PERANAN FILSAFAT HUKUM DALAM PERLINDUNGAN HAK ANAK YANG BERKELANJUTAN SEBAGAI BAGIAN DARI HAK ASASI MANUSIA Laurensius Arliman S Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang Email: [email protected] Abstrak Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan sektoral terkait dengan definisi anak. Di sisi lain, maraknya kejahatan terhadap anak di masyarakat, salah satunya adalah kejahatan seksual,salah satunya kejahatan yang dilakukan penyuka sesama jenis. Filsafat sebagai landasan hukum perlindungan anak merupakan suatu pokok penting, karena hal ini merupakan landasan dasar dalam pemebentukan peraturan perlindungan anak. Filsafat hukum sebagai landasan hukum positif perlindungan anak sangat memberikan perlindungan hukum yang responsif kepada anak, anak merasa dilindungi dengan adanya aturan hukum positif yang ada. Konsep gagasan perlindungan anak yang berkelanjutan sebagai hasil dari hukum positif di indonesia merupakan poin yang sangat penting, hal ini untuk menjamin kehidupan anak sebagai generasi penerus bangsa indonesia ini. Kata kunci: Anak, Berkelanjutan, Filsafat Hukum, Perlindungan. Abstract Child Protection has not been able to effectively because there is still overlap between sectoral legislation relating to the definition of a child. On the other hand, the rise of crimes against children in the community, one of which is sexual crimes, one crime committed same-sex enthusiasts. Philosophy as a legal basis child protection is of central importance, as this is a basic foundation in establishment of child protection regulations. Philosophy of law as the foundation of positive law protecting children give legal protection that is responsive to the child, the child feels protected by the positive law existing rules. The concept of the idea of sustainable child protection as a result of the positive law in Indonesia is a very important point, this is to ensure the child's life as Indonesia's next generation. Key words: Child, Sustainability, Philosophy of Law, Protection. Pendahuluan etika). Sebagian dari tingkah laku ini Manusia sebagai salah satu isi lalu diselidiki secara mendalam oleh alam semesta dijadikan objek filsafat filsafat yang filsafat dan filsafat hukum menurut menelaahnya dari berbagai hukum. segi. Salah satu di antaranya ialah Bender O.P mengenai tingkah lakunya (filsafat penjelasan Hubungan bisa sebagai dilihat antara dalam berikut: 1) filsafat manusia - genusnya kita bisa melihat filsafatnya, 2) filsafat etika – species ditayangkan filsafat, perlindungan 3) subspecies pendapat filsafat hukum filsafat. Berbagai anak missalkan mengenai yang tidak saja anak diperkosa, dilakukan dengan tidak tersurat dalam berbagai literature adil, terjadi kekerasan pada anak. hukum. Bila disimak secara seksama, Bahkan jika kita buka media massa dapat dirumuskan seperti di bawah baik cetak ataupun elektronik, kita ini: a) bahwa teori hukum itu sama juga melihat perlindungan anak yang pengertianya dengan filsafat hukum, juga tidak dipenuhi, hal ini dilihat b) bahwa teori hukum itu berbeda dari berita anak dieksploitasi secara pengertiannya dengan filsafat hukum ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga bahkan anak tidak diberikan bahwa teori dipenuhi, televisi yang hukum c) tentang – di berita teori hukum itu sinonim dengan ilmu hukum1. Penjelasan pendidikan diatas sangat yang pengetahuannya ke depan, pemenuhan salah satu objek filsafat, termasuk sebuag pertanyaan klasik, apakah anak-anak. Berbicara tentang anak, orang-orang di Indonesia tidak bosan tentulah melihat menarik. Setiap manusia berawal dari fase kanakkanak sampai menjadi dewasa, lainnya. serta menjelaskan bahwa manusia sebagai sangat hak menunjang berita Menjadi pelanggaran perlindungan anak? Seolah kita tidak menutup kemudian menjadi fase orang tua mata akan pemenuhan perlindungan yang Maka anak, kita sepertinya lupa bahwa kita pada berawal dari fase kanak-kanak juga. diberikan Ada baiknya kita mulai menggalakan semestinya. menolak lupa terhadap perlindungan Alangkah lucunya negeri ini, ketika anak. Kita lupa bahwa anak-anak memiliki sungguh zaman tidak anak-anak. lazim sekarang perlindungan tidak dengan anak juga butuh kasih sayang, pendidikan 1 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2010, Dasar-Dasar Filsafat Dan Teori Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 11. dan kesehatan yang layak, serta kebutuhan yang menyangkut hak-hak lainnya. Sudah dengan jelas kita individual mengetahui, bahwa hak anak adalah berdasarkan kebahagiaan orang lain bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) (dalam hal ini adalah anak)3. Selama yang wajib untuk dilindungi dan kebaikan dipenuhi. dengan Jika kita mengkaji mengenai dipertimbangkan terbesar cara itu, bisa dicapai semua hak individual bisa diabaikan. Lantaran HAM, HAM secara sederhana adalah implikasi hak dasar yang dimiliki sejak lahir, seperti dimana Majelis Umum Perserikatan terus-menerus Bangsa-Bangsa menyatakan hak-hak sandungan bagi mereka. Oleh karena dari HAM sebagai satu standar umum ide keberhasilan untuk semua bangsa suatu tindakan dinilai benar atau dan semua negara dan perlindungan salah terhadap HAM telah dilakukan dalam tindakan hukum nasional berbagai negara dan kebahagiaan atau kebaikan, gagasan 2 teori inilah, dasar utilitarian masalah keadilan menjadi batu utilitarianisme tergantung tersebut yang pada adalah pakah meningkatkan dalam hukum internasional . HAM tersebut merupakan suatu hak yang harus pengimplementasian mazhab ini saat berlaku kita adil kepada setiap menentukan membahas masyarakat termasuk anak (bagian keadilan4. dari menyatakan masyarakat), dan didalam konsep Dalam bahwa mengenai filsafat batak perlindungan pemikiran tradisional hak itu berlaku anak itu adalah yang paling penting adil. Konsep Traditional mengenai dan kekayaan bagi kedua keadilan tampaknya diabaikan oleh teori yang mengklaim tindakan jika kebaikan 2 ini. benarnya dapat memaksilkan Hak atau klaim Ferdi, Mengoreksi Posisi HAM Yang Bersumber Dari Doktirn HAM 1948 Dengan Menggunakan Pancasila Untuk Mengukur Tingkat Kontrovensi Ataupun Compliance, Jurnal Advokasi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang, 1 (1) Januari 2007, hlm. 83-84. 3 Contohnya, jika suatu ras yang terancam mengangkat senjata di sebuah kerusuhan karena dipicu oleh gugurnya salah satu dari mereka (anggap saja seorang anak) padahal dia tidak bersalah, tampaknya kaum utilatrian akan menilai bahwa tindakan itu benar. 4 Keren Lebacqz, 2015, Teori-Teori Keadilan, Suplemen: Konsep Keadilan dalam Kristen oleh Hans Kelsen dialih bahasakan dari Six Theories of Justice, dialihbahasakan olehYudi Santoso, Bandung, Nusamedia, hlm. 17. orangtuanya, dengan umpasa: anakkon ki do hamoraon di au5. Tetapi dalam kehidupan nyata perlindungan anak, dimana anak lakilaki dijadikan objek pelayan nafsu bagi rang yang memiliki keadilan ini seperti tataran ungkapan penyimpangan perlilaku yang disebut serta dalam orang banyak dengan LGBT (Lesbian, berbicara, realisasinya nol. Kita lihat Gay, Biseksual dan Transgender). saja Pada tanggal 30 Agustus 2016 hari topik-topik kasus hangat terbaru mengenai perlindungan anak di daerah bogor, selasa, perkembangannya sekarang ini kita kasus jaringan prostitusi anak di lihat anak laki-laki pun menjadi bawah umur untuk kaum gay, di objek yang ikut terjerumus dalam wilayah Cipayung, Puncak, Bogor, kasus ini, dimana anak laki-laki akan Jawa dijual girang pengungkapannya terbongkar melalui yang tidak puas akan nafsu seksnya. patroli cyber. Dalam penggerebekan Jika kita mengikuti perkembangan yang dilakukan di Hotel Cipayung berita yang ditayangngkan di media Asri, elektronik atau cetak, kita melihat tersangka berinisial AR (41 tahun). anak laki-laki akan diundi seperti Selain menangkap AR, polisi juga “kocok arisan”, siapa yang keluar mengamankan tujuh korban anak dial ah yang akan mendapatkan anak laki-laki, enam orang di bawah umur laki-laki dalam dan satu korban berusia 18 tahun. AR komunitas mereka tersebut, untuk kerap menampilkan foto-foto korban menemani di akun Facebooknya dengan tarif kepada yang tante-tante diundi seorang tante-tante Bareskrim Polri mengungkap Barat. polisi ini sendiri mengamankan yang hari ini telah terjadi penyimpangan pelanggan, mucikari mematok tarif yang lebih sangat gila di dalam Rp 1,2 juta. Sementara anak-anak perkembangan korban diberi Rp 100 sampai dengan hukum ditentukan. satu girang tersebut. Lebih gila lagi, pada penegakan telah Kasus Kepada Rp 200 ribu. Lebih lanjut Direktur 5 T.M Sihombing, 2000, Filsafat Batak, Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Adat Istiadat, Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 7. Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Pol Agung Setya mengungkapkan, total anak ready on call. Para korban, korban prostitusi anak untuk kaum berasal gay paedofil terdata sebanyak 103 menengah ke bawah. Penyidik masih orang. Dari jumlah itu, sebanyak 27 melakukan di antaranya masuk katergori anak- dari anak yang berusia 13 hingga 17 pelaku tahun. Sementara sisanya merupakan penyidik bisa mengincar pelaku laki-laki lainnya, dari muncikari hingga usia dewasa sekitar 18 dari kalangan ekonomi pendalaman keterangan dan informasi yang korban. diberikan Dari sana hingga 23 tahun. Hingga saat ini, pengguna anak laki-laki tersebut. AR polisi tersangka kasus jaringan prostitusi telah menangkap tiga tersangka yakni AR, U, dan E6. anak di bawah umur untuk kaum gay, AR dan U berperan sebagai mucikari, sementara E sebagai diketahui baru 3 (tiga) bulan tinggal di tempat kos daerah Kampung pengguna, perekrut, dan membantu Girangsari, RT 1 RW 8, Kelurahan AR Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, menyediakan rekening untuk menampung hasil kejahatannya. Para pelaku yang Kota Bogor7. berperan sebagai berkomunikasi dengan dengan menarik korban melalui telepon genggam. terjadi? Apakah Untuk Anak-anak mengerti tentang perlindungan anak? yang jadi korban AR dan U seltap Apakah mereka tidak sadar anak waktu siap untuk dipesan. Modusnya sebagai adalah Anak-anaknya tetap di rumah Indonesia? Apakah penegakan hukum masing-masing lakukan dan mereka hukum tidak berjalan? Apakah di mucikari mempersiapkan aktivitas komunikasi biasa, tetap tapi dengan ponsel, anak- Dari sini kita bisa melihat 7 6 Kompas, Korban Prostitusi Untuk Kaum Gay Capai 103 Orang, Usia 13-23 Tahun, http://regional.kompas.com/read/2016/09/02/1459 3621/usia.korban.prostitusi.anak.berkisar.1317.tahun, diakses 2 September 2016 WIB. hal mereka generasi kesadaran dalam kenapa penerus masyarakat kehidupan sosial, ini tidak bangsa akan sudah Kompas, Komentar Pengelola Hotel Soal Bisnis Prostitusi Untuk Kaum Gay Di Bogor, http://regional.kompas.com/read/2016/08/31/1845 2601/komentar.pengelola.hotel.soal.bisnis.prostitu si.untuk.kaum.gay.di.bogor, diakses 2 September 2016 WIB. bergeser nilai-nilai dasar kehidupan Hukum sosial terhadap perlindungan anak? dibicarakan dalam hal ini filsafat hukum dapat manusia masih ada. Dari masa ke mempunyai penting. peran Karena akan terus menerus selama kehidupan yang sangat masa, kehidupan manusia berubah, melalui filsafat dan ini merupakan alasan penting hukum kita bisa melihat dasar-dasar mengapa hukum itu terus dari konsep perlindungan anak yang dibicarakan. Terdapat tiga ordinat, berkelanjutan. yaitu rakyat, hukum dan lingkungan8. Sejak hukum modern lahir, Filsafat Hukum Sebagai Landasan dunia hukum mengalami perubahan Hukum Positif Perlindungan Anak yang Sejak kapan hukum itu dibicarakan pencarian kebenaran dan keadilan. dan Hukum Akibat perubahan dramatis terhadap dibicarakan dan sudah dibicarakan pada abad ke-18 dapat dirasakan untuk kurun waktu yang sangat susah hingga diingat (time berhasil dalam urusan hukum, orang kapan harus sampai oleh immemorial). orang kapan? manusia Lalu sampai berhenti membicarakan cukup dramatis sekarang ahli hukum ini. Untuk menguasai dan terhadap bisa peraturan pandai-pandai hukum? maka jawabannya akan sama mempermainkan prosedur. Satjipto dengan Rahardjo menyebut keadaan tersebut pertanyaan: jawaban Kapan dibicarakan terhadap hukum orang? mulai sebagai sebuah Susah modern. Hal ini disebabkan adanya hukum meramalkan kapan hukum itu akan anggapan berhenti dibicarakan, apabila kita peraturan hukum hamper sinonim memproyeksikan latar dengan menegakkan hukum. Aspek belakang dictum Von Savigny, maka keadilan dan kebenaran mengalami kepada bahwa tragedi menjalankan hukum itu baru berhenti dibicarakan manakala masyarakat manusia itu sendiri sudah lenyap dari muka bumi. “Et ist und wird mit dem voelke”. 8 Satjipto Rahardjo, (Ilmu Hukum) Dari Abad Ke Abad, di dalam kumpulan karangan Butir-Butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, Bandung, Refika Aditama, hlm. 29. marginalisasi besar-besaran. Untuk enclave-enklave menghadirkan keadilan subsatantif disebut city atau brough atau cite apabila penegakan hukum menemui atau kebuntuan legalitas formalnya, maka bourgeoise. Komunitas ini berbeda tindakan yang dngan para hamba yang berstatus diperlukan adalah berani melakukan setia pada penguasa lokal. Formasi non sosial ekonomi dan ekonomi diwarnai penegak enforcement hukum of law, yakni burger mengambil kebijakan untuk tidak oleh menegakan berfunsi hukum demi tujuan stelsel bertembik dan citiyon ekonomi sebagai yang atau feodalistik, satuan-satuan hukum yang lebih besar, misalnya produksi yang tidak lagi berbasis demi penegakan dan penghormatan keluarga model feudal. Kelompok ini hak asasi manusia serta demokrasi9. merupakan Sedangkan menurut Margarito Kamis, pemerintahan klasik atau menghasilkan rusaknya sentralistik, modern, yang dibangun atas dasar status askriptif dalam struktur yang amat hierarkis selalu dan otoritarian. Warga yang hidup hal, yaitu: pada enclave-enklave dan gild-gilde sosial, politik, satu tatantan satuan-satuan memilki kegiatan usaha produksi ekonomi dan hukum. Lebih jauh sekunder manufaktural di kota-kota mernedahkan otonom, Pada martabat pemerintahan manusia. sentralistik, berpartisipasi secara terbata dalam bidang ekonomi dan tidak semua orang memiliki status politik. dan martabat yang sama. Pada era dilaksanakan secara lansung seperti modern, masyarakat warga hanya diberbagai polis pada zaman Yunani ditemukan Kuno dalam komunitas komunitasotonom.Mereka Partisipasi atau disebut kontrol berstatus mengorganisasi 9 diri feudal ke dan dalam Suteki, 2015, Masa Depan Hukum Progresif, Yogyakarta, Thafa Media, hlm. 36-37. pada era feudalisme Eropa. Mereka inilah yang membebaskan diri dan bertahan dari penguasa borouhgs dapat citizen freeman atau atau civilian orang merdeka10. 10 Margarito Kamis, 2004, Gagasan Negara Hukum Yang Demokratis Di Indonesia, Bila kita kembali ke pemikiran filsafat bangsa sejumlah Yunani penulis kuno, barat dan 6) pelanggaran terhadap ritusritus hospitalis11. yang Dari sudut pandang hukum dikatakan oleh Homer, bahwa para modern dan hukum Yunani kuno Furies atau Erinyes akan berkeliaran sudah di tengah malah, mencari, mengejar, kebutuhan hukum dan cara pandang dan menghukum tiap anak manusia filsafat hukum di dalam kehidupan yang dalam mereka bermasyarakat yang sadar hukum. telah menjadi kejahatan. Sejak dahulu sampai sekarang hukum pengamatan pelaku sangat mengenai Selain itu mereka juga menjatuhkan itu kutukan atas tiap tindak kejahatan manusia. yang oleh anak-anak manusia itu memberikan telah dilakukan. Sejumlah penulis keadilan hidup manusia, dalam hal Yunani ini kuno lainnya, melekat jelas didalam Filsafat tentu kehidupan hukum nyawa juga terhadap saja penulis menggambarkan bahwa para Furies mengkurucutkannnya ini akan berusaha untuk mengejar, filsafat hukum perlindungan anak. menghantui, dan mengutuk siapa Atas pemikiran filsafat hukum kita saja yang terlibat dalam kasus-kasus: mengetahui bagaimana hukum positif 1) 2) terbentuk serta bagaimana hukum kejahatan seksual (perjinahan dan yang berjiwa progresif melekat di perkosaan); 3) kasus hubungan seks dalam hukum perlindungan anak. dengan sejenis (para LGBT); 4) kasus Apakah kita menolak lupa terhadap pelanggaran sumpah (sumpah palsu) memberikan perlindungan anak? homicide (pembunuhan); dan kasus perdata; 5) ingkar janji; di dalam Adapun yang menjadi masalah filsafat hukum adalah: a) masalah tujuan hukum, b) masalah mengapa orang mentaati hukum, c) masalah Studi Sosio Legal Atas Pembatasan Kekuasaan Presiden Oleh MPR 1999-2002, Depok, Disertasi, Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia hlm. 58. 11 Herman Bakir, 2007, Filsafat Hukum, Desain dan Arsitektur Kesejarahan, Bandung, Refika Aditama, hlm. 104-105. mengapa negara berhak menghukum, dan keagamaan ikut berperan di d) masalah hukum dengan kekuasaan dalamnya13. hukum, e) masalah pembinaan Filsafat hukum di zaman hukum.12 Kita memahami tujuan- reformasi dapat diungkapkan bahwa tujuan oleh di satu pihak menginginkan hukum hukum, khususnya dilihat dari aspek sebagai panglima atau hukum yang filosofis, adalah pencapain tertinggi mengatur persoalan ekonomi, politik, tentang hukum yaitu hakikat hukum, budaya, melalui kemasyarakatan lainnya. Di pihak yang ingin landasan dicapai kasih sayang dan lainnya terhadap anak-anak), masyarakat terhadap hukum, justru keadilan yang dipandu oleh arahan mengfungsikan hukum sebagai alat rahmat politik, alat ekonomi, budaya, dan Tuhan. Hal ini tentu dalam sosial kemanusiaan (terutama kasih sayang seorang tampak persoalan lainnya14. berkaitan juga dalam pembangunan sosial hukum, dimana pembangunan hukum Pertentangan antara perlunya hak- pada dasarnya adalah upaya atau hak sebuah kondisi- teransaksi-transaksi hukum tunduk kondisi riil atai keadaan-keadaan pada rencana ekonomi nasional, dan nyata perlunya lagi mengadakan kontrak, perjalanan (realitas) dari menuju kepada kemasyarakatan perilaku individu hak hendak dengan hukum lain.15 Bila diterapkan kepada pembangunan gejala hukum, hukum juga tidak ada, dalam terang dan di bawah tuntunan sebelum manusi menanggapinya. Ini paradigma) Manusia sebagai pengatur mungkin melaksanakan dan misi pengarah pembangunan, ritme untuk Cuma lemabaga-lembaga bahasa lain dari upaya hal itu seyogyanya apabila nilai-nilai iman 12 dan terjaminnya desiderata (yaitu semacam visi yang direalisasikan milik dan R. Otje Salman, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, Cetakan Ketiga, Bandung, Armico, hlm. 7-8. 13 R. Otje Salman, 2012, Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah), Cetakan Ketiga, Bandung, Refika Aditama, hlm. 54. 14 Zainudi Ali, 2010, Filsafat Hukum, Cetakan Keempat, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 18. 15 W. Friedmann, Tanpa Tahun, Teori & Filsafat Hukum, Hukum & Masalah-Masalah Kontemporer (Susunan III), Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, hlm. 10. pernyataan Rene Descarters yang Augeste tersohor itu: cogito, ergo sum (saya sangat berpikir, maka saya ada). Hukum positivisme yang berjudul cours de ada, maka kita ada. Sejajar dengan philosofie posisi ini adalah misalnya pandangan besar filsafat postivisme Comte berisi Hart yang menyatakan bahwa suatu pandangan filsafatnya tentang teori kebiasaan mengenal diperlakukan sebagai Comte. terkenal Karyanya yang tentang positive. filsafat Secara perkembagan garis ilmu hukum, baru pada suatu keputusan pengetahuan, perkembangan sejarah hakim masyarakat barat dan dasar-dasar menegaskannya sebagai demikian. Artinya, berbeda dengan untuk manusia warna masyarakat pada zamannya. Dalam atau bunyi yang hadir independen sudut logika Comte, sejarah manusia dari manusia, dalam konteks hukum adalah perkembangan bertahap dari yang manusi cara berpikir manusia itu sendiri. sendiri, pengakuan manusia akan Dengan beragumen bahwa pemikiran hukum itu dilembagakan dalam diri empirik rasional hakim16. Masalahnya adalah, betapa maka manusia pun suatu pemerintah yang terbaik menjelaskan realitas kehidupan tidak yang bisa ada di dunia ini hendak secara spekulatif melainkan secara menegakkan ketertiban yang adil, konkret, suatu tatanan keteriban menghadapi kebenarannya18. tantangan17. kedalam pemikiran tentang hukum, yang menanggapi sumbernya Dalam adalah dunia kepustakaan, paham memperbaiki pasti dilepaskannya karya filsuf Prancis yang bernama yuridis Budiono Kusumohamidjojo, 2011, Filsafat Hukum, Problematik Ketertiban Yang Adil, Bandung, Mandar Maju, hlm. 108. 17 Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang Adil Versus Ketidakadilan: Beban SosialEkonomi Yang Hidtoris Dari Hukum, Jurnal Veritas Et Justicia Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, 2 (1) Juni 2016, hlm. 7. sebagaimana 18 positivistic, akan bahkan Bila positivisme filsafat positivisme dikenal melalui 16 dan keadaan mutlak diaplikasikan menghendaki pemikiran mengenai dianut mampu meta hukum oleh para Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum, Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermarbat, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, hlm. 177-186. pendukung mazhab (naturalis) atau hukum dinyatakan bahwa hukum berdiri hukum sendiri dan secara tegas terpisah dari kodrat. Karena itu menurut paham moral (antara hukum yang berlaku positivisme, hukum dan hukum yang seharusnya, antara harus eksis dalam alamnya yang das sein dan das sollen), bahkan objektif dalam positif, mazhab alam setiap norma sebagai serta norma-norma ditegaskan dalam mazhab positif hukum diidentikan dengan segala perintah wujud kesepakatan kontraktual yang penguasa. konkret antara warga masyarakat sendiri menganut teori kebenaran atau wakil-wakilnya. Di sini hukum yang pragmatic, artinya suatu teori bukan itu lagi dikonsepsikan sebagai Pandangan benar jika normatif berfungsi secara asas-asas moral meta yuridis yang memuaskan. abstrak tentang hakikat keadilan, (mazhab hukum positif) memandang melainkan ius yang telah mengalami perlu positivasi sebagai atau lex, guna antara hukum dan moral (antara menjamin kepastian mengenai apa hukum yang berlaku dan hukum yang yang terbilang hukum, dan apapula seharusnya, antara dass sein dan yang harus dass sollen). Dalam pandangan kaum yang positivis tidak ada hukum lain selain sekalipun dinyatakan normative sebagai hal-hal bukan terbilang hukum. Positivisme 19 memisahkan secara tegas perintah penguasa. Bahkan bagian adalah mazhab hukum positif yang dikenal fakta bahwa hukum itu dibuat dan dengan mazhab legisme berpendapat dihapuskan oleh tindakan-tindakan lebih tegas, bahwa hukum adalah manusia, jadi terlepas dari moralitas undang-undang. Dengan dasar konsep dan filsafat sistem-sistem hukum Positivismee hukum norma itu sendiri20, dengan kata lain dapat positivisme sejumlah 19 Soetandyo Wignjosoebroto, 2002, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta, Elsam & Huma, hlm. 96. 20 Hans Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni (General Theory Of Law and State), dialih positivismee, hukum premis mazhab merumuskan dan postulat mengenai hukum yang menghasilkan bahasakan oleh Somardi, Bandung, Rimdi Press, hlm. 115. pandangan dasar mazhab positivisme hukum secara teoritis dan bersifat hukum bahwa: a) tata hukum suatu umum (generalised), sedangkan ilmu negara karena hukum positif mempelajari hukum mempunyai dasar dalam kehidupan yang berlaku di dalam suatu negara sosial, maupun dalam jiwa bangsa, tertentu, dan juga bukan berdasarkan hukum (individualised).22 Hal ini mengingat alam, hukum berlaku namun positifnya bukan mendapat dari bentuk itu khusus berkembang secara bertingkat seperti yang hukum harus bentuk piramida (stufen), mulai dari dipandang semata-mata dari bentuk yang tertinggi bersifat umum dan formalnya, dengan demikian harus abstrak sampai kepada yang dipisahkan dari bentuk materialnya, terendah bersifat knkret, khusus c) isi hukum atau materi hukum (individualizad) diakui ada, tetapi bukan menjadi pelaksana. Hukum yang lebih rendah bahan hal mendapat legalitas dari hukum yang tersebut dapat merusak kebenaran lebih tinggi, di mana setiap tingkatan ilmiah ilmu hukum.21 sekaligus b) ilmu hukum, karena Tentu saja bila kita berani mencoba menyimpulkan sedikit tentang hukum positif itu adalah hukum dan bersifat instansi berwenang; berangsur jadi dan merupakan baru dan versifat penciptaan merupakan pelaksanaan dari hukum yang lebih tinggi (create and apply)23. ilmu yang mempelajari hukum yang Di dalam mazhab positivisme berlaku dalam suatu negara tertentu, juga didasari beberapa prinsip, yaitu: pada waktu tertentu dan bagi orang a) hanya apa yang tampil dalam tertentu, pengalaman dapat disebut benar, sedangkan antara teri hukum positif bahwa mempelajari 21 hukum perbedaan dengan bisa teori-teori ilmu prinsip ini diambil alih dari filsafat menjelaskan empirisme Locke dan Hume; b) hanya hukum pengertian-pengertian Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Op.cit, hlm. 200-202. 22 Ahmad Roestandi, 1987, Responsi Filsafat Hukum, Cetakan Kedua, Bandung, Armico, hlm. 32-33. 23 H.M Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral & Keadilan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm. 57. apa yang sunggu-sungguh dapat Peran Filsafat Hukum Dalam Perlindungan Anak dipastikan sebagai kenyataan dapat Mengawal disebut benar. Itu berarti bahwa Sebagai Bagian dari HAM tidak dapat Sebagai mahluk sosial yang merdeka, hanya setiap orang mempunyai berbagai mendapati macam hak untuk menjamin dan semua disebut pengalaman benar, pengalaman tetapi yang kenyataan; c) hanya melalui ilmu- mempertahankan ilmu pengetahuan dapat ditentukan tengah-tengah masyarakatnya. Hak apakah yang sesuatu yang dialami dipunyai kehidupan seseorang di dalam merupakan sungguh-sungguh suatu kelansungan hidupnya tersebut pada kenyataan.24 dasarnya dapat kita bedakan atas Oleh karena itu positivismee hukum dapat dibedakan dua dalam dua corak, yaitu 1) mazhab menurut sifatnya, yakni: 1) hak yang hukum positif analitis yang dipelopori bersifat asasi, yaitu hak yang harus oleh Jhion Austin dan 2) mazhab ada pada setiap orang untuk dapat hukum murni yang dipelopori oleh hidup secara wajar sebagai indvidu Hans Kelsen. Dua corak ini juga lah yang yang masyarakat selaras dengan harkat mengilhami perlindungan anak lahirnya di aturan Indonesia, dan jenis utma sekaligus martabatnya bila dipandang juga sebagai anggota pribadi mengingat dari perkembangan anak yang terhormat, 2) hak yang tidak sebagai dalam bersifat asasi, yaitu hak yang secara hukum dan juga perlindungan yang wajar boleh dimiliki oleh seorang deiberikan atau seorang manusia masyarakat kepada suatu pihak karena seorang anak di dalam kaca mata hubungannya yang khusus dengan hukum. orang atau pihak lain pada suatu tempat dan waktu tertentu serta situasi dan kondisi yang dianggap tepat. Yang dimaksud dengan hak 24 Theo Huijbers, 1993, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 122. yang bersifat asasi ialah hak yang dipunyai oleh setiap orang dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun memang dengan alasan apa pun, selama orang tidak tersebut sanggup tidak menyalahgunakan masih ada bertahan, perekat namun sosial memberinya yang kekuatan. haknya itu atau berbuat sesuatu yang Sayangnya muncul, jeritan keadilan memabahayakan merugikan dan hujatan ketidakadilan muncul di orang lain. Dengan perkataan lain dalam seriphan-serpihan tersebut26. hak asasi itu adalah hak tidak dapat Lalu bagaimanakah nasib keadilan tidak, harus menyertai kehidupan bagi anak yang dijamain sebagai hak setiap asasi atau orang sewajarnya dalam dan arti yang seharusnya. Sedangkan hak yang tidak bersifat manusia? dari kehidupan hal ini dijamin di dalam sebuah aturan hukum. asasi ialah hak yang masih dapat sikesampingkan Tentulah Hukum sendiri menurut Hans Kelsen adalah suatu seseorang karena adanya suatu atau manusia. beberapa kepentingan yang lebih sistem memaksa. Kalau dalam hal itu tidak seperti yang terkadang dikatakan, adanya suatu hak asasi harkat dan sebuah peraturan. HUkum adalah martabat seseorang sebagai manusia seperangkat itu tidaklah mengandung semacam kesatuan yang denikian haknya dengan hak yang kita pahami melalui sebuah sistem. tidak asasi ini25. Mustahil untuk menangkap hakikat berkurang, maka Alasdair menyatakan ungkapan bahwa aturan. adalah Hukum suatu bukanlah, peraturan yang Maclntyre hukum jika kita membatasi perhatian ungkapan- kita modern pada satu peraturan yang harus tersendiri. Hubungan-hubungan yang dipahami sebagai rangkaian fragmen- mempertautkan peraturan-peraturan fragmen pergulatan hidup masa lalu: khusus dari suatu tatanan hukum reruntuhan sistem etika masa lalu juga penting bagi hakikat hukum. 25 moral Tatanan tatanan Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim, 1986, Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran Tinjauan Filsafah Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 7-8. Hakikat hukum hanya dapat dipahami 26 Keren Lebacqz, Op.cit, hlm. 1. dengan sempurna pemahaman yang berdasarkan jelas tentang sehingga memiliki negatif, output terutama yang terhadap hubungan yang membentuk tatanan perlindungan hukum tersebut. Pernyataan bahwa peremuan hukum nmerupakan sebuah tatanan Penilaian terhadap sesuatu menurut perbuatan Muhammad bahwa manusia tatanan tidak berarti hukum hanya anak dan (baik anak Erwin senantias anak laki-laki). hendakanya diukur dengan berkenan dengan perbuatan manusia; kemanfaatannya bahwa tidak ada hal lain kecuali tujuan yang hakiki. Sebagai manusia perbuatan manusia yang masuk ke yang sadar dan dapat menggunakan dalam isi dari peraturan-peraturan pikiran tentunya kita tidak ingin hukum.Setiap usaha hanya mengerti, namun kita ingin mendefinisikannsebauh konsep harus mengerti untuk dapat berbuat. Dari dimulai apa dari pengunaannya yang yang untuk kita perbuat pengertian menunjukkan untuk mencapai tujuan dari hakikat. yang dibicarakan27. dapat dari umum terhadap kata tersebut, yang konsep itu mencapai diharapkan Dari sana bisa kita lihat adanya Membicarakan pasti hubungan yang seerat-eratnya (yang ada penilaian atau takaran terhadap aling mempengaruhi dan melengkapi) keadilan tidak antara pikiran dan kemauan dakam terkecuali bagi anak. Kehendak dari jiwa kita. Bahkan filsafat dalam seseorang yang memiliki sifat LGBT perkembangannya sehingga dijadikan ideologi bagi suatu bangsa bagi hukum semua rang memberlakukan anak dan memiliki suatu pandangan filsafat, suatu weltanschauung, suatu way of atau mungkin mereka memiliki ilmu life, suatu filsafat negara. Ideologi filsafat ini 27 membingungkan, Hans Kelsen, 2015, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (General Theory of Law and State), alih bahasa oleh Raisul Muttaqien, Bandung, Nusamedia, hlm. 3-4. adalah keyakinan Filsafat pula dengan semena-mena pastilah tidak yang negara. telah nilai nasional, merupakan dasar jiwa dalam dan kepribadian bangsa, bahkan sebagai martabat nasional. Sebagaimana kita pahami bahwa filsafat itu kegiatan berupa dalam memastikan bahwa manusia tidak perenungan sekedar hidup namun juga hidup sedalam-dalamnya untuk kepada Dengan intinya. renungan kita itu, sampai kita hasil dapat sejahtera seluhur (eu zen) dan mungkin, menjadi dan hukum semacam itulah yang dapat dianggap mersakan hidup yang lebih sadar benar sebagai manusia. Dengan kesadaran hendak dicapai oleh pemanah yang kita mengetahui baik dan memahami keindahan abadi keunggulan dan kelemahan kita serta dan menagabaikan segalanya, baik batas-batasnya28. itu itu kekayaan atau semacam yang dibutuhkan filsafat hukum sebagai tidak memiliki kebajikan (arate)30. landasan dasar mempelajari hukum. Pada zaman baru ini filsafat hukum itu dapat Secara dikatakan Maka dari sederhana, bahwa terutama tujuan disebabkan yang oleh hukum konfrontasi beroeps ahli-ahli hukum adalah cabang filsafat, yakni filsafat dalam pekerjaan mereka sehari-hari tingkah yang guna menghadapi masalah keadilan mempelajari hakikat hukum. Dengan sosial31. Tentunya kepentingan ini perkataan lain, filsafat hukum adalah mencakup: a) kepentingan mengenai ilmu yang mempelajari hukum secara perlindungan tentang keadaan damai filosofis. Jadi, objek filsafat hukum dan ketertiban (peace and order), adalah hukum, dan objek tersebut perlindungan dikaji keselamatan (of health and safety), laku secara filsafat dapat sebagaimana atau etika, mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang hakikat29, disebut dengan hukum merupakan sarana perlindungan menegani dan adanya karena keamanan tentang perjanjian dan untuk pendapatan (security of transactions 30 28 kesehatan Muhamad Erwin, 2011, Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, hlm. 21. 29 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2008, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 10-11. Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis (The Philosophy of Law in Historical Perspective), dialih bahasakan oleh Raisul Muttaqien, Bandung, Nusamedia, hlm. 22-23. 31 Soetiksno, 2003, Filsafat Hukum, Bagian 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm. 7. acquistions); b) keamanan mengenai lembaga-lemabaga penilaian moral yang bersifat rasional dan berdasarkan mencakup perlindungan hubungan- pertimbangan-pertimbangan objektif hubungan dan serta disadari sebagai berlaku umum, lembaga- bagaimana dapat diterangkan bahwa di sosial Apabila rumah perlindungan tangga mengenai lembaga politik dan ekonomi yang kesatuan telah lama diakui dalam peraturan- tercapai? Kiranya ada tiga alasan peraturan hukum untuk menjamin mengapa kesatuan pendapat moral atau sering yang sebagai melindungi satu lembaga keluarga sulit sering tercapai. tidak Pertama, c) masalah yang kita hadapi; kedua, kepentingan kemasyarakatan tentang kita sering tidak mendekati masalah kesusilaan umum menaruh perhatian yang kita hadapi secara rasional dan terhadap tata susila masyarakat; d) objektif, melainkan secara emosional kepentingan kemasyarakatan atau dari segi kepentingan pribadi; sumber-sumber ketiga, terjadi juga bahwa seseorang kepentingan secara terbuka tidak bersedia untuk kemasyarakatan mengenai kemajuan bertindak dengan baik, adil dan umum (the social interest in general jujur. Jadi orang menolak untuk progress)32. Pastilah hal ini semua bertindak secara moral. Dalam etika berkaitan dengan perlin dungan dikatakan bahwa kesatuan faham kehidupan anak sejak dalam moral hanya dapat tercapai, apabila kandungan sampai mereka mencapai kita bersedia untuk menempati titik umur batas dewasa ataupun orangtua pangkal mral, the moral poin of merasa siap melepas anaknya sebagai view. Dengan titik pangkal moral seorang dimaksud bahwa orang harus dulu pemeliharaan kemasyarakatan; yang e) sudah sosial; pendapat dianggap dewasa. bersedia untuk mengambil sikap moral, baru tercapailah dasar untuk bersama-sama 32 Soetiksno, 2008, Filsafat Hukum, Bagian 2, Edisi Kesepuluh, Jakarta, Pradnya Paramita,hlm. 76-78 yang tepat. mnecari Jadi penilaian usaha untuk mencapai kesatuan pendapat moral hanya dapat berhasil kalau syaratsyarat Kesadaran moral kesadaran akan senantiasa yang terpenuhi33. tertentu adalah Tugasnya tugas ialah Besar Bahasa Indonesia adalah suatu untuk kegiatan yang terus-menerus dan norma-norma berkesinambungan. Terkait hal ini secara dalam Berkelanjutan sendiri menurut Kamus menuat kewajiban mencari betul Membantu sendiri objektif. pencarian etika itu normative. penelitian kritis terhadap semua norma yang diajukan maka konsep berkelanjutan tentu dapat tertentu, entah diterapkan di dalam perlindungan, hal ini akan membawa jaminan dan kepastian perlindungan anak yang terus menerus. sebagai kewajiban moral entah oleh lembaga-lembaga development)35. (sustainable Berbagai istilah dan konsep dipakai oleh negara-negara di dunia oleh suara hati kita sendiri34. Tentu mengenai saja melalui suara hati ini kita bisa Malaysia misalnya, yang di dalam mengetahui bagaimana peran filsafat Konstitusinya mengakui Islam sebagai hukum mempengaruhi perlindungan agama anak senagai bagian dari HAM. federation) khusus untuk pemeluk perlindungan negara (rekigion anak. of the Islam, konsep yang dipakai adalah Perlindungan Anak Yang konsep yang terdapat di dalam Berkelanjutan Sebagai Hasil Dari hukum Islam. Untuk pemeliharaan Hukum Positif Di Indonesia anak (chil custody) ini dipakai istilah Konsep “bekelanjutan” merupakan hadanah, yang terutama bertujuan konsep yang sering digunakan dalam untuk mengasuh dari perwalian (- kajian hukum guardianship-wilayah) yang terutama lingkungan yang dikaitkan dengan dimilik oleh si ibu dan dilanjutkan pembangunan kepada keluarga ibu yang mampu 33 lingkungan dan berkelanjutan Franz Magnis Suseno, 1987, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius, hlm. 75-76. 34 Franz Magnis Suseno, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta, Kanisius, hlm. 35. dan bersedia menerimanya. Madhzab 35 Yuliandri, Membentuk Undang-Undang Yang Berkelanjutan, Jurnal Konstitusi Universitas Andalas, II (2), 2009, hlm. 12. Hambali dan Maliki misalnya Sebenarnya, jalan keluarnya begitu berpendapat, hadanah ini adalah banyak merupakan hak dari seorang ibu.36 kemungkin kombinasi di dalam posisi Negara rakyat yang mutlak ataupun relative. Inggris digunakan berbagai seperti istilah guardianship, sesuai Namun, jika dengan banyaknya pertanyaannya custody, care, control. Kemudian tandanya legal custody, serta joint custody diperintah secara baik atau buruk, digunakan oleh Children Act Inggris masalahnya menjadi lain dan konkret 1975. Sedangkan di Belanda untuk sehingga dapat dijawab38. Meskipun pemeliharaan dan perlindungan anak demikian, pertanyaan itu sama sekali dipakai istilah vogdij yang diatur tidak perlu dijawab, karena masing- dalam BW 199037. Semua negara yang masing penuliskan membuat caranya sendiri. Subjek setuju sekali yang dengan ketentraman umum, warga tersebut perlindungan anak berkelanjutan dan tidak hanya suatu ingin menghendaki bangsa apa tertentu menjawab dengan kebebasan pribadi. beredar di dalam aturan perundang- Yang satu memilih jaminan atas undangan saja. segala miliknya, yang lain kemanan Jadi, apriori bila pertanyaannya pemerintahan terbaik, sama yang manusianya. menghendaki Yang pemerintah satu terbaik dengan adalah yang paling keras, yang lain tidak menunjang gagasan pemerintah yang terpecahkan sebab terlalu kabur. paling lembut. Subjek menghendaki mengajukan itu mana bagi masalah yang agar 36 Muhammad Hasim Kamali, 2009, Islamic Law In Malaysia, Issues And Developments, Chapter Six, Issues Over Custody And Guardianship, Kuala Lumpur, Ilmiah Publisher, hlm. 105. 37 Zulfa Djok Basuki, 2003, Dampak Putusnya Perkawinan Campuran Terhadap Pemeliharaan ANak (Child Custody) Dan Permasalahannya Dewasa Ini (Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata Internasional), Depok, Disertasi, Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, hlm. 28. tindak pidana dihukum, sedangkan warga ingin pencegahan sebelum terjadi tindak pidana. Yang satu menganggap hebat apabila dirinya ditakuti oleh para tetangga, 38 bandingkan dengan kebijakan pemerintah terhadap perlindungan anak pada saat ini. yang lain lebih suka tidak The Worst Forms of Child Labour diperhatikan rang. Yang satu puas yang telah diratifikasi dalam sistem bila uang beredar, sedangkan yang hukum lain menuntut agar rakyat cukup Implementasi dari ratifikasi tersebut, makan. Maka melalui pemikiran itu pemerintah sudah bisa kita jawab hal yang tadi39. Undang-Undang Nomor 2002 Perlindungan Di Indonesia, bertitik tolak Indonesia40. tekah Tentang Sebagai mengesahkan 22 Tahun Anak dari konsep perlindungan kewajiban yang akhirnya diperbaharui dengan memberikan anak lahirnya Undang-Undang Nomor 35 asas-asas Tahun 2014, yang secara substantive perlindungan berdasarkan nondiskriminasi, kepentingan yang telah mengatur beberapa hal antara terbaik bagi anak, hak untuk hidup, lain kelansungan berhadapan dengan hukum, anak dari hidup, perkembangan terhadap serta pendapat dan persolan penghargaan kelompok anak korban yang anak yang minoritas, eksploitasi sedang anak dari ekonomi dan nantinya dituangkan dalam rumusan seksual, anak yang diperdagangkan, undang-undang, anak korban kerusuhan, anak yang adalah seseungguhnya adopsi ketentuan dari konvensi sejumlah antar bangsa menjadi pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata. seperti Conventin Minimum on The Perlindungan anak yang dilakukan Elimination berdasarkan prinsip nondiskriminasi, of all Forms of Discrimination Angaint Women, ILO kepentingan Convention Number 138 Concerning penghargaan Minimum to anak, hak untuk hidup, tumbuh dan Employment, Ilo Conventin Number berkembang. Dalam pelaksanaannya 182 Concerning The Prohibition of undang-undang Age for Admission terbaik bagi terhadap tersebut anak, pendapat telah sejalan dengan amanat konstitusi 39 Jean Jacques Rousseau, 2010, Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip Hukum-Politik, dialih bahasakan oleh Rahayu Surtiati Hidayat dan Ida Sundari Husen, Jarkarta, Penerbit Dian Rakyat, hlm. 87. 40 I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, Urgensi Perlindungan Anak Di Indonesia (Kajian Perspektif Hukum), Jurnal Bestuur, 2 , Mei 2013, hlm. 5. kita terkait jaminan HAM, yaitu anak perlindungan sebagai manusia memilik hak yang membuat perlindungan anak secara sama berkelanjutan? untuk tumbuh dan berkembang. anak, sudahkah Terutama dalam perlindungan anak dalam mencegah Walaupun instrument hukum telah dimiliki, dalam perjalanannya kekerasan seksual dalam bentuk apa saja. Undang-Undang Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif Penutup karena masih adanya tumpang tindih Perlindungana anak merupakan suatu antar peraturan perundang-undangan topik hangat yang selalu bagus untuk sektoral terkait dengan definisi anak. diperbincangkan, Di sisi lain, maraknya kejahatan karean anak adalah sebagai generasi terhadap anak di masyarakat, salah penerus bangsa kedepannya. Melalui satunya adalah kejahatan seksual, filsafat maka memerlukan komitmen dari dasar ilmu hukum bisa menjelaskan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan bahwa Masyarakat melindungi kepentingan serta yang pemangku terkait dengan hukum hal ini sebagai filsafat terjadi landasan hukum peran sangat HAM yang menjamin perlindungan anak. Melalui penyelenggaraan perlindungan anak. filsafat Untuk pengawasan tumbuh dan berkembang dalam teori penyelenggaraan perlindungan anak hukum positivisme, dengan aliran diperlukan teori hukum positivisme menjaga evektivitas lembaga independen, hukum juga hukum yang diharapkan dapat mendukung perlindungan pemerintah dan pemerintah daerah berkelanjutan, yang nantinya bisa dalam penyelenggaraab perlindungan menjadikan hukum yang responsif anak41. bagi anak. Anak sebagai salah satu Namun pengaturan 41 dan dengan sebuah kehadiran lembaga Penjelasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. pihak yang anak itu rentan secara dalam perlindungan hukum, sudah barang tentu perlindungan terhadap anak menjadi sebuah prioritas utama dalam HAM. Konsep berkelanjutan yang penukis tawarkan ini adalah menjaga perlindungan anak ini tetap hidup di dalam setiap aspek kehidupan manusia dan hal-hal lain yang sangat berkaitan sekali dengan anak, dengan konsep berkelanjutan ini menghidupkan asa bahwa perlindungan anak menjadi tujuan utama negara hukum dan negara yang menghidupukan HAM di tengahtengahnya. Penulis berharap melalui konsep perlindungan berkelanjutan ketagasan ini anak memberikan perlindungan terus menerus dan jaminan oleh negara Republik Indonesia dalam hukum positifnya. Daftar Pustaka Buku Ahmad Roestandi, 1987, Responsi Filsafat Hukum, Cetakan Kedua, Bandung, Armico. Budiono Kusumohamidjojo, 2011, Filsafat Hukum, Problematik Ketertiban Yang Adil, Bandung, Mandar Maju. Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis (The Philosophy of Law in Historical Perspective), dialih bahasakan oleh Raisul Muttaqien, Bandung, Nusamedia. Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2008, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Franz Magnis Suseno, 1987, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius. _______, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta, Kanisius Hans Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni (General Theory Of Law and State), dialih bahasa oleh Somardi, Bandung, Rimdi Press. _______, 2015, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (General Theory of Law and State), alih bahasa oleh Raisul Muttaqien, Bandung, Nusamedia Herman Bakir, 2007, Filsafat Hukum, Desain dan Arsitektur Kesejarahan, Bandung, Refika Aditama. H.M Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral & Keadilan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Jean Jacques Rousseau, 2010, Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip Hukum-Politik, dialih bahasakan oleh Rahayu Surtiati Hidayat dan Ida Sundari Husen, Jarkarta, Penerbit Dian Rakyat. Keren Lebacqz, 2015, Teori-Teori Keadilan, Suplemen: Konsep Keadilan dalam Kristen oleh Hans Kelsen dialih bahasakan dari Six Theories of Justice, dialihbahasakan olehYudi Santoso, Bandung, Nusamedia. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2010, Dasar-Dasar Filsafat Dan Teori Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti. Margarito Kamis, 2004, Gagasan Negara Hukum Yang Demokratis Di Indonesia, Studi Sosio Legal Atas Pembatasan Kekuasaan Presiden Oleh MPR 1999-2002, Depok, Disertasi, Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Muhamad Erwin, 2011, Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. Muhammad Hasim Kamali, 2009, Islamic Law In Malaysia, Issues And Developments, Chapter Six, Issues Over Custody And Guardianship, Kuala Lumpur, Ilmiah Publisher. R. Otje Salman, 2012, Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah), Cetakan Ketiga, Bandung, Refika Aditama. _______, 1992, Ikhtisar Filsafat Hukum, Cetakan Ketiga, Bandung, Armico. Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim, 1986, Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran Tinjauan Filsafah Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta, Ghalia Indonesia. Satjipto Rahardjo, (Ilmu Hukum) Dari Abad Ke Abad, di dalam kumpulan karangan Butir-Butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, Bandung, Refika Aditama. Soetandyo Wignjosoebroto, 2002, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta, Elsam & Huma. Soetiksno, 2003, Filsafat Hukum, Bagian 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta, Pradnya Paramita. _______, 2008, Filsafat Hukum, Bagian 2, Edisi Kesepuluh, Jakarta, Pradnya Paramita Suteki, 2015, Masa Depan Hukum Progresif, Yogyakarta, Thafa Media. Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum, Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermarbat, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. Theo Huijbers, 1993, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. T.M Sihombing, 2000, Filsafat Batak, Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Adat Istiadat, Jakarta, Balai Pustaka. W. Friedmann, Tanpa Tahun, Teori & Filsafat Hukum, Hukum & Masalah-Masalah Kontemporer (Susunan III), Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. Zainudi Ali, 2010, Filsafat Hukum, Cetakan Keempat, Jakarta, Sinar Grafika. Zulfa Djok Basuki, 2003, Dampak Putusnya Perkawinan Campuran Terhadap Pemeliharaan ANak (Child Custody) Dan Permasalahannya Dewasa Ini (Tinjauan Dari Segi Hukum Perdata Internasional), Depok, Disertasi, Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jurnal dan Data Internet Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang Adil Versus Ketidakadilan: Beban SosialEkonomi Yang Hidtoris Dari Hukum, Jurnal Veritas Et Justicia Fakultas Hukum Universitas Parahyangan, 2 (1) Juni 2016. Ferdi, Mengoreksi Posisi HAM Yang Bersumber Dari Doktirn HAM 1948 Dengan Menggunakan Pancasila Untuk Mengukur Tingkat Kontrovensi Ataupun Compliance, Jurnal Advokasi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang, 1 (1) Januari 2007. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, Urgensi Perlindungan Anak Di Indonesia (Kajian Perspektif Hukum), Jurnal Bestuur, 2, Mei 2013. Kompas, Korban Prostitusi Untuk Kaum Gay Capai 103 Orang, Usia 13-23 Tahun, http://regional.kompas.com/r ead/2016/09/02/14593621/usi a.korban.prostitusi.anak.berki sar.13-17.tahun, diakses 2 September 2016 WIB. Kompas, Komentar Pengelola Hotel Soal Bisnis Prostitusi Untuk Kaum Gay Di Bogor, http://regional.kompas.com/r ead/2016/08/31/18452601/ko mentar.pengelola.hotel.soal.b isnis.prostitusi.untuk.kaum.ga y.di.bogor, diakses 2 September 2016 WIB. Yuliandri, Membentuk UndangUndang Yang Berkelanjutan, Jurnal Konstitusi Universitas Andalas, II (2), 2009.