Pinjaman Daerah kewenangan APBD

advertisement
ASAS OTONOMI DAERAH –
KEUANGAN PUSAT & DAERAH
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
• Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan
Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan
Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
• Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
• UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
• UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
• UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32
Tahun 2004)
Tujuan Otonomi Daerah
•
•
•
•
•
Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
Pengembangan kehidupan demokrasi.
Keadilan nasional.
Pemerataan wilayah daerah.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan
NKRI.
• Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
• Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan
peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan
fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
3 Azas Sistem Pemerintahan Daerah di
Indonesia :
1. Desentralisasi
2. Dekonsentrasi
3. Tugas pembantuan (Medebewind)
1. Desentralisasi :
Pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia”
2. Dekonsentrasi :
Pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.”
• Dekonsentrasi, bertujuan untuk memperpanjang jangkauan kekuasaan pusat ke wilayah
bawahan.
• Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
yang dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan
untuk instansi vertikal pusat di daerah.
3.Tugas Pembantuan(Medebewind):
Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:
“Penugasan dari Pemerintah kepada daerah* dan/atau desa, dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu”
(* daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)
• Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah otonom dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
• Dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselenggarakan karena
tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat
dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi.
• Sebagai konsekuensi negara kesatuan memang tidak
dimungkinkan semua wewenang pemerintah
didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun kepada
daerah.
Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Indonesia
Yang Menjadi
Kewenangan Pusat
Yang Menjadi
Kewenangan Daerah
Urusan Wajib (Obligatory)
Wajib diselenggarakan terkait
dengan pelayanan dasar (basic
services), seperti: Pendidikan,
Kesehatan, Perumahan, Ketahanan
Pangan, Sosial.
Urusan Pilihan (Optional)
Terkait dengan potensi unggulan
(core competence), seperti:
Urusan di Luar 6 Urusan Absolut
Pertambangan, Perikanan,
CONCURRENT
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
(Urusan Bersama)
Pariwisata
6 Urusan Absolut:
1. Politik Luar Negeri
2. Pertahanan
3. Keamanan
4. Yustisi
5. Moneter dan Fiskal Nasional
6. Agama
•
•
•
Sebagian dapat diselenggarakan
sendiri oleh Pemerintah
Sebagian dapat diselenggarakan
melalui Dekonsentrasi;
Sebagian dapat diselenggarakan
melalui Tugas Pembantuan
Diselenggarakan melalui asas
Desentralisasi dengan kriteria:
eksternalitas, akuntablitas, dan efisiensi
Kebijakan Fiskal Nasional
•
Konsep “Money Follows Functions”
•
Pelaksanaan Desentralisasi, Dekonsentrasi,
dan Tugas Pembantuan
•
Transfer dari Pusat ke Daerah
KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL
kepala daerah diberikan diskresi (keleluasaan)
untuk mengelola belanjanya. Hal ini tentu saja
sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah
masing-masing.
Kebijakan Fiskal Nasional
Pemerintah
Pusat
kewenangan
sumber pendanaan
Pemerintah
Daerah
Pelaksanaan
Kewenangan
APBD
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas
Pembantuan
Pemerintah
Pusat kepada
Daerah/Desa
PAD
Dana
Perimbangan
Hibah,
Lain-lain
Pendapatan
Belanja
Surplus/Defisit
BHP & BP
DAU
DAK
SILPA Tahun Lalu
Dana
Cadangan
APBN
Penjualan
Kekayaan
Daerah yang
dipisahkan
APBN
Pinjaman
Daerah
Pembiayaan
Pemerintah Pusat
Belanja
Pemerintah
Pusat
Belanja
APBN
Melalui
Angg.K/L
Melalui
Angg Non K/L
Daerah
Mendanai kewenangan
di luar 6 Urusan
Penyelenggaraan Azas
Dekon & Tugas Pembantuan
Mendanai kewenangan
6 Urusan
Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan oleh
Kantor Vertikal di Daerah
Mendanai Program
Nasional kewenangan
bersama
Bantuan:
PNPM, Jamkesmas
Angg Non K/L à anggaran yg dikelola
Men-Keu sbg Bend-Um
BLT, Subsidi
(Energi dan Non Energi)
Hibah Ke Daerah
Dana
Perimbangan
Transfer
ke
Daerah
Dana
Otsus
Dana
Penyesuaian
•
•
•
DBH
DAU
DAK
§ Pajak
§ SDA
Penyelenggaraan Azas
Desentralisasi
(Masuk APBD)
Komposisi Pendapatan Pemerintah Daerah
2008-2010 (%)
Jenis Pendapatan
Provinsi
Kota/Kabu
paten
Pemerintah
Daerah
Pendapatan Asli Daerah
43.8%
7.3%
16.0%
Dana Transfer dari Pemerintah
Pusat
55.0%
86.6%
79.3%
Dana Bagi Hasil (DBH)
22.9%
16.4%
18.0%
Dana Alokasi Umum (DAU)
22.7%
59.8%
51.0%
Dana Alokasi Khusus (DAK)
1.6%
8.0%
6.5%
Dana Otsus dan Penyesuaian
7.8%
2.5%
3.8%
Pendapatan Lainnya
1.2%
5.9%
4.7%
TOTAL PENDAPATAN
100.0%
100.0%
100.0%
• Sumber pendanaan dalam APBD dapat
dialokasikan untuk mendanai pelaksanaan
urusan wajib dan urusan pilihan dalam bentuk
program dan kegiatan yang terkait dengan
peningkatan pelayanan publik, penciptaan
lapangan kerja, pengentasan kemiskinan,
peningkatan kualitas lingkungan, dan
pertumbuhan ekonomi daerah  kebutuhan
dana meningkat  perimbangan keuangan
pusat dan daerah
• Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah
memberikan dimensi yang lebih jelas bagi Daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas.
• Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat didanai dari APBN,
• Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah
daerah didanai dari APBD.
 Sistem pendanaan penyelenggaraan pemerintahan bisa
berjalan efisien, efektif dan tidak menimbulkan tumpang
tindih ataupun tidak tersedianya pendanaan pada suatu
bidang pemerintahan.
• pemerintah pusat masih dapat
– melimpahkan kewenangan kepadaGubernur
selaku wakil pemerintah pusat di daerah dan/atau
– menugaskan kepada Gubernur/Bupati/Walikota
selaku kepala daerah otonom untuk melaksanakan
urusan pemerintahan lainnya di luar 6 urusan
yang bersifat mutlak dalam rangka penyediaan
pelayanan yang berskala nasional (lintas provinsi).
• Desentralisasi kewenangan kepada Gubernur
tersebut dilaksanakan melalui pendanaan
dekonsentrasi,
• sedangkan penugasan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota dilaksanakan melalui
pendanaan tugas pembantuan
– Kedua sumber pendanaan tersebut dialokasikan
melalui anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
tidak masuk dalam APBD karena yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan kewenangan atas urusan
pemerintahan yang didanai dari dana dekonsentrasi
dan dana tugas pembantuan adalah pemerintah
pusat..
DANA YANG DIKELOLA PEMDA
•
•
•
•
Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah,
dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah
– Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai
dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi.
PAD
• Pajak Daerah, hasil Retribusi
Daerah, hasil pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah
yang sah, yang digali dari
daerah yang bersangkutan
berdasarkan asas
desentralisasi.
DANA PERIMBANGAN
• pendanaan Daerah yang
bersumber dari APBN yang
terdiri atas:
– Dana Bagi Hasil (DBH),
– Dana Alokasi Umum (DAU)
– Dana Alokasi Khusus (DAK)
Ketiga komponen Dana Perimbangan dialokasikan
kepada daerah dalam satu kesatuan sistem
transfer dana dari Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah guna mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan
antara Pusat dan Daerah (vertical imbalance)
serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan
pemerintahan antar-Daerah (horizontal
imbalance).
Dana Darurat
• Dana dari Pem Pusat
berasal dari APBN untuk
keperluan mendesak yang
diakibatkan oleh bencana
nasional dan/atau peristiwa
luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi oleh Daerah
dengan menggunakan
sumber APBD.
Pinjaman Daerah
• salah satu sumber
pembiayaan yang bertujuan
untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi
daerah dan meningkatkan
pelayanan kepada
masyarakat
lain-lain Pendapatan yang sah
•
bertujuan memberikan peluang kepada
daerah untuk memperoleh pendapatan
lainnya yang berasal dari:
–
–
–
–
–
–
–
hasil kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan,
hasil pemanfaatan atau pendayagunaan
kekayaan negara yang tidak dipisahkan,
jasa giro,
pendapatan bunga,
tuntutan ganti rugi,
keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing,
dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain
sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah
Pengelolaan sumber dana APBD
Tertib dan taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, agar setiap dana yang dibelanjakan
dapat menghasilkan output yang terukur
dalam menstimulasi peningkatan
kesejahteraan masyarakat daerah.
ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA (APBN) VS
ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD)
Pengertian Anggaran;
 Rencana keuangan yang mencerminkan pilihan
kebijakan untuk suatu periode pada masa yang akan
datang .
 Suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan
penerimaan yang diharapkan akan terjadi pada suatu
periode di masa yang akan datang, serta data
pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh
terjadi di saat ini dan masa yang lalu.
Keuangan Negara;
 Semua tindakan pemerintah yang mempunyai akibat
sehingga negara dibebani kewajiban untuk membayar dan
negara memperoleh hak untuk menagih.
Untuk menjabarkan pengertian keuangan negara secara
riil diperlukan adanya proses perencanaan (planning).
Proses perencanaan dalam kaitannya dengan APBN tentu
berkaitan dengan perencanaan keuangan (bubgeting atau
penganggaran).
Pengertian APBN
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh DPR.
 Berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama
satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember).
Tujuan APBN  Mengatur pembelanjaan negara,
mewujudkan stabilitas ekonomi dan pemerataan
pendapatan/mengembangkan
aktivitas
ekonomi
masyarakat.
Fungsi APBN;
1. Fungsi Otorisasi
Dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja
pada tahun yang bersangkutan,
2. Fungsi Perencanaan
Pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan
pada tahun tersebut.
3. Fungsi Pengawasan
Pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi APBN ……… (Lanjutan)
4. Fungsi Alokasi
Diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi
Alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
7. Fungsi Pengorganisasian
Pedoman untuk menyeimbangkan berbagai pos
yang ada agar semua kepentingan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Landasan Hukum APBN:
1. UUD 1945 pasal 23 (1), tentang APBN yang ditetapkan
setiap tahun.
2. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
Cara penyusunan APBN:
Pemerintah mengajukan RAPBN (RUU APBN) – DPR
– UU APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum
tahun anggaran dilaksanakan.
Kesulitan dalam menyusun RAPBN, banyak faktor
yang setiap saat dapat berubah dalam kurun waktu satu
tahun.
Faktor-faktor yang belum dapat dipastikan
memberikan pengaruh dalam penentuan APBN
umumnya terkait dengan enam sumber:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (USD)
Harga minyak bumi di pasar Internasional
Kuota minyak mentah yang ditentukan oleh OPEC
Suku bunga
Pertumbuhan ekonomi
Inflasi
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
1. Kemandirian,
yaitu
meningkatkan
sumber
penerimaan dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efesiensi dan
produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undangundang negara
Pelaksanaan APBN:
APBN ditetapkan dengan UU – pelaksanaan APBN
dituangkan dalam PP.
Revisi APBN: Pemerintah mengajukan RUU
Perubahan APBN kepada DPR.
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN:
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir,
Presiden menyampaikan RUU tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada
DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun xxxx/xxxx
(dalam milyar rupiah)
Penerimaan dalam negeri
Penerimaan pembangunan
xxx
xxx
Belanja rutin
Belanja pembangunan
xxx
xxx
Penerimaan Negara
xxx
Belanja Negara
xxxx
Struktur APBN
Pendapatan
Negara dan
Hibah
Penerimaan
Perpajakan
1.
2.
Penerimaan
Negara Bukan
Pajak (PNBP)
Penerimaan dalam negeri
• Pajak penghasilan
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),
Cukai, dan pajak lainnya
Pajak perdagangan internasional, terdiri atas Bea Masuk dan
Tarif Ekspor
1.
2.
3.
Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
Bagian Laba BUMN
PNBP Lainnya
Belanja
Pemerintah Pusat
1.
2.
3.
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Daerah
1.
2.
3.
4.
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pembiayaan
Dalam Negeri
Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta
penyertaan modal negara
Pembiayaan Luar
Negeri
1.
Hibah
Belanja
Negara
Pembiayaan
2.
Penarian Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program
dan Pinjaman Proyek
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pengertian APBD:
APBD merupakan rencana pendapatan, belanja daerah, dan
pembiayaan untuk satu tahun.
APBD juga merupakan wujud tahunan dari rencana jangka panjang
daerah serta rencana jangka menengah yang dibuat dari visi misi
kepala daerah.
Fungsi APBD
• Fungsi Otorisasi: dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.
•
Fungsi Perencanaa: pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
•
Fungsi Pengawasan: pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
yang ada.
• Fungsi Alokasi: mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
• Fungsi Distribusi; memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
• Fungsi Stabilisasi: menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Struktur APBD
Pendapatan
Daerah
Belanja Daerah
Pembiayaan
Pendapatan Asli Daerah
1.
2.
3.
4.
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah, yang terdiri dari:
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
• Hasil pemanfaatan/pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
• Pendapatan bunga
• Tuntutan ganti rugi
• Keuntungan setelah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
• Komisi potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah
Dana Perimbangan
1.
2.
3.
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Belanja Tidak Langsung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Belanja Pegawai
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan g. Belanja tidak terduga
Belanja Langsung
1.
2.
3.
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Penerimaan Pembiayaan
1.
2.
3.
4.
5.
SILPA tahun anggaran sebelumnya
Pencairan dana cadangan
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Pengeluaran Pembiayaan
1.
2.
3.
4.
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman
Hubungan APBN - APBD
APBN
1.Penerimaan Pemerintah:
a. Penerimaan Dalam Negeri
- Penerimaan dr Pajak
- Penerimaan bukan Pajak
b. Hibah
2. Belanja Pemerintah:
a. Belanja Pemerintah Pusat
b. Belanja Daerah:
- Propinsi
- Kabupaten/Kota
3. Pembiayaan:
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri:
- Pinjaman Program/Proyek
- interest rate dan Pokok
Hutang
APBD Propinsi
1.
Penerimaan Propinsi:
a. Pendapatan Asli Daerah:
- Pajak
- Bukan Pajak
b. Transfer dari Pemerintah Pusat
2. Belanja Pemerintah Propinsi:
a. Belanja Pem. Propinsi
b. Belanja Kabupaten/Kota
3. Pembiayaan:
- Pinjaman
APBD Kabupaten/Kota
1.
Penerimaan Kabupaten/Kota:
a. Pendapatan Asli Daerah:
- Pajak
- Bukan Pajak
b. Transfer dari
- Pem. Pusat
- Pem. Propinsi
2. Belanja Kabupaten/Kota:
3. Pembiayaan:
- Pinjaman
Alur Sumber Dana APBN ke APBD
APBN
APBD
PENDAPATAN
Pajak
PNBP
Hibah
PENDAPATAN
• PAD
• Dana Perimbangan
• Lain2 Pendapatan
- Dana Otsus & Penyesuaian
- Dana Hibah Daerah
- Dana - Darurat
BELANJA NEGARA
I. Pemerintah Pusat
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Bantuan Sosial
Pembayaran Bunga
Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Lain-lain
Belanja K/L
APP
II. Belanja Daerah
Dana Perimbangan
Dana Otsus & Penyesuaian
Hibah
- PDN
- Penerusan Hibah LN
- Penerusan Pinjaman LN
`Dana Darurat
PEMBIAYAAN
I. Pembiayaan
Dalam Negeri
1. Perbankan dalam negeri
2. Non-perbankan dalam negeri
II. Pembiayaan Luar negeri (neto)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
PENGELUARAN :
Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri
II. Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri
I.
BELANJA
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga
Subsidi
Belanja Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Tak Terduga
Belanja Transfer
PEMBIAYAAN
I. Penerimaan
SILPA
Pencaian Dana Cadangan
Penjualan Aset yg dipisahkan
Penerimaan Pinjaman
Penerimaaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
II. Pengeluaran
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Utang
Pemberian Pinjaman
41
TUGAS
Buat matriks perbedaan DAU dan DAK
Download