FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ARTIKEL OLEH ANNISA AFRA 0121520 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Annisa Afra1), Rini Susanti, S.SiT, M.Kes2), Ari Andayani, S.SiT, M.Kes3) AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO Email : UP2M@AKBIDNgudi Waluyo INTISARI Annisa Afra, 2015 ; Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Pembimbing I. Rini Susanti, S.SiT, M.Kes. II. Ari Andayani, S.SiT, M.Kes Latar belakang salah satu faktor predisposisi terjadinya persalinan prematur adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat. Kejadian prematuritas sebesar 7,8% pada interval lebih dari 23 bulan yang akan meningkat menjadi 18,0% pada kasus dengan interval kurang dari 12 bulan Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 24 Januari 2015 di RSUD Pandan Arang Boyolali jumlah persalinan pada bulan Januari sampai Maret 2015 ada 84 persalinan dengan kejadian bayi premature sebanyak 13 bayi. Dari 13 bayi ini ada 5 bayi yang jarak kehamilan ibunya kurang dari 2 tahun, umur ibu antara 20-35 tahun dan multipara, 3 bayi umur ibunya beresiko < 20 dan primipara, 3 bayi umur ibunya > 35 tahun. 2 bayi ibunya mengalami KPD. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. Desain penelitian korelasional dengan pendekatan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan Januari sampai Maret tahun 2015 sebanyak 84 persalinan.Teknik sampling yaitu Total Sampling. Data penelitian data sekunder dengan uji Chi Square Hasil penelitian sebagian besar umur responden 20-35 tahun sebanyak 57 responden (67,9%). Sebagian besar paritas responden multipara sebanyak 60 responden (71,4,0%). Sebagian besar jarak kehamilan responden tidak beresiko sebanyak 66 responden (78,6%). Sebagian besar responden melahirkan bayi tidak prematur sebanyak 65 responden (77,4%).Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,304 > (0,05).Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,599> (0,05).Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,000> (0,05). Bidan diharapkan melakukan deteksi dini dan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus sehingga dapat mencegah kejadian partus prematurus. Kata Kunci : umur, paritas, jarak kehamilan, partus prematurus 2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI ABSTRACT Annisa Afra, 2015; Factors related to the occurrence of confinement prematurus in hospitals Pandan Arang Boyolali Supervisor I. Rini Susanti, S.SiT, Kes. II. Ari Andayani, S.SiT, M.Kes Background one predisposing factor for preterm labor is too close spacing pregnancies. Prematurity incidence of 7.8% at an interval of more than 23 months will increase to 18.0% in cases with intervals of less than 12 months of preliminary study conducted by the author on 24 January 2015 in Pandan Arang Boyolali District Hospital deliveries in January to March 2015 there were 84 deliveries with the incidence of premature babies as much as 13 babies. Of the 13 infants have 5 baby mother pregnancy spacing of less than 2 years, maternal age between 20-35 years and multiparous, 3 babies aged mother at risk <20 and primiparous, 3 baby mothers aged> 35 years. 2 baby's mother suffered KPD. This study aimed to factors related to the occurrence of confinement prematurus in hospitals Pandan Arang Boyolali. Correlational study design with cross sectional approach. The entire population of mothers giving birth in hospitals Pandan Arang Boyolali in January to March 2015 by 84 persalinan.Teknik sampling is total sampling. Secondary data research data with Chi Square test Results of the study most of the respondents aged 20-35 years as many as 57 respondents (67.9%). Most of the respondents parity multiparas 60 respondents (71,4,0%). Most of the respondents are not at risk of pregnancy spacing as much as 66 respondents (78.6%). Most respondents did not give birth to a premature baby as much as 65 respondents (77.4%). There is no relationship between age and the incidence of hospital confinement prematurus in Pandan Arang Boyolali with p value 0.304> (0.05) There is no relationship between parity and incidence prematurus confinement in hospitals Pandan Arang Boyolali with p value 0.599> (0.05) .There was a relationship between the distance of a pregnancy with parturition prematurus events in hospitals Pandan Arang Boyolali with p value 0,000> (0.05). Midwives expected early detection and attention to factors related to the occurrence of confinement prematurus so as to prevent the occurrence prematurus parturition. Keywords: age, parity, spacing of pregnancy, parturition prematurus PENDAHULUAN Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Salah satu tujuan pembangunan millennium (Millennium Development Goals / MDGs) adalah menurunkan AKI sebanyak 3 tiga perempat dari angka nasional pada tahun 2015. Selain itu, kesepakatan MDGs menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan untuk AKB adalah 23/100.000 (Kemenkes RI, 2014). Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses kepelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh terlambat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga (Kemenkes RI, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015. AKABA (Angka Kematian Anak Balita) Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, 4 meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah melampaui target. Sedangkan AKABA kabupaten Boyolali pada tahun 2012 adalah171 bayi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayi prematur, semakin muda usia kehamilan semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. Masalah lain adalah bayi prematur sering disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah RDS (Respiratory Distress Syndrom), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik (Winkjosastro 2008). Indonesia sendiri berada di urutan ke5 dari 10 negara penyumbang bayi prematur terbanyak. Banyaknya jumlah bayi prematur karena jumlah penduduk Indonesia yang juga tinggi. Pada 2010 saja tercatat 250.000 lebih kelahiran bayi prematur. Saat paling berbahaya dalam hidup bagi seorang bayi prematur ketika baru saja terlahir ke dunia. Bisa jadi karena persalinan prematur atau preterm, salah satu penyebab terbanyak kematian bayi, selain karena infeksi. Di Indonesia, data WHO tahun 2013 menunjukkan angka kelahiran bayi pada 2010 sebanyak 4.371.800 jiwa. Dari jumlah tersebut, satu dari enam yang lahir mengalami prematur atau 15,5 per 100 kelahiran hidup (675.700 jiwa) terlahir prematur. Bayi prematur termasuk dalam kelompok bayi berisiko tinggi. Mereka terlahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan barat badan kurang dari 2.500 gram. Hal itu membuat organ tubuh bayi belum cukup matang. Dengan tingkat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI kematangan tumbuh yang belum sempurna, bayi prematur berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan (Wandito, 2013) Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terjadinya persalinan prematur. Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20 25%), dan persalinan preterm spontan (20 - 25%) (Norwitz & Schorge 2006,). Di USA, faktor resiko terhadap persalinan prematur dibagi menurut penelitian berbasis bukti. Yaitu jarak persalinan yang pendek (<18 bulan) dan yang panjang (>60 bulan), riwayat persalinan prematur sebelumnya, ras/etnik, usia ibu yang ekstrim (<16 tahun dan > 40 tahun), malnutrisi ibu dan stress kronis, infeksi, sosioekonomi rendah, perokok (termasuk perokok pasif/peminum alkohol/pemakai kokain), faktor plasenta, kehamilan multipel (Krisnadi 2009). Salah satu faktor predisposisi terjadinya persalinan prematur adalah usia ibu. Secara statistik, ibu yang sangat muda yaitu yang berusia kurang dari 18 tahun atau yang berusia 35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan prematur yang lebih tinggi. Pada kelahiran anak yang kedua, ibu yang berusia antara 15 dan 19 tahun berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami kelahiran yang sangat prematur dan bayi lahir mati dibandingkan ibu yang berusia 20 -29 tahun (Holmes, 2011). Menurut Astolfi dan Zonta tahun 2002 mendapatkan 64% peningkatan kejadian persalinan prematur pada populasi wanita Italia yang berusia 35 tahun atau lebih, terutama pada kehamilan pertama (Krisnadi 2009). Pada wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun), akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal, endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat melahirkan (Dian, 2004). 5 Studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 24 Januari 2015 di RSUD Pandan Arang Boyolali jumlah persalinan pada bulan Januari sampai Maret 2015 ada 84 persalinan dengan kejadian bayi premature sebanyak 13 bayi. Dari 13 bayi ini ada 5 bayi yang jarak kehamilan ibunya kurang dari 2 tahun, umur ibu antara 20-35 tahun dan multipara, 3 bayi umur ibunya beresiko < 20 dan primipara, 3 bayi umur ibunya > 35 tahun. 2 bayi ibunya mengalami KPD. Dari uraian diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui umur ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali. b. Mengetahui paritas ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali. c. Mengetahui jarak kehamilan ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali. d. Mengetahui kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. e. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali f. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali g. Mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali METODE PENELITIAN Desain penelitian korelasional dengan pendekatan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan Januari sampai Maret tahun 2015 sebanyak 84 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI persalinan.Teknik sampling yaitu Total Sampling. Data penelitian data sekunder dengan uji Chi Square HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015 di RSUD Pandan Arang Boyolali pada 84 responden diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Umur ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 1. Distribusi frekuensi umur ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Umur Frekuensi >35 tahun 20-35 tahun < 20 tahun Jumlah 15 57 12 84 Persentase (%) 17,9 67,9 14,3 100,0% Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar umur responden 20-35 tahun sebanyak 57 responden (67,9%). 2. Paritas ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 2. Distribusi frekuensi paritas ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Paritas Frekuensi Grandemultipara Multipara Primipara Jumlah 2 60 22 84 Persentase (%) 2,4 71,4 26,2 100,0% Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar paritas responden multipara sebanyak 60 responden (71,4,0%). 6 3. Jarak kehamilan ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 3. Distribusi frekuensi jarak kehamilan ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Jarak Kehamilan Tidak Beresiko Beresiko Jumlah Frekuensi 66 18 Persentase (%) 78,6 21,4 84 100,0% Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar jarak kehamilan responden tidak beresiko sebanyak 66 responden (78,6%). 4. Kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian partus prematurus ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Kejadian partus prematurus Tidak Prematur Prematur Jumlah Frekuensi Persentase (%) 65 19 77,4 22,6 84 100,0% Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden melahirkan bayi tidak prematur sebanyak 65 responden (77,4%). 5. Hubungan umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berumur > 35 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 5 responden (33,3%), responden yang berumur 20-35 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 13 responden (22,8%) dan responden yang berumur < 20 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 1 responden (8,3%). Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,304 > (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. 6. Hubungan paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden multipara dan melahirkan bayi prematur sebanyak 15 responden (25,0%) dan responden primipara yang melahirkan bayi prematur sebanyak 4 responden (18,2%). Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,599> (0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali. 7. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dan indung telur. Wanita muda yang umurnya di bawah 20 tahun terhitung masih dalam proses pertumbuhan. Memang mereka sudah mendapatkan haid (menstruasi), namun sebenarnya bukan berarti organ reproduksinya sudah matang seratus persen (Emon, 2007). Hasil penelitian juga didapatkan responden yang usianya > 35 tahun. Wanita dewasa berusia lebih dari 35 tahun ke atas, kondisi organ-organ reproduksinya berbanding terbalik dengan yang di bawah 20 tahun. Pada usia itu wanita mulai mengalami proses penuaan. Dengan kondisi seperti itu maka terjadi regresi atau kemunduran dimana alat reproduksi tidak sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan (Emon, 2007). Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Rizka Fatmawati tahun 2010 dengan judul gambaran faktor risiko kejadian prematuritas di RSUP dr. suradji Tirtonegoro Klaten yang hasilnya sebagian besar mempunyai paritas lebih dari 4 persalinan sebanyak 214 orang (55,9%), yang mempunyai umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sebanyak 253 orang (66%), yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 7 tahun sebanyak 242 orang (63,2%), yang mengalami anemia sebanyak 227 orang (59,3%). B. Pembahasan 1. Paritas ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar paritas responden multipara sebanyak 60 responden (71,4,0%). Sebagian besar responden multipara disebabkan sebuah keluarga biasanya menginginkan anak lebih dari satu. Sehingga mereka hamil kembali setelah mempunyai satu anak.Paritas pada penelitian ini ada primipara disebabkan umur yang masih dibawah 20 tahun dan baru saja menikah. Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Hasil penelitian juga didapatkan responden yang grandemultipara atau mempunyai anak lebih dari 5 walaupun hanya sedikit. Hal ini disebabkan kepercayaan ibu bahwa banyak anak banyak rejeki dan selama bersalin ibu tidak pernah mengalami masalah apapun Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008). Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Rizka Fatmawati tahun 2010 dengan judul gambaran faktor risiko kejadian prematuritas di RSUP dr. suradji Tirtonegoro Klaten yang hasilnya sebagian besar mempunyai paritas lebih dari 4 persalinan sebanyak 214 orang (55,9%), yang mempunyai umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sebanyak 253 orang (66%), yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 tahun sebanyak 242 orang (63,2%), yang mengalami anemia sebanyak 227 orang (59,3%). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI 2. Jarak kehamilan ibu melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar jarak kehamilan responden tidak beresiko sebanyak 66 responden (78,6%). Jarak yang tidak beresiko saat hamil adalah 18-60 bulan diman organ reproduksi telah kembali seperti sedia kala dan siap untukhamil ataupun melahirkan kembali. Hasil penelitian masih ada responden yang jarak kehamilannya beresiko < 18 bulan dan > 60 bulan. Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan (Tukiran, 2008). Pada wanita yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun), akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester ke tiga, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia atau kurang darah, ketuban pecah awal, endometriosis masa nifas serta yang terburuk yakni kematian saat melahirkan (Dian, 2004). Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Rizka Fatmawati tahun 2010 dengan judul gambaran faktor risiko kejadian prematuritas di RSUP dr. suradji Tirtonegoro Klaten yang hasilnya sebagian besar mempunyai paritas lebih dari 4 persalinan sebanyak 214 orang (55,9%), yang mempunyai umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sebanyak 253 orang (66%), yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 tahun sebanyak 242 orang (63,2%), yang mengalami anemia sebanyak 227 orang (59,3%). 3. Kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar responden melahirkan bayi tidak prematur sebanyak 65 responden (77,4%). Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan 8 serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008). Bayi dikatakan tidak lahir prematur jika cukup umur saat persalinan. Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari), bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu, bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari). Hasil penelitian didapatkan 22,6% bayi prematur. Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007). Klasifikasi premature menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu: usia kehamilan 32 –36 minggu disebut persalinan prematur (preterm), usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very preterm), usia kehamilan 20–27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely preterm). Selain itu menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok berat badan bayi 1500 –2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat badan bayi 1000–1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER)(Krisnadi, 2009) Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Rizka Fatmawati tahun 2010 dengan judul gambaran faktor risiko kejadian prematuritas di RSUP dr. suradji Tirtonegoro Klaten yang hasilnya sebagian besar mempunyai paritas lebih dari 4 persalinan sebanyak 214 orang (55,9%), yang mempunyai umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun sebanyak 253 orang (66%), yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI tahun sebanyak 242 orang (63,2%), yang mengalami anemia sebanyak 227 orang (59,3%). 4. Hubungan umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,304 > (0,05). Tidak adanya hubungan antara umur dengan kejadian partus prematurus pada penelitian ini disebabkan antara responden yang berumur < 20, 20-35 tahun dan > 35 tahun ada yang mengalami kejadian partus prematurus. Kemungkinan disebabkan faktor lainnya seperti riwayat obstetric atau ketuban pecah dini. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang berumur > 35 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 5 responden (33,3%), responden yang berumur 20-35 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 13 responden (22,8%) dan responden yang berumur < 20 tahun dan melahirkan bayi prematur sebanyak 1 responden (8,3%). Umur yang tidak pada usia reproduksi sehat (20-35 tahun) saat hamil sebenarnya beresiko terjadi partus prematurus. Umur berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan, kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun juga berisiko untuk melahirkan bayi prematur (Manuaba, 2007). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Felix Kasim tahun 2011 dengan judul hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008 dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil berdasarkan umur ≥ 35 tahun, paritas > 1 dan ≥ 5, jarak kehamilan < 2 tahun, dan Antenatal Care (ANC) < 4x dengan kejadian bayi BBLR. 9 5. Hubungan paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,599> (0,05). Jumlah paritas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan (Nurdiana, 2008). Pada penelitian ini tidak ada hubungan disebabkan kemungkinan kejadian premature disebabkan faktor lainnya seperti indikasi medis pada ibu/ janin, jarak kehamilan, riwayat obstetrik, kehamilan kembar, ketuban pecah dini (KPD), plasenta previa, solutio plasenta, mioma uteri, diabetes mellitus, preeklamsi, penyakit jantung, anemia. Manuaba (2007). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden multipara dan melahirkan bayi prematur sebanyak 15 responden (25,0%) dan responden primipara yang melahirkan bayi prematur sebanyak 4 responden (18,2%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina tahun 2006 menyatakan bahwa paritas dengan dengan kejadian partus prematur mempunyai hubungan yang bermakna dengan signifikansi (p=0,000), dimana pada wanita yang paritasnya lebih dari 3 ada kecenderungan mempunyai risiko sebesar 4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur bila dibandingkan dengan wanita yang paritasnya kurang dari 3 (Agustina, 2006). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Felix Kasim tahun 2011 dengan judul hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008 dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil berdasarkan umur ≥ 35 tahun, paritas > 1 dan ≥ 5, jarak kehamilan < 2 tahun, dan Antenatal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Care (ANC) < 4x dengan kejadian bayi BBLR. 6. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,000> (0,05). Adanya hubungan disebabkan wanita yang hamil dengan jarak terlalu dekat berisiko tinggi mengalami komplikasi di antaranya kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah, bahkan bayi lahir mati. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang jarak kehamilannya tidak beresiko dan melahirkan bayi prematur sebanyak 8 responden (12,1%) dan responden yang jarak kehamilannya beresiko serta melahirkan bayi prematur sebanyak 11 responden (61,1%). Meningkatnya risiko ini tidak berkaitan dengan faktor risiko lain, seperti komplikasi pada kehamilan pertama, usia ibu waktu melahirkan, dan status ekonomi ibu. jarak kehamilan terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya. Setelah rahim kembali ke kondisi semula, barulah merencanakan punya anak lagi (Ros, 2003). Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Felix Kasim tahun 2011 dengan judul hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008 dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil berdasarkan umur ≥ 35 tahun, paritas > 1 dan ≥ 5, jarak kehamilan < 2 tahun, dan Antenatal Care (ANC) < 4x dengan kejadian bayi BBLR. C. Keterbatasan Penelitian Peneliti hanya meneliti faktor umur, paritas dan jarak kehamilan yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus sehingga tidak meneliti faktor 10 lain yang berhubungan. Penelitian dilakukan satu kali satu waktu sehingga belum mengambarkan keadaan selanjutnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Umur responden sebagian besar 20-35 tahun sebanyak 57 responden (67,9%). 2. Paritas responden sebagian besar multipara sebanyak 60 responden (71,4,0%). 3. Jarak kehamilan responden sebagian besar tidak beresiko sebanyak 66 responden (78,6%). 4. Sebagian besar responden melahirkan bayi tidak prematur sebanyak 65 responden (77,4%). 5. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,304 > (0,05). 6. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,599> (0,05). 7. Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian partus prematurus di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p value 0,000> (0,05). Saran 1. Bagi Responden Responden diharapkan lebih mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus dengan cara mencari informasi tentang kehamilan yang sehat dari tenaga kesehatan 2. Bagi Bidan Bidan diharapkan melakukan deteksi dini dengan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus dengan cara memeriksa ibu secara seksama dari anamnesa sampai pemeriksaan lainnya. 3. Bagi RSUD Pandan Arang Boyolali RSUD Pandan Arang Boyolali diharapkan meningkatkan pelayanan dengan memberikan penyuluhan pada ibu hamil pada ibu hamil beresiko terjadi partus prematurus. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kejadian partus prematurus seperti anemia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Rhineka Cipta : 2010 Agustina. Hubungan Antara Paritas dengan Partus Prematur (Studi di RSU dr. Soetomo Surabaya) 2006. http:// www.adln.lib.unair.ac.id/ go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006agustinafi2479&width=300&PHPSES SID= 068ef00626d3e335b59998cc35e21ce4 Budayasa, dkk. Peranan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini Terhadap Insidens Sepsis Neonatorum Dini Pada Kehamilan Aterm. 2006. http://www. kalbe.co.id/files/cdk/files/08_151_Per ananFaktorRisikoKetubanPecah.pdf/0 8_151_PerananFaktorRisikoKetubanP ecah.pdf Chalik. Hemoragi Utama Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika ; 2003 Dian. Penting, Mengatur Jarak Kelahiran. 2004. http:// www.bkkbn. go.id_ detail.php?aid=165. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan 2012 Provinsi Jawa Tengah. Semarang : 2012. Emon, Persalinan Berisiko Sebabkan Kematian. 2007. http://pikas.bkkbn.go.id/ news_ detail.php?nid=5590. Hartono, dkk, Hubungan Antara Karakteristik Ibu dan Kejadian Kematian Bayi di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. 2006. http: //www.litbang.depkes.go.id/risbinkes/ Buku%20Laporan%20Penelitian%202 006/ hubungan%20karakteristik%20bumil %20dan%20AKI. Htm. Hidayat, A. Riset Keperawatan dan Tehnik penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika ; 2003. 11 Husnina, Z. Hubungan Riwayat Antenatal Care, dan Ibu Perokok Pasif dengan Terjadinya Bayi Prematur (Studi Pada Pasien Bersalin di IRD Obgin RSU Dr. Soetomo, Surabaya). 2006. http://www. adln. lib. unair.ac.id/go. php? id= gdlhub- gdl- s1-2006husninazid- 2352 &q= premature. Krisnadi. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama ; 2009. Maas, L. Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya. 2004. http:// library. usu. ac. id/download /fkm/fkm%20linda2.pdf. Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC ; 2007. Medicastore. Kehamilan Risiko Tinggi. 2008. http://medicastore.com/penyakit/569/k ehamilan_resiko_tinggi.html. diakses 28 Agustus 2008. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC ; 2003. Ningrum, dkk. Hasil Luaran Janin Pada Ibu Pasca Abortus di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2004. 2004. http://rofiqahmad.wordpress .com/ 2008/01/ 24/ hasil-luaran-janinpada-ibu-pasca-abortus-di-rumahsakit-dr-hasansadikin-bandung-tahun2004/, Norwitz & Schorge . At a Glance Obstetric And Gynecology. Jakarta. Penerbit: EMS ( Erlangga Medical Series ) ; 2008. Notoatmodjo . Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010 Nurdiana, A, Profil Kelahiran Bayi Prematur di RSUD dr. Soebandi Jember Periode 1 Januari 2003 – 31 Desember 2005. 2008. http://digilib.unej.ac. id/go.php?id=gdlhub- gdl-grey-2008 astutinurd1469& width=150&PHPSES SID=7556b7345f7a0ef9e18c9ff28c80 810c. Oxorn. Ilmu Kebidanan. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica ; 2003. Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Ros. Hindari Kehamilan Terlalu Dekat. 2003. http://www.indo media.com/sripo /2003/09/19/1909gay6.htm, Santiyasa, W,. Hubungan Faktor SosioDemografi Serta Perilaku Pra dan Pasca Persalinan dengan Kematian Balita. 2004. http://209.85.175.104/search ?q=cache:vM5SAJlRqVMJ:ejournal.u nud.ac.id/abstrak/hubungan2520faktor %2520sosio(1).doc+pengaruh+tingkat +pendidikan+ibu+terhadap+kehamila n &hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. Sastrawinata, dkk. .Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGC ; 2005. Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2007 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta : 2010. 12 Suyono, dkk. Hubungan Antara Umur Ibu Hamil dengan Frekuensi Solusio Plasenta di RSUD dr. Moewardi Surakarta. 2007. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/ 158_06Hubunganumuribuhamilrsmoe wardi.pdf/158_06Hubunganumuribuh amilrsmoewardi.html. Sylviati. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. In: Sholeh Kosim, dkk ; 2006. Tukiran, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2008. http:// www. bkkbn. go.id/yogya/print.php?tid=2& rid =6. Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2007 Yoseph. Perdarahan Selama Kehamilan. 2006. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/ files/12PerdarahanSelamaKehamilan1 12.pdf/12PerdarahanSelamaKehamila n112.html. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATURUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI