10 MITOS seputar Sports Nutrition Inilah sepuluh mitos yang paling sering dijumpai diseputar nutrisi dan kedokteran olahraga. Artikel ini memisahkan bagian dari masing-masing mitos dengan penjelasan praktis agar terhindar dari salah persepsi. Mitos #1: Makin Banyak Konsumsi Protein, Makin Berotot Fakta: Benar. Jaringan otot terbentuk oleh protein dan olahragawan benar-benar membutuhkan protein yang lebih banyak dibanding orang biasa. Namun harus diperhatikan bahwa asupan protein ekstra diluar kebutuhan harian hanyalah mengkontribusi ekstra kalori. Itu bebanya daripada sekadar focus pada meningkatkan asupan protein, sesuaikan asupannya dengan waktu aktifitas dan latihan (workouts). Serat jaringan otot akan mengalami kerusakan pada saat latihan dan jenis latihan kekuatan (strengths exercise or training) memberikan stimulasi bagi pembesaran dan pertumbuhan otot. Mengkonsumsi protein sebelum atau sesaat setelah latihan membantu memastikan suplai asam amino dalam struktur tumbuh otot yang dibutuhkan tubuh untuk perbaikan dan pertumbuhan jaringan otot. Dan pada kasus ini kita tidak semata-mata bicara soal suplai protein saja: olahragawan tipe endurance athletes harus mengkonsumsi sekitar 10-20 gram protein segera setelah latihan, sedangkan tipe olahragawan strength training athletes harus mengkonsumsi sekitar 20–40 gram protein sebelum atau sesaat setelah latihan selesai. Untuk kebutuhan harian, individu atau olahragawan tipe recreational athletes memerlukan asupan protein antara 0.36–0.45 gram per lb (0.8–1.0 grams per kg) berat badan. Untuk individu 150-lb (68-kg) membutuhkan protein sekitar 54–68 grams per hari. Sebagai perbandingan, olahragawan tipe serious endurance athletes membutuhkan sekitar 0.55–0.73 grams per lb (1.2–1.6 grams per kg), atau sekitar 83–110 grams per hari untuk 150-lb (68-kg). Dan untuk olahragawan tipe serious strength athletes membutuhkan sekitar 0.68–0.77 gram per lb (1.5–1.7 grams per kg) berat badan atau sekitar 102–116 gram protein tiap hari. Mitos #2: Suplementasi Vitamin memberi energi Fakta: Konsumsi suplemen vitamin tidak akan membuat anda seketika menjadi pelari yang lebih cepat, pelompat yang lebih tinggi atau bahkan membuat anda bisa mengangkat beban lebih berat. Vitamin dan mineral tidak bekerja dengan mekanisme seperti itu karena keduanya tidak mengkontribusi kalori, energi ataupun tenaga. Sebaliknya, vitamin dan mineral bertindak sebagai metabolic cofactors yang membantu tubuh mengangkut zat zat biokimia hasil metabolism untuk menjalankan fungsi tubuh. Ketika anda mengalami kekurangan suplai vitamin dan mineral, kemampuan fungsi tubuh termasuk performa atlet akan terganggu. Tetapi ahrus diingat, apabila kebutuhan vitamin dan mineral telah tercukupi, tambahan kedua kelompom zat gizi tersebut tidak akan memberi manfaat tambahan. Bahkan sebaliknya mengkonsumsi terlalu banyak vitamin dan mineral akan memberi efek negatif. Konsumsi vitamin dan mineral sekali sehari dapat menjadi parameter efektif terhadap tingkat kebutuhan zat gizi mikro. Pada prinsipnya menelan pil vitamin sebelum bertanding tidak akan meningkatkan performa anda. Efek dari suplementasi vitamin maupun mineral akan dirasakan dalam hitungan bulan dan bukan menit. Mitos #3: Minum selama latihan membuat gerakan lambat Fakta: Kehilangan cairan berlebih karena berkeringat adalah kontirbutor utama rasa lelah (fatique) selama latihan. Itu sebabnya saat ini sangat dianjurkan untuk terus mengganti cairan yang hilang dengan minum air. Beberapa pelatih menganjurkan agar olahragawan meminum jumlah air yang sama seperti jumlah air yang diperkirakan hilang selama latihan dan bertanding. Kini, konsensus dari beberapa organisasi dibidang kedokteran olahraga seperti American College of Sports Medicine merekomendasikan olahragawan untuk mengkonsumsi cairan sesuai dengan jumlah perkiraan keringat yang keluar selama latihan atau bertanding. Minum selama latihan tidak akan memperlambat geraka anda sebaliknya dapat membantu meningkatkan ketahanan dan memperbaiki performa. Agar terhidrasi optimal anda butuh asupan air 13–26 fl oz (400–800 ml) setiap jam per latihan, direkomendasikan untuk meneguk cairan atau air minum dalam jumlah yang sedikitsedikit tetapi berulang kali, misalnya 3–7 fl oz (100–200 ml) tiap15 menit. Mitos #4: Sangat Penting dan Kritikal menghindari Dehidrasi Fakta: Kehilangan cairan pada saat latihan biasanya mencapai 2% dari total berat badan. Untuk seorang olahragawan dengan berat 150-lb (68-kg), jumlah ini setara dengan 3 lbs (1.4 kg) jumlah cairan hilang sebelum performa atau bertanding/latihan. Konsekuensinya apabila anda harus berlatih atau berkompetisi dalam durasi pendek, sangat kecil kemungkinan anda akan mengalami kekurangan cairan dalam jumlah banyak sehingga tidak terlalu berarti apabila anda harus mengkonsumsi cairan jumlah banyak sebelum dan selama pertandingan durasi pendek tersebut. Sebaiknya anda tetap menjaga status hidrasi setara dengan zona latihan saja. Zona hidrasi seorang olahragawan adalah body weight somewhere between their typical body weight before exercise dan 2% below that weight. Sebagai contoh, bila berat badan normal anda 150 lbs (68 kg), maka zona hidrasi anda berada diantara 150 hingga 147 lbs (68–66 kg). Mitos #5: Haus artinya Tubuh Butuh Cairan Fakta: Rasa haus adalah tanda fisiologis untuk membuat tubuh anda tetap terhidrasi. Namun selama latihan, rasa haus justru merupakan indikator yang kurang baik bahwa anda butuh cairan. Faktanya, pada saat anda merasa haus selama latihan atau saat berkompetisi, anda mungkin sudah kehilangan terlalu banyak cairan. Jadi, haus bukanlah petanda yang bisa diandalkan untuk menginidkasikan tingkat kebutuhan cairan selama latihan dan bertanding, Penting untuk selalu memperhatikan status hidrasi anda dengan menentukan hydration plan sesuai sweat rate anda. Mitos #6: Sports drink tidak lebih baik dari air minum/air mineral Fakta: Air memiliki tempat penting dalam metabolism tubuh normal maupun saat latihanSebagai contoh, asupan air minum normal biasanya cukup untuk untuk tipe latihan durasi pendek dan dalam suhu ruangan atau temperature cenderung dingin. Sebaliknya untuk durasi latihan yang panjang dan kompetisi yang lama, atau pada saat anda sedang berlatih di suasana yang panas, penting untuk memilih air minum yang bisa mensuplai karbohidrat, cairan dan sodium. Keuntungan: Pertama, sports drink mensuplai karbohidrat untuk membantu mempertahankan kada glukosa darah selama latihan. Kedua, olahragawan biasanya mengkonsumsi lebih banyak cairan bila meminum minuman dengan rasa tertentu (flavored), seperti halnya sports drink. Ketiga, sodium dan karbohidrat dalam sports drink menyebabkan diserap lebih cepat. Sodium juga membantu rasa ingin minum untuk mempertahankan status hidrasi yang mana hal ini sangat krusial dalam menajga endurance dan performa. Rekomendasi terpenting adalah asupan cairan atau minum harus mengombinasikan antara sports drink dan plain water karena variasi keduanya bisa mempertahankan status hidrasi. Mitos #7: Olahragawan harus menghindari karbohidrat sederhana atau gula Fakta: Tak dapat dipungkiri karbohidrat kompleks dari whole grain, serealia, kacang, sayur dan buah baik untuk kita. Pada kenyataannya, sumber karbohidrat ini harus menjadi bagian utama sumber karbohidrat sehari hari. Namun selama latihan dan pemulihan stamina pasca latihan, karbohidrat simple yang mudah dicerna harus menjadi pilihan utama. Selama latihan, otot yang bekerja keras butuh karbohidrat yang bisa dicerna dan diserap secara cepat. Dan setelah latihan, karbohidrat sederhana lebih efektif dan lebih mudah membalikan proses metabolism dari katabolisme (breaking down) ke anabolisme (building up). Pesan pentingnya adalah ketika anda tidak sedang latihan sebaiknya mengkonsumsi karbohidrat kompleks dan sebaliknya ketika latihan, bertanding dan pasca latihan sebaiknya mengkonsumsi karbohidrat sederhana Mitos #8: Carbohydrate loading selalu meningkatkan performa Fakta: Carbohydrate loading memberikan pengaruh baik dalam sesi latihan atau meningkatkan performa pada saat latihan dengan durasi lebih dari 90 menit. Tetapi bila anda berlatih dalam durasi singkat dan tidak terlalu intens, carbohydrate loading mungkin tidak dapat meningkatkan performa anda. Alasannya, intensitas latihan lebih rendah berarti deposit glikogen juga tidak sepenuhnya terpakai. Carbohydrate loading hanya akan membantu bila anda melakukan sesi latihan yang membutuhkan pemakaian deposit glikogen yang maksimal. Mitos #9: Konsumsi carbohydrate loading mie malam sebelum pertandingan dapat mengkonstitusi Fakta: Carbohydrate loading biasanya dibutuhkan dengan kombinasi latihan bertahap yang secara perlahan meningkatkan konsumsi karbohidrat dan biasanya mekanisme ini terjadi dalam waktu beberapa hari. Konsumsi makanan single high-carbohydrate semalam sebelum kompetisi penting bukan merupakan metode efektif untuk keperluan boosting level glikogen pada otot. Mitos #10: It doesn’t matter what you eat before exercise Fakta: Apa yang anda makan sebelum latihan sebenarnya memiliki arti penting dan memberi pengaruh dalam latihan dan performa anda. Bahkan jumlah yang anda makan juga mempengaruhi durasi dan intensitas latihan anda. Tujuan untuk makan sebelum latihan adalah untuk menghindarkan rasa lapar dan tentu saja untuk mengumpulkan deposit glycogen fuel. Tujuan ini bisa terpenuhi dengan konsumsi karbohidrat tinggi, protein dengan kadar moderat, rendah lemak mudah dicerna dan serat. Direkomendasikan untuk endurance athlete mengkonsumsi pre exercise meal sekitar 2-4 jam sebelum latihan dimana waktu ini cukup untuk membuat makanan melewati lambung dan siap dicerna di usus dan menghasilakn energy tepat waktu.