ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Aris Takomala NIM 105051101999 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M. ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Aris Takomala NIM 105051101999 Di bawah Bimbingan Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001 KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, program studi Konsentrasi Jurnalistik. Jakarta, 4 Juni 2009 Sidang Munaqasyah Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, Drs. Wahidin Saputra, MA NIP 19700903 199 Rubiyanah, MA NIP 19730822 199803 2 001 Anggota, Penguji 1 Penguji 2 Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP 150275288 Drs. Suhaimi, M. Si NIP 19670906 199403 1 002 Pembimbing Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 Mei 2009 Aris Takomala ABSTRAK Aris Takomala Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008 Jurnalistik merupakan kegiatan mencari, meliput, menulis, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui pers. Sedangkan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Dalam pengertian luas pers ialah media massa. Persoalan bahasa sangat penting dalam proses kerja jurnalistik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi atau berita. Suatu informasi tidak akan sampai kepada pembaca jika bahasa tidak digunakan secara baik dan benar. Bahasa yang digunakan wartawan dalam media massa disebut bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara bahasa ilmiah dan sehari-hari. Sosok bahasa jurnalistik digunakan untuk berita atau laporan yang sedang terjadi hari ini atau sekarang ini. Bukan untuk berita yang terjadi di masa-masa lampau atau berita yang sudah lama untuk diangkat oleh media massa. Surat kabar merupakan media massa yang berbentuk lembaran-lembaran. Dalam penyampaian informasinya surat kabar dituntut menggunakan bahasa yang baik dan benar. Disamping itu, dapat diterima oleh masyarakat yang berintelektual minimal. Dalam hal bahasa, banyak kalangan menganggapnya sebagai hal sepele. Kesalahan ejaan sering ditemukan, penggunaan kalimat-kalimat rancu juga sering dijumpai. Kata-kata mubazir masih terdapat dalam penulisan berita, bahkan masih terdapat kalimat yang berbelit-belit. Begitu juga surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar Republika. Peneliti mengambil sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. Dalam pengumpulan datanya peneliti melakukan wawancara. Selain itu, peneliti meneliti langsung teks berita utama Republika. Hasil penelitian menunjukkan, ciri tidak mubazir dan tidak klise yang sering dilanggar. Buktinya ialah 124 kalimat yang diteliti dari berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna. KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan rahmat dan inayahNya skripsi “ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008” selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya. Skirpsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa dan mahasiswi. Selain itu, merupakan salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sutomo dan Ibu Engkom yang membesarkan dan mendidik penulis. Serta selalu memberikan dorongan dan nasihat kepada penulis. Dan yang paling utama adalah do’a beliau yang tulus untuk penulis sehingga allhamdullillah akhirnya skripsi selesai tepat pada waktunya. 2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. 3. Dr. Arif Subhan, M.A Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) beserta stafnya. 4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi M.Si dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah M.A. 5. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd yaitu pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak. 6. Bapak Fahmi Bagian Sekretariat Redaksi dan Bapak Elba Damhuri sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Republika terima kasih telah menerima penulis melakukan penelitian di Republika. 7. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 8. Pimpinan beserta karyawan perpustakaan IISIP Jakarta, perpustakaan utama serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Keluarga kakak penulis yaitu Sri Komala Sari dan suaminya Deni Effendi. Serta kedua putranya Rama dan Fakhri terima kasih do’a dan semangatnya. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada penulis. 10. Saudara-saudara penulis terima kasih atas do’anya. 11. A. R. Wildan terima kasih telah memperbaiki komputer penulis ketika ada masalah. Lukman dan Dodi terima kasih waktunya mengajarkan bahasa Arab kepada penulis. Nanda dan Akbar yang selalu membuat penulis tertawa. Serta teman-teman yang berada di kostan Lukman terima kasih banyak. 12. Teman-teman angkatan 2005 dari A-Z (Akbar, Wildan, Alfan, Angga, Asep, Asih, Dwita, Elly, Emi, Feby, Fikka, Haia, Hilma, Ihsan, Indah, Irma, Tedi, Istianah, Lastri, Liga, Lukman, Adit, Arifin, Maya, Nanda, Rina, Pessi, Bunga, Syaiful, Rini, Aya, Ummu, Wilda, Yudin, Yefhy dan Zulfah) terima kasih semuanya. Kalian semua teman terbaik dan tidak akan penulis lupakan. Maaf apabila ada yang tidak penulis sebutkan. 13. Teman-teman BATIK terima kasih banyak bantuan dan semangat yang kalian berikan kepada saya. 14. Teman-teman jurnalistik angkatan 2004 serta angkatan 2006, 2007 dan 2008. 15. Radio Dakwah dan Komunikasi yang selalu menjadi tempat menghilangkan kepenatan ketika menghampiri penulis. 16. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih semuanya. 17. Serta pihak-pihak yang membantu penulis yang tidak disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih banyak Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi orang-orang yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Allah SWT juga penulis memohon taufiq dan hidayahNya semoga skripsi ini bermanfaat. Amin. Jakarta, 25 Mei 2009 Aris Takomala DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI ..................................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................ii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .........................................................................................vii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................viii A. B. C. D. E. F. G. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ............................ 6 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7 Metodologi Penelitian .............................................................. 8 Tinjauan Kepustakaan .............................................................. 12 Pedoman Penulisan .................................................................. 14 Sistematika Penulisan .............................................................. 14 BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Ruang Lingkup Media Massa Cetak ......................................... 16 1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................... 16 2. Pengertian Berita ................................................................ 19 3. Pengertian Berita Utama ..................................................... 22 4. Komposisi Berita ............................................................... 22 B. Ruang Lingkup Bahasa Jurnalistik ............................................ 25 1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .............................................. 25 2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik .................................................. 29 3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik .............................................. 31 4. Ekonomi Kata .................................................................... 32 5. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................... 33 BAB III BAB IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah Singkat Republika ....................................................... 38 B. Visi dan Misi Republika ........................................................... 40 C. Struktur Redaksi Republika ..................................................... 42 D. Profile Pembaca ....................................................................... 49 E. Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca ............................ 50 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika ................... 51 B. Bahasa Jurnalistik dalam Berita Utama Republika .................... 53 C. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Republika Edisi Desember 2008 ........................................................................ 54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 91 B. Saran ....................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 1 Desember 2008 ......... 55 2. Tabel 2. Ketidaksesuaian Berita Utama 1 Desember 2008 dengan Ciri Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 64 3. Tabel 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 9 Desember 2008 ......... 65 4. Tabel 4. Ketidaksesuaian Berita Utama 9 Desember 2008 dengan Ciri Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 71 5. Tabel 5. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 17 Desember 2008 ....... 71 6. Tabel 6. Ketidaksesuaian Berita Utama 17 Desember 2008 dengan Ciri Bahasa Jurnalistik ..................................................................................... 80 7. Tabel 7. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 26 Desember 2008 ....... 80 8. Tabel 8. Ketidaksesuaian Berita Utama 26 Desember 2008 dengan Ciri Bahasa Jurnalistik ...................................................................................... 88 9. Tabel 9. Ketidaksesuaian Berita Utama 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008 dengan Ciri Bahasa Jurnalistik .................................................................. 89 DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI) 1. Gambar Piramida Terbalik ........................................................................ 25 2. Diagram Alur Proses Kerja Hingga ke Pembaca ........................................ 50 BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah berlangsung lama. Sejarah menyebutkan bahwa kegiatan jurnalistik dimulai saat pemerintahan Romawi Kuno di bawah pimpinan Julius Caesar. Saat itu terdapat sebuah papan pengumuman yang disebut Forum Romanum. Berbagai macam keputusan dan informasi penting ditempelkan pada papan pengumuman tersebut. Tujuanya ialah agar penduduk Roma (Italia) mengetahui informasi atau keputusan yang dibuat oleh pemerintahan Kaisar Julius Cesar. Menurut isinya papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat sidang senat dan keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna yang memuat keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita lainnya.1 Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah, memuat dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni surat kabar, tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.2 Perkembangan berikutnya jurnalistik dapat dikelompokan menjadi jurnalistik media cetak, radio, televisi dan on line. Tetapi, Jurnalistik dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya dibagi kedalam tiga bagian besar yailtu jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik auditif (radio) dan jurnalistik media 1 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 2 Ibid., h. 1. 17. audiovisual (televisi). Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik surat kabar mingguan dan jurnalistik majalah. Dunia jurnalistik saat ini mengalami perkembangan khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbukanya pintu kebebasan pers yang sebelumnya ditutup oleh kekuasaan. Sebelumnya kebebasan tertutup oleh kekuasaan pemerintah. Terbukanya kebebasan saat ini menimbulkan banyak sekali media-media pers yang muncul baik itu media cetak maupun elektronik. Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers menurut Undang-undang Pokok Pers No. 40/1999 adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.3 Terbitnya berbagai media pers saat ini menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam padang pasir kekeringan. Sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media dan mengeluarkan pendapat serta aspirasi. Tapi di satu sisi peningkatan jumlah (kuantitas) penerbitan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan. Dalam persepektif jurnalistik, setiap informasi yang 3 Ibid., h. 31. disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan sebagainya. Bahasa jurnalistik surat kabar memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Menurut AS Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa jurnalistik diantaranya yaitu sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika. Dalam struktur dan pola, kalimat-kalimat jurnalistik sedapat mungkin sederhana. Sangat dihindari pemakaian kalimat yang panjang dan bertele-tele. Kalimat yang panjang dapat mempersulit khalayak untuk memahami pesan yang dikandungnya. Pada abad ke-17 sebuah kalimat rata-rata terdiri dari 45 kata, kemudian menjelang abad ke-19 turun menjadi 30 kata dan sekarang malah kurang dari 20 kata. Karena itu kalimat yang baik adalah kalimat tidak lebih dari 20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Batas minimal yang standar sekarang tidak kurang dari delapan kata. Jadi yang baik adalah kalimat antara 8-20 kata.4 Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah satunya adalah penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Dengan membuang kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek. 4 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 63. Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraf yang panjang dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat ditemukan dalam judul berita, lead berita ataupun isi berita. Hal tersebut sering dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah berkerja dan berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Lampu Merah yang sekarang berganti nama menjadi Lampu Hijau. Dalam penulisan judul dan praktik penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa jurnalistik yang telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga diabaikan. Bukan hanya pada Lampu Hijau saja di koran atau surat kabar lainya pun sering terdapat kesalahan. Kesalahan itu seperti paragraf yang panjang, kata yang mubazir dalam lead berita ataupun tubuh berita. Kesalahan lainnya ialah penulisan judul yang panjang dan tidak langsung pada topik pembahasan (bertele-tele). Contohnya adalah pada surat kabar Republika hari Jumat (7 November 2008), seperti berikut: Eksekusi Amrozi dkk Masih Simpang Siur Cilacap – Eksekusi hukuman mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali I, Amrozi, Muchlas, dan Imam Samudra, diperkirakan akan dilaksanakan dalam tiga hari terakhir ini. Yaitu, antara Jumat (7/11) dini hari, Sabtu (8/11) dini hari, atau Ahad (9/11) dini hari. Namun, sumber Republika yang bertugas di LP Batu Nusakambangan, Cilacap, menduga eksekusi akan dilaksanankan pada Sabtu dini hari. "Sabtu dini hari itu paling kecil resikonya. Kalau dilaksanakan Jumat dini hari, siang akan ada shalat Jumat. Ini riskan. Sedangkan bila dilaksanakan Ahad dini hari, acara pemakaman di kampung halaman mereka juga banyak dihadiri warga karena hari libur. Ini juga sangat riskan. Jadi, yang paling kecil resikonya adalah Sabtu dini hari," jelas sumber tersebut di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Kamis (6/11). Kata-kata yang digarisbawahi seharusnya tidak dicantumkan. Kata ‘hukuman mati’ sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya yaitu ‘eksekusi’. Sehingga kata ‘hukuman mati’ tidak perlu ditulis. Begitu juga kata ‘terhadap’. Kata tersebut merupakan kata mubazir karena kata ‘terhadap’ maknanya terkadung pada kata ‘tiga terpidana kasus Bom Bali I.’ Kata ‘akan’ yang diberi tanda garis bawah seharusnya dibuang, karena kata ‘akan’ mengacu pada masa yang akan datang. Dalam kalimat tersebut makna kata tersebut sudah terkandung pada kata ‘tiga hari terakhir yaitu Jumat dini hari, Sabtu dini hari dan Minggu dini hari’. Kata ‘antara’ merupakan kata mubazir karena tanpa adanya kata tersebut makna kalimat tidak berkurang. Maksudnya pembaca mengetahui maksud kalimat tersebut tanpa adanya kata ‘antara’. Kata ‘akan’ pada kalimat ketiga, kata tersebut sudah terkandung dalam kata ‘Sabtu dini hari’. Begitu juga kata atau frasa ‘pada’ bisa dihapus karena menunjukan waktu. Frasa itu sudah terkandung pada kata/frasa ‘Sabtu dini hari.’ Contoh lainnya terdapat dalam Republika hari Jumat (31 Oktober 2008). Dalam berita tersebut terdapat kalimat yang panjang seperti berikut: Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku telah terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Fahmi mengatakan hal itu ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Menurut hemat peneliti sebaiknya paragraf terdiri dari sedikitnya dua kalimat bukan satu kalimat. Selain itu kedua paragraf tersebut bisa menjadi satu paragraf saja. Selanjutnya kata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada kalimat kedua tidak perlu disebutkan lagi akan tetapi cukup ditulis Depnakertrans. Alasannya adalah agar tidak terjadi pengulangan kata, selain itu pada kalimat pertama singkatan Depnakertrans sudah dijelaskan maksudnya. Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘telah’. Bahasa Indonesia bebas dari bentuk kata lampau. Hal ini berbeda dengan bahsasa Inggris. Sehingga kata ‘telah’ bisa dihilangkan. Bunyi paragraf tersebut setelah diperbaiki seperti berikut: Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Depnakertrans. Dari beberapa latar belakang yang peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk menganalisis bahasa jurnalistik dalam surat kabar. Sehingga peneliti memberikan judul pada penelitian ini adalah: ”Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008.” I. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada berita utama Republika. Peneliti membatasi penelitiannya pada berita utama Republika yang menjadi headline. Dalam penelitian ini, peneliti tidak semua meneliti berita utama. Peneliti hanya meneliti empat berita utama surat kabar tersebut yang menjadi headline. Empat berita yang dijadikan bahan penelitian ini diambil dari setiap minggu pada bulan Desember 2008. Alasannya untuk mengetahui penulisan berita hari Senin, Selasa, Rabu dan Jum’at. Peneliti meneliti berita utama pada setiap minggu yang terdapat di bulan Desember 2008. Minggu pertama peneliti mengambil sampel Republika hari Senin, 1 Desember 2008. Minggu kedua yang menjadi sampelnya adalah Republika yang terbit tanggal 9 Desember 2008. Minggu ketiga yaitu Republika hari Rabu, 17 Desember 2008. Terakhir ialah Republika yang terbit hari Kamis, 25 Desember 2008. Dalam penelitian ini peneliti meneliti teks berita berita utama. Penelitian ini hanya memfokuskan untuk meneliti Judul, lead dan tubuh berita. Apakah sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak klise. Peneliti merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu: A. Bagaimana penggunaan bahasa dalam surat kabar Republika? B. Apakah penggunaan bahasa jurnalistik digunakan dengan baik dalam surat kabar Republika? C. Seberapa banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak klise yang terdapat dalam surat kabar Republika? J. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a) Tujuan Akademis Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b) Tujuan Praktis Untuk mengetahui penulisan berita dalam berita utama Republika, dan mengetahui bagaimana penerapan bahasa jurnalsitik di surat kabar Republika. 2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis Sebagai tambahan referensi bagi studi-studi yang akan datang dalam bidang jurnalistik, khususnya mengenai bahasa jurnalistik. b) Manfaat Praktis Kajian tentang bahasa jurnalistik diharapkan memberikan kontribusi positif dalam penulisan berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi, wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam pers maupun orang yang berminat dalam dunia jurnalistik pada umumnya. K. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian wawancara mendalam (Depth Interviews). 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metodologi Riset Komunikasi, menyebutkan bahwa jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.5 Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. 3. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 4. Tempat dan Waktu Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor surat kabar Republika Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Untuk mencari data yang diperlukan peneliti mencari data-data di surat kabar terkait. Waktu dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama empat bulan yaitu dari bulan Januari sampai April 2008. 5. Subjek Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.6 Dalam penelitian ini Bahan yang dijadikan penelitian adalah surat kabar Republika edisi Desember 2008. 6. Objek Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita utama surat kabar Republika edisi Desember 2008. Di sini berita yang diriset ialah berita yang menjadi headline di halaman depan bulan Desember 2008. 5 Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 122. 7. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah peneliti. Selain itu alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah alat tulis dan buku-buku yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan. Peneliti dalam meneliti sudah mempunyai konsep. Konsep tersebut ialah ciri-ciri bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik mengadaptasi dari Kunjana Rahardi. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah: a) Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik tidak berbelit-belit tetapi langsung pada pokok permasalahan. b) Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat yang singkat-singkat. c) Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata. Bentukbentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya. d) Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang mengandung makna sebenarnya (denotatif). e) Tidak mubazir dan tidak klise. Bentuk mubazir menunjuk pada kata atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah arti/maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya begitubegitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya mengulangulang keterlanjuran. 8. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan dan keabsahan data adalah ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti peneliti secara serius mengamati dan menulis data-data yang ada. Ketekunan pengamatan ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas atau tingkat kepercayaan dalam penelitian ini. Penelitian ini intinya mengamati teks-teks berita utama Republika yang menjadi headline. Melalui ketekunan pengamatan peneliti mengamati teks-teks berita, mencari secara konsisten data-data yang tidak sesuai, memeriksa dan mengolah data tersebut. 9. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah: a) Mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya dengan mengkliping surat kabar dan berita-berita yang akan diriset. b) Wawancara. c) Studi Pustaka. 10. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul peneliti mengkonstruksi wawancara ke dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga meneliti teks berita, kemudian memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak ketidaksesuaian dengan ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa jurnalistik tersebut ialah komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir, dan tidak klise. L. Tinjauan Kepustakaan Peneliti melakukan observasi ke beberapa perpustakaan, diantaranya adalah perpustakaan IISIP Jakarta. Di perpustakan tersebut peneliti mendapatkan banyak skripsi yang meneliti penulisan bahasa dalam berita. Penelitian yang sama telah dilakukan oleh mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian tentang peninjauan penulisan berita dan peninjuan Bahasa Jurnalistik sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin meneliti penggunaan Bahasa Jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Febby S. Lewenussa dari IISIP Jakarta. Skripsinya berjudul Pemenuhan Syarat Penulisan Berita Lingkungan Hidup dan Penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik di Rubrik Lingkungan Surat Kabar Media Indonesia Edisi Agustus-Oktober 2004. Penelitiannya memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik pada rubrik lingkungan surat kabar Media Indonesia. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Indrawati dari IISIP Jakarta. Penelitiannya berjudul Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat Kabar Poskota April 1998. Hasil penelitiannya ialah 22 kalimat dari 228 kalimat yang diteliti menerapkan kaidah bahasa jurnalistik atau sebesar 9,7%. Sedangkan 206 kalimat atau 90,3% tidak menerapkan kaidah bahasa jurnalistik. Selain itu penelitian lainnya dilakukan oleh Masrur Ridwan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitiannya berjudul Penggunaan Bahasa Jurnalistik dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada Kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat). Hasil penelitian memperlihatkan kalangan mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat tidak mahir dalam menggunakan kalimat pendek. Pembuktiannya ialah terdapat 46% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan kalimat pendek jurnalistik. Untuk penggunaan kalimat aktif, kalangan mahasiswa KPI kurang mahir dalam menggunakan kalimat aktif. Pembuktiannya ialah 86% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan kalimat aktif jurnalistik. Untuk penggunaan ekonomi kata, kalangan mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat belum mahir dalam menggunakan ekonomi kata. Pembuktiannya, hanya 76% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan ekonomi kata dalam dalam kalimat jurnalistik. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya ialah dalam hal konsepnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan kepada penggunaan kalimat aktif, penggunaan kalimat pendek, hemat kata dan sebagainya. Sedangkan penelitiannya yang peneliti lakukan lebih memfokuskan kepada ciri komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak mubazir dan tidak klise. Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku Rosihan Anwar berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata, dan sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali masalah kalimat jurnalistik. Selanjutnya buku Haris Sumadiria yang berjudul Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Buku tersebut mengupas bahasa jurnalistik, kalimat jurnalistik, gaya bahasa dan lain sebagainya. M. Pedoman Penulisan Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Tim penulis buku tersebut ialah Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati, dan Syopiansyah Jaya Putra. Buku tersebut diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. N. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, pedoman penulisan, dan metode penelitian. BAB II Tinjauan Teoretis. Bab ini berisi ruang lingkup media massa cetak yang terdiri dari pengertian media massa cetak, pengertian berita, pengertian berita utama, dan komposisi berita. Serta ruang lingkup bahasa Jurnalistik yang terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik, ekonomi kata, dan pedoman bahasa jurnalistik. BAB III Gambaran Umum Surat Kabar Harian Republika. Bab ini berisi sejarah singkat Republika, visi dan misi Republika, struktur organisasi, profil pembaca serta diagram alur kerja redaksi hingga ke pembaca. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan penggunaan bahasa jurnalistik surat kabar Republika, penggunaan bahasa jurnalistik berita utama Republika, dan analisis bahasa jurnalistik berita utama Republika. BAB V Kesimpulan. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta saran. Daftar Pustaka Lampiran-lampiran BAB II TINJAUAN TEORETIS C. RUANG LINGKUP MEDIA MASSA CETAK 1. Pengertian Media Massa Cetak Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak. Isi utama dalam media massa cetak ini adalah berita. Surat kabar menyajikan berbagai macam informasi dari segala aspek bidang kehidupan. Hal ini dikarenakan saat sekarang masyarakat butuh akan informasi. Kebutuhan masyarakat saat ini bukan hanya kebutuhan primer dan sekunder. Tetapi ada satu kebutuhan yang saat ini menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan informasi. Pada zaman ini informasi menjadi unsur dominan. Sehingga peran dari industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana perslah, semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama.7 Informasi dapat disebarkan secara cepat melalui pers. Masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka tinggal melihat program berita di televisi atau membaca koran, maka informasi akan didapat oleh mereka. 7 Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 1. Informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat mencarinya lewat media massa. Baik itu media massa cetak, media massa elektronik atau media massa on line (internet). Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan cetak. Bentuk dari media massa tersebut diantaranya adalah surat kabar (Koran), majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya. Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal.8 Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah: ”Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.”9 Pengertian surat kabar yang lebih jelas dikemukakan oleh Kurniawan Junaedhi. Menurut Kurniawan Junaedhie surat kabar adalah: ”Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual. Juga harus bersipat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut jenisnya dibagi surat kabar harian berkala dan surat kabar berkala (mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya). Juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus, surat kabar umum. Juga dikenal sebutan surat kabar partai dan surat kabar independen. Yang pertama adalah sebutan bagi surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya. Misalnya Harian Rakyat yang diterbitkan partai komunis sebelum orde baru. Yang kedua sebutan bagi surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi 8 R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8. 9 Onong Uchjana Effendy. Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 241. pemberitaannya pun tidak mewakili suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat.”10 Selain itu ada beberapa syarat surat kabar. Menurut Karl Batwizh mengemukakan lima syarat surat kabar: a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar diketahui masyarakat umum. b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua terbitan bersifat tetap dan teratur. Misalnya, surat kabar harian sore terbit tiap sore hari, kecuali hari libur. c. Aktualitas: artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya. Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual). d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja. Misalnya, tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua persoalan yang menjadi perhatian manusia seperti pendidikan, politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain. e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar 10 Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 257. Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita persidangan Akbar Tanjung sampai vonis hakim dijatuhkan.11 Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi maupun edisi sore, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid. Sedangkan isinya dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabar yang bersifat umum isinya terdiri atas berbagai macam informasi yang ditujukan kepada masyarakat umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk pedesaan, surat kabar untuk wanita dan semacamnya.12 2. Pengertian Berita Setiap hari dalam kehidupan banyak peristiwa yang terjadi. Baik itu dalam lingkungan yang dekat dengan kita maupun yang letak geografisnya jauh. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari dan tidak dapat dihitung oleh kedua jari tangan. Surat kabar menyajikan berita disetiap halamannya. Penyajian berita tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan kepada khalayak terhadap 11 Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2003), h. 11. 12 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 127. suatu informasi atau kejadian. Selanjutnya adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca atau masyarakat. Kehidupan tampak seperti kumpulan kejadian yang tak berbentuk, tumpang tindih satu sama lain, saling mendorong dan mendesak. Berita adalah susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar.13 Berita yang layak dipublikasikan kepada masyarakat disajikan dalam surat kabar. Berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar merupakan peristiwa yang terjadi dan pantas untuk disebarkan ke masyarakat. Berbagai peristiwa di segala aspek bidang yang terjadi di bidang sosial, pendidikan, seni dan budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK disajikan. Karena aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat. Menurut Paul de Massenner dalam buku Here's The News: Unesco Associate menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikann kepada khalayak.14 Hoeta Soehoet mengemukakan pengertian berita sebagai berikut: a. Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia. 13 14 64. Peter Henshall & David Ingram. Menjadi Jurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 7. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. b. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. c. Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya. 15 Dalam persepektif jurnalistik tidak semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan merupakan berita yang layak dimuat dalam suatu surat kabar. Ada beberapa kriteria atau ciri bahwa berita itu layak dipublikasikan kepada khalayak, antara lain: a. Aktualitas. b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak. c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan. d. Keluarbiasaan peristiwa. e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu. f. Ketegangan dalam peristiwa. g. Konflik dalam peristiwa. h. Perilaku seks. i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan. j. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa. k. Humor yang terkandung dalam peristiwa.16 15 16 Hoeta Soehoet, h. 23. Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 55. 3. Pengertian Berita Utama Surat kabar dilihat dari segi isi banyak memuat berita yang terjadi pada hari sebelum terbit. Hal ini dikarenakan sebelum diterima dan dibaca oleh khalayak ada beberapa proses. Mulai dari proses rapat redaksi, meliput, menulis, mengoreksi, layout, cetak dan akhirnya didistribusikan. Suatu surat kabar seperti Republika isinya tidak hanya memuat beritaberita politik atau berita-berita ekonomi saja. Akan tetapi ada surat kabar yang memuat tema olahraga atau politik, hal tersebut tergantung dari visi, misi, dan tujuan surat kabar masing-masing. Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya. Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi, yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.17 A.M Hoeta Soehoet memberikan definisi tentang berita utama. Menurutnya berita utama adalah: ”Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut adalah berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”18 4. Komposisi Berita Suatu berita terutama dalam media massa cetak seperti surat kabar terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita. Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung. Seperti berita politik, kriminal, ekonomi, peristiwa, dan sebagainya. 17 Onong Uchjana Effendy, h. 160. Hoeta Soehoet. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat (Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987), h. 5. 18 Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan menurut bahasa Belanda disebut kop.19 Dalam suatu berita, Judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk mempromosikan berita, judul berita berfungsi untuk memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca. Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut fungsinya syarat judul berita adalah: a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti, judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. Judul berita mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaiknya, judul berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu, adar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul, tetapi berpatokan pada lead. b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu, perbendaharaan kata-katanya harus kaya.20 19 20 Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, h. 78. Ibid., h. 77. Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari kelseluruhan uraian berita.21 Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita (lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan. Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita). Bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita. Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan ”Piramida Terbalik”. Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting, semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk piramida terbalik sebagai berikut: 21 Haris Sumadiria, h. 126. Head Line/Judul Berita LEAD Teras Berita BRIDGE Perangkai BODY Tubuh Berita DATE LINE Titimangsa LEG Kaki berita Gambar 1: Piramida Terbalik22 D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK 1. Bahasa Jurnalistik Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari 22 Ibid., h. 119. golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling berilmu. Mengutip pernyataan TV CNN yang dikutip oleh Morissan mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa merendahkan kecerdasan sang professor.”23 Dari pernyataan diatas menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat dimengerti masyarakat. Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa (terutama bagi media cetak). Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa. Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa.24 Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas, tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono (1994), yang konsultan pusat bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.25 23 Jani Yosef, To Be A Journalist (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 121. Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 85-86. 25 Tri Adi Sarwoko. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h. 1. 24 Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi, bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.26 Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini, yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti diangkat di dalam media massa cetak.27 Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita. Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik. Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat "Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.”28 Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat ”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang 26 Ibid., h. 2. Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 15-16. 28 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 6. 27 demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan normanorma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.”29 Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanggal 11 November 1978: ”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.”30 Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah ”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya.”31 Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa (majalah, surat kabar, televisi dan radio) dan yang orang-orang yang terlibat dalam media massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan sebagainya. 29 Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 4. 30 Ibid., h. 4. 31 Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996), h. 56. 2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda. Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah: a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit, tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok permasalahannya. b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat- kalimat pendek. c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata (economy of words). d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif (makna sebenarnya). e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32 Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah: a. Sederhana. b. Singkat. c. Padat. d. Lugas. e. Jelas. f. Jernih. 32 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik,, h. 18. g. Menarik. h. Demokratis. i. Populis. j. Logis. k. Gramatikal. l. Menghindari kata tutur. m. Menghindari kata dan istilah asing. n. Pilihan kata (diksi) yang tepat. o. Mengutamakan kalimat aktif. p. Menghindari kata atau istilah teknis. q. Tunduk kepada kaidah etika.33 Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan rendah, biasa-biasa dan tinggi. Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak maupun elektronik. 33 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 14. Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya sering terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan, bertele-tele dan sebagainya. 3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah: a. Penggunaan kalimat pendek Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya. b. Penggunaan kalimat aktif Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya, wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya. Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang perlu dipatuhi. c. Penggunaan bahasa positif Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif. Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa negatif.34 4. Ekonomi Kata Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit jumlah hurufnya.35 Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman. Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami berita yang disampaikan. Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan ekonomi kata, sebagai berikut:36 a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa b. Menghilangkan kata mubazir 34 Patmono SK, h. 71. Kunjana Rahardi, h. 19. 36 Patmono SK, h. 75. 35 Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya sebagai berikut: i. Bahwa ii. Adalah iii. Telah, sedang, dan akan Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja. Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata telah, sedang atau akan. iv. Untuk v. Dari dan daripada Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan waktu. vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana 5. Pedoman Bahasa Jurnalistik Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik. Kesepuluh pedoman tersebut adalah: a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan. b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai. c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita. d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”. e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti katakata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa. f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah (kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang. g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me). h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilahistilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya. i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.37 Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut. Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya. 37 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, h. 193 Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat memberikan makna.38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk. Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita mempunyai ciri-ciri khas, yaitu: a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar. b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan. c. Kata yang muncul harus demokratis.39 Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan kata yang mengandung arti.40 Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di media massa cetak. Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun kalimatkalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut: a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas. b. Berciri sederhana dan tidak berbelit. 38 Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987), h. 120. 39 Ibid., h. 121. 40 Ibid., h. 124 c. Membatasi kalimat luas. d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas. e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek. f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif. g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna. h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis. i. Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic. j. Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi bahasa asing.41 41 Kunjana Rahardi, h. 27. BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA F. Sejarah Singkat Republika 42 Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa yang kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945. Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita dan program ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir. Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya: 1. Pengembangan Islamic Center 2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies) 42 Lampiran 3. Penerbitan Harian Umum Republika. Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri, pejabat tinggi Negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka, antara lain, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai pelindung Yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat ketua umum ICMI, dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa. Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses, Yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/ A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992. Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap padanya untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, koran ini akan diberi nama, antara lain, “Republik.” PT Abdi Bangsa PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan pada 28 November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan dilakukan oleh direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam mengelola perseroan, dibantu oleh Pembina Manajemen. PT Abdi Bangsa, dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Tampaknya, PT. Abdi Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia, dalam arti jumlah pemilikan sahamnya. Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2,9 juta lembar saham kepada masyarakat, berarti PT Abdi Bangsa akan dimiliko oleh 2,9 juta kepada keluarga/pemegang saham. G. Visi dan Misi Republika43 Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek kehidupan ini – politik, ekonomi, iptek, social, budaya – “keterbukaan” menjadi kata kunci. Repubika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya. Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang kita bersepakat mencapai kemajuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan – yang juga berarti pembaharuan- tidak mesti harus mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun. 43 Lampiran Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media massa, dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Dengan latar belakang tersebut, misi Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut. Politik Dalam bidang politik, Republika optimalisasi lembaga-lembaga Negara, mendorong demokratisasi, dan partisipasi politik semua lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik. Ekonomi Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, mempromosikan profesioalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusian dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis. Budaya Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentukbentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta sikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan. Agama Dalam bidang ini, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama. H. Struktur Redaksi Republika44 Struktur Redaksi HU Republika Tahun 2009 Pemimpin Redaksi Ikhwanul Kiram Mashuri (ikm) Wakil Pemimpin Redaksi Nasihin Masha (ink) Redaktur Pelaksana Agung P. Vazza (apv) Kepala Newsroom Arys Hilman (rys) redaktur senior Anif Punto Utomo (nif) Wakil Redaktur Pelaksana I Elba Damhuri (erd) Wakil Redaktur Pelaksana II Selamat Ginting (gin) Wakil Redaktur Pelaksana III/ Art Director Sri Kumara Dewatasari (kum) Asredpel I (Ekonomi) Nurul S. Hamami (nul) Asredpel II (OR, Hiburan, Internt) Rakhmat Hadi Sucipto (rhs) Asredpel III (Special Product) Bidramnanta (bid) Asredpel IV (Nasional) Subroto (sbt) Asredpel V (Ahad & Akhir Pekan) Nina Chairani (poy) Asredpel VI (Agama) Ali Rido 44 Lampiran Asredpel VII (Investigasi) Irwan Ariefyanto (one) Sekretaris Redaksi Fachrul Ratzi (fr) ________________________________________________________________ I. Redaktur Pelaksana Agung P. Vazza (apv) 1.1. Wakil Redaktur Pelaksana I Elba Damhuri (erd) 1.1.a. Asisten Redaktur Pelaksana I Nurul S. Hamami (nul) Redaktur Hal 1, Analisis, Pareto, Bursa Nurhasan Murtiaji (has) Redaktur Hal 13, WWC Darmawan Sepriyossa (dsy) Redaktur Bisnis-Investigasi Firkah Fansuri (fir) Redaktur Syariah Mahgfiroh Yenny (mag) Redaktur Global Endro Cahyono (end) Reporter Wulan Tunjung Palupi (una), Zaky Al Hamzah (zak), Yogie Respati (c67), Dyah Ratna Meta Novia (c65), Fernan Rahadi (c66). 1.1.b. Asisten Redaktur Pelaksana II Rakhmat Hadi Sucipto (rhs) Redaktur Bola 1, Bola 2 Teguh Setiawan (teg) Redaktur Arena Khoirul Azwar Siregar (kho) Reporter Hiru Muhammad (hir), Lukmanul Hakim (lhk), Didi Purwadi (dip), Cepi Setiadi (cep), Israr (isr) Redaktur Internasional 1 Yeyen Rostiyani (yyn) Redaktur Internasional 2 Siwi Tri Puji Budiwiyati (tri) Reporter Indah Wulanningsih (lan), Ferry Kisihandi (fer) Redaktur Warna, TV Guide Wahidah Handasah (hid) Reporter Rusdy Nurdiansyah (ruz), m. akbar (akb) Redaktur Iptek & Kesehatan Andi Nur Aminah (ina) Reporter Endro Yuwanto (eye) 1.1.c. Asisten Redaktur Pelaksana III (Special Product) Bidramnanta (bid) Redaktur Taufiqurrachman (tar), Irwan Kelana (ika), Christine Purwatiningsih (cis) Reporter Anjar Fahmiarto (jar), Dian Metha (mth) Carep Iklan (ci1) 1.2. Wakil Redaktur Pelaksana II Selamat Ginting (gin) 1.2.a. Asisten Redaktur Pelaksana IV Subroto (sbt) Redaktur Hal 1, Reso, Ficer Harun Husein (run) Redaktur Politik & Pemilu Joko Sadewo (dwo) Reporter Nidia Zuraya (dia), Palupi Annisa Auliani (ann), Budi Rahardjo (djo), Dewi Mardiani (wed), R. Rudi Agung Prabowo (c68), M. Ikhsan Assidieqy (ikh). Redaktur Hukum & Social-Edukasi M Subarkah (uba) Reporter Eko Haryadi Ismail (ade), Ratna Puspita (nap), Andri Saubani (dri) Redaktur Nusantara, Wawasan, Academia Budi Utomo (bud) Redaktur City 1, City 2, Urbana Asep K. Nurzaman (zam) Reporter Deden Mauli Darajat (c81), Fitriyan Zamzami (c82), Indah Wulandari (c84), Okafiani Herlina (c85), Panji Pratama (c86), Warastuti (c87), Yasmina Hasani (c88), Yoghi Ikhwan (c89), Teguh Firmansyah (c61), Alwi Shahab (as), Prima Restri (fia) 1.2.b. Asisten Redaktur Pelaksana V Nina Chairani (poy) Redaktur Akhir Pekan, Layar Perak & DVD, Di Balik Layar, Perilaku, Hobi & Habit, Laput Ahad, Refleksi, Gaya, Kesehatan, Wanita & Ayah-Bunda, Pustaka, Griya, Boga, Kiriman Anda, Jalan-jalan, Generasi, Remaja Redaktur Priyantono Oemar (pry), Ahmadun Y. Herfanda (ayh), Natalia Endah Hapsari (neh) Reporter Indira Rezkisari (ind), Rosyid Nurul Hakim (c62), Susie Evidia (vie), Reiny Dwinanda (rei) 1.2.c. Asisten Redaktur Pelaksana VI (Agama) Ali Rido Redaktur Islam Digest Syahrudin El Fikri (sya) Reporter Ahmad Mulyadi (c64) Redaktur Dialog Jumat & Hikmah Yusuf Assidiqi (yus) Reporter Damanhuri Zuhri (dam) Redaktur Halaman 12 & Khazanah Heri Ruslan (hri) Reporter Rachmat Santosa Basarah (osa), Desy Susilawati (c63) Redaktur Al-Madrasah Burhanuddin Bella (bur) Reporter ……….….. …………… …………. 1.2.d. Asisten Redaktur Pelaksana VII Irwan Ariefyanto (one) Telisik, Opini Reporter Rahmat Budi Harto (rto), Bahrul Ilmi (aru). 1.3. Wakil Redaktur Pelaksana III/Art Director Sri Kumara Dewatasari Foto Kepala Biro Foto/Redaktur Darmawan Wakil Redaktur Teguh Indra Fotografer Amin Madani, M Syakir, Yogi Ardhi Cahyadi Nurhayati (c70), Pandega Citrabangsa (c69), Edwin Putranto (c71) Dokumentasi Foto Coordinator/Kasi Musiron Staf Adhiwira S, Suparman, Karnoto Desain Kepala Bagian Sarjono Desainer M. Ali Imron Coordinator/Kasi Supriyatna Macintosh Suyuti, Jumono, Saefudin, Dwinanto, Darmaji, M. Sururi, Dian Asmunandar, Reny, Diah Isawati Editor Bahasa Abdul Sahal Staf Editing Muhammad Adriansyah, Ririn Liechtiana, Nurul Hikmah II. Kepala Newsroom Arys Hilman Nugraha (rys) Redaktur Maman Sudiaman (man), Johar Arief (arp), Stevy Maradona (evy) Traffic Purwadi Tjitrawijata (pur) Staff Legiyo, Karman, Arifin II.1. Kepala Biro Jawa Timur M. Ghufron (ghu) Redaktur Sunarwoto (wot) Reporter Anis Fathoni (afa), Wardianto (tok) Koresponden Asan Haji (aji), Juwair (juw), M. Masduki (uki) Fotografer Imam Budi Utomo II.2. Kepala Biro Jawa Tengah Indra Wisnu Wardhana (wab) Redaktur Eko Widiyatno (wid), Edi Setyoko (eds) Reporter Heri Purwata (hep), Yoebal Ganesha (yoe), M. As’adi (asd), Neni Ridarineni (nri) Koresponden S. Bowo Pribadi (owo), Yulianingsih (yli) II.3. Kepala Biro Jawa Barat Irfan Junaidi (irf) Redaktur Agus Yulianto (yul) Reporter Djoko Suceno (jok) Koresponden Arie Lukihardiantie (kie), Ita Nina Winarsih (ita), Lilis Sri Handayani (lis), Muslim Ambari (mus), Reni Susanti (ren), Riffa Anggi Anggaditya (rfa), Riga Nurul Iman (rig), Sandy Ferdiana (san) Fotografer Edi Yusuf, Yurry Erfansyah II.4. Reporter Non-Biro Nian Poloan (nin), Maspril Aries (oed), Ahmad Baraas (aas) Koresponden Mursalind Yaslan III. Kepala Republika Online Yayat Supriyatna Community & Blog Agama News Economy Sport Entertain Konsultasi, Kolom, Produk Halal, Fatwa Video & Picture Sekretaris Redaksi Fachrul Ratzi (fr) Staf Hamidah Sagaff, Sabri Yogasastra, Tito Rachwono, Nuruddin Toto Rohadi, Ahmad Fahmi Catatan Promosi Reporter ke Redaktur: Stevy Maradona (evy), Joko Sadewo (dwo), Heri Ruslan (hri), Syahrudin El Fikri (sya). Promosi Redaktur ke Asredpel: Nurul Saleh Hamami (nul), Bidramnanta (bid), Irwan Ariefyanto (one). Promosi Redaktur ke Waredpel: Elba Damhuri (erd). Promosi Asredpel ke Redaktur: Endro Cahyono (end). I. Profile Pembaca45 1. Komunitas Muslim 2. Berpendidikan & Profesional 3. Toleran & Inklusif 4. Peduli Keluarga & Loyal 5. Masyarakat Perkotaan 6. SES: AB (menengah atas). 45 Lampiran J. Diagram Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca46 DIAGRAM ALUR PROSES KERJA REDAKSI HINGGA PEMBACA 1. Proses Kerja Redaksi Proses Kerja Desain Visual Proses Kerja Cetak Proses Kerja Pracetak Proses Kerja Distribusi Pembaca 2. Rencana Redaksi untuk Terbitan Berikutnya Naskah Redaksi Rencana Halaman Redaksi Rencana Halaman Iklan Setting Rencana Halaman Paste Up/Lay Dummy/Partitur Halaman Materi Foto Materi Grafis/ Ilustrasi Reprografi Cetak Distribusi Pembaca 46 Lampiran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika Bahasa jurnalistik atau bahasa pers merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. bahasa jurnalistik digunakan oleh wartawan dan orang yang terlibat dalam pers. Bahasa tersebut mempunyai ciri khusus yang membedakan dengan bahasa resmi, ilmiah dan bahasa sehari-hari. Ciri khusus tersebut ialah sederhana, singkat, padat, lugas, menarik, populis, dan sebagainya. Selain itu, bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku dan harus memperhatikan ejaan yang benar. Surat kabar Republika merupakan salah satu media massa cetak. Republika adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia. Republika dalam penulisan beritanya bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selain itu, harian umum republika mempunyai standar operasional procedural (SOP) dalam menulis berita. SOP ini menjadi pegangan wajib bagi wartawan, reporter, redaktur dan semua yang ada dalam harian umum Republika. Dalam menulis berita di surat kabar Republika berpedoman pada KBBI, EYD, dan SOP. Salah satu contohnya adalah dalam penulisan paragraf. Dalam satu paragraf terdiri dua kalimat. Satu kalimat paling banyak sebelas kata. Karena memudahkan pembaca untuk membaca. Penulisan judul pun tidak boleh lebih dari enam kata.47 Kegiatan jurnalistik secara garis besar ialah kegiatan mencari, meliput, menulis dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui media massa. Setelah meliput suatu peristiwa, wartawan akan menulis peristiwa tersebut ke dalam tulisan. Sebuah tulisan tidak akan langsung siap di cetak atau disiarkan, tetapi ada proses pengeditan atau pengecekan ulang. Wartawan mengeksplore apa yang mereka liput kemudian diedit oleh redaktur mana angle yang paling bagus, susunan beritanya apakah sudah memenuhi kriteria. Kemudian asisten redaktur pelaksana akan melihat hasil editan dari redaktur itu. Baru setelah itu ditingkat wakil redaktur pelaksana yang memeriksa secara utuh.48 Mengenai bahasa asing dan bahasa selain bahasa Indonesia, Republika mempunyai aturan sendiri. Bahasa asing dalam surat kabar Republika apabila bisa diindonesiakan memakai bahasa Indonesia. Apabila tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia tetap menggunakan bahasa aslinya. Mengutip pendapat Wakil Redaktur Pelaksana Republika Elba Damhuri yang mengatakan sebagai berikut: “Bahasa asing apabila bisa diindonesiakan kita pakai bahasa Indonesia. Apabila tidak bisa diindonesiakan tetap bahasa asingnya. Kalau bahasa asing dalam ekonomi kenal istilah non performing loans kalau bahasa Indonesianya kredit macet. Tetapi apabila kita terjemahkan non performing loans itu hutang tanpa kinerja. Tetapi karena kita mempunyai padanan kata yang sesuai dengan maksud itu yaitu kredit macet jadi kita pakai kredit macet. Tetapi ada juga bahasa yang memang tidak bisa kita terjemahkan seperti bahasa asing, bahasa arab. Misalnya kata shalat kita tidak bisa terjemahkan apa itu shalat jadi kita tetap pakai kata shalat.”49 47 Lampiran wawancara Lampiran wawancara 49 Lampiran wawancara 48 Republika juga mempunyai kata-kata yang telah disepakati bersama. Maksudnya apabila terdapat perbedaan dan banyak pendapat mengenai kata yang memungkinkan banyak ragam dalam penulisannya, Republika mempunyai kesepakatan bersama atau konsensus. Misalnya kata “kabah” apakah penulisannya adalah “ka’bah” atau “kabah.” Contoh lain kata “Al Qaida” apakah ditulis “Al Qaeda” atau “Al Qaida”. Mengenai kasus tersebut Republika mempunyai kesepakatan atau konsensus di luar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Untuk penulisan kata “Al Qaida” Republika mengambilnya dari bahasa Arab langsung. Sehingga penulisan kata tersebut adalah “Al Qaida.” Seperti yang diungkapkan oleh Elba Damhuri sebagai berikut: ”Contoh lain Al Qaida kalau bahasa Indonesia Al Qaeda, tetapi karena kita mengambilnya dari bahasa Arab langsung jadi kita menulisnya Al Qaida.”50 B. Penggunaan Bahasa dalam Berita Utama Surat Kabar Republika Berita utama merupakan berita yang disajikan pada halaman pertama surat kabar. Masing-masing surat kabar akan berbeda dalam menentukan berita utama. Tergantung hasil rapat redaksi yang dilakukan di masing-masing berita. Berita utama surat kabar Republika ditentukan pada rapat redaksi yang dilakukan setiap hari pukul 13.00 WIB. Pemilihan berita utama di surat kabar Republika berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria yang paling utama adalah dilihat dari nilai beritanya. Selain itu, dilihat dari segi dampaknya terhadap publik. Maksudnya adalah apakah sangat besar dampaknya bagi publik atau tidak. 50 Lampiran wawancara Dalam penyajian berita utama, surat kabar Republika mempunyai pedoman yang disebut SOP dan bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). SOP ini menjadi pegangan wajib bagi wartawan, reporter, redaktur dan semua yang ada dalam harian umum Republika. Salah satu contohnya adalah dalam penulisan paragraf. Dalam satu paragraf terdiri dua kalimat. Satu kalimat paling banyak sebelas kata. Karena memudahkan pembaca untuk membaca. Penulisan judul pun tidak boleh lebih dari enam kata. C. Analisis Bahasa Jurnalistik Penulisan berita tidak mutlak selalu benar dan bersandar pada KBBI, EYD, dan SOP. Sehingga sering ditemukan salah ejaan, kata-kata mubazir, penulisan paragraf terdiri dari satu kalimat, dan sebagainya. Hal ini bisa saja terjadi karena faktor deadline yang tinggi. Peneliti meneliti teks berita utama surat kabar Republika bulan Desember 2008. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan bahasa jurnalistik atau bahasa jurnalistik Indonesia di surat kabar tersebut. Untuk membantu dalam penelitian, peneliti menyediakan ciri bahasa jurnalistik yang dikemukakan Kunjana Rahardi. Hasil penelitian akan disajikan dalam sebuah tabel. Tabel tersebut berisi paragraf, data kalimat dan analisis bahasa jurnalistiknya. Selanjutnya peneliti menghitung modus masing-masing ketidaksesuaian dengan ciri bahasa jurnalistik. Modus menunjukkan frekuensi terbesar pada suatu kelompok data. Modus tersebut merupakan frekuensi yang paling sering muncul. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ketidaksesuaian yang sering muncul objek yang diteliti dengan ciri bahasa jurnalistik. Hasil penelitian dan pembahasannya lebih lanjut sebagai berikut: Berita 1 Berita pertama adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 1 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul Produksi Padi Terus Naik. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 40 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 1 Desember 2008 Paragraf 1 Data Kalimat Analisis Produksi padi tahun 2008 Paragraf pertama melanggar ciri diperkirakan naik 5,4 persen tidak atau merupakan mubazir. yang ialah kata merupakan menurut tertinggi dalam 20 tahun hemat terakhir. Pembuktiannya peneliti seharusnya di buang. Tanpa adanya kata tersebut tidak mengurangi makna sebenarnya, bahkan terlihat lebih ringkas. Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Produksi padi tahun 2008 diperkirakan naik 5,4 persen atau yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. 2 Presiden Susilo Yudhoyono Bambang Paragraf dua tidak ada kesalahan mengklaim atau tidak ada pertanian maju pesat sejak Pembuktiannya program ialah masalah. kalimat revitalisasi tersebut spesifik, jelas makna, pertanian diluncurkan tiga komunikatif, hemat kata dan tidak tahun lalu. Buktinya, kata ada kata mubazir. dia, Indonesia swasembada jagung. berhasil komunikatif artinya kalimat di beras dan samping tidak berbelit-belit dan langsung pada pokok permasalahan. Spesifik maksudnya disusun oleh kalimat-kalimat pendek. Jika kita mengamatinya paragraf di samping masing- masing kalimat tersusun kurang dari 20 kata. Hal ini memudahkan pembaca mengerti maksud yang disampaikan oleh wartawan dalam tulisannya. Hemat kata artinya memegang teguh prinsip Maknanya ekonomi jelas dan kata. mudah ditangkap, dan tidak terdapat katakata mubazir. 3 Adapun kenaikan 5,4 persen Paragraf tiga melanggar ciri tidak tahun ini merupakan yang mubazir. Kata adapun pada tertinggi dalam 20 tahun kalimat kedua menurut hemat terakhir. penulis dihilangkan. Tanpa adanya kata adapun makna kalimat kedua tetap sama. Sehingga kalimat kedua menjadi sebagai berikut: Kenaikan 5,4 persen tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. 4 Keberhasilan ini, kata Paragraf empat tidak ada presiden, merupakan buah kesalahan atau tidak ada masalah. kerja kerja keras petani, Pembuktiannya penyuluh, dan pemerintah. kalimat “Mari, sebagai jadikan lumbung Indonesia ditangkap di ialah samping maksudnya. kalimatmudah Serta pangan kalimatnya tidak berbunga-bunga dunia,” kata Presiden pada dan tidak melenceng dari pokok isi acara Jambore dan Festival berita. Karya Penyuluh Pertanian II di Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Ahad (30/11). 5 Presiden tak terima jika Paragraf lima tidak ada kesalahan pertanian dikatakan gagal. atau tidak ada masalah. Isi “Kalau dikatakan pertanian paragraf lima bersifat spesifik, gagal, sakit saudara-saudara. mudah ditangkap maksudnya, Sakit para bupati, sakit para tidak terdapat kata-kata mubazir gubernur, sakit kita semua,” dan hemat kata. kata Presiden pada acara yang dihadiri 4.500 penyuluh dari seluruh Indonesia itu. 6 Menteri Pertanian Apriyanto Anton Paragraf enam melanggar ciri mengatakan tidak mubazir. Dapat dilihat pada produksi bahan pangan lain kalimat ketiga. Menurut hemat juga meningkat. Produksi penulis kata seperti kata Anton misalnya, seharusnya dihilangkan. jagung, diperkirakan 15,86% juta ton Alasannya atau meningkat pada kalimat 19,6%. pertama telah disebutkan bahwa Kedelai, kelapa sawit, dan Menteri daging, kata Anton, juga Apriyanto diperkirakan naik. ialah Pertanian Anton Mengatakan….dst. Sehingga kata “kata Anton” tidak perlu digunakan lagi, sebab sudah merujuk pada kalimat pertama. 7 Untuk tahun depan, meski Kalimat di samping melanggar ciri ada krisis keuangan global, tidak tetap Rp 33 triliun. mubazir. Pembuktiannya ialah Kata untuk dalam kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan saja. Kalimat tersebut menjadi lebih ringkas apabila kata untuk dihapus. Kalimat tersebut menjadi: Tahun depan, meski ada krisis keuangan global, tetap Rp 33 triliun. 8 Sementara itu, Dirut Perum Paragraf delapan melanggar ciri Bulog, Mustafa Abubakar, tidak mubazir. Seharusnya kata mengatakan, Indonesia sudah sementara itu dibuang saja, karena bisa mengekspor pertengahan 2009. beras tanpa adanya kata sementara itu tidak mengurangi makna kalimat pertama dalam paragraf kedelapan. Sehingga kalimat pertama pada paragraf kedelapan ialah: Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, mengatakan, Indonesia sudah bisa mengekspor beras pertengahan 2009. 9 Setidaknya ada tiga kondisi Paragraf sembilan melanggar ciri yang memungkinkan ekspor. tidak mubazir. Menurut hemat penulis kata setidaknya dihilangkan, karena tanpa adanya kata tidak setidaknya menghilangkan makna sebenarnya. Sehingga bunyi kalmiat pertama pada paragraf sembilan ialah: Ada tiga kondisi yang memungkinkan ekspor. Kalimat tersebut melanggar ciri Ketiga, Februari dan Maret 2009 akan ada panen beras musim rendengan. tidak mubazir. Pembuktiannya ialah Penggunaan kata akan pada kalimat disamping bisa dihapus. Alasannya ialah kata akan menunjukan arti masa yang akan datang atau waktu yang akan datang. waktu Sedangkan dalam keterangan kalimat tersebut sudah jelas yaitu Februari dan Maret. Jadi kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Ketiga, Februari dan Maret 2009 ada panen beras musim rendengan. 10 Yang diekspor, kata Mustafa, Paragraf sepuluh melanggar ciri adalah beras premium yang spesifik dan ekonomi kata atau memiliki harga kompetitif di hemat kata. Kalimat pertama pasar internasional, seperti melanggar ciri spesifik, kalimat Cianjur, Pandan Wangi, dan tersebut bisa menjadi dua kalimat. Organik (SRI). Seharusnya menurut hemat penulis kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Mustafa Mengatakan beras yang diekspor ialah beras premium yang memiliki harga kompetitif di pasar internasional. Seperti Cianjur, Pandan Wangi, dan Organik (SRI). Kata adalah pada kalimat pertama tidak tepat, karena kata adalah digunakan sebuah untuk definisi. menunjukkan Kata adalah diganti oleh kata ialah. Setelah itu, beras medium, Kata setelah itu pada kalimat seperti Ciherang dan IR III. kedua dihilangkan saja dan lebih baik diganti dengan kata kemudian. Alasannya ialah prinsip ekonomi kata atau hemat kata. 11 “Kita bisa ekspor ke negara Paragraf yang letak dekat dengan sebelas tidak ada geografisnya kesalahan dalam segi spesifik, Indonesia, jelas makna, hemat kata, seperti Timor Leste, Filipina, komunikatif dan tidak mubazir. Malaysia, Brunei, Singapura, Tetapi, ada satu kesalahan yaitu dan Hong Kong,” Mustafa. kata dalam satu paragraf terdiri dari satu kalimat. Seharusnya paragraf terdiri sedikitnya dua kalimat. 12 Pengamat ekonomi pertanian Paragraf dua belas tidak ada Bustanul Arifin, mengatakan, masalah atau tidak ada kesalahan. tak masalah bila pemerintah Pembuktiannya ialah kalimat hendak melakukan ekspor, disampaikan dengan mudah dapat asalkan harga stabil dan dipahami oleh khalayak umum kebutuhan dalam tercukupi. “Yang negeri (pembaca). jelas, menyampaikan Selain pengertian itu, atau jangan sampai kita ekspor makna informasi secara langsung beras, tetapi rakyat dengan menghindari bahasa yang kelaparan. Selain itu yang berbunga-bunga. Sehingga kalimat berhak melakukan ekspor tersebut tidak melanggar prinsip beras hanya Bulog dengan spesifik, komunikatif, jelas makna, pengawasan ketat hemat kata dan tidak mubazir. pemerintah,” katanya. 13 Dia juga mengingatkan, Paragraf tiga belas tidak ada lahan pertanian menyusut masalah atau tidak ada kesalahan. 40-70 ribu hektare per tahun. Pembuktiannya ialah dilihat dari Kebanyakan lahan tersebut segi komunikatif kalimat tersebut dialihfungsikan menjadi tidak berbelit-belit. Paragraph di perumahan, perkantoran, dan samping disusun oleh kalimat pusat perbelanjaan. Padahal, yang singkat dan padat informasi membuat sawah baru tak (spesifik). Dilihat dari segi jelas mudah karena perlu tanah makna, kalimat di samping mudah yang cocok dengan ditangkap maksudnya tidak pengairan baik. “Pemerintah menimbulkan makna yang bukan seharusnya bersikap tegas sebenarnya. Selain itu, kata-kata dalam mengamankan lahan dalam kalimat di samping berciri pertanian,” katanya. minim karakter (hemat kata) dan tidak terdapat kata-kata mubazir. 14 Soal revitalisasi pertanian, Paragraf empat belas tidak ada Bustanul Arifin menilai masalah atau tidak ada kesalahan. belum sepenuhnya berhasil. Maksudnya “Produksi padi meningkat kalimat tersebut yang disusun oleh kalimat-kalimat yang memang komunikatif, spesifik, jelas makna, merupakan indikasi bahwa dan tidak terdapat kata-kata yang revitalisasi pertanian berjalan mubazir. Kalimat cukup baik. Tapi, masih menyampaikan perlu diperbaiki. Sebab, langsung di makna dengan samping secara menghindari masih banyak bahan pangan bahasa yang berbunga-bunga. kita yang bergantung dari luar negeri, seperti impor kedelai dan daging sapi,” katanya. Tabel 2. Ketidaksesuaian berita utama 1 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi 1 Komunikatif - 2 Spesifik 1 3 Hemat Kata 1 4 Jelas Makna - 5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 7 Dalam berita utama tanggal 1 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 40 kalimat yang diteliti, terdapat tujuh kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik dan hemat kata. Berita 2 Berita kedua adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 9 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul ‘Indonesia Butuh Keteladanan’. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 32 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut: Tabel 3. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 9 Desember 2008 Paragraf 1 Data Kalimat Analisis Keteladanan Nabi Ibrahim Paragraf pertama melanggar ciri dan Ismail, sangat kata patut inspirasi. Nuh, tidak mubazir. dijadikan dilihat pada Buktinya kalimat dapat terakhir paragraf tersebut. Menurut hemat penulis kata sangat patut seharusnya ditulis patut saja, sehingga lebih sederhana. Kalimat tersbut menjadi sebagai berikut: Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail, kata Nuh, patut dijadikan inspirasi. 2 Nuh mengatakan, Ibrahim Paragraf dua melanggar ciri tidak telah memperlihatkan mubazir. Pembuktiannya ialah kata keikhlasan melaksanakan telah perintah menyembelih Alasan anaknya, Ismail. seharusnya lainnya dihilangkan. ialah bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk kata lampau. Kalimat di samping menjadi sebagai berikut: Nuh mengatakan, memperlihatkan Ibrahim keikhlasan melaksanakan perintah menyembelih anaknya, Ismail. 3 Dalam konteks kekinian, Paragraf tiga tidak ada masalah pengorbanan Ibrahim dan dalam segi spesifik, komunikatif, Ismail dapat jelas makna, hemat kata dan tidak itu diwujudkan dalam mubazir. Tetapi terdapat kesalahan kesediaan melepaskan apa yaitu saja paragraf terdiri dari satu dianggap kalimat. yang Seharusnya paragraf berharga-seperti deposito, sedikitnya terdiri dua kalimat. jabatan, dan kedudukandemi kepentingan yang lebih besar. 4 Pengorbanan seperti ini, Paragraf empat tidak ada kesalahan dinilai Nuh merupakan atau tidak ada masalah. Kalimatnya investasi yang baik untuk menghindari penjelasan yang masa depan. “Sanggupkah panjang dan bertele-tele. Membuang kita mengorbankan itu? kata-kata mubazir dan menerapkan Insya Allah kita semua ekonomi kata. bisa. Allah yang mengganti pengorbanan itu.” 5 Shalat Idul Adha di Masjid Paragraf lima melanggar ciri tidak Istiqlal, antara lain, dihadiri mubazir. Menurut hemat peneliti Presiden Susilo Bambang kata antara lain dapat dihilangkan. Yudhoyono, Presiden Wakil Tanpa Jusuf menteri-menteri kehadiran kata tersebut Kalla, makna kalimat pada paragraf kelima Kabinet tetap sama. Kalimat tersebut Indonesia Bersatu (KIB), menjadi sebagai berikut: duta besar negara sahabat, Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal dan masyarakat umum. dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), duta besar negara sahabat, dan masyarakat umum. 6 mengibaratkan Paragraf enam tidak ada kesalahan Nuh kehidupan seperti sebuah atau tidak ada masalah. Kalimatnya sekolah. Ada murid, guru, langsung pada pokok masalah (to dan proses belajar the point), tidak memboroskan mengajar. “Guru bangsa waktu pembaca. Maksudnya tidak tidak hanya mengajarkan baur dan tidak kabur. Kalimat bagaimana dan masalah, menghadapi tersebut bisa dimengerti oleh semua menyelesaikan pembaca tapi baik kalangan atas, juga menengah, dan bawah. Inti dari memberikan contoh yang paragraf tersebut ialah Indonesia nyata dan tegas. Indonesia butuh keteladanan. butuh keteladanan guru bangsa,” katanya. 7 Tugas umat, kata dia, Paragraf tujuh melanggar ciri adalah mencari jawaban, ekonomi kata. Buktinya adalah kata bukan mempersoalkan adalah persoalan. pada seharusnya kalimat diganti dengan kedua kata ialah. Selain itu penggunaan kata adalah dalam kalimat tersebut tidak tepat, karena kata adalah lazim digunakan untuk menunjukkan definisi. 8 Pada Idul Adha tahun ini, Paragraf delapan melanggar ciri Masjid Istiqlal menerima tidak 15 sapi dan 218 kambing. mubazir. Menurut hemat peneliti kata pada dalam kalimat tersebut dihilangkan saja dan maknanya pun tetap sama tidak berubah. Sehingga bunyi kalimat tersebut ialah: Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal menerima 15 sapi dan 218 kambing. 9 Saat menyampaikan Paragraf sembilan tidak ada khutbah Idul Adha di masalah. Kalimat di samping Stadion Siliwangi, Cimahi, menceritakan peristiwa di tempat Jawa Barat, Ketua Umum berbeda. Tetapi, masih dalam PP Muhammadiyah, Din konteks peristiwa yang sama yaitu Syamsuddin, menyatakan Idul Adha. esensi Idul Adha adalah berbelit-belit, gerakan tauhid. “Dengan kalimat yang gerakan tauhid, umat Islam ditangkap dapat bangkit dari menggunakan Kalimatnya disusun tidak dengan singkat. Mudah maksudnya dan kata yang keterpurukan.” Kata Din, mengandung makna sebenarnya. ada sejumlah watak yang perlu dimiliki oleh bangsa ini untuk bangkit. Diantaranya, tidak mementingkan diri sendiri. 10 Ketua PBNU, Said Agil Melanggar ciri tidak mubazir. Kata Siradj, lebih menekankan lebih menekankan seharusnya ditulis pada ajaran aspek kelembutan menekankan saja, sehingga bunyi Islam menyampaikan saat kalimat tersebut ialah: khutbah Ketua PBNU, Said Agil Siradj, Idul Adha di Masjid Raya menekankan pada aspek kelembutan Jakarta Islamic Center. ajaran Islam saat menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid Raya Jakarta Islamic Center. 11 Dia juga meminta umat Paragraf sebelas melanggar ciri jelas Islam berkorban dengan makna. Kalimat pertama terdapat mengesampingkan hal-hal kata “parsial (furu’iyah)” seharusnya yang bersifat parsial kata tersebut dijelaskan terlebih (furu’iyah). “Itu membuang waktu energi, hanya dahulu. Sehingga semua pembaca dan mengetahui maksud atau makna yang seharusnya kalimat tersebut. Surat kabar di baca kita gunakan untuk berpikir oleh semua kalangan sehingga dan bekerja demi kemajuan dalam penyajian kalimatnya harus dan kemaslahatan umat.” dimengerti oleh semua kalangan pembaca. 12 Di Masjid Al-Azhar, Paragraf dua belas tidak ada Jakarta Selatan, Menteri kesalahan atau tidak ada masalah. Pemuda Adhyaksa dan Olahraga, Kalimat di samping tidak berbelit- Dault, yang belit sehingga pembaca tidak perlu khatib, menganalisisnya ketika membaca. menjadi menyatakan, kecintaan dan Kalimatnya ketaatan menuntut kepada jelas makna, tidak Allah terdapat kata mubazir, spesifik, dan kesiapan memegang teguh prinsip ekonomi berkorban. Dia mengkritik kata. pengorbanan umat Islam yang dinilainya menurun. “Umat Islam enggan ke masjid, namun ringan ke shopping center.” Tabel 4. Ketidaksesuaian berita utama 9 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi 1 Komunikatif - 2 Spesifik - 3 Hemat Kata 1 4 Jelas Makna 1 5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 5 Dalam berita utama tanggal 9 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 32 kalimat yang diteliti, terdapat lima kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Masing-masing satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik hemat kata dan jelas makna. Berita 3 Berita ketiga adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 17 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul RUU Minerba Disahkan. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 30 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut: Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 17 Desember 2008 Paragraf 1 Data Kalimat Pembahasan Rancangan Paragraf satu melanggar ciri tidak Undang-Undang Mineral dan (Minerba) Analisis (RUU) mubazir. Batu yang Bara kata Pembuktiannya akhrinya ketok ialah palu dimulai seharusnya diganti dengan kata sejak 4 Juli 2005, akhirnya berakhir atau ditutup. Sehingga ketok palu, kemarin. kalimat tersebut menjadi: Pembahasan Rancangan UndangUndang (RUU) Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang dimulai sejak 4 Juli 2005, berakhir/ditutup, kemarin. 2 “Meskipun kesepakatan tidak secara tercapai Dilihat dari segi spesifik, bulat, komunikatif, hemat kata, jelas RUU tetap disahkan,” kata makna dan tidak mubazir kalimat pimpinan Sidang Paripurna di samping tidak ada masalah. DPR, Muhaimin Iskandar, Kalimatnya tidak berbunga-bunga menutup (16/12). sidang, Selasa sehingga pembaca tidak perlu menganalisisnya ketika membaca. Pembaca akan mengetahui isi dari kalimat membaca di samping tanpa berulang-ulang. Kalimatnya sarat informasi dan makna kalimat sudah jelas yaitu meskipun tidak tercapai kesepakatan bulat RUU Minerba tetap disahkan. 3 Saat menyampaikan Paragraf tiga terdapat kesalahan pandangan, Menteri ESDM, yaitu Purnomo singkatan ESDM pada Yusgiantoro, paragraf tersebut tidak dijelaskan. mengatakan, keberadaan UU Seharusnya menurut hemat penulis Minerba itu untuk menjaga singkatan ESDM tersebut supaya iklim usaha di sektor dijelaskan seperti berikut: pertambangan umum tetap Menteri Energi dan Sumber Daya terjaga. Mineral (ESDM). Kalimat disamping melanggar ciri ekonomi kata dan tidak mubazir. Pembuktiannya ialah kata itu untuk seharusnya dihilangkan saja. Karena kata tersebut merupaka kata mubazir. Apabila kata itu untuk dihapus, kalimat di samping akan enak dibaca. Pembuktian selanjutnya penggunaan kata supaya diganti oleh kata agar. Alasannya ialah bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata. Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Saat menyampaikan pandangan, Menteri Eneregi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yusgiantoro, Purnomo mengatakan, keberadaan UU Minerba menjaga agar iklim usaha di sektor pertambangan umum tetap terjaga. 4 Dia menegaskan, Paragraf empat tidak ada masalah. juga kontrak yang sudah berjalan Pembuktiannya selama ini tetap dihormati. yang “Kita menghormati empat ingin kontrak terdapat yang sudah langsung ada permasalahan untuk menjaga iklim usaha,” Minerba. kalimat-kalimat dalam paragraf pada pokok seputar UU Kalimat-kalimatnya paparnya. Namun, sejumlah bersifat spesifik (disusun dengan pasal dalam kontrak lama kalimat-kalimat tetap akan singkat). disesuaikan Kalimat-kalimatnya berciri hemat dengan UU yang baru. “Isi kata (kontrak yang lama) dan akan mubazir. tidak terdapat Maknanya kata dapat disesuaikan, kecuali untuk ditangkap oleh semua kalangan penerimaan Negara.” pembaca tanpa harus menganalisisnya lagi. 5 Usai sidang, Dirjen Mineral Paragraf lima tidak ada masalah. Batu Bara dan Panas Bumi Paragraf lima tidak melenceng dari Departemen Bambang ESDM, topik pembahasan mengenai UU Setiawan, Minerba. menjelaskan, Masih memperkuat pasal-pasal paragraf-paragraf sebelumnya. yang diperdebatkan dalam Kalimatnya tidak disusun dengan UU Minerba sudah diatur. bentuknya sebenarnya kalimat yang berbunga-bunga dan “Kalau tidak berbelit-belit perjanjian pembaca mudah pengusahaan, kontrak yang Pembaca sehingga membacanya. mudah mengetahui berbentuk izin usaha akan maksud paragraf lima tanpa harus tetap berlaku.” mengerutkan dahi. Kalimatnya tidak terdapat kata yang mubazir dan menerapkan prinsip ekonomi kata. 6 Ketua Komite Tetap Kadin Paragraf enam Bidang Energi dan Sumber ekonomi Daya Mineral, Herman Afif ialah kata. melanggar ciri Pembuktiannya kata Ketua Komite Tetap Kusumo, menilai, UU itu Kadin Bidang Energi dan Sumber lebih menjamin kedaulatan Daya Mineral seharusnya menjadi Negara dan pengusaha Ketua Komite Tetap Kadin Bidang nasional atas pengusahaan ESDM. pertambangan. 7 “Kalau ada asing yang Paragraf tujuh tidak ada masalah. protes, wajar saja. Tapi, Kalimat di samping tersusun oleh semua persoalan bisa kalimat-kalimat yang pendek dan dibicarakan melalui dialog singkat. dan duduk bersama dengan yang pemerintah,” katanya. Menggunakan sebenarnya. makna Kalimatnya tidak membahas kepada persoalan yang lain. Pembaca mudah menangkap maksud yang disampaikan oleh wartawan melalui tulisannya. 8 Herman juga mengatakan, Paragraf ketentuan peralihan UU masalah. delapan tidak ada Paragraf di samping Minerba yang menyebutkan disusun oleh kalimat-kalimat yang keberadaan Kontrak Karya tidak bertele-tele. Tidak (KK) dan Perjanjian Karya melenceng ke pembahasan lain. Pengusahaan Pertambangan bSelain itu, tidak memboroskan Batu Bara (PKP2B) sudah waktu pembaca untuk menangkap merupakan jaminan kepastian hukum Indonesia. “Kita bagi isi pesan yang terkandung dalam di kalimat. Karena maksud harus disampaikan melalui yang tulisan menghormati, jangan sampai tersebut mudah ditangkap oleh mereka lari.” pembaca. Sehingga pembaca tidak perlu berulang-ulang membacanya. Kalimat yang terdapat dalam paragraf delapan tidak terdapat kata-kata yang mubazir. 9 Pengelolaan pertambangan Paragraf menurutnya, mesti menguntungkan, saling masalah. sehingga kalimat sumber daya alam dapat mudah sembilan tidak Pembuktiannya disampaikan dapat ada ialah dengan dipahami oleh manfaat khalayak umum (pembaca). Selain memberikan untuk itu, menyampaikan pengertian atau sebesar-besarnya bangsa dan negara. “UU makna informasi secara langsung Minerba ini juga telah dengan menghindari bahasa yang memberikan aspek ekonomi berbunga-bunga. Sehingga kalimat dan administrasi, termasuk tersebut tidak melanggar prinsip lingkungan yang lebih baik.” spesifik, komunikatif, jelas makna, UU Minerba ini akan hemat kata dan tidak mubazir. mengganti UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan. 10 Berlarut-larutnya penyelesaian Paragraf sepuluh melanggar ciri penyusunan tidak mubazir. Pembuktiannya UU baru ini, memang sempat adalah kata memang sempat membuat iklim investasi di seharusnya ditulis sempat. Tidak sektor pertambangan adanya Indonesia penuh ketidak- membuat pastian. 11 memang makna/arti tidak kalimat tersebut berubah. Industri pertambangan Paragraf sebelas melanggar ciri memang berharap UU yang tidak baru kata akan memberikan ialah mubazir. kata Pembuktiannya memang berharap kepastian hukum dalam hal seharusnya ditulis berharap saja. perizinan, pembebasan tanah dan keamanan, serta koordinasi yang lebih baik antara berbagai lembaga pemerintahan. 12 Saat paripurna berlangsung, Paragraf dua belas tidak ada FPKS, FPAN, dan PKB walk masalah. Kalimat dalam paragraf Ketiganya dua belas terdiri kurang dari 20 out. mempersoalkan Bab 25 Pasal kata. Ini 169 ayat a dan b RUU kalimat Minerba. Juru bicara FPAN, Kalimat Zulkifli Pasal Halim, 169 diskriminatif. menandakan di bahwa samping spesifik. yang spesifik menilai, menunjukkan bahwa kalimatnya ayat a komunikatif (tidak berbelit-belit), hemat kata, jelas makna dan tidak ada kata yang mubazir. Karena bahasa yang digunakan dalam berita yang bersifat langsung harus menerapkan ciri bahasa jurnalistik. 13 FPKS walk dengan Paragraf tiga belas tidak ada out alasan dicabutnya penjelasan masalah. di Pasal “Padahal, 169 ayat penjelasan Pembuktiannya ialah b. sama seperti paragraf dua belas, itu kalimat di samping tersusun tidak substantif lebih dari 20 kata. Kalimat yang sangat menyangkut kontrak karya tersusun tidak lebih dari 20 kata kata juru FPKS, Muhammad tersebut Idris komunikatif, spesifik, jelas makna, Herman, Paragraf empat belas melanggar Menurut pemerintah kalimat hemat kata dan tidak mubazir. Luthfi. 14 bicara menandakan (KK),” perlu menuntaskan segera prinsip ekonomi peraturan Pembuktiannya ialah kata. terdapat pemerintah. Ini agar UU dalam kalimat kedua. Kata ini Minerba diberlakukan. bisa segera agar dalam kalimat kedua seharusnya diganti dengan kata supaya atau agar. Alasannya ialah dalam penulisan berita di media cetak harus memegang prinsip ekonomi kata. Tabel 6. Ketidaksesuaian berita utama 17 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi 1 Komunikatif - 2 Spesifik - 3 Hemat Kata 3 4 Jelas Makna - 5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 4 Dalam berita utama tanggal 17 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 30 kalimat yang diteliti, terdapat empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik hemat kata. Berita 4 Berita keempat adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 26 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul KPU Siapkan Aturan Baru. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 22 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut: Tabel 7. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 22 Desember 2008 Paragraf 1 Data Kalimat Ketua Analisis Pemilihan Paragraf satu tidak ada masalah. Komisi Umum (KPU), Abdul Hafiz Pembuktiannya ialah kalimat Anshary, menilai penetapan dalam paragraf satu menghindari calon legislatif terpilih (caleg) penjelasan yang pascaputusan bertele-tele. Mahkamah Konstitusi (MK) disampaikan panjang dan Informasi yang wartawan mudah membuat proses penentuan dipahami oleh khalayak umum caleg terpilih sederhana. lebih (pembaca). Struktur kalimatnya Kesederhanaan tidak menimbulkan itu, kata dia, akan membuat penyimpangan/pengertian kerja KPU lebih mudah. 2 “Sekarang Siapa yang tidak yang berbeda. pusing. Paragraf dua tidak ada masalah. memperoleh Buktinya ialah setiap kalimat yang suara terbanyak, dia yang terdapat jadi,” (24/12). kata makna Hafiz, dalam paragraf dua Rabu tersusun kurang dari 20 kata. Kalimat menjadi lebih mudah dipahami dibandingkan kalimat yang terdiri banyak kata-kata. Kalimat-kalimat di samping menandakan tidak melanggar ciri spesifik, komunikatif, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak klise. 3 Anggota KPU, Apabila dilihat kalimat pertama Syamsulbahri, mengatakan yang terdapat dalam paragraf tiga KPU akan membuat aturan sangat panjang. Kalimat tersebut main, melakukan sosialisasi, melanggar ciri spesifik yaitu dan memberikan bimbingan bahasa jurnalistik disusun dengan teknis kepada KPU daerah kalimat-kalimat dan partai yang singkat- politik, singkat. Kalimat disamping terdiri pascaturunnya putusan MK kurang lebih dari 34 suku kata. yang membatalkan Pasal 214 Kalimat yang baik adalah kalimat UU No 10/2008 pemilu legislatif. tentang yang terdiri dari 8-20 kata. Kalimat pertama paragraf tiga bisa dijadikan menjadi dua kalimat, sehingga kalimatnya lebih ringkas dibanding kalimat sebelumnya. Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Anggota KPU, Syamsulbahri, mengatakan KPU akan membuat aturan sosialisasi, main, melakukan dan memberikan bimbingan teknis kepada KPU daerah dan partai politik. Kegiatan itu dilakukan pascaturunnya putusan MK yang membatalkan Pasal 214 UU No 10/2008 tentang pemilu legislatif. 4 Direktur Eksekutif Center for Kata Electoral Reform (Cetro), diganti menjadi ialah. Hadar Gumay, Penggunan Navis mengatakan dilakukan yang KPU perlu kalimat kata pada tidak cocok. adalah Penggunaan kata adalah lazim tentang calon terpilih. Karena peneliti adalah tersebut membuat peraturan tata cara digunakan 5 menurut adalah untuk menguraikan suatu definisi. putusan MK tak Paragraf lima melanggar ciri mengutak-atik masalah suara spesifik. Kalimat pertama bisa sah di Pasal 176 UU Pemilu, terdiri dua kalimat. Selain itu, Hafiz mengatakan, yang diberikan dengan suara maknanya mencoblos itu tak diketahui. pemilih Kalimat tersebut menjadi sebagai tanda berikut: gambar partai tetap sah. Tapi Mahkamah suara mudah Konstitusi tidak berfungsi mengutak-atik masalah suara sah menentukan calon terpilih. di Pasal 176 UU Pemilu. Sehingga “Hanya berfungsi suara yang diberikan pemilih menentukan lolos tidaknya dengan mencoblos tanda gambar partai politik dari partai tetap sah, ujar Hafiz. Tapi parliamentary threshold (PT) suara itu tak berfungsi menentukan dan penentuan kursi bagi calon terpilih. “Hanya berfungsi partai yang lolos PT.” menentukan lolos tidaknya partai politik dari parliamentary threshold (PT) dan penentuan kursi bagi partai yang lolos PT.” 6 Mantan Ketua Panitia Paragraf enam sebenarnya tidak Khusus RUU Pemilu, Ferry ada masalah dengan ciri bahasa Mursyidan Baldan, juga jurnalistik. Tetapi ada kesalahan mengatakan suara pemilih yang yang mencoblos sangat tanda setelah tanda mendasar baca yaitu koma (,) gambar, “Dihitung sebagai dimulai dengan huruf kapital. suara untuk partai, bukan caleg.” 7 Suara pemilih yang Paragraf mencoblos tanda gambar ini, spesifik tujuh melanggar dan tidak ciri mubazir. kata Ferry, nantinya akan Buktinya ialah kalimat pertama digabung dengan suara yang bisa terdiri dua kalimat, sehingga mencoblos caleg, tanda sehingga gambar kalimat tidak terlalu panjang. Kata menjadi ini dan nantinya dihilangkan sebab perolehan suara partai. “Itu tanpa kehadiran kata tersebut tidak ditotal semua dan menjadi merubah maksud/makna kalimat. suara parpol untuk acuan Sehingga kalimat tersebut seperti perolehan suara parpol. berikut: Suara pemilih yang mencoblos tanda gambar, akan digabung dengan suara yang mencoblos tanda gambar caleg. Sehingga menjadi perolehan suara partai, kata Ferry. “Itu ditotal semua dan menjadi suara parpol untuk acuan perolehan suara parpol.” 8 Tapi, pakar negara, Saldi meminta yang hukum Isra, ketegasan diberikan mencoblos tanda tetap tidak mubazir. Pembuktiannya suara ialah pada kata untuk, seharusnya dengan kata tersebut ditulis dihilangkan gambar saja. Sehingga kalimat tersebut difungsikan menjadi: partai tidak untuk menentukan terpilih. tata Paragraf delapan melanggar ciri caleg Tapi, pakar hukum tata negara, Saldi Isra, tetap meminta ketegasan suara yang diberikan dengan mencoblos tanda gambar partai tidak difungsikan menentukan caleg terpilih. 9 Hadar juga meminta KPU Kalimat di samping melanggar ciri mengunci Pasal 218 UU No tidak mubazir. Pembuktiannya 10/2008 agar tidak dijadikan ialah kata untuk merupakan kata celah untuk menentukan mubazir. caleg dengan nomor urut. Kalimat disamping cukup ditulis sebagai berikut: Hadar juga meminta KPU mengunci Pasal 218 UU No 10/2008 agar tidak dijadikan celah menentukan caleg dengan nomor urut. 10 Tapi, setelah pembatalan Kalimat di samping melanggar ciri Pasal 214 tentang penentuan tidak mubazir. Pembuktiannya calon terpilih, Pasal 218 itu ialah kata untuk merupakan kata diduga akan berbalik untuk mubazir. Kalimat disamping menentukan caleg dengan cukup ditulis sebagai berikut: nomor urut. Tapi, setelah pembatalan Pasal 214 tentang penentuan calon terpilih, Pasal 218 itu diduga akan berbalik menentukan caleg dengan nomor urut. 11 Salah satu cara KPU Paragraf sebelas melanggar dua menguncinya, kata Hadar, ciri ekonomi kata dan dua ciri adalah dengan mempertegas tidak mubazir. Paragraf tersebut bahwa pengganti caleg yang terdapat dua kesalahan. Pertama mengundurkan diri adalah kata adalah diganti saja dengan caleg daerah pemilihan yang kata ialah. Selain itu penggunaan sama, tapi memperoleh suara kata adalah tidak tepat karena kata terbanyak berikutnya. tersebut dipakai untuk Dengan begitu, kata Hadar, menguraikan definisi. jika ada parpol yang ingin Kedua ialah pada kalimat kedua menarik calegnya yang kata kata Hadar dihilangkan saja mendapat suara terbanyak, dan diganti dengan ujarnya. KPU perlu mengecek apa Alasannya karena bahasa pers betul mengundurkan diri. sebisa mungkin menggunakan kata yang sedikit berita hurufnya. Dalam utama Siapkan berjudul KPU Aturan Main Pengguanaan kata kata Hadar misalnya kutipan pada setiap membuat kalimat jenuh atau disebut dengan tiring words. Kata tersebut ditempatkan pada akhir kalimat Sehingga kalimat tersebut menjadi sebagai berikut: Dengan begitu, jika ada parpol yang ingin menarik calegnya yang mendapat suara terbanyak, KPU perlu mengecek apa betul mengundurkan diri, ujarnya. Bukti melanggar ciri mubazir ialah kata dengan dan bahwa pada kalimat pertama dihilangkan saja. Kalimat pertama sederhana tanpa menjadi adanya kata tersebut. Bunyi kalimatnya ialah sebagai berikut: Salah satu cara KPU menguncinya, kata Hadar, ialah mempertegas pengganti caleg yang mengundurkan diri ialah caleg daerah pemilihan yang sama, tapi memperoleh suara terbanyak berikutnya. 12 Saldi Isra meminta KPU Paragraf dua belas tidak ada membuat aturan agar partai masalah. Pembuktiannya ialah tidak bisa memaksa caleg kalimat tidak tersaji dalam kalimat peraih suara terbanyak yang panjang. Kalimat tersebut mengundurkan diri. terdiri kurang dari 20 kata. Tabel 8. Ketidaksesuaian berita utama 26 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi 1 Komunikatif - 2 Spesifik 3 3 Hemat Kata 3 4 Jelas Makna - 5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 6 Dalam berita utama tanggal 26 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 22 kalimat yang diteliti, terdapat enam kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Masing-masing tiga kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik dan hemat kata. Hasil pembahasan dan penelitian yang pertama ialah mengupas penggunaan bahasa dalam berita surat kabar Republika. Kemudian meneliti teks berita utama tanggal 1, 9, 17 dan 26 Desember 2008. Hasil penelitian dibahas dalam tabel masing-masing berita. Penelitian selanjutnya ialah menghitung semua kalimat berita utama tersebut dengan ciri bahasa jurnalistik yang dikemukakan oleh Kunjana Rahardi. Maksudnya ialah untuk mengetahui ciri bahasa jurnalistik yang sering dilanggar. Untuk mengetahui sesuai atau tidak sesuai kalimat dengan ciri bahasa jurnalistik, peneliti akan sajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut sebagai berikut: Tabel 9. Ketidaksesuaian berita utama tanggal 1, 9, 17 dan 22 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi 1 Komunikatif - 2 Spesifik 4 3 Hemat Kata 8 4 Jelas Makna 1 5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 22 Dalam berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008, ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124 kalimat yang diteliti, terdapat 22 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penggunaan Bahasa Surat Kabar Republika Produk-produk media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid atau produk lain dari media massa cetak harus memperhatikan bahasa. Bahasa dalam media massa cetak memegang peranan penting dalam menyampaikan informasi dan berita. Karena media massa cetak berbeda dengan media massa audio dan audio visual. Dalam media massa audio unsur yang penting adalah suara sedangkan media massa audio visual yang menjadi unsur paling penting adalah suara dan gambar. Dalam penulisan berita, Republika bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selain itu, Republika mempunyai buku panduan sendiri atau standar operasional procedural (SOP) untuk menulis berita. Penulisan bahasa selain bahasa Indonesia (bahasa asing), Republika mempunyai aturannya. Salah satunya adalah apabila istilah atau bahasa asing tersebut dapat diartikan sesuai dengan istilah atau arti yang sebenarnya maka ditulis dengan bahasa Indonesia. Tetapi, apabila bahasa asing tersebut tidak dapat diartikan maknanya ke dalam bahasa Indonesia sesuai makna sebenarnya maka ditulis sesuai dengan bahasa aslinya. 2. Penggunaan Bahasa Berita Utama Surat Kabar Republika Penulisan berita utama surat kabar Republika sama seperti penulisan berita lainnya di Republika. Tetap bersandar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serta buku panduan penulisan berita atau standar operasional procedural (SOP). 3. Penggunaan Bahasa Jurnalistik Berita Utama Tanggal 1, 9, 16, dan 27 Desember 2008 Penelitian ini merupakan salah satu dari sekian banyak penelitian tentang bahasa jurnalistik. Peneliti memfokuskan untuk meneliti surat kabar Republika. Terutama berita utama dalam Republika bulan Desember tahun 2008. Alasan peneliti memilih berita utama Republika adalah berita utama disajikan dihalaman pertama sehingga kecil kemungkinan terdapat kesalahankesalahan. Tetapi untuk membuktikan hal tersebut peneliti tertarik meneliti berita utama Republika tersebut. Hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap berita utama tanggal 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008 menunjukkan ciri tidak mubazir dan tidak klise yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 124 kalimat yang diteliti, terdapat 20 kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. empat kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik. Delapan kalimat melanggar hemat kata dan satu kalimat melanggar jelas makna. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam suatu surat kabar masih terdapat kesalahan-kesalahan. Bahkan surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan. Ini menandakan bahwa surat kabar tidak 100% benar dalam menulis berita. Kesimpulannya ialah penggunaan bahasa jurnalistik diterapkan baik dalam penulisan beritanya. Tetapi, masih terdapat kesalahan dalam surat kabar Republika. Seperti masih adanya kata-kata mubazir dan tidak ekonomi kata. Peneliti menemukan kasus baru dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu sering terdapat kesalahan dalam paragraf. Berita surat kabar Republika sering terdapat paragraf yang terdiri dari satu kalimat. Sedangkan paragraf seharusnya terdiri paling sedikit dua kalimat. Bahkan dalam berita utama pun sering terdapat hal tersebut. B. Saran Ada beberapa saran dari peneliti terhadap penelitian bahasa jurnalistik ini. Saran ini peneliti tujukan kepada mahasiswa jurnalistik dan wartawan surat kabar Republika, sebagai berikut: 1. Untuk mahasiswa/i jurnalistik, peneliti mengharapkan ada penelitian lainnya mengenai penggunaan bahasa jurnalistik dalam media massa terutama media massa cetak. Alasannya ialah dalam penulisan berita sering terdapat kesalahan ejaan, kata, dan sebagainya. Bahkan sering terdapat kata-kata mubazir dalam kalimat-kalimatnya. 2. Dalam penggunaan bahasa jurnalistik, wartawam surat kabar Republika harus menghindari kata-kata mubazir. Karena kata-kata mubazir masih terdapat dalam surat kabar tersebut. Kata-kata mubazir tersebut seperti kata bahwa, adalah, sedang, telah, akan, untuk, dari, daripada, di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa dan dari mana. 3. Wartawan Republika harus menghindari kata-kata penat dan membosankan (tiring words). Misalnya kata “katanya”, kata tersebut bisa diganti dengan kata “paparnya”, “ujarnya”, “tambanya”, “lanjutnya”, dan sebagainya. Hal ini untuk menghindari kata-kata penat. 4. Wartawan Republika seharusnya memperhatikan susunan dalam suatu paragraf. Suatu paragraf sedikitnya terdiri dua kalimat bukan terdiri dari satu kalimat. Hal ini sering ditemukan dalam surat kabar Republika dan surat kabar lainnya. Hal ini harus segera diperbaiki supaya tidak terdapat kesalahan dalam paragraf. DAFTAR PUSTAKA Anggota IKAPI Cabang Jawa Barat. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi, 2004. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992. Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Darjono, Anas. S. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004. Djatmika, Prija. Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya. Malang: Bayumedia Publishing, 2004. Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju, 1989. Henshall, Peter dan David Ingram. Menjadi Jurnalis. Yogyakarta: LKIS, 2000. Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991. Kasman, Suf. Jurnalisme Universal. Jakarta: Teraju, 2004. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Januari 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktek. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cetakan II 1999. Nasution, Mustafa Edwin dan Hardius Usman. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006. Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Santusta, 2006. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ----------------------------. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997. Rolinicki, Tom E., C. Dow Tate, dan Sherri A. Taylor. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana, 2008. Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Sarwoko, Tri Adi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2007. Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi, 2005. Siregar, Ras. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987. --------------. Bahasa Pers - Bahasa Indonesia Jurnalistik Kerangka Teori Dasar. Cetakan Kedua 1992. PT Grafikatama Jaya. SK. Patmono. Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Untuk Menjadi Wartawan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996. Soehoet, A.M Hoeta. Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987. --------------------------. Kumpulan Kertas Kuliah Pengadaan Berita dan Pendapat. Jakarta: IISIP Pers, 1986/1987. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa, September 2004. Suhirman, Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publishing, 2005. Sumadiria, AS Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. ---------------------------. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Yosef, Jani. To Be A Journalist. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.