KONVENSI GRUP DANONE/UITA MENGENAI KEANEKARAGAMAN MUKADIMAH Keanekaragaman harus merupakan tujuan yang tetap. Dengan semangat ini, Grup DANONE dan UITA bersama ini menyatakan : pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang bermanfaat bagi keanekaragaman adalah suatu cara untuk maju ke arah kesetaraan peluang bagi seluruh karyawan Grup dan bagi semua orang yang mengajukan pencalonan. keanekaragaman adalah bermanfaat bagi perusahaan dengan menggalakkan kreativitas dan inovasi dan dengan memberikan sumbangan untuk merespons secara lebih baik harapan-harapan dari para konsumen, karyawan dan seluruh masyarakat. Pihak-pihak penandatangan mengingatkan : bahwa perjuangan melawan segala bentuk diskriminasi adalah komitmen yang nyata dari semua perusahaan Grup DANONE sesuai dengan prinsip sosial yang mendasar mengenai nondiskriminasi1, bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah menyatakan kesediaan untuk bertindak mengenai tematema yang berkaitan dengan keanekaragaman melalui konvensi-konvensi mengenai asas-asas sosial yang mendasar, persamaan hak profesional laki-laki/wanita atau nondiskriminasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas serikat pekerja/buruh, bahwa dengan konvensi ini perusahaan-perusahaan tersebut bertujuan melangkah lebih jauh dengan menentukan tujuan-tujuan guna memajukan persamaan hak yang nyata untuk akses ke lapangan kerja dan penerimaan tenaga-tenaga kerja, dalam pendidikan dan pelatihan, dalam perkembangan profesional, penggajian dan kondisi pekerjaan. Oleh karenanya pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial (direksi, serikat-serikat pekerja/buruh dan/atau wakil-wakil karyawan) pada tingkat lokal : untuk melakukan mobilisasi melawan segala bentuk diskriminasi yang didasarkan pada kenyataan atau anggapan bahwa seseorang adalah warga atau bukan warga dari suatu suku bangsa, suatu bangsa atau ras, gender, agama, usia, nama keluarga, tempat tinggal, kecenderungan seks, aliran politik atau serikat pekerja/buruh, kesehatan, fisik atau cacat, tanggung jawab terhadap keluarga atau lain-lain pertimbangan yang tidak ada hubungannya dengan kompetensi, untuk melaksanakan segala kegiatan yang bermanfaat bagi keanekaragaman, baik pada tingkat penerimaan tenaga-tenaga maupun dalam perkembangan profesional, penggajian, kondisi pekerjaan atau dalam mempertahankan karyawan di pekerjaannya. Diingatkan bahwa : pelecehan dianggap sebagai suatu bentuk diskriminasi, hamil tidak dapat dijadikan alasan pemecatan maupun menjadi objek diskriminasi. 1 hasil konvensi-konvensi 100 dan 111 dari Organisasi Ketenagakerjaan Internasional Indonesia - Indonésien 8 -- 17 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 TUJUAN-TUJUAN Persetujuan-persetujuan dalam konvensi ini tidak mempersoalkan kembali ketentuan-ketentuan yang lebih menguntungkan yang telah ada di perusahaan-perusahaan Grup DANONE atau yang berasal dari perundang-undangan. Mitra-mitra wicara sosial dari perusahaan-perusahaan Grup diminta untuk merundingkan cara-cara pelaksanaan yang konkret dari persetujuan-persetujuan ini dengan memperhatikan keadaan-keadaan yang khas dari perusahaan-perusahaan/cabang-cabang perusahaan yang bersangkutan demikian juga konteks ekonomi dan sosial dari negara yang bersangkutan dan daerah-daerah lapangan kerja setempat. Persetujuan-persetujuan dari konvensi ini yang mengenai keanekaragaman meliputi bidang-bidang sebagai berikut : Penerimaan tenaga kerja dan lapangan kerja – Pendidikan dan Pelatihan – Perkembangan profesional – Penggajian – Kondisi pekerjaan. 1. PENERIMAAN TENAGA KERJA DAN LAPANGAN KERJA 1.1. Membuka sumber-sumber dan metode-metode penerimaan tenaga kerja Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial dari seluruh perusahaanperusahaan dari Grup untuk mengambil, atau apabila mungkin melanjutkan, prakarsa-prakarsa mengenai keanekaragaman dalam bidang-bidang penerimaan tenaga kerja dan lapangan kerja. Pelaksanaan : Menginformasikan kepada mitra-mitra ekstern mereka mengenai lapangan kerja, pendidikan dan pelatihan (tenaga kerja sementara, sekolah-sekolah, kantor-kantor penerimaan tenaga kerja, instansiinstansi penerimaan tenaga kerja pemerintah, organisasi-organisasi ahli untuk pengintegrasian karyawan cacat...) mengenai kebijakan keanekaragaman yang akan dijalankan oleh perusahaan dan mengusahakan agar kebijakan tersebut dipertimbangkan oleh mitra-mitranya. Memperluas sumber-sumber penerimaan tenaga kerja. Menghapuskan semua kriteria diskiminasi dalam penyusunan redaksi penawaran kerja dan uraian tugas-tugas. Menjamin agar kriteria-kriteria penerimaan tenaga-tenaga kerja adalah objektif dan hanya didasarkan pada kompetensi yang diperlukan (yang diperoleh dari pengalaman atau disahkan dengan kualifikasi yang diakui). Menerapkan metode-metode penyeleksian yang memungkinkan dipertimbangkannya tidak saja pendidikan dan pelatihan serta kualifikasi yang telah dicapai tetapi juga kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh setiap orang. Menerapkan tujuan-tujuan kemajuan yang relevan di tingkat lokal dan indikator-indikator penilaian yang di antaranya : upaya untuk melakukan penerimaan tenaga kerja campuran laki-laki dan wanita di semua tingkat dan untuk semua jenis pekerjaan, jumlah pekerja yang dapat mencerminkan masyarakat setempat mempertimbangkan bagian dari penduduk yang mungkin didiskriminasi...). Indonesia - Indonésien 8 -- 18 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 (dengan 1.2. Sumbangan untuk pengintegrasian tenaga profesional Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial untuk bertindak bersama dengan melakukan tindakan-tindakan yang konkret untuk kepentingan orang-orang yang mengalami kesulitan khusus dalam memasuki atau mempertahankan pekerjaan. Pelaksanaan : Menerima, mendidik dan melatih pemuda-pemuda yang tidak berkualifikasi. Memberikan kemudahan untuk kembali ke lapangan kerja bagi orang-orang yang hidup sendiri yang menanggung keluarga atau orang-orang yang telah memutuskan karir pofesional mereka karena alasan keluarga atau pengangguran (contoh-contoh : diadakan pembicaraan khusus mengenai pengalaman profesional yang telah diperoleh, pendidikan dan pelatihan agar siap kerja kembali...). Memberikan kemudahan untuk kembali bekerja bagi karyawan-karyawan korban kecelakaan dalam kehidupan yang menyebabkan cacat (contoh-contoh : pengaturan tempat kerja, identifikasi pos-pos lain yang mungkin dapat diadakan dalam perusahaan, pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan adaptasi ke pos yang baru atau berganti pos...). Menerapkan cara-cara khusus dengan tujuan mempertahankan pekerjaan atau penempatan baru orangorang yang mempunyai kelemahan sekiranya ada perubahan kegiatan yang mengakibatkan penghapusan lapangan kerja. Menerapkan apabila perlu cara-cara untuk memberikan bimbingan khusus guna memudahkan pembauran (pemahaman budaya, pengajaran bahasa setempat...). 2. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 2.1. Mendidik dan melatih untuk perjuangan melawan stereotip Asas : Pelaksanaan yang nyata dari kesetaraan peluang memerlukan penanganan mengenai penggambaran-penggambaran kolektif dan stereotip-stereotip yang disimpulkannya. Maka pemberian kepekaan dan pendidikan dan pelatihan adalah unsur-unsur yang penting dari keberhasilan pengelolaan keanekaragaman dalam perusahaan. Pelaksanaan : Menerapkan, dengan menghormati kekhasan dari setiap perusahaan-perusahaan Grup : kegiatan-kegiatan untuk memberikan kepekaan yang disesuaikan, bagi Pimpinan-pimpinan dan keseluruhan personil. modul-modul pendidikan dan pelatihan yang ditujukan kepada orang-orang yang bertugas menerima tenaga-tenaga kerja dan pengelolaan sumber-sumber daya manusia. 2.2. Menjamin akses ke pendidikan dan pelatihan profesional bagi semua orang Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial agar melibatkan diri, dengan melalui dialog sosial (pembicaraan, perundingan), dalam menerapkan dan menindaklanjuti ketentuan-ketentuan yang memungkinkan setiap karyawan mendapat akses ke pendidikan dan pelatihan. Indonesia - Indonésien 8 -- 19 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 Pelaksanaan : Memperkenalkan berbagai kemungkinan pendidikan dan pelatihan intern dan ekstern kepada semua personil, dengan perhatian khusus pada orang-orang yang tidak tergerak secara spontan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan mereka sendiri. Perlu dilakukan sedemikian rupa agar setiap karyawan menguasai kompetensi-kompetensi dasar yang ditentukan dalam program « Perkembangan » (membaca dan menulis, menghitung, berkomunikasi, memahami standar kebersihan, keamanan dan kualitas). Mengurangi halangan-halangan untuk akses ke pendidikan dan pelatihan bagi orang-orang yang mungkin mengalami kesulitan khusus sejenis material (transpor, hambatan-hambatan keluarga...) atau lain-lain kesulitan (takut tidak berhasil, perbedaan budaya, kesulitan berbicara dalam kelompok...), dengan mengadakan tindakan-tindakan yang tepat berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif. Mitra-mitra wicara sosial akan menganalisis setiap tahun di tingkat perusahaan unsur-unsur dengan angka-angka mengenai jumlah dan kualitas karyawan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan2, yang tujuannya adalah agar setiap karyawan memperoleh 24 jam pendidikan dan pelatihan rata-rata setiap tahun untuk selama 3 tahun. 3. PERKEMBANGAN PROFESIONAL 3.1. Memberikan peluang bagi perkembangan Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial untuk melibatkan diri dalam pelaksanaan dan pemantauan ketentuan-ketentuan yang memungkinkan pemberian peluang bagi perkembangan profesional, dengan persamaan kompetensi, bagi semua orang tanpa diskriminasi. Pelaksanaan : Setiap karyawan harus dapat membicarakan dengan atasannya mengenai perkembangan profesionalnya pada kesempatan berbicara secara perorangan, sedikitnya setiap 2 tahun sekali. Mitramitra wicara sosial dianjurkan untuk merundingkan cara-cara pelaksanaan dari persetujuan ini yang disesuaikan dengan konteks setempat. Paspor mengenai kompetensi akan diberikan kepada setiap karyawan untuk menunjukkan siap kerja : yang disebut dalam paspor ini antara lain kompetensi yang telah dicapai, perjalanan karir, pendidikan dan pelatihan dan pergantian-pergantian pos. Informasi mengenai pos-pos yang dapat diisi harus dapat diketahui di setiap perusahaan dan antara perusahaan-perusahaan di negara yang sama guna menjamin, melalui transparansi, akses yang sama untuk mendapatkan peluang bagi semua orang. Setiap karyawan akan menerima tawaran untuk berpindah pos sedikitnya setiap 5 tahun sekali sebagaimana disebutkan dalam program « Perkembangan ». Mitra-mitra wicara sosial akan menganalisis setiap tahun indikator-indikator perkembangan profesional (perpindahan dan kenaikan tingkat) menurut sifat mereka yang berhak (gender, usia, cacat...) dan membuat apabila perlu rencana kerja perbaikan yang bertujuan meningkatkan keikutsertaan berbagai kategori dalam perkembangan profesional dan untuk berbagai tingkat hierarki (penyelidikan mengenai sebab-sebab kesenjangan, penyesuaian peraturan-peraturan dan proses pengelolaan karir apabila perlu...). 2 sebagaimana telah dinyatakan dalam konvensi DANONE / UITA mengenai infomasi ekonomi dan sosial. Indonesia - Indonésien 8 -- 20 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 4. PENGGAJIAN 4.1. Menjadikan keadilan dalam bidang penggajian sebagai kenyataan Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial untuk memeriksa agar tidak ada seorang karyawan pun yang didiskriminasi dari segi penggajian atau jaminan sosial lainnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang disebut dalam mukadimah yang tidak ada hubungannya dengan kompetensi. Pelaksanaan : Melakukan studi-studi setiap tahun mengenai penggajian, terutama yang mengenai persamaan hak antara wanita dan laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Apabila ditemukan ketidakwajaran maka caracara untuk memperbaiki keadaan tersebut akan diatur. Mitra-mitra wicara sosial dianjurkan apabila perlu untuk merundingkan cara-cara konkret pelaksanaan persetujuan ini yang disesuaikan dengan konteks setempat. Butir khusus : Perusahaan-perusahaan akan mengawasi agar cuti yang berkaitan dengan kehadiran anak (sebagai ibu, sebagai bapak, pengangkatan anak yang tidak putus hubungannya atau yang putus hubungannya dengan orang tua kandung...) tidak akan menjadikan terlambatnya perkembangan penggajian. 5. KONDISI PEKERJAAN 5.1. Bertindak terhadap kondisi pekerjaan guna mengembangkan keanekaragaman Asas : Pihak-pihak penandatangan menyerukan kepada mitra-mitra wicara sosial untuk bekerja sama mengenai segi-segi kondisi pekerjaan yang bermanfaat bagi keanekaragaman dalam perusahaan. Pelaksanaan : Mengatur materi pekerjaan sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penyisihan seseorang (pengaturan secara perorangan atau bersama-sama, kondisi fisik yang perlu untuk menjalankan tugastugas, beban mental...). Apabila perundang-undangan tidak mencakup hal-hal ini, menerapkan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk cuti dan kembali bekerja dalam hal-hal sebagai berikut : • • kelahiran (lamanya cuti, penggajian...). pemutusan sementara karir profesional (pilihan untuk mengasuh anak, kecelakaan dalam kehidupan...). Mengatur jam kerja sedemikian rupa sehingga dapat diatasi situasi-situasi khusus mengenai hal-hal terutama : • • • • wanita hamil (dan pertama-tama penghormatan atas lamanya cuti hamil), orang-orang yang hidup sendiri yang mempunyai tanggungan keluarga, karyawan-karyawan cacat, karyawan-karyawan yang tertua. Memperbaiki ergonomi tempat-tempat kerja guna menghindari timbulnya kesulitan-kesulitan dalam jangka waktu tertentu (beban yang berat, gerakan yang berulang-ulang...) dan mempermudah akses ke tempat-tempat kerja tersebut. Indonesia - Indonésien 8 -- 21 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 Menyesuaikan tempat bekerja, setiap kali ada kemungkinan, guna mempertahankan karyawankaryawan yang mengalami kesulitan khusus untuk tetap dapat bekerja (sehubungan dengan usia, cacat...). 6. KOMUNIKASI Direksi-direksi perusahaan-perusahaan akan menyampaikan satu eksemplar konvensi ini, dalam bahasa negara yang bersangkutan, kepada organisasi-organisasi serikat pekerja/buruh yang diwakili dalam perusahaan dan/atau lembaga-lembaga perwakilan personil. Mereka akan menemukan selain itu cara-cara yang tepat untuk memperkenalkan asas-asas konvensi ini kepada semua personil. UITA akan menjamin peredaran konvensi ini kepada organisasi-organisasi yang berafiliasi yang diwakili dalam Grup DANONE. Grup DANONE akan menyebarkan konvensi ini menurut praktik perusahaan kepada pemasok-pemasok dan subkontraktor-subkontraktornya. 7. PELAKSANAAN DAN PERAN MITRA-MITRA WICARA SOSIAL 7.1. Direksi-direksi perusahaan-perusahaan akan melakukan dialog dengan wakil-wakil serikat pekerja/buruh dan/atau wakil-wakil personil mengenai : Pengaturan ketentuan-ketentuan yang memungkinkan dilakukan peneguran terhadap direksi mengenai keadaan-keadaan yang mungkin bersifat diskriminatif. Pengaturan jadwal kerja dan penggerakan lembaga-lembaga khusus (baik yang diwajibkan oleh undang-undang atau dalam rangka praktik perusahaan yang dianjurkan) yang memungkinkan untuk : • • • • • 7.2. memutuskan dilakukannya analisis-analisis kuantitatif dan kualitatif, memakai bersama-sama hasil-hasilnya dan membicarakan tindakan-tindakan yang perlu diambil, menentukan tujuan-tujuan dan jangka waktu pencapaiannya, mendefinisikan indikator-indikator, mengusulkan prakarsa-prakarsa yang bertujuan mengembangkan keanekaragaman di lingkungan perusahaan. Serikat-serikat pekerja/buruh di tiap perusahaan memperkenalkan keanekaragaman di tingkat lokal : menyatakan kesediaan untuk dalam penunjukan wakil-wakil serikat pekerja/buruh, dengan membentuk sistem-sistem yang mempermudah keterlibatan wanita, pemuda dan orang-orang cacat, dengan mengambil prakarsa-prakarsa dalam bidang pemberian kepekaan dan pendidikan dan pelatihan bagi wakil-wakil tersebut mengenai tema-tema perlawanan terhadap diskriminasi dan memperkenalkan keanekaragaman. 7.3. Grup DANONE dan UITA akan bersepakat untuk mengadakan tindak lanjut bersama mengenai keanekaragaman dalam perusahaan di lingkungan Grup Kegiatan tindak lanjut ini akan terdiri dari, minimum sekali setahun, menganalisis berbagai unsur yang membentuk keanekaragaman (pembuatan statistik secara teratur, pengumpulan data intern di bidang pendidikan dan pelatihan, penerimaan tenaga kerja, konsultasi yang dilakukan, apabila mungkin jumlah dan isi persetujuan yang telah ditandatangani, praktik-praktik yang mungkin akan dapat dilakukan bersama-sama...). Indonesia - Indonésien 8 -- 22 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007 8. PELAKSANAAN KONVENSI Direksi Umum Sumber Daya Manusia akan menyampaikan sedikitnya sekali setahun kepada anggotaanggota serikat pekerja/buruh dari grup pengelola DANONE/UITA, papan instrumen yang telah disiapkan oleh konvensi DANONE/UITA mengenai pengadaan indikator-indikator sosial Grup, dan akan mengembangkan indikator-indikator ini agar dapat dipahami dengan lebih baik permasalahan dari keanekaragaman. Semua serikat pekerja/buruh, atau direksi perusahaan, akan mendapat kesempatan melalui saluran-saluran yang telah ditetapkan (bagi serikat-serikat pekerja/buruh melalui UITA), untuk meminta kepada komisi interpretasi dari konvensi kalau dianggapnya bahwa satu atau beberapa ketentuan-ketentuan dalam konvensi ini mengandung masalah mengenai pelaksanaannya. Permintaan tersebut harus menyebutkan dengan jelas ketentuan-ketentuan yang menjadi masalah. Grup pengelola DANONE/UITA bertindak sebagai komisi interpretasi. Apabila dicapai keputusan dengan suara bulat, keputusan tersebut wajib dilaksanakan. Dalam hal sebaliknya, maka masing-masing pihak akan bebas bertindak. Konvensi ini akan secara bertahap ditambah dengan lampiran yang berisi repertoir mengenai praktikpraktik dan prakarsa-prakarsa perusahaan-perusahaan yang bermanfaat bagi keanekaragaman. Indonesia - Indonésien 8 -- 23 Direksi Kebijakan Sosia Edisi Juli 2007