BOARDING SCHOOL DALAM NATION AND CHARACTER BUILDING PRAJA Oleh: H. Suprawito Dosen Universitas Pancasila Jakarta ABSTRAK Cara belajar sekolah asrama pada dasarnya sangat baik untuk membina cara pembelajaran, penanaman kedisiplian dan secara terang membentuk kepribadian yang siap menghadapi segala kondisi. Terdapat banyak bentuk unit pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat universitas yang telah mencoba menerapkan system pembelajaran ini. Tetapi jika penelitian masih meninggalkan kunci syarat-syarat yang belum memenuhi dalam penerapan system ini, maka pengaruh negative suatu waktu dapat ditemukan dari hasil akhir atau dari prosesnya. Sebagai contoh, pendidikan lingkungan dan pendidikan pelayanan profesi, masih membutuhkan perbaikan. Ada beberapa komponen inti, yang dinamakan pengembangan sekolah asrama, system pembelajaran dalam kelas, system pengasuhan, system pengarahan dan komponen penilaian kepribadian. Berdasarkan analisis komponen-komponen pendukung ini maka penerapannya akan sangat terkontrol. Maka dari itu penulis merasa harus memaparkan beberapa phenomena dan solusi pemecahan dari penerapan system pembelajaran asrama, maka penelitian ini bisa menjadi materi penelitian bersama khususnya bagi para tenaga ahli dan para ahli pendidikan. Sehingga system pembelajaran profesi yang selanjutnya dapat melayani mereka yang ingin mengikuti system pembelajaran ini. Kata kunci: sekolah asrama, karakter nasional Boarding school learning system is basically very good to instill patterns of learning, discipline menanmkan some time and certainly a strong personality traits that are ready to excel in all conditions. There are so many forms of education units ranging from elementary school level to university has tried to apply this learning system. However, if the investigation still leaves some key requirements that are not yet fulfilled in its implementation. Negative impacts were sometimes still be found from the output of even the process itself. As an example in environmental education and education professional service, this still needs to be improved. There are several main components, namely the development of boarding school, in class learning system, system of care, guidance systems, and components of personality assessment. From analysis of these support components, the implementation should be strictly controlled. For that the author felt the need memeparkan bebeapa phenomenon and solving solutions in impplementasi Boarding School is a learning system, so it can be a joint study materials especially for experts and educational experts. So the next system of professional learning, service and the like who want to apply this learning system. Key Word: Boarding school, Nation Character.. yang mesti segera dilakukan, tentunya hal itu Analisa Akademis Pembelajaran peristiwa membutuhkan waktu yang btidak sebentar. Untuk Meninggalnya Clif Muntu sebagai salah seorang itu penulis dalam hal ini mencoba ingin praja IPDN sampai dengan sekarang, tentunya menyampaikan beberapa pemikiran dan hasil riset masyarakat masih menunggu perubahan-perubahan yang bisa dikaitkan dan diapatasikan dengan upaya- seperti apa dan bagaimana bentuknya?. Walaupun upaya kebangkitan dan kejayaan atau kesuksesan pemerintah melalui kebijakan Departemen Dalam semua sistem pendidikan yang sifatnya Boarding Negeri telah mengambil langkah-langkah strategis School seperti IPDN ini. Diantaranya hasil riset dengan cara menonaktifkan Rektor, yang berkenaan dengan “Budaya komunikasi” dan sebelumnya telah dilakukan proses evaluasi dan “Kondisi Formal” sebagai bekal pembentukan peninjauan langsung spot check oleh tim yang nation and character building. Setelah sekian lama dimpin seorang Profesor maka kebangkitan apa 30 Demikian juga harapan-harapan dari Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010 berbagai pihak mengenai upaya pemulihan kembali ini menggunakan informan (sumber data) yang suasana akademis dan pembinaan serta pengasuhan terdiri dari militer dan sipil yang mampu memimpin di IPDN harus seperti apa. Demikian pula beberapa dan melaksanakan tugas organisasi, kesatuan, pernyataan dari pihak intern IPDN seperti bangsa dan negara. Setidaknya jika IPDN mampu disampaikan oleh Rektor IPDN dalam Pikiran mengadopsi salah satu dari temuan riset ini maka Rakyat kolom-2 edisi Sabtu 7 April 2007 bahwa diharapkan perubahan-perubahan bisa dilakukan “...inti pola pengasuhan itu adalah nation and dengan baik. character building. Menurutnya bahwa, pihaknya akan tetap mengacu pada pola pengasuhan, selama Visi dan Misi dalam Boarding School belum ada lagi teori baru yang tepat untuk pembentukan nation and character building”. Satu kekuatan awal dalam menanamkan nilai-nilai Boarding School adalah menelaah visi Memang benar sistem pengasuhan yang dan misi lembaga pendidikan itu sendiri. Maka selama ini sudah diterapkan seperti dalam sistem Dalam konteks lembaga Pendidikan sekelas IPDN pembinaan militerpun sampai sekarang masih harus dilakukan Telaah dan Pembangkitan dipakai bahkan dikembangkan lebih “inovatif”. Hal kembali Janji Pamong Praja”. Tentunya IPDN lain yang terjadi selama sistem pengasuhan itu memiliki sumpah atau janji praja semacam berjalan mungkin dapat menimbulkan fenomena pengingat jiwa dan hatinya yang harus diwujudkan kekarasan yang bisa saja “diluar kontrol” sistem dalam bentuk sikap dan perilaku berdasarkan yang ada sebagaimana terjadi di IPDN. kontrol pikiran dan pengetahuannya untuk mampu Di sisi lain dari apa yang telah terjadi di menjadi seorang pamong yang berkualitas. Tak jauh IPDN melalui tuliisan ini penulis mencoba untuk berbeda jika melihat sedikit ke lingkungan memberikan pengalaman sedikit dari sebuah riset pembinaan TNI, misalnya dikenal dengan adanya yang belum lama ini penulis lakukan bersama Saptamarga. Keduanya dapat dilihat dalam satu sisi dengan salah seorang peneliti Perwira Tinggi bahkan yaitu sisi kepribadian. pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Utara dan Ada beberapa aspek yang mendukung beliau Mantan Marinir TNI AL. Hasil riset ini pembentukan kepribadian seorang calon pemimpin barangkali bisa memberikan alternatif jawaban seperti yang selama ini menjadi target setiap sistem terhadap kebutuhan teori baru dalam upaya pembinaan yang melalui sistem boarding school mewujudkan dan menanamkan nation and di mana-mana. Sebagai misal di lingkungan TNI character building di lingkungan IPDN. Salah satu upaya pembentukan kepribadian ini begitu temuan riset ini diantaranya membahas sistem terkontrol dan disiplin, sehingga outputnya memiliki pendidikan dalam rangka membentuk kepribadian tingkat disiplin yang tinggi, berwibawa, sikap TNI AL yang kita tahu bahwa core-nya adalah kerjasama dan solidaritas kebangsaan dan kurikulum. Jika IPDN akan melakukan inovasi berwawasan nusantara yang kuat. Identiknya jika kurikulum maka dari riset ini setidaknya ada bagian berbicara masalah disiplin, wibawa, kerjasama dan yang bisa dijadikan dasar untuk melakukannya. Hal solidaritas yang kuat maka sistem pendidikan mungkin saja bisa dilakukan mengingat sampel riset dengan ISSN 1412-565X napas boarding school pasti 31 mengidentikannya dengan sistem pembinaan dan kecerdasan merupakan kebutuhan putama bagi pengasuhan yang dilakukan oleh lembaga seorang militer dan serdadu, khususnya ketika pendidikan di lingkungan TNI, sebagai misal yang mereka bertempur di medan perang. Jika ingin selama ini penulis temukan yaitu di lingkungan menguji kekuatan fisik yang ditpang oleh kekuatan Akademi angkatan Laut (AAL). Hal ini juga pasti intelegensi ini maka taruna berlatih berperang, di dilakukan di AKMIL, AAU, dan Akademi sinilah kekuatan fisik itu diuji. Kepolisian. Semuanya tiada lain bertujuan dalam Lain halnya yang barangkali terjadi di mewujudkan nation character building yang lingkungan IPDN. Jika yang selama ini terpola secara regenerasi. diperlihatkan hingga memakan korban Cliff Muntu Penulis rasa di lingkungan IPDN sebagai merupakan salah satu teknik pembinaan dalam hal salah satu sistem boarding school yang telah mampu menciptakan kekuatan fisik dengan strategi yang mengadopsinya selama ini sistem pembinaan dan keliru walalupun prosentasenya sedikit, karena pengasuhan sama dilakukan. Terlepas dari kejadian IPDN harus lebih banyak menitikberatkan kepada tindak kekerasan yang menjadi salah satu teknik aspek intelektual. Jika sistem pengasuhan dan membentuk kekuatan fisik, mungkin sistem pembinaan fisik tersebut sebagai salah satu bagian boarding school ari angkatan pertama sampai dari kegiatan sistem pembinaan dan pengasuhan dengan angkatan terakhir sekarang telah mampu yang selama ini menjadi primadona di IPDN, maka melahirkan para pemimpin dan birokrat yang untuk memperoleh strategi yang jelas di kemudian handal. hal itu harus dilakukan riset yang mendalam Namun demikian jika diamati dari sehingga strategi pembinaan dan pengasuhan fisik prosesnya antara yang dilakukan di TNI dengan ini bisa lebih tepat dan proporsional. Apalagi jika yang di IPDN mungkin berbeda. Pembentukan dikaitkan dengan pernyataan Rektor IPDN ketika kekuatan fisik yang dilakukan di akademi militer itu bahwa “selama ini upaya menacari/menetapkan seperti yang dilakukan di lingkungan pendidikan teori untuk menciptakan nation character building, TNI cenderung dilakukan atas dasar kesamaptaan, masih belum ada”, berdasarkan pernyataan ini maka salah satunya kekuatan fisik melalui latihan yang penulis mencoba untuk menyampaikan pengalaman mendidik, seperti dilakukan melalui gerakan- riset yang sudah dilakukan di lingkungan TNI AL. gerakan olah tubuh yang wajar seperti push-up, Di mana temuan-temuannya bisa dikategorikan berenang, lari diterik matahari sambil bawa senjata, sebagai teknik dan teori baru dalam rangka dan sejenisnya. Sebagaimana yang penulis amati menciptakan nation character building yang dalam sebuah riset di lingkungan TNI AL, dimaksud dan diharapkan oleh plt Rektor IPDN pembinaan dan pembetukan kepribadian, khususnya sekarang bisa diadopsi dan diadaptasikan tentunya kekuatan telah bergeser dimana yang asalnya 70% juga harus dilakukan studi awal terlebih dahulu. fisik dan 30% Intelektual, maka diupayakan mampu bergeser dari minimal seimbang atau dibalik 70% Nilai-nilai dari Implementasi Boarding Scholl. inteligensi dan 30% fisik. Dengan demikian 1) Menghargai nilai budaya dan perilaku kekuatan fisik yang didukung dengan tingkat 32 komunikasi Selama Pembelajaran. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010 Ada banyak teori baru yang dapat diterjemahkan implementasinya dan antarbudaya ini diantaranya bisa dijadikan serta sebagai filter atau prinsip dalam segala tindakan dan direlevansikan dengan nafas nation character aktivitas semua komponen IPDN, bukan hanya building ini, sebagai misalnya diantaranya adalah antara Senior dan Yunior tetapi antar pejabat, dosen, aspek budaya dan perilaku komunikasinya. Khusus karyawan bahkan dengan masyarakat dimana untuk budaya baik intra maupun antarbudaya yang seorang praja berada. Sebagai misal jika dalam mampu dikomunikasikan dengan baik dalam sistem bentuk komunikasi yang sifatnya persentuhan fisik boarding school. Jika hal ini diadaptasikan dengan yang dilakukan selama pengasuhan maka prinsip kultur akademis di IPDN maka diharapkan semua kesamaan budaya dan harga-menghargai budaya prajanya mampu mengenal, menghargai dan yang berbeda akan mengingatkan senior dan yunior akhirnya bisa diwujudkan dalam perilaku yang tentang sikap dan tindakan seperti apa yang pantas saling menghargai juga. Ini memungkinkan pasti dilakukan. Lebih jauh lagi jika komunikasi dalam terjadi karena latar belakang IPDN cenderung bentuk kontak fisik seperti memukul, menempeleng berasal dari seluruh nusantara yang tentunya berbeda yang tidak terkontrol oleh perasaan akan pentinya budayanya. Jika antar praja dengan budaya yang budaya antar senior dan yunior maka hal itu berbeda maka setelah dikondisikan dengan diharapkan tidak keluar dari koridor pelaksanaan pendekatan budaya dan perilaku komunikasi ini nation and character building berbasis budaya dan tentunya dalam segala aktivitas di kampus termsuk perilaku komunikasinya. ketika senior mau membina dan mengasuh 2) Etika Komunikasi dalam Bentuk yuniornya dipastikan ia sadar dan menggunakan rasa saling hormat antar budaya masing-masing, Sentuhan Fisik Di dalam berkomunikasi, perlu sehingga tidak mungkin bertindak tanpa kontrol memperhatikan etika komunikasi. “Sebuah saling hormat menghormati. masyarakat tanpa etika adalah masyarakat yang Hal ini dipastikan IPDN mampu untuk menjelang kehancuran” ucap filosof S. Jack Odell melakukannya, sebagaimana pernulis bandingkan (1993). Menurut Odell” konsep dan teori dasar etika dengan temuan dalam riset yang dilakukan di memberikan kerangka yamg dibutuhkan untuk lingkungan TNI AL ini bahwa salah satu melaksanakan kode etik atau moral setiap orang. keberhasilan dalam melakukan proses nation and Odell yakin bahwa “prinsip-prinsip etika adalah character buildingnya- melalui sistem pembinaan prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas dan pengasuhan dengan dasar perilaku komunikasi sosial. Demikian yang diasumsikan telah intra dan antarbudaya ternyata cukup berhasil dan diimplementasikan di AAL, dengan demikian etika justru dalam setiap aktivitas merkea selama dalam selalu menjadi nomor satu sebagai kontrol masa pendidikan mampu menjadi salah satu perekat kemungkinan terjadinya arogansi dan lepas kontrol antar taruna. fisik selama pengasuhan oleh pengasuh maupun Makna yang bisa diambil dan diadaptasikan taruna senior kepada yuniornya. Walaupun dalam dengan sistem pembinaan dan pengasuhan untuk rangka pembentukan pribadi yang kuat fisik maupun IPDN dari pokok temuan perilaku komunikasi intra mental, tetapi tetap kontrol etika komunikasi ini ISSN 1412-565X 33 tetap dikedepankan khususnya ketika komunikasi menghormati dan memagang teguh janji praja dalam bentuk sentuhan fisik. tersebut. Sebuah output kepribadian Paraja, jika Pada bagian ini penulis merasa perlu untuk dikaitkan dengan konteks keluhuran budaya ini mengangkat temuan-temuan dalam riset ini sebetulnya akan berhubungan dengan kajian-kajian khususnya mengenai aspek-aspek yang mendukung implementasi lembaga IPDN khususnya terhadap kepribadian yang menjadi cita-cita dari aspek : Pertama Dinamis dan Heterogennya pembentukan kepribadian Taruna AAL, yaitu aspek Budaya, aspek ini bisa dilihat dalam keseharian solidaritas, kebersamaan, disiplin, kerjasama, dan kehidupan praja di kampus, dimana antar teman, rasa kebangsaan. Aspek-aspek ini penulis amati dan senior dan yunior sudah pasti memiliki karekter ternyata selalu tercermin pada setiap anggota TNI budaya dan pribadi yang berbeda. Akan tetapi AAL. Proses pembinaan terhadap penanaman perbedaan ini sebaiknya menjadi pondasi bagi aspek-aspek tersebut cukup sistematis dari tahun ke pembentukan kepribadian yang multi sources untuk tahun demikian penjelasan Gubernur AAL Nono membentuk aspek wawasan dan cintra tanah air. Sampono, (2005). Sistem pembinaan yang bersifat Dengan demikian praja yang dewasa dan siap terjun formal ini juga mampu memelihara sikap saling di daerah manapun adalah praja yang sudah menghormati dan mengahargai antar etnis yang mengenal betul harus bersikap dan berprilaku berbeda yang dimiliki oleh setiap taruna TNI AL, adaptif dimanapun ia kelak ditugaskan mengingat pada intinya tetap kembali pada kontrol perilaku wawasan ia akan budaya setempat sudah tidak asing komunikasi intra dan antarbudaya. lagi. Kedua, Dinamis dan Homogen, aspek ini juga Proses komunikasi intra dan antarbudaya sudah barnag tentu dapat ditemukan dalam yang terjadi di lingkungan TNI AL yang ditemukan kehidupan praja sehari-harinya di IPDN, dimana dalam riset ini ternyata pengaruh budaya begitu secara formal seperti asrama telah dikelompokkan besar sebagai kontrol yang cukup efektif. Sebagai berdasarkan provinsi dengan demikian seyogyanya misal komunikasi intrabudaya mampu tumbuh dan kondisi ini menjadi bahan kajian para praja dalam mempengaruhi komunikasi dalam kelompok- memahami secara mendalam dan bersama dengan kelompok taruna yang berbeda budaya. Seandainya rekan asal daerahnya untuk lebih paham betul akan ini bisa ditiru dan malahan sudah dilakukan juga di budaya asalnya. Kemungkinan besar jika seorang IPDN, maka kemampuan intelegensi di sini sangat praja nantinya ditempatkan di daerah asalnya dan kuat. Dan ini bisa terbentuk jika pengasuh dan praja ini memang harapan dari napasnya otonomi daerah senior mampu melakukan kontrol dengan maka ia akan lebih dewasa dalam memahami dan inteligensinya, karena mungkin IPDN 70% mengembangkan budayanya sendiri. Bukan lagi Inteligensi dan 30% fisik. sekedar kedewasaan yang diharpkan bisa ia Melalui proses pembinaan dan pengasuhan tunjukkan tetapi juga tanggungjawabnya terhadap yang berlandaskan atas janji atau Sumpah Praja ini maju-mundurnya budaya demi pembangunan maka jika implementasinya selaras dan dikontrol daerahnya. Ketiga, Homogen Terpolakan, oleh perasaan akan rasa hormat antarbudaya maka kehidupan praja inilah yang selama ini selalu pribadi-pribadi yang terbentuk juga akan semakin memunculkan konflik pembentukan kepribadian 34 Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010 dan hubungan senior-yunior serta kekeliruan dalam diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan sistem pembinaan dan pengasuhan. Sebagaimana dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung yang selama ini terjadi kemungkinan besar aspek sepanjang hayat; Ayat “Terpolakan” ini kadang selalu dipaksakan, sebagai diselenggarakan dengan memberi keteladanan, misal dalam rangka mempola kekuatan fisik agar membangun kemauan, dan mengembangkan semua praja sama baik dengan latar belakang kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. budaya A, B atau C, tetap semua sama Memang jika melihat ke dalam proses pembelajaran menginginkan suatu kekuatan yang sama terbentuk yang selama ini berlangsung di IPDN ada beberapa pada masing-masing individu. Maka selama proses hal yang mampu untuk mewujudkan keberhasilan pembentukan kepribadian yang terpolakan ini dan makna dari kedua ayat tersebut, akan tetapi kadang secara fisik dan individu tidak bisa semua untuk aspek yang sifat terpolakan seperti pembinaan mampu untuk menerimanya. Walaupun secara dan pengasuhan yang tidak melihat kondisi budaya psikologis dan ketaatan serta semangat pemikiran dan nilai-nilai rasa menghoramti tentunya justru telah dimiliki oleh semua praja, akan tetapi daya kegagalan yang akan didapat. (4) Pendidikan tahan dan kondisi fisik pada dasarnya tidak bisa Sebagaimana kita lihat lagi pembinaan fisik disamakan ebgitu saja. Jika dilihat manfaatnya yang cenderung banyak dipandang oleh sebagai memang ini akan menjadi salah satu daya jual dan perilaku kekerasan yang terjadi di IPDN padahal daya tarik serta salah satu pilihan karakter kuat bagi maksudnya sebagai salah satu teknik pembelajaran, dunia kerja lulusan kerja IPDN. Sebagai misal apakah ini sesuai dengan semangatnya ayat-ayat di semua lulusan IPDN sudah dipastikan dan atas. Jika dikaitkan dengan apa yang dikemukakan diharapkan memiliki postur tubuh yang tegap dan oleh Seman Widjojo salah seorang anggota tim tampang gagah. Akan tetapi kelanjutannya setelah investigasi yang merupakan Inspektur Jenderal ia bertugas tentunya bukan ini satu-satu-nya yang Departemen Dalam Negeri (Tempo, 9 April), akan selalu menjadi senjata keberhasilan seorang menyatakan bahwa selama ini telah terjadi kesalahan lulusan IPDN dalam meniti kariernya, justru masih dalam teknik belajar secara terus-menerus. banyak aspek lain se[perti kedua aspek sebelumnya Sebetulnya jika hal ini dicermati dari hasil riset yang tadi. dilakukan penulis di mana berdasarkan kondisi formal yang selama ini dilakukan oleh TNI seperti Merujuk Pada Kondisi Formal Dan Uu TNI AL, masalah tersebut bisa dimulai dengan Pendidikan merubah prosentase pembelajaran, yaitu 30% Fisik Pada dasarnya semua bentuk, jenis dan dan 70% Inteligensi. Dari pembinaan fisik yang 30 jenjang atau satuan pendidikan hendaknya ini maka semua prajurit dibina dalam kekuatan, selaras dengan Sisdiknas No. 20 Tahun 2003., ketahanan dan keberanian dalam menghadapi khususnya jika menelaah proses pendidikannya musuh melalui kekuatan fisik. Sangat berbedsa maka dapat dilihat pada Bab III Prinsip sekali dengan Siapa?, yang akan dihadapi oleh Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 4 ayat 3 dan 4, Praja dalam medan pekerjaannya. yang masing-masing berbunyi: Ayat (3) Pendidikan ISSN 1412-565X Berdasarkan target siapa yang akan 35 dihadapai oleh peserta didik setelah ia itu bisa dibangkitkan kembali supaya mendukung menyelesaikan proses pembelajaran inilah yang sistem pengasuhan dan pembinaan secara formal seyogyanya harus segera diperbaiki. Untuk bisa dilakukan dengan lebih pas. Demikian pula membangkitkan kembali kondisi formal dalam aspek keberlanjutan sistem pembinaannya itu pembelajaran di IPDN bisa diawali dengan cara sendiri. mengevaluasi kembali apakah proporsi Sistem pembinaan pada dasarnya bisa pembelajaran baik di ruang kelas maupun di luar dilakukan melalui dua tahap bagi lembaga yang ruang kelas atau bahkan di luar jam perkuliahan menganut sistem boarding school ini yaitu selama menperoleh pengontrolan yang tepat atau tidak. di ingkungan pendidikan itu sendiri dan selama Sistem pengontrolan pembelajaran ini tidak cukup lulusannya memangku jabatan di institusi terkait. mengandalkan pengasuh tetapi juga staf kurikulum Sebagaimana yang penulis temukan dari riset di dan dosen-dosen yang merasa bertanggung jawab lingkungan TNI AL, di mana pola-pola pembinaan dalam melakukan evaluasi keberhasilan ini terus berkelanjutan hingga TNI itu memasuki perkuliahannya. Penulis pikir ini bisa dilakukan oleh Purna Bakti. Sebetulnya antara IPDN dengan seluruh komponen IPDN. Jika penulis kaitkan antara analisis kondisi Lembaga Pemerintahan yang notabene pasti berada dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri, formal dalam hal ini penekanannya terhadap sistem sebetulnya pola-pola yang dilakukan di Lingkungan pembelajaran dalam bentuk pengasuhan dengan TNI AL ini bisa dilakukan. Salah satu pemikiran hasil riset pernah penulis lakukan, maka hal ini akan untuk masa yang akan datang bisa saja di IPDN bersentuhan dengan “ Tiga Pilar Pokok Sistem diimplementasikan sistem Pembinaan dan Pengasuhan”, yaitu (1) Aspek Agama; (2) Toleransi Pengasuhan yang tetap menujung tinggi nilai Hidup; dan (3) Keiklasan. Mungkin sejak di jenjang kebangsaan dan nasionalisme yang tetap didasarkan Taman Kanak-Kanak hingga Pendidikan Tinggi, atas tujuan membentuk manusia yang beragama, ketiga aspek ini sering disampaikan oleh para guru- mampu hidup bertoleransi dengan sesama maupun guru kita dan ini pula yang akan mewarnai perilaku berbeda agama, serta mampu berprilaku ikhlas peserta didik pada jenjang-jenjang pendidikan dalam setiap aktivitasnya. Sistem ini secara berikutnya termasuk praja di IPDN. Maka secara berkelanjutan bisa dijadikan dasar oleh seorang strategis ketiga aspek ini jika diadaptasikan dalam pamong dosen dari IPDN untuk mengontrol kualitas lingkungan pendidikan formal di IPDN setidaknya kerja lulusan IPDN di lingkungan kerjanya. Dengan akan dipengaruhi oleh nilai-nilai kebangsaan dan demikian hasilnya bisa dijadikan bahan evaluasi nasionalisme para praja dan juga dosennya, dalam untuk perencanaan program pembelajaran secara suasana pembelajaran formal yang menjungjung fornal di lingkungan IPDN untuk yang akan datang. tinggi disiplin dan kebersamaan. Keempat faktor Berikut adalah interelasi dari komponen tersebut jika dilihat kembali di lingkungan IPDN boarding school yang ideal, yaitu dapat dilihat pada maka semuanya telah ada, maka bagaimana kondisi visualisasi di bawah ini. 36 Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010 KESIMPULAN Kurikulum Kedinasan Boarding School merupakan sistem pembelajaran yang sangat relevan untuk lembaga Sistem Pembelajaran Boarding School Uji Performanc e Out Comes Supervisi dan Pendampinga n 1. TeachingLearning 2. Pengasuha n 3. Pembinaan pendidikan yang bertujuan mencetak para pemimpinan serta mencetak aspek kemandirian dan kepribadian yang utuh sesuai dengan visi dan misi dari lembaga yang bersangkutan. Dalam perencanaan dan implementasinya, maka aspek Gb. Sistem Boarding School untuk Pendidikan Kedinasan akademis yang terdiri atas kurikulum dan pola pembelajaran yang dilakasanakan harus didukung Dari ketiga temuan riset serta analisa oleh para instruktur, dosen atau guru yang memiliki gambar di atas, maka yang penulis tawarkan ini tauladan serta kemampuan dala mengasuh dan maka kebangkitan atas prestasi dari semua sistem membina peserta didiknya dalam jangka waktu yang pendidikan yang menganut pola boarding school , cukup. Mengingat masih banyaknya kelemahan seperti halnya IPDN sangat ditunggu-tunggu oleh yang biasanya muncul dari dalam diri lembega aitu masyarakat luas demi keberhasilan sistem sendiri, maka untuk ke depan penerapan sistem pendidikan dan kemajuan bangsa ini, agar para Barding School ini memerlukan suau kerjasama pemimpin yang mampu membangkitkan kembali dengan LPTK atau lembaga pendidikan lain yang bangsa ini lebih banyak dicetak. Demikian juga menurut hemat penulis memiliki kapabilitas dalam kepada pihak-pihak terkait yang sedang bidang pendidikan dan pembelajaran. menyelesaikan permasalahan dan merencanakan Demikian juga dengan sistem pengasuhan, sistem pendidikan IPDN yang akan datang penulis pengontrolan serta evaluasi harus bisa dilakukan berharap mampu mengembangkan inti pemikiran secara optimal, kalau bisa setiap hari ada dan implementasinya dari manfaat (1) Menghargai implementasi diantara ketiganya tehadap siswa atau nilai budaya dan perilaku komunikasinya; (2) Etika peserta didik yang ada di lingkungan pendidikan Komunikasi dalam Bentuk Sentuhan Fisik; dan (3) dengan borading school ini, seperti halnya di Kondisi formal. lingkungan IPDN, AAL, atau lembaga pendidikan serupa. DAFTAR PUSTAKA Bender, Urs Peter, (2001). Leadership from within Canada. Stoddert Publishing Co. Bennis Warren, (1997). “The Secrets of The Great Groups”, Journal of Leader to Leader, No. 3 Winter 1997. Cascio, Wayne F., (1995) .Managing Human Resources : Productivity, Hays. Wayne K & Miskel. Cacil G., 1978. Educational Administration: Teheory Research and Practice. New York: Random House Lashway, Larry, (1996). “Ethical Leadership”, dalam ERIC Digest 107. S. Jack Odell (1993). Philoshofis of Education Theory. New Jersey: Prentice-Hal Company. ISSN 1412-565X 37 Seman Widjojo (2007). Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri: Harian Tempo, 9 April. Suprawito, 2007. Komunikasi Intra dan Antarbudaya dalam Membentuk Kepribadian TNI. AL. Bandung: Pasca UNPAD. Thompson and Strickland. (1996). Strategic Management USA : Library of Congress. Tilaar, H. A. R., (1997). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. Jakarta : PT Grasindo. Dokumen Rujukan Rektor IPDN dalam Pikiran Rakyat kolom-2 edisi Sabtu 7 April 2007 Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Kurikulum Program Pembinaan Akademi angkatan Laut (2005). BIODATA SINGKAT Penulis adalah Dosen Universitas Pancasila Jakarta, saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Komunikasi di Universitas yang bersangkutan. 38 Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11, No. 2, Oktober 2010