Pengaruh Stress Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

advertisement
Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 Pengaruh Stress Kerja Terhadap
Prestasi Kerja Karyawan
Endang Suswati1
Ibnu Azizi Al Ayyubi2
1
Dosen Tetap Prodi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Gajayana
2
Alumnus Prodi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Gajayana
Abstract
The aims of research were to analyze the
significance level of influence of job stress,
which included the physiological stress,
psychological stress and behavioral stress,
on the employees performance, and to
identify the stress variable dominantly
influence the performance. Moreover, it
was focused on the stress problems of the
production division ‘employee on PT.
Indohamafish Bali. The respondents were
selected using the simple random sampling.
The result showed the significance
influence of the job stress’ variable toward
the
employee
performance,
both
simultaneously and partially. Based on the
regression coeffients, the psychological
stress variable was influence more on the
performance of employees than the
physiological stress and behavioral
variables.
Keywords
Job stress, employee performance
M
anusia sebagai sumber daya
diharapkan dapat lebih aktif
dalam
mengoptimalkan
pekerjaan dalam suatu perusahaan,
sehingga perusahaan selalu berupaya untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang
dapat melakukan pekerjaannya karena hal
tersebut
merupakan
kunci
bagi
perkembangan perusahaan mendatang.
Situasi tekanan perusahaan tersebut secara
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 langsung berpengaruh terhadap keberadaan
stress karyawan. Menurut Gibson (1996),
stress
merupakan
suatu
tanggapan
penyesuaian yang merupakan konsekuensi
dari setiap tindakan, situasi atau peristiwa
di lingkungan luarnya yang menetapkan
tuntutan berlebih pada seseorang. Dalam
hal ini stress dipandang sebagai satu
kondisi atau keadaan emosional seseorang.
Dampak dari stress akan nampak
dan mempengaruhi gejala psikologis, gejala
fisik dan gejala perilaku atau semuanya
sehingga
secara
langsung
stress
berpengaruh terhadap seluruh individu.
Secara individu, reaksi karyawan terhadap
stress selain berdampak negatif, ternyata
juga bisa berdampak yang positif yakni
membuat kebalikan dari gejala-gejala stress
kerja ynag bersifat negatif. Hal ini terjadi
tergantung tingkat stress dan ketahanan
individu terhadap stress. Secra umum, bagi
karyawan
yang
sulit
melakukan
penyesuaian diri terhadap stress akan
menggangu keseimbangan kejiwaan dan
fisik karyawan. Hal ini bila dibiarkan akan
berdampak pada penurunan prestasi kerja
karyawan dan jika sudah demikian stress
yang dialami karyawan tergolong tinggi,
sedangkan bagi karyawan lain justru
menjadi daya dorong prestasi kerjanya.
Secara nyata stres fisiologis
seorang karyawan dengan seringnya
karyawan
merasakan
sakit
kepala,
mengkatnya detak jantung dan pernapasan
serta perubahan dalam sistem metabolisme.
Mengenai stres psikologis karyawan sering
merasakan kebosanan dalam bekerja,
mudah marah, tersinggung, mengalami
kecemasan, dan lain-lain. Sedangkan stres
perilaku dapat diketahui dari adanya
perubahan
produktivitas,
mengkatnya
absensi kerja, adanya perubahan dalam
kebiasaan makan dan lain-lain. Adanya
tanda-tanda
tersebut
maka
dapat
diindikasikan bahwa karyawan mengalami
tingkat stre yang tinggi sehingga
mempengaruhi
prestasi
kerja
yang
dihasilkan seorang karyawan.
Stres yang terlalu besar bisa
mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadap lingkungan. Stres sering
muncul dan terjadi pada perusahaan
khusunya pada karyawan. Meskipun stres
dapat diakibatkan oleh hanya satu
penyebab, namun biasanya karyawan
mengalami stres karena kombinasi dari
penyebab stres tersebut. Ada dua kategori
penyebab stres, yaitu on the job dan off the
job. Penyebab stres on the job merupakan
penyebab stres yang terjadi dari dalam
perusahaan , sedangkan penyebab stres off
the job adalah penyebab stres yang terjadi
dari luar perusahaan. Masalah-masalah
yang terjadi diperusahaan yang berkaitan
dengan pekerjaan secara otomatis akan
menyebabkan karyawan mengalami stres
dalam bekerja dan secara otomatis akan
berpengaruh atas prestasi kerjanya.
Kondisi
seseorang
yang
dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang
melampaui kemampuan individu akan
memacu individu tersebut mengalami stres.
Lebih jauh lagi bahwa stres yang terlalu
tinggi berakibat negatif bagi perusahaan
dan juga prestasi kerja individu.
Menanggapi kondisi yang seperti ini, maka
perusahaan dituntut untuk menjaga agar
karyawan tidak sampai mengalami stres
yang terlalu berlebihan sehingga karyawan
akan dapat bekerja lebih baik dan dapat
meningkatkan prestasi kerja dengan tujuan
agar kegiatan operasional perusahaan dapat
berjalan lancar sesuai tujuan yang
diharapkan.
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh yang signifikan
antara stres kerja yang meliputi stres
fisiologis, stres psikologis dan stres
perilaku terhadap prestasi kerja karyawan,
serta untuk mengetahui variabel stres kerja
yang paling berpengaruh terhadap prestasi
kerja karyawan. Lebih jauh, ruang lingkup
pembahasan dititikberatkan pada masalah
stres kerja karyawan bagian produksi pada
Perusahaan
Pengalengan
Ikan
PT.
Indohamafish Bali.
Hasil Penelitian Terdahulu
Puspitasari
(2005)
meneliti
pengaruh stres kerja terhadap prestasi kerja
perawat Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang. Berdasarkan hasil analisis regresi
linier berganda menunjukkan bahwa
variabel
stres
mampu
menjelaskan
perubahan prestasi kerja perawat sebesar
70,4%. Hasil uji secara parsial dan simultan
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel stres kerja
yang meliputi stres fisiologis, stress
psikologis dan stres perilaku terhadap
prestasi kerja perawat diinstansi tersebut.
Variabel
stres
kerja
psikologis
diidentifikasi
mempunyai
pengaruh
dominan terhadap prestasi kerja perawat.
Stres Kerja
Menurut Gibson (1996), stres
kerja adalah suatu tanggapan seseorang atas
kondisi yang terjadi biasanya berupa
kelebihan tuntutan atau kemampuan
individu dalam memenuhi tuntutan
terutama aktivitas atau pekerjaan yang
dilakukan.
Stres kerja dapat dilihat dari tiga
kategori umum yang bisa dijadikan variabel
stres kerja, yaitu meliputi stres fisiologis,
stres psikologis dan stres perilaku. Stres
fisiologis adalah stres yang dapat
menciptakan
perubahan
dalam
metabolisme, meningkatkan laju detak
jantung dan pernafasan, meningkatkan
tekanan darah, menimbulkan sakit kepala
dan menyebabkan serangan jantung; stres
psikologis adalah stres yang dapat
menyebabkan
ketidakpuasan
dalam
bekerja; dan stres perilaku adalah stres
yang berpengaruh terhadap perubahan
produktifitas, absensi juga perubahan
dalam kebiasaan makan, meningkatnya
merokok dan konsumsi alkohol, bicara
cepat, gelisah serta gangguan tidur
(Robbins, 2002).
Kondisi
yang
cenderung
menyebabkan stres disebut stressor.
Hampir setiap kondisi pekerjaan bisa
menyebabkan stres tergantung pada reaksi
karyawan. Menurut Handoko (2001),
faktor-faktor penyebab stres diantara
kondisi-kondisi kerja adalah beban kerja
yang berlebih, tekanan atau desakan waktu,
kualitas supervisi yang jelek, iklim politis
yang tidak aman, umpan balik tentang
pelaksanaan kerja yang tidak memadai,
wewenang yang tidak mencukupi untuk
melaksanakan
tanggung
jawab,
kemenduaan peranan, frustasi, konflik antar
pribadi dan antar kelompok, perbedaan
nilai-nilai perusahaan dan karyawan, serta
berbagai bentuk perubahan.
Stres karyawan juga dapat
disebabkan masalah-masalah yang terjadi
diluar perusahaan. Penyebab stres “off the
job”, antara lain kekuatiran finansial,
masalah yang bersangkutan dengan anak,
masalah phisik, masalah perkawinan (misal
perceraian), perubahan perubahan yang
terjadi ditempat tinggal, serta masalah
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 pribadi lainnya, seperti kematian sanak
saudara (Robbins, 2002).
Mendeteksi stres kerja dan bentuk
reaksinya mmaka terdapat beberapa
langkah yang dapat dilakukan persahaan
dalam rangka mengatasi stres kerja yang
dihadapi karyawan. Langkah-langkah yang
dilakukan perusahaan dalam mengatsi stres
kerja meliputi merumuskan kebijaksanaan
manajemen
dalam
membantu
para
karyawan dalam menghadapi bebagai stre,
menyampaikan kebijaksanaan tersebut
kepada seluruh karyawan sehingga mereka
mengetahui kepada siapa mereka dapat
meminta bantuan dan dlam bentuk apa jika
mereka menghadapi stres, melatih para
manajer dengan tujuan agar mereka peka
terhadap timbulnya gejala stres dikalangan
para bawahannya dan dapat mengambil
langkah-langkah tertentu sebelum stres
berdampak negatif terhadap prestasi kerja
para bawahannya, melatih para karyawan
mengenali dan menghilangkan sumbersumber stres, membuka jalur komunikasi
dengan para karyawan, memantau terus
kegiatan organisasi sehingga kondisi yang
dapat menjadi sumber stres dapat
diidentifikasi dan dihilangkan secara dini,
menyempurnakan rancang bangun tugas
dan ruang kerja sedemikian rupa sehingga
berbagai bumber stres yang berasal dari
kondisi kerja yang dapat dielakkan, serta
menyediakan jasa bantuan bagi karyawan
bila mereka sempat menghadapi stres
(Siagian, 2002).
Prestasi kerja
Prestasi
kerja
merupakan
perwujudan hasil karya seseorang yang
pada
nantinya
akan
menentukan
keseluruhan dari keberhasilan dari faktorfaktor
yang
berpengaruh
dalam
menentukan apakah seseorang akan bekerja
atau berprestasi lebih baik. Menurut
Sinungan (2000), prestasi kerja merupakan
suatu konsep yang bersifat universal yang
bertujuan untuk menyediakan lebih banyak
barang dan jasa untuk lebih banyak
manusia dengan menggunakan sumbersumber riil yang makin sedikit. Prestasi
kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanaya (Dharma, 1991).
Mangkunegara (2000) menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
kerja adalah faktor individual, faktor
sumber daya dan faktor situasi. Prestasi
kerja dicapai antara karyawan karena
adanya faktor individu yang berbeda,
misalnya adanya perbedaan kemampuan.
Seorang karyawan mungkin sangat
berkeinginan untuk mencapai prestai yang
tinggi dengan cara yang sangat sempurna
mungkin karena kemampuannya kurang
memadai tetapi prestasinya tetap saja
berada dalam rentang rata-rata. Maka
karyawan tersebut akan termotivasi dan
berusaha untuk mengatasi, memindahkan
dan mengurangi ketidakmampuan itu.
Namun apabila upaya terjadi konflik
tentang pekerjaan dalam diri individu akan
terganggu dan prestasi kerja karyawan
menjadi menurun.
Prestasi kerja juga akan terbatas
seandainya sumber daya yang tersedia tidak
memadai. Jika dalam suatu perusahaan
terdapat kelangsungan sumber daya maka
konflikpun akan terjadi yaitu adanya
persaingan antar sumber daya. Semakin
penting sumber daya tersebut bagi mereka,
semakin besar kemungkinan konflik akan
berkembang serta akan semakin tajam.
Sumber daya ini mungkin dalam bentuk
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 perlengkapan, akses teknologi, informasi
dan anggaran, ruang dan sebagainya.
Faktor situasi juga berpengaruh
pada tingkat prestasi kerja yang dicapai
seorang karyawan. Dalam situasi yang
mendukung misalnya kondisi yang terang
iklim, dan suasana kerja yang sehat, gaya
kepemimpinan yang positif, pengakuan atas
pendapat bawahan serta sistem kerja yang
mendukung tentunya akan mendorong
prestasi kerja yang tinggi.
Hubungan Antara Stres dengan Prestasi
Kerja
Stres dapat sangan membantu atau
fungsional, tetapi juga dapat berperan salah
atau merusak prestasi kerja. Secara
sederhana hal ini berarti bahwa stres
mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung
seberapa besar tingkat stres. Bila tidak ada
stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak
ada dan prestasi kerja juga cenderung
rendah. Sejalan dengan meningkatnya
stresmaka prestasi kerja cenderung naik
karena stres membantu karyawan untuk
mengarahkan segala sumber daya dalam
memenuhi berbagai persyaratan atau
kebutuhan pekerjaan. Bila stres sudah
mencapai puncak yang dicerminkan dengan
kemampuan pelaksanaan kerja harian
karyawan, maka stres tambahan akan
cenderung tidak menghasilkan perbaikan
prestasi kerja. Akhirnya bila stres menjadi
terlalu besar, prestasi kerja akan mulai
menurun karena stres mengganggu
pelaksanaan
pekerjaan.
Karyawan
kehilangan
kemampuan
untuk
mengendalikannya dan menjadi tidak
mampu untuk mengambil keputusankeputusan dan perilakunya menjadi tidak
teratur. Akibatnya prestasi kerja semakin
menurun karena karyawan sakit atau tidak
kuat bekerja lagi, putus asa, keluar atau
melarikan diri dari pekerjaan dan mungkin
bisa diberhentikan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan diperusahaan
Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali
yang merupakan perusahaan yang terbesar
dalam usaha pengalengan ikan dengan
mempekerjakan karyawan dalam jumlah
yang banyak. Kondisi tersebut ditengarai
rentan terjadinya stres kerja para karyawan.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh karyawan
bagian
produksi
pada
Perusahaan
Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali
yang secara keseluruhan sebanyak 523
karyawan.
Pengambilan
sampel
menggunakan teknik simple random
sampling dikarenakan jumlah populasi pada
penelitian ini telah diketahui jumlahnya dan
sampel yang diperoleh merupakan sampel
kesempatan sehingga hasilnya dapat
dievaluasi secara objektif (Singgih dan
Tjiptono, 2001), dimana diperoleh jumlah
sampel yang diambil sebanyak 84 orang.
Metode Pengumpulan Data
Data
yang
diperlukan
dikumpulkan dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap
obyek penelitian. Teknik pengumpulan data
yang utama digunakan adalah kuesioner
atau set pertanyaan yang secara logis
berhubungan pada masalah penelitian dan
tiap pertanyaan merupakan jawabanjawaban
yang
mempunyai
makna.
Pertanyaan dalam penelitian ini berisi
tentang fakta yang berupa tingkat stress
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 kerja dan prestasi kerja yang telah
diberikan karyawan bagian produksi
kepada perusahaan, serta pertanyaan lain
(opnion) mengenai penelitian yang
dilakukan
oleh
perusahaan
disertai
penanganan stress kerja.
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas
dan satu variabel terikat. Variabel bebas
pertama adalah Stres Fisiologis (X1), yaitu
stress yang dapat menciptakan perubahan
dalam metabolisme, meningkatkan laju
detak
jantung
dan
pernafasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
sakit kepala. Variabel bebas kedua adalah
Stres Psikologis (X2), yaitu stress yang
dapat menyebabkan karyawan tidak pernah
mengalami ketidakpuasan di dalam bekerja.
Variabel bebas ketiga adalah Stres Perilaku
(X3), yaitu stress yang ditunjukkan oleh
perilaku seorang karyawan. Prestasi kerja
karyawan merupakan variabel terikat, yaitu
suatu hasil karya yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya, yang didasarkan
atas
kecakapan,
pengalaman
dan
kelangsungan waktu serta ukuran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan dalam
usaha pencapaian target produksi yang
telah ditetapkan yang pada gilirannya akan
menentukan keseluruhan dari keberhasilan.
Metode
pengukuran
data
menggunakan
skala
likert,
yang
menghadapkan
responden
dengan
menggunakan alat-alat yang mempunyai
gradasi dari yang sangat positif sampai
yang paling negative. Setiap item akan
diberi lima pilihan jawaban untuk setiap
pertanyaan.
Metode Analisis Data
Pertama, untuk mencari pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel
terikat digunakan model analisa regresi
linier berganda. Berikutnya, untuk menguji
tingkat signifikansi dari pengaruh secara
simultan antara variabel independent yang
meliputi stress fisiologis, stress psikologis
dan stress perilaku terhadap prestasi kerja
karyawan digunakan uji F. Terakhir, untuk
menguji tingkat signifikansi dari pengaruh
masing-masing
variabel
independent
terhadap variabel dependent secara parsial
digunakan uji t.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas atas Variabel Penelitian
Item Pertanyaan
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X3.1
X3.2
X3.3
Pearson correlation
0,433
0,292
0,528
0,365
0,474
0,562
0,547
0,454
0,548
0,443
0,422
0,442
0,414
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Sig.
0,000
0,007
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Sumber: Data primer diolah, 2008.
0,505
0,309
0,398
0,532
0,479
0,580
0,487
0,589
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas atas Variabel Penelitian
Variabel
X1(Stres Fisiologis)
X2(Stres Psikologis)
X3(Stres Perilaku)
Y (Prestasi Kerja Karyawan)
Sumber: Data primer diolah, 2008.
Alpha
0,6600
0,6689
0,6620
0,6354
HASIL PENELITIAN
mengendalikan stress fisiologis yang terjadi
maka prestasi kerja karyawan bagian
produksi pada Perusahaan Pengalengan
Ikan PT. Indohamafish Bali akan naik
sebesar 0,249; variabel stress psikologis
(X2) mempengaruhi Y sebesar 0,327
dengan tanda positif, yang berarti apabila
perusahaan mampu mengendalikan stress
psikologis yang terjadi makan prestasi kerja
karyawan perusahaan akan naik sebesar
0,327; dan variabel stress perilaku (X3)
mempengeruhi prestasi kerja karyawan (Y)
sebesar 0,236 dengan tanda positif, yang
berarti
apabila
perusahaan
mampu
mengendalikan atas stress perilaku yang
terjadi maka prestasi kerja karyawan bagian
produksi pada perusahaan pengalengan
ikan PT. Indohamafish Bali akan naik
sebesar 0,236. Hasil-hasil dengan asumsi
apabila
variabel-variabel
lainnya
mempunyai nilai sama dengan nol.
Hasil Uji Instrumen
Hasil uji validitas menunjukkan
instrumen terbukti valid, dimana nilai
signifikansi (Sig.) masing-masing dari
veriabel penelitian (yaitu: stress fisiologis,
stress psikologis dan stress perilaku, serta
prestasi kerja karyawan) lebih besar dari α
(5%). Dengan demikian, semua pertanyaan
dapat digunakan dalam penelitian ini. Hasil
uji validitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil uji reliabilitas untuk seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliable, yang mana didasarkan pada nilai
koefisien Cronbach’s Alpha yang berada
diatas 0,6. Hasil uji validitas tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.
Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil pengolahan
yang terangkum dalam Tabel 3, diperoleh
bahwa variabel stress fisiologis (X1)
mempengaruhi prestasi kerja karyawan (Y)
sebesar 0,249 dengan tanda positif, yang
berarti
apabila
perusahaan
mampu
Nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,727 menunjukkan bahwa
pengaruh stress kerja terhadap prestasi
kerja karyawan dijelaskan sekitar 72,7%
oleh variabel stress fisiologis, sedangkan
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 stress psikologis dan stress perilaku
sedangkan sisanya 27,3% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak termasuk
dalam penelitian ini.
Nilai koefisien korelasi (R)
sebesar
0,853
memberi
gambaran
hubungan yang erat antara variabel stress
fisiologis, stress psikologis dan stress
perilaku terhadap variabel prestasi kerja
karyawan, karena nilai R tersebut
mendekati 1.
Untuk
mengetahui
tingkat
signifikansi dari pengaruh variabel
independent secara simultan terhadap
variabel dependent digunakan uji F (F-test)
yaitu dengan cara membandingkan nilai
signifikansinya
dengan
α
(5%).
Berdasarkan hasil analisis regresi di dalam
Tabel 3 diperoleh nilai Fhitung sebesar
71,189 dengan signifikansi 0,000, sehingga
disimpulkan bahwa nilai signifikansi F
lebih kecil dari α. Dengan demikian,
terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan dari stress kerja yang meliputi
stress fisiologis, stress psikologis dan stress
perilaku terhadap prestasi kerja karyawan
bagian
produksi
pada
Perusahaan
Pengalengan Ikan PT. Indohamafish Bali.
Untuk
mengetahui
tingkat
signifikansi dari pengaruh masing-masing
variabel independent, yaitu stress kerja
yang meliputi stress fisiologis, stress
psikologis dan stress perilaku, secara
parsial terhadap prestasi kerja karyawan
maka digunakan uji T yaitu dengan cara
membandingkan nilai signifikansi T dengan
α, (5%). Berdasarkan hasil analisis regresi
di dalam Tabel 3 diperoleh nilai
signifikansi untuk variabel stress fisiologis
(X1), variabel stress psikologis (X2) serta
variabel stress perilaku (X3), masingmasing sebesar 0,000 < α, (5%). Berarti
adanya pengaruh parsial yang signifikan
dari setiap variabel stress kerja tersebut atas
prestasi kerja karyawan bagian produksi
Perusahaan
Pengalengan
Ikan
PT.
Indohamafish Bali (Y).
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel
Beta
X1
0,249
X2
0,327
X3
0,236
Constanta : - 0,005
R2
: 0,727
R
: 0,853
F
:71,189
Sig.
: 0,000
Sumber: Data primer diolah, 2008.
Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa
berdasarkan uji F terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan variabel stress
kerja yang meliputi stres fisiologis, stres
psikologis dan stres perilaku terhadap
prestasi kerja yang pada karyawan bagian
Standar Error
0,055
0,048
0,036
t
4,518
6,862
6,560
Sig.
0,000
0,000
0,000
produksi pada perusahaan Pengalengan
Ikan PT. Indohamafish Bali. Berdasarkan
hasil uji t dapat dibuktikan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial
atau individual variabel stres kerja yang
meliputi stres fisiologis, stres psikologis
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 dan stres perilaku terhadap kerja karyawan
bagian produksi.
Lebih
lanjut,
berdasarkan
koefiensi regresi masing-masing variabel,
diketahuii bahwa variabel stres psikologi
(X2) mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap prestasi kerja karyawan bagian
produksi pada Perusahaan Pengalengan
Ikan PT. Indohamafish Bali dibandingkan
variabel stres fisiologis dan stres perilaku.
Secra teoritis, hasil penelitian ini
didukung oleh pernyataan Gibson (1996)
yang menyatakan bahwa stress kerja yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan prestasi
kerja mengalami penurunan, karyawan
berprestasi rendah, sukar tidur, lekas
marah, kesalahan meningkat, keraguan
dalam bekerja yang akhirnya berakiba
kinerja karyawan menurun. Sebaliknya,
stress kerja yang rendah berakibat
menimbulkan
kebosanan,
motivasi
menurun, prestasi rendah, sikap acuh,
sehingga kinerja karyawan rendah.
perusahaan dapat menerima segala
masukan yang diberikan karyawan untuk
peningkatan prestasi kerja dan selalu
melibatkan karyawan dalam berbagai
kebijakan terkait keberadaan karyawan di
perusahaan.
Pihak
pimpinan
perusahaan
seharusnya
tetap
menjaga
tingkat
keharmonisan hubungan kerja yang terjalin
selama ini serta dalam memberikan tugas
atau
pekerjaan
dilakukan
dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masingmasing karyawan, selain juga diharapkan
untuk tetap melakukan evaluasi atas prestsi
kerja yang telah dicapai oleh karyawan, hal
tersebut dalam rangka untuk proses
pengendalian atas stress kerja yang terjadi
pada karyawan.
KESIMPULAN
Pihak manajemen perusahaan
melakukan pendekatan secra baik kepada
para karyawan agar segala bentuk
permasalahan
yang
menyangkut
keberadaan karyawan di perusahaan dapat
terselesaikan denga baik sehingga tidak
menghambat atas aktivitas yang dilakukan
di perusahaan.
Langkah nyata yaitu memberikan
jaminan
bahwa
pekerjaaan
yang
dibebankan perusahaan dapat terselesaikan
baik sesuai ketentuan yang telah ditetapkan,
selalu mengendalikan stress kerja yang
terjadi pada karyawan agar stress kerja
tersebut tidak menurunkan prestasi kerja
yang dicapai para karyawan, serta
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 5, No. 2, November 2008, 119-­‐128 DAFTAR PUSTAKA
Dharma, A. 1991. Manajemen Perilaku
Organisasi: Pendayagunaan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gibson, I.D. 1996. Organisasi. Jilid
Pertama. Jakarta: Penerbit Binarupa
Aksara.
Handoko,
T.H.
2001.
Manajemen
Personalia Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Mangkunegara, A.P. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusi Perusahaan.
Cetakan
Kedua.
Bandung:
PT.
Rosdakarya Offset.
Studi Manajemen Swagata. Velume 2,
Nomor 2. Hlm.: 34-46.
Robbins, S. 2002. Perilaku Organisasi.
Jilid etiga. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Siagian, S.P. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
Singgih, S. dan Tjiptono, F. 2000. Riset
Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT. Gramedia.
Sinungan, M. 2000. Produktivitas Apa Dan
Bagaimana. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Puspitasari. 2005. Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Prestasi Kerja perawat Rumah
Sakit Syaiful Anwar Malang. Jurnal
E. Suswati & I.A. Al Ayyubi, Pengaruh Stress Kerja terhadap Prestasi Kerja 
Download