cost yang tidak
kecil, dan akan menjadi negara yang paling diincar oleh para
pembajak.
Hal itu akan diterjemahkan sebagai cerminan
kelemahan sikap dan wibawa Indonesia tidak saja di mata
pembajak, tetapi di seluruh dunia.
f. Secara politis, jika Indonesia mampu melakukan usaha
pembebasan dengan korban minimal, maka pemerintahan dan juga
martabat TNI akan meningkat secara drastis. Namun jika operasi
gagal, apalagi setelah dalam beberapa hari ini media massa dipenuhi
"para ahli" yang menyatakan mudah saja untuk membebaskan
sandera, maka pukulan untuk reputasi Pemerintah dan TNI akan
sangat besar.
5. Negosiasi atau operasi militer ?
Sebuah Negara biasanya hanya memilih satu pilihan. Misalnya,
negara-negara barat dan Singapura menolak untuk melakukan negosiasi
dan menyatakan bahwa itu urusan maskapai pelayaran. Hal ini dilakukan
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
untuk mencegah tekanan politik dalam negeri yang justru akan
memperkeruh negosiasi. Tekanan politik di dalam negeri akan
dimanfaatkan oleh para pembajak untuk menaikan harga tebusan. Tidak
mengherankan kalau proses negosiasi biasanya berlangsung berbulanbulan.
Pemerintah Indonesia memilih opsi kedua-duanya proses negosiasi
berjalan, operasi militer disiapkan. Konsekwensi dari pemilihan kedua
opsi maka pemerintah membuka diri untuk mendapat tekanan publik.
Opsi yang diambil pemerintah Indonesia, dijadikan posisi tawar bagi
para pembajak untuk menaikan jumlah tebusan sementara publik
utamanya keluarga korban terus menuntut pembebasan para ABK MV
Sinar Kudus.
Perkembangan di lapangan ternyata tidak semudah yang diprediksi,
bila hanya dilakukan negosiasi tanpa dibayang-bayangi oleh kapal
perang Indonesia, sudah dapat dipastikan upaya pembebasan MV Sinar
Kudus beserta ABK nya tidak akan berhasil sempurna.
Tidak ada jaminan begitu dilakukan negosiasi, dapat dipastikan akan
dilepas dengan selamat. Terbukti setelah dibayar tebusan, ada pihak
pembajak dari kelompok lain yang mencoba untuk membajak lagi. Atas
kesigapan pasukan yang tergabung dalam Satgas Merah Putih, para
“pembajak baru” dapat dilumpuhkan dan MV Sinar Kudus beserta ABK
nya dapat diselamatkan.
6. Pelajaran berharga.
a. Intelijen.
Keberhasilan sebuah operasi militer salah satunya didukung data
intelijen yang lengkap dan akurat. Langkah awal adalah melakukan
kegiatan intelijen untuk mengetahui secara pasti posisi kapal saat
dibajak, komposisi dan kekuatan pembajak sebagai bahan dalam
mengambil langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi
pembajakan. Kegiatan intelijen sangat ditentukan oleh kerahasiaan,
kecepatan dan pendadakan.
Pada kenyataannya di lapangan tahapan-tahapan intelijen tidak
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
berjalan dengan semestinya. Terbukti pembebasan MV Sinar Kudus
dilaksanakan melalui proses secara paralel untuk mencari informasi
tentang pembajak, pada saat yang sama dirancang operasi militer.
Dengan data yang sangat minim tentang kekuatan pembajak,
akhirnya pemerintah memutuskan untuk melakukan negosiasi
sekaligus operasi militer. Konsekwensi dengan pilihan dua opsi
mengakibatkan pemerintah mengeluarkan biaya yang sangat besar.
b. Kesiapan Alut Sista.
Operasi militer untuk menyelamatkan para awak kapal dan kapal
MV Sinar Kudus yang dijalankan TNI sebenarnya dirancang untuk
menghadang dan merebut kapal MV Sinar Kudus ketika masih
berada di tengah laut perairan internasional, namun kapal MV Sinar
Kudus sudah terlebih dahulu merapat di pantai Somalia sebelum dua
KRI mampu mengejarnya.
Peristiwa ini hendaknya menjadi
pelajaran bagi pemerintah Indonesia dan para petinggi militer, bahwa
Angkatan Laut Indonesia tidak mempunyai kapal perang jenis
penjelajah terutama kelas fregate berkecepatan tinggi, dua KRI yang
dikirim adalah kapal kelas Van Speijk (Leander Class) dengan fungsi
asasi memburu kapal selam yang dilengkapi kemampuan anti
peperangan udara dan permukaan sehingga ke cepatan jelajahnya
hanya berkisar di kecepatan 18 knot. Untuk itu Indonesia perlu
membangun kekuatan laut yang diperlengkapi dengan kapal perang
kelas fregate berkecepatan tinggi, yang mempunyai kemampu an
jelajah di atas 20 knot, agar mampu bereaksi lebih cepat dalam
menghadapi ancaman khususnya yang berada di luar wilayah NKRI.
c. Kurangnya kontrol media.
Strategi pembajak dalam memuluskan negosiasi dengan pemilik
kapal adalah upaya para pembajak untuk menekan pemerintah dalam
mendorong proses negosiasi antara pembajak dengan pemilik kapal.
Upaya tersebut dilakukan dengan memanfaat kan media masa di
dalam negeri untuk memberitakan tentang pembajakan.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Dengan adanya pemberita an secara terus menerus maka daya tawar
pembajak menjadi naik dan pencapaian kesepakatan menjadi lebih
alot, disamping itu kebebasan media masa yang cenderung sangat
liberal, mampu me nekan pemerintah Indonesia.
Kebebasan
mengeksploitasi emosi pihak keluarga sandera dengan berbagai
keluhan, bahkan melakukan protes dan menekan pemerintah me
nyebabkan pemerintah tidak bisa secara efektif melakukan pilihan
negosiasi atau melakukan operasi militer.
Dengan adanya tekanan dari keluarga sandera dan publik,
menyebabkan pilihan operasi militer untuk membebaskan MV Sinar
Kudus diurungkan. Opsi negosiasi membayar tebusan menjadi pilihan
pemerintah. Hal ini di manfaatkan para pembajak untuk menaikkan
uang tebusan dan kelompok-kelompok bajak laut lainnya menganggap
remeh Indonesia.
Lambatnya pemerintah me nguasai keadaan, menyebab kan setiap
keputusan yang diambil dipertanyakan dan dikritisi di media massa.
Pada akhirnya tingkat kepercayaan masyarakat semakin berkurang
dengan menolaknya pem bebasan yang diambil secara operasi militer
dikarenakan ketidakpercayaan masyarakat bahwa tentara kita mampu
melaksanakan hal tersebut.
Pembelajaran dari kasus pembajakan MV Sinar Kudus diperlukan
kontrol media oleh pemerintah, dengan lebih menghidupkan fungsi
jumpa pers, juru bicara, dan media komunikasi pemerintah dengan
media massa lainnya. Semakin media massa dilibat kan dan diajak
bekerjasama tentang apa yang boleh atau tidak boleh dikeluarkan,
maka mereka bisa lebih bertanggung jawab.
d. Pertimbangan Politik Mengalahkan Pertimbangan Strategis.
Keputusan yang diambil berdasarkan nuansa politis yang tidak
mempertimbangkan kondisi strategis secara geopolitis ataupun di
lapangan. Hal ini terlihat dari tindakan-tindakan pemerintah semasa
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
krisis penyanderaan. Biasanya pemerintah negara-negara mengambil
hanya satu tindakan: berunding uang tebusan atau mengirimkan tim
penyelamat. Indonesia meng ambil dua-duanya, karena di satu sisi
khawatir kalau operasi penyelamatan tak akan berhasil tapi di sisi lain,
ada ketakutan diserang secara politis jika pemerintah terkesan
menyerah terhadap para bajak laut.
Jika langkah perundingan diambil, biasanya yang dilakukan
pemerintah adalah mengulur waktu, untuk mem perlihatkan bahwa
pemerintah tak terlalu menganggap hal ini penting. Pada kasus
Singapura, pemerintah dengan tegas menyatakan bahwa itu bukan
urusan pemerintah Singapura, namun urusan maskapai pelayaran itu
sendiri. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya tekanan politik
yang menyebabkan pemerintah terkesan terburu-buru untuk membayar
uang tebusan dan ujung-ujungnya dipermainkan" oleh perompak
dengan menaikkan jumlah uang tebusan.
Jika langkah penyelamatan yang diambil, maka pemerintah pun
dengan tegas menyatakan bahwa tak ada namanya perundingan
dengan perompak. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat
mengambil jalur ini, tapi dengan caveat bahwa mereka
mempersiapkan armada mereka di wilayah tersebut dan jikalau terjadi
usaha perundingan antara maskapai pelayaran dan bajak laut, campur
tangan pemerintah pun biasanya sangat minim.
e. Penataan ulang Standard Operating Procedure (SOP)
Standard Operating Procedure merupakan sebuah mekanisme
pendelegasian sebuah negara, sehingga sebuah keputusan penting
yang memerlukan tindakan secepatnya tidak harus selalu dibuat di
tingkat tertinggi, mengingat pada umumnya pengambilan keputusan di
tingkat atas akan memakan waktu terlalu lama.
Seorang komandan KRI, jika menghadapi ancaman atau masalah
di lapangan, diberikan wewenang dan kebebasan secara penuh untuk
bertindak, selama sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam SOP.
Misalnya, komandan kapal perang milik Korea Selatan dan Malaysia
diberi kebebasan untuk mengambil beberapa tindakan tertentu setelah
terjadi pembajakan, seperti tindakan pengejaran tanpa lagi menunggu
perintah.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Walaupun pada akhirnya usaha pembebasan tetap perlu
mendapatkan lampu hijau dari para petinggi, namun berkat flexibilitas
yang dimiliki komandan kapal, maka begitu perintah diberikan, semua
elemen sudah berada pada posisi dan tak ada waktu yang terbuang.
Pengambilan kebijakan di Indonesia terlalu terpusat sehingga begitu
kapal dibajak, kelihatannya seluruh birokrasi mengalami
kebekuan/para lysis. Tak ada yang berinisiatif untuk langsung
menyiapkan operasi penyelamatan atau pengejaran.
Terlihat juga di sini keinginan untuk "better safe than sorry," bahwa
peng ambilan kebijakan langsung dilempar ke tangan Presiden, dua
hari setelah pembajakan terjadi, tidak ada satu pun yang mengambil
alih situasi, melakukan langkah-langkah pendahuluan sehingga begitu
Presiden memerintahkan operasi penyelamatan pada tanggal 22 Maret
2011, kapal sudah berada di lautan lepas mendekati para pembajak.
Akibat kebekuan ini, maka baru tanggal 30 Maret 2011, dua KRI baru
bergerak dan bergabung dengan kapal-kapal perang multi nasional
yang beroperasi di Teluk Aden.
Kebekuan yang meng akibatkan penyia-nyiaan waktu ini bisa
dihindari jika Indonesia memiliki standar operasi, di mana begitu
berita pembajakan diketahui, maka Panglima TNI
memiliki
wewenang untuk segera mengirimkan kapal ke wilayah tersebut. Jika
pada akhirnya kebijakan yang berbeda yang diambil, Panglima TNI
tak bisa disalahkan, karena keputusan yang beliau ambil sudah sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.
f. Peranan International Maritime Organisation (IMO).
Kasus pembajakan MV Sinar Kudus menjadi pembelajaran sangat
penting bagi Indonesia, dapat dijadikan pintu masuk dalam pem
benahan Strategi Keamanan Nasional.
Tertanggal 14 April 2011
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Hukum dan Perjanjian Internasional telah menerim surat dari
Sekertaris Jenderal Inter national Maritime Organi sation (IMO) yang
ditujukan kepada Menteri Perhubungan mengenai himbauan kepada
negara-negara anggota IMO untuk meningkatkan kerjasama
menangani perompak yang terjadi di perairan lepas pantai Somalia,
kawasan laut Afrika Timur dan laut Arab.
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Lebih lanjut Sekjen IMO juga telah menyampaikan upaya IMO
untuk menggalang kerjasama negara anggota IMO melalui circular
letter No. 3146 tentang responding to the scourge of piracy. Selain itu
IMO bekerjasama dengan berbagai asosiasi perkapalan internasional
juga telah menyusun sebuah dokumen rekomendasi yaitu Best
Management Practices to Deter Piracy off the Coast of Somalia and
in the Arabian Sea Area (BMP3) yang merupakan suatu dokumen
mengenai perencanaan dan operasional yang dire komendasikan
kepada seluruh industri perkapalan, termasuk operator kapal, dan
nahkoda kapal yang akan melintasi Teluk Aden dan Laut Arab.
Dengan adanya penataan terhadap BMP3 dinilai efektif dan berhasil
menghindari kapal dari ancaman perompak an dengan cara melindungi
diri sendiri. Sampai saat ini, pelaksanaan BMP3 masih kurang dari 40
% dan perlu ditingkatkan lagi karena terbukti bahwa kapal-kapal yang
saat ini berada dalam tawanan perompak tidak mengikuti BMP3
termasuk MV Sinar Kudus.
Keberadaan IMO sangat membantu pemerintah Indo nesia terutama
perusahaan pelayaran dalam meng antisipasi terjadinya pem bajakan.
Demikian pula akan memudahkan TNI khususnya TNI AL untuk
menghadapai kasus-kasus yang serupa. Pastinya, tidak ada hal yang
paling buruk dibandingkan dengan kegagalan belajar dari pengalaman
atau peristiwa yang telah terjadi.***
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
Daftar Pustaka
Articles:
Colin Freeman, "Return to Somalia's pirate coast," The Telegraph,
October 18, 2009.
-----, "Somali pirates on trial in Holland," The Telegraph, June 13,
2010.
-----, "Somali Pirates Raise Ransom Stakes," The Telegraph, April 10,
2011.
Mary Harper, "Life in Somalia's Pirate Town," BBC, September 18,
2008.
Mike Pflanz, "How the Chandlers' Release Could Spur Somali Pirate
Kidnappings," Christian Science Monitor, November 15, 2010.
Richard Weitz, "Countering the Somali Pirates: Harmonizing the
International Response," Journal of Strategic Security, 2(3), 2009, 1-12.
Scott Baldauf, "Pirates, Inc.: Inside the booming Somali business,"
Christian Science Monitor, May 31, 2009.
-----,"Why did Somali Pirates Kill Four American Yachters?"
Christian Science Monitor, February 22, 2011.
International Maritime Organisation (IMO), Circular letter No.3146 ,
“Responding to the scourge of piracy”.
Book:
Verkantesh, Sudhir, Gang Leader for a Day (New York: Penguin
Press, 2008).
-o0o-
Dharma Wiratama
» Pelajaran Berharga dari..
.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA
NRP
PANGKAT
TEMPAT / TGL. LAHIR
AGAMA
JABATAN
: TEGUH WIDODO, S.E, M.Si (Han)
: 8696/P
: KOLONEL
: BANDUNG, 30 MARET 1963
: ISLAM
: KASETUMAL
PENDIDIKAN UMUM :
SD
SMP
SMA
TH.1975
TH.1979
TH.1982
S1
S2
FE/MANAJEMEN
UNHAN
PENDIDIKAN MILITER :
AAL ANGK-31
DIKLAPA-II/BANPUR ANGK-10
DIKSPESPA ADM ANGK-3
SESKOAL ANGK-37
TH.1986
TA.1996/1997
TA.1988/1989
TA.1999/2000
KURSUS :
SUSPAJA
TA. 1986
SUSPABUK ABRI ANGK-21
TA. 1993/1994
SUSPAMEN POMAL
TA. 2002
SUSOPSGAB SESKO TNI
TA. 2003
EXECUTIVE PROGRAM IN DEFENSE DECISION MAKING,
NAVAL POSTGRADUATE SCHOOL (NPS), MONTEREY,CA 2010
RIWAYAT PANGKAT :
02-09-1986 LETDA
01-10-1989 LETTU
01-10-1992 KAPTEN
01-10-1997 MAYOR
01-10-2001 LETKOL
01-10-2006 KOLONEL
RIWAYAT JABATAN :
01-10-1986 DPB KRI RLI (RATULANGI-400)
16-01-1987 ASS KADEP MINLOG KRI KDA (KI HAJAR DEWANTARA-364)
17-11-1987 KADEP MINLOG KRI TBT (TELUKBANTEN-516)
01-06-1990 KADEPLOG KRI KRS (KERIS-624)
15-05-1992 PEKAS LANAL PTK
15-02-1994 PEKAS LANAL TPI
01-06-2000 PEKAS BRIGIF-2 MARINIR
01-03-2001 PEKAS MAKO KOLINLAMIL
15-03-2002 KADEPDIK PUSDIKBANMIN KODIKAL
15-12-2003 KASI TABPLIN KPR DISKUAL
20-12-2005 KADISKU KOLINLAMIL
20-06-2006 KOORSPRI KASAL
16-11-2007 DAN LANAL BENOA
07-08-2008 SAHLI PANG "D" JEMEN KOARMATIM
08-06-2009 SAHLI KASAL BID SUMDA HANNEG
24-09-2009 SAHLI PANG "D" JEMEN KOARMABAR
30-03-2011 KASETUMAL
-----o0o----Dharma Wiratama
TH.2003
TH.2010
» Daftar Isi
KONSEPSI BINTER
DALAM RANGKA PEMULIHAN KEAMANAN DI DAERAH
RAWAN KONFLIK
Oleh :
Letkol Marinir
Baedhowi Oktafidia
1. Umum.
a. Fungsi pembinaan teritorial pada hakekatnya adalah fungsi
pembinaan potensi nasional di daerah untuk didayagunakan guna
mendukung upaya pertahanan negara. Selanjutnya sistem pertahanan
yang bersifat semesta tersebut melibatkan seluruh warga negara, wilayah
dan sumdanas lainnya yang dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.
b. Paradigma baru peran TNI yaitu cara cara pandang yang mendasari
seluruh gerak dan langkah TNI saat ini yang dasar terbentuknya adalah
hasil dari pemahaman TNI terhadap lingkungan eksternal dan internal
yang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pergeseran-pergeseran
yang terjadi saat ini bukan lagi pada pendekatan ideologis tetapi kepada
pendekatan ekonomi dan politik.
c. Keadaan keamanan negara kita sejak bergulirnya reformasi telah
membawa perubahan besar pada kebebasan individu dan kelompok
dalam mengekspresi kan hak-haknya yang terkadang justru mengarah
pada rusaknya tatanan kebangsaan, jiwa persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Kebebasan tersebut ternyata memicu munculnya daerah-daerah
rawan konflik baru, sehingga peran binter dalam memulihkan keamanan
di daerah rawan konflik menjadi sangat signifikan agar keutuhan dan
keselamatan bangsa tetap terjaga.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
2. Binter Di Era Reformasi.
Reformasi telah membawa perubahan besar dalam tata kehidupan
masyarakat dan politik negara Indonesia. Beberapa hal yang dapat
dikemukakan sebagai contoh nyata pelaksanaan binter di era reformasi
saat ini adalah :
a. Nuansa dan sikap anti militeristik sangat jelas sekali muncul di
kalangan kampus. Keadaan tersebut terlihat ketika para mahasisiwa (
dari kelompok tertentu ) melakukan kegiatan demonstrasi. Sikap
penentangan terhadap dominasi militer demikian kental sehingga dalam
beberapa kegiatan demonstrasi atau unjuk rasa, seringkali mereka berani
bentrok fisik dengan aparat keamanan untuk memaksakan keinginannya.
Demokrasi dengan nuansa anti militer yang dilakukan oleh kelompok
akademisi ini tentunya secara tidak langsung berimbas pada sikap
masyarakat terhadap aparat keamanan khususnya TNI. Sebagian
masyarakat memihak kelompok mahasiswa tanpa tahu duduk
permasalahan sebenarnya. Meski TNI telah melakukan tindakan nyata
dengan menghapus Dwi Fungsi dan lebih terfokus pada fungsi
pertahanan namun upaya tersebut dinilai masih belum cukup. Hal ini
jelas merupakan pertanda bahwa sosialisasi paradigma baru peran TNI
kurang dipahami oleh sebagian masyarakat utamanya dikalangan
mahasiswa..
b. Gagasan pembubaran Komando Teritorial mendapat tanggapan
beragam dari seluruh elemen bangsa. Pendapat saling silang termasuk
didalam tubuh TNI sendiri bermunculan antara yang mendukung
pembubaran dan sebaliknya menginginkan dipertahankanya Komando
Teritorial. Kontroversi pendapat itu akhirnya perlahan-lahan menghilang,
sementara itu konsistensi TNI untuk tetap mempertahankan Komando
Teritorial mulai mendapat dukungan.
Apalagi dengan munculnya
gejolak-gejolak di beberapa daerah yang secara serius mengancam
keutuhan dan integritas bangsa. Disinilah sebenarnya peluang dan
kesempatan bagi TNI untuk menunjukkan bahwa peran binter akan
sangat berguna dalam mengatasi persoalan yang timbul.
3. Penyimpangan Binter di Daerah Rawan Konflik.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa satuan-satuan teritorial
seolah telah “kebablasan” dalam meng aktualisasikan perannya. Halhal yang terlihat dalam potret negatif realita keadaan tersebut ternyata
tetap terjadi meskipun di daerah rawan konflik, antara lain adalah :
a. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum
disatuan-satuan teritorial semakin memojokkan peran dan fungsi institusi
tersebut. Kebobrokan mental itu seringkali terlihat didepan mata
masyarakat yang secara langsung memberikan opininya terhadap
perilaku prajurit TNI secara keseluruhan. Hal tersebut yang meng
akibatkan penilaian secara umum terhadap kinerja TNI menjadi kontra
produktif dalam membangun jiwa kemanunggalan nya dengan rakyat.
Di kalangan intern TNI sendiri bukan hal yang mengherankan apabila
banyak prajurit yang berkeinginan bertugas di satuan kewilayahan
dengan harapan memperoleh keuntungan finansial. Situasi ini terjadi
karena lebih terbukanya peluang bagi prajurit di satuan teritorial yang
langsung berinteraksi dengan orang-orang di luar institusi TNI yang
memiliki kepentingan bisnis atau usaha dengan memanfaatkan keberada
an prajurit TNI. Kesejahteraan prajurit yang terbatas dihadapkan
dengan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan secara cepat akan
mempengaruhi sikap mental prajurit dan akhirnya bersedia berbuat apa
saja asal bisa memperoleh kesejahteraan.
b. Di daerah-daerah rawan konflik, dimana aparat dari berbagai
kesatuan yang didatangkan dari daerah lain mencari keuntungan materi
dalam pelibatannya di daerah tersebut. Satuan kewilayahan sendiri
seringkali tidak mampu bertindak karena jangkauan wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya begitu luas, kemampuan dan jumlah
personil terbatas. Aksi-aksi pemerasan, pungli, kerjasama illegal,
backing orang-orang tertentu dan tempat terlarang hingga tindak
kekerasan adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang sering dilakukan oleh
prajurit TNI saat bertugas di daerah rawan konflik.
Keadaan ini
seringkali tidak mampu di cegah oleh Komandan Satuannya sendiri yang
kadangkala justru ikut berperan serta dalam aksi tersebut. Keadaan
demikian tentunya sangat menyulitkan bagi upaya membangun
dukungan rakyat sebagai salah satu persyaratan tercapainya sasaran
binter.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Binter.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
a. Pengaruh Eksternal.
Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap peran binter pada saat ini adalah :
1) Krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak negara mengalami
tekanan yang luar biasa termasuk dukungan anggaran untuk pertahanan
negara.
2) Kebebasan pers yang kurang bertanggung jawab turut mempengaruhi
opini sebagian masyarakat yang memojokkan peran/posisi TNI.
3) Situasi politik negara yang diwarnai perseteruan elit-elit politik pasca
jatuhnya orde baru mengakibatkan penilaian negatif dan lemahnya
dukungan masyarakat terhadap peran TNI.
b. Pengaruh Internal. Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap
peran binter pada saat ini adalah :
1) Masih kurangnya pembinaan personil di satuan teritorial dalam
pemahaman dan aktualisasi binter.
2) Masih kurangnya pengetahu an prajurit tentang pembinaan teritorial
dihadapkan pada perkembangan masyarakat yang semakin kritis.
3) Masih belum dipahaminya fungsi dan peran binter di kalangan
prajurit.
4) Masih kurangnya sosialisasi tentang pelaksanaan reformasi TNI.
5. Binter yang Diharapkan.
Yang menjadi harapan bagi terciptanya peluang binter pada saat ini
adalah :
a. Terciptanya fungsi teritorial dengan penataan peran yang terarah,
transparan, dan mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat.
b. Tersedianya dukungan anggaran negara yang ideal bagi pelaksanaan
operasi territorial di daerah rawan konflik.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
c. Terciptanya fungsi Pembina an potensi nasional di daerah untuk di
daya gunakan dalam mendukung upaya pertahanan negara.
d. Terbentuknya sebuah organi sasi fungsional dan struktural di
pemerintahan yang mampu melaksanakan fungsi sesuai kewenangannya
agar masing-masing daerah memiliki kemandirian dalam menangkal
segala bentuk ancaman yang timbul.
6. Konsep Strategi Pembinaan Teritorial Pada Daerah Rawan
Konflik.
a. Pengelolaan Pertahanan Negara.
1) Kewenangan dalam penge lolaan Pertahanan negara ditentukan oleh
DPR dan Pemerintah melalui kebijakan dan strategi nasional. Wilayah
Nasional terbagi habis ke dalam wilayah-wilayah daerah, maka semua
sumber daya nasional yang ada di daerah berada dibawah kewenangan
Kepala Daerah. Namun dalam kewenangan fungsi supervisi, koordinasi
dan sinkronisasi pemberdayaan wilayah dan sumber daya nasional untuk
kepentingan pertahanan, dapat
dilaksanakan oleh Kementrian
Pertahanan.
2) Pemahaman tataran kewenangan pengelolaan pertahanan negara
mengacu pada UU Pertahanan Negara yang substansinya sebagai berikut
:
a) Pengelolaan pertahanan negara merupakan bagian dari fungsi
pemerintahan dan mengalir dari kewenangan Presiden selaku Kepala
Pemerintahan dan Kepala Negara.
b) Wilayah Indonesia yang merupakan satu kesatuan wilayah /daerah
dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan
memperhati kan hak masyarakat dan peraturan perundang-undangan.
c) Pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan Pertahanan
Negara tidak hanya dikoordinasikan oleh Kementrian Pertahanan saja,
melainkan dilakukan secara nasional untuk kepentingan nasional.
3) Pengelolaan pertahanan negara pada dasarnya dilakukan secara
nasional dan ditujukan untuk menjamin serta mendukung kepentingan
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
nasional dan semua kebijakan nasional bangsa Indonesia. Bagi bangsa
Indonesia, hakekat pertahanan negara didasarkan kesadaran akan
tanggungjawab tentang hak dan kewajiban warga negara serta
berdasarkan keyakinan akan kekuatan sendiri, keyakinan akan
kemenangan dan tidak mengenal menyerah.
Penyelenggaraannya
disusun dengan mendayagunakan sumber daya nasional secara
menyeluruh, terpadu, terarah, adil dan merata.
b. Konsep strategi.
Konsep strategi binter dilaksanakan pada dasarnya diarahkan pada
keadaan dimana keputusan politik menyatakan negara dalam keadaan
darurat. Namun demikian beberapa daerah rawan konflik seperti Aceh,
Poso, Kalimantan Barat dan Papua tidak ditetapkan dalam keadaan
darurat sehingga konsepsi binter harus mampu menjangkau daerahdaerah rawan konflik tersebut.
1) Strategi Binter yang perlu dirumuskan adalah sbb:
a) Menciptakan harmonisasi hubungan TNI dan rakyat dengan pola
hubungan mutual trust dan mutual respect.
b) Menciptakan kesadaran yang tinggi akan rasa persatuan dan kesatuan
dengan tetap menghormati keberagaman sebagai karunia terbesar Tuhan
Yang Maha Esa.
c) Membuka peluang bagi pengembangan kreasi, inovasi dan karya
melalui kerjasama dengan Kementrian / instansi terkait.
d) Menciptakan sinergi kekuat an yang kompak dan harmonis antara
semua elemen masyarakat (pemuda, akademisi, tokoh agama, tokoh
adat/masyarakat) dengan aparat keamanan untuk menciptakan daya
tangkal yang kuat.
e) Menciptakan kebanggaan dan rasa percaya yang tinggi dari rakyat
terhadap langkah-langkah yang dilakukan TNI dalam mengayomi dan
memberi rasa aman.
f) Menciptakan
ketersediaan
dukungan
logistik
yang
berkesinambungan pada daerah-daerah penyangga yang dipersiapkan.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
2) Indikator keberhasilan Binter.
a) Terciptanya kemanungalan
menguntungkan.
TNI
–
Rakyat
yang
saling
b) Adanya rasa persatuan dan kesatuan yang kompak.
c) Adanya daya tangkal yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.
d) Terciptanya rasa aman di masyarakat.
e) Tersedianya dukungan logistik yang cukup.
3) Subyek.
a) Pemerintah / Instansi terkait.
b) Mabes TNI dan Angkatan.
c) Kotama TNI dan seluruh satuan kewilayahan TNI.
d) Satgas-satgas TNI yang beroperasi.
4) Obyek.
a) Seluruh elemen mayarakat.
b) Prajurit TNI.
5) Metode.
a) Edukasi.
Dengan memberikan pelatih an yang bersifat peningkatan
kemampuan dan pengetahuan ttg pentingnya arti bela negara bagi
masyarakat dan peran dan fungsi Binter bagi prajurit TNI.
b) Ceramah, Seminar, Diskusi.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Sebagai langkah me masyarakatkan kebijakan TNI yang perlu
diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
c) Penegakan hukum.
Dilakukan dalam rangka memberikan rasa keadilan dan kepercayaan
kepada masyarakat terhadap tindakan prajurit yang melanggar aturan.
7. Kesimpulan.
a. Eforia reformasi telah membawa bangsa Indonesia kepada suatu
keadaan dimana kontrol moral dan budaya bangsa semakin tidak
terkendali. TNI sebagai bagian dari warga negara adalah yang paling
merasakan tekanan terhadap fungsi, peran dan eksistensinya. Masamasa sulit TNI tersebut dijawab dengan reformasi internal di tubuh TNI
sekaligus melakukan introspeksi dan pembenahan pada berbagai bidang.
b. Rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa mulai tampak secara nyata
dengan munculnya daerah-daerah rawan konflik di tanah air. Keadaan
demikian diakibatkan adanya krisis multidimensi yang melanda bangsa
Indonesia dan lambatnya aksi pemerintah pusat maupun daerah terhadap
masalah-masalah mendasar di masyarakat yang butuh penyelesaian
segera.
c. Munculnya daerah-daerah rawan konflik di tanah air semakin
menjelaskan bahwa fungsi teritorial sebagai salah satu elemen
pembangun dan perekat kesatuan dan persatuan bangsa belum dapat
sepenuhnya diimplementasikan oleh aparat teritorial secara baik. Hal
inilah yang mendorong diperlukannya konsep yang mendasar dan mudah
dilakukan di lapangan bagi seluruh prajurit agar dapat meredam gejolak,
menciptakan rasa aman dan damai serta sekaligus mendorong peran serta
rakyat dalam setiap proses membangun kebersamaan.
8. Saran. Agar dalam aktualisasi peran pembinaan territorial dapat
dilaksanakan secara terarah, tepat sasaran dan berdaya guna maka
disarankan hal-hal sebagai berikut :
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
a. Meningkatkan anggaran binter seluruh matra yang diarahkan pada
pembinaan wilayah setingkat desa selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi wilayah yang lebih luas, untuk dijadikan contoh melalui
pembinaan secara khusus bagi wilayah lain disekitarnya pada daerah
rawan konflik.
b. Memantapkan dan men sinkronisasikan rencana program kegiatan
binter selaras dengan rencana pembangunan dari pemerintah daerah
dengan penyertaan Kementrian / instansi terkait pada sasaran kegiatan
yang memiliki dampak jangkauan strategis.
c. Mendidik dan melatih prajurit agar menjadi SDM yang berkualitas
sesuai potensi wilayah dengan dukungan dana yang memadai, tenaga
pengajar yang berkualitas dan materi ajaran yang disesuaikan tuntutan
jaman sekaligus memiliki kemampuan intelijen.
d. Membentuk tim penyelidik dan investigasi penyimpanganpenyimpangan implementasi binter di lapangan secara independen untuk
ditindak lanjuti dengan memberikan hukuman sampai dengan 2 tingkat
diatas sesuai peraturan yang berlaku.
**********
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKAAN
Penyelenggaraan Fungsi Teritorial Dalam Sishanneg,
Teritorial TNI, Jakarta Agustus 2002.
Staf
Implementasi Paradigma Baru TNI Dalam Berbagai Keadaan
Mutakhir, Mabes TNI 2001.
Kebijakan dan Strategi Pembinaan Potensi Nasional Dalam
Rangka Pertahanan Negara, Dirjen Pothan Dephan RI, Jakarta Juli
2002.
**********
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
RIWAYAT PENULIS
Nama
:
Pangkat/Korps :
NRP
:
Jabatan
:
BAEDHOWI OKTAFIDIA
LETKOL MARINIR
9890/P
DOSEN SBS OPSRAT
SESKOAL
Pendidikan Militer :
- AAL XXXVI TH 1990
- DIKPASIS III TH 1991
- DIKSPESPA VII TH 1993
- DIKLAPA KOPUR XIII TH 1998
- DIKREG SESKOAL XLII TH 2004
Penugasan :
* PASUKAN
- DANTON 3 KI F YONIF 4 MAR
- PASI 3/PERS YONIF 6 MAR
- PASI 2/OPS SATGAS MAR RENCONG SAKTI VII/ACEH
- DANYON RANRATFIB 1 MAR
- DANYONMARHANLAN V/SBY
- DANYONIF 1 MAR
* STAF
- DAN UNSUR 3 DIV D FLOTILA TARUNA AAL
- KASI JAB SUBDISDIK DISMINPERS KORMAR
- KASUBSI DALDIK BANGSPES SUBDISOPSDIK DISDIKAL
MABESAL
- ADC MENKO PEREKONOMIAN
- SPRI MENTERI KEUANGAN
- KASI DIKMA SUBDISOPSDIK DISDIKAL MABESAL
- PASPERS KOLATMAR
- KASETUM KORMAR
- PABANOPSLAT SOPS KORMAR
- PASPERS LANMAR SBY
- PBDYA EVLAT KODIKLAT TNI
- DOSEN SBS OPSRAT SESKOAL
**********
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
OFFSET PERTAHANAN DALAM
AKUISISI ALUTSISTA:
SALAH SATU UPAYA STRATEGIS
DALAM RANGKA REVITALISASI
INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA
Oleh:
Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T.8
„…necessity is mother of inventions, innovations and creativities…‟
Cambridge Idioms Dictionary
1. Pengantar.
Industri pertahanan nasional memiliki peran strategis dalam
penyelenggaraan pertahanan negara, sehingga perlu didorong dan
ditumbuhkembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan alat pertahanan
(Alutsista) untuk mendukung sistem pertahanan nasional. Industri
pertahanan nasional juga diharapkan dapat mendukung kepentingan
Indonesia, sehingga tidak sepenuhnya bergantung terhadap produk
Alutsista dari negara asing. Setelah melalui proses panjang sejak tahun
2005, Pemerintah menyatakan, bahwa revitalisasi industri pertahanan
merupakan prioritas dalam program kerja Kabinet Indonesia Bersatu II
untuk 5 (lima) tahun mendatang.9 Sampai dengan akhir tahun 2010 telah
diterbitkan 3 (tiga) kebijakan dalam bentuk Peraturan Presiden, masingmasing adalah Perpres Nomor 41 Tahun 2010 tentang Kebijakan Umum
Pertahanan Negara; Perpres Nomor 42 Tahun 2010 tentang Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dan Perpres Nomor 54 Tahun
tentang Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa. Berbagai Keppres tersebut
saling berinterrelasi dan memuat berbagai kebijakan yang ditujukan, salah
satunya untuk mendorong kemajuan industri pertahanan nasional.
Mendiskusikan industri pertahanan tidak akan terlepas dari terminologi
akuisisi pertahanan, di mana di dalamnya terdapat suatu mekanisme atau
8
Penulis merupakan Perwira Staf pada Direktorat Pengkajian Strategi dan Operasi
(Ditjianstraops), Seskoal dan merupakan anggota Kelompok Kerja Kebijakan Offset
Pertahanan yang dibentuk oleh Direktorat Teknologi dan Industri (Dittekin), Kemhan
RI dalam rangka mendukung proses Revitalisasi Industri Pertahanan Indonesia.
9
Pidato Presiden RI dalam “Workshop Revitalisasi Industri Pertahanan” di
Istana Negara, Jakarta,
9 Desember 2009.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
praktek ekonomi yang dikenal sebagai market bias. Selanjutnya, dalam
tulisan singkat ini akan dibahas tentang mekanisme atau praktek
ekonomi market bias yang, lazim disebut atau dikenal sebagai Offset
Pertahanan (Defence Offset).
2. Fenomena Global Tentang Offset Pertahanan.
Dalam konteks ekonomi, offset adalah perjanjian kompensasi
tambahan atas transaksi yang mungkin akan terjadi. Offset bisa diusulkan
pihak pembeli maupun penjual, dan mempengaruhi pembeli dalam
memilih penyedia barang. Dalam konteks akuisisi dan suplai pertahanan,
offset pertahanan adalah penjanjian kompensasi tambahan yang
ditawarkan penjual atau dikehendaki pembeli, dengan harapan bisa
mendatangkan keuntungan, yang biasanya terkait dengan industri negeri
pembeli. Kebijakan offset pertahanan dapat dilakukan secara suka-rela,
maupun sebagai suatu bentuk keharusan. Offset pertahanan sendiri bisa
berupa imbal-dagang (counter-trade), local content (sebagian dari
pekerjaan diberikan kepada industri lokal), atau dalam bentuk bundling
(beberapa bentuk aktifitas sekaligus). Mengapa offset pertahanan
menjadi salah satu pilihan dalam proses akuisisi pertahanan? Hal
tersebut dikarenakan, skema offset pertahanan menawarkan berbagai
alternatif fleksibel dalam dimensi utama akuisisi pertahanan, dari
mendesain, mengembangkan dan memproduksi sendiri secara
keseluruhan peralatan pertahanan.
Dari sudut pandang lain, Offset pertahanan dapat didefinisikan,
diartikan dan/atau dipahami sebagai kesepakatan antara Pemerintah dan
penyedia alat pertahanan asing untuk mengembalikan sebagian
keuntungan dari nilai kontrak jual-beli tersebut kepada negara pembeli
sebagai prasyarat jual-beli. Offset pertahanan merupakan bagian dari
imbal dagang (counter-trade) yang bisa dibagi ke dalam 2 (dua)
kategori: langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Offset
pertahanan yang sifatnya langsung, adalah kompensasi yang berkaitan
dengan alat pertahanan yang dibeli; Sedangkan offset pertahanan tidak
langsung adalah kompensasi yang tidak berkaitan langsung dengan alat
pertahanan yang dibeli. Lebih jauh lagi, offset pertahanan tidak langsung
dapat dibagi ke dalam sektor pertahanan dan komersil. Selanjutnya,
offset pertahanan langsung dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bentuk:
a. Co-production, yaitu kesepakatan untuk memproduksi lokal part
atau sebagian dari barang yang dibeli;
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
b. Licensed Production, yaitu kesepakatan untuk memproduksi
peralatan yang dibeli di dalam negeri di bawah ijin lisensi dari negara
penjual;
c. Buy-back, yaitu pembelian kembali komponen yang diproduksi
lokal oleh negara penjual kepada negara pembeli.
Selain itu juga dikenal terminologi tolling, di mana produsen alat
pertahanan menyediakan bahan baku untuk pembuatan komponen dan
membeli jasa produksi yang akan dibayar oleh pembeli. Kondisi tersebut
hampir serupa dengan “Contract Manufacturing” di mana pihak pembeli
alat pertahanan-lah yang menyediakan bahan bakunya. Selanjutnya,
dapat digambarkan tipologi offset pertahanan sebagai berikut:
Counter-Trade
Counter Purchase
Barter
Simple
Clearing Arrangements
Switch Trade
Co-production
Offsets
Direct
Licensed Production
Indirect
Buy Back
Sumber: Defence Economics and Finance, Ron Matthews (2008)
Gambar 1. Tipologi offset pertahanan.
Negara yang mempraktekkan offset pertahanan meningkat dari hanya
lima belas (15) negara di tahun 70an menjadi lebih dari seratus (100)
negara pada tahun 90an dan sebagian besar terjadi akibat adanya
transaksi akuisisi alat pertahanan. Data dari the General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT) menunjukkan praktek offset pertahanan ini
mencapai 5% dari total perdagangan dunia. Sementara British
Department of Trade and Industry memperkirakan praktek offset
pertahanan sekitar 15% sampai dengan 30% dari total perdagangan
dunia, sedangkan konsensus para ahli dan peneliti di bidang offset
pertahanan menyatakan antara 20% sampai dengan 25%. Menurut
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada tahun
2007 ekspor alat pertahanan dunia diperkirakan mencapai nilai 51 milyar
USD, di mana diperkirakan bisnis, transaksi dan praktek offset
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
pertahanan yang terjadi serta mengiringi kegiatan ekspor alat pertahanan
tersebut berkisar antara 5-10 milyar USD per tahun.
Di Asia, offset pertahanan telah menjadi mekanisme penting dalam
mempromosikan industrialisasi pertahan an, seperti halnya yang
dilakukan oleh Malaysia sejak dekade 90-an. India menganggap offset
pertahanan sebagai penggerak utama pertumbuhan dan modernisasi
industri pertahanan mereka. Indonesia juga tidak terlepas dari fenomena
ini, bahkan semenjak tahun 70an Indonesia merupakan negara pioneer
dalam program offset pertahanan langsung di Asia Tenggara, melalui
kolaborasi ekstensif dengan pabrikan pesawat terbang di Amerika dan
Eropa. Dengan menggunakan pendekatan kasuistik, Indonesia
sebenarnya telah melaksanakan berbagai praktek offset pertahanan mulai
dari licensed production, co-production hingga buy-back.
Semua informasi di atas telah menunjukan, bahwa offset pertahanan
sudah menjadi sebuah fenomena global.
3. Alasan Kebutuhan Offset Pertahanan.
Salah satu tujuan offset pertahanan adalah untuk menyeimbangkan
balance of trade dan menjadi bagian integral dalam persaingan penjualan
alat pertahanan. Secara resmi negara-negara eksportir „besar‟ alat
pertahanan, seperti Amerika Serikat, Jerman dan Perancis tidak
mendukung mekanisme dan praktek offset pertahanan dan menganggap
hal tersebut sebagai salah satu bentuk proteksi yang dapat mengganggu
praktek pasar bebas. Namun dipihak pembeli senjata yang juga memiliki
kepentingan untuk mengembang kan industri pertahanannya, maka offset
pertahanan dapat menjadi alat persaingan dan menjadi bagian dalam
rangka penawaran penjualan alat pertahanan. Offset pertahanan juga
terjadi atau menjadi pilihan strategi karena kurangnya hard currency,
seperti pada kesepakatan antara India dan Iraq dalam program barter "oil
for wheat and rice", di mana Iraq mengirimkan 300,000 Barrels minyak
per hari kepada India dengan harga 6.85 USD per barrel, jauh di bawah
harga pasar (harga pasar adalah berkisar 22 USD per barrel), pada tahun
2000 guna mendapatkan alat pertahanan dari India.
Terdapat beberapa alasan mengapa banyak negara menghendaki
offset pertahanan, di antaranya:
a. Akuisisi pertahanan dianggap sebagai pengeluaran yang tidak
produktif, dan offset pertahanan membantu banyak negara untuk
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
membuat justifikasi pembelian alat pertahanan karena offset pertahanan
diyakini dapat memberikan keuntungan ekonomi.
b. Bagi negara-negara berkembang offset pertahanan dianggap sebagai
salah satu strategi pembangunan ekonomi, di mana negara-negara
tersebut bisa mengarahkan keuntungan dari offset pertahanan untuk
membangun comparative advantage dalam sektor komersil yang lebih
memberikan keuntungan secara umum (dalam konteks ini, termasuk
offset pertahanan tidak langsung).
c. Negara yang ingin membangun industri pertahanan, dapat melihat
offset pertahanan sebagai wahana yang dapat mengakomodir proses
indigenisasi teknologi pertahanan dengan lebih cepat.
4. Perkembangan Offset Pertahanan.
a. Konteks Pembangunan Kemampuan Pertahanan Pada Abad Ke21.
Pasca berakhirnya Perang Dingin, terdapat beberapa kecenderungan
yang mempengaruhi industri pertahanan secara global, sebagai berikut:
1) Dipopulerkannya Doktrin Revolution in Military Affairs (RMA)
oleh Amerika Serikat, yang kemudian dikenal sebagai military
transformation, telah mengakibatkan meningkatnya unit production
cost alat pertahanan.
2) Menurunnya anggaran pertahanan secara serempak di berbagai
negara di dunia (peace dividend), menjadi salah satu penyebab
turunnya permintaan alat pertahanan. Hal ini mempertinggi
persaingan antar industri pertahanan dan meningkatkan hambatan
bagi pelaku-pelaku baru untuk memasuki pasar global industri
pertahanan.
3) Fokus akuisisi pertahanan saat ini lebih menekankan pada
affordability, sehingga membuat banyak negara meninggalkan total
self-sufficiency, dan bergerak ke arah selective self-sufficiency,
sehingga membuka-diri terhadap globalisasi dalam bentuk akuisisi
produk off-the-shelf (OTS), kolaborasi produksi alat pertahanan
strategis (konsorsium) dan lain sebagainya. Selective self-sufficiency
dilakukan dengan melindungi kemampuan atau teknologi yang
dianggap strategis di dalam negeri, berkolaborasi dengan rekan
terpercaya dalam membangun teknologi tinggi dan mengakuisisi
teknologi pertahanan non strategis dari supplier asing.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Mengalir dari beberapa kecenderungan yang mempengaruhi industri
pertahanan secara global di atas, maka terdapat beberapa catatan penting
yang perlu untuk dipahami dalam konteks pembangunan kemampuan
pertahanan pada abad ke-21 ini, yaitu:
1) Perubahan karakter cara berperang (the nature of warfare),
disebabkan oleh doktrin military transformation yang menekankan
pentingnya penggunaan teknologi tinggi, seperti precision guide
munitions, information technology dan sebagainya.
2) Menguatnya dominasi Amerika Serikat yang memiliki anggaran
pertahanan melebihi kombinasi anggaran pertahanan beberapa negara
lain di dunia, telah menjadi rujukan dalam menetapkan benchmark
baru dalam hal kemampuan pembiayaan pertahanan (affordability).
Produksi senjata menjadi semakin mahal, sehingga mencapai titik di
mana negara-negara besar kemudian melakukan strategi kolaborasi
seperti dalam konsorsium Joint Strike Fighter (JSF - F-35 Lightning).
3) Dinamika globalisasi memberikan tantangan berikutnya bagi
affordability. Negara-negara kini bergerak ke arah perdagangan
senjata yang semakin terbuka, mendobrak relasi monopolimonopsoni (satu pedagang-satu pembeli) dalam negeri antara
industri pertahanan dan Pemerintah.
4) Kondisi tersebut di atas telah memaksa banyak negara untuk
menetapkan strategi yang berfokus kepada pembangunan kapabilitas
industri pertahanan yang spesifik. Kemandirian (self-sufficiency)
pada akhirnya menjadi sekedar aspirasi yang mustahil dicapai karena
biaya yang terlalu tinggi, sehingga banyak negara menyiasatinya
dengan menggunakan offset pertahanan untuk mencapai target
pembangunan kapasitas industri secara selektif (tidak sepenuhnya
mandiri).
b. Offset Pertahanan Dalam Pentahapan Akuisisi Pertahanan.
Dalam prosesnya, akuisisi pertahanan dapat dibagi ke dalam lima (5)
tahap, mulai dari posisi ketergantungan teknologi sampai dengan tahap
kemandirian, yaitu:
1) Impor barang jadi (off-the-shelf), di mana
pengembangan dan produksi dilakukan di dalam negeri.
Dharma Wiratama
tidak
ada
» Daftar Isi
2) Perakitan bernilai rendah (low-value assembly), di mana
komponen impor dirakit di dalam negeri.
3) Produksi berlisensi (licensed-production), di mana seluruh
tahapan manufaktur dilakukan secara lokal tanpa melalui proses riset
dan pengembangan (Research and Development, R&D).
4) Joint venture dan kolaborasi international (international joint
venture and collaboration), di mana riset, pengembangan dan
produksi barang dilakukan bersama-sama dengan negara lain.
5) Pembangunan dan produksi asli dalam negeri (indigenous
development and production), di mana riset, pengembangan dan
produksi dilakukan di dalam negeri.
Perkembangan yang terjadi setelah adanya doktrin transformasi
militer, adalah terciptanya proses globalisasi pertahanan, di mana
terdapat gerak mundur dari kemandirian ke arah affordability, yang
menekankan pada kolaborasi, licensed-production dan pembelian barang
jadi. Untuk memecahkan masalah affordability tersebut, maka beberapa
negara seperti, Inggris membuka diri terhadap kompetisi, namun akhirakhir ini Inggris bergerak kembali ke arah proteksionisme. Hal tersebut
pada akhirnya mendorong Inggris untuk menerbitkan strategi industri
pertahanan dengan mengidentifikasi teknologi mana yang harus
dilindungi keberadaan dan hak ciptanya (niche-technologies; nicheproducts). Negara yang bersikeras untuk mandiri akan menghadapi
tantangan sangat besar, apabila dihadapkan pada masalah affordability.
Seperti hanya Indonesia di akhir dekade 90an yang harus meniadakan
subsidi untuk industri strategis dan menuruti tekanan International
Monetary Fund (IMF) untuk membuka kompetisi. Permasalahannya bagi
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kesulitan untuk
dapat bersaing dengan negara lain yang memiliki industri pertahanaan
dan skala ekonomi yang lebih baik.
c. Spektrum Strategi Kebijakan Offset Pertahanan di Beberapa
Negara.
Spektrum strategi kebijakan offset pertahanan di beberapa negara
sangat bervariasi, bergerak dari proteksionisme ke arah kompetisi, adalah
sebagai berikut: kemandirian (self-sufficiency) diterapkan oleh Russia,
keharusan membeli (local/buy American) dilakukan oleh Amerika
Serikat, campuran (hybrid) dilaksanakan oleh Saudi Arabia dan
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Malaysia, selektif digunakan oleh India, kasuistis dipilih oleh Jepang dan
Singapura, suka-rela diterapkan oleh Inggris dan akuisisi
terbuka/kompetitif yang dilaksanakan oleh Australia.
Rusia merupakan satu-satunya negara di dunia yang memiliki
industri pertahanan secara mandiri. Setelah mempraktekkan dan
melakukan mekanisme offset pertahanan selama 20 tahun, Australia
tidak lagi meyakini, bahwa offset pertahanan bisa memberikan manfaat,
sehingga tidak menjadikan offset pertahanan sebagai keharusan
(mandatory). Sedangkan India memanfaatkan offset pertahanan untuk
membangun industri penting dan mewajibkan offset secara selektif.
Jepang dan Singapura sukses dalam program offset pertahan, dengan
lebih disebabkan oleh faktor kemampuan untuk menyerap teknologi
tinggi, dalam prakteknya mereka menggunakan mekanisme offset
pertahanan secara kasuistis dan tidak memiliki kebijakan khusus yang
mengatur offset tersebut. Saudi Arabia dan Malaysia menetapkan
kebijakan offset pertahanan campuran (hybrid), dengan memanfaatkan
mekanisme offset pertahanan langsung (direct offset) maupun tidak
(indirect offset) secara maksimal. Pemerintah Inggris saat ini
mengundang partisipasi dari perusahaan asing untuk memastikan, bahwa
industri Inggris bisa mengakses industri pertahanan global. Selanjutnya
Pemerintah Inggris juga mensyaratkan dilakukannya offset pertahanan
senilai seratus persen (100%) dari nilai kontrak yang dinegosiasikan
dengan fleksibilitas dan semangat kemitraan, melalui pendekatan best
endeavour.
d. Dapatkah Offset Pertahanan Berhasil Diterapkan dan Berdaya
Guna?
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, maka akan digunakan
pendekatan dengan mengutip pendapat akademis dua (2) pakar di bidang
offset pertahanan yang berbagai pendapat serta gagasan akademiknya
banyak mempengaruhi kebijakan offset pertahanan berbagai negara
(termasuk Indonesia), yaitu Prof. Dr. Ronald Matthews,10 dan Prof
(Emeritus) Dr. Peter Hall.11
1) Pendapat Prof. Dr. Ronald Matthews.
10
Dari Nanyang Technological University (NTU), Singapore in associated with
Cranfield University (CU), UK.
11
Dari Australian Defence Force Academy (ADFA), Australia in associated with
University of New South Wales (UNSW), Australia.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Professor Matthews menekankan bahwa offset pertahanan
merupakan konsep yang kompleks dan bukan merupakan sesuatu
yang cuma-cuma; hanya karena kita mendapat licensed-production,
hal tersebut tidak berarti kita mendapat semua akses teknologi yang
terkandung dalam alat persenjatan yang kita akuisisi. Sangat
diperlukan adanya interrelasi dan sinergitas antara manajemen
pertahanan, manajemen industri, manajemen teknologi secara
konsisten untuk mendapatkan semua akses teknologi yang
terkandung dalam alat persenjatan yang kita akuisisi dalam rangka
membangun industri pertahanan dengan menerapkan praktek dan
mekanisme offset pertahanan.
Beberapa praktek offset pertahanan yang dapat dikatakan berhasil,
adalah dalam studi kasus Arab Saudi, melalui program Peace Shield
yang berhasil menciptakan enam (6) perusahaan offset pertahanan.
Untuk menjaga keberlangsungan perusahan tersebut, Arab Saudi
menggunakan offset sipil-sipil (pembelian barang komersil yang
menghasilkan offset komersil), untuk menyalurkan pekerjaan dari
pembelian pesawat sipil ke perusahaan offset sipil yang awalnya
untuk offset pertahanan.
Studi kasus praktek offset pertahanan yang dapat dikatakan
berhasil lainnya, adalah Malaysia yang menggunakan offset
pertahanan untuk membuat perusahaan komposit yang kemudian
memproduksi komposit bagi pesawat komersil. Hal yang sama
dilakukan juga oleh India. Selain itu, banyak negara yang melakukan
offset pertahanan dengan selektif dan berhasil, di antaranya Australia
dengan mengidentifikasi kemampuan strategis yang harus dilindungi,
sedangkan permintaan offset pertahanan oleh Inggris diarahkan
kepada teknologi kritis yang ingin dilindungi.
2) Prof (Emeritus) Dr. Peter Hall: Studi Kasus Australia.
Dengan menggunakan studi kasus Australia, Professor Hall,
secara komprehensif menekankan beberapa hal tentang offset
pertahanan. Kebijakan offset pertahanan di Australia (Australian
Industrial Involvement, AII) telah berevolusi, dari dilaksanakannya
praktek offset pertahanan secara best endeavour (pelaksanaan
tergantung komitmen produsen/supplier). Setelah mengalami proses
evaluasi, maka praktek tersebut telah dinyatakan tidak memenuhi
harapan Australia. Kemudian praktek offset pertahanan dijadikan
sebagai suatu bentuk kewajiban keharusan (mencakup 30% dari
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
kontrak pembelian alat pertahanan bernilai minimal 2.5 milyar
AUSD). Dalam praktek offset pertahanan tersebut, aktifitas yang
dikehendaki didefinisikan dengan tegas, seperti R&D, training,
transfer teknologi, pembelian produk Australia, usaha kolaborasi,
bantuan pemasaran dan sebagainya. Dalam praktek tersebut, juga
dikenalkan konsep multiplier,12 pada aktifitas yang memiliki nilai
tambah, dan sifatnya langsung (direct) daripada tidak langsung
(indirect), misalnya R&D dan pelatihan khusus. Dalam
pelaksanaannya, proyek digolongkan menurut jenis, nilai dan waktu.
Kriteria kelayakan offset yang digunakan, adalah sebagai berikut:
a) Commercial viability.
Offset pertahanan harus mengarahkan
pada kemampuan kompetisi internasional, aktifitas yang secara
komersil berkelanjutan, tanpa adanya bantuan subsidi dari
Pemerintah.
b) Harga.
Harga pembelian melalui praktek offset pertahanan
tidak boleh lebih mahal daripada harga pembelian tanpa offset
pertahanan. Pengalaman praktek offset pertahanan yang dilakukan
dalam akuisisi alat pertahanan Pesawat F-18/A Hornet, menunjukkan
bahwa cost premium yang harus dibayar mencapai 17% dari nilai
total kontrak.
c) Teknologi.
Aktivitas offset pertahanan secara teknologi harus
setara atau secanggih barang yang dibeli dalam kontak.
d) Pekerjaan baru. Aktivitas offset pertahanan dilaksanakan untuk
menambah atau memperpanjang apa yang sudah dilakukan oleh
penjual.
Kriteria kelayakan tersebut menunjukkan adanya proses
pembelajaran. Skema offset pertahanan bisa mengakibatkan
dilakukannya aktifitas yang tidak kompetitif dan berkelanjutan,
berupa penambahan cost premium pada harga pembelian sebagai
kompensasi biaya offset pertahanan, impor dan penggunaan teknologi
yang tidak memberikan nilai tambah. Selanjutnya, dalam
pelaksanaan rezim multiplier terdapat implikasi yang menunjukkan
rendahnya nilai offset pertahanan yang sesungguhnya.
12
Multiplier adalah insentif yang digunakan negara pembeli untuk menarik jenis offset
alat pertahanan tertentu; namun dihindari karena bisa mendistorsi nilai transaksi offset
pertahanan yang sesungguhnya.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Pengalaman Australia menunjukkan pencapaian hasil-hasil offset
pertahanan, berdasarkan strategi yang digunakan, adalah sebagai
berikut:
a) Strategi best endeavour (1981/2 s.d. 1990/1).
Praktek offset
pertahanan yang dilaksanakan, pada akhirnya ditinggalkan
(discharged) karena hanya menghasilkan atau memberikan
kontribusi sebesar 19% keuntungan dari total tuntutan program offset
pertahanan yang direncanakan atau dikehendaki.
b) Strategi mandatory dominant (1984/5 s.d. 1993/4).
Praktek
offset pertahanan yang dilaksanakan, hanya menghasilkan atau
memberikan kontribusi sebesar 42% keuntungan dari total tuntutan
program offset pertahanan yang direncanakan atau dikehendaki.
Penelitian akademis yang berhubungan dengan kontribusi offset
pertahanan berdasarkan kategori, mengungkap beberapa hal sebagai
berikut:
a) Produksi bagian atau merangkai (assembly) memberikan
kontribusi offset terbesar, hingga mencapai 32.7%.
b) Pembelian produk Australia mencapai 23.9%.
c) Teknologi transfer hanya mencakup 18.4% dari total
tuntutan kebutuhan offset pertahanan.
d) Bantuan pemasaran ke luar negeri mencakup 6%.
e) Kegiatan lain bernilai 19%.
Evaluasi pengalaman kebijakan offset pertahanan Australia
tersebut, menunjukkan bahwa jika melihat pencapaian tujuan
program offset pertahanan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
didapat keuntungan dari praktek offset pertahanan terhadap upaya
kemandirian industri pertahanan Australia melalui penguatan
kapabilitas berkelanjutan. Hanya kurang dari 25% kontribusi dari
aktifitas dan praktek offset pertahanan dalam bentuk transfer
teknologi. Kemudian, offset pertahanan dianggap hanya memberikan
keuntungan minimal bagi kepentingan nasional Australia, misalnya
untuk bidang non-pertahanan, termasuk keuntungan bagi komunitas
yang lebih luas dan kecilnya efek bagi potensi ekspor.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Pada akhirnya, yang menjadi kesimpulan Professor Hall adalah,
bahwa perubahan strategi offset pertahanan best endeavour memang
mempengaruhi persentase kewajiban offset pertahanan yang
terlaksana. Akan tetapi, nilai kewajiban offset pertahanan tersebut
belum jelas dan sangat mungkin hanya kecil nilainya, disebabkan
oleh beberapa hal, di antaranya:
a) Opportunity cost (biaya kesempatan yang hilang), sumber daya
domestik yang digunakan oleh ekonomi sektor non pertahanan dinilai
lebih memiliki nilai tambah atau lebih produktif.
b) Produksi lokal memiliki keterbatasan masa penggunaan (daur
hidup), meski ini merupakan aktifitas offset pertahanan yang paling
banyak digunakan, tetapi dianggap tidak memiliki manfaat
berkelanjutan.
c) Rendahnya nilai transfer teknologi, dikarenakan penentuan
bagaimana offset pertahanan yang diberikan, ditentukan oleh pihak
produsen.
Selama dua dekade (1970-92) Pemerintah Australia
melaksanakan praktek offset pertahanan. Namun pada akhirnya,
Departemen Pertahanan Australia sampai pada kesimpulan, bahwa
offset pertahanan tidak berhasil. Offset pertahanan dianggap
kontraproduktif karena membentengi perusahaan lokal dari aktivitas
kompetisi, menghambat pencapaian produktifitas dan menekan
kompetisi antar perusahaan lokal. Program Australian Industry
Involvement (AII) dikritik karena tidak memiliki indikator
pencapaian keberhasilan yang jelas. Kebijakan offset pertahanan
Australia ditinggalkan setelah dilaksanakan selama 20 tahun, karena
fakta menunjukkan rendahnya kinerja program, sehingga tidak
mencapai tujuan yang diharapkan. AII dianggap sebagai upaya
terakhir offset pertahanan, Audit Nasional Australia juga
menyatakan, bahwa manfaat dari AII sulit untuk dipastikan.
Belajar dari pengalaman tersebut, sejak tahun 1992 Australia
meniadakan kewajiban untuk melaksanakan offset pertahanan dalam
akuisisi alat pertahanannya. Sebagai aturan baru, diperkenalkan
program kapabilitas industri Australia (Australian Industri
Capability, AIC) sebagai pengganti program AII dan ditujukan
untuk:
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
1) Menggunakan proyek pertahanan yang besar untuk menciptakan
kesempatan bagi industri pertahanan Australia.
2) Memberikan kesempatan kepada perusahaan lokal untuk
berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan alat pertahanan
berdasarkan kemampuan sendiri.
3) Meminta perusahaan jasa konsultan professional dari Amerika
Serikat untuk menganalisa kesempatan bagi industri Australia pada
saat menawarkan peralatan pertahanan melalui skema Foreign
Military Sales (FMS).
Pada tahun 2009, AII memperkenalkan kebijakan inovatif, yakni
program Global Supply Chain (GSC) yang bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan bagi perusahaan lokal yang mampu untuk
berkompetisi dalam mendapatkan pekerjaan pada mata rantai suplai
global dari perusahaan multinasional kontraktor utama (prime
contractor) dan penyuplai besar mereka. Program yang berlangsung
selama sepuluh (10) tahun ini bernilai 59.9 juta AUSD, dan
melibatkan produsen-produsen besar seperti Boeing, Thales,
Raytheon, yang mengikat perjanjian dengan organisasi yang
bertanggung jawab dalam akuisisi alat pertahanan di Australia, DMO
(Defence Materiel Organisation).
5. Offset Pertahanan di Indonesia.
Sebagaimana
telah
disebutkan di atas, bahwa offset pertahanan sebagai bagian dari counter
trade bukan merupakan hal yang baru bagi Indonesia. Praktek offset
tersebut pada masa lalu lebih didasarkan pada kebijakan dan kepentingan
tertentu serta dilaksanakan tanpa adanya regulasi yang mengatur dan
tidak terintegrasi dengan kebijakan lain yang terkait dengan
pembangunan dan pengembangan industri strategis/pertahanan pada saat
itu. Ketiadaan regulasi dan kebijakan offset pertahanan tersebut, telah
menjadikan praktek-praktek offset pertahanan selama ini tidak
terkoordinir dan sangat sulit untuk diukur kontribusinya terhadap industri
pertahanan. Ketiadaan pedoman ini juga mengakibatkan ketidakjelasan
tujuan dari praktek offset pertahanan terhadap penguasaan teknologi
yang mendukung kemandirian industri alat pertahanan, sebagai
akibatnya keberlangsungan program yang dilaksanakan terhenti dengan
selesainya implementasi offset pertahanan (project-based).
Krisis ekonomi yang melanda di akhir tahun 90an telah menyebabkan
terhentinya atau menurunnya proses industrialisasi (alat pertahanan) di
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Indonesia, perjanjian pinjaman dengan IMF mensyaratkan dihentikannya
subsidi kepada industri strategis. Hal tersebut turut menyebabkan
terhentinya praktek offset pertahanan di Indonesia. Mengalir dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa jeda praktek offset pertahanan di
Indonesia terjadi karena offset pertahanan merupakan isu yang erat
kaitannya dengan unsur politis dan persaingan dagang. Selanjutnya dapat
disimpulkan pula, bahwa terhentinya praktek offset tersebut bukan
disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan kompetensi dari para
praktisi, tapi lebih disebabkan oleh karena offset pertahanan merupakan
isu yang kompleks.
Sampai awal tahun 2000, upaya pemulihan ekonomi belum
mengizinkan digunakannya cadangan devisa untuk pembelian alat
pertahanan. Di sisi lain, offset pertahanan tidak lagi diperhitungkan
dalam akuisisi alat pertahanan. Dengan keterbatasan anggaran
Pemerintah, maka skema offset menjadi semakin dibutuhkan dalam
rangka revitalisasi industri pertahanan. Skema offset pertahanan maupun
offset untuk keperluan sipil yang pernah dilakukan Indonesia, adalah saat
General Dynamics diwajibkan memberikan sub-contract kepada P.T.
IPTN dalam rangka pembelian satu skuadron pesawat tempur F-16
Fighting Falcon. Juga kewajiban Transfer of Technology (ToT) bagi
Hughes dalam rangka pembelian satelit Palapa. Skema offset yang cukup
rumit, adalah saat CASA memberikan lisensi kepada P.T. IPTN dengan
meminta Indonesia menggunakan teknologi hydro-cracking dalam
pembangunan kilang bensin/premium Pertamina. Berikut ini adalah data
dari SIPRI (2010) tentang pengadaan alat pertahanan oleh Pemerintah
Indonesia.
Tabel 1. Basis Data Transfer Alat Pertahanan Indonesia Periode 2004 - 2009.
Indonesia Arms Transfers Database in mill US$ (SIPRI, 2010)
2004
Canada
China
Czech Republic
France
Germany
Italy
Netherlands
Poland
0
9
32
7
Dharma Wiratama
2005
1
14
7
2006
12
2007
1
5
31
44
15
297
9
2008
2
3
1
21
4
149
2009
13
1
4
149
12
Total
4
20
1
131
40
23
601
21
» Daftar Isi
Russia
South Africa
South Korea
Spain
Sweden
USA
27
0
Total
41
184
7
90
2
5
5
185
5
3
4
2
10
16
15
82
31
58
577
241
452
251
0
284
16
3
47
1.441
Sumber: Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Year
Book 2010 (Arms Transfer Database).
Dengan jumlah pengadaan alat pertahanan sebesar itu, belum
terlihat adanya korelasi kerjasama dengan industri dalam negeri.13
Padahal dengan skema offset pertahanan 1:5 saja, industri dalam negeri
seharusnya bisa mendapatkan “nilai - sales” yang besar tanpa harus
membebani APBN.14
Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin kuat dan
diramalkan akan mencapai 6.9% pada akhir tahun 2011, maka anggaran
untuk pertahanan negara diharapkan bisa meningkat dari 0.9% PDB
menjadi 1.5% PDB pada tahun 2012. Dengan perkembangan yang positif
ini, diharapkan Indonesia akan segera memiliki kemampuan finansial
penuh untuk memulai modernisasi Alutsista. Meningkatnya kemampuan
perekonomian nasional saat ini, merupakan sebuah peluang untuk
melaksanakan reorientasi terhadap kebijakan offset pertahanan dalam
melaksanakan akuisisi alat pertahanan. Proses revitalisasi industri
pertahanan Indonesia dengan mengacu pada pengalaman embargo
senjata 1992-2005, diharapkan dapat kembali memperhitungkan offset
pertahanan sebagai bagian dari rencana revitalisasi tersebut. Kesiapan
alat pertahanan yang rendah dan rentan terhadap ancaman embargo alat
pertahanan telah mengakibatkan menurunnya kemampuan militer
Indonesia, untuk melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP), maupun
untuk melaksanakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Sebagai
konsumen,
ketergantungan
kepada
negara
lain
berarti
mengkompromikan kedaulatan negara. Dengan memperhitungkan
kembali offset pertahanan, terdapat peluang untuk secara bertahap dan
13
Offset Pertahanan Sebagai Suatu Kebijakan Untuk Mengembangkan Industri
Pertahanan. Paparan Fajar Sampoerno, Direktur Keuangan P.T. Dahana. Pada Seminar
Offset Pertahanan. Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.
14
Ibid.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
berlanjut mengurangi ketergantungan akan produk alat pertahanan dari
negara lain.
Pengembangan industri pertahanan mencakup investasi barang modal,
infrastruktur industri seperti mesin peralatan produksi, penelitian dan
pengembangan teknologi serta pengembangan SDM disamping untuk
kebutuhan modal kerja. Dengan menyertakan program offset pertahanan
dalam akuisisi alat pertahanan, maka terdapat kesempatan yang dapat
dimanfaatkan untuk membangun dan meningkatkan kapasitas industri
pertahanan. Peningkatan kapasitas industri pertahanan tidak mungkin
diserahkan hanya kepada industri/perusahaan sendiri mengingat skala
kapasitas dan kemampuan serta dukungan ekonomi yang terbatas. Titik
sentral dari strategi offset pertahanan terletak pada bagaimana
mendapatkan keuntungan dalam bentuk capacity utilisation guna
peningkatan skill atau kompetensi SDM, sehingga kemampuan
penguasaan teknologi untuk kepentingan revitalisasi industri pertahanan
dapat semakin cepat dan industri pertahanan nasional dapat semakin
mandiri. Menjadi konsumen berarti meniadakan keuntungan secara
ekonomi dalam pembelanjaan alat pertahanan, seperti kapal perang dan
pesawat tempur. Praktek offset pertahanan memberikan sebuah
kesempatan untuk mengembalikan keuntungan dari kontrak pembelian
alat pertahanan dan dapat menjadi sarana untuk menciptakan berbagai
keuntungan sektor ekonomi, melalui investasi, ketersediaan lapangan
kerja baru dan berbagai hal bermanfaat lainnya bagi Indonesia melalui
kontrak pembelian alat pertahanan. Melalui offset pertahanan, industri
nasional juga berkesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuannya, dalam bentuk kompetensi dan keahlian serta
keterampilam khusus, produksi dan lain sebagainya.
Peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi peningkatan kapasitas
dan pengembangan industri pertahanan Indonesia, melalui program offset
pertahanan masih sangat terbuka dan karenanya dapat dilaksanakan
dalam kerangka revitalisasi industri pertahanan. Mengalir dari hal
tersebut, maka terdapat urgensi untuk menghidupkan kembali praktek
offset pertahanan dan menjadikannya sebagai bagian dari strategi
revitalisasi industri pertahanan Indonesia. Komitmen kuat dan political
will Pemerintah untuk mendukung implementasi upaya-upaya tersebut
sangatlah diperlukan. Salah satu bentuk dukungan tersebut, adalah
dengan mendorong kegiatan perumusan dan penyusunan sebuah
kebijakan offset pertahanan yang komprehensif, mencakup definisi,
maksud dan tujuan, prinsip-prinsip, mekanisme pelaksanaan (kontrak)
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
dan pengawasannya, institusi dan kelembagaan, serta perumusan critical
technology list yang secara strategis memiliki nilai tambah (value
added), berikut besarannya (persentase) yang perlu dikuasai serta
dikembangkan dalam konteks competitive advantage. Selanjutnya,
kebijakan offset pertahanan tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk ketentuan, peraturan dan/atau perundangan yang dapat bertindak
sebagai acuan dalam melaksanakan perjanjian offset pertahanan guna
mendapatkan keuntungan optimal dari program akuisisi alat pertahanan.
Peraturan tersebut, perlu secara rinci mengatur detail prinsip-prinsip dan
mekanisme dari pelaksanaan offset pertahanan, memiliki tujuan dan
dapat memberikan arah yang jelas, bagi pengembangan industri nasional
pada umumnya dan industri pertahanan nasional pada khususnya.
Ketentuan dimaksud diharapkan juga dapat mengakomodasi berbagai
kepentingan stakeholders dalam industri pertahanan, utamanya
kepentingan untuk secara bersama-sama mengoptimalkan hubungan
sinergitas dan interrelasi antar entitas dalam konteks triple-helixs industri
pertahanan. 15
6. Penutup.
Terlepas dari berbagai perdebatan tentang kompleksitas offset
pertahanan, apabila ditinjau dari satu sisi atau sudut pandang tertentu,
Indonesia sebagai salah satu negara pioneer dalam program offset
pertahanan langsung di Asia Tenggara pada era 70an, masih perlu
mengimplementasikan mekanisme atau skema offset pertahanan dalam
pengadaan alat pertahanan (Alutsista). Skema masa depan offset
pertahanan Indonesia diharapkan dapat terregulasi, sehingga terkoordinir
dan dapat diukur kontribusinya terhadap pengembangan industri
pertahanan yang telah ada dan dimiliki. Dengan demikian, maka offset
pertahanan sebagai bagian dari proses akuisisi Alutsista akan dapat
menjadi salah satu upaya strategis dalam rangka (percepatan) revitalisasi
industri pertahanan Indonesia. Semoga.***
Referensi:
15
Triple-helixs, merupakan terminologi yang digunakan untuk mengambarkan
sinergitas dan interrelasi hubungan yang terjadi di lingkungan industri, antara para
pemangku kepentingan yang terdiri dari kalangan akademisi (academics), kalangan
pelaku atau praktisi di sektor usaha/industri (business sector) dan pemerintah
(goverment) selaku pemangku kebijakan. Terminologi ini juga dikenal sebagai ABG
(Academia-Business-Government) di lingkungan Kementerian Pertahanan Indonesia
dan TNI.
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Defence Offsets: Basic Concepts and Australia’s Policy Experience.
Prof. (Emiritus) Dr. Peter Hall, Australian Defence Force Academy
(ADFA), Australia in associated with University of New South
Wales (UNSW), Australia. Pada Seminar Offset Pertahanan.
Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.
Evolution, Effectiveness and Evaluation of Defence Offsets and DualUse Policy.
Prof. Dr. Ronald Matthews, Nanyang
Technological University (NTU), Singapore in associated with
Cranfield University (CU), UK. Pada Seminar Offset Pertahanan.
Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.
Offset Pertahanan Sebagai Suatu Kebijakan Untuk Mengembangkan
Industri Pertahanan. Paparan Fajar Harry Sampurno, MBA, Ph.D.,
Direktur Keuangan P.T. Dahana. Pada Seminar Offset Pertahanan.
Kemhan RI, Hotel Borobudur, Jakarta. November 2010.
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Year Book
2010, Arms Transfer Database, Stockholm, 2010.
-o0o-
Dharma Wiratama
» Daftar Isi
Kutipan Riwayat Hidup:
Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. yang sejak tahun
2008 hingga saat ini menjabat sebagai Kasi Stranas pada
Direktorat
Pengkajian
Strategi
dan
Operasi
(Ditjianstraops), Seskoal, lahir di Surabaya pada tanggal
11 Februari 1972. Setelah menyelesaikan pendidikan
Sarjana (S1) di bidang Manajemen Informatika (1997)
dan mendapatkan pengalaman bekerja sebagai System
Engineer IBM AS/400 Mid-Range Computer System
(1995 s.d 1997) pada IBM-BP, memutuskan untuk
berkarir di bidang militer. Menyelesaikan Pendidikan
Pertama (Dikma) Militer melalui program pendidikan
Perwira Prajurit Karier ABRI (PA PK ABRI) angkatan Ke-5 di Akmil Magelang pada
tahun 1998, dan dinyatakan lulus menempuh Pendidikan Dasar Golongan (Diksargol)
Angkatan Ke-2 di Kobangdikal pada tahun yang sama. Dalam perjalanan karir
militernya, serangkaian penugasan telah dilalui, di antaranya sebagai Perwira Staff di
Disinfolahtal (1999), Disminpersal (2000) dan Akademi Angkatan Laut (2003). Dalam
penugasannya, serangkaian pendidikan militer juga telah ditempuh, yaitu Dikpespa
Personel (2003) dan Diklapa Aplikasi (2008). Selain pendidikan militer, pendidikan
Pasca Sarjana (S2) di bidang Manajemen Pertahanan di Institut Teknologi Bandung
(ITB) yang bekerjasama dengan Cranfield University (CU), UK, juga melengkapi
pengetahuan akademiknya dan telah diselesaikan (2007) dalam masa penugasannya
sebagai Perwira TNI AL. Selain pendidikan umum, maka pengalaman akademis
lainnya, adalah sebagai penerima beasiswa penelitian (Full Year Visiting Research
Fellow) di Justus-Liebig University of Gießen, Jerman pada tahun 2007 s.d 2008 serta
kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan kursus dalam rangka mengasah
kompetensi akademiknya, yaitu beberapa International Summer Course di bidang
pertahanan dan Keamanan dengan tema-tema Civil-Military Relations dan Security
Sector Reform (SSR), di antaranya International Summer Course 2007 yang
diselenggarakan oleh Justus-Liebig University (JLU) of Gießen, Jerman; International
Summer Course 2008 dan 2009 yang diselenggarakan oleh JLU dan Friedrich-Schiller
University of Jena, Jerman; International Summer Course 2011 yang diselenggarakan
oleh JLU dan Tehnische Universität (TU) of Dortmund, Jerman. Beberapa tulisan
akademiknya telah turut mewarnai berbagai jurnal ilmiah maupun beberapa majalah
terbitan Kemhan, TNI maupun TNI AL. Tulisan penerima tanda jasa Satya Lencana
Kesetiaan VIII Tahun dan Satya Lencana Dwidya (Ulangan I dan II) kali ini, khusus
disusun untuk Majalah Dharma Wiratama, Seskoal, dalam rangka menyebarkan
pengetahuan dan pegalamannya sebagai salah satu anggota Kelompok Kerja Offset
Pertahanan pada Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.
-o0o-
Dharma Wiratama
Download