Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keadaan perekonomian sekarang ini banyak perusahaan maupun
individu yang melakukan investasi di berbagai aspek seperti pasar uang, pasar
modal, komoditi dan lain-lain. Investasi melalui pasar modal selain memberikan
hasil, juga mengandung risiko. Besar kecilnya risiko di pasar modal sangat
dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Keadaan di dalam perusahaan dapat juga mempengaruhi naik atau turunnya harga
saham. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu
negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat
kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan
tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan
tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana,
kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk
tabungan
atau
diinvestasikan
dalam
bentuk
surat-surat
berharga
yang
diperdagangkan dalam pasar modal.
Pada September 2008 lalu adalah bulan dimana perusahaan-perusahaan
besar di dunia mengalami gulung tikar. Hal ini terjadi akibat dari subprime
mortgage (kredit macet) yang terjadi di tahun sebelumnya. Krisis ini terancam
berakhir dengan depresiasi ekonomi yang mendunia. Depresi ini diperkirakan
akan menghentikan pertumbuhan kesejahteraan dan lapangan kerja dalam
perekonomian Barat selama kira-kira lebih dari satu dekade. Bangkrutnya
Northern Rock di Inggris, Bear Sterns di Amerika serikat (AS), menyebabkan
kian muramnya perekonomian dunia. Sejumlah negara-negara kaya saat ini
mengalami resesi, sebagian karena kredit yang ketat dan sebagian lagi karena
melonjaknya harga minyak pada awal tahun ini. Pendapatan nasional di Inggris,
Perancis, Jerman, dan Jepang turun. Dengan melihat cepatnya para pekerja yang
kehilangan pekerjaannya dan lemahnya daya beli konsumen, perekonomian
Amerika serikat juga mengalami kemunduran. Krisis Keuangan ini juga
berdampak pada aktivitas pasar modal global. Perkembangan indeks bursa saham
di beberapa bursa dunia yang sebelumnya menunjukkan kinerja yang outperform
terkoreksi turun sampai dengan level yang tidak diperkirakan.
Bursa saham di berbagai penjuru dunia dilanda panik. Krisis keuangan
yang semakin meluas membuat investor memilih melepas saham di tangan
mereka. Akibatnya, indeks harga saham di berbagai bursa dunia kemarin
bertumbangan, salah satunya adalah indeks Hang Seng di Bursa Hong Kong
terkoreksi 4,9 persen. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia per tanggal 16 September 2008 menyentuh peringkat
terendah 1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung dari peringkat IHSG tertinggi
9 Januari 2008 di level 2.830,260. Dan pada tanggal 7 oktober 2008, pada
penutupan perdagangan, IHSG BEI kemarin melorot hingga 183,768 poin atau
10,03 persen ke peringkat 1.648,739 (www.suarakaryaonline.com). Kerugian
langsung mungkin hanya dialami sebagian kecil investor yang memiliki eksposur
atas aset-aset yang terkait langsung dengan lembaga-lembaga keuangan AS yang
bermasalah. Bursa saham Indonesia juga mengalami penurunan indeks yang
signifikan, sampai melebihi 11%, sehingga memaksa Otoritas Bursa untuk
melakukan penghentian perdagangan selama 3 hari untuk mencegah lebih
terpuruknya bursa akibat sentimen negatif.
Untuk meminimalisasi kemungkinan lebih terpuruknya indeks yang tidak
mencerminkan fundamental perusahaan, maka telah diambil berbagai langkah
antar lain, pelarangan short selling dan penyelidikan terhadap beberapa
perusahaan sekuritas yang disinyalir melakukan short selling pada saat terjadi
kepanikan di BEI. Penetapan auto rejection sampai dengan 10% (batas atas dan
batas bawah) dari sebelumnya sebesar 30%, untuk mencegah lebih terburuknya
indeks dan di sisi lain mencegah terjadinya aksi profit taking yang berlebihan dari
investor (walaupun sebenarnya kebijakan ini, terutama untuk ketentuan batas atas,
akan memperlambat pulihnya indeks/rebound). Pencanangan program buyback
oleh Pemerintah dan BUMN yang diikuti dengan diperlunaknya aturan buyback di
bursa saham, yang bertujuan untuk menstabilkan pasar saham serta mencegah
dikuasainya aset negara oleh pihak-pihak asing dengan harga sangat murah.
Hal ini juga berdampak pada inflasi. Karena melemahnya Rupiah terhadap
USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik, karena Indonesia
masih mengimpor banyak kebutuhan termasuk tepung dan kedelai. Inflasi yang
tinggi dan terus menerus melonjak bersamaan dengan lemahnya keuangan
menyebabkan bank sentral mengalami kebingungan dan menghadapi trade off
yang
berbahaya.
Mereka dapat
mengetatkan
kebijakan
moneter
untuk
menghindari dari inflasi yang lebih tinggi dan menjadi berurat akar (sebagaimana
yang dilakukan ECB), atau mereka dapat memotong suku bunga untuk
melindungi lemahnya sisi finansial (sebagaimana yang dilakukan The Fed).
Dilema tersebut sekarang berakhir. Hal tersebut terjadi karena turunnya harga
komoditas secara tajam, indeks harga konsumen yang sempat mencapai
puncaknya yang akan menimbulkan resiko inflasi telah mereda. Bila harga
minyak tetap pada peringkat saat ini, indeks harga konsumen Amerika serikat
mungkin saja turun dibawah 1 persen pada pertengahan tahun ini. Kemudian
pembuat kebijakan akan mulai segera mengkhawatirkan adanya deflasi.
Tingkat suku bunga SBI dalam 3 tahun terakhir terlihat mengalami
penurunan, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia dari
www.bi.go.id, dimana tingkat suku bunga SBI pada tahun 2006 adalah sebesar
12,74%, yang menurun menjadi sebesar 9,75% pada tahun 2007, dan kembali
menurun sebesar 8,00% di tahun 2008. Semakin menurunnya tingkat suku bunga
SBI ini dipicu oleh krisis keuangan global yang terjadi pada September 2008,
sehingga
ada
kecenderungan
banyak
investor
yang
lebih
memilih
menginvestasikan dananya di sektor perdagangan valuta asing. Krisis keuangan
ini juga mempengaruhi tingkat suku bunga SBI dan tingkat inflasi (IHK) pada
perekonomian Indonesia. Sedangkan pada bursa Hongkong yakni Hang Seng
tidak terlalu mengalami kemunduran walaupun sahamnya juga sempat merosot
sampai 4.9 persen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2003) disebutkan bahwa variabel rate of
return on total assets, devidend payout ratio, financial leverage dan tingkat suku
bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okty (2002), yang
menyebutkan bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap
harga saham adalah tingkat suku bunga dan inflasi. Dengan adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham seperti yang tersebut di atas, penelitian ini akan
difokuskan terhadap obyek penelitian bagaimana pengaruh nilai tingkat bunga
SBI, tingkat inflasi (IHK), terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
Dipilihnya faktor eksternal yang berpengaruh terhadap indeks harga saham ini
mengingat kondisi situasi perekonomian Indonesia yang mengalami perubahan
besar akibat krisis keuangan global pada September 2008 yang menyebabkan
tingkat suku bunga menurun, dan tingkat inflasi yang dalam beberapa tahun
terakhir mengalami fluktuasi yang naik turun.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai :
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK) Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2004 - 2009.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian,
maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti dan diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan Suku Bunga SBI, Inflasi (IHK) dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)?
2. Bagaimana Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK)
berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)?
3. Bagaimana Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK)
berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)?
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data,
mengolah, menganalisis dan menginterpretasikannya, guna mengkaji pengaruh
tingkat suku bunga SBI, Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesi (BEI).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan Suku Bunga SBI, Inflasi (IHK) dan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Mengetahui pengaruh secara simultan antara Tingkat Suku Bunga SBI dan
Tingkat Inflasi (IHK) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Mengetahui pengaruh secara parsial antara Tingkat Suku Bunga SBI dan
Tingkat Inflasi (IHK) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Penulis
Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang
masalah yang di teliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi (IHK) serta naik-turunnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baik secara teori maupun praktik.
2. Pembaca
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.
Juga diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya
serta memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan publik terutama
pengaruh signifikan Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi (IHK), terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Selain itu juga dapat memberikan
informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pemegang saham, kreditur dan
pihak-pihak terkait lainnya.
3. Perusahaan
Memberikan masukan dan saran sebagai bahan perbandingan dan analisis
mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi (IHK), dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) serta sejauh mana ketiga hal tersebut berpengaruh
terhadap operasional perusahaan. Penelitian ini juga dapat membantu manajemen
dalam perusahaan tersebut untuk meningkatkan kualitas pengetahuannya tentang
ketiga hal tersebut.
1.5 Kerangka Pemikiran
Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan sekuritas jangka
panjang (lebih dari satu tahun). Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis
yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang
membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Dalam
melakukan investasi para investor tidak begitu saja menanamkan modalnya
kepada asset tertentu, melainkan harus dengan pertimbangan dan analisis-analisis
tertentu. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh return dan risiko
yang optimum. Investasi di pasar modal selain memberikan hasil juga
mengandung risiko.
Eduardus Tandelilin mengemukakan bahwa Risiko investasi merupakan
kemungkinan perbedaan antar return aktual dengan return yang diharapkan.
Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi
tersebut(2001:48). Berkaitan dengan investasi di pasar modal maka risiko adalah
kemungkinan kegagalan memperoleh dividen dan capital loss. Ada banyak faktorfaktor yang mempengaruhi risiko investasi, baik yang berasal dari internal
perusahaan (emiten) ataupun eksternal perusahaan. Risiko yang berasal dari
internal perusahaan hanya akan mempengaruhi satu atau sedikit perusahaan
biasanya berkaitan dengan kinerja perusahaan yang bersangkutan dan disebut
sebagai
unique
risk
atau
unsystematic
risk.
Unique
risk
ini
dapat
diminimalisasikan dengan cara diversifikasi yaitu penyebaran investasi kedalam
sekuritas yang beragam. Sedangkan risiko yang berasal dari luar perusahaan dan
mempengaruhi semua ataupun banyak perusahaan, biasa disebut systematic risk.
Systematic risk ini berkaitan dengan banyak hal diantaranya adalah faktor-faktor
makroekonomi, dan faktor-faktor eksternal lainnya seperti kondisi politik,
kebijakan pemerintah, hukum, dan lain-lain. Pergerakan indeks harga saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang merupakan rata- rata tertimbang dari harga seluruh saham
perusahaan pada bursa saham. IHSG merupakan ringkasan dari dampak simultan
atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena
ekonomi, bahkan dewasa ini indeks harga saham dijadikan barometer kesehatan
ekonomi suatu negara dan sebagai landasan statistik atas kondisi pasar terakhir.
Dengan mengkaji perilaku IHSG, seorang investor akan memperoleh gambaran
mengenai kinerja berbagai saham. Sedangkan penelitian yang akan diuji ini hanya
terfokus pada beberapa faktor makroekonomi, diantaranya adalah tingkat suku
bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK).
Tendi Haruman, dkk (2005) menemukan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara faktor ekonomi makro, faktor fundamental, dan risiko sistematis
terhadap tingkat pengembalian saham. Mudji Utami & Mudjilah Rahayu (2003)
juga melakukan penelitian tentang tingkat Profitabilitas, suku bunga, Inflasi, dan
Nilai Tukar dalam mempengaruhi Pasar Modal Indonesia selama krisis ekonomi.
Hasil penelitian terbukti secara empiris bahwa profitabilitas (ROA), suku bunga,
inflasi, dan nilai tukar secara simultan mempengaruhi harga saham badan usaha
secara signifikan selama krisis ekonomi. Sedangkan secara parsial, hanya suku
bunga dan nilai tukar rupiah yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap badan
usaha selama krisis ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui apakah fenomena perubahan Tingkat Suku Bunga
SBI dan Tingkat Inflasi (IHK) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Dari kerangka pemikiran yang telah
diuraikan, dapat digambarkan dalam bagan kerangka pemikiran penelitian sebagai
berikut :
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran
Pasar Modal
Investasi
Risiko Tidak
Kinerja Pasar
Modal
IHSG
Sumber : Penulis
: Diteliti
: Tidak diteliti
Risiko
sistematis
Faktor faktor
Fundamental
Tingkat
SBI
Tingkat
Inflasi
Faktor-faktor non
Fundamental
Politik
Sosial
Keamanan
Hukum
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat di atas maka hipotesis
yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi (IHK) Secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3. Tingkat Inflasi (IHK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah sebuah metode yang mempermudah penulis
dalam menyusun sebuah laporan dengan menggunakan penelitian yang biasanya
dilakukan pada waktu sebelumnya. Sedangkan penelitian merupakan suatu
rangkaian proses, yang berisikan tahap-tahap yang dilakukan secara terencana dan
sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode
verifikatif. Menurut Moh. Nazir (2005 : 89), metode deskriptif adalah :
Studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat,
dimana didalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat
sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi
untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk
meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Rasdihan Rasyad
(2003 : 6) adalah :
Metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
kausalitas anatar variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui
suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang
menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima.
Tujuan dari penelitian verifikatif ini digunakan untuk menjawab
permasalahan mengenai hubungan serta pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen di dalam penelitian ini.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi pada seluruh perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009. Dimana data diperoleh dari buku
laporan IDX yang terdapat di pojok BEI Universitas Sanggabuana yang berlokasi
di Jalan PHH. Mustafa No. 68 Bandung, www.idx.co.id,
dan www.bi.go.id.
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi maka
penelitian ini dimulai pada bulan oktober 2009 sampai dengan selesai.
Download