1 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Dalam penelitian ini disertakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
berfungsi sebagai referensi sebagai perbandingan. Perbandingan antara perbandingan ini
dirangkum kedalam bentuk tabel yang berisi nama peneliti, judul, rumusan masalah,
metode penelitian serta penjelasan dan hasil penelitian.
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
No.
1
Nama
Judul
Rumusan
Metode
Penjelasan dan
Peneliti
Penelitian
Masalah
Penelitian
Hasil Penelitian
Raynal A.
Fenomena
Meneliti
Kualitatif
Hasil penelitian
Tatipang /
Pelanggaran
pemahaman
mengungkapkan
Jurnal
Kode Etik
wartawan
bahwa wartawan
Penelitian
Jurnalistik
terhadap Kode
media online tidak
Komunikasi,
Pasal 12 Tahun Etik Jurnalistik
memiliki dasar di
Informatika
2008 Di Media
bidang jurnalistik
dan Media
Online
dan kurangnya
Massa (2013)
Manado Post
pengawasan dari
pimpinan redaksi
dalam bekerja
mengakibatkan
banyaknya terjadi
pelanggaran Kode
Etik Jurnalistik.
7
8
2
Annisa
Etika dan
Jurnal ini
Kualitatif
Penelitian ini
Aninditya
Prinsip
kesalahan
menghasilkan bahwa
Wibawa,
Jurnalisme
pemberitaan
wartawan Detikcom
Dadang
Media Siber
yang dilakukan
melanggar beberapa
Rahmat
Detikcom
oleh tentang
Pasal Kode Etik
Hidayat,
Mengenai
tewasnya WNI
Jurnalistik, yaitu
Dandi
Mekanisme
Pasal 1, Pasal 2,
Supriadi /
Pemberitan
Pasal 3 Pasal 4 dan
Jurnal
Tewasnya
Pasal 7. Faktor
Universitas
WNI di
terjadinya hal
Padjajaran
Kerusuhan
tersebut adalah
(2012)
Mesir
karena pihak yang
melakukan
kesalahan hanya
mementingkan
kecepatan.
3
Christiany
Akurasi Berita
Jurnal ini
Juditha /
dalam
merupakan
dapat disimpulkan
Jurnal
Jurnalisme
penelitian yang
bahwa sebagai
Penelitian
Online. (Kasus
menggunakan
media jurnalisme
Komunikasi,
Dugaan
penelitian
online, wartawan
Informatika
Korupsi
kuantitatif
detiknews.com tetap
dan Media
Mahkamah
dalam
memegang teguh
Massa
Konstitusi di
mengkaji
akurasi
(2013)
Portal Berita
akurasi berita
pemberitaannya
Detiknews)
dalam
sesuai kode etik
jurnalisme
jurnalistik.
online di
Detiknews.
Kuantiatif
Hasil penelitian
9
4
Tamara
Journalism: A
Mengkaji
Kualitatif
Penelitian ini
Witschge dan
Profession
bagaimana
menghasilkan bahwa
Gunnar
Under
jurnalis
memang benar
Nygren /
Pressure?
bekerja dengan
dengan era media
Journal of
memahami
baru mengubah
Media
peran dan
peran, aktivitas dan
Business
otonomi
profesionalisme
Studies:
jurnalis dalam
jurnalis berubah.
Goldsmiths
era media baru
(2009)
yang dianggap
mengubah cara
bagaimana
sebuah berita
diproduksi.
5
Melita Poler
Credibility of
Penelitian ini
Kuantitatif Hasil penelitian ini
Kovacic,
Traditional vs.
perbandingan
(Survey
menjelaskan bahwa
Karmen
Online News
antara berita di
mengguna
jurnalis di Slovenia
Erjavec,
Media: A
portal media
kan
masih menganggap
Katarina
Historical
online dengan
random
bahwa berita yang
Štular /
Change in
media massa
sample ke
paling kredibel
Academic
Journalists’
konvensional.
106
adalah berita yang
Journal of
Perceptions?
Didasari
jurnalis di
berasal dari media
Media
asumsi era
Slovenia)
konvensional
Research
media baru
(2010)
mengubah
persepsi
jurnalis
terhadap
kredibilitas
sebuah media
atau berita.
10
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1
Media Baru (New Media)
Istilah ‘media baru’ (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan
telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan
beragam. Dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, McQuail menjelaskan bahwa
“Media Baru atau New Media adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi
yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan
digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat
komunikasi”. Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa
(2011:43) ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya
terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan,
interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan
sifatnya yang ada di mana-mana.
Beragam media baru (new media) yang penyiarannya menggunakan kabel,
satelit atau jaringan telekomunikasi masih menunggu definisi yang jelas terhadap
kebebasan politik mereka yang layak. Media baru yang utama ini adalah internet.
Kebebasan dari kontrol mungkin diakui sebagai hak privasi atau fakta bahwa ini
merupakan media yang tidak mendiskriminasi distribusi massal, tetapi diantarkan
langsung kepada pengguna secara khusus. Mereka juga disebut sebagai ‘pembawa
umum’ yang menghindari kontrol atas konten karena mereka terbuka bagi semua
dan berimbang yang terutama untuk keperluan bisnis dan personal daripada
masalah publik. Mereka juga semakin menambah tugas komunikasi yang sama
sebagaimana media dengan kekuasaan editorial yang sudah ada (McQuail, 2011).
Klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai
media massa adalah internet. Meskipun demikian, ciri-ciri massal bukanlah
karasteristik utamanya. Castells dalam Teori Komunikasi Massa (McQuail, 2011)
berpendapat bahwa pada awalnya, internet dimulai sebagai alat komunikasi
nonkomersial dan pertukaran data antara profesioanal, tetapi perkembangan
selanjutnya adalah internet sebagai penyedia barang dan jasa, dan sebagai alat
komunikasi pribadi dan antarpribadi. Karakteristik kunci untuk membedakan
media lama dengan media baru dari perspektif pengguna (McQuail, 2011):
11
a. Interaktivitas (interactivity): sebagaimana ditunjukkan raiso respons atau
inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap sumber/pengirim
b. Kehadiran sosial (sociability): kontak personal dengan orang lain dapat
dimunculkan oleh penggunaan media
c. Kekayaan media (media richness): jangkauan di mana media dapat
menjembatani kerangka referensi yang berbeda
d. Otonomi (autonomy): derajat di mana seorang pengguna merasakan
kendali atas konten dan penggunaan
e. Unsur bermain-main (playfullness): kegunaan untuk hiburan dan
kesenangan
f. Privasi (privacy): berhubungan dengan kegunaan media atau konten
tertentu
g. Personalisasi (personalization): derajat di mana konten dan penggunaan
menjadi personal dan unik.
Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru
mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan
terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara
simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganngu
tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan
modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek
modern/akhir modern ke dalam mesin aparat yang berjaringan. (Poster, dalam
McQuail, 2011:151). Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media
baru yakni:
a. Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media.
b. Interaksi dan konektivitas jaringan yang makin meningkat.
c. Mobilitas dan deklokasi untuk mengirim dan menerima.
d. Adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak.
e. Munculnya beragam bentuk baru ‘pintu’ (gateway) media.
f. Pemisahan dan pengaburan dari ‘lembaga media’.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan
media online dalam hal ini Beritasatu. ditujukan untuk mempermudah
pemakainya dalam mengakses semua hal, terutama dalam mendapatkan informasi
12
yang masih baru. Sebagaimana Beritasatu.com menyajikan berita yang dapat
diakses oleh khalayak dengan mudah. Sebagai media baru pun Beritasatu.com
juga memberikan kebebasan bagi pengguna untuk dapat langsung memberikan
respon langsung terkait dengan pemberitaan yang telah dibuat.
2.2.2
Media Online
Bersamaan dengan teknologi yang terus berkembang, industri media
melebarkan sayapnya untuk mengikuti kebutuhan masyarakat yang terus
meningkat dalam keinginan mereka untuk mendapatkan informasi dengan mudah.
Media online bisa menampung berita teks, image, audio dan video. Berbeda
dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image. ”Online” sendiri
merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana saja dan
kapan saja selama ada jaringan internet. Industri media hadir sebagai salah satu
bentuk
media
baru
yatu
jurnalistik
media
online.
Jurnalisme
online
memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin
didapatkannya. Kemudian memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali
dengan mudah oleh audience.
(Suryawati, 2014) dalam bukunya Jurnalistik
Suatu Pengantar menuturkan keunggulan media online sebagai berikut:
1. Informasinya bersifat up to date (senantiasa terbaru)
Media online dapat melakukan upgrade suatu informasi dalam waktu ke
waktu. Hal ini terjadi karena media online memiliki proses penyajian informasi
dan berita yang lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan jenis media
massa lainnya.
2. Informasinya bersifat real time
Media online dapat menyajikan informasi dan berita pada saat peristiwa
sedang berlangsung (live). Sebagian besar wartawan media online dapat
mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi dari lokasi peristiwa.
3. Informasinya bersifat praktis
Media online dapat diakses di mana dan kapan saja, sejauh didukung oleh
fasilitas teknologi internet. Pengguna internet dapat mengakses di manapun
selama mereka memiliki koneksi pada internet.
13
Sesuai dengan keunggulan media online di atas, Beritasatu.com selalu
memberikan tautan berita tentang peristwa yang masih berbuhungan. Hal itu
dilakukan untuk memudahkan khalayak dalam mengkuti berita tentang isu yang
sedang terjadi. Di samping itu sebagai media online, proses kerja Beritasatu.com
menjadi lebih sederhana,. Peran teknologi dan komunikasi mempengaruhi proses
kerja Beritasatu.com menjadi lebih ringkas, di mana jurnalis di lapangan dapat
secara langsung mengirimkan informasi langsung ke meja redaksi.
2.2.3
Kode Etik Jurnalistik
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers
menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan
terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Atas dasar itu, praktisi jurnalistik
Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pada dasarnya kode etik
memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi
sebuah profesi. Dalam hal ini pekerjaan jurnalis selain dibatasi oleh ketentuan
hukum seperti contohnya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, jurnalis juga
memiliki Kode Etiknya sendiri. Hal itu dikenal dengan Kode Etik Jurnalistik yang
juga dijadikan oleh sebagai landasan yang bersifat mengikat sebagai aturan dan
tata cara mereka dalam bekerja untuk menghindari praktek-praktek yang akan
merugikan suatu pihak dan bagi kepentingan organisasi lain.
Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan landasan penelitian ini
adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui
Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik
Sebagai Peraturan Dewan Pers. Dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut ada sebelas
pasal yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah bunyi dan penafsiran Kode
Etik Jurnalistik tersebut:
Tabel 2.2 Pasal, Bunyi dan Penafsiran Kode Etik Jurnalistik
Pasal
Bunyi
Penafsiran
1
Wartawan Indonesia bersikap
independen, menghasilkan
berita yang akurat, berimbang,
dan tidak beritikad buruk.
a. Independen berarti memberitakan
peristiwa atau fakta sesuai dengan
suara hati nurani tanpa campur tangan,
paksaan, dan intervensi dari pihak lain
termasuk pemilik perusahaan pers.
14
2
3
b. Akurat berarti dipercaya benar
sesuai keadaan objektif ketika
peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak
mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak
ada niat secara sengaja dan sematamata untuk menimbulkan kerugian
pihak lain.
Wartawan Indonesia
Cara-cara yang profesional adalah:
menempuh cara-cara yang
a. Menunjukkan identitas diri kepada
profesional dalam
narasumber;
melaksanakan tugas jurnalistik. b. Menghormati hak privasi;
c. Tidak menyuap;
d. Menghasilkan berita yang faktual
dan jelas sumbernya;
e. Rekayasa pengambilan dan
pemuatan atau penyiaran gambar, foto,
suara dilengkapi dengan keterangan
tentang sumber dan ditampilkan secara
berimbang;
f. Menghormati pengalaman traumatik
narasumber dalam penyajian gambar,
foto, suara;
g. Tidak melakukan plagiat, termasuk
menyatakan hasil liputan wartawan
lain sebagai karya sendiri;
h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat
dipertimbangkan untuk peliputan
berita investigasi bagi kepentingan
publik.
Wartawan Indonesia selalu
a. Menguji informasi berarti
menguji informasi,
melakukan check and recheck tentang
memberitakan secara
kebenaran informasi itu.
berimbang, tidak
b. Berimbang adalah memberikan
mencampurkan fakta dan opini ruang atau waktu pemberitaan kepada
yang menghakimi, serta
masing- masing pihak secara
menerapkan asas praduga tak
proporsional.
bersalah.
c. Opini yang menghakimi adalah
pendapat pribadi wartawan. Hal ini
berbeda dengan opini interpretatif,
yaitu pendapat yang berupa
interpretasi wartawan atas fakta.
15
4
Wartawan Indonesia tidak
membuat berita bohong, fitnah,
sadis, dan cabul.
5
Wartawan Indonesia tidak
menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan.
6
Wartawan Indonesia tidak
menyalah-gunakan profesi dan
tidak menerima suap.
7
Wartawan Indonesia memiliki
hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak
bersedia diketahui identitas
maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan
embargo, informasi latar
d. Asas praduga tak bersalah adalah
prinsip tidak menghakimi seseorang.
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah
diketahui sebelumnya oleh wartawan
sebagai hal yang tidak sesuai dengan
fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar
yang dilakukan secara sengaja dengan
niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak
mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah
laku secara erotis dengan foto,
gambar, suara, grafis atau tulisan yang
semata-mata untuk membangkitkan
nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara
dari arsip, wartawan mencantumkan
waktu pengambilan gambar dan suara.
a. Identitas adalah semua data dan
informasi yang menyangkut diri
seseorang yang memudahkan orang
lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia
kurang dari 16 tahun dan belum
menikah.
a. Menyalah-gunakan profesi adalah
segala tindakan yang mengambil
keuntungan pribadi atas informasi
yang diperoleh saat bertugas sebelum
informasi tersebut menjadi
pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian
dalam bentuk uang, benda atau
fasilitas dari pihak lain yang
mempengaruhi independensi.
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak
mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi
keamanan narasumber dan
keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan
pemuatan atau penyiaran berita sesuai
16
belakang, dan “off the record”
sesuai dengan kesepakatan.
8
9
10
11
Wartawan Indonesia tidak
menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap
seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama,
jenis kelamin, dan bahasa, serta
tidak merendahkan martabat
orang lemah, miskin, sakit,
cacat jiwa atau cacat jasmani.
Wartawan Indonesia
menghormati hak narasumber
tentang kehidupan pribadinya,
kecuali untuk kepentingan
publik.
dengan permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah
segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau
diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
d. “Off the record” adalah segala
informasi atau data dari narasumber
yang tidak boleh disiarkan atau
diberitakan.
a. Prasangka adalah anggapan yang
kurang baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan
perlakuan.
a. Menghormati hak narasumber
adalah sikap menahan diri dan berhatihati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala
segi kehidupan seseorang dan
keluarganya selain yang terkait dengan
kepentingan publik.
Wartawan Indonesia segera
a. Segera berarti tindakan dalam waktu
mencabut, meralat, dan
secepat mungkin, baik karena ada
memperbaiki berita yang keliru maupun tidak ada teguran dari pihak
dan tidak akurat disertai
luar.
dengan permintaan maaf
b. Permintaan maaf disampaikan
kepada pembaca, pendengar,
apabila kesalahan terkait dengan
dan atau pemirsa.
substansi pokok.
Wartawan Indonesia melayani a. Hak jawab adalah hak seseorang
hak jawab dan hak koreksi atau sekelompok orang untuk
secara proporsional.
memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan
berupa fakta yang merugikan nama
baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang
untuk membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers,
17
baik tentang dirinya maupun tentang
orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan
bagian berita yang perlu diperbaiki.
Sumber: Website Dewan Pers
Pada penelitian ini, digunakan Kode Etik Jurnalistik yang akan dijadikan bahan
landasan penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh
Dewan Pers. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, setiap
praktisi jurnalistik harus menghormati hak asasi setiap orang, karena itu mereka
dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk memenuhi
hak publik dalam memperoleh informasi, praktisi jurnalistik memerlukan landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu mereka harus
menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
2.2.4 Teori Peran
Peranan yang dimaksud dalam penelitiaan ini adalah prilaku seseorang sesuai
dengan status kedudukannya dalam masyarakat. Pengertian Peranan diungkapkan
oleh Soerjono Soekanto adalah peranan merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan” (Soerjono Soekanto, 2014:
210).”. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
kepada individu yang menempati kedudukan sosial.
Berdasarkan pengertiaan diatas, peranan dapat diartikan sebagai suatu prilaku
atau tingkah laku seseorang yang meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan
posisi dalam masyarakat. Bruce J Cohen dalam Sosiologi Suatu Pengantar (Soerjono
Soekanto, 2014) merujukkan bahwa “Peranan adalah suatu prilaku yang diharapkan
oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu”.
Setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi
dengan orang-orang di sekitarnya yang tersangkut, atau, ada hubungannya dengan
peranan tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima
dan ditaati oleh kedua belah pihak. Peranan mencakup tiga hal, yaitu bahwa:
18
a. Peranan meliputi norma – norma yang diungkapkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat,
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi,
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting sebagai struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2014: 211).
Dari perannya sebagai redaktur di sebuah media massa, mereka
diharapkan dapat melakukan perannya dengan baik. Dalam hal ini redaktur
sebagai gatekeeper di BeritaSatu.com harus memiliki dasar utama akan
pemahamannya terhadap aturan yang melandasinya saat mereka bekerja yaitu
Kode Etik Jurnalistik. Karena nantinya pekerjaan mereka akan dikonsumsi
langsung oleh masyarakat luas. Pemahamannya akan aturan tersebutlah yang akan
menjadikan norma dasar sesuai dengan posisinya dalam masyarakat.
2.2.5
Etika
Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik. Nasrullah dalam bukunya Media Sosial Perspektif Komunikasi,
Budaya dan Sosioteknologi, dijelaskan mengenai pentingnya etika atau tata nilai
yang diterapkan dalam komunikasi di dunia siber, yaitu:
1. Latar belakang maupun lingungkan media sosial yang heterogen dan
berbeda-beda. Perbedaan ini tentu membawa kebiasaan maupun aturan
yang berbeda pula. Belum lagi jika berkaitan dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
2. Komunikasi yang terjadi di media siber cenderung lebih didominasi
oleh teks semata. Teks tentunya memerlukan upaya pembentukan
(encoding) dari pengguna maupun upaya penafsiran (decoding) dari
pengguna lainnya dan ini adalah proses yang berlangsung secara terus
menerus.
3. Media sosial tidak serta-merta dianggap sebagai media yang berbeda
di dunia nyata. Hubungan antarpengguna dengan perantara teknologi
19
di dunia maya online pada kenyataannya merupakan transformasi dari
hubungan di dunia nyata offline.
4. Etika yang ada di media sosial diperlukan bagi institusi pengembangan
media sosial untuk menarik minat orang lain agar menggunakan media
sosial mereka.
Sifat media internet yang terbuka tetap memiliki peluang bagi penggunanya
terhadap pelanggaran dan perbuatan-perbuatan yang tidak membangun. Sebagai
praktisi jurnalistik harus memiliki etika dalam bekerja. Pekerjaan yang mereka
laksanakan harus berlandaskan etika, hal ini ditunjukan supaya dapat tercipta
kenyamanan bagi institusi media maupun pengguna dalam media online manapun,
termasuk Beritasatu.com.
20
2.3 Kerangka Konseptual
New Media
Beritasatu.com
Berhasil
Peran Redaktur
Tidak Berhasil
Kode Etik Jurnalistik
1. Independensi, Keakuratan dan Keberimbangan
Berita
2. Profesionalisme Dalam Melaksanakan Tugas
Jurnalistik
3. Verifikasi Berita dan Tidak Mencampurkan
Fakta dan Opini
4. Pemberitaan Yang Tidak Bohong, Fitnah,
Sadis dan Cabul
5. Penyebutan dan Penyiaran Identitas Korban
dan Pelaku Kejahatan
6. Penyalahgunaan Profesi dan Tidak Menerima
Suap
7. Hak Tolak dan Off The Record
8. Diskriminasi Atas Dasar SARA
9. Pemberitaan Terkait Kehidupan Pribadi
Narasumber
10. Perbaikan Berita dan Permintaan Maaf
11. Hak Jawab dan Hak Koreksi
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Download