(china-asean free trade area) terhadap volume dan harga impor

advertisement
ANALISIS DAMPAK CAFTA (CHINA-ASEAN FREE TRADE
AREA) TERHADAP VOLUME DAN HARGA IMPOR APEL DI
SUMATERA UTARA
Arif Badia Susanto*), Tavi Supriana**), Emalisa**)
*)
Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan
Hp. 08982956908, E-mail: [email protected]
**)
Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
ABSTRAK
Perkembangan perdagangan internasional sekarang mengarah pada perdagangan
bebas, salah satunya adalah CAFTA (China ASEANFree Trade Area). Dalam
CAFTA disepakati tiga tahap penurunan tarif, salah satunya adalah Early Harvest
Programme (EHP) yang mencakup produk buah-buahan seperti apel. Dalam
perjanjian ini, apel dari negara-negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia
dan begitu juga sebaliknya. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk
menganalisis bagaimana dampak CAFTA(China ASEAN Free Trade Area)
terhadap perdagangan apel di Sumatera Utara. Data sebelum CAFTA (1998-2005)
dan sesudah CAFTA(2006-2013) metode analisis dengan menggunakan Compare
Means (Uji t) memakai alat SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat perbedaan yang nyata pada volume
impor apel dari China ke Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA. Volume
impor apel dari China ke Sumatera Utara setelah CAFTA meningkat. (2) Terdapat
perbedaan yang nyata pada volume impor apel dari ASEAN ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah CAFTA. Volume impor apel dari ASEAN ke Sumatera
Utara menurun. (3) Terdapat perbedaan yang nyata pada harga impor apel dari
China ke Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA. Harga impor apel dari
China setelah CAFTA meningkat
Kata kunci: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), dampak, impor, apel.
1
ABSTRACT
Growth of international trade heads to free trade nowadays, one of them is
CAFTA. In CAFTA, it was agreed to have three phases of rate reduction. One of
thm is Early Harvest Programme (EHP) which covers harvest products like apple.
In this agreement, apple from countries of CAFTA members is able to come in
Indonesia and come out from Indonesia without any charge. The purpose of this
research is to analayze the CAFTA impact on apple trade in North Sumatra. Using
data before (1998-2005) and after (2006-2013) CAFTA. The analysis uses
Compare Means (t-test) method with SPSS as the tool.
The research outcome shows: 1. There is difference of the import volume from
China to North Sumatra between before and after CAFTA. The import volume
after CAFTA raises. 2. There is difference of the import volume from ASEAN to
North Sumatra between before and after CAFTA. The import volume from
ASEAN to North Sumatra lowers. 3. There is difference of import price from
China to North Sumatra between before and after CAFTA. Import price from
China after CAFTA raises.
Key words: China ASEAN Free Trade Area (CAFTA), impact, import, apel.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan perdagangan internasional yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir mengarah pada bentuk perdagangan bebas yang disertai dengan berbagai
bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Seperti halnya dengan
CAFTA yang telah disetujui yaitu perdagangan bebas antara Indonesia dengan
China. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement
on Comprehensive Economic Cooperation between the Associaton of Southeast
Asean Nations and the People’s Republic of China (Direktorat Jenderal
Perdagangan Internasional, 2010).Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat dampak CAFTA terhadap
volume dan haga impor apel di Sumatera Utara.
Dalam Direktorat Jenderal Perdagangan Indonesia (2005) dijelaskan bahwa EHP
adalah tahapan awal liberalisasi CAFTA yang terdiri dari penghapusan tarif antara
produk negara ASEAN dengan produk China dan sebaliknya untuk delapan jenis
produk yang terdiri dari produk hewan hidup (live animals), daging dan jeroan
yang bisa dimakan (meat and edible meat and offal), ikan termasuk udang (fish),
produk susu (dairy products), produk hewan lainnya (other animal products),
tanaman hidup (live trees), sayur (edible vegetables) dan produk buah serta
kacang-kacangan (edible fruits and nuts) dengan pengecualian untuk jagung
manis (sweet corn). Liberalisasi dilakukan bertahap dimulai dari tahun 2004 dan
mencapai penghapusan tarif untuk kedelapan produk tersebut di tahun 2006.
Karena penghapusan tarif ini produk China - ASEAN yang masuk ke Indonesia
dan bersaing ketat dengan produk dalam negeri adalah buah-buahan.
Adapun dampak positif dengan adanya CAFTA adalah produk-produk dari
Indonesia dapat masuk ke China dengan pajak 0%. Dengan demikian produk dari
Indonesia dapat dijual dengan harga yang relatif murah karena tidak
diberlakukannya pajak. CAFTA juga menuntut para pengusaha-pengusaha dalam
negeri dapat bersaing secara kompetitif dengan lebih kreatif dan inovatif dalam
menciptakan suatu produk yang bersifat global. Selain itu dapat diprediksi bahwa
3
sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki
pasar China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit,
dan lain-lain misalnya akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China
sebab lebih kompetitif. Hal ini dapat dijadikan motivasi Indonesia untuk lebih
membangun masyarakat yang lebih produktif dan kreatif serta mandiri secara
ekonomi.
Adapun dampak negatif dari diberlakukannya CAFTA adalah produk-produk
dalam negeri harus dapat bersaing dengan produk-produk yang berasal dari China.
Namun jika pengusaha dari dalam negeri tidak dapat mewujudkan hal tersebut
maka kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah adanya pemutusan
hubungan kerja (PHK), dengan demikian maka jumlah pengangguran akan
meningkat. CAFTA akan mematikan banyak industri di Indonesia. Hal ini akan
menyebabkan melonjaknya ketiadaan lapangan usaha di kalangan rakyat jelata.
Selain itu juga dapat mematikan pedagang kecil dan UKM (Usaha Kecil
Menengah). CAFTA
dapat menyebabkan ketergantungan antara Indonesia
terhadap China semakin besar.
Buah-buahan merupakan salah satu dari produk Early Harvest Package (EHP)
yang ditetapkan dalam perdagangan bebas China-ASEAN. Keunggulan yang
menjadi daya tarik dari buah impor adalah harga buah impor yang bersaing
dengan harga buah dalam negeri, warna yang menarik, kepraktisan dalam
mengkonsumsi dan banyak buah impor yang mempunyai penampilan yang lebih
menggoda konsumen untuk membayar. Selain itu, konsistensi rasa dari buah
impor menyebabkan konsumen setia membeli buah impor. Buah impor yang
paling banyak masuk ke Indonesia adalah apel, pir, jeruk Mandarin, lengkeng dan
jeruk.
Apel merupakan buah yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Sayangnya di Indonesia buah apel hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi.
Di Sumatera Utara sendiri budidaya apel tidak ada karena tidak sesuai dengan
keadaan alam di wilayah Sumatera Utara. Dataran tinggi yang ada di Sumatera
Utara lebih banyak ditanami jeruk, marqisa, dan sayuran. Konsumsi buah apel di
4
Sumatera Utara disuplai oleh impor apel yang berasal dari China biasanya
merupakan apel Fuji (Anonimous, 2012) .
Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitianini adalah
1. Bagaimana dampak volume apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum
dan sesudah adanya CAFTA?
2. Bagaimana dampak total volume apel impor dari ASEAN ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA?
3. Bagaimana dampak harga apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum
dan sesudah adanya CAFTA?
Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk
1. Menganalisis dampak volume apel impor dari China ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA.
2. Menganalisis dampak total volume apel impor dari ASEAN ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA.
3. Menganalisis harga apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum dan
sesudah adanya CAFTA.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan
bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan
barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan
ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk
5
mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
Teori permintaan adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa hubungan antara
barang atau jasa yang diminta dengan harga barang atau jasa tersebut dalam satu
periode waktu tertentu dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga
batang atau jasa meningkat atau naik maka jumlah barang atau jasa yang diminta
akan menurun dan sebalikya apabila harga barang atau jasa turun maka jumlah
barang atau jasa yang diminta akan meningkat (Mceachern,2011)
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima (Ratnasari, 2012). Dalam
kegiatan impor ini dikenal adanya pemberlakuan tarif. Tarif adalah sejumlah pajak
yang dikenakan untuk setiap barang yang diimpor. Guna tarif adalah memberikan
pemasukan terhadap negara penerima (importir). Selain itu tarif juga berguna
melindungi produk-produk lokal dari produk impor (Nasution dan Arifin, 2008).
Penelitian yang terkait dengan dampak China ASEAN Free Tree Area (CAFTA)
telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Dimas Octrianto (2006)
melakukan penelitian dengan judul Dampak Liberalisasi Perdagangan China
ASEAN dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran Penting
Indonesia ke Malaysia. Data yang digunakan berupa data time series bulanan
periode Januari 2000 – Juni 2005 dan menggunakan pendekatan Vector Error
Correction Model (VECM). Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemberlakuan
kebijakan CAFTA , fluktuasi nilai tukar rupiah, harga ekspor, harga domestik dan
produksi berpengaruh terhadap ekspor kubis dan kentang Indonesia ke Malaysia
dalam jangka panjang.
Maria (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak CAFTA
terhadap Perdagangan Jeruk di Sumatera Utara. Hasil penelitiannya bahwa Neraca
perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami
6
defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. Tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada harga ekspor jeruk Sumatera Utara Free
Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume impor jeruk Sumatera
Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara, volume ekspor jeruk dan harga jeruk
domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA .dan harga jeruk ekspor
sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Tade Area).
Kerangka Pemikiran
CAFTA adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan
China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau
mengurangi hambatan perdagangan barang (tarif maupun non tarif), peningkatan
akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek
kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak
CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perdagangan bebas China ASEAN ini telah disepakati tarif 0% sejak tahun
2006 untuk produk kategori Early Harvest Package (EHP) dimana salah satunya
adalah komoditi buah-buahan. Dengan pemberlakuan Early Harvest Package
EHP) ini maka buah-buahan dari anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia.
Produk buah-buahan juga bebas masuk (ekspor) ke negara anggota CAFTA .
Masuknya buah-buahan dari negara anggota CAFTA seperti apel membuat apel
impor sangat mudah dijumpai di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dengan
disetujuinya CAFTA maka dapat berdampak pada perdagangan apel Sumatera
Utara. Untuk melihat dampak tersebut maka penulis berkeinginan untuk
mengangkatnya dalam penelitian ini.
7
Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran
penelitian ini:
Impor Apel
CAFTA
Sesudah
Sebelum
Volume Impor
Volume Impor
Harga Impor
Harga Impor
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: menyatakan hubungan
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di
provinsi Sumatera Utara.Terpilihnya daerah ini karena Sumatera Utara merupakan
provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Pulau Sumatera sehingga
memiliki potensi yang besar dalam aktivitas perdagangan internasional termasuk
impor apel.
8
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data impor bulananselama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2013.
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari insatansi yang
terkait dengan penelitian ini yaituBadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera
Utara.
Metode Analisis Data
Untuk masalah 1, 2 dan 3 akan dianalisis dengan alat SPSS 16 menggunakan
analisis Uji-t bersampel independent yaitu salah satu metode pengujian hipotesis
dimanadata yang digunakan bersifat bebas. Ciri-ciri yang sering ditemui pada
kasus yang bersampel bebas adalah objek penelitian dikenai 2 perlakuan yang
berbeda.Peneliti memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan
pertama (sebelum) dandata dari perlakuan kedua (sesudah). Uji ini akan
digunakan untuk membuktikan semua hipotesa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak CAFTA terhadap Volume Impor Apel dari China ke Sumatera
Utara
Sebelum pemberlakuan CAFTA volume impor apel dari Negara China tahun
1998-2005 berjumlah 13.558 ton sedangkan setelah pemberlakuan CAFTA
volume impor apel dari Negara China 2006-2013 berjumlah 105.718 ton. Volume
impor apel dari Negara China setelah CAFTA meningkat hampir mencapai 7 kali
lipat dari sebelum pemberlakuan CAFTA. Dari Tabel 5 diperoleh rata-rata volume
impor apel dari Negara China sebelum pemberlakuan CAFTA adalah 260,7 ton
perbulan. Sedangkan rata-rata volume impor apel dari Negara China setelah
pemberlakuan CAFTA adalah 1.124,7 ton perbulan.
Nilai signifikansi volume impor apel dari Negara China sebelum CAFTA dan
volume mpor apel dari China sesudah CAFTA
9
sebesar 0,000 < 0,05 ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor dari
Negara China sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA .
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung.Dari Tabel 6 diperoleh thitung sebesar -12,044 dan dari tabel t distribusi t-tabel sebesar 0,676 dimana thitung < t-tabel (-12,044 < -0,676).Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari Negara China ke Sumatera
Utara sebelum dan sesudah CAFTA. Peningkatan jumlah impor ini disebabkan
oleh persetujuan CAFTA yang telah menetapkan tarif impor apel menjadi 0%
mulai tahun 2006 sampai sekarang sebagai penerapan dari tujuan CAFTA yaitu
mengurangi
atau
menghapuskan
hambatan-hambatan
dalam
melakukan
perdagangan luar negeri antar sesama anggota CAFTA. Sehingga China dapat
lebih mudah mengekspor apel ke Sumatera Utara. Permintaan akan apel impor
juga meningkat setelah pemberlakuan CAFTA karena Sumatera Utara sebagai
importir apel berasumsi bahwa harga apel impor turun setelah adanya CAFTA
selain itu permintaan ini juga disebabkan gaya hidup masyarakat yang semakin
banyak memilih apel impor karena banyak faktor tampilan yang menarik dan lainlain. Oleh karena itu volume impor apel yang masuk ke Sumatera Utara
meningkat.
Dampak CAFTA terhadap Volume Impor Apel dari Negara ASEAN ke
Sumatera Utara
Volume impor apel dari Negara ASEAN yaitu
Singapura dan Malaysia ke
Sumatera Utara tahun berjumlah 1.617 ton sedangkan setelah pemberlakuan
CAFTA volume impor apel dari Negara ASEAN ke Sumatera Utara tidak ada
sama sekali. Dari Tabel 7 diperoleh rata-rata volume impor apel dari Negara
ASEAN ke Sumatera Utara sebelum pemberlakuan CAFTA adalah 124,4 ton
perbulan. Sedangkan setelah pemberlakuan CAFTA impor apel dari Negara
ASEAN tidak ada sama sekali. Artinya CAFTA berdampak negatif terhadap
volume impor apel dari Negara ASEAN.
Seharusnya setelah penetapan perjanjian CAFTA volume impor apel dari Negara
ASEA meningkat. Namun kenyataannya volume impor apel dari ASEAN
mengalami penurunan sampai ke titik nol. Penurunan jumlah impor ini
10
disebabkan oleh persetujuan CAFTA yang telah menetapkan tarif impor apel
menjadi 0% mulai tahun 2006 sampai sekarang sebagai penerapan dari tujuan
CAFTA yaitu mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan dalam
melakukan perdagangan luar negeri antar Negara ASEAN serta China sehingga
apel impor China bisa dengan mudah masuk ke Sumatera Utara yang pada
dasarnya China merupakan sentra produksi apel di kawasan Asia. Sehingga apel
impor dari Negara ASEAN tidak lagi masuk ke Indonesia yang pada dasarnya
Malaysia dan Singapura bukan sentra penghasil apel.
Dampak CAFTA Terhadap Harga Impor Apel dari China ke Sumatera
Utara.
Sebelum pemberlakuan CAFTA rata-rata harga impor apel dari Negara China ke
Sumatera Utara tahun 1998-2005 berjumlah US$ 629,77/ton sedangkan setelah
pemberlakuan CAFTA harga impor apel dari Negara China ke Sumatera Utara
2006-2013 berjumlah 776,83/ ton. Nilai signifikansi harga impor apel per-ton dari
Negara China sebelum CAFTA dan harga impor apel per-ton dari China sesudah
CAFTA sebesar 0,000 < 0,05 ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata antara harga impor per-ton dari Negara China sebelum CAFTA
dan
sesudah CAFTA .
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung.Diperoleh t-hitung
sebesar -5,324 dan dari tabel t distribusi t-tabel sebesar 0,676 dimana t-hitung < ttabel (-5,324 < -0,676).Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata antara harga impor apel per-ton dari Negara China ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah CAFTA.
Adanya CAFTA secara teoritis seharusnya menjadikan harga impor semakin
rendah karena tarif impor apel telah 0% sehingga mengurangi biaya yang
seharusnya dikeluarkan namun pada kenyataannya harga impor apel semakin
mahal. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor atau variabel lain yang
mempengaruhi harga impor apel dari China selain perjanjian CAFTA.
Harga impor apel yang meningkat dan volume impor apel yang juga meningkat
ini tidak sesuai dengan teori pemintaan.Seharusnya CAFTA menurangi biaya
11
yang dikeluarkan oleh produsen sehingga barang yang dihasilkan harganya bisa
menurun. Harga yang menurun ini seharusnya mengakibatkan permintaan yang
meningkat. Namun dalam penelitian ini diperoleh harga apel semakin meningkat
serta permintaan apel juga meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari China ke
Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA.Volume impor apel dari
China ke Sumatera Utara meningkat.Hal ini tidak sejalan dengan teori
permintaan karena pada kenyataannya ketika harga apel impor meningkat
permintaan atau impor apel semakin meningkat. Hal ini disebabkan ada faktor
lain yang mempengaruhi permintaan atau impor apel di Sumatera Utara.
2. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari Negara ASEAN
ke Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA.Volume impor apel
dari ASEAN ke Sumatera Utara menurun.Hal ini dikarenakan Negara ASEAN
yaitu Malaysia dan Singapura tidak lagi sebagai perantara dalam masuknya
apel ke Sumatera Utara seperti sebelum berlakunya CAFTA. Sekarang China
bisa dengan langsung mengekspor apel ke Sumatera Utara
3. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari China ke
Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA.Harga impor apel dari
China ke Sumatera Utara meningkat.Harga impor apel yang meningkat dan
volume impor apel yang juga meningkat ini tidak sesuai dengan teori
pemintaan.Seharusnya CAFTA menurangi biaya yang dikeluarkan oleh
produsen sehingga barang yang dihasilkan harganya bisa menurun.Harga yang
menurun ini seharusnya mengakibatkan permintaan yang meningkat.Namun
dalam penelitian ini diperoleh harga apel semakin meningkat serta permintaan
apel juga meningkat.
12
Saran
Volume impor apel yang meningkat setelah adanya CAFTA
dilakukan
pengembangan
produk-produk
lokal
Sumatera
maka perlu
Utara
dalam
menghadapi produk-produk impor dari Negara China agar usahatani buah-buahan
lokal di Sumatera Utara dapat bersaing dengan buah impor.
Kepada peneliti selanjutnya agar sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga impor apel ke Sumatera Utara serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam membeli buah impor.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2013. Tentang Buah Apel. www.wikipedia.org (Diakses pada 25
Maret 2014)
Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 1998.Medan
Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 1999.Medan
Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2000.Medan
Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2001.Medan
Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2002.Medan
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2003.Medan
Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2004.Medan
Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2005.Medan
Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2006.Medan
13
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2007.Medan
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2008.Medan
Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2009.Medan
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2010.Medan
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 20011Medan
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2012.Medan
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara
dalam Angka 2013.Medan
Budiarta, Kustoro. 2011. Pengantar Bisnis. Universitas negeri Medan. Medan
Direktorat kerjasama Regional. 2010. ASEAN-China Free Trade Area. Ditjen
Kerjasama Perdagangan Internasoinal
Kuncoro. 2012. SNI Penguat Daya Saing Bangsa Menghadapi China Asean Free
Trade Area (Cafta). http://kuncoromm.com/2012/02/14/snipenguat- daya-saing- bangsa-menghadapi- china-asean-free (Diakses pada
29 Maret 2014)
Gultom, Maria. 2013. Analisis Dampak CAFTA terhadapPerdagangan Jeruk
Sumatera Utara. Medan.
Mceachern, William A. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro: Pendekata
Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Nasution, Syahrir Hakim dan Arifin Hamzah. 2008. Ekonomi Internasional. Medan:
USU Press. Medan
Purwasito, Andrik. 1998. Tentang buah Apel. Sanggar Sastra Solidaritas. Jakarta
Rahardja, Prathama. 2006. Teori Ekonomi Mikro. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Ratnasari, Dian. 2012. Pengertian Ekspor dan
Impor.http://dira1992.blogspot.com/2012/05/pengertian-ekspor-danimpor.html. (diakses tanggal 19 April 2014).
14
Sanusi, Bachwari.2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Universitas Trisakti
Sunarjono, Hendro. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta
Walpole, E. Ronald. 1997. Pengantar Statistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utara
15
Download