PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syaratsyarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Nur Aini NIM: 105082002767 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Nur Aini NIM: 105082002767 DI Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891 Amilin, SE.,Ak.,M.si NIP. 150 370 232 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2009 M PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Nur Aini NIM: 105082002767 DI Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891 Amilin, SE.,Ak.,M.si NIP. 150 370 232 Penguji Ahli Rahmawati, SE.,MM NIP. 150 377 441 Hari ini Senin tanggal 18 Mei Tahun dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nur Aini NIM: 105082002767 dengan judul Skripsi “PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 18 Mei 2009 Tim Penguji Ujian Komprehensif Amilin, SE.,Ak.,M.si Ketua Hepi Prayudiawan SE.,Ak.,MM Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli Daftar Riwayat Hidup IDENTITAS PRIBADI Nama Tempat & Tgl. Lahir Alamat Telepon : Nur Aini : Jakarta, 6 Juni 1987 : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur : (021)8717531 / 08567532034 PENDIDIKAN TK SD SMP SMA S1 : TK Islam PB Soedirman : SD Islam PB Soedirman : SLTP Islam PB Soedirman : SMU Negeri 39 Cijantung : Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Paduan Suara Swarna Gita SMAN 39 Jakarta 2. Panitia Fushion II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Muhammad Nasir 2. Tempat & Tgl. Lahir : Palembang, 27 Juli 1954 3. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur 4. Telepon : 021-8717531/08121088954 5. Ibu : Zubaidar 6. Tempat & Tgl. Lahir : Lahat, 6 Juli 1960 7. Alamat : Jl.Masjid Nurul Hidayah Rt007/012 No.26, Ciracas Jakarta-Timur 8. Telepon : 021-8717531 9. Anak Ke dari : Satu dari Dua Bersaudara THE INFLUENCE OF AUDITOR INDEPENDENCE, AUDITOR EXPERIENCE, AND AUDITOR ETHICS OF AUDIT QUALITY By: Nur Aini Abstract The objectives of this research was to explain the influence of auditor independence, auditor experience and auditor ethics to audit quality. Data used in this research was questionnaires from independent auditors, at audit firms in DKI Jakarta. Sampling method was using convenience sampling. 100 questionnaires was distribute. Total returned questionnaires was 78 (78%). The method of data analyzing used in this research was multiple regression method with auditor independence, auditor experience, auditor ethics is independence variable and audit quality is dependent variable. This research showed that auditor independence, auditor experience, and auditor ethics has significant to audit quality. The t test showed that value of significant of auditor independence variable is 0.000, auditor experience variable is 0.026, and auditor ethics variable is 0.048. Keywords: Auditor Independence, Auditor Experience, Auditor Ethics, Audit Quality PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Oleh: Nur Aini Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari auditor independen dari kantor akuntan publik di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Metode penentuan data yang digunakan adalah convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan kepada auditor sebanyak 100 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali adalah 78 kuesioner (78%). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dimana auditor independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika auditor sebagai variabel independent sedangkan kualitas audit sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, pengalaman auditor,dan etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel independensi auditor adalah 0.000, variabel pengalaman auditor sebesar 0.026, dan variabel etika auditor sebesar 0.048. Kata Kunci: Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, Etika Auditor, Kualitas Audit. Kata Pengantar Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi. Dan atas izin-Nya, penulis telah menyelesaikan skripsi ini. Dalam realisasinya, penulis sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada : 1. Kedua Orang tua Quw tercinta Ayah&Ibu terima kasih untuk semua Doa dan harapannya serta bantuan moral maupun material. 2. Adikku Rio, Nanda, Hilda, Ghina, Zilan, Darmawan terima kasih atas semua doanya dan support yang telah diberikan. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan Dosen Pembimbing 1, terima kasih atas bimbingan dan seluruh advice yang telah diberikan. 4. Bapak Amilin, SE., Ak., M.si selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih atas bimbingan dan seluruh advice yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih pak.. 5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi terima kasih atas semua bantuan yang telah Bapak berikan. 6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Tanpa kalian semua penulis tidak akan mendapatkan ilmu yang sangat berharga yang akan bermanfaat selamanya. 7. E_GalZ: Nisa, Nyonyah, nCun, aNa, Deffy, Repa, Vita, Erika, Anti, Angel, makasih untuk suPPortnya!!! Luv U ALL!!!fRienD’s 4-EvEr… 8. gELo girl’S : Lintah, Mirak, Bella, BurQi, Mala, i love u ALL SahaBaTQuw!! Jangan pernah lupakan perjuangan kita!!akhirnya...kita akan menghadapi dunia yang baru...Real World...Semangaaat!!!!! 9. Anak-anak akUn_E!!! Hayo SemangaT!!!kalian adalah sahabat-sahabat yang terbaik!!! 10. Mas Dhani makasih atas inspirasi, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. LovE You… 11. Bapak perpustakaan terimakasih pak atas semua buku-buku yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Amin.. Wassalammu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 15 Juni 2009 Penulis DAFTAR ISI Lembar pengesahan skripsi………………………………..................... i Lembar pengesahan ujian komprehensif………………………………. iii Daftar riwayat hidup…………………………………………………... iv Abstract………………………………………………………………... v Abstrak………………………………………………………………… vi Kata Pengantar………………………………………………………… vii Daftar Isi…….…………………………………………………………. ix Daftar Tabel……………………………………………………………. xii Daftar Gambar…………………………………………………………. xiii Daftar Lampiran………………………………………………………... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……………………………………….. 1 B. Perumusan Masalah……………………………………………... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 6 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Auditing………………………………………………… 8 1. Pengertian Audit…………………………………………….. 8 2. Tujuan Audit………………………………………………… 9 3. Jenis Audit…………………………………………………… 10 4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal……………… 11 5. Standar Auditing…………………………………………….. 12 B. Etika……………………………………………………………… 14 1. Definisi Etika………………………………………………… 14 2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik………………… 16 3. Tiga Pendekatan Etika………………………………………... 17 4. Prinsip-prinsip Etika………………………………………….. 18 5. Dilemma Etika………………………………………………… 20 C. Teori Moral Development………………………………………… 21 D. Teori Keagenan…………………………………………………… 25 E. Independensi……………………………………………………… 27 F. Pengalaman Auditor……………………………………………… 29 G. Kualitas Audit…………………………………………………….. 30 H. Penelitian Terdahulu………………………………………………. 32 I. Kerangka Pemikiran ……………………………………………… 33 J. Perumusan Hipotesis……………………………………………… 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………. 35 B. Metode Penentuan Sampel……………………………………… 35 C. Metode Pengumpulan Data…………………………………….... 36 D. Metode Analisis ……………………….……………………….... 37 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya……….. 43 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………… 48 1. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………... 48 2. Karakteristik Responden……………………………………... 50 B. Penemuan………………………………………………………… 55 1. Statistik Deskriptif…………………………………………… 55 2. Uji Kualitas Data……………………………………………... 56 a. Uji Reliabilitas……………………………………………. 56 b. Uji Validitas……………………………………………… 59 3. Uji Hipotesis…………………………………………………. 62 a. Uji Asumsi Klasik………………………………………... 62 b. Analisis Regresi Berganda……………………………….. 66 c. Uji Koefisien Determinasi………………………………... 68 d. Uji Statistik t……………………………………………… 69 C. Pembahasan……………………………………………………….. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………….. 75 B. Implikasi…………………………………………………………... 76 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……………….. 46 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik………………………. 48 4.2 Data Penyebaran Kuesioner…………………………. 50 4.3 Data Sampel Penelitian………………………………. 51 4.4-1 Karakteristik Responden Auditor Eksternal…………. 52 4.4-2 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (pendidikan)………………………………………….. 4.4-3 53 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (pengalaman kerja)……………………………………. 54 4.5 Statistik Deskriptif……………………………………. 55 4.6-1 Uji Reliabilitas Independensi Auditor………………… 56 4.6-2 Uji Reliabilitas Pengalaman Auditor…………………. 57 4.6-3 Uji Reliabilitas Etika Auditor…………………………. 57 4.6-4 Uji Reliabilitas Kualitas Audit………………………… 58 4.7-1 Uji Validitas Independensi Auditor……………………. 59 4.7-2 Uji Validitas Pengalaman Auditor……………………… 60 4.7-3 Uji Validitas Etika Auditor……………………………... 60 4.7-4 Uji Validitas Kualitas Audit…………………………….. 61 4.8 Uji Multikolinearitas……………………………………. 64 4.9 Koefisien Regresi……………………………………….. 66 4.10 Uji Koefisien Determinasi……………………………….. 68 4.11 Uji Statistik t…………………………………………… 69 DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 2.1 Model Penelitian…………............................ 33 4.1 Normal P-Plot……………………………… 62 4.2 Grafik Histogram…………………………... 63 4.3 Scatterplot………………………………….. 65 Daftar Lampiran No. Keterangan Halaman 1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………………... 80 2 Hasil Uji Asumsi Klasik…………………………... 81 3 Deskriptif Statistik………………………………... 85 4 Hasil Uji Reliabilitas……………………………… 88 5 Hasil Uji Validitas………………………………… 89 6 Surat Izin Penelitian………………………………. 93 7 Kuesioner Penelitian……………………………… 94 8 Daftar Jawaban Responden……………………… 95 9 Daftar Kantor Akuntan Publik…………………… 106 10 Data Pembagian Kuesioner………………………. 107 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi seorang akuntan. Akuntan adalah profesi yang keberadaannya sangat tergantung dengan adanya kepercayaan dari masyarakat yang menggunakan jasanya. Oleh karena itu, jika akuntan tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, maka mereka tidak akan menggunakan jasa akuntan, sehingga profesi akuntan tidak perlu ada. Masalah-masalah yang ditimbulkan membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Hubungan akuntan dengan pengguna jasanya memiliki bentuk yang khusus jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan memperoleh fee dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan. Kondisi seperti ini sering kali menempatkan akuntan pada situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat penting bagi akuntan untuk melaksanakan audit dengan kompeten dan tidak bias (Arens dan Loebbecke, 2008). Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan akuntan lainnya yang bukan anggota (bab VII pasal 10 Kode Etik Akuntan Indonesia). Disamping itu, dengan adanya kode etik, maka para anggota profesi akan lebih dapat memahami apa yang diharapkan profesi terhadap para anggotanya (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Etika professional auditor diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAPI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI-KAP maupun yang bukan anggota IAPI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal staf profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAPI-KAP melanggar aturan etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya dimata masyarakat. Profesi seorang akuntan diharapkan memiliki profesionalitas, integritas yang tinggi, bersikap independen, kompeten dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya. Auditor dengan kapasitas pemikian etis yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis, dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan dilema etis (St Vena Purnamasari, 2006). Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain (tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008). Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu dari jasa audit yang dihasilkan. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2004), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional. Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Hal ini menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih, pengalaman seorang auditor tentunya dapat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Dalam penelitian Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Namun, dalam penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kulitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen (2007) membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti sehingga hasil penelitiannya berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Menambahkan variabel pengalaman auditor dan etika auditor sebagai variabel independen. Pengalaman auditor dan etika auditor merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas audit yang mereka hasilkan, karena itu penelitian ini menambahkan kedua variabel tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas audit. 2. Menghilangkan etika auditor sebagai variabel moderasi. Etika auditor diubah menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas audit. 3. Menjadikan kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta sebagai populasi dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapat menjadi lebih maksimal dengan memperluas pengambilan sampel. B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah: 1. Apakah independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 3. Apakah etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit. 2. Untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. 3. Untuk menguji pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi profesi akuntan. Informasi ini dapat digunakan sebagai motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam melaksanakan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan pelayanan jasa bagi masyarakat luas. 2. Bagi organisasi IAPI. Untuk mengetahui seberapa jauh independensi, pengalaman dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai seorang auditor untuk memelihara independensinya dan terus menambah pengetahuan dari berbagai pengalaman yang telah dilewati. 3. Bagi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit. Penelitian ini dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap laporan yang dihasilkan oleh auditor, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi yang relevan dalam menentukan keputusan yang akan dilaksanakan. 4. Bagi Pemerintah (Bapepam) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Bapepam sebagai pengawas pasar modal, untuk melihat seberapa besar pengaruh independensi auditor, pengalaman auditor dan etika auditor terhadap kualitas audit yang dihasilkan dari laporan keuangan yang diaudit. Penelitian ini juga berguna untuk meningkatkan kualitas keterbukaan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan publik. 5. Bagi mahasiswa. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh independensi, pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit, sehingga dapat menjadi salah satu sarana bahan bacaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. BAB II KERANGKA TEORITIS A. Konsep Auditing 1. Pengertian Audit Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association dalam Kell & Boynton (2002:6), mendefinisikan auditing sebagai: “A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users ”. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:3) auditing ialah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” . Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat peneliti simpulkan bahwa auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya tersebut dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Tujuan Audit Tujuan umum audit dalam Kell & Boynton (2002:6) adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi manajemen (management assertion) adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga auditor harus memahami asersi–asersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai. Arens dan Loebbecke (2008:147) atau SPAP seksi 326 menggolongkan asersi manajemen kedalam lima kategori pernyataan yang luas, yaitu: 1. Keberadaan (Existence) atas Keterjadian (Occurance) 2. Kelengkapan (Completness) 3. Penilaian dan Alokasi (Valuation and Allocation) 4. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation) 5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure) 3. Jenis Audit Menurut Kell & Boynton (2002: 8-9) terdapat tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit opersional. a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteriakriteria tertentu, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. b. Audit Operasional Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. c. Audit Ketaatan Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah audittee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. 4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal Terdapat beberapa perbedaan antara Audit Internal dan Audit eksternal, yaitu sebagai berikut: Audit Internal Audit Eksternal 1. Merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja merupakan entitas independen. 1. Merupakan orang yang independen diluar perusahaan. 2. Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan. 2. Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi keuangan yang dapat diandalkan. 3. Fokus dengan kejadiankejadian dimasa depan dengan mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi. 3. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan. 4. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah. 4. Sesekali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara material. 5. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia untuk menaggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkatan manajemen. 5. Independen terhadap manajemen dan dewan direksi baik dalam kenyataan maupun secara mental. 6. Menelaah aktivitas secara terus-menerus. 6. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik-biasanya sekali setahun. Sumber: Sawyer (2005:8) Auditor internal dan eksternal haruslah berkoordinasi. Teknik-teknik yang digunakan dalam audit keuangan, baik yang dilakukan auditor eksternal maupun internal bisa jadi serupa, namun tujuan dan hasil yang diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan masing-masing. (Sawyer:2005) 5. Standar Auditing Menurut PSA No. 01 (SA Seksi 150) Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu professional (professional qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. (Soekrisno Agoes:2008) Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia, seperti yang terdapat dalam SPAP terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: a. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. B. Etika 1. Definisi Etika Ethics (etika) adalah strandar prilaku yang menjadi dasar penilaian benar atau salah, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adilnya tindakan seseorang (Weygandt, Kieso, & Kimmel, 2007). Etika secara umum diartikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara eksplisit. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan lancar serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada, kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Di Indonesia, etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang besangkutan. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal yang selanjutnya disebut sebagai ‘kode etik’. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan (Desriani,1993 dalam Gudono,2000). Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens dan loebbecke, 2008), atau aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi profesi untuk melindungi kepentingan anggota dan masyarakat sebagai pemakai jasanya. Aturan tersebut berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan harus ditaati oleh setiap anggota organisasi. Etika dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: ethos berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos berarti perasaan batin atau kecenderungan batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. “Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang komplek tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Profesi itu sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu seperti yang dikemukakan oleh Ward et al. (1993) dalam Gudono (2000). Jadi secara umum etika menggambarkan suatu perwujudan dan penetapan suatu norma sikap dan tingkah laku yang membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan karena setiap tindakan lahir dari keputusan pribadi yang bebas. 2. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Dalam SPAP (IAPI:2004) aturan etika kompartemen akuntan publik, Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI: a. Kompetensi Profesional Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional. b. Kecermatan dan Keseksamaan Professional Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa professional dengan kecermatan dan keseksamaan professional. c. Perencanaan dan Supervisi Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional. d. Data Relevan yang Memadai Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya. 3. Tiga Pendekatan Etika Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral dalam Satyanugraha (2003), studi etika dapat dibedakan dalam: 1. Etika Deskriptif Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakantindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, kebudayaan-kebudayaan tertentu. Karena etika deskriptif hanya melukiskan ia tidak memberikan penilaian. 2. Etika Normatif Mendasarkan pada pemahaman yang diperoleh dari etika deskriptif, studi ini berusaha untuk menjelaskan dan memastikan prinsip-prinsip moral dengan berbagai cara. Disini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian itu dibentuk atas dasar normanorma. Ia mengemukakan alasan-alasan mengapa suatu tingkah laku harus disebut baik atau buruk dan mengapa suatu anggapan moral dapat dianggap benar atau salah. 3. Meta Etika Meta etika merupakan studi dari etika normative. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti “melebihi, “melampaui”. Menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita dibidang moralitas, meliputi penjelasan dan penilaian asumsi dan investigasi kebenaran dari argumentasi moral. 4. Prinsip-prinsip Etika Prinsip-prinsip etika menurut Kode Etik Profesi AICPA (American Institute of Certified Public accountants) dalam Seprian (2007) adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, para anggota harus berusaha menjadi profesional yang peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh aktivitas mereka. 2. Kepentingan publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme. 3. Integritas Mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, para anggota harus menunjukan selruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat inte-gritas tertinggi. 4. Obyektivitas dan independensi Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konflik antar kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. 5. Due care Seorang anggota harus selalu memperhatikan standar teknik dan etika profesi, selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya. 6. Lingkup dan sifat jasa Anggota yang berpraktek bagi publik harus memperhatikan prinsipprinsip pada Kode Etik Profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya. 5. Dilemma Etika Menurut Arens dan Loebecke (2008) dilemma etika adalah: “Situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat”. Maksudnya adalah dalam kehidupan sehari-hari seseorang dihadapkan pada situasi dimana terjadi pertentangan batin, karena sebenarnya ia tahu bahwa keputusan yang diambilnya salah. Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilemma etika dalam karier bisnis mereka. Misalnya bernegosiasi dengan klien yang mengancam untuk mencari auditor baru kalau perusahaannya tidak memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas merupakan dilemma etika. Dalam Seprian (2007), untuk menyelesaikan dilemma etika dapat dilakukan dengan cara Pendekatan enam langkah berikut ini: 1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan. 2. Mengidentifikasikan isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut. 3. Menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari keluaran (outcome) dilema tersebut dan bagaimana cara masing-masing pribadi atau kelompok itu dipengaruhi. 4. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang harus menyelesaikan dilema tersebut. 5. Mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap alternatif. 6. Memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan. C. Teori Moral Development Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1958) dengan mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget (1932), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, merupakan dasar dari perilaku etis dan mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Keenam tahapan perkembangan moral dari Kohlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca- konvensional. Tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap atau tingkat sebelumnya. Tahapan-tahapan Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal (Principled conscience) Tingkat 1: Pra-Konvensional Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anakanak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat prakonvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Dalam tahap dua perhatian kepada orang lain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang bersifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral. Tingkat 2: Konvensional Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orangorang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Tingkat 3: Pasca-Konvensional Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra- konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. pemerintahan yang demokratis merupakan contoh tindakan yang berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini. D. Teori Keagenan Agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan, dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Akuntan publik diharapkan dapat menjembatani kepentingan pihak investor dan kreditor dengan pihak manajemen (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan. Sebagai perantara, akuntan harus dapat bertindak jujur, bijaksana, dan profesional. Akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab bahwa informasi yang mereka berikan disajikan secara lengkap dan jujur kepada para pengguna informasi tersebut. Sehingga mereka dapat mengetahui kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan dapat dijadikan sebagai dasar yang tepat untuk mengambil keputusan. E. Independensi Tanggung jawab yang besar, maka merupakan suatu hal yang penting bagi akuntan yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki independensi dan keahlian yang tinggi. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen kliennya, pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti. Dalam Seprian (2007) independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, dan (2) independensi penampilan. Setiap akuntan harus menjaga integritas dan keobjektivan dalam tugas proesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus menghindari situasi yang dapat menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan atau keobjektivan sudah tidak dapat dipertahankan. Mautz dan Sharaf (1993) menyatakan bahwa untuk dapat menjalankan kewajibannya, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu kompetensi, independensi, dan due professional care. Mempertahankan perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka adalah penting. Tetapi yang juga penting adalah bahwa pemakai laporan keuangan tersebut memiliki kepercayaan atas independensi tersebut. Shockley (1981) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting dalam kendali mutu tersebut adalah independensi. F. Pengalaman Auditor Libby (1995) dalam Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervisi berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI 2004). Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994) dalam Koroy (2007). Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana perilaku konservatif/berorientasi negatif diperlihatkan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior. Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan- kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu terfokus pada informasi negatif sehingga semakin negatif juga mereka dalam membuat pertimbangan audit. G. Kualitas Audit DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dalam dua dimensi, pertama auditor harus mampu mendeteksi salah saji material, kedua salah saji tersebut harus dilaporkan. Kemampuan untuk mendeteksi salah saji material sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknologi auditor, prosedur audit dan jumlah sampling yang digunakan. Kemampuan untuk melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada sikap independensi auditor, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional dan keuangan maka auditor dapat kehilangan independensinya. Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah dan masyarakat serta para investor. Berkaitan dengan kasus Enron, WorldCom, dan jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat mempertanyakan kualitas audit yang telah diberikan oleh KAP big international tersebut. Hal tersebut telah melahirkan perubahan terhadap undang-undang di Amerika Serikat dengan berlakunya Sarbanes-Oxley Act Juni tahun 2002 diikuti dengan PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Undang-undang tersebut diantaranya mengatur tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak diperbolehkan memberikan jasa non audit disamping pemberian jasa audit pada klien karena dapat mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan jika jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan independensi auditor. H. Penelitian Terdahulu Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa pendidikan, pelatihan berpengaruh positif terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Namun pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini berarti variabel independen yang terdiri dari pelatihan, pendidikan dan pengalaman auditor secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) menganalisis faktorfaktor penentu kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. I. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh independensi, pengalaman audit dan etika auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan, dapat disederhanakan dalam bentuk model sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Independensi Auditor Pengalaman Auditor Etika Auditor Kualitas Audit Gambar 2.1 Model Penelitian J. Perumusan Hipotesis Berdasarkan atas landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Ha2 : Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Ha3 : Etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh independensi, pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi. Populasi penelitian ini adalah kantor-kantor akuntan publik yang ada di DKI Jakarta . Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat individual dengan sampel penelitian seluruh auditor independen yang bekerja di kantor akuntan publik, yaitu partner, manajer, supervisor, auditor senior dan auditor junior. B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi dan Sampel Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2004: 115). Sedangkan sebagian dari elemen-elemen populasi disebut dengan sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta. 2. Teknik Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Convenience Sampling. Metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Indriantoro dan Supomo, 2004: 130). C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder, berikut penjelasan mengenai kedua metode tersebut, yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperpleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Indriantoro dan Supomo, 2004: 146-147). Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui daftar pertanyaan kepada pihak yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian, untuk memperoleh data yang sebenarnya kuesioner dibagikan secara langsung kepada responden, yaitu dengan mendatangi tempat responden dan menitip kepada teman yang bekerja di kantor akuntan publik. Responden yang mengembalikan kuesioner yang telah diisi akan dijadikan sampel penelitian. Untuk itu kuesioner-kuesioner dari responden tersebut diseleksi terlebih dahulu guna mendapatkan kuesioner yang terisi secara lengkap seperti yang diharapkan peneliti untuk kepentingan analisis. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2004: 147). Data sekunder penelitian ini berasal dari buku, jurnal-jurnal, tesis, skripsi, serta dari internet yang berkaitan dengan independensi, pengalaman, etika auditor serta kualitas audit. D. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan di penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0. analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel independensi auditor (X1), pengalaman auditor (X2), etika auditor (X3) dengan kualitas audit (Y). 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, ,minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005). 2. Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach Alpha memiliki nilai diatas 0,6 maka dikatakan bahwa data tersebut mempunyai keandalan atau reliabel (Imam Ghozali, 2005: 41-42 ). b. Uji Validitas Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain, instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan dengan peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2004: 181). Suatu intrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid 2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid (Imam Ghozali, 2005: 45) 3. Uji Hipotesis a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan (Santoso, 2003). Analisis grafik adalah salah satu cara termudah untuk melihat normalitas data dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal probability plot. 2) Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2005:91-92). Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika terjadi kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain (Imam Ghozali, 2005). 3) Uji Heteroskesdastisitas Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2005: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Pada gambar scatter plot, jika titik-titik menyebar merata diatas dan dibawah atau disekitar angka nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas sedangkan jika titik-titik data membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit atau mengumpul disatu titik, maka telah terjadi heteroskedastisitas. b. Analisis Regresi Berganda Peneliti menggunakan analisis regresi berganda karena ingin mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui tiga variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara tiga variabel bebas (X1, X2, X3) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persamaan matematik sebagai berikut: Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + ะต Dimana: Y = Kualitas Audit α = Konstanta, harga Y bila X = 0 β = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X). X1 = Independensi Auditor X2 = Pengalaman Auditor X3 = Etika Auditor e = Error Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. c. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur sebarapa jauh kemampuan model dalam menrangkan variasi varibel dependen. Nilai r² yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. (Imam Ghozali,2005 : 84-85) Untuk mengetahui besar atau kecilnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan koefisien determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% Dimana: KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi d. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masingmasing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat signifikan 5%. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima 2) Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak (Imam Ghozali,2005 : 55-58). E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini merupakan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Variabel Independen a. Independensi auditor (XI) Independensi Akuntan Publik adalah sikap yang diharapkan dari diri seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Ada tiga dimensi untuk mengukur variabel independensi akuntan publik yaitu: independensi dalam program audit, independensi dalam verifikasi, dan independensi dalam pelaporan. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Mautz & Sharaf (1993). Variabel ini digali dengan 11 pernyataan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert dari mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. b. Pengalaman auditor (X2) Pengalaman Auditor adalah pengalaman auditor dalam melakukan general audit. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel pengalaman audit yaitu: dimensi jangka waktu menekuni bidang audit dan dimensi banyaknya penugasan audit/temuan kasus yang pernah ditangani. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Variabel ini digali dengan 2 pernyataan. Semua item pertanyaan diukur pada skala 1 sampai 5. c. Etika auditor (X3) Penerapan Etika Akuntan Publik adalah aplikasi seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh kalangan profesi akuntan publik. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel penerapan etika akuntan publik yaitu: dimensi kesadaran etis dan dimensi kepedulian pada etika profesi. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert 1 sampai 5. 2. Variabel Dependen • Kualitas Audit (Y) Kualitas Audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Ada empat dimensi untuk mengukur variabel kualitas audit yaitu: kualitas teknis, kualitas jasa, hubungan auditor-klien, dan independensi. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan oleh DeAngelo (1981). Variabel ini digali dengan 10 indikator melalui 17 pernyataan. Respon dari responden direkam dengan skala Likert dari mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Sebagai penjabaran lebih lanjut dari operasionalisasi variabel, dalam tabel 3.1 disajikan pengukuran variabel yang terdiri dari: nama variabel, dimensi, indikator, dan skala pengukuran. Seluruh indikator tersebut diukur pada tingkat skala ordinal. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian No 1. Variabel Variabel Kualitas Audit De Angelo (1981) Dimensi Kualitas Teknis Kualitas Jasa Hubungan Auditor-Klien Independensi 2. Variabel Pengalaman Auditor Jangka waktu audit Indikator Reputasi Kemampuan Jaminan Hubungan auditor-klien Empati Daya Tanggap Jasa Non Audit Keahlian Pengalaman Status Obyektivitas Skala Pengukuran Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Lamanya pengalaman audit Ordinal 3. 4. Auditor Ida Suraida (2003) Variabel Independensi Auditor Mautz dan Sharaf (1993) Variabel Etika Auditor Ida Suraida (2003) Jumlah penugasan Banyaknya penugasan Independensi dalam program audit Bebas dari intervensi manajerial Bebas dari intervensi prosedur audit Bebas persyaratan Independensi Bebas mengakses data dalam verifikasi Bebas bekerja sama Bebas dari pengaruh manajerial Bebas dari kepentingan pribadi Independensi Bebas dari keinginan dalam pelaporan pribadi Bebas dari tekanan Menghindari kata menyesatkan Bebas menggunakan judgement Kesadaran Etis Kepedulian pada etika profesi Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Anggaran waktu audit Ordinal Kerahasiaan informasi klien Peran ganda auditor Ordinal Ordinal Mendukung profesi auditor Ordinal Sosialisasi ke rekan sejawat Kebanggaan Kesamaan nilai Aturan etika profesi Kepuasan mengaudit Ketidakpedulian Kepuasan sebagai auditor Auditor adalah profesi terbaik Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor-kantor akuntan publik yang berada diwilayah DKI Jakarta. Kantor akuntan publik yang telah diberi kuesioner sebanyak 20 KAP. Berikut data dari kantor-kantor akuntan publik tersebut: Table 4.1 Daftar Kantor Akuntan Publik No 1. Kantor Akuntan Publik Jamaludin Iskak, BAP Alamat Jl. Tanjung Duren Barat III No. 1E Jakarta Barat 11470 2. DRS. Irwanto 3. Aria & Jonardi 4. Akhyadi & Chris (Pusat) 5. Haryanto Sahari & Rekan 6. DRS. Usman & Rekan (Pusat) 7. DRS. Mulyamin Sensi Suryanto 8. Hertanto, Sidik, Hadisoeryo & Rekan 9. Osman Bing Satrio & Rekan (Pusat) 10. DRS. Mohammad Yoesoef 11. DRS. Mucharam & Amron 12. 13. Bambang Sutjipto, Ngumar & Rekan Joachim Sulistyo & Rekan 14. Tia Adityasih & Rekan 15. 16. Hendrawinata Gani & Hidayat (Pusat) Hadori & Rekan (Pusat) 17. Siddharta Siddharta & Widjaja 18. Tanubrata Sutanto & Rekan 19. Soejatna, Mulyana & Rekan 20. Eddy Prakarsa Permana & Siddharta Sumber : Data Primer Diolah Jl. Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat Jl. Senen Raya No. 135 Jakarta Pusat 10410 Jl. K.H. Abdullah Syafi’ie kav. A-19 kebon Baru, Tebet Jakarta Selatan 12830 Gedung PricewaterhouseCoopers Jl. H.R. Rasuna Said X-7 No. 6 Jakarta 12940 Jl. Cipulir V No.5 Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12230 Jl. Jend. Sudirman kav. 32 Jakarta Pusat 10220 Jl. Dharmawangsa VI, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160 Jl. Medan Merdeka Selatan No. 17 Jakarta Pusat 10110 Jl. Damar 4 No. 15, Jati bening 2 Bekasi 17412 Jl. Tanah Merdeka kav. Rambutan Jakarta Timur 13830 Jl. Transyogi KM. 3 Jakarta Timur 17435 Jl. Imam Bonjol No. 61 Jakarta Pusat 10310 Jl. Padang Panjang No.1 Manggarai Jakarta Selatan 12970 Jl. Jend. Sudirman kav. 32 Jakarta Pusat 10220 Jl. Cassablanca kav. 18 Jakarta Selatan 12870 Jl. Jend. Sudirman kav. 28 Jakarta Pusat 10210 Jl. Kuningan Madya kav. 5-6 Jakarta Selatan 12980 Kompleks Rukan Taman Meruya Blok M No. 78 Jakarta Barat 11650 Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-2 No. 5 Jakarta Selatan 12950 Sebelumnya telah dikemukakan dalam metodologi penelitian bahwa pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada para responden. Penyebaran kuesioner berlangsung selama dua bulan, yaitu dimulai pada tanggal 27 Februari 2009 sampai tanggal 30 april 2009. Dalam penyebaran kuesioner ini tidak dilakukan secara rutin/setiap hari, akan tetapi dilakukan dalam waktu-waktu tertentu disesuaikan dengan kesiapan dari peneliti. 2. Karakteristik Responden Kuesioner yang dibagikan berjumlah 100 buah dengan tingkat proporsi pembagian sebagai berikut: Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner No Kantor Akuntan Publik Kuesioner yang telah disebar 5 Kuesioner yang telah kembali 5 1. Jamaludin Iskak, BAP 2. DRS. Irwanto 6 6 3. Aria & Jonardi 5 2 4. Akhyadi & Chris (Pusat) 5 5 5. Haryanto Sahari & Rekan 20 14 6. DRS. Usman & Rekan (Pusat) DRS. Mulyamin Sensi Suryanto 5 4 5 5 7. 8. 4 1 2 2 10. Hertanto, Sidik, Hadisoeryo & Rekan Osman Bing Satrio & Rekan (Pusat) DRS. Mohammad Yoesoef 2 2 11. DRS. Mucharam & Amron 4 4 12. 5 5 13. Bambang Sutjipto, Ngumar & Rekan Joachim Sulistyo & Rekan 5 5 14. Tia Adityasih & Rekan 4 3 15. Hendrawinata Gani & Hidayat (Pusat) Hadori & Rekan (Pusat) 4 4 5 2 2 1 18. Siddharta Siddharta & Widjaja Tanubrata Sutanto & Rekan 2 1 19. Soejatna, Mulyana & Rekan 5 2 20. Eddy Prakarsa Permana & Siddharta Jumlah 5 5 100 78 9. 16. 17. Sumber : Data Primer Diolah Table 4.3 Data Sampel Penelitian Keterangan Kuesioner yang diterima Kuesioner yang salah/tidak dikembalikan Jumlah Kuesioner yang disebar Responden (Auditor Eksternal) ∑ % 78 78 22 22 100 100 Sumber : Data Primer Diolah Jumlah kuesioner yang kembali dari total kuesioner yang telah disebar adalah sebanyak 78 kuesioner atau 78%. Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan/salah adalah 22 buah atau 22% (lihat tabel 4.3). Kuesioner sebanyak 22 buah yang tidak kembali disebabkan karena waktu penelitian yang diambil oleh peneliti, bertepatan dengan waktu penugasan auditor, sehingga ketika menyebarkan kuesioner para auditor sedang tidak berada di kantor akuntan publik tempat mereka bekerja melainkan berada di tempat klien yang mereka audit. Oleh karena itu, para auditor eksternal tidak sempat untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Tabel 4.4-1 Karakteristik Responden Auditor Eksternal Jabatan Keterangan Jenis kelamin: a. Pria b. Wanita Auditor Auditor Super Junior Senior -visor 25 17 12 13 4 1 Manajer Partner jumlah 4 Jumlah 2 - 47 31 78 Sumber : Data Primer Diolah Karakteristik responden auditor eksternal berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4-1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa auditor yang berjenis kelamin pria berjumlah 47 orang, dimana 25 orang menjabat sebagai auditor junior, 12 orang menjabat sebagai auditor senior, 4 orang sebagai supervisor, 4 orang sebagai manajer, dan 2 orang sebagai partner. Sedangkan auditor yang berjenis kelamin wanita sebanyak 31 orang, yang terdiri atas 17 orang auditor junior, 13 orang auditor senior, dan 1 orang supervisor. Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut, dapat terlihat dengan jelas bahwa mayoritas responden auditor eksternal adalah berjenis kelamin pria, yaitu sebanyak 47 orang yang rata-rata mendominasi seluruh jabatan di kantor akuntan publik. Sedangkan 31 orang berjenis kelamin wanita, yang hanya menjabat sebagai auditor, auditor senior, dan supervisor. Tabel 4.4-2 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pendidikan) Pendidikan Keterangan Jumlah D3 S1 S2 S3 Jabatan: a. Auditor Junior b. Auditor Senior c. Supervisor d. Manajer e. Partner 5 - 36 24 3 2 1 1 1 2 2 1 - 42 25 5 4 2 Jumlah 5 66 7 - 78 Sumber : Data Primer Diolah Pada tabel 4.4-2 terlihat bahwa auditor eksternal mayoritas memiliki latar belakang pendidikan S1, yaitu sebanyak 66 orang, yang terdiri atas 36 orang auditor junior, 24 orang auditor senior, 3 orang supervisor, 2 orang manajer dan 1 orang partner. Sedangkan yang berlatar belakang pendidikan D3 sebanyak 5 orang yang seluruhnya merupakan auditor junior. Sisanya adalah auditor yang berlatar belakang pendidikan S2 sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 orang auditor junior, 1 orang auditor senior, 2 orang supervisor, 2 orang manajer, dan 1 orang partner. Pada tabel tersebut terlihat dengan jelas bahwa tidak terdapat responden auditor eksternal yang berlatar belakang pendidikan S3. Tabel 4.4-3 Karakteristik Responden Auditor Eksternal (Pengalaman Kerja) Pengalaman Kerja Keterangan Jumlah < 3 thn 3-5 thn 36 11 - 6 10 2 - 4 2 2 - 1 2 2 42 25 5 4 2 47 18 8 5 78 Jabatan: a. Auditor Junior b. Auditor Senior c. Supervisor d. Manajer e. Partner 5-10 thn > 10 thn Sumber : Data Primer Diolah Auditor eksternal yang telah memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun sebanyak 47 orang, yang terdiri atas 36 orang auditor junior dan 11 orang auditor senior. Pengalaman kerja selama 3 sampai 5 tahun sebanyak 18 orang auditor eksternal, yang terdiri atas 6 orang auditor junior, 10 orang auditor senior, dan 2 orang supervisor. Sedangkan yang memiliki pengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 8 orang auditor eksternal, yang terdiri dari 4 orang auditor senior, 2 orang supervisor, dan 2 orang manajer. Auditor eksternal yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 1 orang supervisor, 2 orang manajer dan 2 orang partner. Pengalaman kerja auditor didominasi oleh auditor yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun, yaitu sebesar 60% atau sebanyak 47 orang dari 78 orang auditor eksternal. Hal ini disebabkan mayoritas responden adalah auditor junior. B. Penemuan 1. Statistik Deskriptif Berdasarkan data yang diperoleh, maka didapatkan hasil statistik deskriptif sebagai berikut: Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Statistics ind N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum Percentiles 100 78 0 44.1923 .50010 44.0000 44.00 4.41679 19.508 .321 .272 .667 .538 22.00 33.00 55.00 3447.00 55.0000 peng 78 0 3.4487 .22546 3.0000 2.00 1.99120 3.965 1.835 .272 2.904 .538 8.00 2.00 10.00 269.00 10.0000 etik 78 0 71.3846 1.04880 73.0000 75.00 9.26273 85.798 -1.021 .272 3.314 .538 58.00 33.00 91.00 5568.00 91.0000 kual 78 0 63.6538 .72394 63.0000 60.00 6.39364 40.879 .272 .272 .757 .538 32.00 48.00 80.00 4965.00 80.0000 Sumber : Data Primer Diolah 2. Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach,s Alpha diatas 0,6 (Imam Ghozali, 2005: 41-42). Pengujian dilakukan dengan melakukan perhitungan per variabel menggunakan pernyataan yang terdapat didalam kuesioner. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6-1 Uji Reliabilitas Independensi Auditor Reliability Statistics Cronbach's Alpha .827 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .840 N of Items 11 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian variabel independensi auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,827. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 (0,827 > 0,60) maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel independensi auditor dikatakan reliabel. Tabel 4.6-2 Uji Reliabilitas Pengalaman Audit Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .834 Cronbach's Alpha .813 N of Items 2 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian pengalaman auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,813. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 (0,813 > 0,60) maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel pengalaman auditor dikatakan reliabel. Tabel 4.6-3 Uji Reliabilitas Etika Auditor Reliability Statistics Cronbach's Alpha .874 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .875 N of Items 18 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian variabel etika auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,874. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 (0,874 > 0,60) maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel independensi auditor dikatakan reliabel. Tabel 4.6-4 Uji Reliabilitas Kualitas Audit Reliability Statistics Cronbach's Alpha .782 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .800 N of Items 17 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian variabel kualitas audit diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,782. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 (0,782 > 0,60) maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel kualitas audit dikatakan reliabel. Hal ini berarti bahwa item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dan jika pernyataan tersebut diajukan lagi akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban yang pertama. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua pernyataan dalam setiap variabel adalah reliabel. b. Uji Validitas Pada penelitian kali ini, jumlah sampel (n) yang akan diuji adalah 78 responden dengan taraf signifikan (α) 5%, dengan ketentuan df = 78 – 2 = 76, maka didapat r tabel sebesar 0,223. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r tabel. Tabel 4.7-1 Uji Validitas Independensi Auditor Pernyataan Ind 1 Ind 2 Ind 3 Ind 4 Ind 5 Ind 6 Ind 7 Ind 8 Ind 9 Ind 10 Ind 11 Corrected Item-Total Correlation 0,705 0,566 0,461 0,555 0,486 0,712 0,652 0,690 0,720 0,702 0,555 r tabel Keterangan 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil uji validitas terhadap variabel independensi auditor dengan menggunakan pearson correlations memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (product moment), berarti butir pernyataan tersebut dinyatakan valid. Tabel 4.7-2 Uji Validitas Pengalaman Auditor Pernyataan Peng 1 Peng 2 Corrected Item-Total Correlation 0,902 0,947 r tabel Keterangan 0,223 0,223 Valid Valid Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil uji validitas terhadap variabel pengalaman auditor dengan menggunakan pearson correlations memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (product moment), berarti butir pernyataan tersebut dinyatakan valid. Tabel 4.7-3 Uji Validitas Etika Auditor Pernyataan Etik 1 Etik 2 Etik 3 Etik 4 Etik 5 Etik 6 Etik 7 Etik 8 Etik 9 Etik 10 Etik 11 Etik 12 Etik 13 Etik 14 Etik 15 Etik 16 Etik 17 Etik 18 Corrected Item-Total Correlation 0,449 0,646 0,574 0,669 0,627 0,615 0,664 0,725 0,676 0,561 0,599 0,528 0,271 0,577 0,426 0,562 0,474 0,510 Sumber : Data Primer Diolah r table Keterangan 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Berdasarkan tabel diatas, hasil uji validitas terhadap variabel etika auditor dengan menggunakan pearson correlations memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (product moment), berarti butir pernyataan tersebut dinyatakan valid. Tabel 4.7-4 Uji Validitas Kualitas Audit Pernyataan Kual 1 Kual 2 Kual 3 Kual 4 Kual 5 Kual 6 Kual 7 Kual 8 Kual 9 Kual 10 Kual 11 Kual 12 Kual 13 Kual 14 Kual 15 Kual 16 Kual 17 Corrected Item-Total Correlation 0,544 0,548 0,534 0,550 0,601 0,648 0,645 0,561 0,334 0,537 0,652 0,239 0,273 0,395 0,319 0,382 0,494 r tabel Keterangan 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 0,223 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel diatas, hasil uji validitas terhadap variabel kualitas audit dengan menggunakan pearson correlations memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (product moment), berarti butir pernyataan tersebut dinyatakan valid. 3. Uji Hipotesis a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Gambar 4.1 Normal P-Plot Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kual Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tampilan grafik normal P-Plot (gambar 4.1) dapat disimpulkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada grafik histogram terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan grafik normal plot dan grafik histogram menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas. Gambar 4.2 Grafik Histogram Histogram Dependent Variable: Kual 20 Frequency 15 10 5 Mean =1.31E-15 Std. Dev. =0.98 N =78 0 -3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Residual Sumber : Data Primer Diolah 2) Uji Multikolinieritas Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas a Coefficients Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 26.255 6.822 3.848 .000 Ind .587 .144 .405 4.076 .000 .843 1.186 Peng .733 .322 .228 2.275 .026 .829 1.206 Etik .130 .065 .193 2.009 .048 .907 1.103 a. Dependent Variable: Kual Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan tabel 4.8, masing-masing variabel memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian. 3) Uji Heteroskesdastisitas Berdasarkan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Gambar 4.3 Scatterplot Scatterplot Dependent Variable: Kual Regression Studentized Residual 3 2 1 0 -1 -2 -3 -2 0 2 4 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan gambar Scatterplot pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak namun tidak tersebar secara baik, karena titik-titik tersebut lebih banyak mengumpul dibawah titik nol pada sumbu Y. Tetapi titik-titik tersebut juga ada yang menyebar diatas angka nol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskesdastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk memprediksi kualitas audit berdasarkan masukan variabel independen independensi auditor, pengalaman audit dan etika auditor. b. Analisis Regresi Berganda Tabel dibawah ini merupakan hasil analisis mengenai koefisien model regresi: Tabel 4.9 Koefisien Regresi a Coefficients Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 26.255 6.822 3.848 .000 Ind .587 .144 .405 4.076 .000 .843 1.186 Peng .733 .322 .228 2.275 .026 .829 1.206 Etik .130 .065 .193 2.009 .048 .907 1.103 a. Dependent Variable: Kual Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan Tabel 4.9 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + ะต Y = 26,255 + 0,587 X1 + 0,733 X2 + 0,130 X3 + 6,822 Hasil koefisien regresi memperlihatkan nilai koefisien konstanta adalah sebesar 26,255 mempunyai arti bahwa jika variabel dianggap konstan, maka nilai variabel kualitas audit akan konstan sebesar 26,255. Nilai β1 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X1 (independensi auditor) sebesar 0,587 mempunyai arti bahwa semakin tinggi independensi auditor atau bila terjadi peningkatan pada independensi auditor sebesar 1 tingkatan, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0,587 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atatu konstan. Kemudian nilai β2 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X2 (pengalaman auditor) sebesar 0,733 mempunyai arti bahwa jika terjadi peningkatan pengalaman audit pada auditor eksternal sebesar 1 tingkatan, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0,733 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Sedangkan nilai β3 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X3 (etika auditor) sebesar 0,130 mempunyai arti bahwa jika terjadi peningkatan etika auditor pada auditor eksternal sebesar 1 tingkatan, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0,130 satuan dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan. c. Uji Koefisien Determinasi Dari pengujian yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1 R .618a R Square .383 Adjusted R Square .357 a. Predictors: (Constant), Etik, Ind, Peng b. Dependent Variable: Kual Std. Error of the Estimate 5.12491 Sumber : Data Primer Diolah Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R Square), koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square), dan Standar Error (SE) (Tabel 4.8). Pada tabel diatas terlihat bahwa koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,357 memberi pengertian bahwa variasi yang terjadi pada variabel Y (kualitas audit) adalah sebesar 35,7 % ditentukan oleh variabel independensi auditor, pengalaman audit, dan etika auditor, selebihnya sebesar 64,3% (100% - 35,7%) ditentukan oleh faktor lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisa regresi ini. d. Uji Statistik t Tabel dibawah ini merupakan hasil analisis mengenai uji statistik t yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.11 Uji Statistik t a Coefficients Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 26.255 6.822 3.848 .000 Ind .587 .144 .405 4.076 .000 .843 1.186 Peng .733 .322 .228 2.275 .026 .829 1.206 Etik .130 .065 .193 2.009 .048 .907 1.103 a. Dependent Variable: Kual Sumber : Data Primer Diolah Hasil pengujian antara variabel independen (independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika auditor) terhadap variabel dependen (kualitas audit) secara individu yang dilakukan dengan uji t (tabel 4.11) adalah sebagai berikut: 1) Hasil uji hipotesis yang pertama, yaitu: Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil pengujian untuk variabel independensi auditor mempunyai angka signifikansi 0,000 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha1 diterima, hal ini berarti bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2) Hasil uji hipotesis kedua, yaitu: Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pengalaman audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa variabel pengalaman audit mempunyai angka signifikansi 0,026 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha2 diterima, hal ini berarti bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3) Menguji hipotesis ketiga, yaitu: Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa variabel etika auditor mempunyai angka signifikansi 0,048 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha3 diterima, hal ini berarti bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk variabel independensi auditor hasil yang diperoleh menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Susiana dan Arleen (2007) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini disebabkan diantaranya karena perbedaan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian, pada penelitian tersebut sampel yang digunakan adalah perusahaan publik yang tentunya pengetahuan mereka mengenai audit tidak begitu mendalam, sehingga jawaban yang didapatkan dari kuesioner yang diberikan tentunya tidak maksimal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, jawaban yang mereka berikan hanya sebatas hasil dari laporan keuangan yang telah dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah auditor eksternal yang tentunya sangat mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai audit. Namun hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit. Audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu profesional auditor, independensi dan penyusunan laporan audit. Hasil lain mengenai penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan seorang akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut. Hasil penelitian juga memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan oleh pemakai laporan akan meningkatkan independensi akuntan publik. Pengaruh Budaya masyarakat atau organisasi terhadap pribadi akuntan publik akan mempengaruhi sikap independensinya ( Johnny HS, 2009). Jadi independensi merupakan salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan oleh auditor berkualitas. Dengan demikian dapat terlihat bahwa independensi merupakan hal yang harus selalu diterapkan oleh para auditor dalam melaksanakan auditnya. Sedangkan untuk pengalaman auditor, Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) yang menemukan bahwa pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut pengalaman diuji terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sedangkan dalam penelitian ini pengalaman audit diuji terhadap kualitas audit secara umum, tidak spesifik atas sistem informasi berbasis komputer. Namun penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) yang menemukan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengalaman melaksanakan audit dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugastugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan selama berlangsungnya penugasan audit. Pengalaman yang diperoleh oleh seorang auditor tidak hanya diperoleh melalui banyaknya penugasan audit yang dilakukan, namun pengalaman dapat diperoleh melalui seminar, simposium, lokakarya, pelatihan dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya yang dapat menambah pengetahuan sebagai seorang auditor. Hasil penelitian yang diperoleh untuk etika auditor, menyatakan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu etika auditor merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menerapkan etika auditor sebagaimana mestinya akan menghasilkan audit yang berkualitas, sehingga laporan audit dapat memberikan informasi yang relevan yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan yang telah diaudit sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Nichols dan Price (1976), Deis dan Giroux (1992) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menyatakan bahwa etika profesional mempengaruhi kemampuan auditor untuk bertahan dibawah tekanan klien, misalnya dalam hal menjaga independensinya. Kredibilitas auditor tentu sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka. Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan akan berakibat hilangnya kepercayaan dari klien. Dengan demikian klien tetap merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi auditor, pengalaman audit dan etika auditor terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Independensi auditor (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit. 2. Pengalaman auditor (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,026. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) yang menemukan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 3. Etika auditor (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,048. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. B. Implikasi Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, hasil regresi memperlihatkan tingkat signifikansi 0,000 untuk independensi auditor, 0,026 untuk pengalaman audit dan 0,048 untuk etika auditor. Berdasarkan penjelasan diatas, maka implikasi dari ketiga variabel ini adalah: 1. Variabel independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, artinya bahwa independensi merupakan hal yang harus selalu diterapkan oleh para auditor dalam melaksanakan auditnya agar audit yang dilaksanakan dapat menghasilkan laporan yang berkualitas. 2. Variabel pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu ia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam pemeriksaan selama berlangsungnya audit. melakukan pengawasan dan 3. Variabel etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu etika auditor merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menerapkan etika auditor yang ada, maka akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”. Jilid 2, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2008. Aini. A, Nur dan Sumarno Zain. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XIII No.1, Maret: 54-78, 2007. Arens, Alvin A.. ”Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan terintegrasi Jilid 1. Ed 12”. Jakarta: Erlangga, 2008. Ayuni, Nurul Dwi. Skripsi: “Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit atas Sistem Informasi Berbasis Komputer”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. De Angelo, L.E. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127, 1981. Directory Institut Akuntan Publik Indonesia. Ikatan Akuntan Publik Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik, 2008. Dunia, Firdaus A. “Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang:Undip, 2005. Gudono, M. dan Sihwajoeni. “Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.3, No.2 Juli:168-184, 2000. Hamid, Abdul. “Pedoman Penyusunan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, 2007. Harahap, Sofyan Syafri. “Auditing dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Pustaka Quantum, 2008. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesi Akuntan Publik”, Jakarta, 2004. Ikhsan, Arfan. “Pengantar Praktis Akuntansi”. Yogyakarta: Graha ILmu, 2009. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE, 2004. Johnny HS. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. artikel diakses tanggal 28 Juni 2009, dari http://jurnalakuntan2009.blogspot.com/search?q=independensi+auditor. Johnny HS. “Creative Accounting: Nature, Incidence and Ethical Issues ”. artikel diakses tanggal 28 Juni 2009, dari http://jurnalakuntan2009.blogspot.com/ search?q =independensi+auditor. Kell, W.G., R.N. Johnson dan W.C. Boynton. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002. Kieso, Donald e Jerry J Weygandt, Terry D Warfield. “Akuntansi Intermediate ed.12”. Jakarta: Erlangga, 2008. Kohlberg, Lawrence. "The Claim to Moral Adequacy of a Highest Stage of Moral Judgment". Journal of Philosophy 70: 630-646, 1973. Kohlberg, Lawrence. Essays on Moral Development, Vol. I: The Philosophy of Moral Development. Harper & Row. ISBN 0-06-064760-4, 1981. Koroy, Tri Ramaraya. “Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 10 No.1, Januari: 113-130, 2007. Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner. Sawyer’s Internal Auditing. Edisi lima. Jakarta: Salemba Empat, 2005. Mautz, R.K dan H.A. Sharaf. The Philosophy of Auditing. Sarasota: American Accounting Association, 1993. Mulyadi. “Auditing”. Edisi 6 Cetakan ke-2, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Mursalim. Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris pada Investor di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005. Nasution, Mustafa Edwin dan Hardius Usman. “Proses Penelitian Kuantitatif”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Nizarul Alim, M., Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. SNA X Makassar, 2007. Novianty, Retty dan Indra Wijaya Kusuma. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”. JAAI Vol.5 No.1, Juni, 2001. Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. “Analisis Faktor-faktor Penentu Kualitas Audit“. Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen, Jakarta, 2004. Pflugrath, Gary Nonna Martinov-Bennie, Liang Chen. ”The Impact of Codes of Ethics and Experience on Auditor Judgments”. Managerial Auditing Journal Vol.22 No.6, 566-589, 2007. Piaget, Jean. The Moral Judgment of the Child. London: Kegan Paul, Trench, Trubner and Co.. ISBN 0-02-925240-7, 1932. PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Purnamasari, St. Vena. “Sifat Machiavellian dan Pertimbangan Etis: Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor”. SNA 9 Padang, 2006. Rama , Dasaratha dan Frederick Jones. “Sistem Informasi Akuntansi”. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Randal J Elder, Mark S Beasley, Alvin A. Arens, and amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance Service. An Integrated Approach An Indonesian Adaption. Edisi 12. New Jersey. Prentice Hall/Pearson Education, 2009. Santoso, Singgih. Latihan SPSS: Statistik Parametrik, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2003. Satyanugraha, Heru. “Etika Bisnis-Prinsip dan Aplikasi”.LPFE, Jakarta, 2003. Scott, William R. Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: Prentice Hall, 2000. Seprian. “Etika Profesional Auditor”. artikel diakses tanggal 12 Desember 2008, dari http://seprian-jurnal.2007/11 April. etika-profesional-auditor.html. Setyarno , Eko Budi., Indira Januarti dan Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Universitas Diponegoro, 2009. Opini Audit Going Concern”, Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta, 2008. Suharli, Michell. “Akuntansi Ekuitas”. Jakarta: Restu Agung, 2008. Suraida, Ida. ”Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman, Risiko Audit dan Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik (Survay terhadap para akuntan publik di Indonesia)”. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad (Tidak Dipblikasikan), 2003. Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”. SNA X Makassar, 2007. Tunggal, Amin Widjaja. “Dasar-dasar Audit Operasional”. Jakarta: Harvarindo, 2008. Weygandt, Jery J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. “Pengantar Akuntansi”, Edisi Tujuh, Jakarta: Salemba Empat, 2007. Wibowo dan Abubakar Arif. “Akuntansi Keuangan Dasar 1”. Jakarta: Grasindo, 2008. Widiastuti, Indah. Pengaruh Perbedaan Level Hirerarkis Akuntan publik dalamKantor Akuntan Publik terhadap Persepsi tentang Kode Etik Akuntan Indonesia. Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol.3 (1) Peb: 53-65, 2003. Wulandari, Soliyah. Skripsi: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Eksternal menurut Persepsi Bankir”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. IDENTITAS RESPONDEN Pada bagian ini Anda diminta untuk mengisi identitas responden mengenai nama, nama KAP dan usia pada pertanyaan no 1, 2 dan 3. Untuk pertanyaan no 4 s.d 7 harap memilih salah satu dengan memberi tanda silang (X). 1. Nama Responden : ………………………………………….. 2. Nama KAP : ………………………………………….. 3. Usia : …… tahun 4. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 5. Pendidikan Formal : a. b. c. d. e. f. D3 Sedang Menempuh S1 Lulus S1 Sedang menempuh S2 Lulus S2 S3 6. Lama masa kerja sebagai auditor: a. b. c. d. < 3 tahun 3 – 5 tahun 5 – 10 tahun > 10 tahun 7. Kedudukan di KAP sebagai: a. b. c. d. e. Junior Auditor Senior Auditor Supervisor Auditor Partner Manajer Pada Bagian B, C, dan D gunakan skala berikut ini untuk menunjukkan sejauh mana Anda setuju atau tidak setuju. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang dipilih. STS TS N S SS Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju INDEPENDENSI AUDITOR No Pernyataan 1. Penyusunan program audit bebas dari campur tangan untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa 2. Penyusunan program audit bebas dari campur tangan atau sikap tidak mau bekerjasama mengenai penerapan prosedur yang dipilih 3. Penyusunan program audit bebas dari usahausaha pihak lain terhadap subyek pekerjaan pemeriksaan selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan 4. Dalam melakukan verifikasi, auditor memperoleh kebebasan dalam mengakses semua informasi yang berhubungan dengan kegiatan audit STS TS N S SS 5. 6. 7. Selama melakukan verifikasi auditor memperoleh dukungan dan kerjasama yang baik dengan pihak manajemen klien Manajemen klien memberikan kebebasan pada auditor dalam menentukan bahan bukti yang diperlukan maupun obyek yang akan diperiksa Kegiatan verifikasi auditor harus bebas dari kepentingan pribadi auditor No Pernyataan 8. Auditor harus bebas dari keinginan pribadi maupun pengaruh pihak lain untuk memodifikasi bahan bukti selama aktivitas audit 9. Auditor harus bebas dari tekanan pihak manapun dalam melaporkan temuan-temuan yang bersifat material STS TS N S SS S SS 10. Auditor harus menghindari penggunaan katakata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. 11. Auditor harus bebas dalam menggunakan judgement mengenai fakta dan opini dalam laporan audit KUALITAS AUDIT No Pertnyataan 1. KAP yang memiliki reputasi yang baik akan memberikan audit yang berkualitas 2. Auditor/KAP yang memiliki kapabilitas akan memberikan audit yang berkualitas 3. Staf KAP menumbuhkan rasa percaya klien 4. Staf KAP menimbulkan rasa aman pada klien 5. Staf KAP mampu menjawab pertanyaan klien STS TS N 6. Staf KAP sungguh-sungguh mengutamakan klien 7. Staf KAP memahami kebutuhan klien 8. KAP memiliki waktu beroperasi/jam kantor yang nyaman 9. KAP tidak menginformasikan kepada klien tentang kepastian waktu penyampaian jasa 10. KAP memberikan jasa dengan tepat waktu No Pertanyaan STS TS N S 11. Staf KAP bersedia membantu klien, bukan dalam kompromi 12. Staf klien tidak bersedia merespon permintaan klien 13. KAP mampu memberikan jasa non-audit, misal: konsultasi manajemen, penyusunan sistem informasi akuntansi, dan lain-lain yang tidak conflict interest 14. KAP tidak harus memiliki keahlian dibidang industri klien 15. KAP tidak harus memiliki pengalaman di bidang industri klien 16. KAP yang besar (Big Four) memberikan jasa yang berkualitas 17. KAP harus bersikap obyektif pada saat memberikan jasa PENGALAMAN AUDIT 1. Lamanya pengalaman audit yang Anda miliki: a. Lama sekali (lebih dari 20 tahun) b. Cukup lama (16 s/d 20 tahun) c. Lama (11 s/d 15 tahun) d. Kurang Lama (5 s/d 10 tahun) e. Sebentar (kurang dari 5 tahun) 2. Banyaknya jumlah penugasan yang Bapak/Ibu/Saudara laksanakan: a. b. c. d. Sangat banyak (lebih dari 40 penugasan) Cukup banyak (31 s/d 40 penugasan) Banyak (21 s/d 30 penugasan) Kurang Banyak (10 s/d 20 penugasan) SS e. Sedikit (kurang dari 10 penugasan) KESADARAN ETIS AUDITOR Di bawah ini terdapat tiga ilustrasi kasus serta tindakan yang mengikutinya. Anda dimohon untuk menilai tindakan pada setiap ilustrasi tersebut dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan angka: 1, 2, 3, 4, dan 5. Ilustrasi 1 Sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) baru saja memperoleh klien baru dengan biaya audit yang sangat rendah. Dalam persiapan pengauditar seorang partner mengusulkan anggaran jam pengauditan untuk akun persediaan selama 100 jam. Padahal pengalaman partner senior dengan klien sejenis menunjukkan bahwa untuk memperoleh keyakinan agar tidak terjadi kesalahan maupun pelanggaran terhadap standar yang bersifat material, pengauditan memerlukan waktu minimal 150 jam. Di KAP tersebut, evaluasi kinerja partner didasarkan pada efisiensi pengauditan. Tindakan: Usulan anggaran waktu tersebut diterima oleh partner senior, akibatnya dalam proses pengauditan partner tersebut melakukan prosedur pengauditan yang lebih sedikit terhadap akun persediaan. Dari tindakan diatas, jawablah 3 pertanyaan di bawah ini: Menurut saya, tindakan tersebut Etis 1 2 3 4 5 Tidak Etis Kemungkinan saya melakukan Tinggi 1 2 3 4 5 Rendah Kemungkinan kolega saya melakukan Tinggi 1 2 3 4 5 Rendah Ilustrasi 2 Auditor X bertindak sebagai auditor independen pada klien A. Volume penjualan klien A mengalami penurunan sangat drastis. Auditor X mengetahui bahwa klien A akan segera bangkrut. Pada saat yang sama, auditor juga sedang mengaudit klien B. Ketika sedang melakukan pengauditan pada rekening piutang klien B, auditor X menemukan bahwa klien A memiliki utang terhadap klien B sebesar Rp 500 juta. Jumlah ini merupakan 10% dari saldo piutang klien B. Tindakan: Auditor X memberitahu klien B tentang kemungkinan bangkrut yang akan dialami klien A. Dari tindakan diatas, jawablah 3 pertanyaan di bawah ini: Menurut saya, tindakan tersebut Etis 1 2 3 4 Kemungkinan saya akan melakukan Tinggi 1 2 3 4 Kemungkinan kolega saya melakukan Tinggi 1 2 3 4 5 Tidak Etis 5 Rendah 5 Rendah Ilustrasi 3 Auditor Y disamping berpraktik sebagai akuntan publik juga ikut aktif dalam kegiatan aktifitas sosial. Dia sangat aktif dalam organisasi untuk penyandang cacat di kotanya. Dalam rangka untuk mengumpulkan dana bagi organisasi tersebut, auditor Y berencana menggunakan kertas kop surat KAP tempat ia bekerja untuk digunakan sebagai surat permohonan sumbangan sukarela pada perusahaan-perusahaan. Tindakan: Auditor Y menggunakan kertas kop surat KAP untuk membuat surat permohonan sumbangan sukarela. Dari tindakan diatas, jawablah 3 pertanyaan di bawah ini: Menurut saya, tindakan tersebut Etis 1 2 3 4 5 Tidak Etis Kemungkinan saya akan melakukan Tinggi 1 2 3 4 5 Rendah Kemungkinan kolega saya melakukan Tinggi 1 2 3 4 5 Rendah KEPEDULIAN PADA ETIKA PROFESI Anda dimohon untuk memberi tanda silang (X) pada pilihan angka: 1, 2, 3, 4, dan 5. Makin besar salah satu angka dari rentang angka yang Anda pilih menunjukkan bahwa Anda semakin setuju dengan pernyataan tersebut. Pertanyaan: 1. Apakah Anda sangat peduli pada etika profesi untuk mensukseskan profesi auditor? Tidak peduli 1 2 3 4 5 Sangat peduli 2. Apakah Anda sering mengatakan pada teman-teman Anda bahwa kepedulian pada etika profesi adalah sangat baik untuk dilaksanakan? Tidak Pernah 1 2 3 4 5 Sering Sekali 3. Apakah Anda merasa bangga ketika memberitahukan kepada orang lain bahwa Anda peduli pada etika profesi? Tidak Bangga 1 2 3 4 5 Sangat Bangga 4. Apakah Anda merasa bahwa nilai-nilai yang Anda yakini dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi auditor memiliki banyak kesamaan? Tidak 1 2 3 4 5 Ya 5. Apakah Anda setuju dengan aturan-aturan yang ada dalam etika profesi yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia? Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 5 Sangat Setuju 6. Apakah kepedulian terhadap etika profesi dapat memberikan kepuasan pada diri Anda untuk memberikan yang terbaik dalam melakukan setiap pekerjaan audit? Tidak Memberi Kepuasan 1 2 3 4 5 Sangat Memberi Kepuasan 7. Apabila Anda memutuskan untuk tidak peduli terhadap etika profesi, apakah Anda merasa bahwa tindakan tersebut merupakan suatu kesalahan? Tidak 1 2 3 4 5 Ya 8. Apakah Anda merasa senang dengan memilih profesi sebagai auditor dibanding profesi lainnya? Tidak Senang 1 2 3 4 5 Sangat Senang 9. Apakah Anda merasa bahwa menjadi auditor adalah profesi yang terbaik dibanding profesi lainnya? Ya Tidak 1 2 3 4 5 10. Dalam situasi saat ini, apabila ada sedikit perubahan yang tidak berkenan dihati Anda apakah dapat mempengaruhi kepedulian Anda pada etika profesi? Tidak 1 2 3 4 5 Ya PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Amilin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nur Aini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstract: The objectives of this research was to explain the influence of auditor independence, auditor experience and auditor ethics to audit quality. Data used in this research was questionnaires from independent auditors, at audit firms in DKI Jakarta. Sampling method was using convenience sampling. 100 questionnaires was distribute. Total returned questionnaires was 78 (78%). The method of data analyzing used in this research was multiple regression method with auditor independence, auditor experience, auditor ethics is independence variable and audit quality is dependent variable. This research showed that auditor independence, auditor experience, and auditor ethics has significant to audit quality. The t test showed that value of significant of auditor independence variable is 0.000, auditor experience variable is 0.026, and auditor ethics variable is 0.048. Keywords: Auditor Independence, Auditor Experience, Auditor Ethics, Audit Quality I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi seorang akuntan. Akuntan adalah profesi yang keberadaannya sangat tergantung dengan adanya kepercayaan dari masyarakat yang menggunakan jasanya. Oleh karena itu, jika akuntan tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, maka mereka tidak akan menggunakan jasa akuntan, sehingga profesi akuntan tidak perlu ada. Masalah-masalah yang ditimbulkan membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Hubungan akuntan dengan pengguna jasanya memiliki bentuk yang khusus jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan memperoleh fee dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan. Kondisi seperti ini sering kali menempatkan akuntan pada situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat penting bagi akuntan untuk melaksanakan audit dengan kompeten dan tidak bias (Arens dan Loebbecke, 2008). Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan akuntan lainnya yang bukan anggota (bab VII pasal 10 Kode Etik Akuntan Indonesia). Disamping itu, dengan adanya kode etik, maka para anggota profesi akan lebih dapat memahami apa yang diharapkan profesi terhadap para anggotanya (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Etika professional auditor diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik (IAPI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI-KAP maupun yang bukan anggota IAPI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal staf profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAPI-KAP melanggar aturan etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya dimata masyarakat. Profesi seorang akuntan diharapkan memiliki profesionalitas, integritas yang tinggi, bersikap independen, kompeten dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya. Auditor dengan kapasitas pemikian etis yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis, dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan dilema etis (St Vena Purnamasari, 2006). Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain (tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008). Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu dari jasa audit yang dihasilkan. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2004), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional. Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Hal ini menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih, pengalaman seorang auditor tentunya dapat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Dalam penelitian Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Namun, dalam penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) menemukan bahwa pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kulitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen (2007) membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti sehingga hasil penelitiannya berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 4. Menambahkan variabel pengalaman auditor dan etika auditor sebagai variabel independen. Pengalaman auditor dan etika auditor merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas audit yang mereka hasilkan, karena itu penelitian ini menambahkan kedua variabel tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas audit. 5. Menghilangkan etika auditor sebagai variabel moderasi. Etika auditor diubah menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas audit. 6. Menjadikan kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta sebagai populasi dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapat menjadi lebih maksimal dengan memperluas pengambilan sampel. 1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah: 4. Apakah independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 5. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? 6. Apakah etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit? Tujuan penelitian ini adalah: 4. Untuk menguji pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit. 5. Untuk menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. 6. Untuk menguji pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit. 2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Etika Ethics (etika) adalah strandar prilaku yang menjadi dasar penilaian benar atau salah, jujur atau tidak jujur, adil atau tidak adilnya tindakan seseorang (Weygandt, Kieso, & Kimmel, 2007). Etika secara umum diartikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat diungkapkan secara eksplisit. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan lancar serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada, kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Di Indonesia, etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar dan bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang besangkutan. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal yang selanjutnya disebut sebagai ‘kode etik’. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan (Desriani,1993 dalam Gudono,2000). Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens dan loebbecke, 2008), atau aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi profesi untuk melindungi kepentingan anggota dan masyarakat sebagai pemakai jasanya. Aturan tersebut berisi hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan harus ditaati oleh setiap anggota organisasi. Etika dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: ethos berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos berarti perasaan batin atau kecenderungan batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. “Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang komplek tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Profesi itu sendiri meliputi kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu seperti yang dikemukakan oleh Ward et al. (1993) dalam Gudono (2000). Jadi secara umum etika menggambarkan suatu perwujudan dan penetapan suatu norma sikap dan tingkah laku yang membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan karena setiap tindakan lahir dari keputusan pribadi yang bebas. 2.2. Teori Moral Development Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg (1958) dengan mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget (1932), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, merupakan dasar dari perilaku etis dan mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Keenam tahapan perkembangan moral dari Kohlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap atau tingkat sebelumnya. Tahapan-tahapan Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal (Principled conscience) Tingkat 1: Pra-Konvensional Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Dalam tahap dua perhatian kepada orang lain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang bersifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral. Tingkat 2: Konvensional Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Tingkat 3: Pasca-Konvensional Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. pemerintahan yang demokratis merupakan contoh tindakan yang berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini. 2.3. Teori Keagenan Agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan, dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 3. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 4. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Akuntan publik diharapkan dapat menjembatani kepentingan pihak investor dan kreditor dengan pihak manajemen (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan. Sebagai perantara, akuntan harus dapat bertindak jujur, bijaksana, dan profesional. Akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab bahwa informasi yang mereka berikan disajikan secara lengkap dan jujur kepada para pengguna informasi tersebut. Sehingga mereka dapat mengetahui kinerja perusahaan yang sesungguhnya dan dapat dijadikan sebagai dasar yang tepat untuk mengambil keputusan. 2.4. Independensi Tanggung jawab yang besar, maka merupakan suatu hal yang penting bagi akuntan yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki independensi dan keahlian yang tinggi. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen kliennya, pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti. Dalam Seprian (2007) independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, dan (2) independensi penampilan. Setiap akuntan harus menjaga integritas dan keobjektivan dalam tugas proesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Ia juga harus menghindari situasi yang dapat menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan atau keobjektivan sudah tidak dapat dipertahankan. Mautz dan Sharaf (1993) menyatakan bahwa untuk dapat menjalankan kewajibannya, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu kompetensi, independensi, dan due professional care. Mempertahankan perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka adalah penting. Tetapi yang juga penting adalah bahwa pemakai laporan keuangan tersebut memiliki kepercayaan atas independensi tersebut. Shockley (1981) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting dalam kendali mutu tersebut adalah independensi. 2.5. Pengalaman Auditor Libby (1995) dalam Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervisi berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan (IAPI 2004). Salah satu ciri dari keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994) dalam Koroy (2007). Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana perilaku konservatif/berorientasi negatif diperlihatkan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior. Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu terfokus pada informasi negatif sehingga semakin negatif juga mereka dalam membuat pertimbangan audit. 2.6. Kualitas Audit DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dalam dua dimensi, pertama auditor harus mampu mendeteksi salah saji material, kedua salah saji tersebut harus dilaporkan. Kemampuan untuk mendeteksi salah saji material sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknologi auditor, prosedur audit dan jumlah sampling yang digunakan. Kemampuan untuk melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada sikap independensi auditor, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional dan keuangan maka auditor dapat kehilangan independensinya. Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah dan masyarakat serta para investor. Berkaitan dengan kasus Enron, WorldCom, dan jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat mempertanyakan kualitas audit yang telah diberikan oleh KAP big international tersebut. Hal tersebut telah melahirkan perubahan terhadap undang-undang di Amerika Serikat dengan berlakunya Sarbanes-Oxley Act Juni tahun 2002 diikuti dengan PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Undang-undang tersebut diantaranya mengatur tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak diperbolehkan memberikan jasa non audit disamping pemberian jasa audit pada klien karena dapat mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan jika jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan independensi auditor. 2.7. Model Penelitian Model penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada gambar 2.1 dalam lampiran. GAMBAR 2.1 2.8. Perumusan Hipotesis Berdasarkan atas landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Ha2 : Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Ha3 : Etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit 3. METODE PENELITIAN 3.1. Teknik Pengambilan Sampel dan Metode Pengumpulan Data Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Convenience Sampling. Dengan kriteria responden yaitu auditor yang mempunyai jabatan auditor junior sampai dengan partner. Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta. 3.2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya 3. Variabel Independen d. Independensi auditor (XI) Independensi Akuntan Publik adalah sikap yang diharapkan dari diri seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Ada tiga dimensi untuk mengukur variabel independensi akuntan publik yaitu: independensi dalam program audit, independensi dalam verifikasi, dan independensi dalam pelaporan. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Mautz & Sharaf (1993). Variabel ini digali dengan 11 pernyataan. Respon dari responden diukur dengan skala Likert dari mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. e. Pengalaman auditor (X2) Pengalaman Auditor adalah pengalaman auditor dalam melakukan general audit. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel pengalaman audit yaitu: dimensi jangka waktu menekuni bidang audit dan dimensi banyaknya penugasan audit/temuan kasus yang pernah ditangani. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Variabel ini digali dengan 2 pernyataan. Semua item pertanyaan diukur pada skala 1 sampai 5. f. Etika auditor (X3) Penerapan Etika Akuntan Publik adalah aplikasi seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh kalangan profesi akuntan publik. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel penerapan etika akuntan publik yaitu: dimensi kesadaran etis dan dimensi kepedulian pada etika profesi. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Ida Suraida (2003). Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert 1 sampai 5. 4. Variabel Dependen • Kualitas Audit (Y) Kualitas Audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Ada empat dimensi untuk mengukur variabel kualitas audit yaitu: kualitas teknis, kualitas jasa, hubungan auditor-klien, dan independensi. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan oleh DeAngelo (1981). Variabel ini digali dengan 10 indikator melalui 17 pernyataan. Respon dari responden direkam dengan skala Likert dari mulai sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. 3.3. Teknik Analisis Pada penelitian ini terdapat beberapa tahap dalam analisis data, yaitu: Tahap Pertama, menghitung Statistik Deskriptif dari data yang didapatkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, ,minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2005). Tahap Kedua, melakukan uji kualitas data. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach Alpha memiliki nilai diatas 0,6 maka dikatakan bahwa data tersebut mempunyai keandalan atau reliabel (Imam Ghozali, 2005: 41-42 ). Sedangkan untuk uji validitas, Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah bila koefisien korelasi r kurang dari nilai r tabel dengan tingkat signifikansi 5%, berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid (Imam Ghozali, 2005: 45). Tahap Ketiga, menganalisis hubungan independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika auditor terhadap kualitas audit. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan Software SPSS for Windows versi 16,0 dimana metode yang dipilih adalah metode analisis regresi berganda dengan persamaan matematik sebagai berikut: Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + ะต Dimana: Y = Kualitas Audit α = Konstanta, harga Y bila X = 0 β = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X). X1 = Independensi Auditor X2 = Pengalaman Auditor X3 = Etika Auditor e = Error 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Peneliti membagikan dan mengumpulkan kuesioner secara langsung kepada 20 KAP yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. Jumlah kuesioner yang kembali dari total kuesioner yang telah disebar adalah sebanyak 78 kuesioner atau 78%. Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan/salah adalah 22 buah atau 22%. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian (response rate) kuesioner yang cukup tinggi. 4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Reliabilitas Pada variabel independensi auditor terdapat 11 butir pernyataan, hasil pengujian variabel independensi auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,827. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 (0,827 > 0,60) maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel independensi auditor dikatakan reliabel. Pada variabel pengalaman auditor terdapat 2 butir pernyataan, hasil pengujian pengalaman auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,813. maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel pengalaman auditor dikatakan reliabel. hasil pengujian variabel etika auditor diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,874. Sedangkan untuk variabel kualitas audit diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,782. Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pernyataan variabel etika auditor dan kualitas audit dikatakan reliabel. 4.2.2. Uji Validitas Pada penelitian kali ini, jumlah sampel (n) yang akan diuji adalah 78 responden dengan taraf signifikan (α) 5%, dengan ketentuan df = 78 – 2 = 76, maka didapat r tabel sebesar 0,223. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r tabel. 4.3. Uji Kualitas Data 4.3.1. Uji Normalitas GAMBAR 4.1 Berdasarkan tampilan grafik normal P-Plot (gambar 4.1) dapat disimpulkan bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada grafik histogram terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan grafik normal plot dan grafik histogram menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas. GAMBAR 4.2 4.3.2. Uji Multikolinearitas TABEL 4.1 Berdasarkan tabel 4.8, masing-masing variabel memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian. 4.3.3. Uji Heteroskedastisitas GAMBAR 4.3 Berdasarkan gambar Scatterplot pada gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak namun tidak tersebar secara baik, karena titik-titik tersebut lebih banyak mengumpul dibawah titik nol pada sumbu Y. Tetapi titik-titik tersebut juga ada yang menyebar diatas angka nol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskesdastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk memprediksi kualitas audit berdasarkan masukan variabel independen independensi auditor, pengalaman audit dan etika auditor. 4.4. Uji Hipotesis TABEL 4.2 Hasil pengujian antara variabel independen (independensi auditor, pengalaman auditor, dan etika auditor) terhadap variabel dependen (kualitas audit) secara individu yang dilakukan dengan uji t (tabel 4.2) adalah sebagai berikut: 4.4.1. Hipotesis 1 Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil pengujian untuk variabel independensi auditor mempunyai angka signifikansi 0,000 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha1 diterima, hal ini berarti bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 4.4.2. Hipotesis 2 Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pengalaman audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel pengalaman audit mempunyai angka signifikansi 0,026 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha2 diterima, hal ini berarti bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 4.4.3. Hipotesis 3 Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel etika auditor mempunyai angka signifikansi 0,048 sehingga nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha3 diterima, hal ini berarti bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. 4.5. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk variabel independensi auditor hasil yang diperoleh menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Susiana dan Arleen (2007) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini disebabkan diantaranya karena perbedaan jenis sampel yang digunakan dalam penelitian, pada penelitian tersebut sampel yang digunakan adalah perusahaan publik yang tentunya pengetahuan mereka mengenai audit tidak begitu mendalam, sehingga jawaban yang didapatkan dari kuesioner yang diberikan tentunya tidak maksimal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, jawaban yang mereka berikan hanya sebatas hasil dari laporan keuangan yang telah dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah auditor eksternal yang tentunya sangat mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai audit. Namun hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit. Audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu profesional auditor, independensi dan penyusunan laporan audit. Hasil lain mengenai penelitian tentang independensi menunjukkan bahwa dalam mengambil keputusan seorang akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya, tetapi disisi lain terdapat beberapa kekuatan yang bisa meredakan pengaruh tersebut. Hasil penelitian juga memberikan bukti bahwa pemisahan staf audit dari staf yang melakukan consulting service dirasakan oleh pemakai laporan akan meningkatkan independensi akuntan publik. Pengaruh Budaya masyarakat atau organisasi terhadap pribadi akuntan publik akan mempengaruhi sikap independensinya ( Johnny HS, 2009). Jadi independensi merupakan salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan oleh auditor berkualitas. Dengan demikian dapat terlihat bahwa independensi merupakan hal yang harus selalu diterapkan oleh para auditor dalam melaksanakan auditnya. Sedangkan untuk pengalaman auditor, Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nurul Dwi Ayuni (2008) yang menemukan bahwa pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut pengalaman diuji terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer sedangkan dalam penelitian ini pengalaman audit diuji terhadap kualitas audit secara umum, tidak spesifik atas sistem informasi berbasis komputer. Namun penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) yang menemukan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengalaman melaksanakan audit dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang auditor. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan selama berlangsungnya penugasan audit. Pengalaman yang diperoleh oleh seorang auditor tidak hanya diperoleh melalui banyaknya penugasan audit yang dilakukan, namun pengalaman dapat diperoleh melalui seminar, simposium, lokakarya, pelatihan dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya yang dapat menambah pengetahuan sebagai seorang auditor. Hasil penelitian yang diperoleh untuk etika auditor, menyatakan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu etika auditor merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menerapkan etika auditor sebagaimana mestinya akan menghasilkan audit yang berkualitas, sehingga laporan audit dapat memberikan informasi yang relevan yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan yang telah diaudit sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Nichols dan Price (1976), Deis dan Giroux (1992) dalam Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) menyatakan bahwa etika profesional mempengaruhi kemampuan auditor untuk bertahan dibawah tekanan klien, misalnya dalam hal menjaga independensinya. Kredibilitas auditor tentu sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka. Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan akan berakibat hilangnya kepercayaan dari klien. Dengan demikian klien tetap merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor. 5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi auditor, pengalaman audit dan etika auditor terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 4. Independensi auditor (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit. 5. Pengalaman auditor (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,026. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti (2004) yang menemukan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 6. Etika auditor (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,048. Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek (2007) yang menemukan bahwa interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 5.2. Implikasi Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, hasil regresi memperlihatkan tingkat signifikansi 0,000 untuk independensi auditor, 0,026 untuk pengalaman audit dan 0,048 untuk etika auditor. Berdasarkan penjelasan diatas, maka implikasi dari ketiga variabel ini adalah: 1. Variabel independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, artinya bahwa independensi merupakan hal yang harus selalu diterapkan oleh para auditor dalam melaksanakan auditnya agar audit yang dilaksanakan dapat menghasilkan laporan yang berkualitas. 2. Variabel pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu ia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan selama berlangsungnya audit. 3. Variabel etika auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu etika auditor merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menerapkan etika auditor yang ada, maka akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”. Jilid 2, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2008. Arens, Alvin A.. ”Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan terintegrasi Jilid 1. Ed 12”. Jakarta: Erlangga, 2008. De Angelo, L.E. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation. Journal of Accounting and Economics 3. Agustus. p. 113-127, 1981. Directory Institut Akuntan Publik Indonesia. Ikatan Akuntan Publik Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik, 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang:Undip, 2005. Gudono, M. dan Sihwajoeni. “Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.3, No.2 Juli:168-184, 2000. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesi Akuntan Publik”, Jakarta, 2004. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE, 2004. Johnny HS. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. artikel diakses tanggal 28 Juni 2009, dari http://jurnalakuntan2009.blogspot.com/search?q=independensi+auditor. Kohlberg, Lawrence. "The Claim to Moral Adequacy of a Highest Stage of Moral Judgment". Journal of Philosophy 70: 630-646, 1973. Kohlberg, Lawrence. Essays on Moral Development, Vol. I: The Philosophy of Moral Development. Harper & Row. ISBN 0-06-064760-4, 1981. Koroy, Tri Ramaraya. “Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 10 No.1, Januari: 113-130, 2007. Mautz, R.K dan H.A. Sharaf. The Philosophy of Auditing. Sarasota: American Accounting Association, 1993. Nizarul Alim, M., Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. SNA X Makassar, 2007. Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. “Analisis Faktor-faktor Penentu Kualitas Audit“. Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen, Jakarta, 2004. Pflugrath, Gary Nonna Martinov-Bennie, Liang Chen. ”The Impact of Codes of Ethics and Experience on Auditor Judgments”. Managerial Auditing Journal Vol.22 No.6, 566-589, 2007. GAMBAR 4.1 Piaget, Jean. The Moral Judgment of the Child. London: Kegan Paul, Trench, Trubner and Co.. ISBN 0-02-925240-7, 1932. PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Randal J Elder, Mark S Beasley, Alvin A. Arens, and amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance Service. An Integrated Approach An Indonesian Adaption. Edisi 12. New Jersey. Prentice Hall/Pearson Education, 2009. Santoso, Singgih. Latihan SPSS: Statistik Parametrik, Alex Media Komputindo, Jakarta, 2003. Seprian. “Etika Profesional Auditor”. artikel diakses tanggal 12 Desember 2008, dari http://seprian-jurnal.2007/11 April. etika-profesional-auditor.html. Suraida, Ida. ”Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman, Risiko Audit dan Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik (Survay terhadap para akuntan publik di Indonesia)”. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad (Tidak Dipblikasikan), 2003. Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”. SNA X Makassar, 2007. LAMPIRAN GAMBAR 2.1 Variabel Independen Variabel Dependen Independensi Auditor Pengalaman Auditor Etika Auditor Kualitas Audit