ABSTRAK Skripsi ini menganalisis kebijakan sekuler Prancis terhadap kebebasan beragama berdasarkan European Convention on Human Rights (ECHR) pasal 9 dan kaitannya dengan undang-undang pelarangan hijab, niqab, dan burqa di ruang publik yang terjadi dari tahun 2004 – 2016, serta kontroversikontroversi yang muncul atas disahkannya undang-undang tersebut. Undangundang tersebut diawali pada tanggal 17 Desember 2003, Presiden Republik Prancis, Jacques Chirac, melakukan pidato presidensial melalui televisi nasional Prancis yang berisi dukungan atas usulan undang-undang baru tentang pelarangan penggunaan simbol-simbol keagamaan mencolok di ruang publik, yang kemudian disahkan pada tahun 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya diskriminasi HAM di Prancis terhadap kaum Muslim, khususnya wanita yang menggunakan hijab, niqab, dan burqa. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan metode kualitatif dan analitis deskriptif. Penelitian ini membahas munculnya kasus diskriminasi hak asasi manusia (HAM) di Prancis yang disebabkan dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal kasus ini adalah peningkatan jumlah umat Islam di Prancis yang sangat signifikan, sedangkan faktor eksternalnya adalah rasa khawatir warga Prancis terhadap gerakan radikal dan fundamentalisme Islam pasca peristiwa World Trade Center (WTC) 9/11 di Amerika Serikat, serta munculnya trend Islamphobia dengan stigma negatif terhadap umat Islam di Prancis. Peneliti menemukan adanya ketidakselarasan antara kebebasan beragama yang tercantum dalam European Convention on Human Rights (ECHR) pasal 9 dengan kenyataan yang terjadi di Prancis. Hasil penelitian ini berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan kerangka teori Hak Asasi Manusia (HAM), teori konstruktivisme, public policy (kebijakan publik), dan model institusional. Kata Kunci: Kebebasan beragama, sekularisme, ECHR, dan hijab wanita Muslim. iv