BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Menurut Agoes

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Auditing
Menurut Agoes & Hoesada (2012:44) pengertian Auditing secara umum
adalah “Jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi
laporan keuangan yang disajikan perusahaan”. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan
untuk
mencari
kesalahan
atau
menemukan
kecurangan
walaupun
dalam
pelaksaannya sangat memungkinkan diketemukannya kesalahan atas kecurangan.
2.1.1
Jenis – Jenis Audit
Terdapat beberapa jenis – jenis audit. Menurut Arens, Elder & Beasley yang
diterjemahkan oleh Wibowo (2008:16) ada 3 jenis audit yaitu :
1. Audit Operasional (operational audit), mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi.
2. Audit Ketaatan
(compliance audit), dilaksanakan untuk menentukan
apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan –
ketentuan yang diterapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.
3. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit), dilakukan untuk
menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
8
2.1.2
Manfaat Audit
Menurut Nurhayanto (2009:26) manfaat audit digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu :
Audit eksternal bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan untuk
mengetahui bagaimana menajemen mengelola aset yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan manfaat audit internal adalah membantu anggota organisasi dalam
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Setelah melaksanakan audit, auditor
menyampaikan laporan hasil audit yang berisi pendapat atau kesimpulan dan
rekomendasi kepada pihak – pihak yang berkepentingan.
2.1.3
Audit operasional
Istilah lain yang sering digunakan untuk audit operasional antara lain, audit
manajemen, performance audit, program result audit, management review, dan
effectiveness audit. Meskipun banyak istilah yang digunakan, namun pada dasarnya
istilah yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut sama yaitu menginvestigasikan
dan menilai sistem pengendalian internal serta menguji efektivitas dan efisiensi
kegiatan operasional perusahaan.
Menurut Islahuzzaman (2012:44) Audit Operasional adalah “Review atas
setiap bagian prosedur dan metode operasi organisasi dengan tujuan mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas, juga disebut sebagai audit manajemen (manajemen
auditing) dan audit kinerja (performance auditing)”.
2.1.4
Definisi Efesiensi dan Efektivitas
9
Islahuzzaman
(2012:132)
Efisiensi
adalah
suatu
ukuran
yang
menggambarkan berapa masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan satu
unit keluaran (output). Suatu operasi yang paling efisien adalah operasi yang dapat
memproduksi sejumlah keluaran dengan pengunaan masukan seminimal mungkin
atau menghasilkan keluaran terbanyak dari masukan yang tersedia. Efektivitas adalah
kemampuan suatu unit untuk mencapai atau melampaui sasaran, target, atau tujuan
yang diinginkan (yang telah ditetapkan lebih dahulu). Efektivitas menggambarkan
hubungan suatu pusat pertanggung jawaban dengan tujuan yang dicapai. Berapa
masukan (input) yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran (output).
2.1.5
Karakteristik Audit Operasional
Menurut Tunggal (2011:9) terdapat beberapa karakteristik dari audit
operasional, yaitu :
1. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigasi.
2. Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi.
3. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian
penjualan, bagian perencanaan produksi dan sebagainya), atau suatu fungsi,
atau salah satu sub-klasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem
pelaporan, pembinaan pegawai dan sebagainya).
4. Penelitian
dipusatkan
pada
prestasi
atau
keefektifan
dari
perusahaan/unit/fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung
jawab, atau tugasnya.
5. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/data dan standar.
10
2.1.6
Tujuan dan Lingkup Audit Operasional
Menurut Agoes dan Hoesada (2012:160) masalah utama bagi sebuah
perusahaan dan fungsi audit internal adalah memutuskan apakah ruang lingkup kerja
audit internal dalam area operasional perusahaan seharusnya dibatasi pada masalah
internal control atau seharusnya secara komprehesif, review umum atas kegiatan
operasi.
Penetapan ruang lingkup manajemen audit sangat bervariasi, dimulai dari
pemeriksaan operasi suatu organisasi secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
saja, seperti divisi, departemen, bagian, cabang, dan sebagainya. Selain itu,
berdasarkan suatu fungsi tertentu, seperti pemasaran, sumber daya manusia,
keuangan, produksi, dan lain – lain.
2.1.7
Jenis Audit Operasional
Menurut Tunggal (2013:10) Audit operasional dibagi menjadi 3 kategori
yang luas, yaitu
1. Audit Fungsional (functional audit)
Fungsi adalah cara untuk mengkategorisasikan aktivitas dari suatu bisnis,
seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Fungsi bisa dikategorikan dan dibagibagi kembali dengan banyak cara yang berbeda. Audit fungsional berkaitan dengan
satu atau lebih fungsi dalam suatu organisasi, seperti efisiensi dan efektivitas dari
fungsi penggajian untuk suatu devisi atau untuk perusahaan secara keseluruhan.
Audit fungsional memiliki keuntungan dan memungkinkan spesialisasi oleh auditor.
11
Auditor tertentu dalam staf audit internal dapat mengembangkan keahlian yang
tinggi dalam suatu bidang, seperti teknik produksi.
2. Audit Organisasi (Organization audit)
Suatu audit operasi dari suatu organisasi berkenaan dengan unit organisasi
keseluruhan, seperti suatu departemen, suatu cabang, atau anak perusahaan. Suatu
audit organisasi menekankan pada seberapa efisien dan efektif fungsi – fungsi
organisasi berinteraksi. Rencana organisasi dan metode untuk mengkoordinasikan
aktivitas merupakan hal yang penting bagi jenis audit semacam ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Dalam audit operasi, penugasan khusus muncul atas permintaan manajemen
untuk berbagai jenis audit, seperti menentukan penyebab dari sistem teknologi
informasi yang tidak efektif, menyelidiki kemungkinan dilakukannya kecurangan
untuk mengurangi biaya dan produk yang dimanufaktur.
2.1.8
Permintaan Untuk Audit Operasional
Menurut Tunggal (2011:24) dalam lingkungan kompetitif sekarang,
permintaan untuk audit operasional dapat dihubungkan dengan keinginan manajemen
untuk meningkatkan penghasilan, meningkatkan prosuktivitas, dan mengurangi
biaya. Auditor operasional mencari cara – cara untuk mengurangi pemborosan dan
ketidakefisienan. Banyak resturukturitas perusahaan dilaporkan dalam berita usaha
adalah hasil dari audit operasional.
12
Suatu audit operasional yang dilakukan secara tepat harus memberikan
manajemen sejumlah manfaat, mencakup:
1. Kemampulabaan yang meningkat,
2. Alokasi sumber daya yang lebih efisien,
3. Identifikasi masalah pada tahap awal, dan
4. Komunikasi yang lebih baik.
2.1.9
Pendekatan Audit Operasional
Karena banyak bidang yang dicakup, tidak ada pendekatan tunggal yang
diambil dalam audit operasional. Namun, menurut Tunggal (2011:26) beberapa
fungsi umum biasanya dapat berlaku bagi kebanyakan audit operasional, yaitu:
1. Memilih auditee
2. Merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan, mecakup penetapan standar –
standar yang digunakan untuk menilai operasi yang diaudit.
3. Mengumpulkan bukti yang digunakan untuk mengukur operasi.
4. Menganalisis dan menyelidiki deviasi dari standar.
5. Menentukan tindakan korektif, apabila diperlukan.
6. Melaporkan hasil kepada tingkat otoritas yang tepat.
7. Melakukan tindak lanjut.
2.1.10 Tahap – Tahap Audit Operasional
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit operasional. Secara
garis besar dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) menurut IBK Bayangkara
(2008:21), menyebutkan 5 (lima) tahapan audit operasional, yaitu :
13
1. Audit Pendahuluan. Audit pendahuluan dilakukan untuk memperdalam
pemahaman auditor terhadap objek audit, menentukan tujuan dan ruang
lingkup, melakukan penelaahan terdahap berbagai peraturan, ketentuan dan
kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, mengembangkan kriteria
awal dalam audit.
2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen. Suatu sistem pengendalian
harus dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan strateginya
dengan efektif dan efisien. Karakteristik sistem pengendalian yang baik
mencakup hal – hal berikut:
a. Pertanyaan tujuan dari perusahaan
b. Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan
c. Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan
tanggung jawab yang dipikul dan adanya pemisahan fungsi yang
memadai.
d. Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada masing –
masing unit organisasi
e. Sistem review yang efektif atas pengendalian internal perusahaan
Unsur – unsur yang harus diperhatikan dalam pengendalian internal ini, yaitu:
a.
Lingkungan Pengendalian. Merupakan alat untuk menciptakan suasana
pengendalian dalam suatu organisasi.
b.
Penafsiran
Resiko.
Bertujuan
untuk
identifikasi,
analisis,
dan
pengelolaan, resiko entitas yang berkaitan dengan penyusutan laporan
keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
14
c.
Informasi dan Komunikasi. Kualitas informasi yang dihasilkan oleh
sistem berdampak kemampuan manajemen untuk mengambil keputusan
yang tepat.
d.
Aktivitas Pengendalian. Merupakan kebijakan dan prosedur yang dibuat
untuk dilaksanakan sehingga resiko dalam mancapai tujuan dapat
diminimalkan.
e.
Pemantauan. Merupakan proses penilaian kualitas kinerja struktur
pengendalian internal yang diterapkan untuk mencapai tujuan.
3. Autit Terinci. Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang
cukup
dan
pengembangan
kompeten
untuk
mendukung
tujuan
audit,
dilakukan
temuan
untuk
mendukung
tujuan
audit,
dilakukan
pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan
temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan
audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan
dalan suatu kertas kerja audit (KAA).
4. Pelaporan. Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit
termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan
temuan – temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan
rekomendasi).
5. Tindak lanjut. Rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya
sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan tindakan perbaikan tersebut.
15
2.1.11 Temuan Audit
Menurut Bayangkara, IBK (2008:175), Penyusutan temuan audit yang baik
harus mencakup:
1. Kondisi (Condition). Keadaan yang menggambarkan kenyatan yang terjadi di
perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap
pekerjaan lapanan (field work). Ketika temuan fakta digunakan untuk
menyatakan suatu kondisi, auditor perlu memeriksa dan menguji operasi dan
data terkait untuk membuat fakta lebih jelas. Pernyataan kondisi ini
memberikan titik referensi kepada temuan yang berkaitan dengan kriteria
yang ada.
2. Kriteria (Criteria). Ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang
seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian
dalam perusahaan, yang biasa berupa kebijakan yang telah ditetapkan
manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri, peraturan
pemerintah.
3. Sebab (Cause). Tindakan – tindakan yang menyimpang dari standar yang
berlaku dan apa penyebabnya terjadi kondisi tersebut di perusahaan serta
bagaimana terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara
penuh mengidentifikasi penyebab atau alasan terjadi penyimpangan dari
kriteria. Faktor utama dari temuan audit yaitu menentukan penyebab
kelemahan. Penyebab ini adalah alasan kenapa operasi menjadi efisien,
efektif dan ekonomis.
4. Akibat (Effect). Dampak dari tindakan – tindakan yang menyimpang dari
standar yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit
16
operasional adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan
positif untuk mengoreksi temuan atas kekurangan operasional yang
diidentifikasikan oleh tim audit.
5. Rekomendasi (Recommendation). Menjelaskan apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi kelemahan masalah yang dikemukakan dalam temuan.
Rekomendasi haruslah masuk akal diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa
kondisi ini terjadi, penyebabnya, dan apa yang harus dilakukan untuk
mencegah berulang hal itu lagi.
2.2
Asuransi
2.2.1
Pengertian Asuransi
Definisi asuransi beragam dan secara sepintas tidak ada kesamaan definisi
satu dengan definisi lainnya. Masing – masing definisi mempunyai sudut pandang
masing – masing dalam memandang asuransi. Menurut pasal 246 Kitab Undang –
undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia, asuransi adalah suatu
perjanjian dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang di harapkan yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa tidak tentu.
Sedangkan pengertian asuransi jika ditinjau dari segi hukum adalah perjanjian
antara kedua belah pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat diri pada
penanggung (Muthohari, 2012:8).
17
2.2.2
Jenis Asuransi
Menurut Prakoso (2004:56) berdasarkan Pasal 247 KUHD merinci asuransi
dalam 5 jenis yaitu:
1. Asuransi Kebakaran. Asuransi kebakaran adalah segala macam barang dapat
diasuransikan, yang penting adalah barang-barang didalam rumah Anda harus
mencatat atau menyatakannya secara tertulis di dalam polis.
2. Asuransi Jiwa. Asuransi jiwa memberikan jasa dalam penanggulan risiko
yang
dikaitkan
dengan
hidup
atau
meninggalnya
seseorang
yang
dipertanggungkan dan sifatnya jangka panjang (long term)
3. Asuransi di lautan dan perbudakan. Asuransi di lautan adalah untuk
menggantikan kerugian dalam pelaksanaan pelayaran melalui laut yang
penuh ancaman bahaya di laut.
4. Asuransi perbudakan. Asuransi perbudakan adalah untuk melindungi calon
tenaga kerja yang berkerja diluar negeri yang sering menjadi korban
perdagangan orang diantara mereka ada yang dijual terutama perempuan atau
meninggal pada saat bekerja di menjadi TKI.
5. Asuransi pengangkutan darat dan sungai-sungai serta perairan pedalamam
yaitu untuk meminimaliskan kerusakan atau kerugian terhadap kargo yang
diangkut didalamnya. Menjamin kerusakan atau kerugian yang disebabkan
oleh suatu resiko dan sejak barang meninggalkan gudang sampai tiba
digudang tujuan baik dari pengangkutan darat, perairan (sungai-sungai dan
danau).
18
2.2.3
Unsur – unsur Asuransi
Menurut Muthohari (2012:9) asuransi mengandung empat unsur, yaitu :
1. Insured, yaitu pihak tertanggung yang berjanji untuk membayar sejumlah
uang premi kepada pihak penanggung secara sekaligus atau berangsung –
angsur.
2. Insure, yaitu pihak penanggung yang berjanji akan membayar sejumlah uang
kepada pihak tertanggung secara sekaligus atau berangsur – angsur.
3. Accident, yaitu suatu peristiwa yang tidak tentu dan tidak diketahui
sebelumnya.
4. Inteset, yaitu kepentingan yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tidak tentu.
2.2.4
Risiko Asuransi
Menurut Muthohari (2012:10) terdapat beberapa risiko asuransi yang harus
kita ketahui, yaitu :
1. Risiko murni atau Pure Risk adalah sebuah konsepsi yang sangat sederhana
dan diartikan sebagai ketidakpastian bahwa kerugian itu akan timbul. Jika
ketidakpastian terjadi maka yang ada kemudian hanyalah kerugian.
2. Risiko spekulasi atau Speculative Risk, di dalam risiko spekulasi terdapat dua
kemungkinan yaitu kemungkinan untuk memperoleh keuntungan atau
kerugian.
3. Risiko personal atau Personal Risk, diartikan sebagai risiko yang akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memberikan pendapatan.
19
4. Property Risk ialah risiko yang ada pada seseorang apabila memiliki sesuatu,
dengan adanya kemungkinan bahwa yang dimiliki akan hilang dicuri atau
rusak.
5. Liability Risk ialah risiko yang kemungkinan akan diderita orang karena
harus bertanggung jawab terhadap kerugian atau luka yang dialami oleh
orang lain.
6. Risiko Statis ialah sebuah risiko yang tidak berubah meski zaman telah
berubah.
7. Risiko Dinamis ialah sebuah risiko yang mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman.
2.2.5
Produksi Asuransi
Terdapat dua produk asuransi, Muthohari (2012:11) yaitu
1. Asuransi kerugian, asuransi ini menutup biaya ganti rugi atas kerusakan atau
musnahnya harta benda yang dipertanggungkan karena sebab – sebab yang
telah ditulis dalam perjanjian asuransi.
2. Asuransi
jiwa,
asuransi
jiwa
akan
menutup
pertanggungan
untuk
membayarkan sejumlah santunan karena meninggal atau tetap hidupnya
seseorang dalam jangka waktu pertanggungan.
20
2.2.6
Asuransi Kecelakaan
Menurut akademi asuransi pada keterangannya, Pengertian Asuransi
Kecelakaan Diri :
“Suatu Asuransi atau Pertanggungan yang memberikan jaminan/proteksi atas
Kematian; Cacat tetap; dan/atau biaya-biaya perawatan atau pengobatan sebagai
akibat adanya suatu kecelakaan, kecelakaan mana harus datang secara tiba-tiba, dari
luar, dengan kekerasan, terlihat, menimbulkan luka-badani, luka-badani mana harus
dapat ditentukan letak dan sifatnya oleh Ilmu Kedokteran, Tidak termasuk masuknya
kuman-kuman atau bibit penyakit kedalam tubuh, terkecuali masuknya kuman kuman atau bibit penyakit tersebut melalui luka badan yang diderita sebagai akibat
dari kecelakaan yang terjadi”.
2.3
Pustaka Acuan
NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1
MEIRY
WIJAYA
(2008)
AUDIT
OPERASIONAL
TERHADAP FUNGSI
MANAJEMEN
SUMBER
DAYA
MANUSIA UNTUK
MENINGKATKAN
EFISIENSI
DAN
EFEKTIVITAS PADA
PT.
LINDA
GALLERY
SEJAHTERA
Penerimaan
.
dan
penyeleksian
baru
karyawan
perusahaan
lebih
mementingkan sumber dari
internal dibandingkan sumber
eksternal perusahaan. Tidak
adanya job description secara
tertulis.
Tidak
adanya
pengawasan yang ketat dalam
hal absen karyawan.
2
HENDY
AUDIT
Perusahaan belum memiliki
.
YOHANES
OPERASIONAL
job
(2012)
ATAS
requirements
KEGIATAN tertulis.
PERENCANAAN,
memiliki
secara
Perusahaan
belum
prosedur
manual
21
REKRUTMEN,
tertulis secara lengkap yang
SELEKSI
DAN terkait dengan fungsi Sumber
PENEMPATAN
SUMBER
Daya Manusia. Prosedur yang
DAYA dimaksud antara lain adalah
MANUSIA PADA PT. mengenai
perencanaan,
DANAYASA
seleksi,
dan
ARTHATAMA, TBK
SDM.
Perusahaaan tidak memiliki
3
FIFIMAYASA
AUDIT
.
RI (2012)
OPERASIONAL ATAS kebijakan
penempatan
dan
prosedur
FUNGSI PENJUALAN tertulis. Adanya bagian lain
PADA PT. WILLINDO yang
SUKSES ABADI
ikut
aktivitas
bagian
terlibat
dalam
penjualan
selain
penjualan.
Adanya
bagian lain yang ikut terlibat
dalam
aktivitas
penjualan
selain bagian penjualan.
4.
FENISSA
AUDIT
Fungsi penjualan : dinilai
YULIANI
OPERASIONAL ATAS belum cukup efektif karena
OENTORO
FUNGSI
masih
(2009)
PENJUALAN,
pesanan
ada
pemenuhan
pelanggan
yang
PIUTANG
DAN tidak tepat waktu dan tidak
PENERIMAAN
KAS adanya
kebijakan
tertulis
PADA PT. CHAROEN mengenai potongan harga.
POKPHAND
Fungsi
INDONESIA, TBK
penerimaan
piutang
kas
dan
:
sudah
berjalan dengan cukup efektif
dan efisien
22
Download