Petunjuk Teknis Safeguard Lingkungan

advertisement
PETUNJUK TEKNIS
SAFEGUARD LINGKUNGAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI - PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan i ii PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI | i
BAB I | PENGERTIAN
1.1.
Gambaran Umum Kegiatan PNPM Perkotaan | 2
1.2.
Pentingnya Safeguard (Pengamanan/Perlindungan) Lingkungan dalam PNPM
Perkotaan | 2
1.3.
Tujuan | 3
1.4.
Keluaran yang di harapkan | 3
1.5.
Definisi dan Pengertian | 3
1.6.
Peraturan, Perundang-undangan, dan Pedoman terkait dampak lingkungan | 5
1.6.1. Peraturan dan Perundang-undangan | 5
1.6.2. Pedoman Umum Pelaksanaan PNPM Perkotaan | 7
BAB II | KETENTUAN TEKNIS
2.1.
Safeguard Lingkungan dalam Siklus PNPM Perkotaan | 10
2.1.1. Tahapan Siklus PNPM Perkotaan | 10
2.1.2. Tahapan Siklus PLPBK | 12
PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan i BAB III | LANGKAH-LANGKAH TEKNIK
3.1.
3.2.
Inventarisasi Jenis Kegiatan dalam PNPM Perkotaan | 16
3.3.
3.4.
Mitigasi Dampak Lingkungan | 22 Identifikasi Potensi Dampak Lingkungan yang timbul | 16
Pelaporan | 32
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Periksa Perkara Lingkungan dan Mitigasinya | 36
Lampiran 2. Format Penilaian Terhadap Daftar Kegiatan Terlarang (Negatif List) | 41
ii PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan
BAB I
PENGERTIAN
PETUNJUK TEKNIS Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) 1
1.1. GAMBARAN UMUM KEGIATAN PNPM PERKOTAAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Perkotaan) adalah program yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar mampu mengatasi kemiskinan yang dialaminya. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di tingkat kelurahan. Kegiatan yang akan dilakukan dan prosesnya dalam rangka pengentasan kemiskinan dilakukan dengan pendekatan tridaya. Kegiatan‐kegiatan tersebut dikelola oleh LKM sehingga dapat mencapai tujuannya yang sudah ditetapkan oleh masyarakat. Salah satu tujuannya adalah pengentasan kemiskinan yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang menghambat masyarakat untuk lepas atau keluar dari kemiskinan. Misalnya tidak ada sarana fisik akses penghubung ke lokasi yang akan memberikan kesejahteraan yang lebih baik, misalnya jalan dan jembatan, tidak ada prasarana yang mendukung agar kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan lebih baik seperti tidak adanya saluran drainase dan saluran air limbah, sehingga area di lokasi masyarakat sering mengalami banjir atau tergenang air, tidak adanya prasarana dan sarana pengelolaan sampah sehingga masyarakat membuang sampah di sembarang tempat, tidak ada sarana dan prasarana air bersih sehingga masyarakat sering mengalami sakit atau penyakit yang diakibatkan kualitas air, dsb. Kegiatan yang diprioritaskan dalam PNPM Perkotaan adalah kegiatan yang memberikan dampak langsung dalam pemecahan akar masalah kemiskinan tersebut di atas. Dan dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut juga diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif susulan atau dengan kata lain hanya memindahkan permasalahan yang terjadi terutama kepada lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan masyarakat. Demikian juga dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut tidak melanggar peraturan dan perundang‐undangan yang berlaku. 1.2. PENTINGNYA SAFEGUARD (PENGAMANAN/PERLINDUNGAN) LINGKUNGAN DALAM PNPM PERKOTAAN Pentingnya safeguard lingkungan di dalam PNPM didasarkan padad asas tanggung jawab, kelestarian dan keberlanjutan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati‐ hatian, partisipatif, kearifan lokal, dan tata kelola pemerintahan yang baik. Alam pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk memulihkan diri secara alamiah. Tetapi kecepatan pemulihan tersebut relatif sangat lambat dibanding dengan kecepatan aktifitas manusia. Sehingga secara perlahan alam atau lingkungan manusia mengalami perubahan. Perubahan lingkungan yang terjadi sering masih dapat ditoleransi oleh manusia karena dianggap tidak menimbulkan kerugaian pada manusia secara jelas dan berarti. Tetapi perubahan yang makin besar akhirnya akan menimbulkan dampak negatif atau kerugian bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesejahteraannya, dan bahkan keselamatan dirinya. 2 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Untuk menghindari atau mengatasi kemungkinan dampak negatif lingkungan yang akan terjadi atau tidak dapat ditoleransi maka perlu direncanakan pengendalian dampak negatif untuk pengamanan atau perlindungan lingkungan. 1.3. TUJUAN Tujuan disusunnya pedoman safeguard ini adalah untuk: a. Memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam PNPM Perkotaan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dan lingkungan dan berkelanjutan. b. Menginformasikan kepada para pengambil keputusan mengenai karakteristik dampak sosial dan lingkungan. c. Memastikan perencanaan sampai dengan pasca pelaksanaan kegiatan selalu ada dalam koridor ketentuan pengamanan lingkungan. d. Memberikan cara‐cara mitigasi atas permasalahan lingkungan yang dihadapi. 1.4. KELUARAN YANG DI HARAPKAN a. Ketentuan safeguard lingkungan dipatuhi di dalam setiap kegiatan infrastruktur maupun kegiatan sosial dan ekonomi. b. Meningkatnya dampak positif dan berkurangnya dampak negatif atau dampak negatif dapat diatasi. c. Setiap pelaku kegiatan memahami safeguard lingkungan. d. Permasalahan lingkungan dapat diatasi atau tidak terulang lagi pada kegiatan berikutnya. 1.5. DEFINISI DAN PENGERTIAN Safeguard (Pengamanan/Perlindungan dan Pengelolaan LH) lingkungan adalah : upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakkan hukum. Lingkungan Hidup adalah : kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perkehdiupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Dampak Lingkungan hidup adalah : pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan. Dampak dapat berupa dampak positif dan negatif. Dampak positif akan membuat kondisi menjadi lebih baik atau memberikan nilai tambah, sedangkan dampak negatif akan membuat kondisi menjadi kurang baik atau memperburuk kondisi. Mitigasi adalah cara‐cara penanggulangan dampak. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 3 Pencemaran Lingkungan Hidup adalah : masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang sudah ditetapkan. Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Limbah adalah : sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah dapat berupa limbah padat, cair, dan gas/emisi. Sampah adalah : sisa kegiatan sehari‐hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat berupa sampah organik dan non organik. Sampah organik adalah sampah yang mudah busuk terurai oleh bakteri seperti bekas makanan, daun‐daunan, umunya berasal dari rumah tangga atau pasar. Sampah nono organik adalah sampah yang tidak mudah busuk, seperti ; kertas, plastik, botol dsb. Umumnya berasal dari perkantoran, pertokoan, industri, juga dari rumah tangga. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau mebahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup) adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah : hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi pengambilan keputusan. UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan) adalah serangkaian upaya yang disusun secara sistematis untuk mengelola dan memantau lingkungan dari suatu kegiatan yang sudah diketahui kemungkinan dampaknya dan dapat dikelola dengan teknologi yang ada. Kerusakkan Lingkungan Hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Perusakkan Lingkungan Hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kima, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 4 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Negative List (Daftar Kegiatan yang Dilarang) adalah daftar yang berisikan kegiatan‐ kegiatan yang dilarang dalam program PNPM Perkotaan dikarenakan dalam kegiatan tersebut ada pemakaian bahan atau timbulan limbah yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan atau merusak lingkungan yang dilindungi, dan sehingga dalam penanggulangan kemungkinan dampak yang terjadi akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi. 1.6. PERATURAN, PERUNDANG‐UNDANGAN, DAN PEDOMAN TERKAIT DAMPAK LINGKUNGAN Kegiatan yang akan dilakukan dalam program PNPM Perkotaan sangat bervariasi tergantung potensi ekonomi yang dimiliki masing‐masing kelurahan dan juga permasalahan lingkungan yang dihadapi. Untuk itu dalam pelaksanaannya, kegiatan yang akan dilaksanakan agar mematuhi koridor peraturan dan perundang‐undangan yang berlaku, pedoman umum dan daftar kegiatan yang dilarang atau memerlukan penyaringan khusus. 1.6.1. Peraturan dan Perundang‐undangan Peraturan dan perundang‐undangan yang sangat relevan dengan kegiatan PNPM Perkotaan tidak terbatas pada daftar di bawah ini. Tabel 1 : Peraturan dan Perundang‐undangan terkait Safeguard Lingkungan No. Jenis dan Nomor Peraturan Nama/Judul Peraturan 1. Undang‐undang RI No. 1 tahun Keselamatan Kerja 1970 2. Undang‐undang RI No. 4 tahun Perumahan dan Pemukiman 1992 3. Undang‐undang RI No. 23 tahun Lingkungan Hidup 1997 4. Undang‐undang RI No. 7 tahun Pengelolaan Sumber Daya Air 2004 5. Undang‐undang RI No. 38 tahun Jalan 2004 6. Undang‐undang RI No. 26 tahun Penataan Ruang 2007 7. Undang‐undang RI No. 18 tahun Pengelolaan Sampah 2008 8. Undang‐undang RI No. 32 tahun Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan 2009 Hidup 9. Undang‐undang RI No. 11 tahun Cagar Budaya 2010 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 5 No. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Jenis dan Nomor Peraturan Nama/Judul Peraturan Peraturan Pemerintah No. 07/1973 Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Pengelolaan Limbah B3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No Standar Kualitas Air Bersih 416/MENKES/PER/IX/1990 Peraturan Menteri Negara Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Lingkungan Hidup No. 11 tahun Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai 2006 Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Menteri Negara Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup N0. 13 tahun Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan 2010 Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan No. 86 tahun 1990 Pengawasannya Peraturan Menteri Pekerjaan Garis Sempadan Sungai. Daerah Manfaat Umum No. 63/PRT/1993 Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai Keputusan Menteri Pertambangan Pencegahan dan Penanggulangan dan Energi No. 1211K tahun 1995 Perusakkan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum Keputusan Menteri Kesehatan No. Persyaratan Kesehatan Perumahan 829 tahun 1999 Keputusan Menteri Kehutanan No. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan 52/Kpts‐II/2001 Daerah Aliran Sungai Keputusan Menteri Kelautan dan Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Perikanan No. Kep. 10/Men/2002 Pesisir Terpadu Keputusan Menteri Kesehatan No. Syarat‐syarat dan Pengawasan Kualitas Air 907/Menkes/SK/VII/2002 Minum Keputusan Menteri Permukiman Pedoman Teknis Pembangunan Rumah dan Prasarana Wilayah No. Sederhana Sehat (Rs SEHAT) 403/KPTS/M/2002 Keputusan Menteri Lingkungan Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Hidup No. 111 tahun 2003 Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air Keputusan Menteri Permukiman Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan dan Prasarana Wilayah No. Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah 17/KPTS/M/2003 yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Peraturan Menteri Kebudayaan Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata dan Pariwisita No. di Pulau‐pulau Kecil 67/UM.001/MKP/2004 Peraturan Menteri Negara Pemanfaatan Air Hujan Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009 6 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 1.6.2. Pedoman Umum Pelaksanaan PNPM Perkotaan Kegiatan yang dilarang adalah kegiatan yang masuk dalam Daftar Negatif (Negative List) yaitu kegiatan yang memerlukan pemeriksaan secara penuh berupa AMDAL atau UKL/UPL, sesuai dengan PermenLH No. 11/2006 untuk kegiatan wajib AMDAL dan KEPMENPU No 17/KPTS/M/2003 untuk kegiatan PU wajib UKL dan UPL (lihat tabel‐1) Kegiatan yang memerlukan penyaringan khusus diperlukan pada kasus‐kasus :  Kegiatan yang terkait dengan Perikanan (sesuai dengan standar Dinas Perikanan)  Penggunaan bahan pestisida, bahan yang mengandung pengikis ozon, tembakau atau produknya  Penggunaan material Asbes atau yang mengandung Asbes  Kegiatan yang menimbulkan polusi air dan udara kecuali penggunannya kecil dan mendapat sertifikasi dari Bapedalda  Penggunaan material B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)  Kegiatan penebangan atau pembelian alat‐alat penebangan  Pembangunan di wilayah yang dilindungi  Jalan di dalam kawasan yang dilindungi  Tidak ada pemukiman baru atau perluasan permukiman di wilayah yang dilindungi, kecuali sudah ada sebelumnya dan kebijakan pemerintah mengijinkan melalui ReKompak. Kegiatan yang menimbulkan dampak negatif namun dampaknya dapat diatasi, perlu dilengkapi dengan Prosedur Operasi Baku/ Standar Teknis untuk menyelamatkan lingkungan. Tabel 2 : Kriteria Pemeriksaan Lingkungan N
Sektor dan Proyek Unit ANDAL UKL/UPL o 1. Penyediaan air bersih Pengambilan air baku L/dt > 250 50 ‐ <250 Transmisi (kota besar) Km >10 2 – 10 Distribusi (kota besar) Ha >500 100 ‐ < 500 2. Jalan kota Pembangunan baru: a. Kota besar km; or ha > 5 5 ‐ 1; or 5 – 2 b. Kota sedang km; or ha >10 10 – 3; or 10 – 5 c. Kota kecil (desa) Km >30 30 – 5 Pelebaran (kota besar) km; 5 >10 (jika pembebasan lahan) Jembatan di kota besar m; ‐ > 20 Jembatan di kota kecil m; ‐ > 60 3. Limbah cair dan sanitasi IPLT Ha > 2 < 2 Sistem pembuangan air Ha >500 < 500 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 7 N
o 4. 5. 6. Sektor dan Proyek limbah IPAL Persampahan Penimbunan (TPA) TPA (di area pasang surut) Stasiun transfer Drainase dan pengendalian banjir a. Di kota besar b. Di kota sedang c. Di kota kecil (desa) Peningkatan Kampung Kota besar Kota sedang Peningkatan (upgrading) Unit Ha ha; atau ton ha; atau ton Km Km Km Ha Ha Ha ANDAL >3 >10; atau >10.000 >5000 UKL/UPL < 3 <10; atau <10.000 <5; atau <5000 >1.000 < 1000 >5 >10 >25 200 5 1‐ <5 3 – <10 5‐<15 > 1 >2 > 1 Sumber: PERMENLH‐11/2006 untuk ANDAL (Mengenai Jenis Kegiatan Usaha yang Membutuhkan ANDAL)); KEPMEN PU‐ 17/KPTS/M/2003 untuk UKL/UPL (Mengenai Keputusan Jenis Kegiatan di Bidang Pekerjaan Umum yang membutuhkan UPL and UKL); dan PERMENLH‐13/2010 mengenai UKL‐UPL dan SPKPPL.. 8 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan BAB II
KETENTUAN TEKNIS
PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 9 2.1. SAFEGUARD LINGKUNGAN DALAM SIKLUS PNPM PERKOTAAN Pelaksanaan safeguard lingkungan meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakkan hukum. Perencanaan dilakukan dengan inventarisasi data dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi potensi dan ketersediaan, jenis yang dimanfaatkan, bentuk kerusakkan, pengetahuan pengelolaan, dan potensi konflik yang timbul akibat pengelolaan. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah disusun dan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup, keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup, dan keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Pengendalian kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yang meliputi pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan dengan merujuk pada instrumen pengendalian yaitu tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, perijinan, peraturan perundanga‐udangan berbasis lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. Pengawasan dilakukan dengan cara melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, meninjau lokasi, memotret, membuat rekaman audio visual, mengambil sampel, memeriksa peralatan, memeriksa instalasi dan penghentian kegiatan. Peneggakkan hukum dapat dilakukan dengan memberi sanksi adiministratif berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, atau penghentian kegiatan. 2.1.1. Tahapan Siklus PNPM Perkotaan (untuk lebih detil bisa dilihat pada siklus PNPM Perkotaan terpisah) Siklus I Tahap 1. Sosialisasi Awal Pada tahap 1 ini , sebaiknya sosialisasi salah satu tujuan program adalah menyelesaikan permasalahan kondisi lingkungan yang dihadapi masyarakat misalnya; 1) Banyaknya masyarakat sakit karena kondisi lingkungan kurang sehat (banyak genangan, sampah berserakan, sumber air tercemar, buang air besar tanpa jamban atau ke badan air permukaan, dll), 2) Terhambatnya akses ke sarana umum karena kondisi lingkungan yang tidak tertata baik (jalan becek, sering banjir, jalan berdebu, banyak puing, banyak sampah di pinggir jalan, dll.), 3) Perilaku masyarakat yang kurang sehat seperti buang air besar di sungai, saluran drainase, dan kebun ; mencuci piring menggunakan sumber air tercemar limbah rumah tangga; membuang sampah tidak pada tempatnya. 10 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Tahap 2. Rembug Kesiapan Masyarakat Tahap 3. Refleksi Kemiskinan Pada tahap 3 ini, sebaiknya direfleksikan juga salah satau penyebab kemiskinan adalah akibat kurang atu ketidakpedulian terhadap lingkungan, dan biaya yang ditanggung dari ketidak‐pedulian tersebut menjadi efek domino, misalnya akibat mencuci piring menggunakan air tercemar limbah, maka orang yang makan menggunakan piring tersebut mudah terserang penyakit, akibatnya orang tersebut tidak bisa bekerja atau sering absen dari pekerjaannya, bila ini terjadi terus menerus akibatnya kemudian pendapatan keluarganya akan menurun atau berkurang, akibatnya banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi, antara lain adalah tidak bisa beli obat, tidak bisa menyekolahkan anak, tidak bisa memperbaiki rumah yang bocor, sehingga keluarga tersebut kesehatannya makin menurun, anak‐anaknya makin bodoh, sehingga makin menjadi tidak mampu. Tahap 4. Pemetaan Swadaya Pada tahap 4 ini, masalah‐masalah kondisi lingkungan dipetakan, antara lain : di lokasi‐
lokasi mana saja yang lingkungannya bermasalah, masalah lingkungan apa saja yang menjadi masalah, perilaku warga yang bagaimana yang menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan warga, sakit atau penyakit apa saja yang sering diderita warga, dsb. Tahap 5. Pembentukan LKM Tahap 6. Penyusunan PJM/Renta Pronangkis Pada tahap 6 ini, solusi untuk mengatasi permasalahan‐permasalahan yang sudah terpetakan masuk dalam PJM dan prioritasnya didasarkan pada permasalahan lingkungan yang mejadi akar penyebab kemiskinan. Tahap 7. Pengorganisasian KSM Siklus II dan III Tahap 1. Review RENTA, Kinerja LKM, dan Keuangan Pada tahap ini, dilakukan review mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan, apakah kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prioritas terhadap masalah‐masalah lingkungan yang terjadi yang menyebabkan kemiskinan di masyarakat. Apakah persyaratan‐
persyaratan kelengkapan kegiatan yang harus ada dalam mengatasi permasalahan lingkungan, sudah dipenuhi atau belum. Hasil review ini menjadi masukkan dalam revisi PJM atau masukkan untuk kegiatan lainnya atau masukkan sebagai kegiatan yang harus dicarikan solusinya secara bersama. Tahap 2 dan selanjutnya mengikuti tahap‐tahap seperti siklus I Siklus IV Pada siklus IV ini, LKM diharapkan sudah mampu secara mandiri memprioritaskan usulan kegiatan yang berbasis pada permasalahan lingkungan yang menjadi akar kemiskinan. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 11 2.1.2. Tahapan Siklus PLPBK (untuk lebih detil bisa dilihat pada siklus PLPBK terpisah) Tahap 1. Persiapan Lokakarya dan Sosialisasi PLPBK Pada tahap ini, disosialisasikan juga kegitaan PLPBK berbasis pada kegiatan yang berbasis pada permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Perlu juga disosialisasikan mengenai keberadaan peraturan dan perundang‐undangan lingkungan hidup yang menjadi salah satu dasar penentuan kegiatan. Tahap 2. Pengorganisasian Masyarakat Tahap 3. Sosialisasi Produk Perencanaan Pemda dan Pemetaan Swadaya 1) Pada tahap ini, rencana‐rencana kegiatan dikaji ulang apakah konsepnya dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi atau diperlukan usulan baru dikarenakan tidak relevannya antara rencana kegiatan dengan permasalahan lingkungan di lokasi tsb. 2) Pada tahap ini, direview juga apakah kegiatan sudah memenuhi peraturan dan perundang‐ undangan lingkungan. 3) Pada tahap ini, rencana penanggulangan dampak juga sudah dibuat. Tahap 4. Penentuan Visi dan Gagasan Kelurahan/Desa Pada tahap ini, visi dan gagasan pengembangan potensi yang ditetapkan, diarahkan untuk sekaligus mendukung perbaikan terhadap masalah‐masalah lingkungan yang secara umum dihadapi kelurahan/desa. Tahap 5. Tahap Perencanaan Partisipatif Makro dan Mikro 1) Penyusunan RPLP dan aturan bersama  Pada tahap perencanaan makro ini sudah mulai direncanakan penyelesaian masalah – masalah lingkungan secara komprehensif yang tidak hanya sebatas kel/desa juga meliputi kawasan sekitar berdasarkan sistem utilitas, kerawanan terhadap bencana dan potensi ekonomi.  Pelaku PLPBK dilibatkan dalam penyelesaian masalah melalui aturan bersama sehingga tidak bersifat parsial dan didukung pelaksanaannya oleh semua pihak. 2) Penyusunan RTPLP Kawasan Prioritas Terpilih. Pada tahap perencanaan mikro ini, Kawasan Prioritas Terpilih yang disusun RTPLPnya juga akan menyelesaikan permasalahan lingkungan yang akan timbul akibat pengembangan potensi yang ada. Tahap 6. Pembangunan Fisik Pada Tahap Pembangunan Fisik PLPBK, potensi dampak lingkungan akan terlihat nyata, yaitu meningkatnya debu di udara, kebisingan, gangguan lalu lintas, gangguan aktifitas masyarakat, timbulnya sampah dan puing, gangguan estetika, dsb. Rencana penanggulangan dampak kegiatan diimplementasikan dan disesuaikan dengan dampak yang terjadi. Dilakukan juga pembahasan bersama hal‐hal terkait cara‐cara dan metode pelaksanaan, mekanisme pengadaan bahan dan jasa, dsb. Perencanaan Detil Kegiatan dan Pembangunan Fisik dilaksanakan berdasarkan RTPLP yang telah tersusun dan disepakati oleh seluruh pelaku PLPBK. 12 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan a. Pembuatan Dokumen Perencanaan Pada tahap ini Tim Pelaksanan Pembangunan dan Tim Teknis menyusun bersama rencana kegiatan berdasarkan hasil identifikasi kegiatan dalam RTPLP, dengan memperhatikan beberapa hal:  Saling memberikan informasi, seperti aturan perundangan, petunjuk teknis perencanaan, pelaksanaan, pemeliharan, dan aturan terkait lainnya.  Kajian dan penanganan kondisi lingkungan setempat.  Melakukan kordinasi bersama untuk mengetahui kondisi lingkungan dan sosial masyarakat.  Pembuatan Detail Desain Pembuatan DED infrastruktur harus memperhatikan:  Konstruksi bangunan utama  Ketersediaan bangunan pelengkap dan sarana penunjang.  Desain infrastruktur yang terpadu (integrated)  Penggunaan bahan yang diijinkan, tidak melanggar negative list.  Rencana Safeguard tanah, yaitu meminimalkan pemindahan penduduk; Memastikan prosedur kompensasi yang transparan; Penanganan penghidupan penduduk yang terkena pembebasan dan dilaksanakan dengan LARAP .  Rencana safeguard kayu, yaitu untuk memastikan pembangunan infrastruktur yang berkualitas baik dengan menggunakan kayu legal; mencari alternatif penggunaan bahan lain dalam rangka mengurangi penggunaan kayu. b. Pelaksanaan Pembangunan Fisik Tim Pelaksana Pembangunan bersama pelaku PLPBK melaksanakan kegiatan infrastruktur sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan dan dengan metode pelaksanaan yang baik, yaitu diantaranya :  Untuk melindungi keamanan dan kesehatan masyarakat.  Menghindarkan atau meminimalkan pembebasan tanah atau pemindahan penduduk dan juga menghindari atau memberi kompensasi untuk kehilangan aset atau penghidupan.  Melindungi penurunan kualitas lingkungan termasuk dampak kumulatif  Memperhatikan koordinasi atau perijinan dengan dinas terkait  Memperhatikan aspek pengujian mutu  Memperhatikan dampak pembangunan (suara, debu, pembuangan sampah)  Rencana pengelolan pemakaian kayu c. Pelaporan pendukung kegiatan Fisik : Adanya laporan lengkap status dan informasi pengadaan tanah menyangkut:  Jumlah sub‐proyek per kategori yang melibatkan pengadaan tanah;  Besaran pengadaan tanah setiap sub‐proyek;  Cara pengadaan tanah setiap sub‐proyek;  Kelengkapan dokumen pengadaan tanah dalam proposal dan LPJ. Adanya laporan lengkap penggunaan kayu di atas 3 kubik per kegiatan PLPBK:  Mencakup kegiatan yang menggunakan kayu di atas 3 kubik;  Volume dan jenis kayu,  Harga kayu;  Tanda bukti pembelian kayu yaitu Nomor SKSHH/FAKO. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 13 14 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan BAB III
LANGKAH-LANGKAH TEKNIK
PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 15 3.1.
INVENTARISASI JENIS KEGIATAN DALAM PNPM PERKOTAAN 3.1.1. Inti utama kegiatan PNPM Perkotaan adalah pada pembangungan infrastruktur sebagai sarana penanggulangan kemiskinan dan permasalahan lingkungan yang mendukung akses pengembangan potensi ekonomi kelurahan. Kegiatan tsb. antara lain : 1) Pembangunan jalan, drainase, jembatan, saluran irigasi, dan kelengkapannya 2) Pembangunan prasarana dan sarana penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan, kesehatan, pendidikan, pemukiman, pengelolaan air limbah, dsb. 3) Normalisasi sungai, pengembangan daerah rawa, reklamasi pantai, dsb. 3.1.2. Kegiatan ekonomi skala individu di tingkat kelurahan antara lain : 1) Usaha bengkel, 2) Usaha dagang sembako 3) Usaha jahit/bordir 4) dll. 3.1.3. Kegiatan sosial di tingkat kelurahan antara lain : 1) Pelayanan kesehatan 2) Pemberian beasiswa 3) Pengadaan pelatihan keterampilan 4) dll. 3.1.4. Sedangkan potensi ekonomi kelurahan yang mungkin dapat dikembangkan berbasis kawasan antara lain : 1) Kawasan wisata 2) Kawasan pertanian 3) Kawasan budidaya perikanan 4) Kawasan peternakan 5) Kawasan pelabuhan 6) Kawasan home industry (industri skala kecil) 7) Kawasan perdagangan dan perkantoran 8) Dll. 3.1.5. Pengembangan ekonomi berbasis pemanfaatan sumber daya alam, antara lain: 1) Pengembangan pemanfaatan hasil hutan 2) Pengembangan pemanfaatan hasil tambang dll. 3.2.
IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK LINGKUNGAN YANG TIMBUL 3.2.1. Berdasarkan Tahapan Kegiatan Berdasarkan tahapan kegiatan, potensi dampak lingkungan yang timbul adalah sebagai berikut : 1) Tahap Persiapan/Pra Konstruksi  Debu dan sampah dari pembersihan lahan atau area kegiatan  Gangguan pemakai jalan atau lahan akibat adanya kegiatan pembersihan lahan  Gangguan ekologi 16 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 2) Tahap Konstruksi  Debu  Sampah  Bising  Gangguan pengguna lahan  Pengotoran badan air (sungai, danau, saluran air, dsb.)  Longsor  Gangguan ekologi 3) Tahap Pasca Konstruksi  Sampah  Puing  Longsor  Perubahan ekologi 4) Tahap Operasi dan Pemeliharaan  Penurunan kualitas air di sumber air  Gangguan estetika  Gangguan kesehatan  Timbulan sampah  Kebisingan 3.2.2. Berdasarkan Jenis Kegiatan Berdasarakan jenis kegiatan yang dilakukan, potensi dampak yang timbul adalah sebagai berikut : 1) Pembangunan Jalan Potensi dampak lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan adalah : a. Dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, b. Gangguan visual (khusus pada saat konstruksi) c. Gangguan lahan/erosi/longsor d. Bangkitan lalu lintas e. Gangguan jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telekomunikasi(khusus pada saat konstruksi) 2) Pembangunan saluran drainase Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan a. Timbulnya gangguan lalu lintas, b. kerusakan prasarana dan sarana umum, c. pencemaran di daerah hilir, d. perubahan tata air di sekitar jaringan, e. bertambahnya aliran puncak f. genangan air 3) Pembangunan Jembatan Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan : a. Potensi perubahan kestabilan lahan (land subsidence), b. Potensi perubahan aliran air (bila ada) c. Dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 17 d. Dampak, bangkitan lalu lintas, e. Gangguan visual (khusus pada saat konstruksi) f. Gangguan jaringan prasarana sosial seperti gas, listrik, air minum, telekomunikasi (khusus pada saat konstruksi) 4) Pembangunan Prasarana Air Bersih a. Terjadi pengotoran sumber air pada tahap konstruksi b. Dampak pada kesehatan masyarakat atau pemakai bila sumber air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih c. Muka air tanah semakin rendah d. Intrusi air laut atau air permukaan ke dalam air tanah 5) Pembangunan Prasarana Sanitasi a. Dampak pencemaran pada sumber‐sumber air minum, dan permukaan tanah. b. Sumber berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. c. Sumber berkembangbiaknya lalat dan serangga lain. d. Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang. 6) Pembangunan Prasarana Persampahan a. Sumber berkembangbiaknya lalat dan serangga lain. b. Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang. c. Lingkungan area sekitar tergenang leachate. 7) Pembangunan Rumah Layak Huni a. Dampak negatifnya adalah kepada kesehatan penghuni rumah bila sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari tidak cukup sebagai akibat dari ruangan yang lembab dan tidak ada pergantian udara b. Bila tidak diperhatikan, genangan air di lingkungan area sekitar rumah dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serangga pembawa penyakit c. Bila tidak dilengkapi jamban, maka dampak negatifnya penghuni akan membuang air tidak berperilaku higienis. d. Bila tidak dilengkapi dengan sarana pembuangan limbah padat atau sampah maka lingkungan rumah menjadi kotor dan mudah mengundang serangga seperti lalat, kecoa, dan binatang tikus, anjing, dan kucing. Secara estetika hal ini tidak memenuhi syarat dan secara kesehatan juga menjadi sumber pembawa penyakit. 8) Pembangunan Prasarana Kesehatan a. Bila tidak dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan maka area sarana kesehatan (posyandu, polindes) akan menjadi kotor, sampah bertebaran di sekitarnya, secara estetika terkesan kotor, mengundang hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mengundang serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa, selain itu sarana kesehatan juga menghasilkan limbah padat B3. b. Bila tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase area sarana kesehatan akan sering tergenang air, becek, dan bau tidak sedap c. Bila tidak dilengkapi sarana MCK dan air bersih, maka pengunjung dan pengelola sarana kesehatan akan kesulitan melakukan kegiatan cuci dan buang air besar, sehingga kecendurangannya adalah perlakuan pengelola kesehatan terhadap pengunjung tidak higienis lagi, atau mudah terjadi penularan penyakit. 18 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 9) Pembangunan Prasarana Pendidikan a. Bila tidak dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan maka area sarana pendidikan akan menjadi kotor, sampah bertebaran dimana‐mana, secara estetika terkesan kotor, mengundang hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mengundang serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa. b. Bila tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase area sarana pendidikan akan sering tergenang air, becek, dan bau tidak sedap c. Bila tidak dilengkapi sarana MCK dan air bersih, maka para pendidik dan siswa akan kesulitan melakukan kegiatan cuci, dan buang air besar, sehingga kecendurangannya adalah perilaku pendidik dan siswa tidak higienis lagi. 10) Pembangunan Prasarana Perdagangan a. Bila tidak dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan maka area perdagangan akan menjadi kotor, sampah bertebaran dimana‐mana, secara estetika terkesan kotor, mengundang hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mengundang serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa. b. Bila tidak dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase area perdagangan akan sering tergenang air, becek, dan bau tidak sedap c. Bila tidak dilengkapi sarana MCK dan air bersih, maka para pedagang akan kesulitan melakukan kegiatan mandi, cuci, dan buang air besar, sehingga kecendurangannya adalah barang dagangannya terutama bahan baku makanaan tidak higienis lagi, baik akibat dari tingkat higienis penjual maupun kualitas sanitasi sarana perdagangan. 3.2.3. Penjelasan Dampak Material atau Kegiatan yang Dilarang 1) Asbes  Material asbes berbahaya terhadap kesehatan manusia yang secara perlahan mengurangi kemampuan pernafasan dan menyebabkan kanker  Material yang mengandung asbes juga masih berbahaya terhadap kesehatan seperti atap semen asbes, panel semen asbes, dsb.  Bahaya kesehatan datang dari penanganan dan menghirup debu yang mengandung asbes, seperti pemotongan atau menggergaji material asbes  Bahaya yang sangat tinggi terutama pada asbes yang akan dimusnahkan setelah beberapa tahun kemudian. 2) Pestisida  Aliran (larian) air dari ladang yang mengandung pestisida bisa mengkontaminasi air permukaan  Rembesan air yang mengandung pestisida ke dalam tanah bisa mengkontaminasi air tanah  Berbagai penggunaan pestisida memiliki bahaya terhadap kesehatan manusia terutama anak‐anak yang masih belia  Pestisida bisa mencemari ekosistem, antara lain tanaman, serangga yang mempunyai nilai manfaat, unggas, dan hewan mamalia. 3) Bahan Peledak untuk Menangkap Ikan  Bahan peledak dapat merusak lingkungan laut  Bahan peledak tidak dapat mengembalikan ekosistem ke situasi semula PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 19 
Bahan peledak dapat mengurangi jumlah ikan bahkan dapat me‐ musnahkannya  Bahan peledak memerlukan penanganan khusus dan berhbahaya bagi penggunanya. 4) Pembangunan jalan baru di menuju hutan lindung dapat menyebabkan :  Memberi peluang terjadinya penebangan kayu ilegal  Memberi akses untuk pertambangan ilegal  Memberi akses untuk pemburuan ilegal  Peluang pembabatan hutan menjadi area pertanian  Menimbulkan erosi tanah  Merusak daerah penangkap air  Membahayakan spesies hewan langka  Merusak habitat khusus dan ekosistem rawan. 5) Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Penggunaan material B3 memerlukan penanganan khusus karena sifatnya antara lain :  Mudah meledak  Mudah terbakar  Reaktif  Korosif  Menyebabkan infeksi  Beracun (akut atuaupun koronis). 6) Penggunaan Bahan yang mengandung Pengikis Ozon Lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di bumi karena ozon melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Bahan kimia klorofluorokarbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bahan‐bahan kimia lain seperti bromin holokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon. 7) Penggunaan Bahan yang mengandung Tembakau Tembakau mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan, diantaranya mengandung lebih dari empat ribu bahan kimia, termasuk 43 bahan penyebab kanker yang telah diketahui, sehingga lingkungan yang terpapar dengan asap tembakau juga dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang serius. Dampak negatif merokok (tembakau) antara lain kanker paru, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit paru seperti bronkitis kronik dan emfisema. Merokok juga mengakibatkan gangguan kesuburan dan impotensi. Asap rokok (tembakau) tidak hanya membahayakan perokok, tetapi juga orang yang ikut mengisap asap rokok. Dampak merokok memang tidak serta‐merta, tetapi dirasakan puluhan tahun kemudian. Merokok dalam rumah bersama anggota keluarga akan mengancam keselamatan dan kesehatan lingkungan. Asap tembakau yang terpapar pada anak‐anak dapat 20 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan menyebabkan pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma. Kesehatan yang buruk di usia dini menyebabkan kesehatan yang buruk di saat dewasa. Konsumsi rokok menimbulkan kerugian langsung bagi perokok dan keluarganya, terlebih bagi keluarga miskin. Rata‐rata pengeluaran keluarga miskin untuk konsumsi rokok cukup besar. Alih‐alih untuk perbaikan gizi keluarga dan pendidikan anak, justru pendapatan yang terbatas dibelanjakan untuk rokok. 8) Kegiatan yang menimbulkan Limbah Cair atau Emisi Gas Limbah cair dapat menimbulkan dampak negatif yaitu mencemari badan air atau tanah atau udara disekitarnya. Badan air yang tercemar limbah cair akan mengalami penurunan kualitas sehingga tidak dapat digunakan lagi sebagai sumber air atau memerlukan pengolahan yang relatif mahal. Pencemaran air dapat terjadi secara fisik yaitu kekeruhan, kenaikkan temperatur, perubahan warna, rasa, dan bau, atau terjadi secara kimiawi yaitu mengandung logam berat, mengandung asam atau basa, mengandung zat radioaktif atau dapat terjadi secara biologi, seperti mengandung bakteri patogen. Pencemaran limbah cair pada tanah dapat berupa kandungan zat kimia dalam tanah berlebih sehingga tidak sesuai lagi dengan peruntukkannya misalnya tanah tersebut mengandung logam berat, mengandung asam atau basa berlebih, mengandung bakteri patogen atau cacing parasit. ini berdampak pada kesehatan manusia atau Pencemaran air pada udara merupakan akibat dari keluarnya bau dan gas hasil dari proses dekomposisi zat pencemar yang ada dalam air, seperti gas ammonia, bau belerang, bau busuk bahan organik, dsb, yang menyebabkan udara di sekitarnya tidak nyaman bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Emisi gas dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Emisi gas timbul dari hasil kegiatan manusia itu sendiri antara lain: - Partikulat atau debu - Gas Sulfur oksida (SOx) - Gas Hidrokarbaon (HC) - Gas Nitrogen oksida (NOx) - Gas Karbon Monoksida (CO) - Gas Oksida Fotokimia - Gas beracun - Bau PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 21 Alur Pengamanan Lingkungan dalam siklus dan jenis kegiatan Usulan Kegiatan KSM & Anggota UPL, BKM, Faskel Teknik BKM & Askot Infra Penyiapan Proposal sub proyek Review, kelayakan teknis, ekonomi, safeguard
Layak ?
Tidak
Ya
Screening kelayakan safeguard kegiatan Layak
?
Tidak Ya
Seleksi proposal dan pengumuman secara terbuka Usulan Kegiatan disetujui
Format Standar Proposal Negative List & Daftar Periksa Proposal Negative List & Daftar Periksa Proposal
Negative List & Daftar Periksa Proposal yang disetujui 3.3.
MITIGASI DAMPAK LINGKUNGAN Berdasarkan kegiatan yang umumnya dilakukan dalam PNPM Perkotaan dan potensi dampak penting yang timbul dari masing‐masing kegiatan, maka mitigasi dampak dapat dilakukan sesuai dengan jenis kegiatan dan dampak penting yang ditimbulkannya sebagai berikut: 3.3.1. Pembangunan Jalan 1) Jalan lingkungan yang tanahnya labil, kurang padat dan mudah terbawa air, harus mendapat perlakukan pematangan tanah terlebih dahulu dengan menggunakan alat 22 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan berat misalnya mesin giling, atau melapisi permukaan tanah dengan batu‐ batuan untuk mencegah jalan rusak, mudah tergelincir, ataupun longsor. 2) Bila pinggir jalan yang terlalu dekat dengan jurang, agar bahu jalan lebih lebar untuk mencegah longsor maupun kecelakaan 3) Bila pinggir jalan adalah bukit, agar diberikan ruang dan kemiringan tebing yang memadai untuk mencegah bukit longsor 4) Tebing jalan dapat dibuat dengan terasering dan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor, kemiringan yang tajam akan mempercepat aliran air dan memperparah gerusan tanah 5) Tebing jalan dapat ditanami bambu atau dipasang cerukcuk bambu untuk memperkuat tebing 6) Badan jalan agar dibuat miring untuk mencegah genangan air 7) Kiri dan kanan jalan agar dilengkapi saluran untuk mengalirkan air 8) Membabat tanaman yang ada akan memperburuk masalah erosi 9) Pengendalian erosi berupa, penangkapan air atau pembuatan saluran drainase perlu dilakukan agar air tetap mengalir namun tidak merusak jalan atau menyebabkan longsor 10) Pengendalian erosi juga dapat dilakukan dengan penanaman pohon 11) Hindari membangun jalan di tepi belokan luar sungai, karena umumnya di tempat ini arus sungai cukup deras yang dapat mengakibatkan erosi cukup parah. Membangun jalan di tempat ini membutuhkan struktur perlindungan jalan yang kuat. 3.3.2. Pembangunan saluran drainase 1) Hilir saluran agar menyatu dengan saluran induk untuk mencegah tergenangnya air atau aliran air buntu, yang menyebabkan meluapnya air ke area sekitarnya terutama ke lahan penduduk bila ada pemukiman yang lokasinya lebih rendah dari saluran tsb. 2) Saluran harus memiliki kemiringan yang cukup agar air mengalir dengan lancar atau tidak tergenang. 3.3.3. Pembangunan Jembatan 1) Jembatan agar dilengkapi pagar pengaman di kiri dan kanannya 2) Jembatan agar dibuat tidak menghambat laju air 3.3.4. Pembangunan Prasarana Air Bersih 1) Penentuan Lokasi Sumur Kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kualitas air sumur antara lain : - Kegiatan yang menimbulkan Bakteri dan Nitrat (misalnya : pembuangan kotoran manusia dan hewan, pembuangan sampah, karena nitrat menyebabkan ancaman sindrom ”blue baby”. - Kegiatan yang menimbulkan Logam Berat (misalnya penambangan dan konstruksi) - Kegiatan yang menggunakan Pupuk dan Pestisida (pemelihaaran kebun, padang golf, anti rayap dan tikus) - Kegiatan Industri (Produk dan limbah) - Kegiatan Bisnis Setempat (industri, SPBU dan Laundry/Dry Cleaners) - Tangki dan Perpipaan Bawah Tanah (produk perminyakan, kimia, penyimpanan limbah bawah tanah) - Penimbunan dan Pembuangan Sampah ( banjir di area tempat pembuangan sampah) PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 23 -
Pembuangan Limbah Rumah Tangga (bahan pelarut pembersih, oli motor, cat, tiner bekas, bahkan sabun dan detergen). Penggunaan Bahan Kimia Pengolahan Air (bahan kimia desinfektan, anti korosi) Penggunaan Tangki Septik (air rembesan dari bak resapan). Aspek lingkungan yang perlu dipertimbangkan dalam mencari lokasi sumur adalah : - Berapa jarak seharusnya sumur dari kotoran manusia seperti tangki septik ? - Berapa jauh seharusnya sumur dari lokasi peternakan hewan atau penyebaran kotorannya? - Apa jenis tanah dan bebatuan yang baik. Apakah air mengalir dengan mudah atau terkumpul didalamnya. - Seberapa dalam sumur harus digali untuk menghindari perubahan musiman dalam penyediaan air tanah ? - Apa kegiatan di area sekitar sumur (peternakan, tambang, industri) mungkin mempengaruhi sumur ? Untuk itu agar air yang disediakan bagi masyarakat dapat diketahui kualitasnya maka perlu : - Dilakukan pemeriksaan atau uji kualitas air di laboratorium untuk menjamin kelayakan konsumsi dan untuk mengetahui teknologi yang diperlukan bila kualitas air tidak memenuhi syarat konsumsi. - Penentuan kedalaman air sumur agar mengikuti peraturan daerah - Penentuan jarak sumber air bersih agar memenuhi syarat terhadap sumber air tercemar, industri, peternakan, gudang limbah, tempat pembuangan sampah. 24 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 15 m jarak ke tangki septik
15 m jarak ke lahan peternakan dan
penampungan sampah
30 m jarak ke area penyimpanan tangki
bahan bakar, pupuk dan pestisida
75 m jarak ke tumpukan
pupuk
Tabel.3 : Test Parameter Air Sesuai dengan Kegiatan yang Berlangsung Kondisi atau Kegiatan Sekitar Sumur Tes untuk : Penyakit perut berulang bakteri coliform Plumbing rumah tangga mengandung timbal pH timbal, timbal, tembaga Radon dalam udara ruangan atau area kaya radon radon Korosi pipa, plumbing Korosi, pH, timbal Sekitar area pertanian intensif nitrat, pestisida, bakteri coliform Batubara atau tambang yang beroperasi logam‐logam, pH, korosi sekitarnya Sekitar operasi pengeboran klorida, Sodium, Barium, Strontium, Sekitar operasi pembuangan barang bekas, kandungan organik volatil, total padatan penimbunan sampah, pabrik, stasiun gas, terlarut, pH, sulfat, klorida, logam pencucian berbahan kimia Bau bahan bakar gas dan cair, dan dekat Campuran organik volatil stasiun gas atau penimbunan bahan bakar Bau atau rasa yang tidak enak H2S, korosi, logam, Noda peralatan plumbing, besi laundry besi, tembaga, mangan Rasa asin dan air laut, atau sekitar jalan yang klorida, total padatan terlarut, sodium digarami secara berlebih Bahan‐bahan sisa yang berkerak, sabun tidak kesadahan berbusa Pemakaian Cepat Alat Pengolahan Air pH, korosi Bahan Pelunak Air (Water softener) yang mangan, besi diperlukan untuk mengolah Kesadahan Air tampak gelap, berwarna atau berbusa warna, deterjen PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 25 Tabel 4. : Standar Kualitas Air Bersih Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990 No. Parameter Satuan A. 1 2 3 4 5 Sifat Fisika Bau Zat Padat Terlarut (TDS) Kekeruhan Rasa Suhu ‐ mg/l NTU ‐ 0
C 6 B B.1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 B.2. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Warna Sifat Kimiawi Kimia Anorganik Air raksa Arsen Besi Flourida Kadmium Kesadahan (CaCO3) Klorida Kromium, valensi 6 Mangan Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N pH Selenium Seng Sianida Sulfat Timbal Kimia Organik Aldrin dan dieldrin Benzena Benzo(a)pyrene Chloroform (Total Isomer) Chloroform 2,4 ‐ D DDT Deterjen 1,2‐Dichloroethene 1,1‐ Dichloroethene Heptachlor dan Heptachlor Epoxide Hexachlorobenzene Gamma‐HCH (Lindane) Methoxychlor TCU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 26 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Kadar Minimum‐
Maksimum Keterangan ‐ Tidak Berbau 1000 5 ‐ Tidak Berasa Suhu udara ± 30C 15 0.001 0.05 1.0 1.5 0.005 500 600 0.05 0.5 10 1.0 6.5 ‐ 8.5 0.01 15 0.1 400 0.05 0.0007 0.01 0.007 0.03 0.03 0.5 0.01 0.0003 0.003 0.00001 0.004 0.1 No. 15 16 17 18 C. 1 2 Parameter Satuan Kadar Minimum‐
Maksimum Pentachloropenol mg/L 0.01 Pestisida Total mg/L 0.1 2,4,6 ‐ Trichloropenol mg/L 0.01 Zat Organik (KMnO4) mg/L 10 Mikrobiologi Total Coliform (MPN) Jumlah per 100 0 mL Coliform Tinja Belum Diperiksa Jumlah per 100 0 mL Radioaktivitas Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) Bg/L 0.1 Aktivitas Beta (Gross Beta Activity) Bg/L 1.0 Keterangan Bukan air perpipaan Bukan air perpipaan D. 1 2 3.3.5. Pembangunan Prasarana Sanitasi 1) Pembuatan MCK a. Lokasi: waktu tempuh dari rumah penduduk dan luas daerah pelayanan (2 menit (jarak 100 m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha). b. Ruangan MCK harus memenuhi syarat‐syarat teknis ruang MCK yaitu aspek estetika dan kesehatan (ruang ventilasi, sirkulasi udara, tingkat penerangan). c. Kapasitas pelayanan: harus dapat melayani pada saat jam sibuk, banyaknya ruang tergantung jumlah dan gender pemakai. d. Dilengkapi dengan sarana pembuangan air limbah (tangki septik dan bidang resapan). e. Dilengkapi penyediaan air bersih: sumber dan kuantitas air bersih (sumber bisa berasal dari PAM/PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air dan kuantitas minimum air untuk mandi 20 ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr, kakus 10 ltr/org/hr). 2) Pembuatan Jamban/Kakus a. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber‐sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada di sekitar jamban. b. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. c. Tidak memungkinkan berkembangbiaknya lalat dan serangga lain. d. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang. e. Mengusahakan kontruksi yang kuat (dan sederhana dan murah). f. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat. g. Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan dalam penentuan letak Jamban: 1. Keadaan daerah: datar atau lereng.  Daerah lereng: kakus/jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Atau jarak ≥15 meter, agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.  Daerah datar: kakusjamban harus di luar lokasi sering digenangi banjir.  Atau lantai jamban (di atas lobang) lebih tinggi dari muka air banjir tertinggi. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 27 2. Keadaan permukaan air tanah: dangkal atau dalam 3. Sifat, macam, dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur 4. Mudah dan tidaknya memperoleh air. Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata‐rata 10 meter. 3) Pembuatan Tangki Septik Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Tangki Septik adalah: 1) Bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam, dan kedap air. 2) Ukuran tangki septik disesuaikan dengan jumlah pengguna. 3) Bak dilengkapi dengan pipa pembuangan udara dan lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. 4) Sarana pengolahan efluen dapat berupa bidang resapan: ukuran bidang resapan disesuaikan dengan daya serap tanah dan jumlah pemakai. 5) Sumur resapan digunakan untuk tangki septik yang melayani kurang dari 25 orang. “Ruang kosong” di dalam septic tank merupakan ruang antara bagian teratas lumpur dan bagian terbawah/alas dari buih. Penetapan ini dilakukan atas dasar pergerakan limbah masuk dan keluar dari tangki. Semakin besar rencana area ruang kosong, semakin rendah pula kecepatan horizontal, sehingga sedimentasi lebih efektif. Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi Tangki Septik adalah: Lokasi tangki septik sebaiknya direncanakan supaya mencegah terjadinya kontaminasi sumber air bersih. Radius jarak dari tangki septik dan bidang resapan ke ‐ Bangunan terdekat 1.50 m ‐ Sumur Air terdekat 10 m ‐ Pipa air bersih terdekat 3.00 m 3.3.6. Pembangunan Prasarana Persampahan 1) Agar berfungsi dengan baik, pembangunan prasarana persampahan harus dilengkapi dengan sistem pengelolaannya. 2) Sebaiknya sampah dikelompokkan atau dipilah‐pilah berdasarkan jenisnya, minimal dalam 2 kelompok yaitu organik dan non organik, atau dikelompokkan lebih rinci lagi misalnya, sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah kaca, sampah besi/kaleng. 3) Volume bak atau tong sampah agar disesuaikan dengan volume timbulan sampah per waktu periode pengangkutan. 4) Sistem pengelolaan sampah agar disesuaikan dengan hirarkinya : mengurangi timbulan sampah (reduce), memanfaatkan kembali sampah/barang‐barang bekas (reuse), mendaur ulang sampah yang bisa didaur ulang (recycle), merubah bentuk sampah menjadi barang bernilai seperti kompos. 5) Jumlah dan jarak penempatan bak atau tong sampah agar mempertimbangkan jumlah dan jarak pemakai, tidak dekat dengan sumber air bersih, 6) Desain bak atau pengadaan tong sampah agar berwarna mencolok dan mempunyai tutup. 28 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 7) Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan a. pencemaran dari leachate b. Pencemaran udara, c. Timbulnya bau dan vektor penyakit yang berdampak pada gangguan kesehatan 3.3.7. Pembangunan Rumah Layak Huni Untuk mencegah potensi dampak negatif yang timbul terutama terhadap kesehatana penghuni rumah, maka rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan seperti di bawah ini : 1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 2) Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. 5) Halaman rumah yang selalu harus kering, tidak becek atau ada genangan air, dibuat dengan cara memberi kemiringan pada halaman rumah atau saluran limpasan air hujan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 829/Menkes/SK/ VII/ 1999 : Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut : 1) Bahan bangunan a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : • debu total kurang dari 150 mg/m2 , • asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, • timbal (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan; • Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. 2) Komponen dan penataan ruangan a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan; c. Langit‐langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan; d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 29 3) Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10 – 20 % dari luas lantai. Ruangan yang kena cahaya sinar matahari Bila cahaya matahari pagi terhalang langsung akan kurang lembab dan kuman‐ usahakan ada jendela ke arah matahari kuman mati sore (barat) 4) Kualitas udara Suhu udara nyaman antara 18 – 300 C; Kelembaban udara antara 40 – 70 %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam; Pertukaran udara 5 kali 3/menit/penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 5) Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, diantaranya: a. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5 % dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain‐lain. c. Aliran udara diusahakan VENTILASI SILANG dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang‐barang besar misalnya almari, dinding sekat dan lain‐lain. 30 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan x
x
Udara mengalir karena letak jendela/kisi berseberangan Bukaan berseberangan juga bisa dibuat dengan membuat kisi di atap Udara/angin tidak bisa bergerak masuk karena tertahan tembok Udara yang mengalir ke dalam rumah akan mengurangi kelembaban ruang 6) Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. 7) Penyediaan air a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari; b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. 8) Pembuangan Limbah a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 31 9) Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur. 3.3.8. Pembangunan Prasarana Kesehatan 1) Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan agar area sarana kesehatan (posyandu, polindes) tidak menjadi kotor, sampah tidak bertebaran di sekitarnya, secara estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mencegah masuknya serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa, tersedia juga wadah khusus limbah padat B3. 2) Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana kesehatan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap. 3) Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar pengunjung dan pengelola sarana kesehatan mudah melakukan kegiatan cuci dan buang air besar, sehingga tingkat higienis pengelola kesehatan terhadap pengunjung tetap terjaga, atau tidak mudah terjadi penularan penyakit. 3.3.9. Pembangunan Prasarana Pendidikan 1) Perlu sarana pengelolaan persampahan agar area sarana pendidikan menjadi bersih, sampah tidak bertebaran dimana‐mana, secara estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, dan serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa. 2) Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana pendidikan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap. 3) Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pendidik dan siswa tidak mengalami kesulitan melakukan kegiatan cuci, dan buang air besar, sehingga perilaku higiensi pendidik dan siswa selalu terjaga. 3.3.10. Pembangunan Prasarana Perdagangan 1) Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan persampahan agar area perdagangan tidak menjadi kotor, sampah tidak bertebaran dimana‐mana, secara estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa. 2) Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area perdagangan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap. 3) Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pedagang tidak mendapat kesulitan melakukan kegiatan mandi, cuci, dan buang air besar, sehingga barang dagangannya terutama bahan baku makanaan dapat dijaga tingkat higienisnya. 3.3.11. Pembangunan Dinding penahan tanah 1) Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dari bronjong (batu kali yang dibungkus kawat) karena dapat mengalirkan air yang berasal dari dalam tanah. 2) Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dengan desain terasering dan kemiringan tertentu sehingga larian air tidak terlampau cepat yang dapat menggerus tanah. 3.4.
PELAPORAN Fasilitator dan KMW akan mengumpulkan dan meninjau laporan lingkungan dan menandai dgn bendera pada laporan tigabulanan mereka. Pedoman akan mencakup 32 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan matriks dari kemungkinan dampak lingkungan yang negatif dan langkah‐langkah untuk menangulanginya. Tenaga ahli KMW dan KMP akan merangkum semua perkembangan, memonitor dan mengukur dampak lingkungan dari program sebagai bagian dari evaluasi kinerja program. Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan konstruksi. Dalam proses perencanaan digunakan daftar periksa (checklist) kemungkinan/potensi persoalan lingkungan yang kemudian harus ditindak lanjuti selama dan sesudah konstruksi oleh kelurahan/desa dan Tim Fasilitator. Setiap subproyek harus diperiksa oleh fasilitator teknik untuk menentukan berbagai tindakan yang harus dilakukan dalam rangka mencegah atau memperbaiki persoalan lingkungan. Pada pertengahan proses kontruksi daftar yang sama di cocokkan lagi disaat peluang untuk memperbaiki masih dapat dilakukan. Di akhir konstruksi daftar yang sama dicocokkan lagi dibandingkan dengan rencana aslinya. Tenaga Ahli lingkungan di NMC harus selalu memutakhirkan daftar periksa kemungkinan persoalan lingkungan untuk menemukenali perkara lingkungan dan usulan mitigasinya. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 33 Gambar 2. : Alur Pengendalian dan Pelaporan Kegiatan Safeguard Lingkungan Proposal Kegiatan yang sudah disetujui
Proposal (disetujui BKM)
Mengajukan Proposal BKM Menampung dan Mereview proposal (+ safeguard)
KORKOT/ASKOT & Fasilitator Layak? Tidak
Proposal (disetujui BKM)
Matrik Dampak Lingkungan Ya
Tandai dengan Bendera Laporan ke KMW & KMP KMW & KMP (Safeguard) Merangkum Progress, Monitor, Mengukur dampak
Tidak
Terken
dali?
Laporan ditandai Bendera Laporan ditandai Bendera Matrik Dampak Lingkungan Ya
Laporan ke SIM
Dampak Usulan Terkendali
34 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Laporan SIM LAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 35 Lampiran 1. Daftar Periksa Perkara Lingkungan dan Mitigasinya NO POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI 1. Pembangunan Jalan Jalan lingkungan yang tanahnya  Pematangan tanah dengan alat berat mis. mesin giling labil, kurang padat dan mudah  Melapisi permukaan tanah dengan batu‐batuan untuk terbawa air mencegah jalan rusak, mudah tergelincir atau longsor Pinggir jalan terlalu dekat jurang  Bahu jalan dibuat lebih lebar untuk mencegah longsor atau kecelakaan Jalan di lokasi yang rawan erosi  Bila pinggir jalan adalah bukit, agar diberikan ruang dan dan longsor kemiringan tebing yang memadai untuk mencegah bukit longsor  Tebing jalan dapat dibuat dengan terasering dan dinding penahan tanah untuk mencegah longsor, kemiringan yang tajam akan mempercepat aliran air dan memperparah gerusan tanah  Tebing jalan dapat ditanami bambu atau dipasang cerukcuk bambu untuk memperkuat tebing  Badan jalan agar dibuat miring untuk mencegah genangan air  Kiri dan kanan jalan agar dilengkapi saluran untuk mengalirkan air  Membabat tanaman yang ada akan memperburuk masalah erosi  Pengendalian erosi berupa, penangkapan air atau pembuatan saluran drainase perlu dilakukan agar air tetap mengalir namun tidak merusak jalan atau menyebabkan longsor  Pengendalian erosi juga dapat dilakukan dengan penanaman pohon  Hindari membangun jalan di tepi belokan luar sungai, karena umumnya di tempat ini arus sungai cukup deras yang dapat mengakibatkan erosi cukup parah. Membangun jalan di tempat ini membutuhkan struktur perlindungan jalan yang kuat. 2. Pembangunan Saluran Drainase Tergenangnya air atau aliran air  Hilir saluran agar menyatu dengan saluran induk. buntu, yang menyebabkan  Saluran harus memiliki kemiringan yang cukup agar air meluapnya air ke area sekitarnya mengalir dengan lancar atau tidak tergenang. terutama ke lahan penduduk bila ada pemukiman yang lokasinya lebih rendah dari saluran Erosi dari jalan yang sedang  Batasi kegiatan memindahkan tanah hanya pada waktu dilakukan cut and fills dan musim kering/panas menyebabkan sedimentasi di  Lindungi permukaan tanah yang rentan dengan jerami saluran  Lindungi saluran drainasi dgn pembatas atau berm  Instalasi ruang sedimentasi, tanami permukaan yg rawan erosi secepat mungkin 36 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan NO 3. 4. 5. POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI  Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan  Lakukan pemeliharaan tepat waktu Terjadinya genangan air yang  Lakukan tindakan untuk mencegah dengan perbaikan menjadi tempat pertumbuhan pertamanan, pengisian dan drainase nyamuk dan vektor penyakit lainnya Saluran yg tersumbat karena  Pemeliharaan harus membersihkan sumbatan secara kesalahan perencanaan dan berkala pemeliharaan yg menyebabkan  Gunakan saluran dari beton atau tembokan, saluran genangan air yg berdampak ke tanah membutuhkan tempat lebih banyak pemeliharaan kesehatan yg lebih intensif.  Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah terhadap erosi Pembangunan Jembatan Jembatan menghambat laju  Jembatan agar dilengkapi pagar pengaman di kiri dan aliran air kanannya  Jembatan agar dibuat tidak menghambat laju air Pembangunan Prasarana Air Bersih Kualitas air sumur tidak layak  Dilakukan pemeriksaan atau uji kualitas air di konsumsi. laboratorium untuk menjamin kelayakan konsumsi dan untuk mengetahui teknologi yang diperlukan bila kualitas air tidak memenuhi syarat konsumsi.  Penentuan kedalaman air sumur agar mengikuti peraturan daerah  Penentuan jarak sumber air bersih agar memenuhi syarat terhadap sumber air tercemar, industri, peternakan, gudang limbah, tempat pembuangan sampah. Permukaan air sumur hampir  Cek arah aliran air tanah. Sumur harus diletakkan hulu sama dengan rembesan, sumur aliran terlalu dekat dgn tangki septik  Bangun rembesan sejauh mungkin dari sumur Pembangunan Kakus Umum/MCK dan Sanitasi MCK yang tidak memenuhi Semua unsur utama MCK harus ada; syarat  Kakus  Ventilasi kakus  Bak air dgn kran air/sambungan air dan lubang pembuangan  Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi  Ada kran air utk isi ember  Ada parit sekeliling lantai untuk membuang air ke saluran pembuangan Sumur dalam kakus yang pasti  Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa atau ember rawan kontaminasi  Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari sumur Pipa sanitasi dipermukaan tanah  Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki septik yang sangat rawan thd sinar  Buat lubang kontrol dan pipa udara utk tangki septik matahari, terinjak, dan kenakalan manusia Tangki septik yang tidak bagus Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri dari: strukturnya  Ada lubang kontrol dgn penutup PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 37 NO 6. 7. 38 POTENSI DAMPAK NEGATIF 




TINDAKAN MITIGASI Pipa masuk kotoran Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas Pipa luapan disambung dgn rembesan Pipa udara (ventilasi) Saluran limbah manusia harus disalurkan ke tempat pengolahan/tangki septik Tangki septik juga berfungsi sebagai pengolah Saluran limbah manusia yg mengandung libah patogen harus dilakukan pengolahan 
sebelum dibuang ke badan air yang ada Pembangunan Prasaran Persampahan Prasarana Persampahan tidak  Sebaiknya sampah dikelompokkan atau dipilah‐pilah berfungsi dengan baik karena berdasarkan jenisnya, minimal dalam 2 kelompok yaitu tidak dilengkapi dengan sistem organik dan non organik, atau dikelompokkan lebih rinci pengelolaannya. lagi misalnya, sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah kaca, sampah besi/kaleng.  Volume bak atau tong sampah agar disesuaikan dengan volume timbulan sampah per waktu periode pengangkutan.  Sistem pengelolaan sampah agar disesuaikan dengan hirarkinya : mengurangi timbulan sampah (reduce), memanfaatkan kembali sampah/barang‐barang bekas (reuse), mendaur ulang sampah yang bisa didaur ulang (recycle), merubah bentuk sampah menjadi barang bernilai seperti kompos.  Jumlah dan jarak penempatan bak atau tong sampah agar mempertimbangkan jumlah dan jarak pemakai, tidak dekat dengan sumber air bersih,  Desain bak atau pengadaan tong sampah agar berwarna mencolok dan mempunyai tutup. Tidak memperhatikan aspek  Memperhatikan pencemaran dari leachate lingkungan  Memperhatikan Pencemaran udara,  Memperhatikan timbulnya bau dan vektor penyakit yang berdampak pada gangguan kesehatan  Pembangunan Rumah Layak Huni Rumah yang tidak memenuhi  Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, syarat secara fisiologis, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari psikologis, kesehatan dan kebisingan yang mengganggu. keselamatan  Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.  Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan NO POTENSI DAMPAK NEGATIF TINDAKAN MITIGASI  Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.  Halaman rumah yang selalu harus kering, tidak becek atau ada genangan air, dibuat dengan cara memberi kemiringan pada halaman rumah atau saluran limpasan air hujan. 8. Pembangunan Prasarana Kesehatan Sarana Kesehatan Kotor,  Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan tergenang, becek, bau tidak persampahan agar area sarana kesehatan (posyandu, sedap, tidak higienis dan mudah polindes) tidak menjadi kotor, sampah tidak bertebaran terjadi penularan penyakit. di sekitarnya, secara estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, mencegah masuknya serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa, tersedia juga wadah khusus limbah padat B3.  Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana kesehatan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap.  Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar pengunjung dan pengelola sarana kesehatan mudah melakukan kegiatan cuci dan buang air besar, sehingga tingkat higienis pengelola kesehatan terhadap pengunjung tetap terjaga, atau tidak mudah terjadi penularan penyakit. 9. Pembangunan Prasarana Pendidikan Sarana Pendidikan Kotor,  Perlu sarana pengelolaan persampahan agar area sarana tergenang, becek, bau tidak pendidikan menjadi bersih, sampah tidak bertebaran sedap, tidak higienis dan mudah dimana‐mana, secara estetika terkesan bersih dan rapi, terjadi penularan penyakit. mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, dan serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.  Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area sarana pendidikan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap.  Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pendidik dan siswa tidak mengalami kesulitan melakukan kegiatan cuci, dan buang air besar, sehingga perilaku higiensi pendidik dan siswa selalu terjaga. 10. Pembangunan Prasarana Perdagangan Sarana Perdagangan Kotor,  Perlu dilengkapi dengan sarana pengelolaan tergenang, becek, bau tidak persampahan agar area perdagangan tidak menjadi sedap, tidak higienis dan mudah kotor, sampah tidak bertebaran dimana‐mana, secara PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 39 NO POTENSI DAMPAK NEGATIF terjadi penularan penyakit. TINDAKAN MITIGASI estetika terkesan bersih dan rapi, mencegah datangnya hewan liar (anjing, kucing) dan tikus, serangga pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.  Perlu dilengkapi saluran air limbah dan saluran drainase agar area perdagangan tidak tergenang air, becek, dan bau tidak sedap.  Perlu dilengkapi sarana MCK dan air bersih, agar para pedagang tidak mendapat kesulitan melakukan kegiatan mandi, cuci, dan buang air besar, sehingga barang dagangannya terutama bahan baku makanaan dapat dijaga tingkat higienisnya 11. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Terjadi penggerusan tanah  Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dari bronjong (batu kali yang dibungkus kawat) karena dapat mengalirkan air yang berasal dari dalam tanah.  Dinding penahan tanah sebaiknya dibuat dengan desain terasering dan kemiringan tertentu sehingga larian air tidak terlampau cepat yang dapat menggerus tanah. 40 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan Lampiran 2. Format Penilaian Terhadap Daftar Kegiatan Terlarang (Negatif List) Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untuk dibiayai oleh dana PNPM Mandiri Perkotaan karena berdampak negatif terhadap lingkungan ? No BUTIR / ITEM YA 1. Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah; Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; . Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan‐kegiatn yang telah direview dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara. Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan‐bahan limbah berbahaya, termasuk pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya; Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk tembakau atau produk yang mengandung tembakau. Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon; TIDAK 8 Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya‐ B3); Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan; 9 2 3 4 5 6 7 Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem persampahan kota yang sudah ada; 10 Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada atau drainase tanpa pembuangan akhir;. 11 Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh masyarakat; 12 Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal; PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan 41 42 PETUNJUK TEKNIS Safeguard Lingkungan KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : [email protected]
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
Download