JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP MAKANAN YANG KADALUWARSA Oleh: BAIQ MARTIN NURHIDAYANI D1A 011 058 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2016 TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP MAKANAN YANG KADALUWARSA Baiq Martin Nurhidayani D1A 011 058 Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK Tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan yang kadaluwarsa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan yang kadaluwarsa dan bagaimana penyelesaian ganti rugi terhadap makanan yang kadaluwarsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan yang kadaluwarsa dan bagaimana penyelesaian ganti rugi terhadap makanan yang kadaluwarsa. Manfaat penelitian terdiri dari manfaat akademik, manfaat teoritis serta manfaat praktis. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Hasil pembahasan adalah pertama, Tanggung jawab produsen terhadap makanan yang kadaluwarsa yaitu tanggung jawab publik dan perdata. Penyelesaian ganti rugi, gugatan bisa diajukan ke BPSK oleh konsumen dan para pihak bisa memilih bentuk penyelesaiannya. Kata kunci: Kadaluwarsa, Pelaku usaha. RESPONSIBILITY TO THE FOOD BUSINESS OPERTORS EXPIRED ABSTRACT The responsibility of the food business operators expired. Formulation of the problem in this research is how the responsibility of food business operators to expire and how the settlement of compensation to the food expired. The purpose of this study was to determine how the responsibility of food business operators to expire and how the settlement of compensation to the food expired. Benefit study consisted of an academic benefits, the benefits of the theoretical and practical benefits. This research is a normative research. The first results of the discussion is, responsibility for food manufacturers who expiry namely public and civil liability. Compensation settlement, a lawsuit can be filed to the BPSK by consumers and the parties can choose the form of completion. Keywords: Expired , Businesses. I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara berkembang, terus berupaya dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional yang dimana masyarakat sekarang telah banyak menghasilkan produk barang dan/atau jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Era perdagangan bebas seperti ini banyak bermunculan berbagai macam produk barang dan atau jasa yang dipasarkan kepada konsumen. makanan merupakan komoditi yang memiliki resiko yang tinggi karena makanan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi dalam prakteknya kegiatan perdagangan produk makanan menunjukkan masih banyak pelaku usaha yang dengan sengaja masih tetap menjual produk-produk makanan yang telah kadaluwarsa, hal ini dapat merugikan konsumen karena dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan konsumen. Pemerintah pada tanggal 20 April 1999 mengundangkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen. Tujuan dari dibentuknya Undang-Undang ini adalah untuk menjadi dasar hukum bagi lembaga Perlindungan Konsumen untuk melindungi dan memperjuangkan hak-hak konsumen. Faktor utamanya yang menjadi kelemahan dari konsumen adalah tingkat kesadaran dari konsumen sendiri terutama disebabkan karena rendahnya pendidikan konsumen.1 Konsumen harus diberi pengetahuan dan pencerahan tentang produk-produkyang berbahaya, ciri-cirinya dan indikasi-indikasi lainnya. Masa kadaluarsa suatu produk dicantumkan pada label makanan dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang jelas mengenai produk yang dibelinya atau dikonsumsinya. Akan tetapi tanggal yang biasanya tercantum pada label 1 Kurniawan, Diktat Kuliah Hukum Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen, Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2008. produk tersebut tidak hanya masa kadaluwarsanya, tetapi tanggal-tanggal lain.2 Jadi kadaluwarsa merupakan tanggal jatuh tempo suatu produk yang harus diperhatikan terlebih dahulu oleh masyrakat dalm membeli barang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan kadaluwarsa? 2. Bagaimana penyelesaian atas ganti rugi terhadap makanan kadaluwarsa?. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah: 1. Tujuan: a.Untuk mengetahui tanggung jawab pelaku usaha terhadapmakanan kadaluwarsa. b.Untuk mengetahui penyelesaian atas ganti rugi terhadap makanan kadaluwarsa. 2. Manfaat Penelitian: a. Secara akademis, melalui penelitian ini penyusun dapat memperoleh bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi ilmu hukum tingkat strata satu (S-1) pada Fakultas Hukum Universitas Mataram. b. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta memberikan kontribusi yang berarti dan bermanfaat bagi pengembangan bidang Hukum Bisnis khususnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam hal perlindungan konsumen terhadap makanan yang kadaluwarsa. c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bermanfaat bagi pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat dalam hal melindungi dari makanan yang berbahaya. Metode penelitian: 1. Jenis penelitian adalah hukum normatif, yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan mengkaji kaidah atau norma hukum. 2. Metode pendekatan yang digunakan yaitu: a. Pendekatan perundang-undangan. b. Pendekatn konseptual. 3. Jenis bahan hukum adalah 2 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, jakarta, 2010.Hlm. 77. bahan hukum primer dan bahan hukum skunder. 4.teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumenter. 5. Analisis bahan hukum yang digunakan adalah metode analisis kualitatif yaitu dengan memberikan gambaran, uraian dan penjelasan-penjelasan terhadap Peraturan PerUndang-Undangan, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum sehingga diambil kesimpulan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. II. PEMBAHASAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN TERHADAP MAKANAN YANG KADALUWARSA Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperlukan untukhidup, tumbuh, berkembang biak sebab makanan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari hayati baik yang diolah yang dikonsumsi oleh masyarakat. Makanan merupakan sumber potensi yang mempunyai nilai ekonomi yang bisa diperjualbelikan. Pelaku usaha dapat menjual makanan dalam berbagai jenis. Tanggung jawab pelaku usaha akibat kerugian yang dialami oleh konsumen termuat dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-UndangNomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dijelaskan bahwa: 3 “badan usaha yang memproduksi pangan olahan unuk diedarkan dan atau orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsi pangan tersebut”. Dari segi pertanggungjawaban ada dua jenis yaitu: 1. Tanggung jawab publik. Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai usaha dan kewajiban untuk ikut serta menciptakan usaha yang sehat yang menunjang bagi pembangunan perekonomian nasional. Atas setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau produsen maka akan diberikan sanksi-sanksi hukum baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Bentuk sanksi administrasi yang dituntut diatut di dalam Pasal 60 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pangan Perlindungan Konsumen yaitu pembayaran ganti kerugian paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), terhadap pelanggaran atas ketentuan tentang: a. Lalai membayar ganti rugi kepada konsumen Pasal 19 ayat (2) dan (3). b. Iklan yang tidak memenuhi syarat, Pasal (20). c. Lalai dalam menyediakan suku cadang, Pasal (25). d. Lalai memenuhi garansi/jaminan yang dijanjikan. Sedangkan tanggung jawab pidana yang ada dalam Pasal 61 yang dibebankan kepada produsen atau pelaku usaha adalah: a. Pidana penjara paling lama lima Tahun atas pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 8,Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a sampai huruf e, Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18. b. Pidana penjara paling lama dua Tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) terhadap pelanggaran atas ketentuan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1) huruf d dan f. c. Dikenakan hukuman tambahan berupa tindakan yang ada dalam Pasal 62 yaitu: Perampasan barang tertentu, pengumuman keputusan hakim, pembayaran ganti rugi, perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen, kewajiban menarik barang dari peredaran, atau pencabutan izan usaha. 2. Tanggung jawab privat. Mengenai perdata, apabila suatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian yang pada konsumen oleh konsumen terhadap makanan yang kadaluwarsa maka pelaku usaha tentu harus mengganti kerugian yang dialami oleh konsumen tersebut. Pertanggungjawaban produsen terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat makanan yang kadaluwarsa dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang dinyatakan bahwa:4 “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Dalam hal ini perbuatan pelaku usaha yang tetap mengedarkan makanan kadaluwarsa dan tetap menjualnya sehingga menimbulkan kerugian bagi knsumen dapat termasuk kategori perbuatan melawan hukum. Jika dikaitkan dengan perjanjian jual beli antar produsen dan konsumen sesuai Pasal 1365 KUH perdata, apabila konsumen mengalami kerugian akibat makanan kadaluwarsa tersebut maka konsumen yang dirugikan dapat mengajukan ganti kerugian dengan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Ada suatu perbuatan melawan hukum. b. Ada kesalahan. c. Ada kerugian. d. Ada hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan. Selain itu juga tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan yang kadaluwarsa yang menyebabkan gangguan terhadap kesehatan konsumen sakit atau matinya seseorang yang mengkonsumsi makanan yang kadaluwarsa dapat diminta pertanggungjawabannya berdasarkan Pasal 1367 ayat (1) KUH Perdata yang dinyatakan sebagai berikut:5 “seseorang tidak sengaja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan olehorang-orang yang berada dibawah pengawasannya”. 4 Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Ibid, Pasal 1367 5 Pertanggung jawaban produsen terhadap konsumen makanan yang kadaluwarsa yang diperdagangkan tersebut ditentukan dalam Pasal 1367 ayat (1) ini mewajibkan produsen atau pelaku usaha sebagai pihak yang menghasilkan barang untuk menanggung segala kerugian yang disebabkan oleh barang yang dihasilkannya. Produsen menurut hukum bertanggung jawab dan berkewajiban mengadakan pengawasan terhadap produk makanannya yang mengalami kadaluwarsa. Apabila produk makanan yang dijualnya akan mengalami kadaluwarsa harus ditarik. Kalau tidak ditarik pelaku usaha yang menghasilkan produk makanan tersebut dianggap lalai. Kelalaian yang kemudian menyebabkan sakit atau matinya konsumen akibat makanan yang kadaluwarsa, maka produsen harus mempertanggungjawabkannya. PENYELESAIAN GANTI RUGI KEPADA KONSUMEN Konsumen yang dirugikan akibat penggunaan produk tidak begitu kesulitan dalam menemukan kepada siapa tuntutan diajukan karena banyak pihak yang dpat digugat. Kerugian yang dapat dimintakan oleh konsumen yng mengalami kerugian akibat mengkonsumsi makanan yang kadaluwarsa dapat berupa pengembalian uang yang sama nilainya dengan barang tersebut atau perwatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangn yang berlaku. Gugatan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau kerugian yang dialami oleh konsumen akibat oleh pelaku usaha diajukan berdasarkan pelanggaran atas Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen sehingga beban pembuktian ada pada pelaku usaha. Bila gugatan diajukan berdasarkan atas pelanggaran pelaku usaha terhadap ketentuan yang diatur dalam KUH Perdata khususnya Pasal 1356 tentang perbuatan melawan hukum dan Pasal 1234 tentang Wanprestasi maka pembuktian harus dilakukan oleh konsumen, hal ini dapat memberatkan konsumen.6 Hal ini dapat merugikan konsumen karena apabila tidak ada bukti yang dimiliki oleh konsumen maka tidak dapat membuktikan dipersidangan. Terhadap penyelesaian sejumlah ganti kerugian yang dialami oleh konsumen karena mengkonsumsi makanan yang kadaluwarsa yang berdampak negatif bagi kesehatan konsumen tidak secara langsung dapat menghilangkan dapat dituntutnya produsen menurut hukum pidana. Ganti rugi atas kerugian yang diderita konsumen pada hakikatnya sebagai berikut: 1. Pemulihan hak-haknya yang dilanggar. 2. Pemulihan atas kerugian materiil maupun inmateriil yang telah dideritanya.3. Pemulihan pada keadaan semula. Sistem pembuktian yang digunakan dalam gugatan ganti rugi yaitu sistem pembuktian terbalik yaitu yang membuktikan suatu gugatan beban dan tanggung jawab pelaku usaha. Setiap konsumen yang dirugikan, dapat mengajukan pengaduan dengan dilengkapi buktibukti yang ada, selanjutnya pengaduan tersebut akan di teliti dan diselidiki apabila mengandung unsur-unsur yang melangar ketentuan Undang-Undang maka dapat di tindak lanjuti dengan upaya-upaya penyelesaian. Undang–Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan dua cara penyelesaian yaitu di luar pengadilan dan melalui pengadilan. Konsumen langsung mengadu dan menggugat pelaku usaha, bentuk penyelesaian dan besarnya ganti rugi diserahkan 6 Kurniawan, Op.cit, hlm. 60. kepada kesepakatan pada pihak dengan syarat bahwa untuk tercapainya penyelesaian sengketa, kedua belah pihak harus mempunyai kemauan. penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK tidak perlu persetujuan kedua belah pihak untuk memilih BPSK sebagai sarana penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK pada prinsipnya diserahkankepada para pihak apakah akan diselesaikan melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. Apabila tidak tercapai kesepakatan maka penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada pihak untuk diteruskan melalui atau Pengadilan Negeri. Peradilan umum sebagai lembaga dimana gugatan yang diajukan dalam pasal 46 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa:7 “gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga Perlindungan Konsumen, swadaya masyarakat atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan umum”. Gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen, swadaya masyarakat atau pemerintah harus diajukan kepada peradilan umum. Pihak –pihak yang dirugikan hanya dimungkinkan untuk mengajukan gugatannnya melalui peradilan umum. Penyelesaian sengketa konsumen melalui peradilan hanya memungkinkan apabila:8 para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, atau upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. 7 Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 8 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.cit. hlm. 234. III. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Tanggung jawab pelaku usaha terhadap makanan kadaluwarsa terbagi menjadi dua yaitu tanggung jawab publik dan tanggung jawab perdata. Tanggung jawab perdata terhadap pelaku usaha atau produsen terhadap makanan yang kadaluwarsa yang dijualnya yaitu di dalam PasalPasal 1365 KUH Perdata pelaku usaha yang perbuatan melanggar hukum yang merugikan orang lain harus mengganti kerugian yang dialami oleh orang tersebut. Tanggung jawab publik bagi produsen atau pelaku usaha yang tetap mengedarkan makanan yang kadaluwarsa apabila konsumen mengalami kerugian akan dikenakan sanksi pidana yaitu akan dikenakan sanksi pidana yaitu Pidana penjara paling lama lima Tahun atas pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 8,Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a sampai huruf e, Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 18. Pidana penjara paling lama dua Tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) terhadap pelanggaran atas ketentuan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1) huruf d dan f. 2. Penyelesaian ganti rugi kepada konsumen yang mengalami kerugian akibat mengkonsumsi barang yang terdapat dalam Pasal 19 ayat (2) UndangUndangNomor 8 Tahun 1999 yaitu pelaku usaha harus mengembalikan uang atau mengganti barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan. SARAN Berdasarkan simpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Produsen harus menarik makanan yang diproduksinya sebelum masa kadaluwarsanya supaya konsumen yang awam tidak membeli makanan tersebut. 2. Konsumen harus teliti dalam membeli makanan,melihat kadaluwarsanya agar tidak berakibat nantinya bagi kesehatan diri sendiri. tanggal DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Kurniawan. Diktat Kuliah Hukum Persaingan Usaha dan Perlindungan Konsumen. Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2008. Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Rajawali Pers. Jakarta, 2010. Perundang-undangan Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 42 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821. Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99 Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3656.