REKOMENDASI AMMPI KEPADA LEMBAGA EKSEKUTIF REPUBLIK INDONESIA, LEMBAGA LEGISLATIF REPUBLIK INDONESIA DAN LEMBAGA YUDIKATIF REPUBLIK INDONESIA TENTANG Membangun Kemajuan Bangsa dengan Menggalakkan Manajemen Mutu dan Produktivitas I. Latar Belakang 1. Pendahuluan Proses globalisasi telah menyebabkan dunia semakin terbuka terhadap arus informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, batas-batas negara hampir tidak bermakna. Proteksi terhadap produk dan sumber daya suatu negara semakin lama semakin berkurang seiring dengan maraknya semangat deregulasi di hampir semua negara. Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam. Persaingan yang semakin terbuka ditandai dengan kian bebasnya aneka ragam produk dari suatu negara memasuki negara lainnya. Hal ini menyebabkan tekanan persaingan antar perusahaan semakin tinggi. Tekanan persaingan yang meninggi ini menyebabkan beralihnya area persaingan dari front line tatkala pemasaran menjadi ujung tombak, menjadi base line tatkala keunggulan Mutu dan Produktivitas kian yang menjadi andalan. Mutu dimaknai dalam arti luas meliputi mutu produk, mutu biaya, mutu keselamatan, mutu keamanan, mutu moral dan mutu lingkungan hidup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya perusahaan yang unggul dalam keenam aspek mutu inilah yang memiliki daya saing kuat dan berskala dunia. Saat ini dunia berada dalam era perdagangan bebas yang ditandai salah satunya dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Bagi Indonesia, tantangan yang timbul adalah bagaimana membangun keunggulan mutu dan produktivitas bangsa, sehingga mampu meningkatkan daya saing di berbagai bidang. Kini kita tidak boleh hanya berperan sebagai konsumen dalam hirukpikuk bisnis dan perdagangan produk semata. Kita harus mulai lebih aktif berperan sebagai produsen yang memiliki keunggulan mutu dan produktivitas. 2. Daya Saing Industri Dalam suatu sistem perekonomian global, daya saing Industri dipengaruhi oleh kondisi makro seperti: Sistem Politik, Sosial, Ekonomi, Hankam dan lain lain. Dalam kaitan perusahaan setidaknya ada 3 komponen dasar yang mempengaruhi daya saing, yaitu : Jl. Ciputat Raya No. 8, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12240 Telp. (62-21) 7235682 Ext.113 | Fax.(62-21) 7203350, Email: [email protected] | http://www.ammpi.com 1. Kebijakan industri negara 2. Teknologi yang dipakai 3. SDM yang tersedia 3. Kondisi Indonesia Saat Ini Daya Saing Global Indeks Revealed Comparative Advantages (RCA) memperkirakan daya saing produk Industri Indonesia pada 2015 dan 2020, berada di posisi kelima, di bawah negara ASEAN lainnya, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Sementara menurut laporan forum Ekonomi Dunia (WEF) daya saing Indonesia merosot dari peringkat ke-37 tahun lalu menjadi peringkat ke-41 tahun ini dari 138 negara. Komponen Pendorong Daya Saing 1. Mutu SDM Mutu SDM dan ketenagakerjaan Indonesia menempati peringkat 5. Ini masih kalah jika dibandingkan Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand (Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri - LP3E Kadin) 2. Teknologi Pemanfaatan teknologi di Indonesia masih rendah, yang diindikasikan dengan kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia (Ka Bapennas Armina syahbana) 3. Kebijakan Kebijakan Industri di indonesia masih kurang baik yang diindikasikan oleh; sedikitnya investasi dalam penelitian dan pengembangn, Lemahnya pemantauan praktek proses manufaktur, Investasi dalam teknologi tinggi masih kurang, kebijakan alih teknologi belum baik dan lain sebagainya (Andi Ciptono) 4. Manajemen Mutu dan Budaya Mutu Sebagai Penunjang Daya Saing Manajemen Mutu Persaingan perusahaan yang semakin ketat didalam era perdagangan bebas, menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen tersebut dengan cara yang lebih memuaskankan dibanding pesaing. Pemuasan konsumen tersebut tidak hanya terbatas pada Mutu produk yang baik dan harga yang murah saja, akan tetapi juga memperhatikan aspek manusia yang meliputi keselamatan, keamanan serta moral, serta aspek lingkungan hidup Hal inilah yang mendasari konsep Total Quality Manajemen (TQM) yang terdiri atas lima komponen Mutu yang meliputi; Produk/Jasa, Harga, Penyampaian, Keamanan, Morale dan Lingkungan. Jl. Ciputat Raya No. 8, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12240 Telp. (62-21) 7235682 Ext.113 | Fax.(62-21) 7203350, Email: [email protected] | http://www.ammpi.com Budaya Mutu Budaya Mutu adalah sistem nilai organissi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya Mutu secara teruas menerus (Goetsch dan Davis) Budaya Mutu terdiri dari ; Filosofi, Keyakinan, Sikap, norma, Nilai, Tradisi, Prosedur, dan harapan yang meningkatkan Mutu. II. Usulan Perbaikan Memperhatikan hal diatas, maka Asosiasi Manajemen Mutu Indonesia (AMMPI) memberikan usulan pada pemerintah untuk sebagai penunjang peningkatan Daya Saing Indonesia dipasar global khususnya pasar Asean sebagai berikut : 1. Menetapkan kebijakan Perbaikan Berkesinambungan (Continuous Improvement) dengan Manajemen Mutu/TQM sebagai alatnya, pada semua perusahaan, instansi dan lembaga 2. Membangun budaya masyarakat yang peduli akan Mutu denga filosofi perbaikan disegala sendi kehidupan secara berkesinambungan 3. Membentuk lembaga untuk pengembangan Mutu dan Produktivitas Nasional untuk mendorong sinergi dalam implementasi serta menjaga kesinambungannya Jl. Ciputat Raya No. 8, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12240 Telp. (62-21) 7235682 Ext.113 | Fax.(62-21) 7203350, Email: [email protected] | http://www.ammpi.com