analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi

advertisement
ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA
SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Aris Takomala
NIM 105051101999
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR
REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Aris Takomala
NIM 105051101999
Di bawah Bimbingan
Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd
NIP 19640212 199703 2 001
KONSENTRASI JURNALISTIK
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA
UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, program studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 4 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota,
Sekretaris merangkap anggota,
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP 19700903 199
Rubiyanah, MA
NIP 19730822 199803 2 001
Anggota,
Penguji 1
Penguji 2
Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si
NIP 150275288
Drs. Suhaimi, M. Si
NIP 19670906 199403 1 002
Pembimbing
Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd
NIP 19640212 199703 2 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Mei 2009
Aris Takomala
ABSTRAK
Aris Takomala
Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi
Desember 2008
Jurnalistik merupakan kegiatan mencari, meliput, menulis, mengolah, dan
menyebarkan berita kepada khalayak melalui pers. Sedangkan pers ialah lembaga
sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik.
Dalam pengertian luas pers ialah media massa.
Persoalan bahasa sangat penting dalam proses kerja jurnalistik. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi atau
berita. Suatu informasi tidak akan sampai kepada pembaca jika bahasa tidak
digunakan secara baik dan benar.
Bahasa yang digunakan wartawan dalam media massa disebut bahasa
jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam
bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa tersebut memiliki ciri-ciri khusus
yang membedakan antara bahasa ilmiah dan sehari-hari. Sosok bahasa jurnalistik
digunakan untuk berita atau laporan yang sedang terjadi hari ini atau sekarang ini.
Bukan untuk berita yang terjadi di masa-masa lampau atau berita yang sudah lama
untuk diangkat oleh media massa.
Surat kabar merupakan media massa yang berbentuk lembaran-lembaran.
Dalam penyampaian informasinya surat kabar dituntut menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Disamping itu, dapat diterima oleh masyarakat yang berintelektual
minimal. Dalam hal bahasa, banyak kalangan menganggapnya sebagai hal sepele.
Kesalahan ejaan sering ditemukan, penggunaan kalimat-kalimat rancu juga sering
dijumpai. Kata-kata mubazir masih terdapat dalam penulisan berita, bahkan masih
terdapat kalimat yang berbelit-belit. Begitu juga surat kabar Republika tidak luput
dari kesalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar
Republika. Peneliti mengambil sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis
deskriptif. Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran
mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. Dalam
pengumpulan datanya peneliti melakukan wawancara. Selain itu, peneliti meneliti
langsung teks berita utama Republika.
Hasil penelitian menunjukkan, ciri tidak mubazir dan tidak klise yang
sering dilanggar. Buktinya ialah 124 kalimat yang diteliti dari berita utama
tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri
bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar
ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu
kalimat melanggar jelas makna.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,
dengan rahmat dan inayahNya skripsi “ANALISIS BAHASA JURNALISTIK
BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008”
selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Skirpsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa
dan mahasiswi. Selain itu, merupakan salah satu syarat memperoleh gelar strata 1
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan
dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sutomo dan Ibu Engkom yang
membesarkan dan mendidik penulis. Serta selalu memberikan
dorongan dan nasihat kepada penulis. Dan yang paling utama adalah
do’a beliau yang tulus untuk penulis sehingga allhamdullillah akhirnya
skripsi selesai tepat pada waktunya.
2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A.
3. Dr. Arif Subhan, M.A Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
(FDK) beserta stafnya.
4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi M.Si dan Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah M.A.
5. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd yaitu pembimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak.
6. Bapak Fahmi Bagian Sekretariat Redaksi dan Bapak Elba Damhuri
sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Republika terima kasih telah
menerima penulis melakukan penelitian di Republika.
7. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
8. Pimpinan beserta karyawan perpustakaan IISIP Jakarta, perpustakaan
utama serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga kakak penulis yaitu Sri Komala Sari dan suaminya Deni
Effendi. Serta kedua putranya Rama dan Fakhri terima kasih do’a dan
semangatnya. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada
penulis.
10. Saudara-saudara penulis terima kasih atas do’anya.
11. A. R. Wildan terima kasih telah memperbaiki komputer penulis ketika
ada masalah. Lukman dan Dodi terima kasih waktunya mengajarkan
bahasa Arab kepada penulis. Nanda dan Akbar yang selalu membuat
penulis tertawa. Serta teman-teman yang berada di kostan Lukman
terima kasih banyak.
12. Teman-teman angkatan 2005 dari A-Z (Akbar, Wildan, Alfan, Angga,
Asep, Asih, Dwita, Elly, Emi, Feby, Fikka, Haia, Hilma, Ihsan, Indah,
Irma, Tedi, Istianah, Lastri, Liga, Lukman, Adit, Arifin, Maya, Nanda,
Rina, Pessi, Bunga, Syaiful, Rini, Aya, Ummu, Wilda, Yudin, Yefhy
dan Zulfah) terima kasih semuanya. Kalian semua teman terbaik dan
tidak akan penulis lupakan. Maaf apabila ada yang tidak penulis
sebutkan.
13. Teman-teman BATIK terima kasih banyak bantuan dan semangat yang
kalian berikan kepada saya.
14. Teman-teman jurnalistik angkatan 2004 serta angkatan 2006, 2007 dan
2008.
15. Radio Dakwah dan Komunikasi yang selalu menjadi tempat
menghilangkan kepenatan ketika menghampiri penulis.
16. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Terima kasih semuanya.
17. Serta pihak-pihak yang membantu penulis yang tidak disebutkan satu
per satu. Penulis mengucapkan terima kasih banyak
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi orang-orang yang membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Allah SWT juga penulis memohon
taufiq dan hidayahNya semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Jakarta, 25 Mei 2009
Aris Takomala
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI ..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................viii
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ............................ 6
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7
Metodologi Penelitian .............................................................. 8
Tinjauan Kepustakaan .............................................................. 12
Pedoman Penulisan .................................................................. 14
Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Ruang Lingkup Media Massa Cetak ......................................... 16
1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................... 16
2. Pengertian Berita ................................................................ 19
3. Pengertian Berita Utama ..................................................... 22
4. Komposisi Berita ............................................................... 22
B. Ruang Lingkup Bahasa Jurnalistik ............................................ 25
1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .............................................. 25
2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik .................................................. 29
3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik .............................................. 31
4. Ekonomi Kata .................................................................... 32
5. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................... 33
BAB III
BAB IV
GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA
A. Sejarah Singkat Republika ....................................................... 38
B. Visi dan Misi Republika ........................................................... 40
C. Struktur Redaksi Republika ..................................................... 42
D. Profile Pembaca ....................................................................... 49
E. Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca ............................ 50
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika ................... 51
B. Bahasa Jurnalistik dalam Berita Utama Republika .................... 53
C. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Republika Edisi
Desember 2008 ........................................................................ 54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 91
B. Saran ....................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 1 Desember 2008 ......... 55
2. Tabel 2. Ketidaksesuaian Berita Utama 1 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 64
3. Tabel 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 9 Desember 2008 ......... 65
4. Tabel 4. Ketidaksesuaian Berita Utama 9 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 71
5. Tabel 5. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 17 Desember 2008 ....... 71
6. Tabel 6. Ketidaksesuaian Berita Utama 17 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 80
7. Tabel 7. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 26 Desember 2008 ....... 80
8. Tabel 8. Ketidaksesuaian Berita Utama 26 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ...................................................................................... 88
9. Tabel 9. Ketidaksesuaian Berita Utama 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008
dengan Ciri Bahasa Jurnalistik .................................................................. 89
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
1. Gambar Piramida Terbalik ........................................................................ 25
2. Diagram Alur Proses Kerja Hingga ke Pembaca ........................................ 50
BAB I
PENDAHULUAN
H. Latar Belakang Masalah
Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah berlangsung lama. Sejarah
menyebutkan bahwa kegiatan jurnalistik dimulai saat pemerintahan Romawi
Kuno di bawah pimpinan Julius Caesar. Saat itu terdapat sebuah papan
pengumuman yang disebut Forum Romanum. Berbagai macam keputusan dan
informasi penting ditempelkan pada papan pengumuman tersebut. Tujuanya ialah
agar penduduk Roma (Italia) mengetahui informasi atau keputusan yang dibuat
oleh pemerintahan Kaisar Julius Cesar.
Menurut isinya papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam.
Pertama, Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat sidang senat dan
keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna yang memuat keputusan-keputusan
dari rapat-rapat rakyat dan berita lainnya.1
Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah,
memuat dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni surat kabar,
tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.2
Perkembangan berikutnya jurnalistik dapat dikelompokan menjadi jurnalistik
media cetak, radio, televisi dan on line. Tetapi, Jurnalistik dilihat dari segi bentuk
dan pengelolaannya dibagi kedalam tiga bagian besar yailtu jurnalistik media
cetak, jurnalistik media elektronik auditif (radio) dan jurnalistik media
1
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.
2
Ibid., h. 1.
17.
audiovisual (televisi). Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar
harian, jurnalistik surat kabar mingguan dan jurnalistik majalah.
Dunia jurnalistik saat ini mengalami perkembangan khususnya di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbukanya pintu kebebasan pers yang
sebelumnya ditutup oleh kekuasaan. Sebelumnya kebebasan tertutup oleh
kekuasaan pemerintah. Terbukanya kebebasan saat ini menimbulkan banyak
sekali media-media pers yang muncul baik itu media cetak maupun elektronik.
Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers menurut Undang-undang
Pokok Pers No. 40/1999 adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.3
Terbitnya berbagai media pers saat ini menimbulkan dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam
padang pasir kekeringan. Sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media
dan mengeluarkan pendapat serta aspirasi. Tapi di satu sisi peningkatan jumlah
(kuantitas) penerbitan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas
jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan
disampaikan kepada khalayak.
Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan
informasinya melalui tulisan. Dalam persepektif jurnalistik, setiap informasi yang
3
Ibid., h. 31.
disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik
merupakan bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik
merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa
jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan
sebagainya.
Bahasa jurnalistik surat kabar memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau
spesifik. Menurut AS Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa jurnalistik diantaranya yaitu
sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis,
gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan
kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika.
Dalam struktur dan pola, kalimat-kalimat jurnalistik sedapat mungkin
sederhana. Sangat dihindari pemakaian kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Kalimat yang panjang dapat mempersulit khalayak untuk memahami pesan yang
dikandungnya. Pada abad ke-17 sebuah kalimat rata-rata terdiri dari 45 kata,
kemudian menjelang abad ke-19 turun menjadi 30 kata dan sekarang malah
kurang dari 20 kata. Karena itu kalimat yang baik adalah kalimat tidak lebih dari
20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Batas minimal yang standar sekarang
tidak kurang dari delapan kata. Jadi yang baik adalah kalimat antara 8-20 kata.4
Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar
penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah
satunya adalah penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Dengan membuang
kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek.
4
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 63.
Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraf yang panjang
dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat
ditemukan dalam judul berita, lead berita ataupun isi berita. Hal tersebut sering
dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah berkerja dan berkecimpung dalam
dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Lampu Merah yang
sekarang berganti nama menjadi Lampu Hijau. Dalam penulisan judul dan praktik
penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa jurnalistik yang
telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga
diabaikan.
Bukan hanya pada Lampu Hijau saja di koran atau surat kabar lainya pun
sering terdapat kesalahan. Kesalahan itu seperti paragraf yang panjang, kata yang
mubazir dalam lead berita ataupun tubuh berita. Kesalahan lainnya ialah penulisan
judul yang panjang dan tidak langsung pada topik pembahasan (bertele-tele).
Contohnya adalah pada surat kabar Republika hari Jumat (7 November
2008), seperti berikut:
Eksekusi Amrozi dkk Masih Simpang Siur
Cilacap – Eksekusi hukuman mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali
I, Amrozi, Muchlas, dan Imam Samudra, diperkirakan akan dilaksanakan dalam
tiga hari terakhir ini. Yaitu, antara Jumat (7/11) dini hari, Sabtu (8/11) dini hari,
atau Ahad (9/11) dini hari. Namun, sumber Republika yang bertugas di LP Batu
Nusakambangan, Cilacap, menduga eksekusi akan dilaksanankan pada Sabtu dini
hari. "Sabtu dini hari itu paling kecil resikonya. Kalau dilaksanakan Jumat dini
hari, siang akan ada shalat Jumat. Ini riskan. Sedangkan bila dilaksanakan Ahad
dini hari, acara pemakaman di kampung halaman mereka juga banyak dihadiri
warga karena hari libur. Ini juga sangat riskan. Jadi, yang paling kecil resikonya
adalah Sabtu dini hari," jelas sumber tersebut di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap,
Kamis (6/11).
Kata-kata yang digarisbawahi seharusnya tidak dicantumkan. Kata
‘hukuman mati’ sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya yaitu
‘eksekusi’. Sehingga kata ‘hukuman mati’ tidak perlu ditulis. Begitu juga kata
‘terhadap’. Kata tersebut merupakan kata mubazir karena kata ‘terhadap’
maknanya terkadung pada kata ‘tiga terpidana kasus Bom Bali I.’
Kata ‘akan’ yang diberi tanda garis bawah seharusnya dibuang, karena
kata ‘akan’ mengacu pada masa yang akan datang. Dalam kalimat tersebut makna
kata tersebut sudah terkandung pada kata ‘tiga hari terakhir yaitu Jumat dini hari,
Sabtu dini hari dan Minggu dini hari’. Kata ‘antara’ merupakan kata mubazir
karena tanpa adanya kata tersebut makna kalimat tidak berkurang. Maksudnya
pembaca mengetahui maksud kalimat tersebut tanpa adanya kata ‘antara’. Kata
‘akan’ pada kalimat ketiga, kata tersebut sudah terkandung dalam kata ‘Sabtu dini
hari’. Begitu juga kata atau frasa ‘pada’ bisa dihapus karena menunjukan waktu.
Frasa itu sudah terkandung pada kata/frasa ‘Sabtu dini hari.’
Contoh lainnya terdapat dalam Republika hari Jumat (31 Oktober 2008).
Dalam berita tersebut terdapat kalimat yang panjang seperti berikut:
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku
telah terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans).
Fahmi mengatakan hal itu ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan
korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).
Menurut hemat peneliti sebaiknya paragraf terdiri dari sedikitnya dua
kalimat bukan satu kalimat. Selain itu kedua paragraf tersebut bisa menjadi satu
paragraf saja. Selanjutnya kata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada
kalimat kedua tidak perlu disebutkan lagi akan tetapi cukup ditulis Depnakertrans.
Alasannya adalah agar tidak terjadi pengulangan kata, selain itu pada kalimat
pertama singkatan Depnakertrans sudah dijelaskan maksudnya.
Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘telah’. Bahasa Indonesia
bebas dari bentuk kata lampau. Hal ini berbeda dengan bahsasa Inggris. Sehingga
kata ‘telah’ bisa dihilangkan. Bunyi paragraf tersebut setelah diperbaiki seperti
berikut:
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku
terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans). Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara
dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di
Depnakertrans.
Dari beberapa latar belakang yang peneliti sampaikan, peneliti tertarik
untuk menganalisis bahasa jurnalistik dalam surat kabar. Sehingga peneliti
memberikan judul pada penelitian ini adalah:
”Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika
Edisi Desember 2008.”
I. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada berita utama Republika. Peneliti
membatasi penelitiannya pada berita utama Republika yang menjadi headline.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak semua meneliti berita utama. Peneliti hanya
meneliti empat berita utama surat kabar tersebut yang menjadi headline. Empat
berita yang dijadikan bahan penelitian ini diambil dari setiap minggu pada bulan
Desember 2008. Alasannya untuk mengetahui penulisan berita hari Senin, Selasa,
Rabu dan Jum’at.
Peneliti meneliti berita utama pada setiap minggu yang terdapat di bulan
Desember 2008. Minggu pertama peneliti mengambil sampel Republika hari
Senin, 1 Desember 2008. Minggu kedua yang menjadi sampelnya adalah
Republika yang terbit tanggal 9 Desember 2008. Minggu ketiga yaitu Republika
hari Rabu, 17 Desember 2008. Terakhir ialah Republika yang terbit hari Kamis,
25 Desember 2008.
Dalam penelitian ini peneliti meneliti teks berita berita utama. Penelitian
ini hanya memfokuskan untuk meneliti Judul, lead dan tubuh berita. Apakah
sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas
makna, tidak mubazir dan tidak klise.
Peneliti merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu:
A. Bagaimana penggunaan bahasa dalam surat kabar Republika?
B. Apakah penggunaan bahasa jurnalistik digunakan dengan baik dalam
surat kabar Republika?
C. Seberapa
banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yaitu
komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak
klise yang terdapat dalam surat kabar Republika?
J. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a) Tujuan Akademis
Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S-1)
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Tujuan Praktis
Untuk mengetahui penulisan berita dalam berita utama Republika, dan
mengetahui bagaimana penerapan bahasa jurnalsitik di surat kabar
Republika.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis
Sebagai tambahan referensi bagi studi-studi yang akan datang dalam
bidang jurnalistik, khususnya mengenai bahasa jurnalistik.
b) Manfaat Praktis
Kajian tentang bahasa jurnalistik diharapkan memberikan kontribusi
positif dalam penulisan berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan
akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi,
wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam pers maupun orang yang
berminat dalam dunia jurnalistik pada umumnya.
K. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
wawancara
mendalam (Depth Interviews).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut
Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metodologi Riset Komunikasi,
menyebutkan bahwa jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi
secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau objek tertentu.5 Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat
kabar Republika.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.
4. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor surat kabar Republika
Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Untuk mencari data
yang diperlukan peneliti mencari data-data di surat kabar terkait. Waktu
dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama empat bulan yaitu dari
bulan Januari sampai April 2008.
5. Subjek
Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti.6 Dalam penelitian ini Bahan yang dijadikan
penelitian adalah surat kabar Republika edisi Desember 2008.
6. Objek
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita utama surat
kabar Republika edisi Desember 2008. Di sini berita yang diriset ialah
berita yang menjadi headline di halaman depan bulan Desember 2008.
5
Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69.
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1992), h. 122.
7. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah
peneliti. Selain itu alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah alat tulis
dan buku-buku yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan.
Peneliti dalam meneliti sudah mempunyai konsep. Konsep tersebut
ialah ciri-ciri bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik mengadaptasi
dari Kunjana Rahardi. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah:
a) Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik tidak berbelit-belit tetapi
langsung pada pokok permasalahan.
b) Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat
yang singkat-singkat.
c) Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata. Bentukbentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat
mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya.
d) Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang mengandung
makna sebenarnya (denotatif).
e) Tidak mubazir dan tidak klise. Bentuk mubazir menunjuk pada kata
atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang
menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah
arti/maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang
berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya begitubegitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya mengulangulang keterlanjuran.
8. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan dan keabsahan data
adalah ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti peneliti
secara serius mengamati dan menulis data-data yang ada. Ketekunan
pengamatan ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas atau tingkat
kepercayaan dalam penelitian ini.
Penelitian ini intinya mengamati teks-teks berita utama Republika
yang
menjadi
headline.
Melalui
ketekunan
pengamatan
peneliti
mengamati teks-teks berita, mencari secara konsisten data-data yang tidak
sesuai, memeriksa dan mengolah data tersebut.
9. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah:
a) Mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya
dengan mengkliping surat kabar dan berita-berita yang akan diriset.
b) Wawancara.
c) Studi Pustaka.
10. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul peneliti mengkonstruksi wawancara ke
dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga meneliti teks berita, kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel
dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak ketidaksesuaian dengan
ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa jurnalistik tersebut ialah komunikatif,
spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir, dan tidak klise.
L. Tinjauan Kepustakaan
Peneliti melakukan observasi ke beberapa perpustakaan, diantaranya
adalah perpustakaan IISIP Jakarta. Di perpustakan tersebut peneliti mendapatkan
banyak skripsi yang meneliti penulisan bahasa dalam berita. Penelitian yang sama
telah dilakukan oleh mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian tentang peninjauan penulisan berita dan peninjuan Bahasa
Jurnalistik sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin meneliti
penggunaan Bahasa Jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Febby S. Lewenussa
dari IISIP Jakarta. Skripsinya berjudul Pemenuhan Syarat Penulisan Berita
Lingkungan Hidup dan Penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik di Rubrik
Lingkungan Surat Kabar Media Indonesia Edisi Agustus-Oktober 2004.
Penelitiannya memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik pada
rubrik lingkungan surat kabar Media Indonesia.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Indrawati dari IISIP Jakarta.
Penelitiannya berjudul Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat
Kabar Poskota April 1998. Hasil penelitiannya ialah 22 kalimat dari 228 kalimat
yang diteliti menerapkan kaidah bahasa jurnalistik atau sebesar 9,7%. Sedangkan
206 kalimat atau 90,3% tidak menerapkan kaidah bahasa jurnalistik.
Selain itu penelitian lainnya dilakukan oleh Masrur Ridwan dari UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitiannya berjudul Penggunaan Bahasa
Jurnalistik dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada Kolom "Suara
Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat).
Hasil penelitian memperlihatkan kalangan mahasiswa KPI yang menulis di
kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat tidak mahir dalam
menggunakan kalimat pendek. Pembuktiannya ialah terdapat 46% kalimat yang
sesuai dengan teori penggunaan kalimat pendek jurnalistik. Untuk penggunaan
kalimat aktif, kalangan mahasiswa KPI kurang mahir dalam menggunakan
kalimat aktif. Pembuktiannya ialah 86% kalimat yang sesuai dengan teori
penggunaan kalimat aktif jurnalistik. Untuk penggunaan ekonomi kata, kalangan
mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum
Kedaulatan
Rakyat
belum
mahir
dalam
menggunakan
ekonomi
kata.
Pembuktiannya, hanya 76% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan
ekonomi kata dalam dalam kalimat jurnalistik.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya
ialah dalam hal konsepnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan kepada
penggunaan kalimat aktif, penggunaan kalimat pendek, hemat kata dan
sebagainya. Sedangkan penelitiannya yang peneliti lakukan lebih memfokuskan
kepada ciri komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak mubazir dan
tidak klise.
Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku
Rosihan Anwar berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas
ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata, dan
sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa
Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas
tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali
masalah kalimat jurnalistik. Selanjutnya buku Haris Sumadiria yang berjudul
Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Buku tersebut
mengupas bahasa jurnalistik, kalimat jurnalistik, gaya bahasa dan lain sebagainya.
M. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Tim penulis buku tersebut ialah Hamid
Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati,
dan Syopiansyah Jaya Putra. Buku tersebut diterbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
N. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
kepustakaan, pedoman penulisan, dan metode penelitian.
BAB II Tinjauan Teoretis. Bab ini berisi ruang lingkup media massa cetak
yang terdiri dari pengertian media massa cetak, pengertian berita, pengertian
berita utama, dan komposisi berita. Serta ruang lingkup bahasa Jurnalistik yang
terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa
jurnalistik, ekonomi kata, dan pedoman bahasa jurnalistik.
BAB III Gambaran Umum Surat Kabar Harian Republika. Bab ini berisi
sejarah singkat Republika, visi dan misi Republika, struktur organisasi, profil
pembaca serta diagram alur kerja redaksi hingga ke pembaca.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan penggunaan
bahasa jurnalistik surat kabar Republika, penggunaan bahasa jurnalistik berita
utama Republika, dan analisis bahasa jurnalistik berita utama Republika.
BAB V Kesimpulan. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta saran.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
C. RUANG LINGKUP MEDIA MASSA CETAK
1. Pengertian Media Massa Cetak
Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak. Isi utama dalam
media massa cetak ini adalah berita. Surat kabar menyajikan berbagai macam
informasi dari segala aspek bidang kehidupan. Hal ini dikarenakan saat
sekarang masyarakat butuh akan informasi.
Kebutuhan masyarakat saat ini bukan hanya kebutuhan primer dan
sekunder. Tetapi ada satu kebutuhan yang saat ini menjadi kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan
informasi.
Pada zaman ini informasi menjadi unsur dominan. Sehingga peran dari
industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana perslah,
semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke
seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan
juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama.7
Informasi dapat disebarkan secara cepat melalui pers. Masyarakat tidak
sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka tinggal melihat program
berita di televisi atau membaca koran, maka informasi akan didapat oleh
mereka.
7
Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya
(Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 1.
Informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya
sangat mendasar. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat
mencarinya lewat media massa. Baik itu media massa cetak, media massa
elektronik atau media massa on line (internet).
Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan
cetak. Bentuk dari media massa tersebut diantaranya adalah surat kabar
(Koran), majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya.
Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita
yang dimultiplikasi secara massal.8 Menurut Onong Uchjana Effendy surat
kabar adalah:
”Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum,
isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di
seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak
pembaca.”9
Pengertian surat kabar yang lebih jelas dikemukakan oleh Kurniawan
Junaedhi. Menurut Kurniawan Junaedhie surat kabar adalah:
”Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa
tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan
iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan
serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual. Juga harus
bersipat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut
dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut
jenisnya dibagi surat kabar harian berkala dan surat kabar berkala
(mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya). Juga dapat
digolongkan menjadi surat kabar khusus, surat kabar umum. Juga
dikenal sebutan surat kabar partai dan surat kabar independen. Yang
pertama adalah sebutan bagi surat kabar yang membawakan suara
partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya.
Misalnya Harian Rakyat yang diterbitkan partai komunis sebelum orde
baru. Yang kedua sebutan bagi surat kabar yang tidak membawakan
suara partai,
atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi
8
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.
9
Onong Uchjana Effendy. Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 241.
pemberitaannya pun tidak mewakili suara partai, atau golongan
tertentu dalam masyarakat.”10
Selain itu ada beberapa syarat surat kabar. Menurut Karl Batwizh
mengemukakan lima syarat surat kabar:
a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk
masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh
membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar
diketahui masyarakat umum.
b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua
terbitan bersifat tetap dan teratur. Misalnya, surat kabar harian sore
terbit tiap sore hari, kecuali hari libur.
c. Aktualitas: artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya.
Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi
yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual).
d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja.
Misalnya, tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua
persoalan yang menjadi perhatian manusia seperti pendidikan,
politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat
kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar
10
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 257.
Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita
persidangan Akbar Tanjung sampai vonis hakim dijatuhkan.11
Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat
penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dapat dibedakan atas dua
macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian
adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi maupun
edisi sore, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit
paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit
dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid. Sedangkan
isinya dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum
dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabar yang bersifat umum isinya
terdiri atas berbagai macam informasi yang ditujukan kepada masyarakat
umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas
tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk
pedesaan, surat kabar untuk wanita dan semacamnya.12
2. Pengertian Berita
Setiap hari dalam kehidupan banyak peristiwa yang terjadi. Baik itu
dalam lingkungan yang dekat dengan kita maupun yang letak geografisnya
jauh. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari dan tidak dapat
dihitung oleh kedua jari tangan.
Surat kabar menyajikan berita disetiap halamannya. Penyajian berita
tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan kepada khalayak terhadap
11
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP,
2003), h. 11.
12
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 127.
suatu informasi atau kejadian. Selanjutnya adalah untuk memenuhi rasa ingin
tahu pembaca atau masyarakat.
Kehidupan tampak seperti kumpulan kejadian yang tak berbentuk,
tumpang tindih satu sama lain, saling mendorong dan mendesak. Berita adalah
susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk
yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio
atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar.13
Berita yang layak dipublikasikan kepada masyarakat disajikan dalam
surat kabar. Berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar merupakan peristiwa
yang terjadi dan pantas untuk disebarkan ke masyarakat. Berbagai peristiwa di
segala aspek bidang yang terjadi di bidang sosial, pendidikan, seni dan
budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK disajikan. Karena
aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat.
Menurut Paul de Massenner dalam buku Here's The News: Unesco
Associate menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang
penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan
James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa,
opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik,
masih baru dan harus secepatnya disampaikann kepada khalayak.14
Hoeta Soehoet mengemukakan pengertian berita sebagai berikut:
a. Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan
manusia.
13
14
64.
Peter Henshall & David Ingram. Menjadi Jurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 7.
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.
b. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau
isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan
filsafat hidupnya.
c. Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa
atau
isi pernyataan
yang
perlu
bagi pembacanya
untuk
mewujudkan filsafat hidupnya. 15
Dalam persepektif jurnalistik tidak semua peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan merupakan berita yang layak dimuat dalam suatu surat kabar. Ada
beberapa kriteria atau ciri bahwa berita itu layak dipublikasikan kepada
khalayak, antara lain:
a. Aktualitas.
b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak.
c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan.
d. Keluarbiasaan peristiwa.
e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu.
f. Ketegangan dalam peristiwa.
g. Konflik dalam peristiwa.
h. Perilaku seks.
i.
Kemajuan-kemajuan yang diberitakan.
j.
Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa.
k. Humor yang terkandung dalam peristiwa.16
15
16
Hoeta Soehoet, h. 23.
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 55.
3. Pengertian Berita Utama
Surat kabar dilihat dari segi isi banyak memuat berita yang terjadi pada
hari sebelum terbit. Hal ini dikarenakan sebelum diterima dan dibaca oleh
khalayak ada beberapa proses. Mulai dari proses rapat redaksi, meliput,
menulis, mengoreksi, layout, cetak dan akhirnya didistribusikan.
Suatu surat kabar seperti Republika isinya tidak hanya memuat beritaberita politik atau berita-berita ekonomi saja. Akan tetapi ada surat kabar yang
memuat tema olahraga atau politik, hal tersebut tergantung dari visi, misi, dan
tujuan surat kabar masing-masing. Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat
berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut
redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya.
Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi,
yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.17 A.M Hoeta Soehoet
memberikan definisi tentang berita utama. Menurutnya berita utama adalah:
”Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut
adalah berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat
kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah
dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”18
4. Komposisi Berita
Suatu berita terutama dalam media massa cetak seperti surat kabar
terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita.
Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung.
Seperti berita politik, kriminal, ekonomi, peristiwa, dan sebagainya.
17
Onong Uchjana Effendy, h. 160.
Hoeta Soehoet. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat (Jakarta:
IISIP Pers, 1986/1987), h. 5.
18
Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa
Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan menurut bahasa Belanda
disebut kop.19
Dalam suatu berita, Judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan
berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan
dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk
mempromosikan berita, judul berita berfungsi untuk memperkenalkan isi
berita kepada khalayak pembaca.
Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut
fungsinya syarat judul berita adalah:
a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti,
judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. Judul berita
mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaiknya, judul
berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita
sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu,
adar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul,
tetapi berpatokan pada lead.
b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan
menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita
dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah
dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai
Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu,
perbendaharaan kata-katanya harus kaya.20
19
20
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, h. 78.
Ibid., h. 77.
Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah
paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari
kelseluruhan uraian berita.21
Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita
(lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H
(who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah
mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan.
Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki
berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan
mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita).
Bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita.
Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan ”Piramida
Terbalik”. Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting,
semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk piramida terbalik sebagai
berikut:
21
Haris Sumadiria, h. 126.
Head Line/Judul Berita
LEAD
Teras Berita
BRIDGE
Perangkai
BODY
Tubuh
Berita
DATE
LINE
Titimangsa
LEG
Kaki
berita
Gambar 1: Piramida Terbalik22
D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK
1. Bahasa Jurnalistik
Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan
menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita
dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari
22
Ibid., h. 119.
golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling
berilmu.
Mengutip
pernyataan TV CNN yang dikutip
oleh Morissan
mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the
professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa
merendahkan
kecerdasan
sang
professor.”23
Dari
pernyataan
diatas
menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti
oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat
dimengerti masyarakat.
Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa
secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa (terutama bagi
media cetak). Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa.
Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan
peradaban bangsa.24
Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan
sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa
pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa
jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam
bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas,
tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono (1994), yang konsultan pusat
bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam
bahasa baku.25
23
Jani Yosef, To Be A Journalist (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 121.
Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi
Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 85-86.
25
Tri Adi Sarwoko. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h. 1.
24
Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda
dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah
penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi,
bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri
dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.26
Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu
sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan
sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini,
yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan
pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa
lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti
diangkat di dalam media massa cetak.27
Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus
menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita.
Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik.
Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat
"Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers
atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang
memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas,
lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa
baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia
juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa
jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.”28
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat
”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai
tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang
26
Ibid., h. 2.
Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali
Masalahnya (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 15-16.
28
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 6.
27
demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh
mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar
masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun
demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan normanorma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang
benar dan pilihan kata yang cocok.”29
Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanggal 11 November 1978:
”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas,
lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa
surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan
masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat
bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan
membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami.
Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena
ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.”30
Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa
jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah
”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang
dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa
jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali
beberapa kekhususan yang dimilikinya.”31
Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa (majalah, surat
kabar, televisi dan radio) dan yang orang-orang yang terlibat dalam media
massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai
ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan
sebagainya.
29
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media
Abadi, 2004), h. 4.
30
Ibid., h. 4.
31
Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan (Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia, 1996), h. 56.
2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda.
Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa
akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana
Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik
tersebut adalah:
a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit,
tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok
permasalahannya.
b. Spesifik,
artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-
kalimat pendek.
c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata
(economy of words).
d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata
yang bermakna denotatif (makna sebenarnya).
e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32
Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah:
a. Sederhana.
b. Singkat.
c. Padat.
d. Lugas.
e. Jelas.
f. Jernih.
32
Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik,, h. 18.
g. Menarik.
h. Demokratis.
i.
Populis.
j.
Logis.
k. Gramatikal.
l.
Menghindari kata tutur.
m. Menghindari kata dan istilah asing.
n. Pilihan kata (diksi) yang tepat.
o. Mengutamakan kalimat aktif.
p. Menghindari kata atau istilah teknis.
q. Tunduk kepada kaidah etika.33
Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi
oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang
menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan
masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat
pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan
rendah, biasa-biasa dan tinggi.
Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak
maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan
dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak
maupun elektronik.
33
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 14.
Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan
beritanya
kepada
khalayak.
Dalam
penulisannya
sering
terdapat
ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa
baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam
media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan,
bertele-tele dan sebagainya.
3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang
disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut
adalah:
a. Penggunaan kalimat pendek
Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan
utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang
diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya.
b. Penggunaan kalimat aktif
Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya,
wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya.
Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang
perlu dipatuhi.
c. Penggunaan bahasa positif
Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif.
Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa
negatif.34
4. Ekonomi Kata
Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip
ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan
dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit
jumlah hurufnya.35
Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman.
Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space
halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh
prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata
menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan
yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan
yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami
berita yang disampaikan.
Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan
ekonomi kata, sebagai berikut:36
a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa
b. Menghilangkan kata mubazir
34
Patmono SK, h. 71.
Kunjana Rahardi, h. 19.
36
Patmono SK, h. 75.
35
Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa
kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya
sebagai berikut:
i. Bahwa
ii. Adalah
iii. Telah, sedang, dan akan
Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja.
Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja
yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata
telah, sedang atau akan.
iv. Untuk
v. Dari dan daripada
Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada
secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata
dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata
dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan
waktu.
vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana
5. Pedoman Bahasa Jurnalistik
Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus
dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman
tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik.
Kesepuluh pedoman tersebut adalah:
a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus
diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol
dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan.
b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau
akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia
harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.
c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal
atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam
kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi
pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet
pula ke dalam tubuh berita.
d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.
Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata
pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis
dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak
kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula
prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide
dalam satu kalimat”.
e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau
stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti katakata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam
rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan
atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan
ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.
f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah
(kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai
terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of
dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk
jamak yang tidak perlu diulang.
g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk
aktif (me).
h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilahistilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa
menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan
maksudnya.
i.
Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
j.
Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang
komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai
dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.37
Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat
dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut.
Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk
menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya.
37
Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 193
Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat
memberikan makna.38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata
dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.
Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu:
a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata
yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar.
b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus
memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai
dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan.
c. Kata yang muncul harus demokratis.39
Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan
kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan
kata yang mengandung arti.40
Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus
memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga
kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di
media massa cetak.
Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun kalimatkalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas.
b. Berciri sederhana dan tidak berbelit.
38
Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama,
1987), h. 120.
39
Ibid., h. 121.
40
Ibid., h. 124
c. Membatasi kalimat luas.
d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas.
e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek.
f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif.
g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna.
h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis.
i.
Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan
tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic.
j.
Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi
bahasa asing.41
41
Kunjana Rahardi, h. 27.
BAB III
GAMBARAN UMUM
SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA
F. Sejarah Singkat Republika 42
Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa yang kritis dan berkualitas. Yakni bangsa
yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai
spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki
arah gerak seperti digariskan UUD 1945.
Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita
dan program ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada
5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh
Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program
peningkatan 5K, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya,
dan kualitas pikir.
Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa
tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada
pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam,
membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian
menyusun tiga program utamanya:
1. Pengembangan Islamic Center
2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies)
42
Lampiran
3. Penerbitan Harian Umum Republika.
Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri,
pejabat tinggi Negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka,
antara lain, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo,
Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan
lain-lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai
pelindung Yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat
ketua umum ICMI, dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi
Bangsa.
Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada
28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui
proses, Yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers)
dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagai modal awal penerbitan
Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/
A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.
Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang
disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap padanya untuk
menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, koran ini
akan diberi nama, antara lain, “Republik.”
PT Abdi Bangsa
PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan pada 28
November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi
Bangsa ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers.
Pengelolaan perseroan dilakukan oleh direksi di bawah Dewan Komisaris yang
anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam
mengelola perseroan, dibantu oleh Pembina Manajemen.
PT Abdi Bangsa, dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan
usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Tampaknya, PT. Abdi
Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia, dalam arti jumlah pemilikan
sahamnya.
Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya
boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2,9 juta lembar
saham kepada masyarakat, berarti PT Abdi Bangsa akan dimiliko oleh 2,9 juta
kepada keluarga/pemegang saham.
G. Visi dan Misi Republika43
Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang
berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek
kehidupan ini – politik, ekonomi, iptek, social, budaya – “keterbukaan” menjadi
kata kunci. Repubika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat
Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas
yang telah dimilikinya.
Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan
semangat mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keterbukaan dan
perubahan telah dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang kita
bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan –
yang juga berarti pembaharuan- tidak mesti harus mengganggu stabilitas yang
telah susah payah dibangun.
43
Lampiran
Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri
ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media
massa, dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar
langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
Dengan latar belakang tersebut, misi Republika di berbagai bidang
kehidupan adalah sebagai berikut.
Politik
Dalam
bidang politik,
Republika
optimalisasi lembaga-lembaga Negara,
mendorong demokratisasi,
dan
partisipasi politik semua lapisan
masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.
Ekonomi
Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika,
mempromosikan profesioalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusian dalam
manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi, dan
mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis.
Budaya
Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentukbentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana
pun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat,
mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta
sikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi
manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Agama
Dalam bidang ini, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka
sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan
semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal
agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta
mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.
H. Struktur Redaksi Republika44
Struktur Redaksi HU Republika Tahun 2009
Pemimpin Redaksi
Ikhwanul Kiram Mashuri (ikm)
Wakil Pemimpin Redaksi
Nasihin Masha (ink)
Redaktur Pelaksana
Agung P. Vazza (apv)
Kepala Newsroom
Arys Hilman (rys)
redaktur senior
Anif Punto Utomo (nif)
Wakil Redaktur Pelaksana I
Elba Damhuri (erd)
Wakil Redaktur Pelaksana II
Selamat Ginting (gin)
Wakil Redaktur Pelaksana III/
Art Director
Sri Kumara Dewatasari (kum)
Asredpel I (Ekonomi)
Nurul S. Hamami (nul)
Asredpel II (OR, Hiburan, Internt)
Rakhmat Hadi Sucipto (rhs)
Asredpel III (Special Product)
Bidramnanta (bid)
Asredpel IV (Nasional)
Subroto (sbt)
Asredpel V (Ahad & Akhir Pekan)
Nina Chairani (poy)
Asredpel VI (Agama)
Ali Rido
44
Lampiran
Asredpel VII (Investigasi)
Irwan Ariefyanto (one)
Sekretaris Redaksi
Fachrul Ratzi (fr)
________________________________________________________________
I.
Redaktur Pelaksana Agung P. Vazza (apv)
1.1. Wakil Redaktur Pelaksana I Elba Damhuri (erd)
1.1.a. Asisten Redaktur Pelaksana I Nurul S. Hamami (nul)
Redaktur Hal 1, Analisis, Pareto, Bursa Nurhasan Murtiaji (has)
Redaktur Hal 13, WWC Darmawan Sepriyossa (dsy)
Redaktur Bisnis-Investigasi Firkah Fansuri (fir)
Redaktur Syariah Mahgfiroh Yenny (mag)
Redaktur Global Endro Cahyono (end)
Reporter Wulan Tunjung Palupi (una), Zaky Al Hamzah (zak), Yogie Respati
(c67), Dyah Ratna Meta Novia (c65), Fernan Rahadi (c66).
1.1.b. Asisten Redaktur Pelaksana II Rakhmat Hadi Sucipto (rhs)
Redaktur Bola 1, Bola 2 Teguh Setiawan (teg)
Redaktur Arena Khoirul Azwar Siregar (kho)
Reporter Hiru Muhammad (hir), Lukmanul Hakim (lhk), Didi Purwadi (dip),
Cepi Setiadi (cep), Israr (isr)
Redaktur Internasional 1 Yeyen Rostiyani (yyn)
Redaktur Internasional 2 Siwi Tri Puji Budiwiyati (tri)
Reporter Indah Wulanningsih (lan), Ferry Kisihandi (fer)
Redaktur Warna, TV Guide Wahidah Handasah (hid)
Reporter Rusdy Nurdiansyah (ruz), m. akbar (akb)
Redaktur Iptek & Kesehatan Andi Nur Aminah (ina)
Reporter Endro Yuwanto (eye)
1.1.c. Asisten Redaktur Pelaksana III (Special Product) Bidramnanta (bid)
Redaktur
Taufiqurrachman
(tar),
Irwan
Kelana
(ika),
Christine
Purwatiningsih (cis)
Reporter Anjar Fahmiarto (jar), Dian Metha (mth) Carep Iklan (ci1)
1.2. Wakil Redaktur Pelaksana II Selamat Ginting (gin)
1.2.a. Asisten Redaktur Pelaksana IV Subroto (sbt)
Redaktur Hal 1, Reso, Ficer Harun Husein (run)
Redaktur Politik & Pemilu Joko Sadewo (dwo)
Reporter Nidia Zuraya (dia), Palupi Annisa Auliani (ann), Budi Rahardjo
(djo), Dewi Mardiani (wed), R. Rudi Agung Prabowo (c68), M. Ikhsan
Assidieqy (ikh).
Redaktur Hukum & Social-Edukasi M Subarkah (uba)
Reporter Eko Haryadi Ismail (ade), Ratna Puspita (nap), Andri Saubani (dri)
Redaktur Nusantara, Wawasan, Academia Budi Utomo (bud)
Redaktur City 1, City 2, Urbana Asep K. Nurzaman (zam)
Reporter Deden Mauli Darajat (c81), Fitriyan Zamzami (c82), Indah
Wulandari (c84), Okafiani Herlina (c85), Panji Pratama (c86), Warastuti
(c87), Yasmina Hasani (c88), Yoghi Ikhwan (c89), Teguh Firmansyah (c61),
Alwi Shahab (as), Prima Restri (fia)
1.2.b. Asisten Redaktur Pelaksana V Nina Chairani (poy)
Redaktur Akhir Pekan, Layar Perak & DVD, Di Balik Layar, Perilaku, Hobi &
Habit, Laput Ahad, Refleksi, Gaya, Kesehatan, Wanita & Ayah-Bunda, Pustaka,
Griya, Boga, Kiriman Anda, Jalan-jalan, Generasi, Remaja
Redaktur Priyantono Oemar (pry), Ahmadun Y. Herfanda (ayh), Natalia
Endah Hapsari (neh)
Reporter Indira Rezkisari (ind), Rosyid Nurul Hakim (c62), Susie Evidia (vie),
Reiny Dwinanda (rei)
1.2.c. Asisten Redaktur Pelaksana VI (Agama) Ali Rido
Redaktur Islam Digest Syahrudin El Fikri (sya)
Reporter Ahmad Mulyadi (c64)
Redaktur Dialog Jumat & Hikmah Yusuf Assidiqi (yus)
Reporter Damanhuri Zuhri (dam)
Redaktur Halaman 12 & Khazanah Heri Ruslan (hri)
Reporter Rachmat Santosa Basarah (osa), Desy Susilawati (c63)
Redaktur Al-Madrasah Burhanuddin Bella (bur)
Reporter ……….….. ……………
………….
1.2.d. Asisten Redaktur Pelaksana VII Irwan Ariefyanto (one)
Telisik, Opini
Reporter Rahmat Budi Harto (rto), Bahrul Ilmi (aru).
1.3. Wakil Redaktur Pelaksana III/Art Director Sri Kumara Dewatasari
Foto
Kepala Biro Foto/Redaktur Darmawan
Wakil Redaktur Teguh Indra
Fotografer
Amin Madani, M Syakir, Yogi Ardhi Cahyadi
Nurhayati (c70), Pandega Citrabangsa (c69), Edwin
Putranto (c71)
Dokumentasi Foto
Coordinator/Kasi Musiron
Staf Adhiwira S, Suparman, Karnoto
Desain
Kepala Bagian Sarjono
Desainer M. Ali Imron
Coordinator/Kasi Supriyatna
Macintosh Suyuti, Jumono, Saefudin, Dwinanto, Darmaji, M. Sururi, Dian
Asmunandar, Reny, Diah Isawati
Editor Bahasa
Abdul Sahal
Staf Editing Muhammad Adriansyah, Ririn Liechtiana, Nurul Hikmah
II.
Kepala Newsroom Arys Hilman Nugraha (rys)
Redaktur Maman Sudiaman (man), Johar Arief (arp), Stevy Maradona (evy)
Traffic Purwadi Tjitrawijata (pur)
Staff Legiyo, Karman, Arifin
II.1. Kepala Biro Jawa Timur M. Ghufron (ghu)
Redaktur Sunarwoto (wot)
Reporter Anis Fathoni (afa), Wardianto (tok)
Koresponden Asan Haji (aji), Juwair (juw), M. Masduki (uki)
Fotografer Imam Budi Utomo
II.2. Kepala Biro Jawa Tengah Indra Wisnu Wardhana (wab)
Redaktur Eko Widiyatno (wid), Edi Setyoko (eds)
Reporter Heri Purwata (hep), Yoebal Ganesha (yoe), M. As’adi (asd), Neni
Ridarineni (nri)
Koresponden S. Bowo Pribadi (owo), Yulianingsih (yli)
II.3. Kepala Biro Jawa Barat Irfan Junaidi (irf)
Redaktur Agus Yulianto (yul)
Reporter Djoko Suceno (jok)
Koresponden Arie Lukihardiantie (kie), Ita Nina Winarsih (ita), Lilis Sri
Handayani (lis), Muslim Ambari (mus), Reni Susanti (ren), Riffa Anggi
Anggaditya (rfa), Riga Nurul Iman (rig), Sandy Ferdiana (san)
Fotografer Edi Yusuf, Yurry Erfansyah
II.4. Reporter Non-Biro
Nian Poloan (nin), Maspril Aries (oed), Ahmad Baraas (aas)
Koresponden Mursalind Yaslan
III.
Kepala Republika Online Yayat Supriyatna
Community & Blog
Agama
News
Economy
Sport
Entertain
Konsultasi, Kolom, Produk Halal, Fatwa
Video & Picture
Sekretaris Redaksi Fachrul Ratzi (fr)
Staf Hamidah Sagaff, Sabri Yogasastra, Tito Rachwono, Nuruddin Toto
Rohadi, Ahmad Fahmi
Catatan
Promosi Reporter ke Redaktur: Stevy Maradona (evy), Joko Sadewo (dwo),
Heri Ruslan (hri), Syahrudin El Fikri (sya).
Promosi Redaktur ke Asredpel: Nurul Saleh Hamami (nul), Bidramnanta (bid),
Irwan Ariefyanto (one).
Promosi Redaktur ke Waredpel: Elba Damhuri (erd).
Promosi Asredpel ke Redaktur: Endro Cahyono (end).
I.
Profile Pembaca45
1. Komunitas Muslim
2. Berpendidikan & Profesional
3. Toleran & Inklusif
4. Peduli Keluarga & Loyal
5. Masyarakat Perkotaan
6. SES: AB (menengah atas).
45
Lampiran
J. Diagram Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca46
DIAGRAM ALUR PROSES KERJA REDAKSI HINGGA PEMBACA
1.
Proses Kerja
Redaksi
Proses Kerja
Desain Visual
Proses Kerja
Cetak
Proses Kerja
Pracetak
Proses Kerja
Distribusi
Pembaca
2.
Rencana
Redaksi untuk
Terbitan
Berikutnya
Naskah Redaksi
Rencana
Halaman
Redaksi
Rencana
Halaman
Iklan
Setting
Rencana
Halaman
Paste Up/Lay
Dummy/Partitur
Halaman
Materi Foto
Materi Grafis/
Ilustrasi
Reprografi
Cetak
Distribusi
Pembaca
46
Lampiran
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika
Bahasa jurnalistik atau bahasa pers merupakan salah satu ragam bahasa
kreatif bahasa Indonesia. bahasa jurnalistik digunakan oleh wartawan dan orang
yang terlibat dalam pers. Bahasa tersebut mempunyai ciri khusus yang
membedakan dengan bahasa resmi, ilmiah dan bahasa sehari-hari. Ciri khusus
tersebut ialah sederhana, singkat, padat, lugas, menarik, populis, dan sebagainya.
Selain itu, bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku dan harus memperhatikan
ejaan yang benar.
Surat kabar Republika merupakan salah satu media massa cetak. Republika
adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia. Republika
dalam penulisan
beritanya bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selain itu,
harian umum republika mempunyai standar operasional procedural (SOP) dalam
menulis berita.
SOP ini menjadi pegangan wajib bagi wartawan, reporter, redaktur dan
semua yang ada dalam harian umum Republika. Dalam menulis berita di surat
kabar Republika berpedoman pada KBBI, EYD, dan SOP. Salah satu contohnya
adalah dalam penulisan paragraf. Dalam satu paragraf terdiri dua kalimat. Satu
kalimat paling banyak sebelas kata. Karena memudahkan pembaca untuk
membaca. Penulisan judul pun tidak boleh lebih dari enam kata.47
Kegiatan jurnalistik secara garis besar ialah kegiatan mencari, meliput,
menulis dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui media massa. Setelah
meliput suatu peristiwa, wartawan akan menulis peristiwa tersebut ke dalam
tulisan. Sebuah tulisan tidak akan langsung siap di cetak atau disiarkan, tetapi ada
proses pengeditan atau pengecekan ulang.
Wartawan mengeksplore apa yang mereka liput kemudian diedit oleh
redaktur mana angle yang paling bagus, susunan beritanya apakah sudah
memenuhi kriteria. Kemudian asisten redaktur pelaksana akan melihat hasil editan
dari redaktur itu. Baru setelah itu ditingkat wakil redaktur pelaksana yang
memeriksa secara utuh.48
Mengenai bahasa asing dan bahasa selain bahasa Indonesia, Republika
mempunyai aturan sendiri. Bahasa asing dalam surat kabar Republika apabila bisa
diindonesiakan memakai bahasa Indonesia. Apabila tidak bisa diartikan dalam
bahasa Indonesia tetap menggunakan bahasa aslinya. Mengutip pendapat Wakil
Redaktur Pelaksana Republika Elba Damhuri yang mengatakan sebagai berikut:
“Bahasa asing apabila bisa diindonesiakan kita pakai bahasa
Indonesia. Apabila tidak bisa diindonesiakan tetap bahasa asingnya. Kalau
bahasa asing dalam ekonomi kenal istilah non performing loans kalau
bahasa Indonesianya kredit macet. Tetapi apabila kita terjemahkan non
performing loans itu hutang tanpa kinerja. Tetapi karena kita mempunyai
padanan kata yang sesuai dengan maksud itu yaitu kredit macet jadi kita
pakai kredit macet. Tetapi ada juga bahasa yang memang tidak bisa kita
terjemahkan seperti bahasa asing, bahasa arab. Misalnya kata shalat kita
tidak bisa terjemahkan apa itu shalat jadi kita tetap pakai kata shalat.”49
47
Lampiran wawancara
Lampiran wawancara
49
Lampiran wawancara
48
Republika juga mempunyai kata-kata yang telah disepakati bersama.
Maksudnya apabila terdapat perbedaan dan banyak pendapat mengenai kata yang
memungkinkan banyak ragam dalam penulisannya, Republika mempunyai
kesepakatan bersama atau konsensus. Misalnya kata “kabah” apakah penulisannya
adalah “ka’bah” atau “kabah.” Contoh lain kata “Al Qaida” apakah ditulis “Al
Qaeda” atau “Al Qaida”.
Mengenai kasus tersebut Republika mempunyai kesepakatan atau
konsensus di luar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk penulisan kata
“Al Qaida” Republika mengambilnya dari bahasa Arab langsung. Sehingga
penulisan kata tersebut adalah “Al Qaida.” Seperti yang diungkapkan oleh Elba
Damhuri sebagai berikut:
”Contoh lain Al Qaida kalau bahasa Indonesia Al Qaeda, tetapi
karena kita mengambilnya dari bahasa Arab langsung jadi kita menulisnya
Al Qaida.”50
B. Penggunaan Bahasa dalam Berita Utama Surat Kabar Republika
Berita utama merupakan berita yang disajikan pada halaman pertama surat
kabar. Masing-masing surat kabar akan berbeda dalam menentukan berita utama.
Tergantung hasil rapat redaksi yang dilakukan di masing-masing berita. Berita
utama surat kabar Republika ditentukan pada rapat redaksi yang dilakukan setiap
hari pukul 13.00 WIB.
Pemilihan berita utama di surat kabar Republika berdasarkan beberapa
kriteria. Kriteria yang paling utama adalah dilihat dari nilai beritanya. Selain itu,
dilihat dari segi dampaknya terhadap publik. Maksudnya adalah apakah sangat
besar dampaknya bagi publik atau tidak.
50
Lampiran wawancara
Dalam penyajian berita utama, surat kabar Republika mempunyai
pedoman yang disebut SOP dan bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). SOP ini menjadi pegangan wajib bagi wartawan, reporter, redaktur dan
semua yang ada dalam harian umum Republika. Salah satu contohnya adalah
dalam penulisan paragraf. Dalam satu paragraf terdiri dua kalimat. Satu kalimat
paling banyak sebelas kata. Karena memudahkan pembaca untuk membaca.
Penulisan judul pun tidak boleh lebih dari enam kata.
C. Analisis Bahasa Jurnalistik
Penulisan berita tidak mutlak selalu benar dan bersandar pada KBBI,
EYD, dan SOP. Sehingga sering ditemukan salah ejaan, kata-kata mubazir,
penulisan paragraf terdiri dari satu kalimat, dan sebagainya. Hal ini bisa saja
terjadi karena faktor deadline yang tinggi.
Peneliti meneliti teks berita utama surat kabar Republika bulan Desember
2008. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan bahasa jurnalistik
atau bahasa jurnalistik Indonesia di surat kabar tersebut.
Untuk membantu dalam penelitian, peneliti menyediakan ciri bahasa
jurnalistik yang dikemukakan Kunjana Rahardi. Hasil penelitian akan disajikan
dalam sebuah tabel. Tabel tersebut berisi paragraf, data kalimat dan analisis
bahasa jurnalistiknya.
Selanjutnya peneliti menghitung modus masing-masing ketidaksesuaian
dengan ciri bahasa jurnalistik. Modus menunjukkan frekuensi terbesar pada suatu
kelompok data. Modus tersebut merupakan frekuensi yang paling sering muncul.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ketidaksesuaian yang sering muncul
objek yang diteliti dengan ciri bahasa jurnalistik. Hasil penelitian dan
pembahasannya lebih lanjut sebagai berikut:
Berita 1
Berita pertama adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 1
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul Produksi
Padi Terus Naik. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 40 kalimat. Analisis
datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 1 Desember 2008
Paragraf
1
Data Kalimat
Analisis
Produksi padi tahun 2008 Paragraf pertama melanggar ciri
diperkirakan naik 5,4 persen tidak
atau
merupakan
mubazir.
yang ialah kata merupakan menurut
tertinggi dalam 20 tahun hemat
terakhir.
Pembuktiannya
peneliti
seharusnya
di
buang. Tanpa adanya kata tersebut
tidak
mengurangi
makna
sebenarnya, bahkan terlihat lebih
ringkas.
Kalimat tersebut menjadi sebagai
berikut:
Produksi
padi
tahun
2008
diperkirakan naik 5,4 persen atau
yang tertinggi dalam 20 tahun
terakhir.
2
Presiden
Susilo
Yudhoyono
Bambang Paragraf dua tidak ada kesalahan
mengklaim atau
tidak
ada
pertanian maju pesat sejak Pembuktiannya
program
ialah
masalah.
kalimat
revitalisasi tersebut spesifik, jelas makna,
pertanian diluncurkan tiga komunikatif, hemat kata dan tidak
tahun lalu. Buktinya, kata ada kata mubazir.
dia,
Indonesia
swasembada
jagung.
berhasil komunikatif artinya kalimat di
beras
dan samping tidak berbelit-belit dan
langsung
pada
pokok
permasalahan. Spesifik maksudnya
disusun
oleh
kalimat-kalimat
pendek. Jika kita mengamatinya
paragraf
di
samping
masing-
masing kalimat tersusun kurang
dari 20 kata. Hal ini memudahkan
pembaca mengerti maksud yang
disampaikan oleh wartawan dalam
tulisannya.
Hemat kata artinya memegang
teguh
prinsip
Maknanya
ekonomi
jelas
dan
kata.
mudah
ditangkap, dan tidak terdapat katakata mubazir.
3
Adapun kenaikan 5,4 persen Paragraf tiga melanggar ciri tidak
tahun ini merupakan yang mubazir.
Kata
adapun
pada
tertinggi dalam 20 tahun kalimat kedua menurut hemat
terakhir.
penulis dihilangkan. Tanpa adanya
kata adapun makna kalimat kedua
tetap
sama.
Sehingga
kalimat
kedua menjadi sebagai berikut:
Kenaikan 5,4 persen tahun ini
merupakan yang tertinggi dalam
20 tahun terakhir.
4
Keberhasilan
ini,
kata Paragraf
empat
tidak
ada
presiden, merupakan buah kesalahan atau tidak ada masalah.
kerja
kerja
keras
petani, Pembuktiannya
penyuluh, dan pemerintah. kalimat
“Mari,
sebagai
jadikan
lumbung
Indonesia ditangkap
di
ialah
samping
maksudnya.
kalimatmudah
Serta
pangan kalimatnya tidak berbunga-bunga
dunia,” kata Presiden pada dan tidak melenceng dari pokok isi
acara Jambore dan Festival berita.
Karya Penyuluh Pertanian II
di Cibodas, Cianjur, Jawa
Barat, Ahad (30/11).
5
Presiden
tak
terima
jika Paragraf lima tidak ada kesalahan
pertanian dikatakan gagal. atau
tidak
ada
masalah.
Isi
“Kalau dikatakan pertanian paragraf lima bersifat spesifik,
gagal, sakit saudara-saudara. mudah
ditangkap
maksudnya,
Sakit para bupati, sakit para tidak terdapat kata-kata mubazir
gubernur, sakit kita semua,” dan hemat kata.
kata Presiden pada acara
yang dihadiri 4.500 penyuluh
dari seluruh Indonesia itu.
6
Menteri
Pertanian
Apriyanto
Anton Paragraf enam
melanggar
ciri
mengatakan tidak mubazir. Dapat dilihat pada
produksi bahan pangan lain kalimat ketiga. Menurut hemat
juga
meningkat.
Produksi penulis kata seperti kata Anton
misalnya, seharusnya dihilangkan.
jagung,
diperkirakan 15,86% juta ton Alasannya
atau
meningkat
pada
kalimat
19,6%. pertama telah disebutkan bahwa
Kedelai, kelapa sawit, dan Menteri
daging, kata Anton, juga Apriyanto
diperkirakan naik.
ialah
Pertanian
Anton
Mengatakan….dst.
Sehingga kata “kata Anton” tidak
perlu digunakan lagi, sebab sudah
merujuk pada kalimat pertama.
7
Untuk tahun depan, meski Kalimat di samping melanggar ciri
ada krisis keuangan global, tidak
tetap Rp 33 triliun.
mubazir.
Pembuktiannya
ialah Kata untuk dalam kalimat
tersebut
sebaiknya
dihilangkan
saja. Kalimat tersebut menjadi
lebih ringkas apabila kata untuk
dihapus. Kalimat tersebut menjadi:
Tahun depan, meski ada krisis
keuangan global, tetap Rp 33
triliun.
8
Sementara itu, Dirut Perum Paragraf delapan melanggar ciri
Bulog, Mustafa Abubakar, tidak mubazir. Seharusnya kata
mengatakan, Indonesia sudah sementara itu dibuang saja, karena
bisa
mengekspor
pertengahan 2009.
beras tanpa adanya kata sementara itu
tidak mengurangi makna kalimat
pertama dalam paragraf kedelapan.
Sehingga kalimat pertama pada
paragraf kedelapan ialah:
Dirut
Perum
Bulog,
Mustafa
Abubakar, mengatakan, Indonesia
sudah
bisa
mengekspor
beras
pertengahan 2009.
9
Setidaknya ada tiga kondisi Paragraf sembilan melanggar ciri
yang memungkinkan ekspor.
tidak mubazir. Menurut hemat
penulis
kata
setidaknya
dihilangkan, karena tanpa adanya
kata
tidak
setidaknya
menghilangkan makna sebenarnya.
Sehingga bunyi kalmiat pertama
pada paragraf sembilan ialah:
Ada
tiga
kondisi
yang
memungkinkan ekspor.
Kalimat tersebut melanggar ciri
Ketiga, Februari dan Maret
2009 akan ada panen beras
musim rendengan.
tidak
mubazir.
Pembuktiannya
ialah Penggunaan kata akan pada
kalimat disamping bisa dihapus.
Alasannya
ialah
kata
akan
menunjukan arti masa yang akan
datang atau waktu yang akan
datang.
waktu
Sedangkan
dalam
keterangan
kalimat
tersebut
sudah jelas yaitu Februari dan
Maret.
Jadi
kalimat
tersebut
menjadi sebagai berikut:
Ketiga, Februari dan Maret 2009
ada panen beras musim rendengan.
10
Yang diekspor, kata Mustafa, Paragraf sepuluh melanggar ciri
adalah beras premium yang spesifik dan ekonomi kata atau
memiliki harga kompetitif di hemat
kata.
Kalimat
pertama
pasar internasional, seperti melanggar ciri spesifik, kalimat
Cianjur, Pandan Wangi, dan tersebut bisa menjadi dua kalimat.
Organik (SRI).
Seharusnya menurut hemat penulis
kalimat tersebut menjadi sebagai
berikut:
Mustafa Mengatakan beras yang
diekspor ialah beras premium yang
memiliki harga kompetitif di pasar
internasional.
Seperti
Cianjur,
Pandan Wangi, dan Organik (SRI).
Kata adalah pada kalimat pertama
tidak tepat, karena kata adalah
digunakan
sebuah
untuk
definisi.
menunjukkan
Kata
adalah
diganti oleh kata ialah.
Setelah itu, beras medium, Kata setelah itu pada kalimat
seperti Ciherang dan IR III.
kedua dihilangkan saja dan lebih
baik
diganti
dengan
kata
kemudian. Alasannya ialah prinsip
ekonomi kata atau hemat kata.
11
“Kita bisa ekspor ke negara Paragraf
yang
letak
dekat
dengan
sebelas
tidak
ada
geografisnya kesalahan dalam segi spesifik,
Indonesia, jelas
makna,
hemat
kata,
seperti Timor Leste, Filipina, komunikatif dan tidak mubazir.
Malaysia, Brunei, Singapura, Tetapi, ada satu kesalahan yaitu
dan
Hong
Kong,”
Mustafa.
kata dalam satu paragraf terdiri dari
satu kalimat. Seharusnya paragraf
terdiri sedikitnya dua kalimat.
12
Pengamat ekonomi pertanian Paragraf dua belas tidak ada
Bustanul Arifin, mengatakan, masalah atau tidak ada kesalahan.
tak masalah bila pemerintah Pembuktiannya
ialah
kalimat
hendak melakukan ekspor, disampaikan dengan mudah dapat
asalkan
harga
stabil dan dipahami oleh khalayak umum
kebutuhan
dalam
tercukupi.
“Yang
negeri (pembaca).
jelas, menyampaikan
Selain
pengertian
itu,
atau
jangan sampai kita ekspor makna informasi secara langsung
beras,
tetapi
rakyat dengan menghindari bahasa yang
kelaparan. Selain itu yang berbunga-bunga. Sehingga kalimat
berhak
melakukan
ekspor tersebut tidak melanggar prinsip
beras hanya Bulog dengan spesifik, komunikatif, jelas makna,
pengawasan
ketat hemat kata dan tidak mubazir.
pemerintah,” katanya.
13
Dia
juga
mengingatkan, Paragraf tiga belas tidak ada
lahan
pertanian
menyusut masalah atau tidak ada kesalahan.
40-70 ribu hektare per tahun. Pembuktiannya ialah dilihat dari
Kebanyakan lahan tersebut segi komunikatif kalimat tersebut
dialihfungsikan
menjadi tidak berbelit-belit. Paragraph di
perumahan, perkantoran, dan samping disusun oleh kalimat
pusat perbelanjaan. Padahal, yang singkat dan padat informasi
membuat sawah baru tak (spesifik). Dilihat dari segi jelas
mudah karena perlu tanah makna, kalimat di samping mudah
yang
cocok
dengan ditangkap
maksudnya
tidak
pengairan baik. “Pemerintah menimbulkan makna yang bukan
seharusnya bersikap tegas sebenarnya. Selain itu, kata-kata
dalam mengamankan lahan dalam kalimat di samping berciri
pertanian,” katanya.
minim karakter (hemat kata) dan
tidak terdapat kata-kata mubazir.
14
Soal revitalisasi pertanian, Paragraf empat belas tidak ada
Bustanul
Arifin
menilai masalah atau tidak ada kesalahan.
belum sepenuhnya berhasil. Maksudnya
“Produksi
padi
meningkat
kalimat
tersebut
yang disusun oleh kalimat-kalimat yang
memang komunikatif, spesifik, jelas makna,
merupakan indikasi bahwa dan tidak terdapat kata-kata yang
revitalisasi pertanian berjalan mubazir.
Kalimat
cukup baik. Tapi, masih menyampaikan
perlu
diperbaiki.
Sebab, langsung
di
makna
dengan
samping
secara
menghindari
masih banyak bahan pangan bahasa yang berbunga-bunga.
kita yang bergantung dari
luar negeri, seperti impor
kedelai dan daging sapi,”
katanya.
Tabel 2. Ketidaksesuaian berita utama 1 Desember 2008 dengan ciri
bahasa jurnalistik
No.
Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1
Komunikatif
-
2
Spesifik
1
3
Hemat Kata
1
4
Jelas Makna
-
5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise
7
Dalam berita utama tanggal 1 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan
tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 40 kalimat yang
diteliti, terdapat tujuh kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak
mubazir dan tidak klise. Satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
spesifik dan hemat kata.
Berita 2
Berita kedua adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 9
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul ‘Indonesia
Butuh Keteladanan’. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 32 kalimat.
Analisis datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 9 Desember 2008
Paragraf
1
Data Kalimat
Analisis
Keteladanan Nabi Ibrahim Paragraf pertama melanggar ciri
dan
Ismail,
sangat
kata
patut
inspirasi.
Nuh, tidak
mubazir.
dijadikan dilihat
pada
Buktinya
kalimat
dapat
terakhir
paragraf tersebut. Menurut hemat
penulis kata sangat patut seharusnya
ditulis patut saja, sehingga lebih
sederhana. Kalimat tersbut menjadi
sebagai berikut:
Keteladanan
Nabi
Ibrahim
dan
Ismail, kata Nuh, patut dijadikan
inspirasi.
2
Nuh mengatakan, Ibrahim Paragraf dua melanggar ciri tidak
telah
memperlihatkan mubazir. Pembuktiannya ialah kata
keikhlasan
melaksanakan telah
perintah
menyembelih Alasan
anaknya, Ismail.
seharusnya
lainnya
dihilangkan.
ialah
bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk
kata lampau.
Kalimat di samping menjadi sebagai
berikut:
Nuh
mengatakan,
memperlihatkan
Ibrahim
keikhlasan
melaksanakan
perintah
menyembelih anaknya, Ismail.
3
Dalam konteks kekinian, Paragraf tiga tidak ada masalah
pengorbanan Ibrahim dan dalam segi spesifik, komunikatif,
Ismail
dapat jelas makna, hemat kata dan tidak
itu
diwujudkan
dalam mubazir. Tetapi terdapat kesalahan
kesediaan melepaskan apa yaitu
saja
paragraf terdiri dari satu
dianggap kalimat.
yang
Seharusnya
paragraf
berharga-seperti deposito, sedikitnya terdiri dua kalimat.
jabatan, dan kedudukandemi
kepentingan
yang
lebih besar.
4
Pengorbanan seperti ini, Paragraf empat tidak ada kesalahan
dinilai
Nuh
merupakan atau tidak ada masalah. Kalimatnya
investasi yang baik untuk menghindari
penjelasan
yang
masa depan. “Sanggupkah panjang dan bertele-tele. Membuang
kita
mengorbankan
itu? kata-kata mubazir dan menerapkan
Insya Allah kita semua ekonomi kata.
bisa. Allah yang mengganti
pengorbanan itu.”
5
Shalat Idul Adha di Masjid Paragraf lima melanggar ciri tidak
Istiqlal, antara lain, dihadiri mubazir. Menurut hemat peneliti
Presiden Susilo Bambang kata antara lain dapat dihilangkan.
Yudhoyono,
Presiden
Wakil Tanpa
Jusuf
menteri-menteri
kehadiran
kata
tersebut
Kalla, makna kalimat pada paragraf kelima
Kabinet tetap
sama.
Kalimat
tersebut
Indonesia Bersatu (KIB), menjadi sebagai berikut:
duta besar negara sahabat, Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal
dan masyarakat umum.
dihadiri Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf
Kalla,
menteri-menteri
Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB), duta besar
negara
sahabat, dan masyarakat
umum.
6
mengibaratkan Paragraf enam tidak ada kesalahan
Nuh
kehidupan seperti sebuah atau tidak ada masalah. Kalimatnya
sekolah. Ada murid, guru, langsung pada pokok masalah (to
dan
proses
belajar the
point),
tidak
memboroskan
mengajar. “Guru bangsa waktu pembaca. Maksudnya tidak
tidak hanya mengajarkan baur dan tidak kabur. Kalimat
bagaimana
dan
masalah,
menghadapi tersebut bisa dimengerti oleh semua
menyelesaikan pembaca
tapi
baik
kalangan
atas,
juga menengah, dan bawah. Inti dari
memberikan contoh yang paragraf tersebut ialah Indonesia
nyata dan tegas. Indonesia butuh keteladanan.
butuh
keteladanan
guru
bangsa,” katanya.
7
Tugas
umat,
kata
dia, Paragraf
tujuh
melanggar
ciri
adalah mencari jawaban, ekonomi kata. Buktinya adalah kata
bukan
mempersoalkan adalah
persoalan.
pada
seharusnya
kalimat
diganti dengan
kedua
kata
ialah. Selain itu penggunaan kata
adalah dalam kalimat tersebut tidak
tepat, karena kata adalah lazim
digunakan
untuk
menunjukkan
definisi.
8
Pada Idul Adha tahun ini, Paragraf delapan melanggar ciri
Masjid Istiqlal menerima tidak
15 sapi dan 218 kambing.
mubazir.
Menurut
hemat
peneliti kata pada dalam kalimat
tersebut
dihilangkan
saja
dan
maknanya pun tetap sama tidak
berubah. Sehingga bunyi kalimat
tersebut ialah:
Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal
menerima 15 sapi dan 218 kambing.
9
Saat
menyampaikan Paragraf
sembilan
tidak
ada
khutbah
Idul
Adha
di masalah.
Kalimat
di
samping
Stadion Siliwangi, Cimahi, menceritakan peristiwa di tempat
Jawa Barat, Ketua Umum berbeda.
Tetapi,
masih
dalam
PP Muhammadiyah, Din konteks peristiwa yang sama yaitu
Syamsuddin,
menyatakan Idul
Adha.
esensi Idul Adha adalah berbelit-belit,
gerakan tauhid. “Dengan kalimat
yang
gerakan tauhid, umat Islam ditangkap
dapat
bangkit
dari menggunakan
Kalimatnya
disusun
tidak
dengan
singkat.
Mudah
maksudnya
dan
kata
yang
keterpurukan.” Kata Din, mengandung makna sebenarnya.
ada sejumlah watak yang
perlu dimiliki oleh bangsa
ini
untuk
bangkit.
Diantaranya,
tidak
mementingkan diri sendiri.
10
Ketua PBNU, Said Agil Melanggar ciri tidak mubazir. Kata
Siradj, lebih menekankan lebih menekankan seharusnya ditulis
pada
ajaran
aspek
kelembutan menekankan saja, sehingga bunyi
Islam
menyampaikan
saat kalimat tersebut ialah:
khutbah Ketua PBNU, Said Agil Siradj,
Idul Adha di Masjid Raya menekankan pada aspek kelembutan
Jakarta Islamic Center.
ajaran Islam saat menyampaikan
khutbah Idul Adha di Masjid Raya
Jakarta Islamic Center.
11
Dia juga meminta umat Paragraf sebelas melanggar ciri jelas
Islam berkorban dengan makna. Kalimat pertama terdapat
mengesampingkan hal-hal kata “parsial (furu’iyah)” seharusnya
yang
bersifat
parsial kata tersebut dijelaskan terlebih
(furu’iyah).
“Itu
membuang
waktu
energi,
hanya dahulu. Sehingga semua pembaca
dan mengetahui maksud atau makna
yang seharusnya kalimat tersebut. Surat kabar di baca
kita gunakan untuk berpikir oleh
semua
kalangan
sehingga
dan bekerja demi kemajuan dalam penyajian kalimatnya harus
dan kemaslahatan umat.”
dimengerti oleh semua kalangan
pembaca.
12
Di
Masjid
Al-Azhar, Paragraf
dua
belas
tidak
ada
Jakarta Selatan, Menteri kesalahan atau tidak ada masalah.
Pemuda
Adhyaksa
dan
Olahraga, Kalimat di samping tidak berbelit-
Dault,
yang belit sehingga pembaca tidak perlu
khatib, menganalisisnya ketika membaca.
menjadi
menyatakan, kecintaan dan Kalimatnya
ketaatan
menuntut
kepada
jelas makna, tidak
Allah terdapat kata mubazir, spesifik, dan
kesiapan memegang teguh prinsip ekonomi
berkorban. Dia mengkritik kata.
pengorbanan umat Islam
yang dinilainya menurun.
“Umat Islam enggan ke
masjid, namun ringan ke
shopping center.”
Tabel 4. Ketidaksesuaian berita utama 9 Desember 2008 dengan ciri
bahasa jurnalistik
No.
Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1
Komunikatif
-
2
Spesifik
-
3
Hemat Kata
1
4
Jelas Makna
1
5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise
5
Dalam berita utama tanggal 9 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan
tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 32 kalimat yang
diteliti, terdapat lima kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir
dan tidak klise. Masing-masing satu kalimat yang melanggar ciri bahasa
jurnalistik hemat kata dan jelas makna.
Berita 3
Berita ketiga adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 17
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul RUU
Minerba Disahkan. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 30 kalimat.
Analisis datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 17 Desember 2008
Paragraf
1
Data Kalimat
Pembahasan
Rancangan Paragraf satu melanggar ciri tidak
Undang-Undang
Mineral
dan
(Minerba)
Analisis
(RUU) mubazir.
Batu
yang
Bara kata
Pembuktiannya
akhrinya
ketok
ialah
palu
dimulai seharusnya diganti dengan kata
sejak 4 Juli 2005, akhirnya berakhir atau ditutup. Sehingga
ketok palu, kemarin.
kalimat tersebut menjadi:
Pembahasan Rancangan UndangUndang (RUU) Mineral dan Batu
Bara (Minerba) yang dimulai sejak
4
Juli
2005,
berakhir/ditutup,
kemarin.
2
“Meskipun
kesepakatan
tidak
secara
tercapai Dilihat
dari
segi
spesifik,
bulat, komunikatif, hemat kata, jelas
RUU tetap disahkan,” kata makna dan tidak mubazir kalimat
pimpinan Sidang Paripurna di samping tidak ada masalah.
DPR, Muhaimin Iskandar, Kalimatnya tidak berbunga-bunga
menutup
(16/12).
sidang,
Selasa sehingga pembaca tidak perlu
menganalisisnya ketika membaca.
Pembaca akan mengetahui isi dari
kalimat
membaca
di
samping
tanpa
berulang-ulang.
Kalimatnya sarat informasi dan
makna kalimat sudah jelas yaitu
meskipun
tidak
tercapai
kesepakatan bulat RUU Minerba
tetap disahkan.
3
Saat
menyampaikan Paragraf tiga terdapat kesalahan
pandangan, Menteri ESDM, yaitu
Purnomo
singkatan
ESDM
pada
Yusgiantoro, paragraf tersebut tidak dijelaskan.
mengatakan, keberadaan UU Seharusnya menurut hemat penulis
Minerba itu untuk menjaga singkatan
ESDM
tersebut
supaya iklim usaha di sektor dijelaskan seperti berikut:
pertambangan umum tetap Menteri Energi dan Sumber Daya
terjaga.
Mineral (ESDM).
Kalimat disamping melanggar ciri
ekonomi kata dan tidak mubazir.
Pembuktiannya
ialah
kata
itu
untuk seharusnya dihilangkan saja.
Karena kata tersebut merupaka
kata mubazir. Apabila kata itu
untuk dihapus, kalimat di samping
akan enak dibaca.
Pembuktian
selanjutnya
penggunaan kata supaya diganti
oleh kata agar. Alasannya ialah
bahasa jurnalistik harus memegang
teguh prinsip ekonomi kata.
Kalimat tersebut menjadi sebagai
berikut:
Saat menyampaikan pandangan,
Menteri Eneregi dan Sumber Daya
Mineral
(ESDM),
Yusgiantoro,
Purnomo
mengatakan,
keberadaan UU Minerba menjaga
agar
iklim
usaha
di
sektor
pertambangan umum tetap terjaga.
4
Dia
menegaskan, Paragraf empat tidak ada masalah.
juga
kontrak yang sudah berjalan Pembuktiannya
selama ini tetap dihormati. yang
“Kita
menghormati empat
ingin
kontrak
terdapat
yang
sudah
langsung
ada permasalahan
untuk menjaga iklim usaha,” Minerba.
kalimat-kalimat
dalam
paragraf
pada
pokok
seputar
UU
Kalimat-kalimatnya
paparnya. Namun, sejumlah bersifat spesifik (disusun dengan
pasal dalam kontrak lama kalimat-kalimat
tetap
akan
singkat).
disesuaikan Kalimat-kalimatnya berciri hemat
dengan UU yang baru. “Isi kata
(kontrak
yang
lama)
dan
akan mubazir.
tidak
terdapat
Maknanya
kata
dapat
disesuaikan, kecuali untuk ditangkap oleh semua kalangan
penerimaan Negara.”
pembaca
tanpa
harus
menganalisisnya lagi.
5
Usai sidang, Dirjen Mineral Paragraf lima tidak ada masalah.
Batu Bara dan Panas Bumi Paragraf lima tidak melenceng dari
Departemen
Bambang
ESDM, topik pembahasan mengenai UU
Setiawan, Minerba.
menjelaskan,
Masih
memperkuat
pasal-pasal paragraf-paragraf
sebelumnya.
yang diperdebatkan dalam Kalimatnya tidak disusun dengan
UU
Minerba
sudah
diatur.
bentuknya
sebenarnya kalimat yang berbunga-bunga dan
“Kalau tidak
berbelit-belit
perjanjian pembaca
mudah
pengusahaan, kontrak yang Pembaca
sehingga
membacanya.
mudah
mengetahui
berbentuk izin usaha akan maksud paragraf lima tanpa harus
tetap berlaku.”
mengerutkan
dahi.
Kalimatnya
tidak terdapat kata yang mubazir
dan menerapkan prinsip ekonomi
kata.
6
Ketua Komite Tetap Kadin Paragraf enam
Bidang Energi dan Sumber ekonomi
Daya Mineral, Herman Afif ialah
kata.
melanggar
ciri
Pembuktiannya
kata Ketua Komite Tetap
Kusumo, menilai, UU itu Kadin Bidang Energi dan Sumber
lebih menjamin kedaulatan Daya Mineral seharusnya menjadi
Negara
dan
pengusaha Ketua Komite Tetap Kadin Bidang
nasional atas pengusahaan ESDM.
pertambangan.
7
“Kalau
ada
asing
yang Paragraf tujuh tidak ada masalah.
protes,
wajar
saja.
Tapi, Kalimat di samping tersusun oleh
semua
persoalan
bisa kalimat-kalimat yang pendek dan
dibicarakan melalui dialog singkat.
dan duduk bersama dengan yang
pemerintah,” katanya.
Menggunakan
sebenarnya.
makna
Kalimatnya
tidak membahas kepada persoalan
yang
lain.
Pembaca
mudah
menangkap
maksud
yang
disampaikan
oleh
wartawan
melalui tulisannya.
8
Herman juga mengatakan, Paragraf
ketentuan
peralihan
UU masalah.
delapan
tidak
ada
Paragraf di samping
Minerba yang menyebutkan disusun oleh kalimat-kalimat yang
keberadaan Kontrak Karya tidak
bertele-tele.
Tidak
(KK) dan Perjanjian Karya melenceng ke pembahasan lain.
Pengusahaan Pertambangan bSelain itu, tidak memboroskan
Batu Bara (PKP2B) sudah waktu pembaca untuk menangkap
merupakan
jaminan
kepastian
hukum
Indonesia.
“Kita
bagi isi pesan yang terkandung dalam
di kalimat. Karena maksud
harus disampaikan
melalui
yang
tulisan
menghormati, jangan sampai tersebut mudah ditangkap oleh
mereka lari.”
pembaca. Sehingga pembaca tidak
perlu
berulang-ulang
membacanya.
Kalimat
yang
terdapat dalam paragraf delapan
tidak
terdapat
kata-kata
yang
mubazir.
9
Pengelolaan
pertambangan Paragraf
menurutnya,
mesti
menguntungkan,
saling masalah.
sehingga kalimat
sumber daya alam dapat mudah
sembilan
tidak
Pembuktiannya
disampaikan
dapat
ada
ialah
dengan
dipahami
oleh
manfaat khalayak umum (pembaca). Selain
memberikan
untuk itu, menyampaikan pengertian atau
sebesar-besarnya
bangsa dan negara. “UU makna informasi secara langsung
Minerba
ini
juga
telah dengan menghindari bahasa yang
memberikan aspek ekonomi berbunga-bunga. Sehingga kalimat
dan administrasi, termasuk tersebut tidak melanggar prinsip
lingkungan yang lebih baik.” spesifik, komunikatif, jelas makna,
UU
Minerba
ini
akan hemat kata dan tidak mubazir.
mengganti UU No. 11 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok
Pertambangan.
10
Berlarut-larutnya
penyelesaian
Paragraf sepuluh melanggar ciri
penyusunan tidak
mubazir.
Pembuktiannya
UU baru ini, memang sempat adalah
kata
memang
sempat
membuat iklim investasi di seharusnya ditulis sempat. Tidak
sektor
pertambangan adanya
Indonesia
penuh
ketidak- membuat
pastian.
11
memang
makna/arti
tidak
kalimat
tersebut berubah.
Industri
pertambangan Paragraf sebelas melanggar ciri
memang berharap UU yang tidak
baru
kata
akan
memberikan ialah
mubazir.
kata
Pembuktiannya
memang
berharap
kepastian hukum dalam hal seharusnya ditulis berharap saja.
perizinan, pembebasan tanah
dan
keamanan,
serta
koordinasi yang lebih baik
antara
berbagai
lembaga
pemerintahan.
12
Saat paripurna berlangsung, Paragraf dua belas tidak ada
FPKS, FPAN, dan PKB walk masalah. Kalimat dalam paragraf
Ketiganya dua belas terdiri kurang dari 20
out.
mempersoalkan Bab 25 Pasal kata.
Ini
169 ayat a dan b RUU kalimat
Minerba. Juru bicara FPAN, Kalimat
Zulkifli
Pasal
Halim,
169
diskriminatif.
menandakan
di
bahwa
samping
spesifik.
yang
spesifik
menilai, menunjukkan bahwa kalimatnya
ayat
a komunikatif (tidak berbelit-belit),
hemat kata, jelas makna dan tidak
ada kata yang mubazir. Karena
bahasa yang digunakan dalam
berita yang bersifat langsung harus
menerapkan ciri bahasa jurnalistik.
13
FPKS
walk
dengan Paragraf tiga belas tidak ada
out
alasan dicabutnya penjelasan masalah.
di
Pasal
“Padahal,
169
ayat
penjelasan
Pembuktiannya
ialah
b. sama seperti paragraf dua belas,
itu kalimat di samping tersusun tidak
substantif lebih dari 20 kata. Kalimat yang
sangat
menyangkut kontrak karya tersusun tidak lebih dari 20 kata
kata
juru
FPKS,
Muhammad
tersebut
Idris komunikatif, spesifik, jelas makna,
Herman, Paragraf empat belas melanggar
Menurut
pemerintah
kalimat
hemat kata dan tidak mubazir.
Luthfi.
14
bicara menandakan
(KK),”
perlu
menuntaskan
segera prinsip
ekonomi
peraturan Pembuktiannya
ialah
kata.
terdapat
pemerintah. Ini agar UU dalam kalimat kedua. Kata ini
Minerba
diberlakukan.
bisa
segera agar
dalam
kalimat
kedua
seharusnya diganti dengan kata
supaya atau agar. Alasannya ialah
dalam penulisan berita di media
cetak harus memegang prinsip
ekonomi kata.
Tabel 6. Ketidaksesuaian berita utama 17 Desember 2008 dengan ciri
bahasa jurnalistik
No.
Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1
Komunikatif
-
2
Spesifik
-
3
Hemat Kata
3
4
Jelas Makna
-
5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise
4
Dalam berita utama tanggal 17 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan
tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 30 kalimat yang
diteliti, terdapat empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak
mubazir dan tidak klise. Tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
hemat kata.
Berita 4
Berita keempat adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 26
Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul KPU Siapkan
Aturan Baru. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 22 kalimat. Analisis
datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 22 Desember 2008
Paragraf
1
Data Kalimat
Ketua
Analisis
Pemilihan Paragraf satu tidak ada masalah.
Komisi
Umum (KPU), Abdul Hafiz Pembuktiannya
ialah
kalimat
Anshary, menilai penetapan dalam paragraf satu menghindari
calon
legislatif
terpilih
(caleg) penjelasan
yang
pascaputusan bertele-tele.
Mahkamah Konstitusi (MK) disampaikan
panjang
dan
Informasi
yang
wartawan
mudah
membuat proses penentuan dipahami oleh khalayak umum
caleg
terpilih
sederhana.
lebih (pembaca). Struktur kalimatnya
Kesederhanaan tidak
menimbulkan
itu, kata dia, akan membuat penyimpangan/pengertian
kerja KPU lebih mudah.
2
“Sekarang
Siapa
yang
tidak
yang berbeda.
pusing. Paragraf dua tidak ada masalah.
memperoleh Buktinya ialah setiap kalimat yang
suara terbanyak, dia yang terdapat
jadi,”
(24/12).
kata
makna
Hafiz,
dalam
paragraf
dua
Rabu tersusun kurang dari 20 kata.
Kalimat menjadi lebih mudah
dipahami dibandingkan kalimat
yang terdiri banyak kata-kata.
Kalimat-kalimat
di
samping
menandakan tidak melanggar ciri
spesifik, komunikatif, hemat kata,
jelas makna, tidak mubazir dan
tidak klise.
3
Anggota
KPU, Apabila dilihat kalimat pertama
Syamsulbahri,
mengatakan yang terdapat dalam paragraf tiga
KPU akan membuat aturan sangat panjang. Kalimat tersebut
main, melakukan sosialisasi, melanggar
ciri
spesifik
yaitu
dan memberikan bimbingan bahasa jurnalistik disusun dengan
teknis kepada KPU daerah kalimat-kalimat
dan
partai
yang
singkat-
politik, singkat. Kalimat disamping terdiri
pascaturunnya putusan MK kurang lebih dari 34 suku kata.
yang membatalkan Pasal 214 Kalimat yang baik adalah kalimat
UU No
10/2008
pemilu legislatif.
tentang yang
terdiri
dari
8-20
kata.
Kalimat pertama paragraf tiga bisa
dijadikan menjadi dua kalimat,
sehingga kalimatnya lebih ringkas
dibanding
kalimat
sebelumnya.
Kalimat tersebut menjadi sebagai
berikut:
Anggota
KPU,
Syamsulbahri,
mengatakan KPU akan membuat
aturan
sosialisasi,
main,
melakukan
dan
memberikan
bimbingan teknis kepada KPU
daerah dan partai politik. Kegiatan
itu
dilakukan
pascaturunnya
putusan MK yang membatalkan
Pasal 214 UU No 10/2008 tentang
pemilu legislatif.
4
Direktur Eksekutif Center for Kata
Electoral Reform
(Cetro), diganti menjadi ialah.
Hadar
Gumay, Penggunan
Navis
mengatakan
dilakukan
yang
KPU
perlu kalimat
kata
pada
tidak
cocok.
adalah Penggunaan kata adalah lazim
tentang calon terpilih.
Karena
peneliti
adalah
tersebut
membuat peraturan tata cara digunakan
5
menurut
adalah
untuk
menguraikan
suatu definisi.
putusan MK
tak Paragraf
lima
melanggar
ciri
mengutak-atik masalah suara spesifik. Kalimat pertama bisa
sah di Pasal 176 UU Pemilu, terdiri dua kalimat. Selain itu,
Hafiz
mengatakan,
yang
diberikan
dengan
suara maknanya
mencoblos
itu
tak
diketahui.
pemilih Kalimat tersebut menjadi sebagai
tanda berikut:
gambar partai tetap sah. Tapi Mahkamah
suara
mudah
Konstitusi
tidak
berfungsi mengutak-atik masalah suara sah
menentukan calon terpilih. di Pasal 176 UU Pemilu. Sehingga
“Hanya
berfungsi suara
yang
diberikan
pemilih
menentukan lolos tidaknya dengan mencoblos tanda gambar
partai
politik
dari partai tetap sah, ujar Hafiz. Tapi
parliamentary threshold (PT) suara itu tak berfungsi menentukan
dan penentuan kursi bagi calon terpilih. “Hanya berfungsi
partai yang lolos PT.”
menentukan lolos tidaknya partai
politik
dari
parliamentary
threshold (PT) dan penentuan
kursi bagi partai yang lolos PT.”
6
Mantan
Ketua
Panitia Paragraf enam sebenarnya tidak
Khusus RUU Pemilu, Ferry ada masalah dengan ciri bahasa
Mursyidan
Baldan,
juga jurnalistik. Tetapi ada kesalahan
mengatakan suara pemilih yang
yang
mencoblos
sangat
tanda setelah
tanda
mendasar
baca
yaitu
koma
(,)
gambar, “Dihitung sebagai dimulai dengan huruf kapital.
suara untuk partai, bukan
caleg.”
7
Suara
pemilih
yang Paragraf
mencoblos tanda gambar ini, spesifik
tujuh
melanggar
dan
tidak
ciri
mubazir.
kata Ferry, nantinya akan Buktinya ialah kalimat pertama
digabung dengan suara yang bisa terdiri dua kalimat, sehingga
mencoblos
caleg,
tanda
sehingga
gambar kalimat tidak terlalu panjang. Kata
menjadi ini dan nantinya dihilangkan sebab
perolehan suara partai. “Itu tanpa kehadiran kata tersebut tidak
ditotal semua dan menjadi merubah maksud/makna kalimat.
suara parpol untuk acuan Sehingga kalimat tersebut seperti
perolehan suara parpol.
berikut:
Suara pemilih yang mencoblos
tanda
gambar,
akan digabung
dengan suara yang mencoblos
tanda gambar caleg. Sehingga
menjadi perolehan suara partai,
kata Ferry. “Itu ditotal semua dan
menjadi suara parpol untuk acuan
perolehan suara parpol.”
8
Tapi,
pakar
negara,
Saldi
meminta
yang
hukum
Isra,
ketegasan
diberikan
mencoblos
tanda
tetap tidak
mubazir.
Pembuktiannya
suara ialah pada kata untuk, seharusnya
dengan kata tersebut ditulis dihilangkan
gambar saja. Sehingga kalimat tersebut
difungsikan menjadi:
partai
tidak
untuk
menentukan
terpilih.
tata Paragraf delapan melanggar ciri
caleg Tapi, pakar hukum tata negara,
Saldi
Isra,
tetap
meminta
ketegasan suara yang diberikan
dengan mencoblos tanda gambar
partai
tidak
difungsikan
menentukan caleg terpilih.
9
Hadar juga meminta KPU Kalimat di samping melanggar ciri
mengunci Pasal 218 UU No tidak
mubazir.
Pembuktiannya
10/2008 agar tidak dijadikan ialah kata untuk merupakan kata
celah
untuk
menentukan mubazir.
caleg dengan nomor urut.
Kalimat
disamping
cukup ditulis sebagai berikut:
Hadar
juga
meminta
KPU
mengunci Pasal 218 UU No
10/2008 agar tidak dijadikan celah
menentukan caleg dengan nomor
urut.
10
Tapi,
setelah
pembatalan Kalimat di samping melanggar ciri
Pasal 214 tentang penentuan tidak
mubazir.
Pembuktiannya
calon terpilih, Pasal 218 itu ialah kata untuk merupakan kata
diduga akan berbalik untuk mubazir.
Kalimat
disamping
menentukan caleg dengan cukup ditulis sebagai berikut:
nomor urut.
Tapi, setelah pembatalan Pasal 214
tentang penentuan calon terpilih,
Pasal 218 itu diduga akan berbalik
menentukan caleg dengan nomor
urut.
11
Salah
satu
cara
KPU Paragraf sebelas melanggar dua
menguncinya, kata Hadar, ciri ekonomi kata dan dua ciri
adalah dengan mempertegas tidak mubazir. Paragraf tersebut
bahwa pengganti caleg yang terdapat dua kesalahan. Pertama
mengundurkan diri adalah kata adalah diganti saja dengan
caleg daerah pemilihan yang kata ialah. Selain itu penggunaan
sama, tapi memperoleh suara kata adalah tidak tepat karena kata
terbanyak
berikutnya. tersebut
dipakai
untuk
Dengan begitu, kata Hadar, menguraikan definisi.
jika ada parpol yang ingin Kedua ialah pada kalimat kedua
menarik
calegnya
yang kata kata Hadar dihilangkan saja
mendapat suara terbanyak, dan
diganti
dengan
ujarnya.
KPU perlu mengecek apa Alasannya karena bahasa pers
betul mengundurkan diri.
sebisa mungkin menggunakan kata
yang
sedikit
berita
hurufnya. Dalam
utama
Siapkan
berjudul
KPU
Aturan
Main
Pengguanaan kata kata Hadar
misalnya
kutipan
pada
setiap
membuat
kalimat
jenuh
atau
disebut dengan tiring words.
Kata tersebut ditempatkan pada
akhir kalimat
Sehingga kalimat
tersebut menjadi sebagai berikut:
Dengan begitu, jika ada parpol
yang ingin menarik calegnya yang
mendapat suara terbanyak, KPU
perlu
mengecek
apa
betul
mengundurkan diri, ujarnya.
Bukti melanggar ciri mubazir ialah
kata dengan dan bahwa pada
kalimat pertama dihilangkan saja.
Kalimat
pertama
sederhana
tanpa
menjadi
adanya
kata
tersebut. Bunyi kalimatnya ialah
sebagai berikut:
Salah
satu
cara
KPU
menguncinya, kata Hadar, ialah
mempertegas pengganti caleg yang
mengundurkan diri ialah caleg
daerah pemilihan yang sama, tapi
memperoleh
suara
terbanyak
berikutnya.
12
Saldi Isra meminta KPU Paragraf dua belas tidak ada
membuat aturan agar partai masalah.
Pembuktiannya
ialah
tidak bisa memaksa caleg kalimat tidak tersaji dalam kalimat
peraih
suara
terbanyak yang panjang. Kalimat tersebut
mengundurkan diri.
terdiri kurang dari 20 kata.
Tabel 8. Ketidaksesuaian berita utama 26 Desember 2008 dengan ciri
bahasa jurnalistik
No.
Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1
Komunikatif
-
2
Spesifik
3
3
Hemat Kata
3
4
Jelas Makna
-
5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise
6
Dalam berita utama tanggal 26 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan
tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 22 kalimat yang
diteliti, terdapat enam kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak
mubazir dan tidak klise. Masing-masing tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa
jurnalistik spesifik dan hemat kata.
Hasil pembahasan dan penelitian yang pertama ialah mengupas
penggunaan bahasa dalam berita surat kabar Republika. Kemudian meneliti teks
berita utama tanggal 1, 9, 17 dan 26 Desember 2008. Hasil penelitian dibahas
dalam tabel masing-masing berita. Penelitian selanjutnya ialah menghitung semua
kalimat berita utama tersebut dengan ciri bahasa jurnalistik yang dikemukakan
oleh Kunjana Rahardi. Maksudnya ialah untuk mengetahui ciri bahasa jurnalistik
yang sering dilanggar.
Untuk mengetahui sesuai atau tidak sesuai kalimat dengan ciri bahasa
jurnalistik, peneliti akan sajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut sebagai
berikut:
Tabel 9. Ketidaksesuaian berita utama
tanggal 1, 9, 17 dan 22 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik
No.
Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Frekuensi
1
Komunikatif
-
2
Spesifik
4
3
Hemat Kata
8
4
Jelas Makna
1
5
Tidak Mubazir dan Tidak Klise
22
Dalam berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, ciri tidak
mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124
kalimat yang diteliti, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik
tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa
jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat
melanggar jelas makna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penggunaan Bahasa Surat Kabar Republika
Produk-produk media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid
atau produk lain dari media massa cetak harus memperhatikan bahasa. Bahasa
dalam media massa cetak memegang peranan penting dalam menyampaikan
informasi dan berita. Karena media massa cetak berbeda dengan media massa
audio dan audio visual. Dalam media massa audio unsur yang penting adalah
suara sedangkan media massa audio visual yang menjadi unsur paling penting
adalah suara dan gambar.
Dalam penulisan berita, Republika bersandar pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Selain itu, Republika mempunyai buku panduan
sendiri atau standar operasional procedural (SOP) untuk menulis berita.
Penulisan bahasa selain bahasa Indonesia (bahasa asing), Republika
mempunyai aturannya. Salah satunya adalah apabila istilah atau bahasa asing
tersebut dapat diartikan sesuai dengan istilah atau arti yang sebenarnya maka
ditulis dengan bahasa Indonesia. Tetapi, apabila bahasa asing tersebut tidak
dapat diartikan maknanya ke dalam bahasa Indonesia sesuai makna
sebenarnya maka ditulis sesuai dengan bahasa aslinya.
2. Penggunaan Bahasa Berita Utama Surat Kabar Republika
Penulisan berita utama surat kabar Republika sama seperti penulisan
berita lainnya di Republika. Tetap bersandar pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) serta buku panduan penulisan berita atau standar
operasional procedural (SOP).
3. Penggunaan Bahasa Jurnalistik Berita Utama Tanggal 1, 9, 16, dan 27
Desember 2008
Penelitian ini merupakan salah satu dari sekian banyak penelitian
tentang bahasa jurnalistik. Peneliti memfokuskan untuk meneliti surat kabar
Republika. Terutama berita utama dalam Republika bulan Desember tahun
2008. Alasan peneliti memilih berita utama Republika adalah berita utama
disajikan dihalaman pertama sehingga kecil kemungkinan terdapat kesalahankesalahan. Tetapi untuk membuktikan hal tersebut peneliti tertarik meneliti
berita utama Republika tersebut.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap berita utama tanggal 1,
9, 17, dan 26 Desember 2008 menunjukkan ciri tidak mubazir dan tidak klise
yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124 kalimat yang diteliti, terdapat
20 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak
klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan
kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna.
Penelitian ini membuktikan bahwa dalam suatu surat kabar masih
terdapat kesalahan-kesalahan. Bahkan surat kabar Republika tidak luput dari
kesalahan. Ini menandakan bahwa surat kabar tidak 100% benar dalam
menulis berita.
Kesimpulannya ialah penggunaan bahasa jurnalistik diterapkan baik
dalam penulisan beritanya. Tetapi, masih terdapat kesalahan dalam surat kabar
Republika. Seperti masih adanya kata-kata mubazir dan tidak ekonomi kata.
Peneliti menemukan kasus baru dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu
sering terdapat kesalahan dalam paragraf. Berita surat kabar Republika sering
terdapat paragraf yang terdiri dari satu kalimat. Sedangkan paragraf
seharusnya terdiri paling sedikit dua kalimat. Bahkan dalam berita utama pun
sering terdapat hal tersebut.
B. Saran
Ada beberapa saran dari peneliti terhadap penelitian bahasa jurnalistik ini.
Saran ini peneliti tujukan kepada mahasiswa jurnalistik dan wartawan surat kabar
Republika, sebagai berikut:
1. Untuk mahasiswa/i jurnalistik, peneliti mengharapkan ada penelitian
lainnya mengenai penggunaan bahasa jurnalistik dalam media massa
terutama media massa cetak. Alasannya ialah dalam penulisan berita
sering terdapat kesalahan ejaan, kata, dan sebagainya. Bahkan sering
terdapat kata-kata mubazir dalam kalimat-kalimatnya.
2. Dalam penggunaan bahasa jurnalistik, wartawam surat kabar
Republika harus menghindari kata-kata mubazir. Karena kata-kata
mubazir masih terdapat dalam surat kabar tersebut. Kata-kata mubazir
tersebut seperti kata bahwa, adalah, sedang, telah, akan, untuk, dari,
daripada, di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa dan dari
mana.
3. Wartawan Republika
harus menghindari kata-kata penat dan
membosankan (tiring words). Misalnya kata “katanya”, kata tersebut
bisa diganti dengan kata “paparnya”, “ujarnya”, “tambanya”,
“lanjutnya”, dan sebagainya. Hal ini untuk menghindari kata-kata
penat.
4. Wartawan Republika seharusnya memperhatikan susunan dalam suatu
paragraf. Suatu paragraf sedikitnya terdiri dua kalimat bukan terdiri
dari satu kalimat. Hal ini sering ditemukan dalam surat kabar
Republika dan surat kabar lainnya. Hal ini harus segera diperbaiki
supaya tidak terdapat kesalahan dalam paragraf.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI Cabang Jawa Barat. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta:
Media Abadi, 2004.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1992.
Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005.
Darjono, Anas. S. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1997.
Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004.
Djatmika, Prija. Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek
Hukumnya. Malang: Bayumedia Publishing, 2004.
Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989.
Henshall, Peter dan David Ingram. Menjadi Jurnalis. Yogyakarta: LKIS, 2000.
Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Kasman, Suf. Jurnalisme Universal. Jakarta: Teraju, 2004.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktek. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, Cetakan II 1999.
Nasution, Mustafa Edwin dan Hardius Usman. Proses Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2006.
Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Santusta, 2006.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
----------------------------. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh
Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
Rolinicki, Tom E., C. Dow Tate, dan Sherri A. Taylor. Pengantar Dasar
Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana, 2008.
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005.
Sarwoko, Tri Adi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2007.
Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2005.
Siregar, Ras. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika
Utama, 1987.
--------------. Bahasa Pers - Bahasa Indonesia Jurnalistik Kerangka Teori Dasar.
Cetakan Kedua 1992. PT Grafikatama Jaya.
SK. Patmono. Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Untuk Menjadi Wartawan.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996.
Soehoet, A.M Hoeta. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987.
--------------------------. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat.
Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk & Kode
Etik. Bandung: Penerbit Nuansa, September 2004.
Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publishing,
2005.
Sumadiria, AS Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
---------------------------. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2006.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Yosef, Jani. To Be A Journalist. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Download