BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian Gastroenteritis Akut
Diare
menyebabkan
kehilangan
banyak
cairan
dan
elektrolit melalui feses. Kelainan yang menganggu penyerapan
diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya semua
diare, sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih kelainan
diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare
merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular
menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak
encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2009).
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air
saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
5
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
6
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
(Suharyono, 2008 : 1).
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada
anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan
peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering
disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran
kemih (ISK), terapi anti bioptik (donnna L. Wong let, 2009).
2. Etiologi
Menurut (Ngastiyah,2005) faktor infeksi diare.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Virus
1) Retovirus , Penyebab tersering diare akut pada bayi,
sering didahulu atau disertai dengan muntah. Timbul
sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah. Di dapatkan
penurunan HCC.
2) Enterovirus, Biasanya timbul pada musim panas.
3) Adenovirus, Timbul sepanjang tahun. Menyebabkan
gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
4) Norwalk, Epidemik dapat sembuh sendiri (dalam 24-48
jam).
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
7
b. Bakteri
1) Stigella,
Semusim,
puncaknya
pada
bulan
Juli-
September insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
dapat dihubungkan dengan kejang demam. Muntah
yang tidak menonjol terdapatnya sel polos dalam feses
sel batang dalam darah
2) Salmonella, Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah
umur 1 tahun. Menembus dinding usus, feses berdarah,
mukoid. Mungkin ada peningkatan temperature Muntah
tidak menonjol Sel polos dalam feses Masa inkubasi 640 jam, lamanya 2-5 hari. Organisme dapat ditemukan
pada feses selama berbulan-bulan.
3) Escherichia coli Baik yang menembus mukosa (feses
berdarah) atau yang menghasilkan entenoksin. Pasien
(biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
4) Campylobacter Sifatnya invasif (feses yang berdarah
dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan
diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Kram
abdomen yang hebat. Muntah/dehidrasi jarang terjadi
5) Yersinia
Enterecolitica
Feses
mukosa
Sering
didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri
abdomen yang berat Diare selama 1-2 minggu. Sering
menyerupai apendicitis.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
8
6) Kolera, merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman
tersebut
mengeluarkan
endotoksin
sehingga
menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di
usus, sehingga orang yang bersangkutan kehilangan
banyak elektrolit. Timbulnya mendadak, usia terkena
lebih dari 2 tahun, terkadang disertai muntah, dan
jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderita
yang terkena cepat mengalami dehidrasi. Feces/tinja
yang timbul baunya amis dan seperti cucian beras.
c. Parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).
d. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi,
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,
maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi
glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
9
b. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan (milk alergy, food alergy, dow’n milk protein
senditive enteropathy/CMPSE). Makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak
memasak air dengan benar. Tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah buang air besar.
3. Tanda Dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2001)
a. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan
encer.
b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek
(elestyisitas kulit menurun ) ubun-ubun dan nada cekung,
membran mukosa kering.
c. Diare.
d. Muntah.
e. Demam.
f. Nyeri Abdomen
g. Membran mukosa mulut dan bibir kering
h. Fontanel Cekung
i. Perubahan tanda-tanda vital
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
10
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi menurut ngastiyah (2005) adalaah :
a. Hipokalemia
(dengan
gejala
materiorisme
otot
lemah
bradikardi perubahan elektro diogram)
b. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia
c. Hiponatremi
d. Syok hipovalemik
e. Asidosis
f. Dehidrasi
5. Anatomi dan Fisologi Gastroenteritis
Anatomi danFisiologi Gastrointeteritis
1. Anatomi
Menurut hasan, (2005), susunan pencernaanterdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagianluaryangsempit/vestibulayaituruangdiantaragusi,
gigi, bibir, dan pipi.
a) Bibir
Disebelah luarmulut ditutupiolehkulitdandisebelah
dalam di tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularisoris menutupi bibir. Levator anguli oris
mengakat dan depresoranguli oris menekan ujung
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
11
mulut.
b) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung
papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot
buksinator.
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga
mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris
palatum dan mandi bularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum
keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang
terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak)
terletak
dibelakang
yang
menggantung yang dapat
merupakan
lipatan
bergerak, terdiri atas
jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan kesegala
arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu: Radiks Lingua
= pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah
dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
12
yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsumlingua) terdapat puting-putting pengecap
atau
ujung
saraf
pengecap.
Fenukun
Lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian
bawah
kira-kira ditengah-tengah, jika tidak di
gerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c) Kelenjar Ludah
Merupakan
kelenjar
yang
mempunyai
ductus
bernama ductus wartoni dan duktus stansoni.
Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah
rahang (kelenjar sub maksilaris) yang terdapat
dibawah tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar
ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang
terdapat di sebelah depandi bawah lidah. Dibawah
kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah
bawah lidah di sebut koron kula sublingualis serta
hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva).
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah
(mandibularis,
menyebar
oshitoid
kedalam
lidah
dan
prosesus
membentuk
steloid)
anyaman
bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada
lidah. Mgenioglosus merupakan otot lidah yang
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
13
terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam
yang menyebar sampai radiks lingua.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerong kongan (esofagus), didalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit.
c. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada
dekat dengan kolum navertebralis, di belakang trakea dan
jantung. Esofagus melengkung ke depan, menembus
diafragma dan menghubungkan
lambung. Jalan masuk
esofagus kedalam lambung adalah kardia.
d. Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri
dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.
e. Intestinum minor (usushalus)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang
+6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari:
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14
1) Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
(m.sirkuler)
2) otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa
(sebelah luar).
f. Intestinium Mayor (Usus besar)
Panjang ±1, 5 meterlebarnya5–6cm.Lapisan–lapisan usus
besardari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot
melingkar, lapisanotot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan
usus besar terdiri dari :
g. Rektum dan Anus
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis
di depan os sakrum dan os koksigis.
Anus adalah bagian
dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar).
Terletak diantara pelvis, dindingnyadi perkuat oleh 3
sfingter:
1. Sfingter Ani Internus
2. Sfingter Levator Ani
3. Sfingter Ani Eksternus
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
6. Patofisiologi Gastroenteritis
Menurut
Ngastiyah
(2005),
mekanisme
dasar
yang
menyebabkan timbulnya diare adalah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus
(Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau
toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu
penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari
Transfor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit
ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi
dan meningkatnya sekresi cairan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan
area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
elektrolit.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare
adalah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik
akan
mengakibatkan
berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul
diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
7. Pathways
Gambar 2.1 Pathways
Infeksi
Melabsorsi makanan
Reaksi inflamasi
Makanan beracun
Takanan osmotik
Peningkatan sekresi
Rangsang saraf
Pergeseran cairan
Motilitas usus
Hipermotilitas
Isi ronga usus
Absorbsi berkurang
Hipomotilitas
Sekresi air & elektrolit
Bakteri tumbuh
Kerusakan mukosa
Defekasi sering
Diare
Output berlebih
Ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Faktor psikologis
Hiperperistatis usus
Dehidrasi
Demam
Tubuh kehilangan cairan
Kemerahan dan
elektrosit kulit sekitar
Hipertermi
Gangguan integritas
kulit
Resiko kurang
volume cairan
Nyeri episgatrik
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungki
kan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui
pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium,
kalium,
kalsium
dan
fosfor)
dalam
serum
untuk
menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
9. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi
dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus
disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare
yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar
usus, misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
a. Diare akut: Diare yang terjadi karena infeksi usus yang
bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam
waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien
yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5
sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu
atau lebih.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
10. Penatalaksanaan
1) Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama
dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare
dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses)
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung CWL (Concomitant water
losses)
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang
dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung
Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat
30
mEq/L
(Dipiro et.al., 2005).
Ada
beberapa cairan rehidrasi oral:
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama
oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula,
air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer
Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal.
Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam
perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk.,
1994 dalam Wicaksana, 2011).
2) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada
diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian
antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x
sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3
hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14
hari oral atau IV).
3) Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,
loperamid 2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
11. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan santasi yang baik.
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
d. Menghindari makanan yang telah tekontaminasi oleh lalat.
e. Tidak mengkonsumsi makanan yang basi.
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare.
g. Makan dan minum secara teratur.
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Wicaksana (2011), adalah
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
Awal serangan
: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
Keluhan utama
: feses semakin cair, muntah, kehilangan
banyakan air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi, BB menurun, tonusdan turgor
kulit
berkurang
feses
semakin
cair,
muntah, kehilangan, selaput lendir mulut
dan bibir kering, frekuensi buang air besar
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
lebih dari 4x dengan konsisten enceer.
3. Riwayat kesehatan masalalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
4. Riwayat Psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah danadan
yang yeri akibat disentri abdomen.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b. Feses
Bakteri atau parasit
c. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
d. Urinalisa Urin pekat, BJ meningkat e. Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
7. Daya Fokus
a. Subjektif
1) Kelemahan
2) Diare lunak s/d cair
3) Anoreksia mual dan muntah
4) Tidak toleran terhadap diit
5) Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomen tengah bawah)
6) Haus, kencing menurun
7) Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate
turun cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
1) Lemah, gelisah
2) Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
3) Penurunan turgor, pucat, mata cekung
4) Nyeri tekan abdomen
5) Urine kurang dari normal
6) Hipertermi
7) Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih
dari normal.
2. Intervensi Keperawatan
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
Dx.1 :Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake
cairan kurang.
Tujuan :Resiko kurangcairan dan elektrolit teratasi.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab,
balan
Cairan seimbang :
Intervensi
1.
Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
2.
Pertahankan catatan intake dan autput yang akurat.
3.
Mengukur tanda-tanda vital.
4.
Berikan cairan intra vena pada suhu ruangan.
5.
Dorong masukan oral.
6.
Kaji keluhan pasien
7.
Kaji membran mukosa, turgor kulit dan kapilary revil.
8.
Awasi masukan dan haluaran cairan
9.
Anjurkan pasien untuk minum ± 8 gelas / perhari.
10. Memberi cairan intra vena ( terpasang infus KN3A ).
Dx 2: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
Informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat.
Kriteria hasil :
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi
wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses
penyakit klien.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
2. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit
klien.
3. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
4. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.
5. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Suhu dalam batas normal
Kriteria hasil :
1. Suhu normal
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi
Menejemen Fever
1. Mengukur tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan )
2. Monitor warna dan suhu kulit selimuti pasien
3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
4. Montor tanda-tanda hipertermi
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
5. Monitor suhu setiap 2 jam sekali.
6. Beri kompres hangat pada daerah leher, katiak dan lipatan paha.
7. Anjurkan memakai pakaian yang mudah menyerap kringat.
8. Anjurkan pasien banyak minum air putih
9. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
10. Kompres air hangat.
Hipertermi Pada Kasus..., NUR AULIA KHASANAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Download