No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI “TINGGI” Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banten. Pada tahun 2015, IPM Banten telah mencapai 70,27. Angka ini meningkat 0,38 poin atau tumbuh 0,55 persen dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 69,89. Dengan angka IPM sebesar 70,27, berarti status pembangunan manusia Banten meningkat dari “Sedang” menjadi “Tinggi”. Meningkatnya IPM Banten terjadi pada seluruh komponen pembentuk. Bayi yang baru lahir pada tahun 2015 memiliki peluang untuk hidup hingga 60,43 tahun, meningkat 0,30 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Peluang anak-anak usia 7 tahun untuk bersekolah juga meningkat dari 12,31 tahun menjadi 12,35 tahun. Sementara penduduk usia 25 tahun ke atas, secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,27 tahun, meningkat 0,08 tahun dibandingkan tahun 2014. Pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai 11,26 juta rupiah pada tahun 2015, meningkat 111 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya. 1. Perkembangan IPM Indonesia 2010-2015 Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan, antara lain pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990, dengan metode penghitungannya direvisi pada tahun 2010 (IPM Metode Baru). BPS mengadopsi metodologi baru penghitungan IPM pada tahun 2014 dan melakukan backcasting hingga tahun 2010. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 1 Pengetahuan diukur melalui indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Harapan Lama Sekolah didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak umur 7 tahun di masa mendatang. Sementara Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Adapun Standar hidup yang layak digambarkan oleh Pengeluaran per Kapita Disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. IPM sendiri dihitung berdasarkan rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks. IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan manusia di suatu wilayah. Untuk melihat perkembangan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Banten selama periode 2010-2015, sesungguhnya secara konsisten selalu meningkat. Hanya saja, pertumbuhan atau kecepatannya sejak tahun 2013 terus mengalami perlambatan (Gambar 1). Selama periode tersebut, IPM Banten telah meningkat dari 67,54 menjadi 70,27, sedangkan kecepatannya melambat dari 1,01 persen menjadi 0,55 persen. Meskipun demikian, IPM Banten telah menunjukkan kemajuan yang cukup besar, karena status pembangunan manusianya meningkat dari “Sedang” (60<IPM<70) menjadi “Tinggi” (70≤IPM<80). 72 1,2 1,02 1,01 70 1,0 0,79 68 0,8 0,61 0,55 66 0,6 64 0,4 62 0,2 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27 2010 2011 2012 2013 2014 2015 60 0,0 IPM 2. Pertumbuhan (persen) Pencapaian Kapabilitas Pembangunan Manusia Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun (Tabel 1). 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 Komponen (1) Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH) tahun 68,50 68,68 68,86 69,04 69,13 69,43 Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun 11,02 11,41 11,79 12,05 12,31 12,35 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tahun 7,92 7,95 8,06 8,17 8,19 8,27 Pengeluaran per kapita disesuaikan IPM ribu rupiah - 10.777 10.933 11.008 11.061 11.150 11.261 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27 2.A. Dimensi Panjang Umur dan Hidup Sehat Angka Harapan Hidup saat lahir merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat. Selama periode 2010 hingga 2015, Banten telah berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar 0,93 tahun, yang setara dengan rata-rata pertumbuhan 0,27 persen per tahun. Bahkan, angka pertumbuhan tahun 2015 menjadi yang tertinggi selama periode tersebut. Angka Harapan Hidup Banten sendiri pada tahun 2015 ini mencapai 69,43 tahun atau sekitar 69 tahun 5 bulan. 72 0,6 70 0,43 68 0,5 0,4 0,26 66 0,26 0,26 64 0,3 0,2 0,13 62 0,1 68,50 68,68 68,86 69,04 69,13 69,43 2010 2011 2012 2013 2014 2015 60 0,0 AHH (tahun) Pertumbuhan (persen) Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 3 2.B. Dimensi Pengetahuan Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. Ada keterkaitan antara kedua indikator ini, yakni peningkatan angka Harapan Lama Sekolah dalam jangka panjang akan menaikkan angka Rata-rata Lama Sekolah. 12,5 4,0 3,58 3,30 12,0 3,2 2,17 11,5 2,17 11,0 2,4 12,35 1,6 12,31 10,5 0,8 12,05 11,02 11,41 0,31 11,79 10,0 0,0 2010 2011 2012 2013 HLS (tahun) 2014 2015 Pertumbuhan (persen) 8,6 1,6 1,38 1,36 8,4 1,4 8,2 1,01 8,0 1,0 7,8 0,8 7,6 0,6 0,31 7,4 0,4 0,23 7,2 7,0 0,2 7,92 7,95 8,06 8,17 8,19 8,27 2010 2011 2012 2013 2014 2015 RLS (tahun) 4 1,2 Pertumbuhan (persen) Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 0,0 Selama periode 2010 hingga 2015, Harapan Lama Sekolah telah meningkat sebesar 1,33 tahun (Gambar 3). Meningkatnya Harapan Lama Sekolah juga menjadi sinyal bahwa memang ada perbaikan pada sistem pendidikan di Banten. Kondisi ini sekaligus menjadi penanda dari semakin banyaknya penduduk yang bersekolah. Sayangnya, angka pertumbuhan Harapan Lama Sekolah dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, inilah yang harus dicari jalan keluarnya. Betapapun juga, Harapan Lama Sekolah pada tahun 2015 telah mencapai 12,35 tahun. Artinya, bahwa anak-anak yang telah berusia 7 tahun pada tahun 2015, memiliki peluang untuk bersekolah hingga Semester I di perguruan tinggi, atau setidaknya menamatkan pendidikan hingga lulus SMA. Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah di Banten pada tahun 2015 telah mencapai 8,27 tahun (Gambar 4). Artinya, secara rata-rata penduduk yang berusia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas IX (SMP kelas III). Selain itu, angka pertumbuhan Rata-rata Lama Sekolah yang selalu positif, menjadi penanda bahwa kualitas pendidikan penduduk Banten terus mengalami peningkatan. Bahkan dalam setahun terakhir ini, kualitas pendidikan penduduk Banten meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya. 2.C. Dimensi Standar Hidup Layak Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standard hidup layak, yang direpresentasikan oleh Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (harga konstan 2012). Pada tahun 2015 ini, Pengeluaran per Kapita Disesuaikan masyarakat Banten mencapai 11,26 juta per tahun, bertambah 484 ribu rupiah dibandingkan tahun 2010. Dengan demikian, Pengeluaran per Kapita Disesuaikan tersebut selama lima tahun terakhir ini rata-rata meningkat 0,88 persen per tahun. 11.300 1,6 1,45 11.200 1,4 11.100 1,00 11.000 1,0 0,80 0,69 10.900 0,8 0,48 10.800 0,6 10.700 10.600 1,2 0,4 10.777 10.933 11.008 11.061 11.150 11.261 2010 2011 2012 2013 2014 2015 10.500 0,2 0,0 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah) Pertumbuhan (persen) Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 5 2. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota Peencapaian pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota pada tahun 2015 terlihat cukup bervariasi, dengan IPM tertinggi menjadi milik Kota Tangerang Selatan (79,38) dan terendah untuk Kabupaten Lebak (62,03). Kota Tangerang Selatan juga memiliki nilai tertinggi untuk setiap dimensi pemberntuknya, sedangkan nilai terendah diduduki secara bergantian oleh Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Kabupaten Tangerang. Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 63,51 tahun (Kabupaten Pandeglang) hingga 72,12 tahun (Kota Tangerang Selatan). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,89 tahun (Kabupaten Tangerang) hingga 13,61 tahun (Kota Tangerang Selatan), serta Rata-rata Lama Sekolah berkisar antara 5,86 tahun (Kabupaten Lebak) hingga 11,57 tahun (Kota Tangerang Selatan). Adapun, pengeluaran per kapita disesuaikan di berkisar antara 7,73 juta rupiah per tahun (Kabupaten Pandeglang) hingga 14,59 juta rupiah per tahun (Kota Tangerang Selatan). Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2015 juga terlihat dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/Kota yang berstatus “Tinggi” bertambah dari 4 kota pada tahun 2014, menjadi 5 kabupaten/kota pada tahun 2015. Kabupaten yang meningkat statusnya adalah Kabupaten Tangerang, yang angka IPM nya naik dari 69,57 menjadi 70,05. Rendah (<60) Sedang (60-70) Tinggi (70-80) Sangat Tinggi (≥80) 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 Peningkatan IPM Banten juga tercermin pada level Kabupaten/Kota. Selama setahun terakhir ini, IPM seluruh Kabupaten/Kota di Banten mengalami peningkatan. Tercatat, Kabupaten Pandeglang tumbuh 1,07 persen, sehingga menjadi daerah yang mengalami kemajuan pembangunan manusia paling cepat. Kemajuan ini didorong oleh cepatnya perbaikan pada dimensi umur panjang dan sehat serta standar hidup. Sementara yang paling lambat adalah Kota Tangerang Selatan, yang lebih banyak dipengaruhi oleh lambatnya perbaikan pada dimensi umur panjang dan sehat serta dimensi pengetahuan. AHH (tahun) Kabupaten/Kota HLS (tahun) Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah) RLS (tahun) IPM 2015 Pertumbuhan 20142015 (persen) 62,06 62,72 1,07 8.111 61,64 62,03 0,64 11.666 11.727 69,57 70,05 0,69 6,90 9.886 10.004 63,97 64,61 1,00 10,20 10,20 13.671 13.766 75,87 76,08 0,28 13,10 9,66 9,67 12.057 12.127 71,57 71,81 0,35 12,34 12,36 8,58 8,59 12.091 12.289 70,26 70,51 0,35 72,12 13,58 13,61 11,56 11,57 14.361 14.588 79,17 79,38 0,26 69,43 12,31 12,35 8,19 8,27 11.150 11.261 69,89 70,27 0,55 Capaian 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kabupaten Pandeglang 62,91 63,51 13,38 13,39 6,45 6,60 7.589 7.730 Kabupaten Lebak 65,88 66,28 11,88 11,90 5,84 5,86 7.977 Kabupaten Tangerang 68,98 69,28 11,65 11,89 8,20 8,22 Kabupaten Serang 63,09 63,59 12,35 12,36 6,69 Kota Tangerang 71,09 71,29 12,86 12,90 Kota Cilegon 65,85 66,15 13,07 Kota Serang 67,23 67,33 Kota Tangsel 72,11 IPM 69,13 3. Perbandingan Regional Pencapaian pembangunan manusia Banten selama setahun terakhir ini adalah yang terendah di Jawa. Kondisi yang demikian ditandai oleh kecepatan pertumbuhan IPM nya yang menempati urutan terbawah. Bahkan, kecepatannya juga lebih kecil dibandingkan rata-rata Nasional yang mencapai 0,94 persen. Betapun juga untuk di Jawa, baik angka dan peringkat IPM maupun status pencapaian manusia Banten, hanya kalah dari DKI Jakarta dan DI Yogyakarta (Tabel 3). Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 7 AHH (tahun) HLS (tahun) RLS (tahun) Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah) (2) (3) (4) DKI Jakarta 72,43 12,59 Banten 69,43 Jawa Barat Provinsi IPM Rangking IPM Nilai Pertumbuhan (persen) (5) (6) (7) (8) 10,70 17.075 78,99 0,77 1 12,35 8,27 11.261 70,27 1,01 8 72,41 12,15 7,86 9.778 69,50 1,04 12 Jawa Tengah 73,96 12,38 7,03 9.930 69,49 1,02 13 DI Yogyakarta 74,68 15,03 9,00 12.684 77,59 1,19 2 Jawa Timur 70,68 12,66 7,14 10.383 68,95 0,55 18 Indonesia 70,78 12,55 7,84 10.150 69,55 0,94 - (1) 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 CATATAN TEKNIS I. Sumber Data o o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS) II. Penyusunan Indeks Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Pengeluaran Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam tabel berikut. Komponen Satuan Min Max Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0) Tahun 20 85 Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 18 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Rupiah 1.007.436 26.572.352 Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai: III. Status Pembangunan Manusia Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. 1. Kelompok “Sangat Tinggi”: IPM ≥ 80 2. Kelompok “Tinggi”: 70 ≤ IPM < 80 3. Kelompok “Sedang”: 60 ≤ IPM < 70 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 4. Kelompok “Rendah”: IPM < 60 9 BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail : [email protected]; [email protected] Website : banten.bps.go.id 10 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016