BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan IPTEK di dunia ini ternyata tidak diimbangi dengan kemajuan psikologis dan sosiologis serta pemahaman agama dari setiap kalangan yang ada di setiap negara. Maraknya peristiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah fenomena menarik. Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah hanya sebuah tradisi budaya turuntemurun sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan harakirinya. Namun, pada kondisi empirik kita temukan justru pada akhir-akhir ini fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi sebuah alternatif yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga oleh remaja, bahkan anak-anak yang masih bersekolah di tingkat dasar. Tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Jumlah ini belum ditambah tingkat kematian akibat dari pemakaian obat terlarang (overdosis) yang jumlahnya mencapai 50 ribu orang tiap tahun. Ditambahkan, faktor psikologi yang mendorong orang bunuh diri adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara psikologi, konflik berat pengunsi dan sebagainya. Data Departemen Kesehatan menyebutkan, beberapa daerah memiliki tingkat bunuh diri tinggi, antara lain Provinsi Bali mencapai 115 kasus selama Januari - September 2005 dan 121 kasus selama tahun 2004. Pada 2004 di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tercatat 20 kasus bunuh diri dengan korban rata-rata berusia 51-75 tahun. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 1 Di Jepang angka kasus bunuh diri lebih dari 30 ribu orang per tahun. Sedangkan di Cina mencapai 250 ribu per tahun. Psikolog Tika Bisono mensinyalir para pelaku bunuh diri memilih keramaian sebagai tempat bunuh diri karena, pelaku ingin terlihat membaur selayaknya orang normal melakukan aktivitas, masih berada di persimpangan antara mau dan tidak mau serta berharap setidaknya ada orang yang berniat mencegah dirinya melakukan usaha bunuh diri. Jika disimak, antara kurun waktu 2004-2007, banyak peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan masih bersekolah di sekolah dasar atau di sekolah menengah pertama (SMP). Ironisnya, faktor penyebabnya lebih banyak karena ketidakmampuan anak. Kini, bunuh diri dipandang sebagian masyarakat sebagai salah satu jalan keluar mengatasi masalah yang dihadapinya. Bunuh diri dipandang potret masyarakat gagal. Dalam agama islam sudah jelas diterangkan bahwa bunuh diri merupakan perbuatan yang sangat dilaknat oleh Allah SWT apapun alasannya. Kurangnya iman, taqwa dan pemahaman seseorang tentang agama islam ditambah dengan factor psikologi,social, dan beratnya beban hidup menyebabkan seseorang mengambil jalan bunuh diri ini sebagai alternative untuk mengakhiri penderitaan dirinya. Islam menghendaki kepada setiap muslim hendaknya selalu optimis dalam menghadapi setiap musibah. Oleh karena itu Islam tidak membenarkan dalam situasi apapun untuk melepaskan dari hidup dan menanggalkan pakaian karena ada suatu bala' yang menimpanya atau karena gagal dalam cita-cita yang diimpi-impikan. Sebab seorang mu'min dicipta justru untuk berjuang, bukan untuk tinggal diam, dan untuk berperang bukan untuk lari. Iman dan budinya tidak mengizinkan dia lari dari arena kehidupan. Sebab setiap mu'min mempunyai senjata yang tidak bisa sumbing dan mempunyai kekayaan yang tidak bisa habis, yaitu senjata iman dan kekayaan budi. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 2 B. Tujuan: Tujuan pembuatan makalah ini adalah: Untuk mengetahui apa itu bunuh diri mengetahui pandangan islam tentang perbuatan bunuh diri. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatanperbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara. Menurut teori Freud, bunuh diri merupakan tampilan agresi yang diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan kehilangan objek cinta. Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia merepresi keinginan untuk membunuh seseorang. Menninger mengatakan bunuh diri sebagai tindakan pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan seseorang terhadap orang lain. Tindakan ini sebagai pembunuhan yang diarahkan ke diri. Ada tiga komponen dalam bunuh diri yaitu keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati. Berdasarkan data forensik FKUI/RSCM 1995-2004 terdapat 771 orang laki-laki bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri. Dari jumlah tersebut, 41% melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan menggunakan insektisida 23% dan overdosis mencapai 356 orang. B. Tipe-Tipe Bunuh Diri Durkheim mencoba untuk melakukan analisis terhadap bunuh diri yang selama ini secara eksklusif didasarkan pada sudut pandang psikologis dan individualistik. Ini berarti Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 4 bunuh diri merupakan gejala sosial yang dikerangkai oleh kondisi atau struktur kemasyarakatan yang melingkupinya. Menurut Durkheim ada empat tipe bunuh diri yang didasarkan pada dua kekuatan sosial sekaligus, yakni integrasi sosial (kemampuan individu untuk terikat pada tatanan masyarakat) dan regulasi moral (aturan-aturan atau pun norma-norma yang mengatur kehidupan individu). 1. Tipe pertama adalah bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Inilah corak bunuh diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan pengikatan diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya. 2. Kedua, bunuh diri altruistik (altruistic suicide) sebagai hasil dari integrasi sosial yang terlalu kuat. Individu sedemikian menyatu dengan kelompok sosial, sehingga kehilangan pandangan terhadap keberadaan individualitas mereka sendiri. Puncaknya mendorong untuk berkorban demi kepentingan kelompoknya. Contoh, bunuh diri yang dilakukan kalangan anggota militer. Fenomena ini sering dilakukan tentara Jepang pada PD II dengan melakukan aksi kamikaze untuk menghancurkan kekuatan musuh. 3. Ketiga adalah bunuh diri anomik (anomic suicide) yang berarti bunuh diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan. Terdapat empat jenis bunuh diri yang disebabkan situasi anomik ini, yakni a. anomi ekonomis akut , yang berarti kemerosotan secara sporadis pada kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti agama dan sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. b. Anomi ekonomis kronis, yang maknanya adalah kemerosotan regulasi moral yang berjalan dalam jangka waktu lama. Misalnya saja Revolusi Industri yang menggerogoti aturan-aturan sosial tradisional. Tujuan untuk meraih kekayaan dan milik pribadi ternyata tidak cukup untuk menyediakan perasaan bahagia. Tidak aneh misalnya, jika saat itu angka bunuh diri lebih tinggi terjadi pada orang yang kaya daripada orang-orang yang miskin. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 5 c. Anomi domestik akut, yang dapat dipahami sebagai perubahan yang sedemikian mendadak pada tingkatan mikrososial yang berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi. Misalnya saja keadaan menjadi janda merupakan contoh terbaik dari kondisi anomi semacam ini. d. Anomi domestik kronis yang dapat dirujuk pada kasus pernikahan sebagai institusi atau lembaga yang mengatur keseimbangan antara sarana dan kebutuhan seksual dan perilaku di antara kaum lelaki dan perempuan. Seringkali yang terjadi adalah lembaga perkawinan secara tradisional sedemikian mengekang kehidupan perempuan, sehingga membatasi peluang- peluang dan tujuan-tujuan hidup mereka. 4. Tipe keempat adalah bunuh diri fatalistik (fatalistic suicide) yang merupakan akibat dari regulasi atau pengaturan yang berjalan secara bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan individu. Di sini individu merasakan hidupnya tidak berharga karena sedemikian tertindas atau dibatasi ruang geraknya.Fenomena banyak orang yang mengakhiri hidupnya secara tragis tak terlepas dari fakta bahwa masyarakat di kota-kota besar mengalami tekanan sosial atau tekanan kelompok yang sangat serius. C. Motif bunuh Diri Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya, antara lain : 1. Dilanda keputusasaan dan depresi 2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan. 3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila). 4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu) 5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan. Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu 1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi), 2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan 3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan). Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 6 D. Bunuh Diri dalam Pandangan Dinul Islam Nilai manusia dalam pandangan Dinul Islam sangatlah tinggi. Bahkan masalah kemanusiaan adalah topik utama yang dibahas dalam al Qur-an. Telah diajarkan dalam kitabNya bahwa “menghilangkan satu saja nyawa manusia (apapun keyakinannya) tanpa haq seolah-olah telah membinasakan seluruh manusia. Sebaliknya menghidupi satu saja jiwa manusia seolah-olah ia telah menjaga kehidupan seluruh manusia. Maka apapun alasannya perilaku merusak kepentingan umum, membunuh diri dan orang lain tanpa haq tidak ada kamusnya untuk dibenarkan dalam syariat Dinullah. Berikut ini beberapa alasan yang semestinya difahami oleh manusia tentang hukum bunuh diri, khususnya pelaku bom bunuh diri: 1. Larangan membunuh tanpa haq dan perintah menjaga jiwa manusia اس ج َِميعًا َو َم ْن أَحْ يَا َها َ ِم ْن أَجْ ِل ذَ ِلكَ َكت َ ْب َنا َ َعلَى بَنِي ِإس َْرائِي َل أَنَّهُ َم ْن قَت َ َل نَ ْفسًا ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس أَوْ ف ِ ْسا ٍد فِي األر َ ض فَ َكأَنَّ َما قَت َ َل ال َّن َف َكأ َ َّن َما )٣٢( َض لَ ُمس ِْرفُون ُ اس ج َِميعًا َو َلقَ ْد جَا َءتْ ُه ْم ُر ِ سلُنَا ِب ْالبَ ِِّينَا ً ِت ث ُ َّم إِ َّن َكث ِ ْيرا ِم ْن ُه ْم بَ ْعدَ ذَ ِلكَ فِي األر َ َّأَحْ يَا الن “oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (Qs.al Maidah : 32) 2. Musyrik bagi pelakunya Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 7 Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelakunya syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Allah, bahkan kekal disiksa dalam api neraka. Bunuh diri dengan cara meminum racun, gantung diri, terjun bebas, melukai diri, atau dengan bom dan seterusnya adalah sama saja hukumnya. Islam tidak mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan pesawat tempur ke kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri demi membela keyakinan akan masuk nirwana (syurga). Sedang Dia mengajarkan : َّ س ُك ْم ِإ َّن اَّلَ كَانَ ِب ُك ْم َر ِحيمًا ٍ َارةً ع َْن تَ َر ِ َيا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَأ ْ ُكلُوا أَم َْوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِب ْال َب َ ُاض ِم ْن ُك ْم َوال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف َ اط ِل ِإال أ َ ْن تَكُونَ ِتج )٢٩( "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (Qs.an Nisa : 29) ْ ُش َركَ ِب ِه َو َي ْغ ِف ُر َما دُونَ ذَ ِلكَ ِل َم ْن َيشَا ُء َو َم ْن ي ْ ُاَّلَ ال َي ْغ ِف ُر أ َ ْن ي َ اَّلِ فَقَ ْد َّ ش ِر ْك ِب َّ ِإ َّن ١١٦( ض َّل ضَالال َب ِعيدًا "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauhjauhnya." (Qs.4 :116) 3. Sama dengan menghalalkan darah muslim Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 8 Kerusakan yang ditimbulkan adalah bagi masyarakat luas, baik muslim ataupun bukan. Di lokasi kejadian, korbannya adalah sporadis. Sedangkan Allah dan rosulnya telah mengajarkan akhlaq dalam membela diri di suatu peperangan, yaitu dilarang membunuh anak-anak, perempuan, orang tua atau cacat, dan merusak tanaman dan bangunan. Selain itu akibat perbuatan terkutuk ini dapat muncul fitnah yang mengotori citra dan cita Islam serta ummat Islam. Akan muncul kecurigaan dan kebencian tanpa alasan terhadap sesama ummat Islam dan di kalangan manusia secara umummnya. Tindakan segelintir manusia ini, merugikan banyak manusia bahkan mirip dengan perbuatan neo-khawarij yang menghalalkan darah muslim. َّ اَّلَ ِإ َّن َّ اَّلِ َو َرسُو ِل ِه َواتَّقُوا َّ ِ يََ ا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تُقَ ِدِّمُوا بَيْنَ يَدَي )١( ع ِلي ٌم َ س ِمي ٌع َ َاَّل “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. Al Hujurat : 1) Oleh karena itu setiap tindakan yang mengatasnamakan ajaran Islam, wajib benar niatnya karena Allah semata dan benar caranya menurut tuntunan Muhammad Rosulullah. َوا وم ُ واع ِيلال و َ َُاورَم َ َُواع ْلخُال و ا ُو َ َ ولا َُموَ ُْكا و ْوو ْاخَيِو ا و ُاَوُ ِي ْق ْ خَِّ واَفو ا ْ نعَِّ ول َهَم َ َْ َُ ْاَِ ومْعِّو ِالَخْن٥ل "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din secara hanif (lurus), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah Din yang lurus." (Qs.al Bayyinah : 5). (bid.dok&pub ppmu) 4. Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri a. Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selamalamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 9 dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.” b. Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.” c. Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.” d. Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh). e. Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 10 baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.” Ayat Al-Qur’an dan Hadist tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak. f. Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6) E. Pandangan dari beberapa agama tentang bunuh diri Beberapa pandangan tentang bunuh diri: Pandangan agama kristen Menurut teologi Gereja Katolik Roma, kematian karena bunuh diri dianggap dosa besar atau serius. Kepala Katolik & Kristen Romawi beragumen bahwa kehidupan seseorang adalah milik Allah dan hadiah kepada dunia, dan untuk menghancurkan bahwa hidup adalah untuk salah menegaskan kekuasaan atas apa yang Allah dan merupakan kehilangan tragis harapan. Namun, dalam Katekismus Gereja Katolik Roma, Nomor 2283 menyatakan, "Kami tidak akan putus asa dari keselamatan kekal orang yang telah mengambil kehidupan mereka sendiri. Dengan cara yang dikenal untuk dia Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 11 sendiri, Allah dapat memberikan kesempatan bagi pertobatan bermanfaat. Para Gereja berdoa bagi orang-orang yang telah mengambil kehidupan mereka sendiri. " Protestan konservatif (Injil, Karismatik, Pentakosta, dan denominasi lain) telah sering berargumentasi bahwa karena bunuh diri melibatkan diri pembunuhan, maka siapa saja yang melakukan itu adalah dosa dan ini sama dengan jika orang yang membunuh manusia lain. Tambahan tampilan menyangkut tindakan meminta keselamatan dan menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadi, yang harus dilakukan sebelum kematian. Ini adalah aspek penting dari banyak denominasi Protestan, dan masalah dengan bunuh diri adalah bahwa setelah mati individu tidak dapat menerima keselamatan. Dosa yang tak terampunkan kemudian menjadi bukan bunuh diri itu sendiri, melainkan penolakan karunia keselamatan. Kebanyakan Denominationalists Fundamental (Baptis tradisional) melihat bunuh diri sebagai dosa-dosa lainnya. John Piper berbicara pada sebuah pemakaman di Betel Baptist Church pada tahun 1981 berkata, "Tidak hanya dosa, bahkan tidak hanya bunuh diri yang memindahkan seseorang dari surga ke dalam neraka. Satu hal yang pasti: Penolakan terus-menerus terhadap Roh Allah. Saudara sekalian, kami percaya, menyerah bahwa perlawanan dan menerima pengampunan Kristus. macam apa kelemahan sesaat, apa awan singkat putus asa menyebabkan dia mengambil hidupnya masih merupakan misteri. Pandangan Alkitab mengenai topik ini adalah sedemikian rupa sehingga, sekali seseorang datang kepada iman dalam Yesus Kristus, setiap dosa yang pernah mereka akan melakukan dibayar jika mereka terus "berjalan dalam terang" (1 Yohanes 1:7), dan " sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus "jika mereka terus berjalan menurut roh (Roma 8:1). Orang-orang Kristen percaya bunuh diri itu dosa, tapi tidak percaya adalah mustahil untuk menemukan keselamatan. (Roma 4:8). Namun, Yudas, yang bunuh diri karena putus asa, umumnya diyakini telah terkutuk, untuk bunuh diri dan/atau atas tindakannya yang menyebabkan kematian orang lain. Namun, perlu dicatat bahwa Yesus sendiri berkata bahwa Yudas tidak pernah benar-benar bertobat dalam hidup sebelum bunuh diri (Yohanes 6:70-71, 13:10-11, 17:12), dan yang menandai keabadian-Nya, bukan bunuh diri itu sendiri. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 12 Di sisi lain, Ortodoks Timur, tidak pernah membuat pernyataan mutlak tentang orang yang bunuh diri. Ada orang-orang dalam sejarah Gereja yang telah membunuh dirinya sendiri daripada disiksa dan didemoralisasi oleh penjajah (lihat Tari Zalongo). Mereka juga merasa bahwa pelaku bunuh diri yang paling mungkin "tidak dalam pikiran hak mereka" dan bahwa Allah akan merahmati mereka. Bagaimanapun orang Kristen Ortodoks meninggalkan nasib korban bunuh diri kepada Allah dan menghindari membuat penilaian. Dalam Gereja Yesus Kristus dari orang-orang Suci Zaman Akhir, bunuh diri dipandang sebagai hal yang salah, meskipun korban tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakannya (tergantung pada keadaan) .Beberapa denominasi Kristen lainnya, seperti Gereja baru, Tidak secara eksplisit mengutuk bunuh diri per sebagai dosa, bahkan jika bunuh diri tidak dipandang baik; faktor-faktor seperti motif, karakter, dan lainnya tetap diperhitungkan. Pandangan Hindu Dalam agama Hindu, dosa bunuh diri dianggap sama beratnya dengan membunuh orang lain. Kitab-kitab umumnya mengatakan bahwa kematian dengan cara bunuh diri mengakibatkan seseorang menjadi hantu. Bagaimanapun, agama Hindu menganggap bahwa bunuh diri melalui puasa dengan berbagai keadaan tertentu dapat diterima. Perbuatan ini yang dikenali sebagai Sallekhana, yang memerlukan banyak waktu dan daya pikir sehingga tindakan tersebut tidak lagi merupakan suatu tindakan yang mengikuti suara hati. Perbuatan tersebut juga memberikan waktu untuk seseorang menyelesaikan semua urusan duniawinya, merenung tentang kehidupan, serta mendekati diri dengan Tuhan. Pandangan Buddha Menurut agama Buddha, perbuatan seseorang pada masa lalu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa yang dialaminya pada masa kini; perbuatan pada masa kini juga akan mempengaruhi masa depan, menurut doktrin karma. Perbuatan yang dilakukan denagn sengaja melalui akal, fisik, atau pertuturan kata menghasilkan reaksi. Reaksi atau akibat ialah penyebab untuk keadaan yang kita alami di dalam Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 13 dunia. Agama Buddha mengajarkan bahwa semua orang mengalami banyak penderitaan (duka) yang berasal dari perbuatan negatif pada masa lalu, atau hanya karena kita masih di dalam sengsara. Penyebab penderitaan yang dialami manusia lainnya ialah kematian dan ilusi (maya). Karena setiap benda atau selalu dalam keadaan tidak kekal (fluks), manusia mengalami ketidakpuasan terhadap peristiwa yang tidak tetap dan cepat berlalu dalam kehidupan. Untuk melepaskan diri dari sengsara, seseorang hanya harus menyadari hal yang benar melalui makrifat yang merupakan Nirwana. Bagi penganut-penganut agama Buddha, ajaran pertama bertujuan untuk menahan diri untuk tidak mencabut nyawa, termasuk nyawa sendiri. Bunuh diri dianggap sebagai suatu bentuk tindakan yang negatif. Walaupun demikian, suatu ideologi kuno Asia yang serupa dengan seppuku (harakiri) terus mempengaruhi penganut agama Buddha yang tertindas supaya memilih untuk bunuh diri. Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan. Bismillah, alhamdulillah, wa sh shalaatu was salaamu ‘alaa Rasulillah Wa ‘Alaa Aalihi Wa Ash Haabihi Wa Man tabi’ahum bi ihsaanin Ilaa YaumidDiyn. Amma Ba’d. Bunuh diri termasuk perbuatan dosa besar. Para Ulama Ahlussunnah sepakat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir tetapi fasik. Mereka juga sepakat bahwa jenazah orang kafir dan munafiq tidak dishalati. Hal ini berdasarkan firman Allah : ل فُ َقتَ َلا َ َ ُر فَّ هك ل ُ ىَّ إَ َ ََرَْ ََل َٰ لَعل هُ َقتَ َلا َو ها ب تَّى ل هُ َن َ ل َلَ َ ىٰ ََل َ لَصت ََل َ ََّ للََ ََل لَ هُ َُ علَتَ ََل َٰ ل ل “dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka,. (QS At Taubah: 84) Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 14 Adapun jenazah orang fasik (pelaku dosa besar ) maka para Ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyalati jenazahnya.Ada tiga versi pendapat Ulama mengenai hukum menyalati jenazah orang fasik : 1. Jenazah orang fasik tidak dishalati. Ini adalah pendapat sebagian ulama seperti Umar bin Abdul Aziz, Abu Yusuf, dan al-Auza’i rahimahumullah.[1] 2. Yang tidak shalat hanya Imam atau Khalifah atau pemimpin kaum saja. Ini adalah pendapat Madzhab Hanbali, dan dipilih oleh Syaikh Nashiruddin al Abaaniy rahimahullah.[2] 3. Jenazah Orang fasik tetap wajib dishalati.Ini adalah madzhab Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, dan jumhur (mayoritas ) ulama . [3]. Sebab Perbedaan Pendapat Dan dalil Masing-masing Pendapat : Adapun sebab yang menjadi faktor terjadinya pendapat dikalangan Ulama tentang masalah ini adalah adanya beberapa hadits yang seakan-akan bertentangan satu sama lain.Ada hadits yang menunjukkan bolehnya menyalatkan siapa saja yang mengucapkan Laa Ilaaha Illa llaah, namun adapula hadits yang menunjukkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam enggan menyalati jenazah orang yang mati bunuh diri. Hadits 1. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: هللاتفََ هتإ َّ و ٰ تصت تٰف ص َلهللاتفََ قتا َّ و ٰ تصت تٰف ص “Shalatlah kamu di belakang siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan shalatilah siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah” (HR Ad-Daruquthni dan Ath-Thabrani).[4] Imam Syaukani rahimahullah berkata, “Shalat jenazah atas orang fasik telah ditunjukkan oleh hadits shallu ‘ala man qaala laa ilaaha illallah sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq sebagai salah satu bab mengenai shalat jamaah.” [5]. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 15 Ulama Madzhab Syafi’i berpendapat : “Shalat jenazah wajib atas setiap orang Muslim, seberapapun besarnya kedurhakaan dan kefasikannya”.[6]. Hadits ke-2. Hadits Jabir bin Samurah Radhiyallaahu ‘anhu yang menyatakan, َُ َ ص ُتُ مل فُ قت ت لل َ َصكىا م هللاتا ص قت ت َل تفُ َ َّ ُُ وَي ُ لتل َي َ و َ ََّ ه “Bahwa ada jenazah seorang laki-laki mati bunuh diri dengan pedang dihadapkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam maka Beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak menyalatinya.” (HR Muslim) [7]. Dalam riwayat Imam Ahmad dinyatakan : َ ىت َصكىا ى هللاتا ص قت ت َل تفُ ص هُ ملل فُ قتا َّ ُُ وي َُ َّ لت “Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak menyolati seorang laki-laki yang (mati) membunuh dirinya”. (HR Ahmad). Dalam riwayat lain : قت ت َل تفُ َا ت ملتا قتا َُّ ويُ ل لت َىَ ىت َ ل هَ ص هللاتا ص “Bahwa Rasulullahi shallallaahu ‘alaihi wasallam enggan menyalati orang yang mati membunuh dirinya”. (HR Muslim (978), Tirmidziy (1068), Nasaai (4/66), Al Baihaqiy:4/19) [8] Hadits Jabir Samurah ini dijadikan dalil oleh Ulama yang berpendapat tidak bolehnya menyalati jenazah orang yang mati bunuh diri. Berkata Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullah : “Ajaran Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah bahwa beliau tidak menshalati orang yang bunuh diri dan penghhianat/penipu (dalam hal harta rampasan perang).[9]. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 16 Hadits Jabir di atas juga dijadikan dalil oleh Ulama Hanbali yang berpendapat bahwa pemimpin tidak perlu menyalati jenazah orang yang mati bunuh diri.Berkata Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al Bassam rahimahullah: "Ulama Madzhab Hanbali berpendapat ‘’Boleh menyalati mayit pelaku maksiat ,kecuali penghianat (berkaitan harta rampasan perang) dan orang yang bunuh diri.Pemimpin Negara dan wakilnya tidak perlu menyalati orang itu,sebagai hukuman untuk mereka dan peringatan untuk yang lain.Selain pemimpin Negara tetap menyalatinya”….Imam Ahmad berkata:”Kami tidak menjumpai (dalil) yang menjelaskan bahwa nabi tidak menyalati seorang kecuali penghianat/penipu dan orang yang bunuh diri”[10] Imam Tirmidzi rahimahullah mengomentari hadits Jabir bin Samurah di atas (atau yang semakna dengannya) dengan mengatakan,”…Para ulama (ahlul ‘ilmi) telah berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian mereka berkata,”Dishalati setiap siapa saja yang shalat menghadap kiblat, juga setiap orang yang bunuh diri. Inilah pendapat Sufyan AtsTsauri dan Ishaq. Ahmad berkata,’Imam [khalifah] tidak menyalati orang yang bunuh diri, sedangkan selain imam menyalatinya.” [11]. Kesimpulan : Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa jenazah orang yang bunuh diri tetap wajib dishalati oleh kaum muslimin. Hanya saja bagi para pemimpin dan pemuka masyarakat, sebaiknya tidak menyalatinya, sebagai celaan(zajr), hukuman (uqubah) kepada jenazah yang bersangkutan dan peringatan agar orang banyak tidak melakukan dosa yang serupa.[12]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Bahwa orang yang mati bunuh diri statusnya sama dengan orang yang sering meninggalkan shalat dari sisi hukum menyalati (jenazah) nya.Jika tidak menyalatinya dapt memberi efek jera, pelajaran kepada masyarakat,dan sebagai peringatan bagi orang lain agar tidak meremehkan shalat dan tidak bunuh diri ,maka lebih baik rtidak menyalatkan .Tetapi jika menyalatkannya pun tidak apa-apa.[13]. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 17 Anggapan bahwa orang yang mati bunuh diri mati sebelum waktunya dan bukan karena Allah l adalah aqidah yang batil. Ini adalah aqidah kaum Mu’tazilah yang sesat, yang mengingkari takdir Allah l. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa orang yang mati terbunuh atau bunuh diri, adalah mati sebelum ajal yang diketahui, dikehendaki dan ditetapkan dalam Kitab Lauhul Mahfuzh oleh Allah l. Artinya mati di luar takdir Allah l. Kalau seandainya dia tidak terbunuh atau bunuh diri, dia akan hidup hingga ajal yang ditakdirkan oleh Allah l. Jadi menurut mereka, orang yang mati terbunuh punya dua ajal. Yang benar menurut aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sesuai dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’ salaf, bahwa orang yang mati terbunuh atau bunuh diri adalah mati sesuai ajal yang ditakdirkan oleh Allah l. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata: “Orang yang mati terbunuh sama halnya dengan orang mati lainnya. Tidak ada seorang pun yang mati sebelum ajalnya, dan tidak ada seorang pun yang kematiannya mundur dari ajalnya. Sebab ajal setiap sesuatu adalah batas akhir umurnya, dan umurnya adalah jangka waktu kehidupannya (di dunia). Jadi umur adalah jangka waktu kehidupan (di dunia) dan ajal adalah berakhirnya batas umur/kehidupan.” Syaikhul Islam juga berkata: “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya dan Allah l telah menulisnya. Jadi Allah l telah mengetahui bahwa orang ini akan mati dengan sebab penyakit perut, radang selaput dada, tertimpa reruntuhan, tenggelam dalam air, atau sebab-sebab lainnya. Demikian pula, Allah l telah mengetahui bahwa orang ini akan mati terbunuh, apakah dengan pedang, batu, atau dengan sebab-sebab lain yang menjadikan terbunuhnya seseorang.” Jadi Allah l yang menakdirkan kematiannya dengan sebab itu. Allah l berfirman: “Tidaklah suatu jiwa akan meninggal kecuali dengan seizin Allah (takdir Allah), Allah telah menulis ajal kematian setiap jiwa.” (Ali ‘Imran: 145) As-Sa’di t menafsirkan ayat ini dengan berkata: “Kemudian Allah l mengabarkan bahwa seluruh jiwa tergantung ajalnya dengan izin Allah l, takdir dan ketetapan-Nya. Siapa saja yang Allah l tetapkan kematian atasnya dengan takdir-Nya, niscaya dia akan mati meskipun tanpa sebab. Sebaliknya, siapa saja yang dikehendaki-Nya tetap hidup, maka meskipun seluruh sebab yang ada telah mengenainya, hal itu tidak akan Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 18 memudharatkannya sebelum ajalnya tiba. Karena Allah l telah menetapkan, menakdirkan dan menulis hidupnya hingga ajal yang ditentukan. Allah l berfirman: “Maka jika ajal mereka telah datang mereka tidak mampu mengundurkannya sesaat pun dan mereka tidak mampu memajukannya (sesaat pun).” (Al-A’raf: 34) Sebaliknya, kaum yang menafikan dan menolak adanya sebab-musabab dalam terjadinya sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah l mengatakan bahwa seandainya dia tidak terbunuh, maka dia tetap akan mati saat itu. Maka hal ini juga batil, dan dibantah oleh Ibnu Taimiyah t dengan mengatakan: “Kalau seandainya Allah l mengetahui bahwa orang tersebut tidak akan mati terbunuh, maka ada kemungkinan Allah l menakdirkan kematiannya pada saat itu dan ada kemungkinan Allah l menakdirkan tetap hidupnya dia hingga waktu yang akan datang. Maka penetapan salah satu dari dua kemungkinan tersebut atas takdir yang belum terjadi adalah kejahilan. Hal ini seperti perkataan seseorang: ‘Kalau orang ini tidak makan rezeki yang ditakdirkan Allah l untuknya, maka mungkin saja dia akan mati atau dia diberi rezeki yang lain’.” (Majmu’ Al-Fatawa [8/303-304] cet. Darul Wafa’, Syarhu Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah karya Ibnu Abil ‘Izz hal. 143, cet. Al-Maktab Al-Islami, Taisir Al-Karim Ar-Rahman) Yang mencabut nyawa orang yang mati bunuh diri juga malaikat pencabut nyawa, yaitu Malakul Maut. Adapun penamaan malaikat Izrail, maka penamaan ini tidak tsabit (shahih) dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, penamaan ini diingkari oleh para ulama. Al-Imam Al-Muhaddits Al-Albani dalam Syarhu wa Ta’liq Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah (hal. 84, cet. Maktabah Al-Ma’arif) ketika menjelaskan perkataan Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi t: “Kita juga beriman dengan Malakul Maut yang diperwakilkan untuk mencabut ruh-ruh alam.” Al-Albani berkata dalam syarahnya: ”Inilah namanya dalam Al-Qur’an. Adapun penamaan Izrail sebagaimana yang tersebar di kalangan manusia, tidak ada dalil (dasar)nya. Hanyalah sesungguhnya hal itu berasal dari cerita Al-Isra’iliyat (cerita Bani Isra’il).” Al-Imam Al-Faqih Al-‘Utsaimin t berkata dalam Syarhu Al-Aqidah Al-Wasitiyyah (hal. 46, cet. Daruts Tsurayyah lin Nasyr): “Demikian pula kita mengetahui bahwa di antara para malaikat ada yang diperwakilkan untuk mencabut ruh-ruh Bani Adam atau ruh-ruh setiap makhluk yang bernyawa. Mereka adalah Malakul Maut dan rekan-rekan Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 19 malaikat yang membantunya. Malakul Maut tidak bernama Izrail, karena penamaan tersebut tidak tsabit (tetap) dari Nabi. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa “persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar” bukanlah suatu tindakan yang patut dilakukan, karena justru akan menambah masalah yang telah ada. Bunuh diri merupakan hasil dari ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi cobaan hidup. Penyebab utama terjadinya bunuh diri dimasyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap percaya diri yang mengarah ke arah positif dan untuk menangkalnya juga harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan akwah Islamiyah kepada seluruh lapisan lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa. B. Saran Saran dari penulis yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup warga negara Indonesia agar dapat menghindari segala persepsi yang mengarah ke Bunuh diri. Peran aktif dari masyarakat dan diri pribadi sangat penting untuk menyeimbangkan antara pikiran dan tindakan yang dilakukan sehingga segala kegiatan yang dilakukan dapat menghasilkan segala sesuatu yang baik pula. Dan bila ada yang menemukan tanda-tanda akan tindakan bunuh diri, diharapkan agar segera diantisipasi baik dibawa ke rumah sakit maupun kantor polisi Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 21 DAFTAR PUSTAKA Bunuh diri.website: www.wikipedia.com. Bunuh diri dalam pandangan dinul islam. Website: http://www.al-ulama.net/home-mainmenu1/articles/228-bunuh-diri-dalam-pandangan-dinul-islam.html. Hukum Bunuh Diri dalam Pandangan Islam. Website: http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Halal/404293.html. Agama/Pandangan islam tentang bunuh diri 22