manajemen pemeliharaan mesin-mesin produksi

advertisement
KARYA TULIS
MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN
PRODUKSI
Disusun Oleh:
APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si
NIP. 132 303 844
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Manajemen Pemeliharaan
Mesin-Mesin Produksi “.
Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai sistem
manajemen dan pemeliharaan (maintenance). Penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat memberikan tambahan informasi dibidang manajemen pemeliharaan terutama
pada alat-alat produksi.
Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Nopember, 2008
Penulis
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
PENDAHULUAN ............................................................................................1
MANAJEMEN .................................................................................................2
A. Definisi Manajemen ...........................................................................2
B. Fungsi Manajemen.............................................................................3
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)............................................................5
A. Definisi pEMELIHARAAN...............................................................5
B. Tujuan pemeliharaan .........................................................................6
C. Jenis Pemeliharaan.............................................................................6
D. Organisasi Pemeliharaan ....................................................................9
E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan......................................................11
F. Prosedur Pemeliharaan........................................................................12
G. Biaya Pemeliharaan ............................................................................14
H. Produktivitas dan Efisiensi Pemeliharaan ..........................................14
REFERENSI .....................................................................................................16
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No
1
Keterangan
Hubungan Antara Berbagai Bentuk Pemeliharaan
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Halaman
8
PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia telah memacu peningkatan kebutuhan dan
keinginan baik dalam jumlah, variasi jenis, dan tingkat mutu. Perkembangan ini
menimbulkan tantangan untuk dapat memenuhi keinginan tersebut dengan cara
meningkatkan
kemampuan
menyediakan
dan
menghasilkannya.
Peningkatan
kemampuan penyediaan atau produksi barang merupakan usaha yang harus dilakukan
oleh perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan secara efektif dan efisien. Usaha ini
dilakukan agar dicapai tingkat keuntungan yang diharapkan demi menjamin
kelangsungan perusahaan.
Dalam
mencapai
tujuan
dan
sasaran
secara
efektif
dan
efisien,
dikembangkanlah pemikiran dan pengkajian untuk mendapatkan cara-cara yang lebih
baik. Tujuannya adalah untuk menghasilkan keluaran yang optimal, sehingga dapat
mencapai sasaran secara tepat dalam waktu, jumlah, mutu, dengan biaya yang efisien
dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksud meliputi
tenaga manusia (men), bahan (material), dana (money), serta mesin dan peralatan
(machines). Kekurangan salah satu faktor produksi dapat mengganggu proses
produksi, artinya kelancaran proses produksi dapat terhambat bila salah suatu faktor
produksi mengalami kerusakan.
Said (1980) dalam Fachrurrozi (2002) menyatakan bahwa mesin-mesin
produksi merupakan faktor produksi yang berfungsi mengkonversi bahan baku
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Mesin merupakan pesawat pengubah
energi yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip logis, rasional dan matematis.
Kebutuhan produktivitas yang lebih tinggi serta meningkatnya keluaran mesin pada
tahun-tahun terakhir ini telah mempercepat perkembangan otomatisasi. Hal ini pada
gilirannya memperbesar kebutuhan akan fungsi pemeliharaan (maintenance) mesinmesin tersebut, selain karena mesin-mesin tersebut cenderung terus mengalami
kelusuhan sehingga diperlukan reparasi atau perbaikan.
Ditinjau dari usaha pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap
fasilitas produksi, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pemeliharaan dan perbaikan
adalah untuk mempertahankan suatu tingkat produktivitas tertentu tanpa merusak
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
produk akhir. Jadi, dengan adanya pemeliharaan, maka fasilitas/peralatan pabrik
diharapkan dapat beroperasi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan
selama digunakan untuk proses produksi sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai.
Perawatan atau pemeliharaan mesin tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini
meliputi nilai rawatan yang disimpan dan digunakan, biaya pekerja langsung, segala
macam pekerja tidak langsung, dan pekerjaan yang disubkontrakkan. Oleh sebab itu
diperlukan suatu pengaturan yang baik sehingga pelaksanaan kegiatan perawatan
diharapkan dapat membantu memaksimalkan perbedaan antara biaya variabel yang
dikeluarkan oleh pabrik dan hasil penjualan yang diperoleh dari menjual produk
sehingga keuntungan dapat tetap diperoleh. Ini merupakan fungsi utama dari
manajemen pemeliharaan (Walley, 1987).
Walaupun telah mengetahui arti pentingnya pemeliharaan mesin-mesin
produksi, tetap saja banyak industri/pabrik berskala besar maupun kecil yang
mengabaikannya. Ini dikarenakan industri/pabrik tersebut hanya memandang dari segi
biaya dan waktu jangka pendek yang akan dikeluarkan untuk melakukan kegiatan
pemeliharaan, tanpa mempertimbangkan kerugian yang mungkin diderita apabila
pemeliharaan mesin tidak dilakukan. Oleh karena itu, studi manajemen pemeliharaan
mesin-mesin produksi ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya perhatian pabrik
dalam menerapkan sistem manajemen pemeliharaan mesinnya.
MANAJEMEN
A. Definisi Manajemen
Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada
defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Berikut ini beberapa
defenisi manajeman yang dikemukakan oleh para ahli dalam Handoko (1989).
1.
Marie Parker mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
2.
Stoner menyatakan defenisi manajemen yang lebih kompleks, yaitu
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3.
Luther Gillick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan (sciene) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan
membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa defenisi manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan
mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia/kepegawaian
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling)
(Handoko, 1989).
B. Fungsi Manajemen
Menurut Manullang (2002), fungsi manajemen dapat didefenisikan sebagai
aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Bila dilihat dari
sudut proses atau urutan pelaksanaan aktivitas tersebut, maka fungsi-fungsi
manajemen itu dibedakan menjadi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan fungsi menyusun serangkaian tindakan yang
ditentukan sebelumnya agar tercapai tujuan-tujuan organisasi. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat
diperkecil.
2. Organisasi (organizing)
Defenisi organisasi dapat dibedakan menjadi dua, tergantung dari sudut
pandangnya. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu, sementara itu dalam arti
bagan atau struktur, organisasi merupakan gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha
mencapai suatu tujuan.
3. Penyusunan (staffing)
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Fungsi penyusunan (staffing) disebut juga dengan fungsi personalia,
meliputi
tugas-tugas
memperoleh
pegawai,
memajukan
pegawai,
dan
memanfaatkan pegawai. Fungsi ini adalah fungsi setiap manajer yang berhubungan
dengan para pegawai di lingkungan pimpinannya agar para pegawai terdorong
untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk merealisasikan tujuan
perusahaan atau tujuan aktivitas yang dipimpinnya.
4. Pengarahan (directing)
Bila rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah ditetapkan
dan posisi atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut sudah diisi, maka kegiatan
yang harus dilakukan pimpinan selanjutnya adalah menggerakkan bawahan,
mengkoordinasi agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat diwujudkan.
Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan mengarahkan (directing)
bawahan.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengkoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semula.
Menurut Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo (1992), fungsi pengawasan
kegiatan produksi dapat dibagi dalam:
a.
Supervisi, yang menjamin agar kegiatan-kegiatan dilaksanakan dengan baik.
b.
Pembandingan, berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang
dikehendaki.
c.
Koreksi, berusaha untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan/penyimpanganpenyimpangan baik pekerjaan maupun merubah rencana yang terlalu
berlebihan.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)
A. Defenisi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan fungsi yang penting dalam suatu pabrik. Sebagai
suatu usaha menggunakan fasilitas/peralatan produksi agar kontinuitas produksi
dapat terjamin dan menciptakan suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
sesuai dengan rencana. Selain itu, fasilitas/peralatan produksi tersebut tidak
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
mengalami kerusakan selama dipergunakan sebelum jangka waktu tertentu yang
direncanakan tercapai.
Pemeliharaan
(maintenance),
menurut
The
American
Management
Association, Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang yang dilakukan
untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai dengan
fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien. Ini berbeda dengan perbaikan.
Pemeliharaan (maintenance) juga didefenisikan sebagai suatu kombinasi dari
berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau
memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima (BS3811, 1974 dalam
Corder, 1992).
Di Indonesia, istilah pemeliharaan itu sendiri telah dimodifikasi oleh
Kementerian Teknologi (sekarang Departemen Perdagangan dan Industri) pada
bulan April 1970, menjadi teroteknologi. Kata teroteknologi ini diambil dari bahasa
Yunani terein yang berarti merawat, memelihara, dan menjaga. Teroteknologi
adalah kombinasi dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang
diterapkan bagi aset fisik untuk mendapatkan biaya siklus hidup ekonomis. Hal ini
berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk keandalan serta mampupelihara dari pabrik, mesin-mesin, peralatan, bangunan dan struktur, dan
instalasinya, pengetesan, pemeliharaan, modifikasi dan penggantian, dengan umpan
balik informasi untuk rancangan, unjuk kerja dan biaya (Corder, 1992).
B. Tujuan Pemeliharaan
Menurut
Corder
(1992),
tujuan
pemeliharaan
yang
utama
dapat
didefenisikan dengan jelas sebagai berikut:
1.
Memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat
kerja, bangunan, dan isinya).
2.
Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau
jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang
mungkin.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
3.
Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam
kegiatan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam
kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya.
4.
Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
C. Jenis Pemeliharaan
Corder (1992) membagi kegiatan pemeliharaan ke dalam dua bentuk, yaitu
pemeliharaan terencana (planned maintenance) dan pemeliharaan tak terencana
(unplanned maintenance), dalam bentuk pemeliharaan darurat (breakdown
maintenance). Pemeliharaan terencana (planned maintenance) merupakan kegiatan
perawatan
yang
dilaksanakan
berdasarkan
perencanaan
terlebih
dahulu.
Pemeliharaan terencana ini terdiri dari pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) dan pemeliharaan korektif (corrective maintenance).
C.1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Preventive maintenance ini sangat efektif digunakan dalam menghadapi
fasilitas produksi yang termasuk dalam “critical unit”. Sebuah fasilitas atau
peralatan produksi termasuk dalam “critical unit” apabila kerusakan fasilitas
atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para
pekerja, mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, menyebabkan
kemacetan pada seluruh produksi, dan modal yang ditanamkan dalam fasilitas
tersebut cukup besar atau harganya mahal (Assauri, 2004).
Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu
pabrik dapat dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic maintenance.
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara rutin, misalnya setiap hari, sedangkan periodic maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka
waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali, setiap bulan sekali, ataupun setiap
tahun sekali. Selain itu kegiatan periodic maintenance juga dapat dilakukan
berdasarkan lamanya jam kerja mesin sebagai jadwal kegiatan, misalnya seratus
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
jam sekali, dan seterusnya. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat dari
routine maintenance (Assauri, 2004).
C.2. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
Menurut
Prawirosentono
(2000),
pemeliharaan
korektif
(corrective
maintenance) adalah perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk
yang tidak sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dimaksudkan agar
fasilitas/peralatan tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi, sehingga
proses produksi dapat berjalan lancar kembali. Sedikit berbeda dengan
pendapat
sebelumnya,
selain
preventive
maintenance
dan
corrective
maintenance, Patton (1983) menambahkan satu jenis pemeliharaan lagi, yaitu
‘pemeliharaan kemajuan’ (improvement maintenance), yang berfungsi untuk
memodifikasi, mendisain ulang, dan merubah mesin ataupun pesanan.
Di samping pemeliharaan terencana (planned maintenance) yang telah
dijelaskan sebelumnya, terdapat pula pemeliharaan tidak terencana (unplanned
maintenance). Pemeliharaan tidak terencana didefenisikan sebagai pemeliharaan
yang dilakukan karena adanya indikasi atau petunjuk bahwa adanya tahap kegiatan
proses produksi yang tiba-tiba memberikan hasil yang tidak layak. Pelaksanaan
pemeliharaan tak terencana ini dapat berupa pemeliharaan darurat (emergency
maintenance) yaitu kegiatan perawatan mesin yang memerlukan penanggulangan
yang bersifat darurat agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah
(Prawirosentono, 2000).
.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Pemeliharaan
Pemeliharaan
terencana
Pemeliharaan
pencegahan
Pemeriksaan
termasuk
penyetelan
dan pelumasan
Pemeliharaan
tak terencana
Pemeliharaan
korektif
Penggantian
komponen
minor, yaitu
pekerjaan
yang timbul
langsung dari
pemeriksaan
Reparasi
minor yang
tidak
ditemukan
waktu
pemeriksaan
Pemeliharaan
darurat
Overhaul
terencana
Lihat,
dengar,
rasakan
Pemeliharaan
waktu berjalan
Pemeliharaan
waktu berhenti
Gambar 1. Hubungan Antara Berbagai Bentuk Pemeliharaan
Sumber: Corder (1992)
D. Organisasi Pemeliharaan
Menurut Taylor dalam Suharto (1991), organisasi adalah pengintegrasian
sumber-sumber, seperti persoalan teknik, kondisi alam, serta keterlibatan personal.
Untuk mendukung aktivitas produksi agar lebih berhasil dan berdaya guna, maka
keberadaan suatu organisasi perawatan mesin cukup dibutuhkan. Pada dasarnya
organisasi perawatan mesin yang baik ialah bila tetap memperhatikan problemproblem setempat dengan memperhatikan jenis operasi, kontinuitas operasi, situasi
geografis, ukuran pabrik, lingkup perawatan mesin, dan kondisi tenaga kerja.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Konsep organisasi yang baik harus didasari beberapa pemikiran. Pemikiran
yang dimaksud berupa adanya deskripsi kerja yang jelas dan tidak tumpang tindih
untuk menghindari konflik, konsistensi kekuasaan, membatasi jumlah orang dalam
kepegawaian, serta kejelasan individu yang terlibat dalam organisasi (Suharto,
1991).
D.1. Struktur Organisasi
Struktur adalah pola hubungan komponen atau bagian organisasi. Struktur
merupakan susunan subsistem dan komponen dalam ruang tiga dimensi pada
suatu waktu. Dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu sifatnya relatif
stabil, statis, berubah lambat, dan memerlukan waktu untuk penyesuaianpenyesuaian (Reksohadiprodjo, 1993).
Pada suatu perusahaan, struktur organisasi yang dipakai sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya perusahaan. Perkembangan suatu perusahaan akan merubah
struktur organisasi untuk menampung perubahan yang diperlukan oleh manajemen.
Di lapangan, salah satu langkah yang diambil agar bagian perawatan dapat
berfungsi dengan baik dipengaruhi oleh diagram susunan organisasi. Diagram ini
penting untuk dipublikasikan kepada seluruh karyawan dalam lingkup kerjanya
dengan tidak mengabaikan rasa tanggung jawab serta kerja sama yang kompak dari
semua personel yang terlibat di dalam diagram tersebut, sehingga semakin jelas
kepada siapa seorang pegawai harus bertanggung jawab, menanyakan haknya, dan
lain-lain (Suharto, 1991).
Selanjutnya persentase karyawan pemeliharaan terhadap keseluruhan
karyawan tergantung pada jenis industri dan apakah industri tersebut bersifat padat
karya atau padat modal. Dalam industri padat karya, angka ini hanyalah 2 persen,
sedangkan untuk industri padat modal jumlahnya dapat mencapai 50% (Corder,
1992).
D.2. Tipe Organisasi
Siagian (1998) memaparkan bahwa ada lima tipe organisasi yang umum
dikenal yaitu, organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi fungsional,
organisasi matriks, dan kepanitiaan.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
1. Organisasi lini
Pengalaman menunjukkan bahwa tipe organisasi ini digunakan untuk organisasi
yang masih kecil dengan jumlah karyawan sedikit dan produk yang dihasilkan
tidak bervariasi. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari para
anggotanya dalam rangka penyelesaian tugas pekerjaan belum spesifik serta
masih dimungkinkan hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahannya.
2. Organisasi lini dan staf
Organisasi tipe ini sering pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin. Tipe ini
cocok digunakan untuk organisasi besar yang memiliki jumlah karyawan banyak
dengan produk yang dihasilkan bervariasi di mana para anggota organisasi sudah
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik. Pada
organisasi tipe lini dan staf ini telah terdapat stratifikasi dalam hubungan atasan
dan bawahan.
3. Organisasi fungsional
Nama lain untuk tipe ini adalah birokrasi profesional atau teknokrasi. Penyebab
timbulnya tipe ini adalah karena tuntutan tugas yang semakin spesialistik yang
pada gilirannya memerlukan tenaga pelaksana yang memahani segi teknologikal
penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ciri utama organisasi
fungsional adalah kompleksitas yang tinggi disertai oleh standarisasi pekerjaan
dengan pola penyebaran (desentralisasi) dalam pengambilan keputusan.
Kekuatan tipe ini terletak pada tersedianya tenaga-tenaga berkemampuan
teknologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas berkat pendidikan dan pelatihan
yang telah ditempuh dan memungkinkan mereka menampilkan kinerja yang
memuaskan asal diberi kebebasan untuk bertindak.
4. Organisasi matriks
Organisasi tipe matriks merupakan penggabungan fungsi dan produk suatu
organisasi. Keunggulan tipe ini ialah: 1) penempatan tenaga yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang spesialistik dalam suatu unit kerja, 2)
dimungkinkannya pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk
kepentingan lintas produk, 3) mudah untuk melakukan koordinasi untuk kegiatan
yang bersifat kompleks dan interdependen, dan 4) komunikasi lebih lancar.
5. Kepanitiaan atau adhokrasi.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Biasanya digunakan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Ciri utamanya
adalah 1) struktur panitia tidak kompleks, 2) formalisasi rendah atau bahkan
tidak ada, 3) pola pengambilan keputusan adalah desentralisasi, 4) diferensiasi
horisontal tinggi, 5) tidak terdapat diferensiasi vertikal, 6) daya tanggap yang
tinggi, dan 7) diisi oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan
khusus.
E. Tugas dan Kegiatan Pemeliharaan
Menurut Assauri (2004), semua tugas dan kegiatan pemeliharaan dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok, yaitu (1) inspeksi
(inspection), (2) kegiatan teknik (engineering), (3) kegiatan produksi (production),
(4) kegiatan administrasi (clerical work), dan (5) pemeliharaan bangunan (house
keeping).
1. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala
(routine schedule check) bangunan dan peralatan pabrik sesuai dengan rencana
serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dan membuat laporan hasil pengecekan dan pemeriksaan tersebut.
Hasil laporan inspeksi harus memuat keadaan peralatan yang diinspeksi, sebab
terjadinya kerusakan (bila ada), usaha perbaikan yang telah dilakukan, dan saran
perbaikan atau penggantian yang diperlukan. Maksud dari kegiatan inspeksi ini
adalah untuk mengetahui apakah pabrik selalu mempunyai peralatan/fasilitas
produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan peralatan yang baru dibeli,
pengembangan peralatan atau komponen yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksanakan service dan pelumasan. Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar
kegiatan produksi dalam pabrik dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
4. Pekerjaan Administrasi (Clerical Work)
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan
administrasi kegiatan pemeliharaan yang menjamin adanya catatan-catatan
mengenai
kegiatan
atau
kejadian-kejadian
yang
penting
dari
bagian
pemeliharaan.
5. Pemeliharaan Bangunan (House Keeping)
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar
bangunan tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.
F. Prosedur Pemeliharaan
Sebelum melakukan pemeliharaan terhadap aset atau fasilitas yang
digunakan dalam produksi, sebaiknya terlebih dahulu telah disusun rencana akan
hal-hal atau kegiatan apa saja yang akan dilakukan terhadap mesin tertentu. Corder
(1992) memaparkan prosedur yang harus dilalui dalam melakukan kegiatan
pemeliharaan, antara lain:
1. Menentukan apa yang akan dipelihara. Hal ini meliputi pembuatan daftar sarana,
penyusunan bahan-bahan yang menyangkut pembiayaan, karena ini merupakan
aset fisik yang memerlukan pemeliharaan dan merupakan satu-satunya alasan
yang bisa dipertanggungjawabkan dalam meminta pengeluaran biaya.
2. Menentukan bagaimana aset atau sarana tersebut dipelihara. Membuat jadwal
pemeliharaan bagi setiap mesin atau peralatan yang telah ditentukan. Sistem ini
dapat dimulai dengan melakukan pemeliharaan terencana bagi beberapa mesin
‘kunci’ dan kemudian diikuti oleh mesin lain sampai tercapai tingkat
pemeliharaan ekonomis yang optimum.
3. Setelah mempersiapkan jadwal pemeliharaan, selanjutnya adalah menyusun
spesifikasi pekerjaan yang dihimpun dari jadwal pemeliharaan. Spesifikasi ini
dipersiapkan terpisah untuk masing-masing kegiatan dan frekuensi pemeriksaan.
4. Membuat perencanaan mingguan. Rencana ini dibuat bersama-sama dengan
bagian produksi, biasanya dengan seksi perencanaan dan kemajuan produksi.
Pengaturan pemberhentian pabrik untuk pemeriksaan pemeliharaan pencegahan
terencana dan reparasi adalah persyaratan dasar yang mutlak.
5. Membuat dan mengisi blangko laporan pemerikasaan yang diikutkan bersama
spesifikasi perkerjaan pemeliharaan. Setelah pemeliharaan selesai, blangko ini
dikembalikan ke mandor pemeliharaan untuk diperikasa dan ditandatangan
sebelum akhirnya dikembalikan ke kantor perencana pemeriksaan.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Untuk memudahkan pelaksanaan maintenance, maka kegiatan maintenace
yang dilakukan berdasarkan pada Pemeliharaan Dengan Pesanan (Maintenance
Work Order atau Work Order System), Sistem Daftar Pengecekan (Check List
System), dan Rencana Triwulan. Work Order System yaitu kegiatan maintenance
yang dilaksanakan berdasarkan pesanan dari bagian produksi maupun bagianbagian lain. Check List System merupakan dasar atau schedule yang telah dibuat
untuk melakukan kegiatan maintenance dengan cara pemeriksaan terhadap mesin
secara berkala. Rencana kerja kegiatan maintenance per triwulan dilaksanakan
berdasarkan pengalaman-pengalaman atau catatan-catatan sejarah mesin, yaitu
kapan suatu mesin harus dirawat atau diperbaiki (Prawirosentono, 2000).
Menurut Walley (1987), kegiatan perawatan sulit untuk di ukur, ini
dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Beranekaragamnya keterampilan yang digunakan, dibagian-bagian pabrik yang
berbeda, pekerjaannya juga tidak sama.
2. Pekerjaannya tampak berulang.
3. Banyak tugas terdapat di tempat-tempat dan posisi yang jauh dari ideal. Kerja
luar sering digunakan. Tugas perbaikan di tempat ini biasa berurusan dengan
soal kebisingan dan kotor.
4. Penyeliaan langsung sering merupakan masalah. Banyak pekerjaan dilaksanakan
pada waktu yang sama di berbagai bagian yang berbeda dalam pabrik, sehingga
penyeliaan pun sulit dilaksanakan.
5. Tugas cenderung mempunyai kadar pekerjaan yang tidak menentu.
G. Biaya Pemeliharaan
Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya.
Umur pabrik, keterampilan para operatornya, perlunya terus menjalankan pabrik
tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya perawatan dan
biaya yang dapat dibenarkan (Walley, 1987).
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari
kegiatan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan
komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan kegiatankegiatan tersebut. Biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila
peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan
(Handoko, 1987).
H. Produktivitas dan Efisiensi Pemeliharaan
Encyclopedia of Professional Management dalam Atmosoeprapto (2000)
menyebutkan bahwa produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber
daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik untuk dapat mewujudkan hasilhasil tertentu yang diinginkan. Produktivitas dapat dijabarkan sebagai hasil
penjumlahan atau merupakan fungsi dari efektivitas dan efisiensi.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran
dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber-sumber daya
dikelola secara tepat dan benar. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto, 2000).
Dalam mencapai efektivitas pemeliharaan mesin dan seluruh fasilitas
produksi secara optimum, maka Prawirosentono (2000) membagi kegiatan
maintenance menjadi lima kegiatan pokok, yaitu: 1) pemeliharaan mesin
(mechanical
maintenance),
2)
pemeliharaan
jaringan
listrik
(electrical
maintenance), 3) pemeliharaan instrumen (instrument maintenance), 4) perawatan
pembangkit listrik (electric power maintenance), 5) bengkel pemeliharaan
(workshop).
Siagian (2002) menyatakan bahwa prinsip efisiensi secara sederhana berarti
menghindarkan segala bentuk pemborosan. Efisiensi mesin merupakan rasio antara
keluaran aktual dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif adalah keluaran maksimum
yang dapat dihasilkan mesin pada kondisi nyata yang antara lain dipengaruhi oleh
penjadwalan produksi, perawatan mesin, faktor kualitas, dan waktu istirahat
operator. Keluaran aktual adalah laju keluaran yang benar-benar dicapai. Laju
keluaran ini dipengaruhi oleh kerusakan mesin, adanya produk cacat, dan
kekurangan bahan baku (Stevenson, 1996 dalam Fachrurrozi, 2002).
Masalah efisiensi dalam manajemen pemeliharaan lebih ditekankan pada
aspek ekonomi dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan alternatif
tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan sehingga perusahaan dapat memperoleh
keuntungan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisis perbandingan
biaya antara masing-masing alternatif tindakan yang dapat diambil (Assauri, 2004).
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
REFERENSI
Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Atmosoeprapto, K. 2001. Produktifitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Corder, A.1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Erlangga. Jakarta.
Fachrurrozi. 2002. Studi Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi di Industri
Pengolahan Kayu PT. Inhutani Administratur Industri Bekasi, Jawa Barat.
Bogor. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Handoko, T. H.1989. Manajemen. Edisi Kedua. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Patton, J. D. 1983. Preventive Maintenance. Instrument Society Of America.
Publishers Creative Services Inc. New York.
Prawirosentono, S. 2000. Manajemen Operasi; Analisis dan Studi Kasus. Edisi Kedua.
Bumi Aksara. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1993. Manajemen Perusahaan; Suatu Pengantar. BPFEYogyakarta. Yograkarta.
Reksohadiprodjo, S. dan I. Gitosudarmo. 1992. Manajemen Produksi. BPFEYogyakarta. Yogyakarta.
Siagian, S. P. 1998. Manajemen Abad 21. Bumi Aksara. Jakarta.
Suharto. 1991. Manajemen Perawatan Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
The
American Management
Management. Bombay.
Association,
Inc.
1971.
Modern
Maintenance
Walley, B. H. 1987. Manajemen Produksi; Pedoman Menghadapi Tantangan
Meningkatkan Produktivitas. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Apri Heri Iswanto : Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi, 2008
USU e-Repository © 2008
Download