MODUL PERKULIAHAN Pedologi Gangguan Mood (Mood Disorder) dan Bunuh Diri Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh MK61077 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Abstrak Kompetensi Mengetahui dan memahami gangguan mood dan bunuh diri, faktor penyebab, dan karakteristik dari gangguangangguan tersebut Mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan materi terkait Gangguan Mood dan Bunuh Diri 1. Pengertian Gangguan Mood Gangguan mood (mood disorder) dikarakteristikkan dengan emosi negatif yang intens dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, meliputi perasaan depresi dan putus asa. Gangguan ini juga dibarengi dengan beberapa gejala yang nantinya akan berpengaruh dengan fungsi keseharian dan hubungan pertemanan remaja. Gejala yang paling umum adalah mudah kelelahan. tersinggung, merasa tidak berdaya, merasa bersalah, lesu dan Gejala-gejala tersebut juga direfleksikan dengan kurangnya minat dalam melakukan aktifitas yang menyenangkan dan penurunan performa akademik. Pada beberapa remaja, periode mood normal dan depresi berlawanan dengan episode mania, yakni fase mood yang secara abnormal dan terus meningkat dan meluas atau cepat marah (APA, 2000). Episode manik biasanya dibarengi dengan meningkatnya aktivitas dan menurunnya keinginan untuk tidur dan dalam banyak kasus disertai dengan meningkatnya kepercayaan diri yang berlebihan. Pada kasus yang serius, kelainan tersebut dilanjutkan hingga dewasa atau berakhir dengan bunuh diri. Deskripsi modern pertama tentang gangguan mood ditemukan sekitar 150 tahun yang lalu. Pada tahun 1860, Sir James dan Crichton-Browne yang merupakan seorang fisikawan mengamati bahwa depresi muncul tidak sesuai dengan perkembangan awal meskipun demikian hal ini hanya dalam penampilan dimana kegembiraan masa kanakkanak dapat memberikan tempat untuk putus asa dan putus asa dan iman dan keyakinan dapat digantikan oleh keraguan dan kesengsaraan. Beberapa tahun kemudian ilmuwan Inggris, Harold Maudsley (1867) menyertakan melankolia -label awal untuk depresi- ke dalam satu dari tujuh bentuk kegilaan anak-anak. Pada tahun 1975 pada National Institute of Mental Health Conference on Depresion in Children depresi pada orang dewasa mulai mendapat perhatian. Kemudian bahwa terdapat kemungkinan pengalaman-pengalaman menyakitkan pada masa kanak-kanak merujuk diperhatikannya gangguan mood pada anak dan remaja. 2016 2 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penelitian pertama berhipotesis bahwa depresi itu tersirat, yang muncul secara nyata adalah bentuk dari gangguan lain seperti agresi, hiperaktivitas atau kecemasan (Glaser, 1967). Yang kemudian memunculkan istilah masked depression dan gejala-gejala lain tersebut disebut sebagai depressive equivalent. Namun definisi yang jelas tentang apa saja yang termasuk dalam depressive equivalent itu masih belum dapat dijelaskan karena semua gejala gangguan bisa merupakan depressive equivalent kecuali gangguan autism dan skizofrenia. 2. Diagnostik Gangguan Mood Menurut DSM IV-TR Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV-TR) merupakan salah satu instrumen yang dipakai untuk menegakkan diagnosis depresi, selain PPDGJ yang digunakan di RSJ-RSJ di Indonesia. Bila manifestasi gejala depresi muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, sedih, putus asa), diagnosis depresi dengan mudah dapat ditegakkan. Tapi bila gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus menerus, adanya gejala depresi yang melatarbelakangi sering tidak terdiagnosis. Ada masalah yang juga dapat menutupi diagnosis depresi, misalnya individu penyalahguna alkohol atau narkotika untuk mengatasi depresi, atau depresi muncul dalam bentuk gangguan perilaku. 2.1 Major Depressive Disorder Meskipun kriteria yang sama digunakan untuk mendiagnosa gangguan depresi mayor pada segala usia, DSM IV-TR menyebutkan bahwa tidak seperti orang dewasa, anak-anak dan remaja terlihat cenderung lebih cepat marah daripada depresi (APA, 2000). Hal ini penting untuk meletakkan diagnosa lebih kepada reaksi anak terhadap depresi daripada kepada depresi tersebut. Dengan kata lain, alih-alih seorang anak mengeluh 2016 3 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahwa ia depresi, anak dengan gangguan depresi mayor lebih sering ngambek dan cepat marah karena mereka merasa depresi. Gejala utama pada gejala depresi mayor biasanya sama pada anak dan remaja yang mengalami gangguan tersebut. Namun, frekuensi dari gejala lainnya bervariasi tergantung dari usia. Anak-anak yang lebih muda sering terlihat sedih dan depresi dan sering mengeluhkan keluhan fisik seperti pusing dan sakit perut. Mereka juga bisa menjadi cepat marah. Sebaliknya, remaja lebih mampu mengekspresikan perasaan sedih dan putus asa dan mengalami perubahan dalam pola tidur, energi, selera makan dan berat badan. Anak dengan gangguan depresi mayor lebih sering cemas, sedangkan remaja cenderung akan mengalami anhedonia (penurunan minat terhadap aktifitas yang menyenangkan) (Kashani & Carlson, 1987; Ryan et al., 1987). Banyak dari anak-anak dengan gangguan depresi mayor menderita gejala somatis atau vegetatif, terutama pada remaja. Gejala-gejala ini termasuk hipersomnia (terlalu banyak tidur). Insomnia (kurang tidur atau gangguan tidur) penambahan atau penurunan berat badan, perubahan selera makan dan kelelahan (Mitchell, McCauley, Burke, & Moss, 1988). Gejala-gejala vegetatif sering menjadi keluhan utama orang tua yang membawa anaknya untuk konsultasi professional seperti perubahan pola tidur, makan dan aktifitas harian lainnya yang mana dari sini akan lebih mudah ditelusuri daripada perasaan yang mendalam dari keputusasaan dan ketidak berdayaan atau perubahan selera. Sekitar setengah dari anak dan remaja yang mengalami gangguan depresi mayor memiliki gejala endogen (Mitchell et al 1988, Ryan et al 1987) yaitu karakteristik emosi dan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh lingkungan. Gejala endogen tersebut meliputi perubahan mood secara harian (biasanya mood buruk pada pagi hari), mood yang tidak bisa merespon perubahan pada lingkungan dan beremosi datar. Anak dan remaja dalam jumlah yang signifikan juga menunjukkan adanya gejala psikotik selama episode depresi. Yang paling sering adalah halusinasi auditori (30-50%), sedangkan halusinasi visual dan olfaktori terhitung sangat jarang misalnya delusi (6-7%). 2016 4 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kriteria Diagnostik Major Depressive Disorder menurut DSM IV-TR : A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1) mood depresi; (2) kehilangan minat. 1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja dapat mudah marah. 2. Ditandai dengan hilangnya minat pada semua hal, atau hampir semua hal. 3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak berat badan yang tidak naik. 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari. 5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban). 6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari. 7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi) hampir setiap hari. 8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari. 9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan. B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran. C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis. D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obatobatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid). E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement (kehilangan) 2016 5 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.2 Dysthymia Dysthymia disebut juga dengan depresi tingkat rendah karena penderitanya mengalami gejala yang tidak lebih parah, namun Dysthymia terhitung lebih kronis dibandingkan dengan Major Depressive Disorder. Fluktuasi antara periode depresi dan remisi tidak begitu terlihat sehingga menyulitkan untuk menentukan kapan periode-periode itu dimulai dan berakhir. Gangguan harus berlangsung minimal satu tahun tanpa ada peningkatan lebih dari dua bulan pada saat itu. Dengan kata lain, kebanyakan anak-anak dengan Dysthymia memiliki gejala yang lebih rendah dari Major Depressive Disorder yang sedang berada dalam episode depresi. Namun demikian, mereka bisa berbulan-bulan tanpa ada peningkatan yang signifikan dengan moodnya (APA, 2000). Seperti pada Major Depressive Disorder, DSM IV-TR menyebutkan bahwa anak dan remaja dengan Dysthymia sering terlihat cepat marah daripada depresi. Disamping gangguan mood, disebutkan dalam DSM bahwa diperlukan paling tidak dua dari enam gejala sebelum diagnosis dapat dibuat. Termasuk penurunan minat terhadap hal yang biasanya disukai, kelelahan, tidak berenergi, gangguan tidur dan makan, tidak percaya diri dan ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, merasa pesimis dan putus asa. Dalam jangka waktu yang lama hal ini tentu saja dapat mengganggu fungsi keseharian. Karena berlangsung kronis, gejala-gejala ini dapat saja terlihat seperti sebuah kepribadian dibandingkan dengan gangguan psikologis. Kriteria Diagnostik Dysthymia Menurut DSM IV-TR : A. Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak, diindikasikan dengan subjektif atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2 tahun. Note : pada anak dan remaja, mood sangat iritabel dan durasinya minimal 1 tahun. B. Kondisi saat depresi, dua atau lebih : 1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan 2. Insomnia atau hipersomnia 2016 6 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Sedikit tenaga atau kelelahan 4. Harga diri yang rendah 5. Sulit berkonsentrasi atau kesulitan dalam membuat suatu keputusan 6. Putus asa C. Selama 2 tahun (1 tahun untuk anak) terdapat gangguan, tidak pernah tanpa gejalagejala pada kriteria A dan B lebih dari 2 bulan pada satu waktu. D. Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun untuk anak dan dewasa), gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai Major Depressive Disorder. E. Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania, dan tidak termasuk dalam gangguan siklotimik F. Gangguan tidak terjadi saat terdapatnya gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan waham. G. Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat-obatan terlarang) atau kondisi medis umum (hipotiroid). H. Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya 2.3 Gangguan Bipolar Karakteristik utama dari gangguan bipolar adalah adanya satu atau lebih episode manik. Episode-episode ini merupakan fase kegembiraan yang ekstrem atau euforia, sering bercampur dengan sifat yang mudah marah dan aktivitas yang berlebihan. Anak dengan gangguan bipolar akan bergantian antara periode mania dan suasana hati yang depresi. Meskipun pada remaja, mereka akan tampak bersemangat dan terlalu gembira selama periode manik dan lebih banyak berada pada suasana hati yang baik. Mania adalah keadaan suasana hati (mood) yang abnormal, yang memiliki dampak berisiko bagi anakanak atau remaja yang terkena, karena emosi mereka tidak sesuai dengan apa yang terjadi 2016 7 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam hidup mereka. Sehingga akan memisahkan mereka dari orang yang mereka cintai atau bertindak berbahaya. Berikut adalah kriteria diagnosis untuk episode manik. Hanya satu episode yang dibutuhkan untuk diagnosis gangguan bipolar, karena mayoritas orang yang memiliki satu akan memiliki gangguan lainnya. Di samping perubahan suasana hati yang cepat merupakan karakteristik dari gangguan, DSM IV-TR mensyaratkan bahwa anak atau remaja menunjukan tiga atau lebih gejala terkait (atau empat jika mood manik terutama marah) yang menjelaskan secara singkat di sini. Kriteria Diagnostik Episode Manik Menurut DSM IV-TR : A. Periode yang berbeda secara abnormal dan terus menerus tinggi, ekspansif, atau perasaan yang mudah tersinggung, yang berlangsung setidaknya 1 minggu (atau lebih jika dirawat di rumah sakit diperlukan). B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah bertahan (empat jika mood hanya mudah tersinggung) dan telah hadir ke tingkat yang signifikan : (1) Meningkatnya harga diri atau kebesaran. (2) Penurunan kebutuhan untuk tidur (merasa cukup dengan tidur selama 3 jam). (3) Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara. (4) Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya banyak sekali. (5) Distractibility (perhatian terlalu mudah terganggu pada rangsangan eksternal yang tidak penting atau tidak relevan). (6) Peningkatan pada aktivitas yang bersifat goal-directed (baik secara sosial, di tempat kerja atau sekolah atau secara seksual) atau agitasi psikomotor. (7) Keterlibatan yang berlebihan dalam kegiatan yang menyenangkan yang memiliki potensi tinggi untuk konsekuensi menyakitkan (misal terlibat dalam berbelanja sambil bersuka ria, aktivitas seksual yang tidak bijak, atau investasi bisnis yang bodoh). C. 2016 Gejala tidak menemui kriteria untuk Episode Campuran (Mixed Episode). 8 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id D. Gangguan mood cukup parah menyebabkan penurunan biasanya dalam fungsi pekerjaan atau kegiatan sosial atau hubungan dengan orang lain atau mengharuskan rawat inap untuk mencegah bahaya bagi diri sendiri atau orang lain atau ada fitur psikotik. E. Gejala bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat tertentu (misal penyalahgunaan narkoba, obat, atau perawatan lainnya) atau kondisi medis lainnya (misal hipertiroid). Perubahan mood pada gangguan bipolar umumnya disertai oleh peningkatan energi dan level aktivitas; penurunan kebutuhan untuk tidur, dan racing thoughts. Pressured speech merupakan tanda eksternal dari racing thoughts, atau dalam klinis disebut dengan flight of ideas. Dengan gaya perilaku seperti ini, anak dengan mania akan sering terlibat dalam aktivitas menyenangkan yang berisiko tinggi seperti penggunaan obat-obatan (Weller et al., 1995). Sehingga mungkin mereka butuh dirawat di rumah sakit untuk perlindungan diri mereka. Episode manik juga sering disertai oleh perasaan berlebihan atau kebesaran diri yang tidak memiliki dasar dalam kenyataan. Contohnya, seorang remaja dengan nilai yang buruk dengan percaya diri mengumumkan bahwa dia akan menjadi seorang pengacara atau ketika gagal tes, dia mengatakan bahwa guru mengajar secara tidak benar (Geller and Luby, 1997). Pada beberapa kasus, perasaan diri yang berlebih ini ditetapkan sebagai halusinasi atau delusi anak. Sebagai contoh, remaja yang memulai periode manik percaya bahwa Tuhan berbicara kepadanya dan mengembangkan delusinya bahwa ia adalah seorang penyampai pesan (nabi). Carlson dan Strober (1979) menemukan bahwa 50% remaja dengan gangguan bipolar dinilai memiliki halusinasi dan 66% memiliki delusi. Dalam DSM IV-TR menjelaskan episode campuran (mixed episodes), dimana anak dan remaja memiliki kriteria diagnosis manik dan depresi dan berputar secara cepat antara periode mania, depresi mayor, dan mood normal; dan episode hipomanik (hypomanic 2016 9 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id episodes), dimana kriteria penuh untuk mania tidak ditemukan, tetapi orang tersebut memiliki gejala manik yang mengganggu fungsi. 2. Bunuh Diri Gangguan mood sering disertai oleh ide untuk bunuh diri, pemikiran yang tetap tentang kematian atau rencana untuk bunuh diri. Umumnya terjadi pada remaja yang secara klinis mengalami depresi. Sebagai contoh, pada komunitas sampel lebih dari 1.700 remaja, Roberts, Lewinsohn, dan Seely (1995) menemukan bahwa 41% telah berpikir untuk bunuh diri, persentase ini lebih tinggi secara signifikan dalam sampel klinis, sering menyebabkan lebih dari 75% anak dan remaja yang depresi. Bahkan secara tragis, ada anak usia 4 tahun yang menyatakan bahwa ia tidak ingin hidup lagi. Berikut adalah daftar perilaku yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki resiko yang tinggi untuk bunuh diri dan mungkin sebenarnya telah memikirkannya, yaitu usaha atau gestur sebelumnya; rencana bunuh diri; rencana letal khususnya yang melibatkan senjata api; rencana untuk bunuh diri yang dikombinasikan dengan penggunaan alkohol; keinginan besar untuk bergabung dengan seseorang yang dicintai yang telah meninggal; kegagalan dalam mengembangkan rapport dengan ahli klinis; komunikasi tentang bunuh diri baik secara lisan maupun tulisan; frekuensi yang tinggi tentang rencana bunuh diri; dukungan orang tua yang tidak adekuat, pengawasan, atau penilaian/penghakiman (Carlson & Abbott, 1995). Mengapa beberapa remaja berusaha untuk melakukan bunuh diri? Untuk menjawab pertanyaan ini, Boergers, Spirito, dan Donaldson (2008) bertanya kepada 120 remaja yang berusaha untuk bunuh diri. Jawaban mereka antara lain : untuk mati; untuk mendapatkan bantuan dari keadaan pikiran yang mengerikan; untuk melarikan diri sementara dari situasi tertentu; untuk membuat orang-orang mengerti seberapa mereka merasa depresi; untuk membuat orang-orang menyesal terhadap apa yang telah dilakukannya; untuk menunjukan seberapa besar kamu mencintai seseorang; untuk mengetahui apakah seseorang benar- 2016 10 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id benar mencintaimu atau tidak; untuk mencari bantuan seseorang; untuk mencoba dan mempengaruhi seseorang atau merubah pikirannya. 3. Diagnostik dan Pertimbangan Perkembangan Diagnosis dari gangguan mood pada remaja dapat menjadi sulit karena (1) tingkat depresi memiliki makna yang berbeda; dan (2) gejala gangguan mood berubah seiring bertambahnya usia sering secara signifikan. Dalam arti luas, periode depresi merangkum perasaan tertekan dan putus asa dan mengalami titik-titik yang berbeda dalam hidup. Perasaan ini lebih dikatakan normatif daripada patologis, karena manusia pada umumnya, dan anak muda pada khususnya merasakan hal tersebut. Sebagai contoh, Achenbach (1991) menemukan bahwa 40% remaja melaporkan perasaan depresi dan 10% sampai 20% orangtua yang memiliki anak remaja menjelaskan anak mereka sebagai orang yang depresi. Akhirnya, istilah depresi memiliki arti diagnostik. Mengacu pada gangguan psikologis yang kehadirannya dapat dibentuk dengan kriteria tertentu seperti orang-orang dari DSM IVTR. Dalam hal ini, istilah tersebut tidak hanya menggambarkan sekumpulan gejala yang spesifik, tetapi juga menentukan sindrom yang telah mencapai tingkat keparahan tertentu, telah berlangsung untuk jangka waktu minimum dan secara signifikan mengganggu kemampuan anak atau remaja untuk berfungsi secara normal. 2016 11 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th Text Revision). Washington, DC: Author. Mash, E.J. & Wolfe, D. A. (2010) Abnormal child psychology (4th ed.). Belmont,CA: Wadsworth. 2016 12 Pedologi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id