BAB II KAJIAN PUSTAKA Sehat tidak hanya

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sehat tidak hanya berarti detak jantung yang teratur dan pembuangan yang
lancar. Sehat mencakup sikap yang positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela
bekerja dan mampu menghargai orang lain. Menurut WHO defenisi sehat adalah
keadaan sejahtera baik dari segi badan, mental, spiritual (dirinya sendiri) maupun
segi sosial budaya (lingkungannya). Dan juga menurut UU No.23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan Pasal 1 ayat 1 : “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”(//www.google.com/search?q+cache:Gakd611zJwj:Gindah.blogspot.com/2
007_09_01)
Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit sangat dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan
atau dokter dalam hal ini juga akan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria
media yang objektif berdasarkan hal yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik
seorang individu.
Marshal dan Lois (1995), mengatakan bahwa orang terlibat kegiatan medis
karena tiga alasan pokok, yaitu:
a. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala sakit
belum dirasakan (perilaku sehat)
b. Untuk mendapatkan diagnosa penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada
gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit)
c. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh
dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak pertambah parah (peran
sakit).
Universitas Sumatera Utara
Seorang individu dapat merasakan sakit dan itu akan dapat merubah
perilakunya, Menurut Foster (1986:184-190) tahapan sakit yaitu:
 Tahap pengalaman gejala, pada tahap ini akan terdapat gejala-gejala terhadap
perubahan fisik atau psikis
 Asumsi dari keadaan peranan sakit, pada tahap ini akan muncul suatu
perubahan baik dalam fisik maupun psikis dan kecenderungan terjadi
perubahan perilaku demi mengatasi rasa sakit yang ada
 Tahap kontak perawatan medis. Pada tahap ini, individu akan mencari
perawatan medis, baik tradisional maupun modren atau bersifat alternatif
 Tahap
peranan
ketergantungan pasien,
pada
tahap
ini
akan
ada
ketergantungan pasien terhadap tenaga kesehatan (dokter, dukun, tabib dan
lain-lain), serta apa yang disuruh oleh tanga keseahtan semaksimal mungkin
akan dilakukan, seiring dengan sikap rasionalitas yang dimiliki individu.
 Kesembuhan atau keadaan rehabilitas, pada tahap ini merupakan tahap akhir
dari tahap sakit, dimana kesembuhan akan mulai diperoleh atau jika tidak,
pengantisipasian agar penyakit tidak berkembang akan dilakukan pada tahap
ini. Dalam sosiologi kesehatan, penyakit mempunyai peranan sosial yakni:
 Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahan
 Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi
 Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian
 Masuk Rumah Sakit dapat sebagai liburan
 Penyakit dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial
 Penyakit dapat dijadikan alat untuk menghapus perasaan bersalah.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan sakit diungkapkan Parsons (1951) keadaan sakit dianggap sebagai
suatu penyimpangan dari keadaan sosial di mana perilaku normal terkoyak oleh
penyakit atau keadaan biologis yang abnormal. Parsons melihat keadaan sakit sebagai
suatu gangguan terhadap keadaan normal seseorang, baik secara sosiologis
(Lumenta,1989 : 21 ).
Berbagai aspek spesifik dalam konsep Parsons tentang peran sakit
digolongkan dalam empat kategori dasar yaitu :
1.Orang sakit dibebaskan dari peran social normatif. Pembebasan ini sebenarnya
relatif, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan sakit tersebut.
2.Orang sakit tidak bertanggungjawab atas keadaannya. Keadaan sakit seseorang
dianggap di luar kendali.
3. Orang sakit harus berupaya untuk sembuh.
4. Orang sakit harus mencari pengobat dan bekerja sama denganya selama proses
penyembuhan. (Lumenta, 1989 : 23)
Sejak seseorang merasakan suatu rasa sakit, sebenarnya ia mulai menjalani
proses panjang, yaitu proses kesakitan, dan pengobatan, dan dimulailah siklus peran
sakit, peran sakit, peran pasien, peran rehabilitas dan peran sehat kembali. Peran
pasien telah dikemukakan oleh sosiolog Talcott Parsons pada awal tahun 1950-an.
Parsons meninjau peran sakit dan peran pasien dari segi ilmu perilaku dan menyusun
semacam aksioma bahwa seseorang yang berada dalam keadaan sakit wajib berusaha
untuk sembuh dengan mengobatkan diri dan tunduk kepada pengobatnya (Lumenta,
1989 : 12).
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya fungsi sosial Rumah Sakit dan laboratorium klinik sesuai
dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu sesuai
peraturan yang berlaku.
2. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam tanpa dipungut
uang muka dahulu baik pasien mampu atau tidak mampu.
3. Ikut membantu pelaksanaan program pemerintah di bidang kesehatan
masyarakat .
4. Di bawah koordinasi dinas kesehatan setempat dan rumah sakit pemerintah di
wilayahnya.
Sedangkan fungsi rumah sakit pada hikikatnya adalah menyediakan dan
menyelenggarakan :
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang medis dan non medis
3. Pelayanan asuhan keperawatan
4. Pelayanan rehabilitas
5. Pelayanan rujukan
6. Pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan realisasi di lapangan, atau malah dapat
berbeda 180 derajat
(http:www..go.id/en/file/PenKesehatan4.doc+fungsi+rumah+sakit&hl=id&ct=
clnk&cd=2&gl=id)
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori Health Belief Model mengatakan bahwa terdapat tiga faktor
esensial dalam menetapkan suatu perilaku, yaitu:

Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil resiko kesehatan

Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku

Perilaku itu sendiri justru menyebabkan suatu penyakit tertentu
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berimbangan
dengan kepribadian dan lingkungan individu, dan pengalaman yang berhubungan
dengan suasana dan petugas kesehatan
(http//202.155.5.44/indekx.php?optm=article&task=viewarticle&ortid=168&
itemid=3)
Selain situasi dan keadaan Rumah sakit, hubungan atau interaksi dokterpasien sangat penting dan pada dasarnya seorang dokter menurut Schepers ( ibid, hal
41) mempunyai 5 fungsi yaitu:
1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus diataati oleh pasien
(universal versus khusus)
2. Membina interaksi dengna pasien secara luas dan membaur, atau terbatas
(membaur versus spesifik)
3. Melibatkan emosi/perasaaannya atau bersikap netral dalam hubungan dengan
sang pasien (spesifik versus netral)
4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau keputusan bersama (orientasi versus
kelompok)
Universitas Sumatera Utara
5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus
prestasi)
Kemudian, dokter dalam tugas pelayanan medisnya juga mempunyai
kewajiban-kewajiban. Adapun kewajiban-kewajiban dokter menurut Leenen meliputi
sebagai berikut :
1. Kewajiban yang timbul
dari sifat pelayanan medis di mana dokter harus
bertindaksesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek
kedokterannya secara legal.
2. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak asasi
dalam bidang kesehatan.
3. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.
Kewajiban - kewajiban dokter lebih rinci dapat dipedomani seperti yang
dikemukakan oleh Pengurus Besar IDI dalam buku Panduan Aspek Hukum Praktek
Swasta Dokter, yakni seperti berikut :

Memberikan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukannya.

Kewajiban untuk bekerja sewsuai dengan standar profesi medis.

Kewajiban menyimpan rahasia jabatan/pekerjaan dokter.

Kewajiban untuk
menolong pasien dalam
keadaan gawat darurat tanpa
terpengaruh oleh imbalan/honorarium.
Secara umum yang menjadi hak seorang dokter dalam menjalankan tugas
profesinya adalah sebagai berikut ini :
Universitas Sumatera Utara

Hak untuk menolak bekerja di luar standar profesi medis.

Hak untuk menolak tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik
profesi medis.

Hak untuk memilih pasien dan mengakhiri hubungan dengan pasien,
kecuali dalam keadaan gawat darurat.

Hak atas privacy dokter.

Hak
untuk
menerima
imbalan
balas
jasa/honorarium.
(Iskandar
Dalmy,1998:28)
Menurut David dalam (Lumenta,1989:51) adapun hak dan kewajiban pasien dalam
rumah sakit adalah :

Hak Pasien :
1. Memperoleh pelayanan kesehatan yang manusiawi sesuai standar profesi.
2. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dan menolak
keikutsertaan dalam penelitian kedokteran.
3. Kerahasiaan atas catatan mediknya.
4. Hak rujuk kalau diperlukan.
5. Memperoleh penjelasan tentang penelitian klinik.
6. Memperoleh perawatan lanjutan dengan informasi tentang nama/alamat
dokter selanjutnya.
7. Berhubungan dengan keluarga, rohaniawan, dsb.
8. Penjelasan tentang rincian rekening (rawatan, obat, pemeriksaan laboratorium,
rontgen, ultrasonografi (USG), biaya kamar bedah, imbalan jasa, dan
sebagainya).
Universitas Sumatera Utara
9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.
10. menarik diri dari kontrak terapik.

Kewajiban Pasien
1. Memeriksakan diri pada dokter sedini mungkin.
2. Memberikan informasi lengkap tentang penyakitnya.
3. Berobat ulang sesuai anjuran dokter.
4. Menandatangani surat-surat izin untuk diagnosis dan terapi (termasuk infomed
consent)
5. Mematuhi peraturan – peraturan rumah sakit (jam tamu, barang-barang
berharga, radio, TV, dan sebagainya.
2.1. Teori Pilihan Rasional
Menurut Bachtiar (2006) Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional)
manakala ia terapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara-cara dan tujuantujuan dimana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan
efisiensi. Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi
seseorang. Kita telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu
kelas dengan Life Chances, yaitu peluang untuk hidup. Kekayaan dan kepemilikan
yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang mempunyai pengaruh besar
terhadap
peluang
hidupnya,
nasibnya.
Seseorang
warga masyarakat yang
berpenghasilan tinggi secara finansial mampu menjalani pemeriksaan dan perawatan
medis
di luar negeri, misalnya di Taiwan, Tokyo atau Singapura dan menarik
manfaat dan perkembangan terakhir di dunia medis sehingga dapat memperpanjang
harapan hidupnya, seseorang yang termasuk golongan
berpenghasilan terendah
Universitas Sumatera Utara
banyak yang mendadak meninggal dunia tanpa sebabnya karena tidak mengenal
manfaat upaya medis modern andaikan mereka tahu pun tidak akan mampu
membiayai pemeriksaan dan perawatan madis yang paling sederhana (Sunarto,
Kamanto, 2000:102). Dari pernyataan Max Weber diatas dalam pemilihan tempat
pemeriksaan atau perawatan medis, para pasien bebas untuk mencari tempat
penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien dengan pertimbangan
secara
rasional.
Parson mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif, aktif dan
evaluatif dalam memilih alternative tindakan dalam mencapai tujuan (Rizer,
2004:71). Begitu juga dalam menentukan rumah sakit mana yang mereka tuju jika
dalam kondisi sakit atau gawat darurat dengan pengambilan keputusan secara rasional
melalui pertimbangan-pertimbangan. Karena mereka juga mempertimbangkan
bagaimana profesionalisme paramedisnya, bagaimana pelayanannya, kualitas
obatnya, biaya rawat inapnya.
Begitu juga dalam teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak pada
mulanya dikembangkan oleh Max Weber berpendapat bahwa tindakan didasarkan
atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus
atau sistuasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial akan situasi
tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu
mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat ( Sarwono,
1997: 30). Begitu juga dengan pemilihan tempat penyembuhan penyakit, para pasien
bebas untuk mencarinya dengan pertimbangan rasional
Universitas Sumatera Utara
Weber mengatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial,
sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai
tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas
dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tidakan rasional menurut
Weber pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber
membagi rasionalitas tindakan ini ke dalam empat macam, yaitu rasionalitas
intrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan
afektif. Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang
dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadra dalam melakukan
tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas
yang beroeientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam
hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir
baginya (www.geocities.com/jurnal indonesia/sosiologi-profetik.htl)
Dalam keadaan ekonomi yang carut marut saat ini, masyarakat harus
menyikapi dengan tepat. Sikap cerdas yang harus kita dilakukan ialah berpola piker
secara rasional dan berpola tindak ekonomis. Strategi yang paling sederhana adalah
melakukan penghematan di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan. “Harga
kesehatan sangat mahal”. Ungkapan itu terasa sangat tepat di saat ekonomi Indonesia
lagi mendapat cobaan ini. Bayangkan, biaya jasa dokter, khususnya dokter spesialis,
masih belum terjangkau sebagian masyarakat. Belum lagi harga obat yang cukup
mahal dan semakin lama pasti semakin menggila. Ditambah lagi beban biaya
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan patologis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya yang akan semakin tidak terjangkau. Biaya akan
semakin melangit bila pasien divonis rawat inap atau operasi.
Jalan terbaik dalam menyikapi beban psikologis itu adalah melakukan
tindakan mawas diri serta berpikiran jernih dan positif dan bertindak secara rasional.
Secara sadar manusia harus menerima fakta dan fenomena alam bahwa sumber energi
bumi akan berkurang dan akan semakin mahal. Meskipun sulit, dalam jangka
panjang, manusia harus berinovasi dalam berteknologi. Dalam jangka pendek,
tindakan rasional yang dapat dilakukan adalah mawas diri untuk memilih mana yang
terbaik khususnya dalam memilih rumah sakit, klinik, kita harus berpikir secara
rasional sesuai kenyataan yang sedang terjadi saat ini.
2.2. Teori Trust/ Kepercayaan
Menurut Fukuyama, 1995 bahwa Kepercayaan merupakan produk dari
komunitas-komunitas yang telah ada sebelumnya yang memilliki norma-norma atau
nilai-nilai moral bersama. Ada beberapa elemen utama yang terkait dengan isu Trust,
yakni kebajikan social dan modal sosial.
 Kepercayaan
Sebagaimana dijelaskan Fukuyama,
kepercayaan adalah harapan yang
tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur,
teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan
sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif;
hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapanharapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok
orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standarstandar sekuler, seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan
berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
mendukung iklim kerjasama (Fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan
prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
Fukuyama memandang Trust sebagai komponen ekonomi yang melekat pada
kultur yang ada pada masyarakat. Qianhong Fu membagi tiga tingkatan Trust yaitu :
pada tingkat individual, relasi sosial dan pada tingkatan sistem sosial.
a. Pada tingkat individual, trust merupakan kekayaan individual,
merupakan variable personal sebagai karakteristik individu.
b. Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk
mencapai tujuan-tujuan kelompok.
c. Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang bekembang
menurut sistem sosial yang ada ( Jausari, 2006:12).
Trust disedepankan dengan istilah kepercayaan, didefenisikan oleh Fukuyama
sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang
muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang
dianut bersama oleh anggota-anggota komunitas.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dalam bidang kesehatan, seorang pasien memiliki kepercayaan
terhadap dokter yang timbul dari pengalaman-pengalaman yang telah didefenisikan
secara langsung dalam berinteraksi dengan dokter. Penelitian ini juga pernah
dilakukan oleh Yuni Manthovani tentang bagaimana fenomena pencarian pengobatan
ke Penang-Malaysia pada masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
meliputi model kepercayaan kesehatan, kepuasan terhadap
Universitas Sumatera Utara
Download